elangfatah
elangfatah
eling maring piwulang
62 posts
nasehat untuk diri sendiri
Don't wanna be here? Send us removal request.
elangfatah · 10 days ago
Text
Jati dirimu ditentukan dari apa yang kamu perjuangkan, camkan itu!!!
1 note · View note
elangfatah · 1 month ago
Text
Arsitektur, ruang, dan masa depan pendidikan kita
“Apa itu pendidikan?”
“Apakah pendidikan itu sama dengan pengajaran?”
“Apakah mendidik itu sama dengan mengajar?”
“Pendidikan itu intinya adalah perubahan sikap, tidak hanya transfer of knowledge”
Begitulah kira-kira pemantik yang disampaikan oleh Ust. Anton saat mengajar mata pelajaran Ilmu Keguruan 9 tahun lalu.
Sabtu lalu, acara simposium yang diadakan oleh arsitektur UGM mengangkat tema yang sangat menarik, “Arsitektur, ruang, dan masa depan pendidikan kita”. Dimulai dengan kesadaran bahwa pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dan penting, maka arsitektur menyediakan ruang ideal yang mendukung terselenggaranya pendidikan. Kata “ruang” punya makna yang lebih luas dari sekedar “tempat”. Ruang tidak sebatas tempat yang dibatasi oleh dinding tapi juga suasana, emosi, kesan, fungsi, dan hal-hal non fisik lainnya.
Pandangan soal kembali kepada pendidikan yang sesungguhnya (tidak selalu soal pengajaran), memantik bahwa hal-hal di dalam pendidikan itu seharusnya bisa sangat fleksibel dan kontekstual. Tidak dibatasi oleh sekat-sekat dan pakem-pakem tertentu yang justru bisa menjadi penghambat proses pendidikan itu sendiri. Salah satunya adalah pandangan bahwa guru sebagai sumber kebenaran yang selalu “memberi” ilmu, dan murid adalah objek yang selalu “menerima” ilmu. Dalam sistem demikian sulit untuk menumbuhkan rasa penasaran dan daya kritis, karena murid yang mendebat atau tidak setuju dengan guru selalu dianggap salah, atau bahkan tidak sopan. Padahal seharusnya tidak demikian, selalu ada sudut pandang lain yang mungkin guru itu memang belum tau. Apalagi di era banjir informasi seperti sekarang ini, guru itu tidak selalu benar dan murid itu tidak selalu salah. Bahkan seorang pengajar adalah orang yang seharusnya lebih banyak belajar. Dia harus siap dengan apa yang akan disampaikan, dan harus siap jika ada pertanyaan atau sanggahan dari murid yang tidak sependapat dengan dia.
Maka dalam pandangan pendidikan yang sesungguhnya, guru berperan sebagai fasilitator yang bisa merangkul argumen dari muridnya. Memfasilitasi tidak sekedar mengarahkan -apalagi semata-mata menjudge benar dan salah statement dari murid-, tapi menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu sebagai modal awal dari belajar. Maka dari itu skill untuk mengajukan pertanyaan itu lebih penting dari sekedar mendapatkan jawaban.
Arsitektur dalam membentuk ruang pendidikan juga harus memegang prinsip-prinsip pendidikan yang fleksibel, kontekstual, tidak kaku, dan yang terpenting adalah bisa merespon perilaku di lingkungan pendidikan. Seorang arsitek perlu tahu perilaku apa saja yang harus diubah dan perilaku apa saja yang harus diwadahi/difasilitasi. Kembali kepada prinsip bahwa pendidikan adalah perubahan sikap dan pembentukan karakter, maka arsitektur sebagai ruang harus memiliki karakter yang kuat untuk mendukung ruang pendidikan yang lebih baik di masa depan. Bukan hanya sekedar tempat yang dampak psikologisnya tidak dipikirkam dengan matang.
1 note · View note
elangfatah · 3 months ago
Text
Aku, Kamu, dan Janji
Tumblr media
Dulu, aku pernah ditanya oleh temanku tentang prinsip apa yang selama ini kamu pegang? Dengan cukup percaya diri aku jawab "jangan pernah lelah menjadi orang baik". Sudah lama sekali sejak kata-kata itu menancap di hati dan pikiran. Tapi dewasa ini, definisi baik itu ternyata terlalu relatif. Agar bisa menjadi "manusia baik" yang tidak naif, penting untuk tahu dan paham baik itu yang bagaimana dan menurut siapa. Perspektif soal baik sangat beragam dan multitafsir.
Kalau tidak ingin gila di era informasi serba cepat dan algoritma medsos menguasai kehidupan, satu-satunya barrier ada pada kontrol pikiran dan respon kita terhadap sesuatu. Sehingga saat kita melakukan sesuatu yang menurut kita baik, kita akan menyadari bahwa akan selalu ada orang yang berpikir bahwa apa yang kita lakukan itu buruk. Maka respon kita adalah yang menentukan apakah standar baik kita yang bergeser, ataukah tetap mempertahankan prinsip awal dengan segala resiko.
