desvynova
319 posts
"Wahai Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, Engkau yang menjadikan kesulitan menjadi kemudahan, jika Engkau kehendaki"
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
tidak semua..
tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
beberapa waktu ini berseliweran tulisan di media sosial seperti ini,
otak: gak harus dia.
hati: gak, harus dia!!
dan aku jadi teringat dengan beberapa kejadian waktu lalu, tentu cerita ini aku tulis sudah atas persetujuan kedua belah pihak. berawal dari suami yang sering dimintai temannya laki-laki untuk dibantu dicarikan jodoh. sejak awal suami tidak ada niatan untuk menjadi perantara seseorang mencari jodoh. namun entah mengapa suami berubah pikiran dan mau membantu temannya mencarikan jodoh.
suami melihat keseharian temannya ini yang Masya Allaah sekali. mulai dari keilmuannya tentang agama, adab, akhlaknya ia yang sopan, lemah lembut, serta secara fisik teman suami ini tergolong tinggi, kulit bersih terawat untuk ukuran laki-laki, berjenggot, dan teduh.
lalu suami membicarakan ini denganku, bertanya kepadaku apakah aku punya teman perempuan yang juga mencari jodoh. aku terpikirkan dengan seorang teman, aku kenal baik sebelum aku menikah bahkan sampai aku telah menikah. dia perempuan yang baik, lemah lembut sekali, tutur bicaranya lembut namun tidak lebay. dia cantik, berpendidikan tinggi (S2), agamanya baik, selama bermuamalah dia orang yang amanah. menurut pandanganku dia akan cocok dengan teman suami.
singkat cerita, aku dan suami bersepakat untuk membantu keduanya menjembatani proses ta'aruf. barangkali Allaah takdirkan mereka berjodoh,. karena akan Masya Allaah, sekali jika memang mereka bersatu. pertukaran biodata keduanya sama-sama ada ketertarikan, cocok dan bersepakat untuk lanjut ditahap berikutnya. tahap berikutnya mereka bertemu untuk nadzor. kedua belah pihak pun setuju, proses ta'aruf berjalan dengan baik.
selama proses ta'aruf berlangsung aku dibuat takjub oleh kedua pasangan ta'aruf ini. mereka benar-benar menjaga diri mereka dari hal-hal kecil selayaknya bermudah-mudahan berkirim pesan tanpa udzur. mereka berdua bahkan tidak tahu nomer satu sama lain. komunikasi dilakukan benar-benar melalui kami selaku perantara. komunikasi berjalan dengan baik, bahkan pertanyaan yang diajukan ketika proses bertemu benar-benar berbobot, tidak menya-menye, point penting ekonomi, pengasuhan anakpun mereka bicarakan dengan baik. keduanya bersepakat untuk lanjut ke proses khitbah dan bersepakat untuk menikah.
ujian dimulai.
ketika kedua belah pihak bersepakat untuk menuju jenjang pernikahan. mereka diuji satu sama lain. orangtua teman perempuanku jatuh sakit, ayahnya stroke. ketika ayahnya sakit, tanggal pernikahan yang sudah ditentukan terpaksa dimundurkan dari rencana. sebab temanku ingin melakukan baktinya sebagai anak sebelum menjadi istri orang. laki-lakinya setuju untuk menunggu beberapa bulan sampai ayahnya sembuh atau setidaknya bisa beraktivitas dengan tidak dibantu.
selama proses perawatan ayahnya, mereka berdua tidak ada komunikasi. benar-benar menjaga satu sama lain. lalu ujian berikutnya datang di pihak laki-laki. ibu dari pihak laki-laki memiliki calon yang ingin dikenalkan ke anak laki-lakinya. awalnya teman laki-laki suamiku ini menolak, sebab ia sudah berjanji akan menunggu ayah calonnya ini sembuh. namun ibunya sudah tidak sabar ingin melihatnya segera menikah, mengingat usianya sudah tidak muda lagi menurut pandangan sang ibu. "35 tahun umur yang sudah seharusnya bisa meanugerahi ibumu ini cucu"
meski teman suamiku ini sudah ngaji, sudah paham, namun ia mengatakan bahwa ia masih perlahan-lahan memahamkan Islam di keluarganya terutama ibu bapaknya. aku memahami ini, bahwa tidak semuanya dari kita cukup beruntung bisa lahir dan tumbuh di keluarga yang paham nilai-nilai dasar agama Islam.
