drasticaliana-blog
drasticaliana-blog
i'm a mother, i'm a doctor
4 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
drasticaliana-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Susahnya Menjadi Emak Zaman Now . . Dunia semakin kacau. Akhir zaman nampaknya semakin dekat. Banyak fitnah bermunculan. Isu-isu busuk bertebaran. Kasihan generasi penerus peradaban, hidupnya penuh drama dan pergulatan. Dan malangnya nasib emak-emak zaman now, tugasnya berat, PR-nya banyak. . Menjadi ibu merupakan suatu amanah besar yang diberikan Allah pada seorang wanita. Hamil, melahirkan, menyusui, merawat, mengasuh, mendidik anak adalah tanggung jawab seorang wanita, seorang ibu. Baik buruknya pondasi anak, ada digenggaman tangan ibunya. Karena ibu adalah manusia pertama yang dikenali oleh anak. Anak banyak belajar dari ibunya. Dan itu adalah modal. Modal apa? Modal untuk pendidikan anak tentunya. . Ibu adalah sekolah yang pertama dan utama bagi anak. Modal yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, akidah, akhlak, dan syariah kepada anak sedari dalam kandungan. Ibu ibarat kuas yang memberi warna dasar karakter anak. Maka sangat penting bagi seorang ibu memiliki wawasan luas, concern pada isu yang ada, gaul, dan yang terpenting adalah memahami dasar-dasar agama. . Maraknya kasus “elgebete”, pergaulan bebas, remaja yang brutal, bisa jadi akibat malfungsi modal yang ada. Ibu tidak memanfaatkan modal awalnya dengan baik. Ibu gagal membentuk ikatan batin yang kuat dengan anak, sehingga sulit menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan pada anak. . Kehadiran ibu di masa emas perkembangan anak adalah kewajiban. Pemanfaatan modal yang baik akan menjadi perisai bagi anak terhadap fitnah yang mengintai. Pelajaran yang menghujam dalam hati anak sedari masa kecil, kelak akan menjadi rambu-rambu dan filter alami dari ancaman keburukan di kemudian hari. . . Ummu Rayyis Depok, 3 Februari 2017 #pengingatdiri #masihbelajarmenjadiibu #susahjadiemakzamannow #semangatmendidikfitrahanak #1weekchallenge #menulisbersamapakcah
1 note · View note
drasticaliana-blog · 8 years ago
Text
Kebangkitan Difteri?
Difteri sedang menjadi buah bibir masyarakat. Media elektronik, cetak, dan media sosial online pun ramai membahasnya. Adanya kasus penyakit difteri yang kini berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa) nasional menjadi pemicunya. Menurut data yang dihimpun oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), ada 28 provinsi, 142 kabupaten/kota yang mengalami KLB difteri ini. Lebih dari 600 anak dalam perawatan di rumah sakit dan 38 anak telah meninggal dunia.
Kok bisa? Bukankah difteri ini sudah musnah ya? Begitu yang terlintas dalam benak saya saat pertama kali membaca berita kasus difteri ini. Karena seingat saya, selama saya kuliah dan kepaniteraan klinik, sepertinya tidak pernah mendengar dan menemui pasien difteri. Mungkin saya yang kurang gaul dan kurang belajar yah. Hehe..
Tetapi ternyata, difteri memang masih ada. Dia belum punah. Difteri masih menjadi momok. Dan itulah kenyataan yang terjadi saat ini.
Data WHO (2014) menyebutkan ada 4.860 kasus difteri di dunia pada tahun 2013. Yang mengejutkan adalah 80% dari kasus tersebut hanya terjadi di dua negara, yaitu India dan Indonesia. Wah apalagi sekarang ya?
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Difteri harus diwaspadai karena termasuk dalam kategori penyakit menular. Cara penularannya pun sangat mudah. Bakteri dengan mudah menyebar melalui droplet/percikan air liur, kontak langsung maupun tidak langsung dengan luka terbuka pada kulit.
Gejalanya mirip dengan gejala flu. Ada demam, nyeri menelan, lemas, pembengkakan leher seperti leher sapi (bullneck), dan khasnya lagi ada lapisan putih keabuan (pseudomembran) di daerah pangkal rongga mulut (faring, laring, tonsil/amandel). Pseudomembran itu dapat menutupi saluran napas sehingga pasien difteri bisa mengalami sesak napas.
Gejala lebih lanjut disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyebar lewat aliran darah menuju jantung adalah peradangan pada otot jantung (miokarditis).