Sejak 13 tahun yang lalu, tepatnya saat awal-awal masuk pondok, kebiasaan membacaku mulai terbentuk. Novel Tere Liye selalu mewarnai setiap bacaanku selama 6 tahun di pondok, dan bahkan sampai saat ini (walaupun sempat terputus 4 tahun saat kuliah). Satu hal yang baru aku sadari dengan penuh, novel-novel Tere Liye turut membentuk pola pikirku bahwa apapun yang terjadi jangan pernah berhenti menjadi orang baik. Tentu kita adalah manusia, pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, bahkan kalaupun itu dilakukan dengan penuh kesadaran. Tapi lagi-lagi, kita adalah manusia yang dibekali hati nurani yang selalu condong pada kebaikan.
Kurang lebih 2 bulan ini aku mulai membaca lagi novel karya Tere Liye. Judulnya "Janji", ini buku kedua setelah aku selesai dengan buku "Sendiri". Kalau dulu membaca novel untuk mengisi waktu luang, kali ini perlu meluangkan waktu untuk membacanya. Selain karena agenda pekerjaan yang lumayan padat, scrolling medsos adalah toxic activity yang sampai saat ini aku sangat sulit mengendalikannya.
Satu hal yang aku sadari dari novel Janji, aku ingin menjadi Bahar. Seorang pemabuk, pembunuh, senang kelahi, melawan guru, melawan neneknya, tapi dia selalu punya prinsip untuk menjadi orang baik. Perjalanan dia keluar dari sekolah agama menjadi seorang bajingan sampai menjadi orang yang dikagumi oleh banyak orang adalah proses bahwa Bahar selalu memegang prinsip "menjadi orang baik". Tentu menjadi orang baik itu tidak ujug-ujug, karena kita akan selalu diuji dengan apa yang kita pegang.
Aku ingin menjadi Bahar, seorang manusia yang pada akhirnya dicintai oleh banyak orang dan di akhirat naik mobil emas. Bukan karena dia selalu "baik", tapi karena dia menjalani proses menjadi baik selayaknya manusia biasa yang pasti pernah berdosa. Sampai pada satu kesadaran bahwa kesempurnaan menjadi manusia adalah karena adanya ketidaksempurnaan pada manusia itu.
4 notes · View notes
elangfatah · 5 months ago
Text
Hari-hari lelah
Sebagai orang yang bergelut di bidang desain, daya kreatif adalah salah satu modal paling penting. Mencari cara untuk menyelesaikan masalah secara kreatif adalah makanan sehari-hari. Tapi berfikir kreatif itu menguras banyak energi. Mungkin ragaku diam di depan sketchbook dan laptop seharian, tapi pikiran dan imajinasi ini entah sudah towaf keliling bumi berapa putaran. Melelahkan sekali.
Jadi teringat dulu saat SMA, setelah pelajaran matematika selesai, badanku langsung lemas, gemetar, dan keringat dingin, menandakan harus segera beli jajan agar energi yang habis saat mengerjakan soal matematika bisa terisi kembali...wkwkwk.
Rutinitas saat ini pagi - sore menggarap proyek kantor, ba'da isya - jam 11 malam menggarap proyek pribadi, kadang dilanjut ba'da subuh - jam 8 pagi. Weekend pun terasa sangat sekejap karena ada saja proyek yang harus digarap. Itu membuat planning rencana studi S2 atau Profesi jadi kadang terabaikan. Cukup kacau, mengingat ada hal-hal yang sebenarnya harus aku prioritaskan terlebih dahulu.
Meski lelah dan menguras banyak energi, kesibukan saat ini benar-benar harus aku syukuri. Di luar sana pasti lebih banyak orang yang jauh lebih lelah dan sibuk untuk mengejar impiannya masing-masing. Bagiku, disibukkan dengan hal-hal positif adalah bagian dari rizki yang diberikan oleh Allah. Tak terbayang bagaimana hancurnya kalau aku disibukkan dengan hal-hal negatif yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain, a'udzu billah min dzalik.
PR ku sekarang adalah mengkonsep ulang pola istirahat dengan agenda yang tiada habisnya itu. Kalau kembali ke surah Al-Insyirah ayat 7 { فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ } pada hakekatnya istirahat adalah beralihnya suatu pekerjaan kepada pekerjaan yang lainnya. Mengatur agar semua tetap sesuai dengan porsinya supaya produktivitas tetap terjaga.
