Photo

Jadi, waktu sampe di pantai Lolang, kita juga tanya ke ibu-ibu yg ada di sekitar situ, jalan nanjak itu apaan? Bukit aja kah? Beliau bilang itu jalan buat ke pantai Porok. "Jalan". Oke, tanya lagi, jauh ga Bu? Kata beliau ga jauh. Habis selesai dari Lolang, kita langsung cuss ke pantai Porok. Eh ternyata naik turun bukit wkwk. Btw itu yg di video bukan perjalanan full, cuma ngevideo beberapa menit aja (ya maap kalo videonya goyang2, maklum gaada stabilizer). Kejadiannya sama waktu kita ke Puncak Kosakara dari pantai Drini. Naik turun bukit juga 😂 Kalo gamau jalan kaki, mungkin bisa coba pake sepeda gunung atau motor trail. Bukitnya rimbun banget, sampe ragu mau belok ke jalan yg benar sebelah mana 🤭 Ketemu orang pertama di bukit, bapak2 nyari rumput. Aman. Ketemu orang kedua, waktu kita bingung mau belok kemana, si bapak tetiba muncul sambil bawa golok. Kita sempet bengong dan bertatapan seper-sekian detik (eaaa) tp Alhamdulillah aman juga. Waktu mau sampe pantai, jadi ragu karena sepi banget hoho. Ternyata ada 1 bapak manjat pohon kelapa, 3 orang dewasa + 1 anak kecil baru mancing, berasa ada temen. Alhamdulillah, aman terkendali buat nikmatin pantainya. Kesenangan sesaat itu seakan buat kita lupa kalo pulangnya kita masih harus lewat jalan yg sama 😒 (at Pantai Porok)
2 notes
·
View notes
Photo

Pantai Nglolang/Lolang . Sebelum berangkat, liat maps pantai² di laut selatan Jogja dan nemu nama pantai Nglolang diantara pantai Sepanjang sama pantai Kukup. Liat potonya ko bagus yak? Tp review-nya masih sedikit. Coba aja deh. Berangkatlah kita dari pantai Watu Kodok ke pantai Lolang. Laah udah ngelewatin Sepanjang sama Kukup tapi ko ga nemu Lolang? Dimanakah ia? 😱 Akhirnya balik arah, nyusurin jalan lagi, mungkin kita yg kurang ngeh liat plang pantainya. Tapi ini udah sampe Sepanjang lagi, tetep ga nemu.. Yaudin akhirnya memutuskan masuk ke Sepanjang, habis itu tanya bapak parkir dikasi tau kalo Lolang emang masuknya lewat Sepanjang, ntar nyusurin jalan kecil. Okedeh, gaskeun! Nemu pantai, dibawah, dan sepi. Sebelum turun nanya ibu² dulu, ini pantai apa dan boleh turun ga. Ealah ternyata ini yg namanya pantai Lolang, hmm garis pantainya kecil. Tp lagi⅔², ini private 😍 . Selidik punya selidik, poto yg ditemuin di gugel waktu kita nyari sebelum berangkat, ternyata bukan wujud pantai Lolang. Gatau dah tu pantai apaan(?)
0 notes
Photo

Coba naik naik ke bukit/tebing/apalah namanya, sampe atas gewla gewla ternyata pemandangan sekitar keliatan pantai² yang lain. Salah duanya pantai Drini sama puncak Kosakora. Lagi⅔² diatas cuma kita berdua, yaudin deh ga perlu ngantre buat took some pictures sama pengunjung lain haha. (at Frog Stone Beach)
0 notes
Photo

