iwangcahyadi
iwangcahyadi
iwangcahyadi
143 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
iwangcahyadi · 10 months ago
Text
The Art of Wait and See
sejak kecil entah mengapa aku adalah orang yang tidak suka menunda masalah. contohnya ketika dihari itu dikasih PR sama guru. entah kenapa aku enggan mengerjakan nanti-nanti atau enggan mengerjakan minggu depan sebelum hari PR tersebut dikumpulkan. aku biasanya langsung mengerjakan hari itu juga. begitu pulang sekolah, sampai rumah langsung dikerjakan.
mungkin aku terlalu exact. inginnya 1 + 1 = 2. langsung terjawab. inginnya sebuah PR/tugas pingin segera selesai. dan ini terbawa ke personality ku. sehingga sampai dewasa aku tidak suka punya masalah dan aku ingin semua masalah ku langsung selesai. ada sisi positifnya, aku terlihat rajin dan merasa tidak punya masalah. karena buat apa nyimpen masalah lama2. capek dan stress.
tapi seiring berjalannya hidup, semakin dewasa, semakin ku temui bahwa masalah itu akan selalu ada. dari skala kecil sampai skala besar. dari masalah jari kaki kepentok kursi, sampai masalah untuk punya rumah hunian.
memasuki era quarter life crisis, di awal aku mulai bekerja di perusahaan besar, dikala itu juga aku sering overthinking. hampir seminggu 2x rutin overthinking. biasanya senin malam atau kamis malam. aneh. tpi seringnya berulang di kala itu. entah aku kepikiran masalah masa depan. entah aku kepikiran bagaimana caranya punya hunian rumah. atau entah aku kepikiran tentang berkeluarga. kekhawatiran kekhawatiran itu yang membuatku insecure.
aku dikenal orang yang tenang, cheerful, mudah bergaul. tapi di kala quarter life crisis, aku sedikit banyak mengundurkan diri dari dunia luar. dari dunia sosial. pikiran dan insecurity itu nyantol di kepala ku. rasanya ingin segera menyelesaikan masalah itu. yang sebelumnya, sejak kecil aku biasa cepat menyelesaikan masalah. kini semua berbalik. banyak masalah yang tidak bisa aku selesaikan saat itu juga.
hal inilah yang membuatku memiliki permasalahan mental. overthinking, insecure, cemas, panik, dll sering menyerangku. hanya ada 1 alasan dari dalam diriku untuk bertahan yaitu sebuah harapan, sebuah mimpi. mimpi untuk menjadi sukses. mimpi untuk menjadi berhasil.
sampai satu titik dalam hidupku, aku down hancur, ketika covid. semua masalah tertumpuk. even harapan pun tak ada. stress ku extreme. ketakutanku extrem. fisikku terdampak. aku gerd.
tapi satu-satu entah bagaimana ceritanya Allah kasih jawaban. setelah perjuangan panjang, aku dapat pekerjaan. pekerjaan yang mungkin didambakan orang dikala itu. lalu aku menikah dan dikaruniai anak. kehidupanku alhamdulillah semuanya membaik. semuanya bertahap. pelan2 Allah kasih. pelan2 Allah kasih jawaban.
aku sadar bahwa adanya art of wait and see.
jangan buru2, jangan tergesa2, jangan cemas, jangan panik. apa yang kamu khawatirkan tidak akan terjadi. apa yang kamu takutkan hanyalah ilusi saja. just wait and see.
sabarlah dalam proses. sabarlah dalam berharap pada Allah. mungkin itu hanyalah masalah sepele. mungkin itu hanyalah masalah yang tidak perlu kamu khawatirkan. mungkin kamu cuma perlu menunggu lebih lama untuk tahu jawabannya.
kadang mungkin kita perlu bodo amat sama semua hal. atau bodo amat sama suatu masalah. entah mungkin bisa disebut menormalisasikan masalah. atau bisa jadi sebuah management of anger or emotion. atau mungkin dalam bahasa syar'i nya adalah menyerahkan masalah pada Allah SWT saja.
