"You are the books you read, the films you watch, the music you listen to, the people you meet, the dreams you have, the places you visit, the conversations you engage in. You are what you take from these. You are the sound of the ocean, the breath of fresh air, the brightest light and the darkest corner. You are a collective of every experience you have had in life".
Don't wanna be here? Send us removal request.
Video
youtube
How many special people change? How many lives are living strange? Where were you while we were getting high?
Wake up the dawn and ask her why A dreamer dreams, she never dies Wipe that tear away now from your eye
Slowly walking down the hall Faster than a cannonball Where were you while we were getting high?
Someday you will find me Caught beneath the landslide In a champagne supernova in the sky Someday you will find me Caught beneath the landslide In a champagne supernova A champagne supernova in the sky
0 notes
Video
youtube
LOST IN TRANSLATION You need to have a certain level of life experience and maturity to understand this movie. That feeling when you meet someone and think you both are the perfect match, but somehow for whatever reason you just can’t stay. The loneliness, the isolation, the anxiety. All is beautifully captured.
0 notes
Text
Terlahir Kembali
Bali, 11 April
Untuk kakakku tersayang.
Aku menulis surat ini karena aku kembali memiliki waktu luang cukup panjang setiap malam. Ya, malam-malamku kembali panjang dan melelahkan. Seperti sebelum-sebelumnya. Tapi aku belum habis, kak. Aku belum habis.
Dunia sudah mengubahku, kak. Sifat keras kepalaku telah mengantarkan aku pada beberapa pelajaran hidup paling brutal. Sekarang aku memahami apa arti peringatan-peringatan keras dari ayah ibu dahulu. Meski begitu aku tak menyesalinya.
Aku memilih jalan yang panjang, aku ingin mendapatkan semua pelajaran dan pengalaman yang hidup ini tawarkan, dan aku tidak akan bisa mendapatkannya tanpa mengijinkan diriku untuk membuka diri terhadap rasa sakit, kecewa, dan rasa takut. Jika aku tak pernah memberanikan diriku menantang ketidakpastian di hadapanku, jika aku tak pernah masuk ke dalam badai ini, aku takkan menjadi diriku yang sekarang. Bukankah setiap manusia tumbuh membawa lukanya masing-masing?
Aku tidak ingin mengeluh pada Tuhan. Aku hanya ingin tahu apa sebenarnya rencanaNya. Ada dorongan dalam diriku untuk keluar dari situasi ini. Seperti Cheryl Strayed yang nekad menyusuri jalur Pacific Crest Trail sendirian. Atau Elizabeth Gilbert yang menghabiskan seluruh tabungannya untuk mengasingkan diri di tempat-tempat baru. Aku dan tokoh-tokoh itu punya kesamaan: dunia boleh menampar kami dengan banyak ujian, tapi dengan segenap sisa tenaga, semangat, dan harapan, kami belum habis.
Aku ingin terlahir kembali, kak. Menjadi diriku yang baru. Melakukan perjalanan spiritual. Bukan, bukan ke tempat itu. Bukan ke tempat yang dipenuhi orang-orang yang menjilat dan mencari muka. Aku merindukan tempat dimana aku merasa kecil di semesta ini. Menjelajah alam bebas dan jauh dari hingar bingar manusia. Dimana aku tak perlu mengucap sepatah doa, karena isi hatiku sudah melebur menjadi satu dengan alam sekitarku. Dalam keheningan itu, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan.
Aku tidak pernah melawannya. Aku terus melangkah ke dalam ruang ketidaktahuan dan ketidakpastian dengan rasa takut hingga aku terbiasa. Aku mulai berdamai dengan diriku sendiri, kak.
Sampai bertemu lagi dengan kisah-kisahku yang baru.
With love.