Berawal dari kebaikan hati nurani seorang kakak yang kasian ngeliat adeknya libur semingguan tapi bediam aja, akhirnya memutuskan buat ngajakin cari vitamin sea. Berbekal keyakinan dan izin orangtua, malem sebelum berangkat cari² info mau ke pantai apa. Paginya cek weather app eh kok Gunkid thunderstorm, yaa bismillah aja semoga cerah ceria. Walopun berangkat jam 08.30 dan sampe TKP pertama hampir tengah hari, tapi worth it lah main²nya. Lagi² nemu cerita kocak tiap pake jalan alternatif. Pengen cerita tapi takut receh soalnya selera humor netijen pasti lebih tinggi. Jadi biarlah kelucuan ini menjadi milik kita berdua. Yhaaa namanya manusia, pake alternatif kan mikirnya lebih enak lebih deket gitu yak. Ternyata zonk dan de javu kek waktu ke Drini tempo hari. Dan, voilaaa Alhamdulillah sampelah kita ke Pantai Watu Kodok! Karena bukan weekend/holiday, jadilah tempat ini semacam private beach. Jadi iso sak polahmu meh ngopo wae. Garis pantainya panjang, ombaknya ga begitu besar, terik mentari yang bersinar. Such a perfect view! (at Pantai Watu Kodok)
0 notes
Photo

Sembilu~ . . . #ENJBanten2017 #EkspedisiNusantaraJaya #JanganTundaKePulauTunda #JalesvevaJayamahe
0 notes
Photo

Eits, ini nanem bunga edelweis beneran kok. Ga cuma megang tanahnya. Bukan pencitraan 🙄 . Fyi nih gaes, bunga edelweis penting banget loh buat upacara adat suku Tengger. Setiap upacara adat, butuh bunga yang selalu diibaratkan sebagai bunga abadi ini dalam jumlah yang ga sedikit. Tumbuhnya lama, ketersediaannya terbatas. Buat tumbuh sekitar 50cm-an aja bisa butuh waktu sampe 7 tahun 😱 Makanya bapak ibu yg jadi guide kami menggagas untuk membudidayakan penanaman edelweis. Ga cuma di tempat mereka sembahyang, tapi juga mengedukasi masyarakat sekitar. Jadi, kalo ada nawarin buat beli bunga edelweis, jangan mau yah.. Karena secara langsung kita mengurangi stok bunganya, hiks. Atau kalo lagi muncak dan liat ada bunga edelweis, jangan diambil. Poto aja kalo mau dijadiin kenang2an. . . . #RonaNusantara9 #RelawanNusantara #RumahZakat #SharingAndTraveling #ImSharingImHappy #BungaAbadi 💐
0 notes
Photo

Jadi dek, tau kan kenapa es krim yang kalian makan rasanya manis? . Coba liat siapa yang bikin ✨ . . . #RonaNusantara9 #RelawanNusantara #RumahZakat #WowBikinEsKrim #ManisEaaa (at Pasuruan)
0 notes
Link
Indonesia ada di urutan kedua dari atas cuy :( Kuy kita bantu pemerintah menuju Indonesia bebas TB 2050! Gimana caranya? Langsung aja baca artikel ini..
0 notes
Text
HARI GINJAL SEDUNIA 9 Maret 2017





