Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Mengapa disaat sedang kalut, semua nikmat nikmat yang sudah diberikan kepada kita lantas terasa tertutup rapat. Untuk bersyukur saja sulit, yang terfokuskan hanyalah kekalutan, meratapi masa lalu dan mengkhawatirkan, menebak nebak masa depan.
Bahkan diberikan motivasi dari segala arah saja tetap tidak tergoyak, jusru semakin kalut. Hidayah sudah bermunculan, tapi rasanya tidak ingin menangkap hidayah itu, terlalu lemah untuk menangkapnya. Terlalu letih.
Mungkin jiwa ini butuh istirahat dari segala suara pikiran yang tidak henti hentinya membuat hati was was.
Entah hidayah lewat mana yang bisa aku tangkap. Semoga fase ini lekas beranjak menuju lebih baik lagi.
- Yogyakarta, 7 November 2024 | 22.46 jogja setelah di guyur hujan -
0 notes
Text
Foto masa kecil
Sejenak meluangkan waktu untuk pulang ke kampung halaman, menengok ibu yang tinggal seorang diri selepas bapak meninggalkan dunia ini. 3 tahun terakhir. Berada dalam masa kebingungan dan kekalutan hidup, pulang, bertemu ibu adalah sebuah obat yang paling mujarab. Satu satunya harta paling berhargaku selama di dunia ini adalah rumah yang didalamnya ada kehangatan seorang ibu.
Beberapa hari dirumah dengan tidak ada kegiatan yang menurutku produktif saat itu. Namun terus mencoba bergerak untuk mengembalikan spark dalam diri setiap harinya.
Akhirnya aku tertarik pada lemari kayu jadul khas lemari jaman dulu dengan beberapa ukiran dan ornamen hijau. Didalamnya ada beberapa album foto, dan salah satunya ada foto foto masa kecilku.
Tidak banyak fotoku masa kecil, namun sangat terasa sekali kehangatan dan memori memori masa kecil yang muncul di benakku. Ada foto perayaan ulang tahun ke 5 ku, disitu ter capture hanya ada bapak dan mas (ibu yang mem foto jadi tidak tercapture wajah), ada juga foto sendiri didepan rumah, foto pakai topi toga milik bulik dengan terusan baju putih dan celana pendek sepertinya usia 3 tahunan (udah ambis wisuda dari kecil ternyata hahaha), ada juga fotoku masih kecil yang digendong ibuk dengan kacamata bulat jadul dengan rok bunga bunganya. Dulu ibu belum berjilbab seperti sekarang. Cantik banget ibuku, pantes bapak kesengsemsem ya. Dan ada foto aku bayi saat aku digendong bapak saat momen potong rambut. Ada banyak tetangga mendoakan, pak ustads yang jadi guru ngajiku saat SD, ikut serta memotong rambutku. Ada payung biru warna warni diberikan hiasan bunga, itu adalah momen aku saat bayi namun entah kenapa aku masih ingat rasa hangatnya itu, ada lantunan sholawat disaat beberapa orang ikut memotong rambut tipisku saat aku bayi. Lama lama netes juga ini air (dasar anaknya melankolis yeee). Kangen bapak. Al Fatihah. (yang baca boleh minta doakan bapak saya juga ya, makasih)
Ternyata diri ini saat kecil sangat narsis, percaya diri ya, senyuman bibirnya sangat lepas sekali. Kemudian aku bandingkan dengan hasil foto wisudaku beberapa hari yang lalu yang ada di gawai, yang baru banget dapat hasil editan dari vendor fotografer.
Ternyata aku sudah sedewasa ini ya, sudah banyak hal yang aku lalui, sudah cukup banyak pengalaman pahit, manis, asam, dan ternyata aku mampu juga melewati segala pengalaman buruk itu. memang tertawa masa kecil dan masa sekarang memiliki senyum merekah yang berbeda, tapi senyum yang sekarang adalah senyum yang patut aku syukuri. (mungkin aku bandingin sama foto saat tahu HP hilang saat wisuda, jadi senyumnya gak maksimal ya wkwk).
Sebagai pertanda bahwa, ayo bangkit lagi, segala hal pahit dalam hidup pasti terlewati dan menjadikan kamu jadi lebih upgrade. Biarkan alam semesta yang akan menggiring segala takdir takdir baik itu. Tetap jaga pikirannya ya . Semangat <3 - Kutoarjo, 7 November 2024 | 11.48 AM -
2 notes
·
View notes
Text
Menjadi pasangan yang suportif itu perlu usaha.
Tidak sekadar berkata-kata, tapi berwujud laku aksi nyata. Terlihat, terasa, teriringi.
Penting sekali untuk membuat suami/istri kita merasa didukung. Dibantu kesulitannya, dibersamai langkah-langkahnya, dikoreksi kalau ada salah-salah, dan diapresiasi pada tiap pencapaiannya.
Semuanya perlu sama-sama "melakukan".
Bukan karena hubungan timbal balik, melainkan karena upaya untuk mencapai tingkat kesakinahan—ketenangan dan keberkahan dalam hidup berumah tangga.
Keduanya berperan, keduanya perlu bekerja sama.
Tangerang, 12 Juni 2024 | 22.46 WIB
131 notes
·
View notes
Text
Ketenangan lewat kehilangan
Definisi kehilangan yang aku tau adalah apa yang biasa kita miliki kemudian meninggalkan kita, baik kita yang meninggalkan, kita yang ditinggalkan ataupun memang diambil oleh Sang Kuasa. Tidak pernah ada kata siap untuk kehilangan.