اللهم يسر ولا تعسر ثم تمم بالخير 🤲
5 notes · View notes
elangfatah · 6 months ago
Text
Diberi kesempatan
Tumblr media
KRL rute Solo-Jogja pagi ini terlambat 10 menit dari jadwal keberangkatan. Harusnya kereta berangkat dari stasiun Purwosari di jam 09.10 dan sampai di stasiun Yogyakarta di jam 10.16. Keterlambatan itu cukup membuatku khawatir karena 10 menit adalah waktu yang sangat krusial untuk berpindah kereta dan open war untuk rebutan tempat duduk wkwk. Selain itu sebelum jam 10.26 aku harus sudah naik kereta Prameks rute Jogja-Purworejo.
Tepat pukul 10.26, KRL sampai di stasiun Yogyakarta. Aku melihat pintu kereta Prameks masih belum tertutup. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari menuju kereta Prameks. Alhamdulillahnya, para petugas yang bertanggungjawab (entah siapa yang bertanggungjawab) memberi toleransi waktu keberangkatan 3 menit untuk memberi kesempatan kepada penumpang yang akan berpindah dari KRL yang terlambat itu menuju ke kereta Prameks yang ternyata sudah penuh.
Masih diberi kesempatan naik kereta agar tidak terlambat sampai rumah itu sangat membahagiakan. Pagi ini asyik sekali 😄
5 notes · View notes
elangfatah · 6 months ago
Text
Memberi kesempatan
Kita seringkali tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk mencoba dan bertumbuh. Terlalu cepat memutuskan bahwa dia tidak bisa, tidak berbakat, sulit berkembang. Tentu saja manusia adalah tempatnya salah dan lupa, tapi bukankah manusia itu ditakdirkan bisa belajar dan berubah?
Toh kalau memang dia sudah mencoba dan tidak sesuai yang diharapkan, memang kenapa? Tidak ada faktor tunggal dalam perkembangan manusia. Ada banyak hal yang memengaruhi perkembangan manusia sejak dia lahir sampai tua. Tapi yang terpenting, manusia itu selalu belajar. Mungkin perlu dua, tiga, empat, atau berulang kali jatuh ke lubang yang sama. Orang bisa jatuh berulangkali ke lubang yang sama hanya saja dengan faktor yang berbeda. Karena pada hakekatnya tidak ada kesalahan yang benar-benar sama. Selalu ada perbedaan di setiap masalah yang terlihat sama meskipun sangat kecil. Perlu dipahami bahwa setiap orang berbeda-beda dalam mengolah dan mengantisipasi kemungkinan akan menemui kesalahan yang hampir sama tersebut.
Jadi, cobalah untuk memberi kesempatan kepada orang lain dan diri sendiri untuk berproses dan berkembang menjadi lebih baik. Tuhan saja selalu memberi kesempatan, lalu kenapa kita terlalu cepat menghakimi?
4 notes · View notes
elangfatah · 7 months ago
Text
Tidak baik atau buruk
Segala sesuatu yang terjadi pada hidup manusia itu pada dasarnya netral saja (indifferent). Tidak baik atau buruk. Yang menjadikannya baik atau buruk adalah persepsi kita. Menjadi kaya bisa jadi buruk kalau dengan itu menjadikan hidup kita tidak tenang, jauh dari kebaikan, dan dekat dengan kemaksiatan. Sebaliknya, menjadi kaya juga bisa jadi baik kalau dengan itu kita semakin semangat untuk membantu orang lain, menjadikan harta kita lebih bermanfaat, memudahkan kita untuk beribadah, dan semakin dekat dengan kebaikan. Mengalami kecelakaan motor bisa jadi baik kalau dengan itu kita jadi lebih bersyukur karena masih diberi keselamatan, menjadi semakin hati-hati, waspada, dan taat peraturan lalu lintas. Kecelakaan motor bisa juga menjadi buruk kalau kita mengeluh, mengutuk, menyalahkan orang lain, menyalahkan tuhan, dan misuh-misuh.
Persepsi adalah sesuatu yang berada di bawah kendali kita, sehingga baik-buruk itu adalah sesuatu yang ada dibawah kendali. Tentu saja setiap manusia punya standar baik-buruk yang biasa dikenal dengan etika, moral, akhlak, adab, sesuai dengan sumber kebaikan masing-masing. Sebagai seorang muslim, standar baik-buruk kita adalah akhlak yang sumbernya adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Terkait ini, ada sebuah hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar dan itu pun baik baginya.”
Satu hal penting yang Nabi ajarkan kepada kita adalah konsep pengendalian diri yaitu persepsi. Standar kebaikan orang yang beriman adalah dia harus bisa merespon segala situasi dengan positif. Kalau mendapati kesenangan atau kemudahan dia harus bersyukur, kalau mendapati kesedihan atau kesulitan dia harus bersabar. Syukur dan sabar adalah sesuatu yang baik dan bahkan diperintahkan dalam Islam.