sampailah pada putusan final, suami mendapat undangan langsung dari teman laki-lakinya tersebut. suamiku cukup kaget dan menanyakan bagaimana dengan proses ta'aruf yang ia jalani. sebab dari kabar terakhir keduanya memutuskan untuk ditunda, menunggu dan saling menjaga ditempatnya masing-masing. belum ada salah satu pihak yang memutuskan untuk diakhiri.
pada akhirnya teman suami merangkul suami dengan meminta maaf dan menangis. ia siap pergi menemui teman perempuanku untuk mengakhiri proses ta'aruf nya dan meminta maaf sebab memutuskan sepihak. dia tidak menjelaskan kenapa akhirnya ia memutuskan memberikan. undangan ke suamiku. namun setiba dirumah suami bercerita dan akhirnya kita mencoba memahami sudut pandang satu sama lain, bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan akan cocok. tidak semua ikhtiar baik yang dilakukan akan berakhir dengan kesepakatan. bahwa tidak semua rencana manusia akan berjalan sesuai dengan kemauannya. manusia boleh berencana bagaimanapun, pada akhirnya Allaah yang menentukan takdir untuk kita semua.
singkat cerita, aku, suami, dan teman laki-laki suami bertandang kerumah teman perempuanku. untuk meminta maaf, untuk meminta kelapangan hatinya, untuk memutuskan proses ta'aruf ini. aku meminta maaf kepada temanku dan ikut menangis dengannya ketika selesai, dan suamiku juga menenangkan temannya yang menangis dimobil. rasanya semua merasakan sakit tak berdarah satu sama lain.
baru kali ini, aku merasakan sakitnya dari berakhirnya prosesi ta'aruf. bukan karena perempuan ini temanku, atau laki-laki itu teman suami. melainkan sedihnya melihat perpisahan kedua orang yang menurut pandanganku keduanya ini baik, dan akan cocok bila bersatu. namun sekali lagi Allaah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
aku dan suami menghadiri pernikahan teman suami. kami berdua hadir di acara ijab qobulnya. berlangsung khidmat. aku berada diruang tunggu mempelai pengantin wanita. aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang jika dilihat usianya seperti ibuku sendiri. rupanya benar, beliau adalah orangtua dari calon pengantin. aku memberikan tisu dan minum untuk menenangkannya, dan tak terasa aku dan beliau terlibat obrolan yang mendalam.
selama perjalanan pulang aku terdiam sambil ku takjubi apa yang sedang aku rasakan. aku bercerita kepada suami bahwa aku bertemu dengan ibu pengantin temannya. rupanya si A (inisial nama pengantin) ini sudah yatim sejak umur 5tahun, ibunya membesarkan dia dan kedua saudaranya sendiri. si A ini lulusan terbaik di LIPIA ditahun itu. seorang hafidzah, S2, dan dia punya yayasan tempat untuk anak-anak mempelajari Al-Qur'an. dan disaat yang sama aku mendapat kabar di Wa dari teman perempuanku. bahwasanya ada seorang kakak kelasnya datang kerumah dan memitanya langsung ke orangtuanya. dia menerimanya dan bersepakat bulan depan untuk menikah. sebab calonnya yang juga kakak kelasnya ini sedang menempuh study S3nya ini di Malaysia.
ya Allaah, lalu aku menangis. kedua orang baik ini bertemu dengan pasangannya masing-masing dengan caranya masing-masing. selama perjalanan pulang pembicaraanku dan suami hanya tentang mereka berdua. kami mencoba menelusuri satu per satu yang membuat masing-masing dari kami berpikir tentang bagaimana jodoh itu berjalan. bagaimana ketetapan Allaah itu terjadi.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Barangkali kita pernah. menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalananya. meski pada akhirnya ketetapan Allaah yang jadi pemenang.