banyak hal dalam hidup, ketika saya coba utk wait and see, ternyata betul, massalah selesai sendiri, kita lebih tenang, kita tidak merepotkan orang lain, tiba2 ada solusi, atau bahkan oranglain hadir menyelesaikan masalah kita.
sometimes you need to chill and relax. just wait and see. duduk dulu, hela nafas, lihat sikon, lihat dunia berjalan, berharap ke Allah, ikhlaskan, terima, dan tunggu hasilnya apa.
susah memang, apalagi buat saya yg dari kecil punya personality ingin segera menyelesaikan masalah. tpi saya coba utk wait and see. memang terlihat gambling. tpi disitulah seninya. ada seni gambling disitu. tapi kita terus berharap bahwa yang keluar jawabannya adalah solusi terbaik yang kita harapkan. and once you win, you feel happy. tpi itulah kondisinya, apa yang kita takutkan tidak terjadi, apa yang kita khawatirkan tidak terjadi, apa yang kita peramasalahkan ternyata bukan masalah, dan apa yang kita inginkan, hadir sendiri.
cobalah utk tenang. cobalah utk sedikit menunggu. dan lihatlah apa yang Allah beri.
the art of wait and see.
1 note · View note
iwangcahyadi · 10 months ago
Text
jangan ajari aku untuk bodoh
ingatkah kalian ketika sekolah dulu diajarkan kebaikan-kebaikan dan kebenaran?
ingatkah kalian ketika kecil orangtua kita mengajarkan budi pekerti?
ingatkah kalian ketika orangtua kita bilang "jangan begitu nak, itu tdk baik"?
ingatkah kalian ditegur guru karena kita salah?
yap.
sejak kecil kita diajarkan kebenaran dan kebaikan. bukan sebaliknya. bukan diajarkan untuk menjadi salah atau melanggar kebenaran.
tapi kita sekarang melihat realita yang jauh berbeda.
pasti kalian sering menjumpai banyak sekali hal-hal yang melanggar dan jauh dari kebaikan. sesederhananya kita melihat pengendara motor yang melawan arah atau pengendara motor yang melanggar lampu merah. masih banyak hal-hal yang dilanggar oleh masyarakat. tpi coba kita pikirkan. semakin dewasa, semakin kita menjumpai kesalahan2 itu.
realitanya adalah baik dari lapisan terbawah masyarakat sampai lapisan atas, semuanya ada lapisan orang-orang yg melanggar.
bagaimana ceritanya seorang presiden bisa mengatur MK, merubah peraturan, dan mengatur semuanya untuk memenuhi tujuan beliau? bukankah presiden menjadi harapan terakhir masyarakat? lalu bagaimana juga kasus polisi dengan narkoba, judol, pencucian uang, upeti2 pengusaha, salah tangkap, pungli-pungli? bukankah polisi jadi harapan masyarakat agar hidup ini aman dan tenang? lalu bagaimana BPK yang "menormalisasikan" temuan-temuan kecurangan atau kerugian negara? bukankah BPK jadi harapan masyarakat agar pelaksanaan pemerintahaan berjalan benar dan tidak merugikan uang rakyat? lalu bagaimana KPK yang dikontrol Presiden agar lemah, agar tidak independent, agar jadi tools untuk presiden punya power? bukan kah KPK jadi harapan rakyat agar pemerintah ini bersih dan dapat dipercaya? bagaimana bisa ceritanya kepala pemerintahan meminta masyarakat untuk baik untuk mengikuti peraturan sedangkan mereka melanggar peraturan? bukankah ini menjadi contoh ke masyarakat agar tidak mengikuti peraturan?
itu kelas atas.
bagaimana kelas bawah?
bagaimana ceritanya orang miskin bisa punya rumah di tengah ibukota, dengan rumah sederhana, tanpa sertifikat, dengan listrik, ac, bertahun-tahun hidup disana dan dibiarkan/dilindungi pemerintah? bukankah mereka melanggar aturan dan merusak lingkungan? akhirnya banyak kebakaran, banyak penyakit, dan kriminalitas. bagaimana ceritanya orang yang tinggal di bantaran sungai, di tengah gang-gang kecil, lalu mereka membuang sampah ke sungai dengan sesembarangan itu? bagaimana ceritanya mereka bisa punya pikiran membuang bantal ke sungai, membuang sampah konstruksi ke sungai? maklumi saja klo jakarta banjir terus.
