Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kebahagiaan Semu
Kemajuan teknologi dengan berbagai perangkat canggih lainnya menghadirkan dunia baru yang tampak cantik di permukaan. Dunia media sosial yang seakan-akan indah dan intim sebenarnya maya dan berjarak. Pada akhirnya manusia akan menemukan dirinya sendirian dan kosong di tengah hiruk-pikuk dunia. Weika Dyah Pratasari
0 notes
Text
BEDA RASA BEDA SELERA
Kalian penggemar Sneakers pasti tidak asing dengan produk lokal Pierro atau produk luar seperti Nike, Adidas, Vans, Asic, hingga Visim. Diantara kalian pasti ada yang memiliki kecintaan berlebih terhadap salah satu brand sneakers atau biasa saya sebut sebagai garis keras.
Seperti saya, saya adalah orang yang garis keras terhadap salah satu brand sneakers, yaitu Vans. Tapi pasti diantara kalian ada yang berbeda, ada diantara kalian yang garis keras Adidas, entah itu kalian garis keras adidas secara universal atau hanya suka adidas di beberapa tipe saja. Perbedaan garis keras kalian itu salah? Tidak, sama sekali tidak salah.
Vans X Della Batik

Vans X Slayer

Disini yang menjadi masalah adalah jika kalian garis keras terhadap salah satu brand tapi kalian tidak menghargai kesukaan orang lain terhadap brand lain. Saya suka sebal dengan seseorang misalnya garis keras terhadap Nike lalu dengan terang-terangan lewat sosial media menghujat vans, "tidak usah pakai vans karena orang bodoh saja yang mau membeli dan memakai vans. Dari dahulu hanya authentic, era, sk8hi, oldskool, chukka, slipon dan paling hanya berbeda gambar saja" itu menandakan tidak menghargai kesukaan orang lain. Itu masih masalah sneakers, namun bagaimana jika menghujat masalah istri teman kalian, bisa putus kelamin kalian.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kalian itu bisa berbeda kesukaan terhadap sneakers? Kalian dengan teman kalian berasal dari kampung yang sama, sekolah yang sama, kuliah yang sama tapi masih berbeda. Atau kalaian ada yang kembar, kenapa masih berbeda?
Kesukaan merupakan suatu hasil proses dari berbagai aspek. Secara garis besar kesukaan seseorang dikaji psikologi dalam kajian prespektif. Kesukaan seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu dari dalam dan dari luar diri kalian seperti pengalaman kalian. Kesukaan kalian dalam sneakers itu dipengaruhi internal diri kalian seperti pengalaman kalian yang pernah kecewa terhadap nike roshe run karena terlalu keras lalu kalian memilih pureboost. Mungkin juga terhadap nilai hidup dalam diri kalian yang anak skate sampai mati maka kalau tidak memakai lakai kalian tidak mau pakai sepatu dan memilih "nyeker" main skate. Selain internal ada faktor eksternal yang berpengaruh seperti sebelumnya kalian pengguna pierro tetapi teman-teman di lingkungan kalian menggunakan asic dan kalian tertarik untuk berpaling yang akhirnya suka produk asic. Atau mungkin pacar kalian garis keras vans, kalau kalian tidak pakai vans kalian tidak dapat "jatah", jatah makan maksutnya. Kedua hal tersebut yang berpengaruh terhadap kesukaan kalian yang selanjutnya menjadikan selera kalian dengan selera orang lain menjadi berbeda.
Dengan kalian tahu mengapa selera itu bisa berbeda-beda dan kalian tahu bahwa selera adalah hasil dari sebuah proses maka ketika kalian bebeda selera sneakers dengan oranglain atau hal lain dalam kehidupan, yang paling bijaksana adalah menghargai. Jika kalian tidak bisa menghargai maka yang paling mudah untuk dilakukan adalah diam.
Ajining manungso soko lathi
0 notes
Quote
jika tidak menambah pintar maka bijaksanalah dengan membaca
mahasiswa sakit jiwa
0 notes
Text
HAMBA JEJARING SOSIAL
Semakin maju teknologi jelas itu mempermudah kita melakukan berbagai kegiatan, termasuk komunikasi. Salah satu komunikasi yang bisa kita lakukan adalah menggunakan sosial media.
Sebenarnya sosial media itu apa sih? Sosial media sebenarnya sebuah wadah atau media yang digunakan untuk bersosialisasi tanpa batasan ruang maupun waktu. Bagian dari sosial media ini banyak, ada yang untuk diskusi, publikasi, livestreaming, hingga virtual world. Tapi yang saya akan bahas yaitu media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi yaitu social networks atau sering disebut jejaring sosial seperti myspace,facebook, twitter, instagram, dsb.