barangkali kita pernah. melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
barangkali kita pernah. dibuat takjub atas perjalan yang Allaah kehendaki. sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
pada akhirnya kita akan paham bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
akhirnya aku memahami kembali, benar ya, seseorang yang begitu menjaga dirinya akan Allaah jodohkan dengan seseorang yang juga terjaga dengan baik. dan akupun juga menyadari bahwa sesuatu yang kita tangisi kelak akan kita syukuri pada akhirnya. Allaah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah bersabar tanpa memberikan kabar gembira.
menuliskan ini dengan perasaan masih haru, dan berkaca-kaca, lalu hujan turun. || 19 Januari 2025
354 notes
·
View notes
Text
rumah dan tangga.
benar, ya. berumah tangga itu memang harus satu jalan. akan sangat membahagiakan bila keduanya berjalan pada satu tujuan yang sama. berjalan dengan sama ringannya, kalaupun berat akan paham bagaimana cara bersikap untuk terus memohon pertolongan Allaah. ada kalanya kapan harus berlari, berjalan ataupun berhenti sejenak. saling membersamai, saling bertumbuh, saling bersama-sama.
kapan harus memberi jeda, kapan harus saling menghibur, kapan harus saling menasehati, kapan harus berdiskusi, kapan harus memberinya waktu untuk sendiri, kapan harus menyelesaikan permasalahan. tidak terburu-buru, juga tidak dibiarkan berlarut-larut.
rumah tangga itu memang seharusnya satu jalan, bukan satunya belok kiri, satunya belok kanan. namun saling menunggu untuk menyamakan jalan agar bisa terus berjalan dijalan yang sama. mereka memahami perbedaan diantara keduanya tidak menjadikan jalan mereka berubah dan berpisah.
jalan itu adalah jalan keselamatan, ketika menemukan permasalahan ditengah jalan, bukan berpisah solusinya namun komitmen untuk terus membersamai dan mencari jalan keluar untuk terus bisa bersama-sama sehidup sesurga. ahh, jangan lupa untuk tidak meninggalkan rasa butuh kepada Allaah. rasa butuh untuk terus memohon pertolongan Allaah setiap waktu.
karena pada kenyataannya, hal-hal yang kita rumit dan tidak ada solusi dengan meminta pertolongan Allaah akan terselesaikan dengan baik tanpa rasa sakit. dan sebaliknya, hal-hal yang kita kira mudah dan ringan justru menguras airmata tanpa memohon pertolongan Allaah. tidak ada yang berat dan ringan dalam rumah tangga. semuanya ada rintangannya, dan sebaik-baik seseorang yang sedang diuji adalah tawakalnya ia kepada Allaah.
jika melihat ujian rumah tangga ada pada orang lain, maka jangan lupa mendoakan untuk mereka jalan keluar yang terbaik dan berdoa agar Allaah melindungi rumah tangga kita. jika melihat kebahagiaan rumah tangga orang lain, maka jangan lupa turut berbahagia dan mendoakan atas kebahagiaannya. sebab doa-doa yang baik akan kembali kepada yang mendoakan.
selasar || 19.00
109 notes
·
View notes
Text
Bila ada yang mesti setara dalam sebuah hubungan maka itu adalah keimanan, ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah Ta'ala. Karena hanya dengan itu saja kita bisa melewati segala ujian di dunia dan selamat sampai di surga.
Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thur: 21)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
379 notes
·
View notes
Text
Asalkan Allah Ridho, Aku Tenang
Setahun belakangan ini, aku banyak merenung. Bertanya-tanya dalam sunyi, apakah yang kulakukan selama ini sudah sesuai dengan kehendak Allah? Ataukah ini hanya egoku yang berjalan tanpa arah?
Aku kembali mengingat alasan awal mengapa aku berdiri di sini.
Namun, di tengah pencarian itu, aku tak menemukan Allah di dalamnya.
Pantas saja semuanya terasa begitu berat. Seperti memikul beban yang tak kunjung usai. Langkahku gontai, hatiku gelisah, dan sikapku jauh dari tanda-tanda kepasrahan seorang hamba yang merindukan ridho-Nya.