buat kami-kami yang konsisten sejak kecil berjalan pada kebaikan dan kebenaran, tolong jangan ajari kami menjadi bodoh. tolong jangan ajari kami menjadi salah. tolong jangan ajari kami menormalisasikan kesalahan. tolong jangan paksa kami untuk salah. selalu ada pergolakan batin di diri kami. ketika kami mau melakukan sesuatu sesuai aturannya, diujungnya kami diminta untuk berbelok. utk menormalisasikan kesalahan. bukankah peraturan, bukankah kebenaran, bukankah kebaikan itu justru membuat hidup lebih baik dan mudah?
bayangkan kalau buat SIM tanpa nembak. biayanya murah, prosesnya jelas, kualitas pengendara meningkat, gg ada lagi orang2 goblok yang berkendara liar atau melanggar peraturan, dan tentu saja kecelakaan berkurang.
bayangkan kalau gg ada pungli dishub di jalan nasional, maka kendaraan over dimension over laoding (ODOL) gg ada, bayangkan mereka rutin dan benar ketika di jembatan timbang. maka saya pastikan gg ada lagi kecelakan truk, truk mogok, jalan tidak cepat rusak, kecepatan truk bisa stabil di 60km/jam tidak buat macet.
bayangkan kalau pabrik2 di sekitaran jakarta di berikan izin berdasarkan studi kelayakan lingkungan atau AMDAL yang sesuai, maka jakarta saat ini pasti memiliki langit yang biru, memiliki udara yang lebih segar, kualitas hidup meningkat, anak2 tidak mudah batuk pilek.
bayangkan jika tidak ada praktek "orang dalam" untuk rekturmen pegawai BUMN dan PNS, maka mereka bekerja bisa perform sesuai merit system, maka byk orang-orang yang lebih layak, lebih pintar, lebih cemerlang yang masuk dan duduk sebagai pegawai berprestasi dan sebagai orang-orang pemerintahan yang baik.
tolong jangan ajari kami untuk menjadi bodoh. tolong jangan ajari kami menjadi salah. tolong jangan ajari kami menormalisasikan kesalahan. tolong jangan paksa kami untuk salah.
kenapa sih masih memikirkan cara yang salah untuk mencapai tujuan? bukankah itu merusak banyak hal? yang seharusnya berjalan baik, yang seharusnya outputnya indah, jadi berbalik semua.
saya selalu heran, kenapa ada orang yang memuluskan kesalahan, atau dengan sengaja untuk salah untuk mencapai tujuannya. pasti ada keuntungan-keuntungan tertentu disana. yang mereka anggap baik dengan menjalankan kesalahan.
hati nurani dan logika sudah hilang.
entah itu dibiasakan dari kecil utk menormalisasikan kesalahan, atau entah itu berubah di dewasa ini karena tuntutan dan bisikan setan. atau apalah
capek sudah buat kami-kami yang konsisten sejak kecil dalam kebaikan dan kebenaran. capek sudah kami melihatnya. sangat jijik melihat mereka tersenyum bahagia dan bangga dibalik kesalahan dan keburukan yang dibuatnya. biarlah mereka merusak semuanya, silahkan, kami tunggu apa yang terjadi. kami yakin masih ada Tuhan, masih ada Allah yang pasti menghakimi.
biarkan kami tidak bodoh, biarkan kami tetap baik. jangan paksa kami menormalisasikan salah dan buruk. biarkan kami tetap dalam jalur kebenaran.
tetaplah waras. tetaplah baik dan benar. tetaplah berjuang dan bertahan.