0 notes
Text
Dignity
Dignity (/ˈdignitē/ noun) 1. The moment you realize that the person you cared for has nothing intellectually or spiritually to offer you, but a headache. 2. The moment you realize God had greater plans for you that don’t involve crying at night or Instagram sad quotes. 3. The moment you stop comparing yourself to others because it undermines your worth. 4. The moment you get the courage to live your dreams, not because of what it will prove or get you, but because that is all you want to do. People’s opinions don’t matter anymore. 5. The moment you realize that you don’t need to compete with anyone, except yourself. 6. The moment you realize that you can have everything you want in life. However, it takes timing, the right heart, the right actions, the right passion and a willingness to risk it all. 7. The moment you realize that all people you meet taught you lessons, either good or bad. They came to reveal what you need towards achieving your life mission. 8. The moment you realize that happiness was never about being with a person. You are a complete human being with or without a partner. 9. The moment you believe that love is not about losing or winning. It is just a few moments in time, followed by an eternity of situations to grow from. 10. The moment you realize that you were not always right but you don’t regret any single choice you made in life.
1 note
·
View note
Text
After Some Steps You Can’t Take Back
Ini bukan soal orang-orang yang memilih untuk pergi. Ini bukan tentang pengendara kelelahan yang singgah sejenak di motel pinggiran di sebuah kota yang muram. Ini bukan bukan tentang turis yang memetik bunga cantik hanya untuk properti foto lalu membuangnya di atas tanah hingga layu dan mati.
Ini bukan tentang orang-orang yang menginjakmu karena kau hanyalah batu pijakan baginya. Ini bukan tentang orang-orang yang kebingungan di tengah perjalanannya. Ini bukan tentang mereka yang menghilang setelah mendapat apa yang mereka mau.
Ini bukan tentang orang yang menghujanimu kemarahan. Ini bukan tentang orang yang terus menerus menghisap energi positifmu. Ini bukan tentang orang yang terobsesi untuk memiliki dan mengontrol hidupmu.
Ini bukan tentang para wanita insecure yang merasa terancam olehmu. Ini bukan tentang mereka yang memilih untuk memandangmu rendah karena itu membuatnya merasa lebih baik.
Ini bukan tentang bedebah iseng yang mencolek tubuhmu seenaknya di tempat umum. Ini bukan tentang pemabuk yang mencoba menyerangmu dan menakutimu ketika kau sendirian. Ini bukan tentang iblis berjubah malaikat yang merenggut ceria masa kecilmu.
youtube
Ini tentang dirimu.
Dirimu yang tak pernah menyerah. Dirimu yang selalu bisa bangkit kembali dari titik terendah berulang kali, berdiri di atas kedua kakimu lagi. Dirimu yang menolak untuk menunggu diselamatkan oleh siapapun karena kau tahu kau adalah pejuang, petarung, pembelajar. Kau yang selalu mengejar apa yang kau mau. Kau tidak selalu kuat, kau tidak selalu menang, kau tidak selalu benar, kau sering ceroboh dan berbuat kesalahan, tapi kau tak pernah berhenti percaya pada dirimu sendiri.
Dan kau terus belajar untuk tidak berharap terlalu tinggi pada orang lain. Kau belajar harga yang harus dibayar jika menggantungkan kebahagiaanmu pada orang lain. Kau tidak perlu mencari kepingan atau belahan jiwamu. Kau adalah seorang manusia dengan jiwa yang utuh.
Kau membutuhkan orang lain untuk membagikan kebahagiaanmu, bukan untuk mengisi kekosongan dalam jiwamu. Tidak ada seorang pun yang bisa mengisi kekosongan itu selain dirimu sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa membuatmu merasa dicintai jika kau tidak mencintai dirimu sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa melukaimu jika kau tidak mengizinkan itu terjadi.
Ini tentang dirimu sendiri.
Orang yang paling layak untuk kau percaya. Orang yang paling layak kau cintai. Orang yang paling layak kau bahagiakan di atas yang lainnya.
Jangan pernah menyerah pada dirimu sendiri.
0 notes
Quote
I will not be another flower picked for my beauty and left to die. I will be difficult to find and impossible to forget.