Setiap malam, aku menangis. Larut dalam doa-doa yang lirih. Aku meminta tanpa tahu apa yang terbaik bagiku. Tapi di sela isak yang menyelimuti malam, aku sadar satu hal—Allah tidak pernah meninggalkanku.
Pelan-pelan, Allah tunjukkan jalan yang sebelumnya tak pernah kusadari. Jalan yang begitu terang, yang mengajakku untuk berhenti sejenak, merenung lebih dalam. Mungkin Allah menginginkanku mundur, bukan sebagai bentuk menyerah, tapi untuk memulai sesuatu yang baru. Sesuatu yang lebih lurus, lebih ikhlas, lebih dekat dengan-Nya.
Aku menyusun niat kembali, mencoba menata ulang semuanya. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Tidak semua orang menerima keputusanku, dan tidak semua langkah berjalan mulus.
Tapi, aku tahu, selama Allah ridho, aku akan tenang. Meski perjalanan ini masih panjang, aku percaya—jalan yang kutempuh kini tak lagi kosong. Ada Allah di dalamnya. Ada ridho-Nya sebagai tujuan.
Hasbiyallah...
93 notes
·
View notes
Text
Kita Selalu Punya Pilihan :)

Jika mungkin Allah tidak takdirkan kita lahir dari keluarga, sosok orang tua yang mampu memberikan segala kebaikan di masa kecil, hal itu bukan berarti kita kehilangan peluang menjadi orang yang kuat dan berarti.
Wajar kok jika kita tumbuh dengan hati yang dipenuhi pertanyaan: 'Mengapa perhatian itu terasa begitu jauh? Mengapa kasih sayang itu terasa begitu sulit digapai? Kenapa hidup seolah tidak adil bagiku?'
Seringkali mungkin hati ini tergoda untuk terus meratap dan mencari alasan atas kekurangan yang kita alami saat ini, tetapi yang harus kita ingat, bahwa di dalam setiap tantangan itu, selalu ada pilihan untuk bangkit dan menjadikan luka sebagai pijakan.
Ibarat sebuah pohon yang tumbuh di lahan tandus, bukankah mereka memiliki akar yang kuat? Mungkin kita seperti itu. Tumbuh dalam keadaan 'kurang' kasih sayang di masa kecil, tetapi kita diberi kekuatan untuk bertahan, diberi keberanian untuk melangkah, dan diberi kebijaksanaan untuk memahami hidup dengan cara yang lebih dalam.
Mungkin perlahan kita harus mulai betul-betul memahami bahwa, kehidupan adalah tentang bagaimana kita bersikap atas apa yang telah terjadi. Masa lalu sampai kapanpun tidak akan pernah berubah, tetapi masa depan ada dalam genggaman tangan dan keteguhan pada hati kita.
Jadi, meskipun kasih orang tua mungkin terasa kurang, kasih Allah tak pernah berkurang. Dalam setiap doa, dalam setiap usaha, Allah selalu dekat. Dia mendengar rintihan hati kita, Dia melihat setiap langkah kecil kita menuju perbaikan, dan Dia bangga ketika kita memilih untuk bangkit, meski dengan luka di hati.
Tetap semangat yaa, jangan lupa minta pertolongan jika memang berat :)
207 notes
·
View notes
Text
Jangan-jangan Kita adalah Monster untuk Diri Kita Sendiri
Lumrah kalau kita merasa terluka atas apa-apa yang begitu mengecewakan kita. Masa kita mau dipaksa langsung tertawa kalau sedang sedih? Masa kita tidak boleh menangis kalau kita sedang merasa lara? Penolakan atas rasa sakit itu justru malah menambah panjang umur luka itu bersemayam dalam diri kita. Seolah sangat salah kalau kita membenarkan perasaan sedih. Seakan yang boleh hadir di kehidupan hanya rasa bahagia dan gembira. Padahal kenyataannya kita selalu hidup berdampingan dengan dua perasaan berlawanan itu; senang dan sedih.
Jangan menjadikan diri sebagai monster untuk diri sendiri. Memaksa diri tetap baik-baik saja padahal sedang tidak baik-baik saja. Jangan-jangan selama ini bukan kita yang tak bisa sembuh dan menerima, tapi kita telah menjadi monster dengan menolak telak perasaan sedih yang tengah membelenggu hati.