“Penyakit Ginjal dan Obesitas : Gaya Hidup Sehat untuk Ginjal Sehat”
Ginjal merupakan organ tubuh berbentuk seperti kacang merah yang terletak di bawah tulang rusuk. Organ tubuh ini berperan penting dalam menyaring racun yang ada di dalam tubuh. Fungsi penting ginjal lainnya adalah mengeluarkan sisa-sisa produk dari dalam tubuh, menyaring 120-150 liter darah per hari, menjaga keseimbangan cairan, garam dan mineral, memproduksi renin pengatur tekanan darah, menghasilkan vitamin D yang penting bagi tulang, juga eritropoetin yang berguna untuk menstimulasi produksi sel darah merah.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, Rabu (8/3), sebanyak 10 persen dari populasi global menderita Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Pada tahun 2010, sebanyak 2,6 juta penderita PGK sudah dalam tahap stadium akhir dan menjalani hemodialisis (cuci darah). Jumlah tersebut diprediksi akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 5,4 juta. Menurut Indonesian Renal Registry (IRR) Tahun 2015, persentase diagnosa penyakit utama pasien hemodialisis di Indonesia tahun 2015 sebanyak 89 persen adalah gagal ginjal kronis. Sebanyak 600 juta orang di dunia mengalami obesitas dan 220 juta di antaranya adalah anak usia sekolah. Pada tahun 2007, sebanyak 19,1 persen penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun mengalami obesitas dan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2013 menjadi 28,7 persen.
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat berbagai faktor misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. PGK didefinisikan sebagai kelainan pada urin atau darah atau kelainan morfologi yang berlangsung lebih dari 3 bulan disertai dengan ditemukan satu atau lebih tanda-tanda seperti indikator albumin urin, sedimen urin abnormal, hasil patalogi anatomi abnormal, elektrolit abnormal, hasil MRI abnormal, riwayat transplantasi ginjal, dan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG).
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : Riwayat keluarga (namun tidak banyak berpengaruh, tergantung gaya hidupnya), penyakit ginjal, kelahiran premature (<2300 gram), usia (40 tahun keatas memeriksakan fungsi ginjal keseluruhan), trauma atau kecelakaan, jenis penyakit tertentu (lupus, anemia, kanker, AIDS, hepatitis C dan gagal jantung berat). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : diabetes, hipertensi, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih, infeksi saluran kemih berulang, obesitas, kolesterol tinggi, merokok, konsumsi obat pereda nyeri, alkohol dan pola makan/gaya hidup.
Jika ginjal rusak alias berhenti berfungsi, segala unsur kimia yang ada di dalam tubuh akan terganggu dan otomatis kinerja organ tubuh lain seperti jantung akan turut terganggu. Ketika ginjal menjadi tidak berfungsi, tubuh bisa mengalami kelesuan, kehilangan nafsu makan, mengantuk, dan kram otot. Obesitas berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan dan meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes dan hipertensi, dua penyakit yang merupakan faktor risiko tertinggi Penyakit Ginjal Kronik (IRR, 2015).
Pada orang dengan obesitas, organ ginjal harus bekerja lebih berat, menyaring darah lebih banyak daripada normal untuk memenuhi tuntutan metabolik yang meningkat sesuai berat badannya. Peningkatan fungsi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya PGK dalam jangka waktu yang lama. Orang dengan obesitas lebih berisiko 83 persen untuk menderita PGK dibandingkan orang dengan berat badan normal.
Oleh karena itu, menurunkan berat badan dan menjaga pola makan sehat menjadi langkah awal untuk menghindari timbulnya penyakit ginjal. Berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran dan mengontrol berat badan. Karena jika mengalami obesitas, risiko terkena diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung yang mengacu kepada komplikasi ginjal juga semakin tinggi. Tak perlu menghabiskan waktu berjam-jam, cukup 3-4 kali seminggu dalam waktu 30 menit sudah memberi manfaat besar bagi tubuh serta hindari kegemukan. Hindari makanan berlemak, mengandung banyak garam, dan bahan kimia. Perbanyak konsumsi sayur, buah-buahan, daging tanpa lemak, biji-bijian, kacang-kacangan, dan minum air putih minimal dua liter sehari.
Mencegah penyakit ginjal kronik sebetulnya mudah. Hal yang perlu dilakukan cukup menjauhi faktor risikonya. Pencegahan ini tentu dapat dikerjakan dengan beberapa langkah, misalnya cek darah secara teratur. Pencegahan awal ini bisa dikerjakan hampir pada semua puskesmas untuk mengetahui kerusakan ginjal dari awal.
Pantau terus kondisi kesehatan tubuh dengan melakukan check up kesehatan rutin minimal satu kali dalam setahun. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi yang berisiko juga sangat penting dilakukan antara lain gula darah, urin lengkap, ureum dan kreatinin, kolesterol, LDL-kolesterol, dan trigliserid.
Yuk, sayangi ginjalmu! :)
0 notes
Text
Kadang kita butuh berhenti dalam perjuangan. Berhenti sejenak untuk bermuhasabah, melihat ke belakang, dan berfikir secara visioner. Lalu memutuskan apakah harus berhenti, melanjutkan, atau mengubah jalan. Lelah dan berat, memang. Ditambah lagi jika kita berbeda dengan orang lain. Entah cara maupun tujuannya. Pasti akan banyak yang tidak suka, menentang, dan menghalang-halangi. Namun semua kembali lagi pada niat, tujuan, dan sejauh mana keberanian kita untuk melangkah. Nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur basah. Bismillah :) Kedzaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat, namun karena diamnya orang-orang baik. -Ali bin Abi Thalib-
0 notes
Text
Perjuangan
/per·ju·ang·an/ usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya. Bener kata orang. Belom berjuang namanya kalo belom merasakan terjalnya terbing, mendaki gunung, dan lewati lembah. Kemarin, 28 Juni 2016, juga salah satu hari perjuangan yang banget. Harus memadatkan waktu biar semua urusan kelar di hari itu juga. Tapi kita cuma bisa merencanakan. Karena ngantre yang berujung siang, ngurusi birokrasi yang berliku, dan slow response dari lawan komunikasi, alhasil ngga semua kekejar. Itu artinya, perjuangan harus dilanjutkan hari ini. Biar makin greget merasakan manis pahit berjuang itu kaya gimana 😎
1 note
·
View note
Photo