0 notes
Text
Cerita Semesta (2)
“To describe my mother would be to write about a hurricane in its perfect power. Or the climbing, falling colors of a rainbow.” – Maya Angelou
Setelah mengingat memori di masa lalu, aku sedikit trenyuh melihat foto bayimu di akun media sosialmu. Bayi cantik yang tertidur pulas di samping ayahnya. Perasaan lega ini menandakan keikhlasanku untuk menerima semua yang ada saat ini. Mungkin suatu saat nanti aku akan menyusul menjadi seorang ibu, mungkin juga tidak. Apapun itu, aku ikut berbahagia untukmu. Konon, menjadi seorang ibu adalah puncak dari kekuatan seorang wanita.
Nona, ketahuilah, menjadi seorang ibu adalah keberuntungan. Banyak perempuan di sekitarku yang belum juga mendapatkan keturunan setelah sekian lama menikah. Aku pun pernah berangan-angan menjadi seorang ibu muda, membesarkan putriku sekaligus menjadi sahabatnya. Aku ingin mengajarkan dia apa yang telah aku pelajari sedari kecil. Dari rumput di tanah berlumpur yang diinjak-injak manusia lalu bermetamorfosis menjadi bunga yang liar namun tetap mempesona. Seperti itu kelak putriku harus tumbuh.
Nona, kau juga seorang wanita yang kuat. Kau pernah jatuh, diterpa banyak badai, dan beberapa keputusanmu jauh lebih berani ketimbang keputusan-keputusan yang pernah aku buat. Kau akan menjadi seorang ibu yang hebat. Ajarkan padanya kekuatan, keberanian, dan ketangguhan.
Sampaikan salamku untuk putri kecilmu.
0 notes
Video
youtube
I often wonder why nature inspires us, and why we’re in awe of certain scenery, and why we find these landscapes, oceans, and stars so breathtaking. It is this very question that leads me to believe our most inspired state, then, is not one of accomplishment, but of humility. I think we naturally fall in love with places that prove how small we are… places that humble us with reminders that we have so much more to learn, so much more to grow; that we are part of something bigger than ourselves.
0 notes
Photo










Kawah Ijen
Udah lama banget ngidam kemari. Saking semangatnya, naiknya cepet banget dan kaki gak kram sama sekali. Turun ke dan naik dari kawah juga ga kerasa. Pokoknya ga kerasa capek sama sekali lah.
0 notes
Photo






Baluran National Park A very short visit. Maybe next time deh ya, a special weekend to explore this park. Banyak monyet dan rusa. Konon katanya juga ada macan tutul.
0 notes
Photo

Teluk Damai, Stone Shore, Green Bay
#merubetiri #merubetirinationalpark #greenbay #banyuwangi #nationalpark #tropicalbeach (at Meru Betiri National Park)
0 notes
Quote
This dunya is not a competition. There is no competition in getting a degree, getting married first, going on a honeymoon before your friends, settling down before your sisters. There is no race in finding a better job than your best mate and finally settling down. It is not a competition of bank balances, credit cards and cars. It is not about who looks better and who is the most beautiful. It does not matter who has children first and how many houses you are able to purchase. It does not matter if it is a terraced house, semi detached, a mansion, a castle or a palace. It is not a competition of how many friends you have and how many followers you can get on social media. People spend their lives completely wasting themselves on futile things. The only thing you need to focus on is you. Are you happy? How you can increase in proximity to your Lord? How do you attain forgiveness? How can you get back up after falling? How will you attain self-contentment? Have you bettered yourself since last year? How do you increase in good? How satisfied are you with yourself? How will you be the closest to the Messenger of Allah in the akhirah?
Shaykh Mohammad Aslam (via islamicrays)
1K notes
·
View notes
Text
A Separation, and A Little About Relationship
Tidak ada adegan menye-menye yang menguras air mata di film berjudul A Separation yang saya tonton beberapa waktu lalu. Hanya deretan dialog sehari-hari antar anggota keluarga yang terasa sangat natural. Seperti menonton drama tetangga sebelah rumah. Tapi meski begitu film ini tidak lantas menguap begitu saja dari benak penontonnya. It provokes your thought, deeply.