Kalau dipikir-pikir memang apa salahnya kalau kita sedang sedih? memang apa salahnya kalau kali ini kita sedang menghadapi masalah yang begitu rumit? Bukankah hidup seperti itu? Terus berputar agar kita terus belajar, melunak dan tidak arogan?
Dengan kita membiarkan kita menangis, mengiyakan kehadiran perasaan tidak enak itu, kita membiarkan diri kita menjadi diri yang apa adanya, membantu diri sendiri melepaskan bebannya. Setelah menangis pun kita perlahan akan berpikir dan mencari jalan keluar atas apa-apa yang sedang dihadapi.
Jadi, sebetulnya sama saja mau kita langsung menolak atau menerima kesedihan itu, kita tetap akan mencari solusi dan jalan keluar atas masalah yang sedang ada. Bedanya kalau kita diawali dengan menerima kesedihan itu, setidaknya kepala kita akan berpikir jernih, merasa diberi ruang untuk jadi apa adanya, dan melewati badai dengan perasaan lebih tenang.
Kita manusia, bukan? Atau selama ini kita tengah menjadikan diri kita sebagai monster jahat untuk diri sendiri?
@terusberanjak
51 notes
·
View notes
Text

"Allaah, jika pada hari ini aku disibukkan pada hal-hal yang aku sendiri tidak tahu sedang mengejar apa, maka hadirkanlah rasa tenang dalam diriku. Agar aku paham kapan harus berhenti, kapan harus berupaya, kapan harus terus berjuang. Karuniakan aku rasa tenang dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti ini. Agar aku tidak begitu takut pada apa-apa yang belum aku gapai, pada apa-apa yang memang tidak menjadi bagianku. Aku hanya ingin menjadi hamba yang banyak syukur atas segala kebaikan Engkau kepada diriku ini."
~ repost @andromedanisa
| Kembali membaca tulisan manis ini 🌷
214 notes
·
View notes
Text
hati yang lembut
ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak menemukan jalan keluar, ibaratnya maju kena, mundur kena, ke kanan kena, ke kiri juga kena. maka jalan terbaik adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allaah. dengan cara apa? berdoa.
ketika yang kita hadapi adalah manusia yang diri kita tidak bisa merubahnya maka jalan terbaik adalah mendoakan kelembutan hatinya.
iya, meminta kelembutan hati.
hanya dengan sebuah pinta agar diberikan kelembutan hati untuk bisa menemukan hal-hal yang mungkin kita anggap nggak ada jalan keluar, dan berat. kita akan menemukan jalan keluar yang tidak pernah kita sangka-sangka.
kita minta sama Allaah agar diberikan kelembutan hati untuk kita dan untuk orang yang sedang kita hadapi. maka kita akan menemukan secercah harapan dari permasalahan yang mungkin tidak memiliki ujungnya.
dan memiliki hati yang lembut itu sungguh sebuah hal yang harus terus kita upayakan, bukan untuk menjadi lemah dan mudah ditindas. namun agar kita lebih peka dan bisa tahu bagaimana harus bersikap.
pada hati yang lembut kita lebih bisa menerima kebenaran meski itu pahit dan berat untuk kita terima. namun kita memahami bahwasanya kebenaran adalah hal mutlak yang harus kita pegang, maka kebenaran hanya akan datang kepada mereka yang memiliki hati yang lembut.
Allaah yang menggerakkan hati manusia, maka hanya dengan berdoa kepada Allaah hati manusia akan berubah dengan cara yang mungkin kita tidak akan pernah menyangkanya. jangan lelah menjadi pendoa,.
"ya Allaah, perbaikilah kami. perbaikilah hati kami, lembutkanlah hati kami untuk menerima kebenaran."
196 notes
·
View notes
Text
Bercerita
Setiap kisah pasti ada bagian terbaiknya, yang terkadang itu adalah bagian tersedih dalam kisahnya, atau bagian paling bahagianya.
Bukan, bukan soal kisah seseorang, tapi soal kisah hidup kita masing-masing. Andai hari ini gemuruh dan hujan lebat sedang datang padamu, tak apa, pertanda langit akan segera cerah dan itu bisa menjadi bagian terindah dari kisah yang akan kamu kenang.