1 note · View note
iwangcahyadi · 11 months ago
Text
Rumangsa
yap, dalam bahasa jawa, rumangsa berarti merasakan.
ada satu prinsip hidup orang jawa adalah rumangsa. yaitu kita rendah hati, merasakan apakah diri ini layak, melihat diri bagaimana jika dilihat oranglain, menempatkan sesuatu pada tempatnya.
contohnya begini. saya lulusan teknik arsitektur, lalu ketika ditanya terkait teknik kimia, saya tentu tidak mau menjawab. karena saya memang tidak punya kompetensi di bidang itu. saya malu jika saya jawab diluar kemampuan saya. inilah rumangsa. Atau misal, saya adalah ASN, maka saya tidak mau pakai kendaraan plat merah untuk antar jemput anak sekolah atau untuk jalan-jalan di weekend. karena saya merasa malu dan sadar bahwa kendaraan tersebut adalah kendaraan operasional untuk bekerja. bukan digunakan untuk urusan pribadi. saya malu jika menyalahi aturan dan kewenangan. inilah rumangsa.
tapi saya lihat, saat ini banyak sekali orang-orang yang mohon maaf tidak punya rasa rumangsa. terlepas dari background mereka yang mungkin bisa jadi bukan orang jawa. tapi bisa saya katakan rasa rumangsa ini sudah mulai pudar. dan sebenarnya rasa rumangsa ini adalah budi pekerti yang umum di masyarakat.
contohnya, banyak kasus yang dikeluhkan teman2 pengusaha coffee shop. banyak pemuda pemudi yang datang. mereka memakai handphone mahal sebut saja iphone. tapi tidak pesan apapun. mereka duduk, nongkrong, dll. atau mereka yang bisa punya mobil mewah, tapi mohon maaf, perilaku berkendaranya buruk sekali. parkir di pinggir jalan secara sembarangan, memakai rotator, dll.
nah, apakah kesadaran itu telah hilang? kamu bisa punya handphone mahal, tapi beli kopi 35rb saja susah banget. malu tau sama gaya kamu. sadar diri itu penting. misal saya orang kaya, saya sadar saya bisa beli mobil mewah, tapi saya masih belajar berkendara, tpi saya gg bisa sabar dengan keruwetan lalu lintas jakarta. yasudah, saya hire seorang supir. daripada saya parkir sembarangan, daripada saya pakai rotator bak pejabat, daripada saya sruduk sana sini, lebih baik saya tenang, menjaga kewibawaan saya sebagai orang kaya.
sekarang misal, mohon maaf saya lihat orang2 yang beli iphone mahal, tpi nyicil, padahal gaji UMR, hanya demi gengsi. ya mohon maaf, kok bisa punya pikiran seperti itu?
apakah dia gg rumangsa bahwa di itu karyawan UMR dengan standar kehidupan yang ditengah2 yang belum bisa naik level ke kehidupan mapan.
atau kasus lainnya yang lebih menyedihkan. contohnya banyak mahasiswa beasiswa bidik misi (kurang mampu/KIP) tpi dananya digunakan untuk beli iphone. come on! apa gg malu sama status mahasiswa beasiswa kurang mampu itu. padahal sudah dibiayai pemerintah, dengan uang pajak masyarakat, justru malah disalahgunakan. inilah orang-orang yang tidak rumangsa.
saya juga bingung bagaimana ide gagasan untuk memperbaiki ini semua. karena pada dasarnya ini adalah kebiasaan atau personality yang ditanamkan sejak kecil. mungkin yang bisa saya katakan adalah bahwa saat ini kita butuh banyak orangtua yang mampu mendidik anak2nya untuk bisa rumangsa, berbudipekerti baik, dan tentu saja memiliki akhlak dan sosial yang baik. seandainya tidak diajarkan untuk itu, maka saya yakin pasti banyak orang yg tersandung kasus pinjol, judol, psk, hoax, ujaran kebencian, semena mena, dll. Bagaimana tidak, utk memenuhi gengsi harus berhutang, atau coba2 judi, eh jadi ketagihan. Atau karena hilangnya rumangsa, orang2 jadi bebas ngomongin sesuatu. Alhasil hoax kesebar kemana2. Alhasil kita gg crosscheck lgi sumbernya. Sehingga bs jadi byk org yg dgn mudah menghujat org lain. Karena rasa rumangsanya hilang. Dia pikir dia benar.
semoga kita terus sadar diri, rumangsa, dan bisa mendidik anak keturunan kita agar menjadi generasi terbaik.