Jumat, 24 Juni 2016. Senyum. Tawa. Canda. Bahagia. Gembira. Ceria. Selalu tampak di wajah mereka, anak-anak Maya Ananta. Selamat berjuang, adek-adek! Karena sejatinya hidup adalah perjuangan *duh, berat bahasanya* Banyak orang yang mendukung dan menyayangi kalian, yang akan selalu ada dan menemani masa-masa perjuangan itu. Terutama orangtua :") Setiap interaksi diharapkan terjadi feedback. Dan kalianlah yang menjadi 'healing' buat kami, visitors. Justru kalian yang mengajarkan banyak hal, secara tidak langsung memang. Semoga lain hari kalo kita ketemu, kalian udah sembuh, udah jadi survivor 😊 Keep up (y)our spirit! . . . Special thanks to Allah, BII Joglosemar, 3C, volunteers, donatur, kitabisa.com, FIM Bengawan, and our guest star(s).
1 note
·
View note
Text
Selamat Ulang Tahun ke-80, Pak Habibie!
Assalamualaykum.. Selamat pagi, Pak Habibie! Izinkan saya menyampaikan rasa bangga kepada salah satu putra terbaik bangsa yang telah berhasil membuat burung besi N-250 Gatot Kaca dan Krincing Wesi menggunakan teknologi Fly by Wire pertama di dunia. Menyampaikan rasa hormat pada pemegang 46 paten dunia dalam teknologi dirgantara, diantaranya : Crack Progression Point Theory untuk prediksi rambatan retakan dan estimasi rasio rambatan retakan material pada pesawat, Vertical Takeoff Landing (VTOL) teori lepas landas dan mendarat secara vertikal yang kini menjadi acuan pesawat-pesawat canggih, Less is more yang meningkatkan daya angkat dan daya angkut pesawat udara. Rasa kagum pada seorang kelahiran Parepare, 25 Juni 1936 yang dinobatkan sebagai salah satu Pemikir Tercerdas Dunia, sehingga namanya bersanding dengan tokoh-tokoh melegenda seperti Sir Isaac Newton dengan teori gaya gravitasinya, Galileo Galilei sang penemu teleskop, bahkan Albert Einstein penemu teori relativitas. Tak lupa saya sampaikan perasaan bahagia bahwa Republik Indonesia pernah memiliki Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden ke-3. Bapak yang sewaktu kecil berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang suka bermain, justru lebih sibuk untuk mencari jawaban atas setiap pertanyaan yang membuatnya penasaran. Menjadi anak pendiam yang tenggelam dalam buku-buku yang ia lahap setiap harinya. Anak yang jarang bisa berbaur dengan teman sebaya karena gagap dalam berbicara bahasa Indonesia maupun bahasa daerah yang ditinggalinya. Namun dari semua itu tersimpan potensi besar yang ada pada dirinya. Buah itu berkat kerja keras dari Alwi Abdul Djalil Habibie dan Raden Ayu Toeti Saptomarini dalam mendidik anak-anaknya agar kelak dapat berguna bagi bangsa. Menginjak usia 80 tahun tidak lantas mengurangi semua kekaguman yang saya rasakan meskipun kabar Bapak tak lagi sering terdengar. Bapak tetaplah Rudy yang ‘gila’ buku, membaca, perpustakaan, puisi, dan ilmu pasti. Rudy yang nekat mengikuti tes untuk bisa kuliah di Jerman meski ia baru kuliah tiga bulan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia -sekarang ITB demi mengejar impiannya membuat pesawat. Tidak kalah nekat saat ia bersikeras mengikuti ujian Studienkollegs (STK) karena alasan menghemat waktu. Ya. Semakin lama ia menyelesaikan kuliah maka semakin berat pula beban keluarga yang harus menanggung biayanya, terutama Mami -panggilan Habibie untuk ibunya. Meski badannya