Respon adalah satu hal yang sangat mendasar. Bagaimana kita merespon akan menentukan baik buruknya sesuatu yang menimpa kita. Dan respon adalah sesuatu yang berada dibawah kendali kita. Setiap masalah datang, hadapi secara responsif, yaitu memroses masalah dengan baik dan penuh pertimbangan. Jangan hadapi masalah secara reaktif tanpa ada proses dan pertimbangan yang baik.
4 notes · View notes
elangfatah · 7 months ago
Text
Ibu Berubah
Kemarin siang di meja makan rumah, aku sudah menghabiskan oseng tongkol dan sayur kacang panjang. Lauk pagi yang kumakan siang karena aku tidak biasa sarapan. Ibu yang baru mengambil nasi bicara, "lawuh e ditelaske mawon, mas".
"Lha ibuk?", jawabku menimpali.
"Ibuk nggo iki wae", sambil mengambil sayur kacang panjang. Sambil iseng aku jawab, "tak gadho nggih?".
"Yowis digadho ora opo-opo", jawab ibu sambil bersiap makan.
Hmmm, sejak kapan ibu membolehkan aku makan digadho (makan lauknya saja tanpa nasi)?. Bukankah dulu ibu selalu mengingatkan kalau makan lauk itu harus pakai nasi? Nggak boleh digadho. Jadilah aku dan kakak-kakakku kalau makan selalu menyisakan lauk diakhir agar bisa digadho, tanpa mengambil lauk lagi. Setelah kuingat-ingat, sepertinya sejak aku masuk pesantren 12 tahun lalu. Ada banyak hal yang berubah pada ibu. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ibu memarahiku, seingatku saat aku masih kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Aku jadi teringat suatu kutipan, katanya "hari dimana seseorang pergi merantau dari rumah entah untuk belajar atau bekerja, itu adalah hari terakhir dia di rumah". Jika perkataan itu benar, rumah yang ditinggal itu nampaknya adalah orang tua, bapak dan ibu. Mereka adalah orang pertama yang kehilangan anaknya. Mengikhlaskan untuk tidak lagi bertemu setiap hari di rumah dengan harapan agar kelak anaknya menjadi orang yang berilmu dan menjemput karirnya yang baik.
Kehilangan selalu mengubah manusia. Entah yang meninggalkan atau ditinggalkan. Tentu saja kita sebagai anak berharap perubahan itu akan baik bagi kita, bisa dalam ilmu atau karir. Tapi pernahkah kita berpikir akankah perubahan itu baik bagi orang tua? Apakah kita seegois itu, hanya memikirkan ambisi pribadi sampai tidak mempertimbangkan bagaimana bisa orang tua kita bahagia? Bagaimana perasaan mereka saat tidak bisa melihat kita setiap hari? Tentu mereka akan bilang tidak apa-apa, tapi apakah benar tidak apa-apa?
5 notes · View notes
elangfatah · 8 months ago
Text
Pengendalian diri dan konsep ikhtiar-tawakkal
Tumblr media
Beberapa hari lalu aku berdiskusi singkat dengan temanku soal pengendalian diri. Dari buku yang aku baca beberapa waktu lalu, salah satu kunci pengendalian diri adalah bahwa kita harus tau mana hal-hal yang berada di bawah kendali kita, dan mana hal-hal yang berada di luar kendali kita. Pemahaman itu sangat penting agar kita tau batasan diri, karena tidak semua hal berjalan seperti yang kita inginkan.
Dunia ini berjalan tanpa peduli apa perasaan dan bagaimana kondisi kita saat ini. Tidak peduli apakah kita sedih, menangis, senang, tertawa, cemburu, alam akan tetap berjalan. Matahari akan tetap terbit dan tenggelam. Laut akan tetap pasang dan surut. Mendung akan tetap datang disusul hujan. Angin akan tetap berhembus. Kucing akan tetap mengejar tikus. Pun begitu manusia, akan tetap fokus pada dirinya masing-masing.
Jika salah satu teman kita berkhianat, apa yang harus kita lakukan? Pada titik inilah pengendalian diri kita diuji soal bagaimana kita merespon teman yang berkhianat tadi. Perlu dipahami bahwa pengkhianatan oleh si teman adalah sesuatu yang berada di luar kendali kita. Sedangkan bagaimana respon kita terhadap itu adalah sesuatu yang berada di dalam kendali kita. Apakah kita akan merespon dengan sesuatu yang lebih buruk? Ataukah kita akan merespon dengan yang lebih baik? Semua itu berada di bawah kendali kita.
Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi, memberi sebuah analogi bahwa saat seorang pemanah menarik anak panah untuk membidik sasaran, selama anak panah itu belum dilesatkan maka itu adalah hal yang berada di bawah kendali si pemanah. Namun, ketika anak panah itu dilesatkan maka itu adalah hal yang berada di luar kendali si pemanah. Bidikan si pemanah bisa jadi sudah akurat, tapi selalu ada kemungkinan anak panah itu dibelokkan oleh angin yang tiba-tiba berhembus, atau tertabrak kerikil yang entah datang dari mana, yang membuat anak panah itu meleset dari target bidikan.