Simin dan Nader adalah pasangan yang tidak harmonis. Adegan awal film ini menggambarkan proses perceraian mereka di pengadilan. Simin terlihat begitu rewel, cerewet, dan penuntut ketika menyampaikan keluhannya pada hakim. Sementara Nader, suaminya, lebih banyak diam dan sesekali membantah argumen istrinya. Dari sepenggal adegan itu, penonton akan beranggapan bahwa Simin ini bukan istri yang baik, bahwa ia terlalu egois, penuntut, dan mau menang sendiri. Penghakiman yang cukup kejam untuk karakter Simin.

Film berlanjut dan pelan-pelan sutradara mulai menguak tabir persoalan rumah tangga Simin dan Nader yang sudah berjalan 11 tahun. Jika sebelumnya penonton hanya menonton sepenggal adegan dan mengira Simin adalah orang yang tidak becus menjadi seorang istri, kemungkinan penonton akan mempertanyakan penilaian mereka kembali. Sungguh salut film ini bisa memberikan gambaran utuh tentang persoalan rumah tangga Simin dan Nader tanpa ada satu pun adegan flashback.
Nader, pada kenyataannya adalah lelaki yang berwatak keras, angkuh, kasar, dan di atas semua kekurangannya, menurut saya yang paling fatal adalah ketidakmampuannya untuk mengkomunikasikan isi hati dan perasaannya, terutama pada istrinya. Meski begitu, anehnya, ia dengan leluasa mampu mengekspresikan perasaannya terhadap putrinya, Termeh. Tentang hal ini, cukup sering saya temukan di kehidupan nyata seorang lelaki yang bersikap keras dan kaku pada istrinya, rupanya bersikap ‘lemah’ terhadap putrinya. Biarlah para lelaki yang menjawab misteri ini.
Penonton dipaksa untuk melihat perpisahan dari berbagai sudut pandang. Penilaian buruk saya terhadap Simin maupun Nader pun jadi samar-samar saja di akhir cerita. Simin, di balik sikap rewelnya, mengharapkan suaminya untuk mendengarkan dan menerima masukannya tentang beberapa keputusan keluarga. Nader yang temperamen bersikeras menjalankan segala sesuatu berdasarkan nalurinya.
Saya memahami sulitnya menjalin hubungan. Meski di luar tampak salah satu pihak bersikukuh dirinya yang paling benar, di lubuk hatinya yang terdalam sesungguhnya ada penyesalan. Di luar betapa kacau dan rumitnya hasil akhir suatu hubungan, tak ada satupun pihak yang innocent. Tidak ada pihak yang sepenuhnya ‘baik’ dan ‘buruk’, juga sepenuhnya ‘salah’ dan ‘benar’. Penonton cukup mengambil pelajaran saja, tidak perlu fanatik memihak salah satu. Who are you to judge?
Ambil contoh, ketika dunia ramai-ramai mengutuk Camila Parker Bowles sebagai pelakor yang menghancurkan hidup Princess Diana, saya mencoba melihatnya dari sudut pandang lain. Faktanya Pangeran Charles sudah mengenal dan jatuh hati pada Camila jauh sebelum ia menikah dengan Diana. Di luar masalah kepatutan moral atas suatu perselingkuhan, harus saya akui, apa yang dihadapi Camila dan Charles itu sama sekali bukan sesuatu yang gampang. Bukan roman picisan. Keduanya menikah dengan orang lain, lalu meninggalkan pasangannya masing-masing, untuk kemudian bersatu sebagai suami istri yang sah. Butuh waktu total 23 tahun untuk keduanya bisa menikah sejak pertama kali berkencan. Bayangkan. To be honest, I think their love story would deserve an Oscar!