Namun, apakah kita benar benar memiliki nya? Bahkan diri sendiri saja itu bukan milik kita, jiwa raga kita dalah titipan Sang Kuasa. kita bertanggungjawab untuk menjaga titipan dan anugerah itu. Namun apa yang saat ini kita lakukan pada tubuh kita? pikiran yang ribet/ruwet/mumet, tuntutan diri yang berat, makan tidak dijaga, olahraga pun bisa dihitung jari, bahkan kita pun sampai tidak mengenal diri kita sendiri. Lalu apakah pantas kita mendapatkan segala kemewahan ini? seperti bisa bernafas, syaraf syaraf kita bekerja dengan normal, mata bisa melihat dengan tajam, masih memiliki naungan rumah meskipun hanya ukuran sepetak atau masih bersama orang tua, masih bisa makan untuk hari ini, dan hal hal sederhana yang lainnya.
Ya kadang kita melupakan apa yang kita miliki hingga kita akan sadar memilikinya jika kita sudah kehilangan. Seringkali kita membandingkan diri kita dengan sepatu orang lain, padahal sepatu mereka berbeda dengan sepatu kita dengan rute perjalanan kita. Memang berjuang dengan apa yang menjadi tuntutan kita, cita cita kita, segala sesuatu yang sedang diperjuangan pada hal baik adalah tindakan yang tepat. Namun apakah diri ini pernah berisitirahat sebentar, menanyakan pada diri sendiri sudah berjalan sejauh apa, apakah butuh istirahat sejenak atau bahkan perlu berputar arah agar supaya tujuan tujuan yang ingin dicapai akan lebih ringan untuk dicapai?
Mari melepaskan segala keterikatan kita dengan segala hal, lebih tenanglah, skenario hidup kita sudah dituliskan oleh penulis skenario terbaik sejagad raya, yaitu Tuhan kita. Lepaskan segala ketakutan, kekhawatiran yang menyelimuti diri. Jika memang menjadi sakit, pencapian yang masih jauh untuk diraih, kesepian, ketidakadilan, serba kekurangan dalam materiil, dan segala apa yang kita inginkan, percayalah itulah yang terbaik untuk kita, karena hanya bahu kita yang sanggup untuk menanggung "hadiah" itu. Kita hanya perlu yakin dan beriman, ujian ini pasti akan terlewati, mungkin disaat kita benar benar rela, ikhlas melepaskan apa yang kita genggam seerat eratnya.
Mari berikan jeda untuk diri sendiri untuk lebih ikhlas melepaskan apa yang selama ini digengam erat. Mungkin prosesnya akan lama, menyakitkan, lelah dan entah akan sampai kapan, namun proses itulah yang bisa kita usahakan. Karena hasil itu adalah hak prerogatif Allah SWT.
Yuk mari melepaskan, supaya lebih tenang :))
4 notes
·
View notes
Text
Sebuah Validasi
Terlalu keras pada diri sendiri menyebabkan orang lain juga akan keras kepada dirimu. Menganggap terlalu berlebihan dalam segala masalah. Setiap orang memiliki masalah dan dinamikanya masing-masing, namun tidak seberisik kita.
Bersyukur dan let it flow, ikuti arus nya, ikuti jalan takdir. Berdoa untuk selalu diberikan yang terbaik dalam segala hal. Lapangkanlah hati untuk menerima segala takdir baik maupun buruk. Berpikirlah hal hal yang baik dan positif, ucapkanlah hal hal yang baik. lakukanlah tindakan tindakan yang baik untuk dirimu sendiri dengan mengingat tidak mencelakai orang lain.
mungkin secara tidak sengaja memang benar, ucapan yang kita anggap biasa bisa menjadi pisau tajam bagi orang lain. karena perbedaan culture, pola pengasuhan, kebiasaan, pengalaman yang dimiliki membuat setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, jagalah lisan, jaga sikap dan jaga tingkah laku kepada siapapun itu. bahkan dengan orang terdekat.
Luka dan bahagia lebih sering kita dapatkan dari orang yang paling dekat dengan kita. Saringlah apa apa yang masuk ke dalam tubuh kita. baik asupan makan, yang kita dengar, kita cium, kita lihat, kita rasakan. Pilihlah dan izinkanlah segala hal baik yang masuk ke dalam diri kita. Berikan energi energi positif pada diri kita. Jika kamu sudah berdamai, orang di sekitar pasti akan merasakan hal itu. carilah kebahagiaan dan ketenangan itu ada di dalam diri kita, dari diri kita yang paling dalam, selami hingga ke dasar dasarnya. Kamu akan menemukan dirimu yang asli, dirimu yang nyata. Sesungguhnya apa yang kamu inginkan, apa yang harapkan, apa yang terbaik buat dirimu. Itu ditanyakan kepada dirimu sendiri. Validasilah dirimu oleh dirimu sendiri. Mencari validasi ke berbagai orang akan membuat luka bagi dirimu sendiri karena membuka luka yang sudah mulai sembuh namun kamu buka kembali. dan bisa jadi juga akan menyakiti dan membunuh orang yang menjadi tempat kita mencari validasi.