Dalam Islam, saat anak panah panah masih ditangan pemanah, kondisi itu berada di ranah ikhtiar yang masih bisa diusahakan dengan maksimal. Adapun saat anak panah dilesatkan, kondisi itu berada di ranah tawakkal yang seluruhnya kita serahkan kepada Allah karena tidak ada celah lagi bagi kita untuk berikhtiar disitu. Namun lucunya, terkadang manusia belum berikhtiar dengan maksimal, dan serta merta menyerahkan kepada Allah. Lalu saat hasilnya tidak sesuai yang diharapkan dia berkata bahwa Allah itu tidak adil. Pemikiran semacam itu menyalahi logos atau pola bagaimana alam ini berjalan, atau bahasa Islamnya menyalahi sunnatullah.
5 notes · View notes
elangfatah · 10 months ago
Text
Tumblr media
Berasa kembali anak kecil. Dulu lebih suka gambar power ranger pake crayon warna warni. Asik banget. Nggambar sambil meliarkan pikiran power ranger sedang beraksi.
Sekarang rasanya masih sama. Meski dengan imajinasi dan referensi yang berbeda. Kadang nggak tau juga mau dikasih judul apa karena memang nggak jelas. Seperti menggambarkan isi kepala manusia dewasa yang semakin abstrak dan penuh kepura-puraan.
Apapun itu, ini adalah satu stress release paling ampuh. Yang penting coret-coret aja. Bagus atau jelek, nggak urusan.
6 notes · View notes
elangfatah · 10 months ago
Text
12 Aturan Stoik Untuk Kehidupan Yang Baik [4]
(1) Bangun pagi hari
Jurnaling ; menulis, membaca, refleksi diri
Jalan-jalan ; menggerakkan tubuh, olahraga
Melakukan sesuatu secara mendalam ; fokus pada apa yang ada di depanmu
(2) Fokus pada apa yang berada dalam kendalimu
Mengidentifikasi dan memisahkan hal-hal yang ada di bawah kendali dan tidak di bawah kendali kita.
(3) Jangan meliarkan pikiran
"Kita lebih sering takut dari pada terluka, dan kita lebih sering menderita karena imajinasi dari pada realita." -Seneca-
Fokus pada saat sekarang dan pada apa yang bisa dikendalikan
(4) Perlakukan kesuksesan dan kegagalan dengan cara yang sama
"Menerima tanpa kesombongan, melepaskan dengan ketidakpedulian." -Marcus Aurelius-
Kesuksesan dan kegagalan adalah hal yang berada di luar dirimu, itu tidak mengubah siapa dirimu. Kamu tetaplah manusia yang sama.
(5) Lakukan satu hal baru setiap hari
Kita harus mendapatkan 1 kemenangan kecil, semakin cepat dimulai semakin baik perasaan dan dirimu.
Apa langkah kecil yang bisa dilakukan untuk memajukan proyek yang sedang kamu kerjakan?
(6) Buatlah pilihan yang indah
Keindahan terletak pada perilaku manusia yang baik ; valueable
Saat dihadapkan dengan beberapa pilihan, ambil yang paling sulit dan menantang
"Jika pilihanmu indah, kamu juga akan indah." -Epictetus-
(7) Terus menerus mempertanyakan "apakah ini perlu?"
"Sebagian besar dari apa yang kita katakan dan lakukan itu tidak penting." -Marcus Aurelius-
"Jika anda mencari ketenangan, lakukan lebih sedikit." -Marcus Aurelius-
(8) Cintai takdirmu (amor fati)
Jangan berharap semua hal seperti yang kita bayangkan, tapi cintailah semua hal yang terjadi dalam hidup kita
Setiap kali hal buruk terjadi, respon secara positif (mengambil hikmah)
(9) Bicaralah dengan orang mati
Dengan membaca buku, seolah-olah kita berbicara dengan orang mati
Tubuh mereka mungkin membusuk di tanah, tetapi di halaman buku mereka hidup dan sehat
(10) Tegas pada diri sendiri dan pengertian pada orang lain
Memahami dan memaafkan mereka yang telah terputus dari kebenaran
Standar anda adalah untuk anda, bukan orang lain
Membenci dosanya sambil tetap mencintai pendosanya
Saat merasa kecewa dan hampir menghakimi seseorang, berhentilah dan cari kebaikan di dalam dirinya
(11) Balikkan rintangan
Hambatan adalah bahan bakar untuk membuat api menyala lebih besar
Melewati rintangan demi rintangan akan meningkatkan skill
Dalam segala hal, ada hal yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan
(12) Ingat, kita sekarat setiap hari
Apapun waktu yang telah berlalu adalah milik kematian
Kematian adalah proses yang sedang terjadi pada kita saat ini, karena waktu terus berlalu dan tidak akan pernah kembali
Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
6 notes · View notes
elangfatah · 10 months ago
Text
Premeditatio malorum [3]
Premeditatio malorum adalah visualisasi negatif terhadap sesuatu yang belum benar-benar terjadi untuk mengantisipasi kekecewaan. Tujuannya adalah agar kita bisa mengelola ekspektasi terhadap hal-hal yang ada di dalam kendali kita dan tidak. Contoh yang bisa kita kendalikan adalah sikap dan pikiran kita. Saat premeditatio malorum diterapkan dan hal negatif benar-benar terjadi, kita sudah siap dan bisa bersikap serta berpikir lebih tenang dan bijak. Memilah mana hal yang di bawah kendali kita dan hal yang tidak di bawah kendali kita. Sebagaimana yang dikatakan Seneca, "apa yang tidak terlihat, efeknya jauh lebih menghancurkan dan bisa menambah bobot bencana". Sebaliknya kalau visualisasi negatif itu tidak terjadi maka kita akan selalu bersyukur setiap saat.