Relationship is hard. I know it very clearly, marriage is not the key to happiness. Menikah bukan berarti jaminan kalian berjodoh seumur hidup. Menikah bukan berarti hidup kalian akan dipenuhi cinta selamanya. Seperti Simin dan Nader, persoalan komunikasi bisa bikin kalian cerai bahkan setelah pernikahan berjalan belasan tahun. Seperti Inggit Garnasih, harus ikhlas bercerai dari Soekarno setelah menolak dipoligami akibat 20 tahun pernikahan mereka tak kunjung diberi keturunan. I don’t believe in fairy tale.
Sounds pathetic to you? No, this is my conscious consideration in romantic relationship. Sebuah hubungan itu bagi saya sama dengan karir. You have to make it work. Di luar selera fisik, kecocokan, dan atribut-atribut lainnya, kedua pihak harus mau berusaha, berkompromi, dan belajar mengenal satu sama lain. Menurut ilmu psikologi, cinta paling lama bertahan beberapa tahun saja. Selanjutnya pernikahan bertahan lama bukan karena cinta, melainkan karena sense of responsibility, sense of risk, sense of security, social stigma, etc. With that being said, I would love to have a steady and mature partner who is willing to work hard to keep the relationship going.
0 notes
Photo






Kampus PENS visit after 4 years! Kampus perjuangan, kampus kebanggaan. Proud almamater. PENS ga berhenti-henti mengundang decak kagum dengan perkembangan dan inovasinya. Terpilih menjadi Politeknik Terbaik se-Indonesia peringkat pertama oleh DIKTI. Dedicated lecturers and staffs, passionate students, affordable price, I must say that this campus is one of the best choice to study engineering.
0 notes
Photo








Wonderloft Hostel near Kota Tua
Very cheap! Also homey, friendly staff and (luckily) guests. I had concern with the cleanlines esp the trash bin near bathroom, but overall it was nice experience.
Lokasi pinggir jalan raya mudah diakses. Ada dorm khusus wanita, jadi aman buat female solo traveler.
0 notes
Photo






Ga pernah bosen liat bangunan tua peninggalan kolonial belanda.
0 notes
Text
Gadis yang Meninggalkan Rumah
Belakangan ini saya sering mendapatkan pertanyaan yang sama dari orang-orang yang berbeda. Mulai dari teman lama, senior di kampus, saudara sepupu, dan lainnya. Saya sampai sempat berpikir, kok rasa-rasanya ini semua terlalu aneh untuk disebut sebagai suatu kebetulan. Mungkin ini konspirasi terselubung oleh semesta yang menginginkan saya untuk mulai merenung. Dari berbagai perbincangan itu, mulai dari chat dan komentar singkat, hingga obrolan lewat telepon, mereka kompak menanyakan hal yang sama:
“Sampai kapan mau terus merantau?”
Sejak dulu saya sadar sebagai gadis yang lahir, tumbuh, dan dibesarkan dalam budaya jawa, merantau jauh dari rumah, apalagi untuk anak gadis, adalah anomali. Orang Jawa pada umumnya menganut prinsip ‘Mangan gak mangan sing penting kumpul’. Makan atau tidak, yang penting berkumpul (dengan keluarga). Lihat saja, daerah mana yang penduduknya paling padat di Indonesia? Ya, pulau Jawa.
Dalam beberapa kesempatan, saya sering mendapat pertanyaan retoris dan seksis yang bernada memojokkan juga menghakimi.
“Memang kamu digaji berapa disana?”
“Lebih penting mana duit atau keluarga?”
Barangkali semua akan terasa lebih mudah jika saya terlahir sebagai laki-laki.
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya setelah saya lulus kuliah, ayahanda pernah menyarankan saya untuk langsung lanjut kuliah S2 di Surabaya yang masih terjangkau jaraknya dari rumah tanpa perlu menunggu beasiswa. Saya tahu beliau sangat peduli dengan pendidikan untuk anak-anaknya, dan biaya untuk saya bisa kuliah S2 juga bukan hal yang sulit baginya.