Pastikan saja, bahwa setiap langkah kaki dan potongan perjalanan kita ini adalah untuk mencari keberkahannya. Bukankah hidup tanpa keberkahan itu layaknya mayat yang berjalan? Raganya hidup tapi hatinya mati.
Aku tahu dan aku pun pernah melakukannya, sekadar menyendiri sesaat untuk menangis, sebab hidup ada saatnya harus menangis, ada saatnya pula hidup harus tertawa bahagia.
Aku hanya punya 1 doa yang biasa aku panjatkan dan sampaikan pada-Nya, pada pemilik dunia dan masa depan.
"Yaa Allah, muliakan hidupku, bimbing langkahku, ingatkan dengan lembut setiap khilafku, jangan engkau ambil nikmat yang kau berikan, ajari aku cara bersabar dan bersyukur dengan kenikmatanmu, dan matikan aku dalam kebaikan"
Doa yang begitu singkat, tapi itu menenangkan untukku, barangkali juga menenangkan untukmu.
Selamat menulis kisah :')
@jndmmsyhd
348 notes
·
View notes
Text
Anak yang cengeng adalah anak yang memiliki bibit empati, tapi belum memiliki skill regulasi emosi. Anak yang sulit diberi tahu adalah anak yang berpendirian kuat, namun belum memiliki skill negosiasi. Anak yang peragu adalah anak yang mampu mempertimbangkan resiko, tapi belum memiliki skill problem solving. Anak yang berbicara nada tinggi adalah anak yang berani berpendapat, namun belum memiliki skill komunikasi.
Parents, jangan hilangkan bibit baiknya, tapi bangun skill yang tepat untuk mengasahnya.
-dr. Rina A. Sumantri
490 notes
·
View notes
Text
Setiap orang pasti akan mendapatkan ujian, dan ujian yang paling berat biasanya datang dari yang paling dekat. Ayah atau ibu, pasangan, anak, teman dan semua yang dekat.
Yang diminta Allah itu bukanlah kita keluar dari ujian dan masalah, bukan pula menyelesaikan masalah yang ada. Bukan, bukan itu.
Allah hanya ingin kamu kembali pada-Nya, hanya menghamba pada-Nya, dekat dengan-Nya, dan semua yang diprioritaskan hanyalah Dia. Karena adanya ujian dan masalah itu sejatinya untuk mengembalikan fitrah kita pada.
Coba deh kamu lihat lagi, kira-kira hubunganmu dengan Allah bagaimana hari-hari ini? Gapapa jika harus menangis dalam doa dan rintihnya pengaduan, sebab Allah suka dengan itu.
Allah dekat, Dia bisa melakukan segalanya, apalagi jika hanya untuk hidup dan duniamu yang kecil ini.
Mari, kita tumbuh bersama dalam iman dan takwa, aku dan kamu.
@jndmmsyhd
418 notes
·
View notes
Text
Harta emang mahal, tapi ketenangan jauh lebih mahal. Harta banyak, uang banyak, kerjaan bagus, kendaraan bagus, tapi kalo gak ada ketenangan tetep bakal pusing.
Walau uang penting, tapi ketenangan jauh lebih penting.
@terusberanjak
118 notes
·
View notes
Text
Benar, prasangka baik itu menjadi obat dan sebaik-baik penawar bagi keadaan yang terlihat menyakitkan
543 notes
·
View notes
Text
tinggalkan saja..
aku pikir semua orang itu baik, sampai aku sadar dititik "oh ternyata ada ya orang yang memang ingin memanjat lebih tinggi dengan mengesampingkan teman-teman disekitarnya".
kayak, aku nggak peduli orang mau ngomong apa, aku gak peduli orang nantinya akan terluka apa enggak, aku nggak peduli dengan hubungan kita berakhir baik atau tidak. ya nggak peduli aja, yang penting aku bisa mencapai puncak mimpi yang aku inginkan, yang penting aku selamat, yang penting aku nggak terluka, dan yang penting aku.