Ada 3 pertanyaan mendasar yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri sebagai bentuk premeditatio malorum:
(1) Akan seperti apa jika besok tidak sesuai yang saya bayangkan/harapkan?
(2) Bagaimana saya mengatasi itu?
(3) Apa yang bisa saya lakukan hari ini?
Pertanyaan tersebut adalah bentuk latihan untuk membayangkan hal negatif yang akan terjadi, cara untuk mengatasi kejadian itu, dan apa yang bisa dilakukan saat ini agar hal negatif itu tidak terjadi atau seminimalnya kita bisa bersiap jika itu terjadi.
Dikenal juga istilah premortem, yakni membayangkan apa yang bisa salah dan apa yang akan salah sebelum memulai suatu proyek/usaha. Banyak usaha ambisius gagal karena sesuatu hal yang dapat dicegah.
Jadi, selain mengelola ekspektasi, premeditatio malorum juga bisa "mencegah" atau "meminimalkan" hal buruk terjadi pada kita.
3 notes · View notes
elangfatah · 11 months ago
Text
Stoikisme dan Law of Atraction [2]
Law of Atraction (LOA) adalah hukum ketertarikan yang mana meyakini bahwa semesta menciptakan apapun yang menjadi fokus kita. Penganut LOA percaya bahkan dengan tanpa melakukan apapun sesuatu itu bisa terjadi, cukup dengan menuliskannya. Misalnya kita ingin dapat uang 1 juta, maka cukup pikirkan dan tuliskan saja. Dengan itu kita akan mendapatkan 1 juta entah dari mana. Begitu pun dengan kebahagiaan. Cukup dengan berpikir dan fokus bahwa kita akan bahagia hari ini, maka secara otomatis kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya.
Stokisme menolak prinsip LOA. Penolakan kaum Stoa dikarenakan ada kerancuan antara realitas dan persepsi, yang mana keduanya punya sifat yang berbeda. Realitas itu bersifat hakiki, real, objektif, dan diluar kendali kita. Adapun persepsi bersifat imajinatif, subjektif, dan berada dalam kendali kita. Contoh pada kasus uang 1 juta diatas. Orang berfikir akan dapat 1 juta, itu adalah persepsi. Sedangkan perkara mendapatkan 1 juta atau tidak, itu adalah realitas, sehingga tidak ada korelasi antara berfikir akan dapat 1 juta dengan benar-benar mendapat 1 juta. Korelasinya adalah jika orang tersebut tidak hanya berfikir dan menuliskan bahwa dia akan mendapat 1 juta, tapi juga mengusahakan dalam wujud lain seperti bekerja, atau minta, atau apapun, sampai 1 juta itu benar-benar dia dapatkan. Lain halnya dengan berfikir soal kebahagiaan. Orang berfikir akan bahagia hari ini, itu adalah persepsi. Perkara hari ini bahagia atau tidak, itu juga adalah persepsi yang mana menentukan respon kita terhadap semua hal.
Contoh kasus hubungan antara realitas, persepsi, dan respon : ada fulan A dan B yang datang ke Jakarta. Fulan A merasa selama di Jakarta sangat panas, banyak sampah, orang sangat ramai, orang tidak ramah, permukiman kumuh, kesenjangan sosial, yang itu semua membuat dia tidak betah dan ingin segera pergi dari Jakarta. Fulan B merasa selama tinggal di Jakarta banyak fasilitas umum memadai, gedung-gedung indah pencakar langit, orang-orang yang well educated, dinamika kota metropolitan yang beragam, fasilitas pendidikan memadai, peluang ekonomi, yang semua itu membuat dia bisa menikmati Jakarta dengan baik. Fulan A dan B menemui realitas Jakarta yang sama -kesenjangan, isu lingkungan, isu sosial, pendidikan, dsb- tapi dengan persepsi yang berbeda. Perbedaan persepsi inilah yang membuat respon fulan A dan B menjadi berbeda. Fulan A merespon Jakarta sebagai kota yang menyebalkan, tidak nyaman, dan tidak ramah. Fulan B merespon Jakarta sebagai kota yang menarik, nyaman, dan menyediakan peluang besar.