Semangat untuk individu yang selalu membutuhkan validasi dari orang lain. kamu pasti bisa mencari validasi itu ke dalam diri kamu sendiri. Latihlah terus otot otot mental kita, sama hal nya seperti membentuk otot fisik, diperlukan berulang kali latihan untuk kita bisa memiliki otot yang kita harapakan, begitu juga otot otot mental kita. Sekali dua kali gagal tidaklah masalah, bahkan beribu kali gagal itu tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika kita berhenti untuk mencoba lagi dan terus mencoba lagi untuk bangkit.
Tenang, cuma sampai kita mati saja kok, kalau sudah mati mungkin sudah tidak akan ada masalah hidup (ya karena udah mati wkwk). Coba lihat usiamu sekarang berapa tahun, kira kira punya ekspektasi hidup hingga berapa tahun. Apakah sisa sisa waktumu hanya untuk digunakan untuk berisik dengan segala hal di luar ekspektasi? atau bisa kamu gunakan untuk hal hal yang lebih bermanfaat lagi, untuk dirimu sendiri dan untuk orang lain.
Ingat perlu jaga niat, karena segala tindakan tergantung dari niatnya. Milikilah niat sebaik baiknya. dan tentu saja lakukan tindakan yang tidak menyimpang dari niat kita.
Semangattt readersss :))
108 notes
·
View notes
Text
Ramadan #8
Kita tidak selamanya bisa bergantung sama orang lain. Suatu saat mereka akan pergi, entah karena meninggal, atau mungkin mereka memiliki urusan hidup yang perlu mereka selesaikan dan tak bisa lagi selalu ada untuk kita. Seseorang yang akan terus menemani kita adalah diri kita sendiri.
Maka bantulah dirimu sendiri untuk bisa menjadi pribadi yang baik, pribadi yang menyenangkan, yang kamu sendiri pun merasa nyaman ditemani oleh dirimu sendiri.
165 notes
·
View notes
Text
Kue Lumpur dan Siomay
Ternyata memang sesuatu hal yang kita genggam erat akan menuai luka. Perlahan lepaskan hingga genggaman itu lepas. Dan kita akan merasakan ketenangan. Karena tidak ada sesuatu hal yang perlu kita genggam erat (urusan duniawi)
Apabila memang itu adalah rezekimu, maka bagaimana pun jalannya, sejauh gunung dan lautan, jika memang rezeki maka pasti akan bertemu. Begitu juga sesuap nasi yang sudah ada di depan mulut, apabila bukan rezekimu maka akan ada saja jalannya untuk tidak bisa dikonsumsi.
Seperti waktu itu, aku yang ingin sekali memakan kue lumpur, mencoba ke warung jajan pasar untuk membeli kue itu. Pertama kali berkunjung, kue itu tidak tersedia karena yang membuat kue itu belum mulai berjualan, karena masih masa syawal. Datang kali kedua, (memang saat itu sudah kesiangan) kue lumpurnya sudah habis. Ya sudahlah waktu itu, aku pun membeli kue yang lain.
Namun aku punya orientasi bahwa suatu saat nanti aku pasti akan makan kue lumpur tersebut. Entah dari mana asalnya. Dan sudah ku lupakan keinginan kue lumpur tersebut. Daannnnn benar saja suatu waktu aku ada kegiatan untung sharing di suatu posyandu, dan diberikan jajan snack yang ada isinya kue lumpurrr. Why? dari sekian banyak jenis kue, mengapa disuguhkan kue lumpur. MashaAllah
Sangat sangat takjub dengan jalan takdir ini.
Setelah aku amati aku sering mengalami hal serupa, aku ingat dulu pingin sekali siomay, sudah mencoba mencari namun ya kebetulan kok ya habis (udah sore juga), atau sudah sampai di depan penjual siomay tapi ramai banget, atau melihat sepertinya kurang higienis. dan akhirnya memutuskan untuk tidak jadi membeli. Dannn dapat siomay dimana? Di kondangannnn.
Selain itu ada juga proses kebarangkatanku saat umroh, sudah membeli tiket keberangkatan di bulan Februari 2024. Karena satu dan lain hal akhirnya tidak jadi berangkat. Waktu itu berencana untuk umroh mandiri. Sudah ku lupakan terkait keberangkatan umroh. Tetap memiliki rencana untuk berangkat umroh, namun tidak memiliki patokan akan di bulan dan tahun kapan. Qadarulloh, akhirnya tetap bisa berangkat umroh dengan jalur travel dan dibulan yang sama dan tahun yang sama. MashaAllah.
Sebenarnnya banyak sekali hal hal yang perlu disyukuri saat kita memang sudah di fase ikhlas. Dari beberapa kejadian itu, aku jadi merefleksikan, apa mungkin jalan takdir seperti itu, tidak hanya sebatas makanan, mungkin semua ambisi, cita-cita, harapan, rezeki berupa harta maupun tahta hingga jodoh akan memiliki jalan takdir ya serupa. Kita memang berusaha ikhtiar untuk mencoba mencari, berjuang keras terus menerus, dan memiliki keyakinan bahwa apa yang menjadi hajat kita akan terwujud (mungkin ini yang namanya law of attraction). Disaat kita sudah ikhlas untuk tidak terlalu terpaku dengan hasil, takdir itu yang akan menghampiri.