Lain lagi dengan ibunda. Kerabatnya menawarkan peluang kerja untuk saya di tempat yang cukup dekat dengan rumah. Bekerja di bank terkemuka, gaji lumayan, dekat dari rumah, dan saya dapat bonus tawaran yang tak kalah menggiurkan pula. “Nanti mobil mama kamu aja yang bawa”.
Beberapa bulan kemudian, saya mantab pamit untuk pergi ke Jakarta dalam rangka memenuhi beberapa tes rekrutmen pegawai dari beberapa perusahaan dan organisasi yang saya pilih sendiri. Dengan uang saku seadanya, saya menumpang di tempat kos seorang teman. Hari-hari saya diisi dengan menghadiri panggilan tes dan interview di sana-sini. Sesudah subuh, saya bergegas menuju stasiun KRL terdekat bersama ribuan orang lainnya yang bergerak memulai hari. Kadang perjalanan saya masih harus disambung dengan menumpang busway, angkot, kopaja, atau berjalan kaki beberapa ratus meter.
Saya memang belum punya banyak pengalaman di dunia kerja saat itu. Banyak pilihan-pilihan yang kerap membuat saya ragu. Tapi satu hal yang saya yakini dan tidak pernah terbersit ragu sedikit pun: nothing worth having comes easy.
Jika kamu merasa kota tempatmu tinggal sekarang tidak mendukung impian terbesar dalam hidupmu, merantaulah. Beberapa tempat memiliki peluang untuk memberikan kesempatan yang lebih beragam buatmu. Merantau bisa membuka matamu atas hal yang benar-benar ingin kamu lakukan dalam hidup. Beranikan diri untuk keluar dari rumah. Berdiri diatas kaki sendiri, jangan lagi mengandalkan bantuan keluarga dan rasakan perjuangan hidup yang sebenarnya.
Sampai kapan mau terus merantau? Entahlah. Merantau juga bukan pilihan yang mudah. Merantau tidak melulu diisi oleh hari-hari indah penuh petualangan. Hingga hari ini, terhitung sudah 9 tahun lamanya saya meninggalkan rumah, kadang saya masih mengalami beberapa hari buruk dimana saya habiskan dengan mewek sendiri sambil berharap bisa secepatnya pulang ke rumah.
Saya teringat buku Titik Nol karangan Agustinus Wibowo, traveler yang telah lama bepergian ke negara-negara Asia Barat dan menetap disana. Di tengah perjalanannya, sang ibunda jatuh sakit. Ia pun bergegas kembali pulang dan merawat sang ibunda. Melalui sang ibunda yang tak pernah bepergian kemana-mana itulah, Agustinus justru menemukan makna perjalanannya. Sebelum sang ibunda meninggal, ia menulis sebuah surat.
“Ma, saat masih muda dulu, aku pernah bercita-cita untuk mengubah dunia. Tapi perjalanan panjang ini telah menyadarkanku, aku bukanlah siapa-siapa di hadapan kuasa alam. Biarlah alam terus mengajarkan ilmunya, bukan aku yang mengubah dunia, tetapi dunialah yang mengubahku.”
Buku ini memberikan efek brainstorming yang luar biasa bagi para pemimpi dan pecinta kebebasan. Saya yang rakus akan pengalaman baru. Saya yang rakus mengunjungi tempat-tempat baru. Saya yang terbuka pada kejutan-kejutan dalam hidup. Saya yang selalu percaya petualangan bisa memperkaya jiwa sekaligus mencerahkan. Saya yang percaya tantangan dan resiko adalah dua motivasi terbaik dalam hidup. Dan di atas itu semua, saya percaya saya berhak menentukan pilihan untuk masa depan saya sendiri.
Hingga di suatu subuh ibunda menelepon saya. Di akhir perbincangan kami beliau tiba-tiba berpesan dengan suara bergetar, “Nduk, mama terus kepikiran. Anak gadis mama hidup sendirian jauh dari rumah. Cepatlah pulang, atau menikahlah, biar ada yang menjagamu disana.”
Agustinus benar. Sejauh-jauhnya kaki melangkah dan menjelajah, ia akan kembali merindukan rumah.
0 notes