Nah, karena penyebarannya yang mudah dan gejala yang ditimbulkan bisa berakibat fatal apabila tanpa pertolongan, maka usaha kita agar tidak terdampak difteri adalah dengan PENCEGAHAN.
Mengapa pencegahan? Seperti jargon-jargon yang sering kita dengar, Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Lalu, pencegahannya bagaimana? Menurut saya, cara yang efektif adalah dengan VAKSINASI DIFTERI. Vaksinasi difteri memberikan kekebalan spesifik terhadap kuman difteri. Artinya, setelah melakukan prosedur vaksinasi difteri yang sesuai, tubuh kita dengan mekanisme dahsyat yang diciptakan oleh Allah akan membentuk antibodi atau pasukan kekebalan khusus yang mencegah kuman difteri masuk menginfeksi tubuh kita.
Data menyebutkan bahwa vaksinasi efektif mencegah penularan difteri 95%-99%. Namun, apabila vaksinnya tidak lengkap maka efektivitasnya pun menurun. Nah apalagi bila tidak pernah vaksin, efektif sekali untuk terkena difteri.
Meskipun efektif untuk membentuk kekebalan pribadi, vaksinasi difteri tidak dinyatakan sukses bila tidak membentuk herd immunity (kekebalan komunitas). Sebab, jika masih ada kelompok yang tidak vaksin/tidak punya kekebalan lalu terinfeksi difteri maka dengan cepat infeksi difteri menyebar dalam komunitas tersebut. Termasuk pula dapat menyebar ke orang yang sudah vaksin namun tidak lengkap/sesuai prosedur (imunitasnya rendah). Menurut saya, itulah yang terjadi saat ini.
Mengapa tidak mau vaksin? Banyak alasannya. Ada orang yang memang belum tahu tentang vaksinasi/imunisasi, ada yang takut vaksinasi haram karena mengandung babi, ada yang khawatir vaksinasi itu konspirasi Yahudi, ada yang bilang vaksinasi itu bidah karena tidak ada di zaman Nabi, dan mungkin banyak alasan lainnya.
Namun jika boleh saya berpendapat, vaksinasi itu adalah bentuk ikhtiar kita sebagai manusia dalam mencegah terjadinya penyakit. Mengapa ada vaksinasi? Karena ada penyakit yang mudah menular dan mengakibatkan kematian yang bila tidak dicegah dan dikendalikan maka seluruh manusia bisa mati karena. Bayangkan jika seluruh manusia di dunia ini meninggal akibat penyakit difteri!
Maka pada sekelompok ilmuwan, Allah berikan mereka sedikit ilmu untuk membuat sesuatu yang dapat mencegah kejadian itu tentu atas izin-NYA. Dan vaksinasi menjadi jawabannya.
Zaman Nabi memang belum ada vaksinasi karena memang belum ditemukan. Setiap tahun, bulan, minggu, jam, menit, bahkan detik ilmu pengetahuan sangat mungkin berkembang. Jenis penyakit pun semakin bervariasi seiring dengan perkembangan zaman. Jadi tidak mungkin bisa disamapersiskan metode pengobatan masa lampau dengan masa kini.
Vaksinasi tidak ada di zaman Nabi bukan berarti vaksin itu bidah. Karena setahu saya bidah itu jika berkenaan dengan masalah ibadah. Seperti halnya dahulu belum ada mobil, handphone, uang kertas, dll.
Vaksinasi bisa membentuk kekebalan spesifik yang menguatkan tubuh agar tidak mudah terkena penyakit-penyakit infeksi tertentu. Sedangkan jamu, herbal, kurma, bekam, makanan sehat dan bergizi, olahraga serta semua hal yang di klaim bisa membentuk kekebalan tubuh secara alami adalah memang benar bisa membentuk kekebalan tubuh namun tidak spesifik. Tubuh kita tetap memerlukan kekebalan baik yang spesifik maupun tidak spesifik, agar kita menjadi manusia yang sehat dan kuat bukan manusia yang lemah dan penyakitan.
Kita tentu mau dong anak cucu kita menjadi manusia yang kuat dan sehat, jadi pikirkan lagi tentang manfaat dan kerugian vaksin sebelum mengambil keputusan terbaik. Bukan hanya terbaik bagi anak cucu kita namun juga bagi masyarakat luas.