Konsep Rezeki di Q.S Al-Ankabut: 60
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak mampu membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan juga kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
0 notes
Text
First Time Meet You
Suatu malam yang dingin sepulang aku berkutat dengan pekerjaan yang tiada henti, akhirnya saatnya pulang dan melakukan rutinitas menyusuri jalanan pedestrian menuju terminal bus di malam hari. Disitu ku temukan seekor kucing manis berwarna orange dengan sedikit loreng hitam dengan bulu ekor yang lebat. Aku hampiri si manis, dia pun menuju ke arahku. Ku bukalah tasku mencari makanan kucing yang selalu aku bawa di dalam tas. Aku berikan padanya, si manis makan dengan lahap dan mengeong kegirangan.
"Enak nis?" tanyaku
"emememem" jawabnya
Reflek pipiku mengarah ke atas, menggemaskan sekali, seketika rasa lelahku luntur setelah melihat tingkah si manis.
Tak lama kemudian Bus yang aku tunggu sudah datang, saatnya aku meninggalkan si manis.
"Dah nunis" salamku dengannya
aku pun bergegas memasuki bus dan melihat Nunis yang menikmati tambahan makanan yang aku berikan sebelum aku pergi.
Aaah lucu sekali ya, rasa lelahku seharian bisa hampir sebagian luruh setelah melihat kegemasan seekor kucing. Hanya sesaat bertemu denganmu aku merasakan nyaman. Semoga esok aku bisa bertemu denganmu lagi Nis :)
0 notes
Text
Ambil atau Lepas (Eps 2)
Mobil sirine berbunyi nyaring menuju tempat kejadian dan segera berbalik arah menuju Rumah Sakit terdekat.
Marlina, Indira, dan pak sopir segera dilarikan ke rumah sakit. Begitu juga pengemudi bus yang terlampaui luka parah. Berita kecelakaan tersebut tak perlu beberapa hari untuk sampai terdengar di seluruh tanah air. Termasuk anaknya Azka.
“Dokter Azakaaa, sudah tau berita ini belum dok?” seorang perawat senior menghampiri Azka dengan terburu-buru sambil menyodorkan berita di handphonenya
“Berita apa Bu Rita?” tanya Azka keheranan sambil menerima handphone dan membaca berita up to date tersebut
“Ini Mama nya dokter kan? Beliau kecelakaan baru baru ini. Dokter langsung pulang saja. Biar nanti saya urus pasien pasien dokter”
“Makasih Bu” jawab Azka singkat dan langsung meninggalkan ners station menuju rumah sakit ya dituju.
Azka sudah menanyakan sejawatnya di rumah sakit tempat Mama nya dirawat. Dia mendapatkan kabar bahwa Mamanya masih dalam proses Tindakan dan masih belum sadarkan diri. Saat perjalanan menuju rumah sakit Azka mendapatkan notifikasi terkait briefing persiapan pemberangkatan ke Turki esok lusa. Saat ini yang dia pikirkan adalah keadaan Mamanya.
Mobil silver yang ditumpanginya seakan mendesit tanda rem yang dipaksa berhenti akibat laju yang kencang di suatu parkiran rumah sakit. Dengan tergesa gesa ia menyusuri lorong menuju ruang operasi. Sesampai disana ia bertemu dengan ners dan menanyakan kronologi kejadian. Terdapat pula polisi yang melakukan tugasnya untuk meneliti bagaimana kecelakaan itu terjadi.
“Bagaimana keadaan Mama saya sus?” tanya Azka pada salah satu ners
“Mama dokter masih belum sadar, ada banyak luka di daerah kepala dan harus dioperasi. Kita tunggu saja hasilnya dulu yad ok” ucap suster tersebut
Azka pun menunggu operasi Mamanya selesai.
[BERSAMBUNG]
3 notes
·
View notes
Text
Ambil atau Lepas (Eps 1)
[5 Februari 2023]
“Dini hari ini telah terjadi gempa bumi besar yang melanda Turki tenggara, dekat perbatasan Suriah. Lebih dari 2.000 orang dilaporkan telah tewas dan ribuan lainnya terluka”
Suara penyiar televisi nasional itu menggaung di sebuah ruangan dengan ornamen gaya Jawa modern. Ditatapnya televisi tersebut oleh wanita paruh baya dengan busana abaya hitam lengkap dengan tudung warna tanah motif anggrek yang memberikan nuansa elegan. Wanita itu tak lain adalah Marlina, seorang ibu dan juga entrepreneur fashion muslim. Sudah lama menjadi seorang single parent sejak 8 tahun yang lalu setelah suaminya mengalami kecelakaan akibat perjalanan dinas.
“Innalilahi wa innailaihirojiun. Kasihan sekali Ya Allah” rapal doa Marlina
“Indira, coba buat event galang dana lewat penjualan hijab yang kemarin kita launching. Coba laporkan kepada tim marketing sebagai leadernya untuk mempromosikan event ini. Kita harus segera turun tangan” ucap Marlina kepada personal asisten Hijabi yang saat ini sedang duduk diatas sofa hijau berhadapan dengan Marlina
“Baik Bu” jawab Indira lekas menghubungi pihak yang dituju
Tak lama kemudian muncullah notifikasi panggilan dari anak sulungnya
“Assalamualaikum wr wb. Mama sedang apa? Sepertinya Lusa Azka akan pulang kerumah” Sapa suara diujung handphone Marlina
“Waalaikumsalam wr wb. Mama sedang istirahat di rumah bersama Indira, kebetulan ada barang yang perlu diambil dirumah. Mama baru saja ikut tasyakuran mitra Mama di Solo. Tumben kamu pulang mendadak begini, ada apa?”