Stoikisme selalu mengajari untuk fokus pada apapun yang bisa kita kendalikan, dan persepsi adalah hal yang bisa kita kendalikan. Persepsi kitalah yang akan menentukan respon kita terhadap sesuatu, apakah itu menjadi positif atau negatif. Sehingga realitas apapun -positif atau negatif- tidak akan memengaruhi respon kita selama persepsi kita benar.
Tumblr media
3 notes · View notes
elangfatah · 11 months ago
Text
Stoikisme [1]
Sudah dua tahun ini cukup penasaran dengan stoikisme, aliran filsafat yang masih menarik dibicarakan oleh anak muda saat ini.
Pas jalan-jalan ke Gramedia, buku Filosofi Teras selalu ada di rak buku-buku terlaris. Ingin sekali rasanya beli buku itu. Tapi ada semacam kekhawatiran kalau-kalau bahasanya cukup rumit untuk dipahami, karena biasanya kerumitan itu membuat rasa bosan lebih cepat datang.
Atas alasan itu jadilah aku beli buku lain dengan tema yang sama, yaitu "Manusia Stoik" karya Dewi Indra P. Hitung-hitung sebagai pemanasan sebelum buku Filosofi Teras terbeli, dan barangkali ada perbedaan persepsi antara para penganut stoik terhadap ajaran stoikisme itu sendiri.
Jauh sebelum beli buku itu aku sudah mencoba memahami apa itu stoikisme. Kurang lebih stoikisme adalah salah satu aliran filsafat yang mengajarkan soal pengendalian diri. Soal bagaimana kita mengubah perspektif tentang hidup dan mampu menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih bijaksana dan tenang.
Di bagian kata pengantar buku Manusia Stoik disampaikan beberapa penerapan ajaran stoikisme, yaitu:
Fokus pada apa yang bisa dilakukan : abaikan hal-hal yang diluar kendali kita
Jaga waktu anda : waktu adalah aset paling berharga yang tidak bisa terulang
Jangan mengalihdayakan kabahagiaan : tidak perlu validasi orang lain untuk bahagian
Fokus menghadapi rintangan : segala sesuatu harus punya tujuan
Buang ego dan kesombongan
Konsolidasikan pikiran dengan menulis : refleksi dan mengenali diri
Bayangkan hal terburuk yang bisa terjadi : premeditatio malorum
Ingatlah bahwa tidak ada yang bertahan : tidak ada suatu hal yang kita lakukan itu benar-benar penting karena semua itu hanya ada dalam persepsi kita. Kita adalah pemeran utama dalam kisah kita, dan ingat bahwa semua orang berpikir demikian.
Tumblr media
10 notes · View notes
elangfatah · 1 year ago
Text
Bertemu Pak Andika
Beberapa hari yang lalu saat ikut webinar tentang Arsitektur Bali, aku teringat Pak Andika, dosen yang sangat aku kagumi yang wafat pada awal tahun 2023 lalu. Selain ada beberapa istilah dalam Arsitektur Bali, logat si pembicara juga mengingatkanku pada dosen favoritku itu. Pak Andika adalah orang Jawa yang lahir dan dibesarkan di Bali, jadi seperti tidak ada bedanya beliau dengan orang Bali secara logat dan gaya bahasa.
Atas dasar memori itu jadilah aku membuat pesan status WhatsApp yang hanya bisa dilihat oleh beberapa temanku saja. Inti dari pesan status itu adalah bahwa aku teramat sangat ingin berdiskusi lagi dengan almarhum Pak Andika, karena rasanya dulu belum puas berbicara dan bergurau banyak hal. Rencananya, setelah lulus aku ingin bercerita banyak hal dengan beliau. Tentang bagaimana meniti karir di dunia arsitektur, tentang kesulitan-kesulitan yang aku hadapi saat magang dan meng-handle beberapa project, tentang kegelisahan saat menemui desain yang kacau, tentang filsafat, tentang bagaimana membangun sebuah kehidupan dengan arsitektur, tentang bagaimana membangun peradaban Islam dari arsitektur masjid, dan masih banyak tentang-tentang yang lainnya. Tapi semua itu tidak bisa lagi terwujud. Setidaknya aku berharap Allah akan mempertemukan dengan seseorang yang bisa menggantikan peran Pak Andika.
Namun semalam sepertinya Allah memberi sedikit penawar atas kerinduanku. Aku bertemu Pak Andika dalam mimpi.