kecil namun semangat dan kepintarannya berbanding terbalik, besar, sehingga tak boleh diragukan. Keberanian juga ada pada dirinya saat ia terus mempertahankan cita-citanya ingin membuat pesawat untuk Indonesia agar kesehatan, pembangunan, dan pendidikan bangsa ini dapat dinikmati hingga penjuru negeri. Keberanian pula yang membuat Rudy menolak salah satu gagasan pada Konferensi PPI Eropa 1957, demi mempertahankan ide mengenai pentingnya Seminar Pembangunan yang akan membahas pembangunan Indonesia oleh mahasiswa yang dikuliahkan oleh negara agar nantinya penerus bangsa dapat berguna saat kembali ke tanah air. Penolakan itu berbuah hasil. Akhirnya usulan Rudy diterima dengan konsekuensi PPI Aachen, dimana saat itu Rudy menjabat sebagai ketua, menjadi penanggung jawab utama Seminar Pembanggunan tersebut. Entahlah, nekat dan keberanian memang berbeda tipis. Seminar yang membuat Rudy dan panitia inti mengorbankan waktu istirahat, tidur, bermain, bersenang-senang, bahkan urusan akademiknya. Persiapan yang menguras tenaga itu akhirnya membuat kondisi kesehatan Rudy tumbang dan di diagnosis TBC sehingga memaksa ia untuk menunda studinya selama kurang lebih satu tahun guna penyembuhan. Perjuangan tidak berhenti disitu. Ujian kehidupan juga Rudy rasakan saat menempuh studi S-3 dimana berkas penelitian proyek Kugel-Raupe yang telah ia garap selama 18 bulan diambil paksa oleh negara Jerman dan mau tak mau proyek itu berhenti. Beruntung Rudy mendapatkan tawaran lain untuk mengembangkan metode perhitungan tegangan akibat pemanasan kinetik pada sayap atau sirip suatu benda yang terbang lebih cepat dari lima kali kecepatan suara demi meraih gelar Dr. Ing. dan menyelesaikan studinya di RWTH-Aachen. Hingga tiba saat ia meminang Hasri Ainun Besari, anak keempat dari pasangan R.H. Mohamad Besari dan Hj. Sadarmi binti Iskandar Sosrowiyoto. Ah, Ainun. Siapa yang tak suka pada gula jawa yang sekarang telah berubah menjadi gula pasir? Tak heran jika banyak lelaki yang menyambangi rumah dokter nan cantik, pintar, kritis, berkarakter, namun tetap bersahaja itu di Ranggamalela. Namun Ainun justru memilih Rudy, lelaki yang keras kepala akan ide dan pendapatnya. Tak peduli tentang masa lalu Rudy yang tentu pernah berlabuh di dermaga lain, yang pasti masa depan akan ia jalani bersama. Kecintaan Bapak kepada Ibu Ainun selalu tercurahkan bahkan hingga Ibu wafat. Dulu, sekarang, dan selamanya cinta sejati itu akan terjaga. Sudah barang tentu hujan dan mendung menyelimuti beliau pasca ditinggal Ibu Ainun. Bagaimana tidak, suka duka pernikahan telah mereka arungi 48 tahun lamanya. Namun bukan Habibie namanya jika ia hanya tenggelam dan terpuruk dalam kesedihan, karena baginya Habibie untuk Ainun dan Ainun untuk Habibie. Sekelumit hal diatas adalah beberapa cerita yang tentu sudah diketahui banyak orang. Perjalanan dan kisah hidup sejak kecil hingga sekarang. Tentang pentingnya pendidikan yang akan membuka wawasan dan dapat merubah dunia, cita yang harus selalu dikejar, janji pada ibu pertiwi yang harus ditepati, serta cinta yang harus dijaga dan tak boleh dilupakan. Kini Habibie telah membuktikan kepada Papi bahwa ia bisa menjadi mata air yang bersih, yang menyejukkan bagi orang-orang di sekelilingnya. Lantas, siapa yang tak kagum? Bapak