“Ada barang yang perlu Azka ambil di rumah Ma. InshaAllah Azka akan terbang ke Turki membantu bencana yang ada disana Ma. Mama sudah melihat beritanya bukan?”
“Tentu sudah, ini Mama sedang akan melakukan penghimpunan dana untuk membantu korban yang ada disana. Apakah kamu yakin dengan konsekuensi disana? Ada berapa banyak yang ditugaskan kesana? Apakah aman untuk kamu?” tanya Marlina khawatir
“Keren Ma, gercep banget emang mamaku ini. InshaAllah ada beberapa tim dari Indonesia Ma. Mama tidak usah khawatir, Azka sudah prepare dari sejak lama bukan? Ini adalah suatu kesempatan langka dan sebuah kehormatan buat Azka bisa ikut membantu terjun kesana. Oke Ma? Azka sudah sampai parkiran. Nanti Azka kabari lagi ya Ma. Assalamualaikum wr wb” jelasAzka
“Mama tunggu dirumah ya. Waalaikumsalam wr wb”
Telepon itu pun terputus. Namun tidak dengan rasa khawatir Marlina saat akan melepas anak sulungnya untuk bertugas bak di Medan Perang. Antara mendukung keinginan anaknya menggapai cita-citanya atau mengkhawatirkan bagaimana nasib anaknya yang akan terjadi segala kemungkinan buruk yang ada disana.
“Indira, barang yang perlu diambil sudah kamu masukkan ke mobil kan?” tanya Marlina kepada asisten pribadinya
“Sudah Bu. Sudah dimasukkan ke mobil oleh pak Basuki. Ibu sudah ingin ke butik sekarang?” tanya Indira
“Apakah Bu Siska sudah memberi kabar jika sudah akan sampai?”
“1 jam yang lalu saya dapat kabar bahwa Bu Siska take off Bu. Kira-kira butuh sekitar 1 jam lagi Bu Siska akan sampai pada tempat tujuan”
“Oke, kita makan siang dulu saja di sekitar sini saja. Tempatnya kamu yang pilih”
“Baik Bu”
Marlina sudah mempercayakan Indira terkait tempat makan maupun menu makanan. Sudah 8 tahun bersama dengannya dan sudah hafal dengan segala kebiasaan dan kesukaannya.
“BRAKKKKKKK”
Dalam perjalanan menuju tempat makan, terjadilah kecelakaan antara mobil yang di kendarai Marlina dengan bus yang secara jelas jelas melakukan pelanggaran, dan di duga sopir yang terlampau mengantuk.
[BERSAMBUNG]
2 notes
·
View notes
Text
Aroma Karsa – Ekspedisi si Hidung Tikus menemukan Puspa Karsa
Obsesi Raras Prayagung menemukan Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan hanya bisa diidentifikasi melalui aroma. Keistimewaan yang tidak ia miliki, mengantarkan Jati Wesi si Hidung Tikus untuk mengikuti ekspedisinya mencari Puspa Karsa.
Jati Wesi yang tumbuh besar dari TPA Bantar Gebang memiliki anugerah penciuman yang luar biasa. Asal-usulnya cukup misterius sama hal nya dengan Puspa Karsa. Tak hanya Jati Wesi, Tanaya Suma, anak Tunggal Raras Prayagung juga memiliki kemampuan tersebut. Awalnya Tanaya Suma sangat tidak menyukai kehadiran Jati Wesi dalam kehidupannya. Namun seiring berjalannya waktu ia jatuh cinta kepada Jati Wesi.
Buku yang memiliki 724 halaman ini dapat ditamatkan dalam waktu satu minggu. Perubahan emosi dan konflik batin yang bervariasi membuat pembaca tidak bosan untuk membaca setiap kisah yang disajikan. Detail cerita yang ada membuat pembaca seakan-akan hanyut dalam cerita melalui kelima panca indranya. Ekspedisi yang misterius ini membuat pembaca tidak sabar untuk menamatkan Aroma Karsa
3 notes
·
View notes
Text
Pilihan Hidup (selesai)
"Ma, kunci mobilku dimana ya?"
"Ma, jam tanganku dimana ya?"
"Ma, kacamataku taruh dimana ya?"
"Ada di atas meja Pa"
"Tidak ada Ma, sudah Papa cari tidak ada"
Seorang wanita menemukan barang yang dicari suaminya di samping laptopnya.
"Ini lho Pa, ada disini ini lho"
"Memang harus kamu yang cari biar cepet ketemu. Kalau sama aku barang-barang selalu ngumpet" usil Hendra
"Dasar kamu ya. Udah cepat berangkat, keburu Aksara nunggu lama di sekolahnya nanti merujuk minta ini itu"
"Siap Sayangku. Papa pergi. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" sang istri mencium tangan Hendra
Hendra pun bergegas menuju sekolah Aksara. Sesampai di sekolah dan menemukan putri tercintanya, langsung dipeluklah sang anak.