0 notes
iwangcahyadi · 11 months ago
Text
Belajar hidup dari Jakarta
buat saya jakarta adalah kota yang unik. dari pertama saya bekerja dan itupula saya pertama kali merantau dari jogja ke jakarta, inilah kota jakarta tempat pertama kali saya merantau, belajar kehidupan, mencari rezeki, dan tempat berkembang.
buat kalian yang memang lahir dan tinggal di jakarta ataupun perantau seperti saya, semoga tulisan ini memberikan prespektif yang berbeda tentang hidup di Jakarta.
yap, jakarta dulu adalah ibukota indonesia. semua orang ingin ke jakarta. karena byk pekerjaan, byk kesempataan, perputaran uang besar. tpi ada juga yang tidak mau ke jakarta, karena macet, polusi, dan keras hidupnya. jakarta menurut saya unik, aneh, dan ada suatu hal yang tidak lumrah.
buat orang daerah, pada umumnya jakarta adalah bukit emas. kesempatan untuk merubah hidup. kesempatan untuk mencicipi kehidupan normal seperti orang-orang pada umumnya. karena di daerah tidak ada fasilitas2 yang ada seperti di jakarta. atau tidak ada kemewahan2 yang ada di jakarta. dan pada umumnya jakarta adalah tempat bergengsi. seperti ingin dikenal sebagai, "anak jakarta" atau "udah sukses di jakarta". lalu ketika mudik pulang kampung, keluarga bangga dan masyarakat tahu bahwa dirinya berhasil di jakarta.
dan memang saya sering jumpai banyak sekali orang daerah yang memang memilih tinggal di jakarta dan sekitarnya karena mencari pekerjaan dan bisa merubah kehidupan mereka. yang awalnya sandwich generation, bisa terbebas dari hal itu. yang awalnya gg mengenal gadget, sekarang semuanya serba gadget. semua berubah ketika di jakarta.
karena memang perubahan dan hidupnya berkembang pesat, yang mana hal itu susah didapatkan di daerahnya. karena di daerahnya adanya hanya bertani, melaut, berdagang, atau bekerja sebagai PNS setempat. ditambah dengan fasilitas dan standar kehidupan yang begitu-begitu saja. hal2 itu membuat mereka bangga tinggal di jakarta. hal itu membuat mereka bertahan di kota ini. walaupun harus berjuang tiap harinya dengan jalanan, dengan sempitnya permukiman, kotornya udara, kesemrawutan, kegilaan orang2nya, semua itu dilahap saja sampai kapanpun.
tapi buat sebagian orang lain, jakarta tidak terasa seperti itu.
seperti khususnya orang-orang yang merasakan kenyamanan di tempat tinggal asalnya. once kalian merasa nyaman di tempat tinggal kalian dengan segala keterbatasannya, sepertinya kalian akan merasa susah untuk pindah ke kota besar seperti Jakarta. saya pribadi merasa seperti itu. saya merasa sgt nyaman tinggal di jogja. kehidupan berubah sekali ketika pindah ke jakarta. baik secara lingkungannya, orang2nya, udaranya, kehidupan sosialnya, dll. saya merasa jakarta kadang aku jatuh cinta, kadang benci bgt. lucu dan unik perasaannya.
contoh logika uniknya di jakarta adalah ini:
kamu punya mobil, kamu mampu beli mobil, tapi kamu gg bisa pakai mobil tiap hari untuk ke kantor karena ganjil genap, macet, waktu tempuh lebih lama, boros biaya bensin karena macet, klo banjir gg bisa kemana2, takut mobilnya kebaret motor. bahkan seringnya pakai mobil di weekend. logika ini aneh, kita mampu beli mobil, kita mampu bayar bensin, kita mampu bayar pajaknya, kita mampu bayar maintenance mobil, tapi kita gg bisa pakai tiap hari. ujung2nya naik motor atau kendaraan umum.