Perkembangan jejaring sosial memang semakin hari semakin pesat, dan kegunaanya juga semakin komplit. Diawali dengan facebook yang dahulu hanya bisa untuk posting status dan chatting, sekarang kalian bisa sharing video live. Kegunaanya juga semakin bergeser, seperti instagram yang dahulu mewadai kalian yang mempunyai hobi berfoto atau sekedar mengabadikan foto, sekarang kalian bisa live aktifitas kalian. Selain bisa menjalin hubungan yang baik dengan rekan, wadah ini juga bisa menjadi tempat untuk berbagi kebahagiaan. Tidak sampai disitu, manusia berotak bisnis bisa menjadikan ini sebagai ladang pencaharian yaitu bisnis dan menghasilkan uang. Sungguh luar biasa bukan?
Dibalik silaunya kenikmatan itu semua, sebagian orang terjebak dalam dunia "perbudakan". Beberapa sumber menyebutkan bahwa inti dari perudakan itu adalah terjadinya kondisi seseorang yang dikontrol atau dikuasai oleh orang lain. Artinya jika kalian tidak bisa mengontrol porsi kalian untuk "bermain" dengan jejaring sosial dan bahkan setiap saat baik saat bangun tidur, kuliah, makan, hingga buang air besar masih tetap "bermain" dengan jejaring sosial media kalian, maka saya ucapkan selamat karena kaliantelah diperbudak oleh jejaring sosial kalian sendiri.
Tidak sadarkah kalian telah mengabaikan banyak hal positif hanya karena stalking seseorang? Berdandan "ala-ala" agar terlihat keren? Nongkrong bersama teman-teman hanya untuk sekedar posting frienship goal? Berlibur keluarga tapi hanya untuk intagram story? Makan ditempat mewah hanya untuk ceckin path? Basi.
Apakah kalian tidak rindu ketika liburan atau sekedar berjalan jalan kalian membuat momen kebersamaan yang hangat bukan hanya untuk berfoto ootd, membuat momen intagram story, check in path, dan selebihnya bermain smartphone. Lalu apa esensi kalian berpergian?
Teman saya pernah berkata, "jejaring sosial itu memang mendekatkan yang jauh, tetapi juga menjauhkan yang dekat" itu Terbukti!. Sekarang ini apa kalian pernah mendapati sebuah gerbong kereta riuh dengan obrolan para penumpang? Saya rasa tidak. Mereka hanya riuh dalam dunia maya mereka. Terlalu asik tenggelam dalam kolom komentar.
Perbudakan yang dilakukan oleh jejaring sosial pelan tapi pasti dan benar benar terjadi dan memang sudah terjadi pada sebagian besar orang. Akan tetapi, sebagian lagi memutar balikkan dengan memperbudak jejaring sosial untuk keuntungannya.
Artinya apa? Ketika kalian bisa menemukan kemudahan bahkan keuntungan dalam sebuah telknologi khususnya jejaring sosial, kalian jangan terbelenggu hingga diperbudak. Disisi lain, kalian juga jangan dibuat susah karena sejatinya jejaring sosial itu memberikan kita kemudahan.
Bijaksanalah terhadap apa yang ada disekitar kita
0 notes
Text
GEMES DIKIRA DUKUN
Kebanyakan orang awam yang saya temui selama saya menjalani sebagai mahasiswa psikologi mengatakan bahwa mahasiswa psikologi sebagai seorang yang bisa membaca pikiran dan keribadian seseorang. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut bisa dilakukan dengan melihat garis di tangan atau melihat raut muka seseorang. Kenyataannya, mahasiswa psikologi ataupun psikolog bukanlah paranormal ataupun dukun yang bisa memberikan penjelasan tentang seseorang dengan hanya melihat garis tangan atau melikat raut muka seseorang. Mari kita simak lagi.
Buku Psikologi Umum karya Prof. Dr. Bimo Walgito, menyebutkan kalau dari segi bahasa, psikologi berasal dari dua kata yaitu psyche yang artinya jiwa, dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Jadi Psikologi sering diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa, atau ilmu jiwa.
Etss jangan ditelan mentah-mentah juga penjelasan diatas, walaupun secara bahasa memang benar tapi tidak sesederhana itu. Mari simak lagi penjelasan berikut.
Para ahli tidak sepenuhnya sependapat dengan penjelasan diatas, seperti yang diungkapkan Gerungan (dalam Psikologi Umum karya Prof. Dr. Bimo Walgito Edisi ke-5 2005) bahwa intinya psikologi itu ilmu pengetahuan jiwa yang scientific (ilmiah), dan ilmu tersebut diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang sudah disepakati oleh sarjana-sarjana psikologi.
Nah jadi, kalau kalian ketemu dengan mahasiswa psikologi, sarjana psikologi, ataupun psikolog jangan sampai kalaian men-judge mereka seperti dukun sebagainya atau kalian kepengen dibaca masa depan, jodoh melalui garis tangan dan sebagainya, kecuali kalau kalian pengen diketawain. Sudah jelas kan cuy.
“Dengan demikian kitanya agak jelas, bahwa apa saja yang kami sebut ilmu jiwa itu belum tentu psikologi, tetapi psikologi itu senantiasa juga ilmu jiwa” (Gerungan, 1996:6)
0 notes