"Papaaaaaaaa....Papa lama sekali, Aksara udah nunggu lama lho" keluh Aksara
"Maafkan Papa ya anak Papa yang paling cantik. Yok kita pulang, Mama udah masakin makanan kesukaan Aksara, mie goreng dan nugget ayam kan" bujuk Hendra sambil mencium Aksara
"Yeayyy asikkk"
Saat menuju mobil, dia disapa oleh seorang wanita yang tak lain adalah Mama dari Jeni, teman sekolah Aksara
"Halo Hendra, gimana kabarnya? masih inget aku kan? Halo Aksara, Jeni sering banget ceritain kamu ke Tante lho, kapan kapan main kerumah Tante ya" sapa wanita itu kepada Hendra dan Aksara
"Hmmm Candra bukan ya? Oh, Long time no see. Alhamdulillah Aku sehat. Anakmu juga sekolah disini ternyata?"
"Iya ini. Syukurlah kalau keluargamu sehat-sehat" jawab Candra
"Papa kapan kapan boleh ya main ke rumah Jeni" pinta Aksara kepada Hendra
"Siap putriku" jawab Hendra dengan pose tangan ala tentara yang lapor kepada komandannya
"Oke Candra, saya pamit duluan ya"
"Oke Hendra. hati-hati dijalan"
Hendra dan Aksara pun masuk mobil dan melajukan mobilnya ke arah Toko Kue untuk mengambil kue ulang tahun yang sudah dipesan beberapa hari sebelumnya. Sesampainya dirumah, Hendra memberikan surprise kepada sang istri.
"Selamat ulang tahun Mamaku tercinta" Aksara memeluk sang mama
"Selamat ulang tahun istriku tercinta, barakallah fii umrik" diciumlah kening sang istri
"Terima kasih Papa dan Aksara" ucap istri Hendra sambil memeluk Hendra dan Aksara
Mereka bertiga melakukan selebrasi dan tak lupa berfoto bersama. Tiup lilin dan potong kue.
"Kue nya cantik sekali, sayang kalau di potong yaa. Ini pasti pilihan Aksara. Tau aja Mama suka coklat" cubit hidung manja sang istri kepada Aksara
"Hehe tau aja Mama, ayo Ma, Aksara sudah ingin makan kue. Lapar"
"Siap sayang"
Sang istri pun memotong kue warna coklat dihiasi dengan buah strawberry diatasnya dan bertuliskan "Happy Birthday Nisa (Istri dan Mama terhebat)"
(selesai)
------------------------------------------------------------------------------
8 tahun yang lalu Hendra memilih dan memutuskan untuk tidak menyetujui permintaan dari Mama dan Papa Candra. Terjadi adu mulut dan pertiakian yang sengit antara Hendra dan Papanya saat itu. Hendra bersikukuh untuk tetap melanjutkan keinginannya sebagai penulis dan creator komik. Mama Hendra membantu menengahi antara Hendra dan sang suami yang sama sama keras kepala. Singkat cerita, Hendra pun meneruskan perjalanan karirnya hingga sampai pada titik dimana dia bisa mapan secara finansial dan Papanya pun juga sudah berdamai.
2 tahun kemudian, Hendra mendapatkan kabar bahwa Nisa sudah kembali ke Tanah Air dan mengetahui bahwa ia belum memiliki pasangan. Dengan kekuatan tekad dan kesiapan yang sudah dia siapkan sejak berpisah dengan Nisa, Hendra tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Didatangilah rumah Nisa, dan meminta restu dari Mama dan Papa Nisa. Setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua masing-masing, berlangsunglah pernikahan Nisa dan Hendra yang cukup sederhana namun penuh makna. Setelah menikah, Nisa dan Hendra mendapatkan karunia seorang putri yang cantik jelita yang lahir tepat 2 tahun pernikahan mereka yang diberi nama Aksara Firda Widhiani.
3 notes
·
View notes
Text
Pilihan Hidup (4)
Hendra pun bertemu dengan Candra. Tak disangka Candra adalah seorang wanita, Datria Candra Silvi adalah nama lengkapnya. Terlihat dari lanyard yang ia kenakan. Mereka saling menyapa dan berkenalan singkat.
"Kemarin papa memberikan kontakmu dan minta tolong saya untuk memberikan berkas ini untukmu" ucap Candra sambil memberikan berkas
"Ini apa?" tanya Hendra dengan heran
"Entahlah saya juga tidak tahu. Katanya berkas itu sudah disiapkan sejak lama. Silahkan jika ingin membukanya" jawab Candra yang juga penasaran dengan isi berkas tersebut
Papa Candra adalah seorang pengusaha dan memiliki aset di beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya berupa rumah, mobil, dan segala isinya sudah disiapkan untuk Candra anak kesayangan satu-satunya. Meskipun anak tunggal Candra sangat tidak bergantung oleh orang tuanya, dia lebih memilih bekerja di Ibu Kota dan memilih untuk tidak meneruskan bisnis Papanya.
Hendra membuka amplop dan kaget melihat ada berkas sertifikat tanah, rumah, segala aset dan juga surat. Dibukalah surat itu
"Ini adalah wasiat dari Mama Candra untuk menyatukan kamu dan anak kami Candra dalam ikatan pernikahan. Mama Candra berpesan untuk memberikan berkas berkas ini untukmu saat kamu sudah selesai menamatkan kuliahmu. Kami berdua sepakat untuk menjadikan kamu sebagai penerus bisnis yang sudah kami bangun bersama, tentunya dengan bantuan Ayah kamu. Ayah kamu pun juga sudah setuju dengan perjanjian ini. Ini adalah permintaan dari saya. Maaf jika berita ini mengejutkan kamu dan juga Candra" Hendra membaca isi surat tersebut dengan rasa tidak percaya dan marah yang dia tahan.