"Pak Andika nggih?", sapaku. "Hehe iya Lang", jawab beliau. "Kok jenengan ada di sini Pak?", tanyaku pada beliau dengan kaget. "Iya, saya ndak apa-apa kok", katanya. Walau kulihat badannya terlihat tidak sehat.
"Lang, minta tolong antarkan saya kesana ya. Saya dituntun pelan-pelan", beliau menunjuk ke sebuah pendopo luas. "Siap pak", kataku.
Sembari menuntun pelan Pak Andika menuju pendopo, aku memberanikan diri bercerita kepada beliau.
"Pak, sejujurnya saya rindu jenengan. Rasa-rasanya kok saya hilang arah harus bagaimana menjadi seorang arsitek setelah lulus ini. Berpraktik sebagai seorang profesional arsitek ternyata sangat rumit, membentuk biro konsultan sendiri juga tak semudah yang dibayangkan, menjadi akademisi juga bebannya sangat berat. Dulu saya pernah menyampaikan ke bapak, kalau saya bercita-cita magang di studionya Pak Yusing dan Pak Andy kan? Tapi saya gagal pak. Belum saya mencoba mendaftar lagi, karena sepertinya idealisme saya mulai luntur. Soal idealisme arsitektur profetik yang dulu jenengan sampaikan di perkuliahan tugas akhir, yang memuat transformasi peradaban dan emansipasi membela kaum lemah, itu mulai pudar dan hilang. Karena ternyata realitas dunia selalu menggerus idealisme saya pak. Saya benar-benar bingung harus bersikap bagaimana. Di saat titik itu tiba, sebenarnya saya berharap Pak Andika bisa memberi banyak wejangan, nasehat, dan arahan." Tanpa berkata sepatah kata pun, beliau hanya membalas dengan senyuman.
Selesai aku bicara, kami sudah sampai di depan pendopo itu. Entah ada apa di sana, tapi sepertinya sedang ada semacam perkuliahan atau majlis ilmu. Akupun melepas tangan beliau dan mengucap salam perpisahan. Beliau tak lupa mengucap terimakasih dan melambaikan tangan.
Ya. Bahkan dalam mimpi pun Pak Andika tergambarkan sebagai seorang pecinta ilmu yang bijaksana. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu
Tumblr media
4 notes · View notes
elangfatah · 1 year ago
Text
Hadiah Dari Teman Yang Tidak Suka Membaca
Tumblr media
Seusai libur Idul Fitri kemarin, sekembalinya ke Kota Solo, aku melihat buku ini ada di antara tumpukan buku-buku milikku di atas meja. Ini bukan punyaku. Ku ingat-ingat lagi apakah pernah pesan kepada seseorang untuk membawakan buku, ternyata memang tidak pernah. Setelah diselidiki ternyata ini punya temanku. Cukup kaget dan terheran-heran karena dia adalah orang yang tidak suka baca buku. Melihat itu bukan buku baru (karena sudah kusut) prasangka baikku mengatakan kalau dia mau mulai membaca buku yang ada di rumahnya. Ternyata prasangkaku salah..wkwk.
"Sampean seneng moco to mas. Woconen. Ngko aku dikei ngerti isine". Akal-akalan wkwk. Ternyata dia membawakan buku dan memintaku membacanya agar nanti aku bisa menyampaikan apa isi buku itu. Kuanggap itu adalah hadiah dari diskusi kami beberapa waktu lalu.
Literasi memang tidak melulu soal membaca, karena poinnya adalah bagaimana menumbuhkan curiosity. Seperti temanku satu ini, dia tidak suka membaca tapi rasa ingin tahunya cukup besar, dan dia lebih senang dengan metode cerita atau diskusi. Usaha dia membawakanku buku dari rumahnya kuanggap sebagai bentuk suport agar daya bacaku yang mulai menurun ini meningkat lagi. Sebuah pengingat.
Isi buku itu cukup ringan dan jauh dari kata njelimet. Tapi ternyata pembahasannya cukup membuatku tertampar sampai sadar dan berpikir ulang soal standar kebahagiaan. Ada banyak hal dalam buku itu yang aku sudah tau dan paham sebelumnya. Akan tetapi tau dan paham ternyata belum cukup. Menumbuhkan kesadaran itu jauh lebih sulit. Menjinakkan ego juga tidak semudah itu. Tapi aku percaya buku yang dibawakan oleh temanku itu adalah salah satu petunjuk dan trigger yang diberikan Allah agar aku selalu memperbaiki diri dan lebih bersyukur lagi.
4 notes · View notes
elangfatah · 1 year ago
Text
Kayanya orang-orang bukan nggak tahu akan suatu kebenaran, mereka cuma nggak tau aja harus bersikap bagaimana pada suatu kebenaran itu.
3 notes · View notes