sungguh inspiratif! Banyak hal yang saya catat baik-baik dalam memori. Bapak Habibie selalu mengajarkan bahwa kedamaian dari Allah akan selalu kita dapatkan selama kita terus mendekatkan diri kepada-Nya. Menghormati, menurut, dan mendengarkan nasihat orang tua sebagai salah satu cara kita membalas semua jerih payahnya, meski takkan pernah cukup. Semangat memperjuangkan cita-cita melalui jalan kesuksesan masing-masing atas nama rakyat dan bangsa Indonesia. Memegang teguh prinsip yang kita yakini selama itu tidak bertentangan dengan agama dan norma-norma. Jujur dan tidak takut dengan siapapun selama kita benar. Berteman dan bergaul dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, bahkan status warga negara. Tidak melupakan jasa orang-orang yang telah membantu kita. Mencintai semua, terutama mereka yang juga mencintai kita, meski raganya telah tiada. Selalu mengingat sejarah sebagai media bermuhasabah diri. Tak cukup rasanya bila saya menjelaskan lewat kata. Biarlah sifat dan sikap Bapak selalu menjadi teladan bagi kami. Teruslah menjadi Habibie yang menginspirasi. Salam hormat, bangga, kagum, dan bahagia dari saya. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan bagi Bapak. Aamiin. Wassalamualaykum.. ©kikipuccino Kartasura, Juni 2016
0 notes
Text
😆
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu
*oleh Humamuddin, hafidz 30juz kebanggaan FK UNS*
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu…
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Al Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Dan namanya akrab di telinga kita hingga kini, dialah Zaid bin Tsabit.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu…
Jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu…
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya, seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya:
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam..! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu, oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin..!”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi'i.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu…
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita, seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam Masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Dan murattalnya kita sering dengar dan diputar di Indonesia, dialah Syaikh Abdurrahman As-Sudais.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu…
Jadilah orang yang pertama kali yakin dan menanamkan keyakinan akan kesuksesan, seperti ibunya zewail kecil yang menulis “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anaknya. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri, diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor Muslim terkemuka di dunia, penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.
Mereka… Orang-orang hebat itu, tidak dididik kecuali oleh Ibu yang luar biasa. Baarokallahu Fiikum.
322 notes
·
View notes
Photo

Sometimes I pretend to be normal. But it gets boring. So I go back to being me. 📷 @alvinafep 📱@nurlailisri (at Rumah Sakit Pendidikan UNS)
1 note
·
View note
Photo

Family is like music. Some high notes, some low notes, but always a beautiful song ❤ #TaeKwonDoMahameru #DojangGonilan
0 notes