😊😊😊
drastica
#belajarmenuliskanopini
#belajarmenulisartikel
#maafjikaadayangkurangpas
0 notes
drasticaliana-blog · 8 years ago
Text
Dag dig dug Duaaar Hadapi Persalinan
Beberapa hari yang lalu, seorang sahabat yang sedang hamil tua mengirim pesan melalui salah satu media sosial. Dia meminta saya sharing tentang tips menjelang kelahiran. Awalnya saya berpikir, baru juga sekali hamil dan melahirkan ehh diminta sharing tentang tips jelang kelahiran hehe.. Akhirnya saya jawab, ya boleh juga lah, sharing pengalaman pribadi saja 😊 Saya buat tulisan ini khusus untuk dia sang sohabiyah tersayang juga untuk sahabat dan bunda yang sedang hamil dimanapun berada hihi 😁 Tulisan ini lebih kepada share pengalaman saya saat berada di masa jelang melahirkan, karena setiap wanita hamil punya pengalaman unik masing-masing dan tentunya berbeda satu sama lain ketika menghadapi persalinan. Begini ceritanya… Saya adalah perantau, bersama suami memutuskan untuk menjalani kehidupan rumah tangga kami berdua di sebuah kota di pinggir Jakarta, jauh dari para orang tua dan sanak saudara. Di kota ini, Kami tinggal di rumah kontrakan mungil berdua saja, tanpa ART. Segala urusan rumah tangga kami saling berbagi tugas. Di awal masa merantau, saya sempat bekerja di salah satu klinik kesehatan. Namun, saat usia kehamilan memasuki 6 bulan, saya memutuskan untuk resign. Tujuan saya adalah agar dapat lebih fokus mempersiapkan diri menghadapi persalinan dan lebih menjaga kesehatan. Lalu, apa saja kegiatan yang saya lakukan untuk mempersiapkan kehadiran si buah hati? Pertama.. Tholabul ilmi atau mencari ilmu tentang segala hal yang berkaitan dengan merawat, mengasuh, dan mendidik anak dari berbagai sumber. Baik dari browsing internet, membaca dari buku, maupun ikut kajian pekanan, ikut program tahfidz , dan juga kajian halaqah. Hal ini saya lakukan dalam rangka memantaskan diri untuk menjadi seorang ibu. Bukan ibu yang hanya sekadar ibu biasa, namun menjadi ibu luar biasa yang sholihah berilmu agar diridhoi Allah mampu mencetak generasi sholih/sholihah. Sebab, ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Kedua.. Persiapan fisik menghadapi kelahiran. Yang saya lakukan untuk menyiapkan fisik antara lain menjaga makan teratur (meskipun kadang perlu diingatkan oleh suami hehe), tapi kalau memang lapar ya makan saja, secukupnya tidak berlebihan. Saya juga suka mengkonsumsi kurma. Apa hubungannya kurma dengan persiapan persalinan? Ternyata ada pengaruhnya loh.. Dalam sebuah penelitian, kurma terbukti berperan dalam mempersingkat waktu persalinan. Pada penelitian tersebut dibagi dua grup wanita hamil. Satu grup tidak mengkonsumsi kurma, sedangkan grup lainnya mengkonsumsi 6 butir kurma tiap hari sejak 4 minggu jelang kelahiran (mulai usia kehamilan 35 minggu). Hasilnya 96% wanita hamil yang mengkonsumsi kurma, melahirkan dengan proses spontan tanpa induksi. Fase laten jelang kelahiran (pembukaan pertama) pada pengkonsumsi kurma hanya 8,5 jam dibandingkan yang tidak konsumsi kurma 15,1 jam. Artinya fase laten lebih cepat 7 jam pada pengkonsumsi kurma. Hal ini saya rasakan dampaknya saat proses persalinan yang saya alami, alhamdulillah prosesnya memang sangat cepat. Hanya sekitar 3 jam merasakan perut mulas yang luar biasa. Anak pertama saya lahir dalam waktu kurang lebih 8 jam setelah diketahui pembukaan 2 cm saat pemeriksaan dalam (vaginal toucher) pertama kali. Selain itu, saya juga tetap melakukan aktivitas rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, beberes rumah. Namun, saya sih santai mengerjakannya, tidak terlalu memaksakan diri ‘ngoyo’ dalam melakukannya. Alhamdulillah ada suami yang terkadang membantu juga 😁. Bumil itu kan mudah capek, kalau merasa lelah ya istirahat. Selain untuk menjaga agar bumil tetap fit dan waras, juga menjaga agar janin dalam rahim tumbuh dengan baik. Aktivitas fisik lainnya seperti jalan kaki sekitaran komplek dan senam hamil di rumah (saya mengikuti gerakan video tutorial senam hamil di Youtube, boleh juga kok kalau mau ikut kelas bumil yang ada instrukturnya). Saya melakukan senam hamil 2 kali per pekan mulai usia kehamilan sekitar 8 bulan (kalau tidak salah ingat hehe).