padahal untuk mencapai puncak itu nggak harus mengesampingkan atau bahkan menjatuhkan orang-orang disekitar. langit tak pernah menjelaskan mengapa ia begitu tinggi. langit tetaplah langit, tak pernah ia menjatuhkan matahari, atau bintang hanya untuk terlihat lebih tinggi, terlihat lebih baik, dan hanya ingin dilihat.
maka seharusnya diri kita juga demikian.
jika ingin mencapai puncak, naiklah tanpa menjatuhkan, naiklah dengan tenang, naiklah dengan kapasitas kamu memang memiliki kemampuan untuk itu. buktikan bahwa kamu mampu. buktikan bahwa kamu memang layak untuk berada dipuncak tertinggi. bukan menjatuhkan orang-orang di sekitarmu dan lucunya kamu malah merasa menjadi korban sebab orang-orang disekitarmu mencoba menjatuhkanmu.
ingat, hidup didunia ini cuman bentar banget. apa yang kamu tabur, nantinya akan kembali kepada dirimu, suka atau tidak. jika tidak menimpamu setidaknya ia tetap akan kembali kepadamu dalam bentuk yang berbeda.
ada satu kutipan ayat yang bagus banget, yang dimana ketika kamu tidak mampu membalas segala bentuk ketidakadilan atau kedzaliman yang menimpamu. ayat ini cukup untuk menguatkanmy bahwa semuanya akan menemui pembalasannya.
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8)
Masya Allaah, berat banget yak pembahasannya. tapi ini bener loh, maka sebisa mungkin hati-hati sama orang yang kamu dzalimi, orang-orang yang kamu sakiti. dia mungkin diam, tapi doanya melangit kepada Allaah tanpa pembatas. dia tidak perlu pembelaan, baginya cukup Allaah sebagai penolong dan keadilan akan datang dalam bentuk yang berbeda.
better an honest enemy than a false friend.
but i think that if something's toxic and it's only ever really been that. what are you gonna do? just move on. it's fine.
jadi orang-orang seperti itu memang ada dan lahir. kamu hanya perlu berjalan pada kebenaran, jika memang bisa dijelaskan dan diperbaiki, maka lakukanlah. jika tidak bisa, serahkan semuanya ke Allaah. dan itu cukup.
tinggalkan semua yang menyakiti, dan hiduplah tanpa menyakiti. semoga Allaah menolong kita semua dari hal-hal yang berpotensi menyakiti orang lain meski terkadang kita tidak sadar atau tidak ingin melakukannya.
selamat tinggal || 11.49
126 notes
·
View notes
Text
Level tertinggi dari takut kehilangan adalah;
Tidak lagi merasa khawatir saat ditinggalkan. Tidak lagi merasa takut untuk mengikhlaskan. Jika setiap temu memang sudah digariskan takdir dari 'akhir' masing-masing. Boleh jadi perpisahan serupa pintu bagi hadir yang lirih bertandang, menempatkan diri di ruang-ruang laksana peran meletakkan kebaikan.
175 notes
·
View notes
Text
Tumbuh dan Bercerita
Tidak semua masalah kita harus diketahui orang lain, bukankah ada banyak masalah yang kemudian semakin membesar hanya karena kita salah bercerita?
Lelah ya berproses menjadi dewasa itu, tapi setidaknya kita bisa lebih bijaksana dalam bersikap. Sebab dewasa itu adalah akumulasi dari kumpulan masalah yang bisa kita lewati dan hadapi, bukan menghindar atau mengabaikan.
Selamat bertumbuh, tidak apa-apa, insyaallah semua akan baik-baik saja.
Sederas-derasnya hujan, ada juga masa ia reda. Seterik-teriknya matahari, ada masa pula ia akan teduh dan rindang. Tak apa, dunia ini berputar, tak ada kesulitan yang abadi, sebagaimana tak ada pula kenyamanan yang kekal.
Selamat bertumbuh dan dewasa :)
@jndmmsyhd
667 notes
·
View notes
Text
Kita tidak pernah benar² tahu apa saja yang pernah Allaah ambil dari hidup seseorang, sebab yang terlihat hanyalah ia yang penuh dengan ketenangan menjalani hidupnya 🍃
92 notes
·
View notes