"Kenapa Hendra? Memang apa isinya?" tanya Candra bingung karena melihat raut muka Hendra yang berubah
"Ini, silahkan baca" ucap Hendra sambil memberikan isi surat itu
Candra pun membaca isi pesan. Respons Candra pun sama dengan Hendra. Mereka berdua merasa dipermainkan oleh kedua orang tuanya masing-masing.
"Maaf Hendra, saya tidak tahu tentang rencana dari Papa dan Mamaku" ucap Candra kesal
"Lalu bagaimana? Apakah kamu juga setuju?" tanya Hendra pada Candra
"Entahlah. Aku akan bicarakan ini dulu dengan Papa ku. Jujur saja aku pun sudah memiliki calon pendamping" jawab Candra
"Baiklah. Saya titip berkas ini untuk diberikan lagi untuk Papamu. Saya rasa, saya tidak ada hak untuk mendapatkan ini" ucap Hendra sambil memberikan berkas yang sudah ia buka
Candra pun menerima berkas-berkas tersebut. Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan tempat dan pulang ke rumah masing-masing untuk meminta penjelasan dari kedua orang tuanya.
[BERSAMBUNG]
4 notes
·
View notes
Text
Pilihan Hidup (3)
"Mas Hendra, Nisa mendapatkan beasiswa ke Belanda. Apakah mas yakin, kita bisa melanjutkan hubungan ini?" tanya Nisa kepada Hendra
"Adek di Belanda berapa lama?"
"Bisa jadi 3 tahun Mas karena akan ada semacam project bersama disana. Tadinya Nisa ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius tapi sepertinya Mas belum ingin ke arah sana, dan Mas juga sangat fokus dengan hobi Mas itu sampai komunikasi kita kurang baik. Papa dan Mama pun sesungguhnya ingin adek lekas menikah" jawab Nisa
Hendra hanya diam
"Apakah mas ada niatan untuk kesana Mas?"
"Ya ada" jawab Hendra ragu
"Sepertinya kita berpisah dulu ya Mas, ini bukanlah keputusan yang mudah buat adek" suara Nisa bergetar dan meneteskan air mata
"Baiklah jika itu keputusan adek, Mas hargai keputusan adek. Maaf mungkin mas seperti ayah. Adek orang baik, semoga adek sehat selalu" jawab Hendra dengan pandangan kosong
Mereka pun berpisah. Nisa pulang dengan tangis pecah. Hendra pun pergi mengendarai mobil dengan tatapan kosong. Mobil Hendra berhenti di suatu coffee shop langganannya. Dibukalah tab dan peralatan menggambarnya. Kali ini dia pilih Americano yang akan menemaninya menyelami benang kusut dan menumpahkannya dalam cerita dan gambar yang ia rancang.
Hampir 2 jam Hendra tenggelam dalam menumpahkan pikiran rumit yang ada dikepalanya hingga tak sadar bahwa dia ada janji kepada anak teman ayahnya. Dengan terpaksa akhirnya dia mengikuti perintah ibunya untuk menuruti perintah ayahnya.
Dibukalah notifikasi dari handphone nya
"Halo, betul ini dengan Hendra? Saya Candra, saya dapat kabar dari ayahmu untuk bertemu kamu di coffee 1000. Saya 15 menit lagi sampai ya"
Pesan itu sudah masuk 1 jam yang lalu. Sengaja Hendra silent mode handphone nya.
"Maaf baru buka handphone. Apakah kakak masih disana? saya butuh waktu kurang lebih 30 menit sampai disana."
"Masih Hendra. Saya sambil mengerjakan tugas juga disini. Saya tunggu ya" balas Candra
Buru-buru Hendra mengemasi barang-barangnya dan lekas melajukan mobilnya ke lokasi yang dijanjikan.
[BERSAMBUNG]
5 notes
·
View notes
Text
Pilihan Hidup (2)
Hendra dan Ayahnya bertemu di selasar Aula Ganesha setelah mengikuti prosesi wisuda. Sahabat Hendra turut hadir memberikan selamat kepada Hendra, termasuk Nisa, sang kekasih. Momen ini adalah momen mengenalkan Sang kekasih kepada ayahnya.
"Yah, kenalin ini Nisa. Nisa ini Ayahku". ucap Hendra mengenalkan Nisa dan Ayahnya
"Salam kenal Om, Saya Nisa" sapa Nisa kepada Ayah Hendra
"Oh ya, nanti ikut makan siang bareng juga ya. Om ke parkiran dulu ambil mobil. Ayok Hendra" Ajak Ayah Hendra dengan ramah.