Ketiga… Persiapan mental spiritual dengan amalan ibadah dan berdoa. Doa adalah senjata. Doa di waktu-waktu ijabah seperti saat setiap selesai shalat wajib dan di sepertiga malam saat shalat tahajud. Berdoa pada Allah, Sang Khaliq, agar dimudahkan dalam proses melahirkan. Saat sudah memasuki fase bersalin yang ditandai dengan keluarnya lendir darah, ada pembukaan serviks/leher rahim, dan perut yang mulai terasa sakit, yang saya lakukan adalah Perbanyak dzikrullah/berdzikir kepada Allah.. Melafalkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istigfar, dan berserah diri pada Allah di saat nikmat perut yang bergejolak melanda #tsah hehe.. Hindari berteriak kalimat-kalimat yang tidak berfaedah. Pompa semangat dengan keyakinan bahwa, saat perut makin sakit maka kita akan segera bertemu buah hati idaman. Ketika tiba waktunya mengedan, maka kumpulkan tenaga, tarik napas panjang kemudian mengedan dengan mantap dan penuh keyakinan. Alhamdulillah bahagia sekali rasanya saat berhasil melahirkan spontan dan normal. Hilang rasa sakit saat mendengar tangisan si buah hati. Namun, jikalau ada indikasi medis yang mengharuskan persalinan dengan operasi caesar, Bunda tidak perlu kecewa atau bersusah hati. Tetap tawakkal pada Allah apapun kondisinya. Demikian sharing pengalaman saya dalam menghadapi persalinan. Semoga menginspirasi.
0 notes
drasticaliana-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
Gratis! Imunisasi MR mencegah penyakit campak dan rubella.
Hai Bunda, sudahkah mendengar informasi tentang Program Imunisasi MR gratis oleh Pemerintah?
Bunda cerdas harus tahu seluk beluk program ini. Tidak asal ikut-ikutan tanpa tahu maksud dan tujuannya. Dalam artikel ini, saya mencoba menuliskan informasi yang dapat membantu Bunda mengenal dan memahami program ini. Sebelum lebih jauh, yuk kita bahas tentang Apa itu MR dan Mengapa perlu imunisasi MR terlebih dahulu.
MR adalah singkatan dari measless dan rubella. Measles atau dikenal dengan campak merupakan penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus. Penyakit ini sangat mudah menular. Media penularannya melalui percikan air ludah dari penderita campak. Gejala yang muncul antara lain, demam tinggi disertai batuk pilek, mata merah, serta gejala khasnya berupa bercak putih seperti sariawan di mulut bagian dalam (koplik spot) dan ruam kemerahan merata diseluruh tubuh.
Sedangkan, Rubella yang sering disebut sebagai campak jerman merupakan penyakit virus yang disebabkan oleh toga virus jenis rubivirus. Penyakit Rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin. Selain itu, Rubella juga dapat ditularkan oleh ibu hamil terhadap janinnya oleh karena virus rubella dapat melewati sawar plasenta/ari-ari. Hal ini dapat berakibat kematian janin atau bayi lahir dengan sindrom rubella bawaan (kongenital rubella sindrom).
Gejala rubella yaitu demam ringan, bercak kemerahan pada tubuh disertai pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital. Pada wanita dewasa muda yang terserang virus ini dapat mengalami nyeri sendi (artritis/artralgia).
Tahukah Bunda, campak dan rubella masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia. Pun juga di Indonesia. Oleh sebab itu, WHO menargetkan campak dan rubella dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020. Nah untuk mendukung target WHO tersebut, Kementrian Kesehatan Indonesia mengadakan Program Imunisasi MR gratis. Melalui program Imunisasi MR gratis ini diharapkan masyarakat Indonesia memiliki tingkat kekebalan yang tinggi terhadap penyakit campak dan rubella.
Kasus campak masih marak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Media Jawapos.com pada 27 Juli 2017 memberitakan bahwa dalam tujuh bulan terakhir terdapat 106 anak yang terserang campak dan di rawat inap di RSUD Sidoarjo. Dokter spesialis anak di rumah sakit tersebut mengatakan bahwa kasus campak tersebut rata-rata terjadi pada anak usia 9 bulan hingga 10 tahun. Dan kondisinya pun rata-rata sudah parah karena disertai komplikasi.