"Baik Om. Saya menyusul karena ada urusan di kampus ya Om" jawab Nisa
Mereka pun berpisah setelah berbincang-bincang kurang lebih 30 menit. Didalam mobil Ayah Hendra membuka pembicaraan tentang Nisa
"Hendra, Nisa itu siapa? pacar?" tanya Ayah Hendra
"Iya yah" jawab Hendra singkat
"Kalian sudah ada rencana mau menikah waktu dekat? Gak usah lama-lama. Lekas kerja lalu menikahlah. Sepertinya Nisa anak yang baik. Sudah ayah kirimkan kontak anak teman Ayah. Lekaslah kamu hubungi" ucap Ayah Hendra
"Belum tau yah. Yah sudah Hendra katakan, Hendra tidak ingin bekerja jauh dari ibu. Siapa juga yang akan merawat ibu jika bukan Hendra? Memang Ayah ada waktu untuk selalu dirumah?" Jawab Hendra dengan tegas
"Sudahlah coba saja dulu, kalau kamu tidak mau biar nanti anak teman ayah yang menghubungi kamu. Udah sampai restoran nih, ayo turun" balas Ayah Hendra yang tidak mempedulikan pendapat Hendra
Hendra hanya merespons diam takut emosinya tidak terkontrol
[BERSAMBUNG]
4 notes
·
View notes
Text
Pilihan Hidup (1)
Dua hari lagi adalah hari kelulusanku di bangku kuliah. Butuh waktu 5 tahun untuk menyelesaikan studi dengan jurusan yang sesungguhnya bukan sesuai yang aku inginkan. Tanggung jawabku kepada orang tua selesai sudah.
"Bu, lusa Hendra wisuda, apakah ibu sudah sehat dan bisa menghadiri upacara wisuda?" tanya Hendra pada ibunya yang 3 bulan lalu pulang dari rumah sakit
"InshaAllah nak, semoga besok ibu sudah lebih enakan ya"
"Baik Bu, jika memang tidak bisa datang tidak usah dipaksakan" jawab Hendra
(Hari esoknya)
"Hendra, maaf sepertinya ibu tidak begitu mampu untuk datang, ibu masih lemas" "Tidak apa-apa Bu, ini bukan masalah yang besar. Ibu istirahat saja dirumah"
Tok tok tok... (Bunyi pintu)
Hendra pun membuka pintu, didapati ayahnya pulang dari dinas. Ayahnya lekas membersihkan diri dan menemui istrinya. Ibu Hendra menceritakan bahwa esok adalah hari kelulusan Hendra dan ia tidak dapat menghadiri karena badan masih belum fit. Tanpa diminta Ayah Hendra menawarkan diri untuk menghadiri upacara tersebut.
"Hendra, besok ayah yang menghadiri upacara kelulusanmu ya, biar ibumu istirahat dirumah" "Baik ayah" jawab Hendra singkat
(Esok hari)
"Sudah siap? ayo kita berangkat" ajak Ayah Hendra
Hari ini Hendra sangat rapih dengan baju toga dan dasi kupu-kupu hitamnya. Rambut juga sangat rapih. Sungguh berbeda dari Hendra yang biasa. Hendra pun berpamitan dan mencium ibunya dan lekas masuk ke dalam mobil.
(Di dalam mobil)
Sudah 30 menit, hening tidak ada pembicaraan. Kemudian sang ayah pun membuka pembicaraan.
"Di gedung apa nanti?"
"Di Aula Ganesha Yah"
"Setelah lulus, rencanamu mau kerja dimana? Ayah ada kenalan yang anaknya kerja di perusahaan minyak terbaik di Ibu Kota. Jika mau nanti ayah kenalkan biar kamu ada gambaran apa aja yang perlu disiapkan" saran dari Ayah Hendra
"Tidak usah Yah, Hendra mau di kota ini saja menemani ibu. Lagi pula Hendra mau fokus mengembangkan bisnis dan workshop" jawab Hendra singkat
"Bisnis apa si? workshop gambar gambar yang gak jelas itu? Udah dicoba dulu aja, nanti Ayah kenalkan sama anaknya temen Ayah. Kerja itu yang jelas jelas aja yang memang udah menjamin. Kamu harusnya bersyukur masih Ayah bantu, ini juga untuk kebaikan kamu" cerocos Ayah Hendra
"Terserah Ayah saja" jawab Hendra ketus
[BERSAMBUNG]
9 notes
·
View notes
Text
Menua Bersama
Alunan tembang jawa menyelimuti suasana saat duduk menanti namanya dipanggil oleh suster untuk bisa bertemu dengan Dokter. Suasana sangat hangat ditambah dengan suster yang selalu melayani pasien dengan ramah bak anak sendiri kepada orang tuanya. Terlihat pasangan kakek dan nenek yang duduk bersama dibangku antrian.
Sang Kakek mengenakan tongkat untuk membantu berjalan. sedangkan sang istri masih cukup gesit untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Rupanya sang istri juga berobat namun berbeda poli karena terlihat mondar mandir dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Sang istri melayani suaminya dengan sangat sabar. Diberikannya roti dan teh hangat yang dibawa dari rumah untuk sang suami. Pandangan mata sang suami pun sangat bahagia karena akhirnya bisa duduk dan memberikan makan untuk cacing-cacing diperut yang sudah berbunyi dari tadi.
Apakah aku akan bertemu dengan pasangan yang saling support seperti mereka? Hingga tua bersama dan hadir membersamai di sisa waktu hidup. Ku yakin pasangan tersebut sudah banyak sekali mengarungi suka dan duka dinamikan berumah tangga yang tentu saja bukanlah hal yang mudah untuk melewatinya hingga bisa sampai pada titik sekarang ini.
Memang benar rumah sakit adalah tempat dimana kamu akan melihat doa yang sangat tulus dari orang-orang yang menyayangi. Semoga kelak aku akan bertemu dengan orang itu. Aamiin
"Kak Keisya, silahkan masuk ke ruangan" ucap suster saat memanggil namaku.
5 notes
·
View notes