Penyakit measles atau campak sangat berpotensi menjadi wabah apabila tingkat kekebalan masyarakat rendah atau tidak terbentuk. Selain itu, campak bisa berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak.
Rubella juga merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif di Indonesia. Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Hal yang dikhawatirkan adalah ketika infeksi rubella terjadi pada wanita hamil, terutama trimester pertama yang dapat berakibat keguguran/ kematian janin, atau sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.
Apa yang dimaksud dengan CRS? DR. Dr. Setyo Handryastuti, Sp.A(K) dalam artikel di situs idai.or.id (2016) menjelaskan bahwa sindrom rubela kongenital (CRS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang terdiri dari katarak (kekeruhan lensa mata), penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan, termasuk keterlambatan bicara dan disabilitas intelektual. Sindrom rubela kongenital disebabkan infeksi virus rubela pada janin selama masa kehamilan akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubela. Seorang anak dapat menunjukkan satu atau lebih gejala SRK dengan gejala tersering adalah gangguan pendengaran.
Berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS.
Ngeri ya bun, ternyata masih banyak kasus campak dan rubella yang terjadi di sekitar kita. Data tersebut didapat dari kasus yang tercatat atau dilaporkan. Jumlah kejadian kasus campak maupun rubella yang sesungguhnya bisa jadi lebih dari itu, Karena mungkin saja ada kasus yang tidak tercatat atau dilaporkan.
Jadi, pemberian imunisasi campak dan rubella (MR) ini penting ya bun. Imunisasi MR dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. Tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi anak, imunisasi MR ini juga berpengaruh bagi masyarakat umum. Sebab apabila setiap anak mendapat kekebalan dari vaksin MR maka tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit campak dan rubella pun akan meningkat.
Nah, seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Kementrian Kesehatan Indonesia  mengadakan Program Imunisasi MR gratis bagi masyarakat. Program Imunisasi MR gratis oleh Kemenkes ini akan diselenggarakan dalam 2 fase. Fase pertama adalah bulan Agustus-September 2017 di seluruh wilayah Pulau Jawa. Dan fase kedua pada bulan Agustus-September 2018 di seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Sasarannya adalah seluruh anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun. Baik yang sudah maupun yang belum pernah mendapat imunisasi campak sebelumnya. Dan bagi yang belum maupun yang sudah pernah mengalami sakit campak atau penderita CRS.
Pelayanan imunisasi dilakukan di pos-pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan yaitu di sekolah-sekolah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Jadi, Bunda cerdas harus mempersiapkan anak-anaknya yang berumur 9 bulan sampai dengan <15 tahun untuk mendapatkan vaksin MR ini nih. Jangan sampai terlewat. Mumpung gratis, hehe. Agar bisa diberikan vaksin, anak harus dalam keadaan sehat. Imunisasi MR akan ditunda pemberiannya pada anak yang sedang mengalami demam, batuk-pilek, atau diare.
Penting juga Bunda ketahui, Vaksin Measles Rubella (MR) yang digunakan berisi virus hidup yang dilemahkan (live attenuated) berupa serbuk kering dengan pelarut. Vaksin ini diberikan dengan cara disuntikkan pada jaringan bawah kulit (subkutan) dengan dosis 0,5 ml. Setiap dosis vaksin MR mengandung: 1000 CCID50 virus campak dan 1000 CCID50 virus rubella.
Bunda tidak perlu khawatir, vaksin yang digunakan sudah mendapat rekomendasi WHO dan izin dari BPOM. MUI juga memfatwakan bahwa imunisasi itu mubah/boleh dilakukan. Jadi, aman ya bun.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah efek samping setelah imunisasi. Apabila terjadi demam ringan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi, Bunda jangan panik ya. Reaksi tersebut adalah hal yang wajar terjadi. Biasanya reaksi tersebut akan menghilang dalam 2-3 hari setelahnya.
Semoga bermanfaat.
(drasticaliana)
Sumber: http://www.ichrc.org/67-campak http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/sindrom-rubela-kongenital http://www.jawapos.com/read/2017/07/27/147051/belum-tujuh-bulan-ada-106-kasus-campak-di-rsud-ini https://jurnalpediatri.com/2016/03/06/tanda-dan-gejala-penyakit-campak-atau-rubeola/ http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/petunjuk_teknis_kampanye_dan_introduksi_mr.pdf?ua=1
0 notes