di jakarta ini, kamu mungkin merasa kamu mampu dan kaya. tpi kenyataannya kayanya kamu itu masih dibawah. belum bisa menikmati kekayaan itu. masih ada level2 kaya di atasnya.
contohnya. siapa yg paling nyaman di jalanan? mereka2 yg punya mobil2 ganjil genap dan supir pribadi. tidak perlu mikir macet, tidak perlu stress dengan jalanan jakarta, tinggal duduk manis, mungkin sesekali tidur, tiba2 sampai kantor.
maka level hidup jakarta sangat berbeda dengan level hidup di kota2 lainnya.
satu hal yang saya pelajari, utk hidup mulia di jakarta, levelnya jauh berbeda. step stepnya berbeda dengan kota2 lainnya. bisa jadi di kota asal kita, mungkin kita mulia, tpi di kota jakarta tidak.
tapi ada sisi-sisi dimana jakarta itu membentuk kita. untuk menjadi pribadi yg lebih kreatif, yg lebih gesit, yg lebih maju, tdk mau ketinggalan. dan tentu saja lebih kuat di sisi apapun. saya yakin, jakarta membuat seseorang lebih tangguh dan siap untuk berkelana di banyak belahan dunia. karena mungkin jakarta bisa saya sebut sebagai gerbang ke dunia global.
di jakarta pula saya banyak bertanya, kok bisa ada orang sekaya itu, kok bisa ada orang sekreatif itu, kok bisa ada orang setangguh itu, kok bisa ada orang sesabar itu. semua yg saya lihat membuat saya makin bisa belajar banyak hal.
memang di jakarta banyak gg enaknya.
tapi memang ada enaknya juga.
maka pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa menjadi mulia? stay di jakarta, atau out dari jakarta?
kita cari tahu sendiri
0 notes
iwangcahyadi · 11 months ago
Text
Kenapa Jakarta adalah kota yang tidak layak untuk bekerja
Jakarta adalah kota besar, ibukota indonesia, dan rencananya jadi daerah khusus jakarta. tempat dimana perputaran uang sangat besar. pusat bisnis indonesia. dan kota dengan harapan kerja yang tinggi. tapi setelah beberapa tahun saya tinggal di jakarta, saya bisa bilang bahwa jakarta adalah kota yang tidak ramah pekerja. kenapa?
karena sudah kelelahan di jalan ketika berangkat kerja atau pulang. saya punya teman, yang tinggal di kabupaten bogor. dia setiap hari ke kantor menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam. itu naik motor. pagi2 sekali dia berangkat ke kantor. jam 5 pagi dia berangkat. alasannya 1, biar tidak macet. tidak macet aja sudah menghabiskan waktu 2 jam. ada juga teman saya, rumahnya di cikarang. tiap hari naik KRL. dia berangkat tiap jam 4.12 pagi. kereta paling pagi dari cikarang. lalu berhenti di stasiun sudirman jam 5. baru dia sholat subuh disana, lalu lanjut naik MRT ke blok M, lalu jalan kaki ke kantor. dia menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam juga. alasan dia berangkat jam 4 pagi biar menghindari KRL yg penuh sesak. bayangkan betapa capeknya orang2 untuk berangkat kerja. pulang pun juga. setiap hari menghabiskan waktu 12-16 jam di luar rumah. 5 hari tiap minggu begitu terus. maka apa yang terjadi? kerja jadi tidak efektif. di kantor sudah lelah. mengantuk. tidak perform. ya wajar. karena sebegitu lelahnya untuk berangkat ke kantor. beda cerita dengan kota kecil. misal bekerja di kota Solo, berangkat ke kantor paling lama mungkin 30 mnit perjalanan. tidak semelelahkan itu. bekerja jadi lebih punya tenaga, dan maksimal hasil outputnya. kelelahan ini, menyebabkan banyak karyawan yang tidak optimal bekerja, khususnya di kota Jakarta.
biaya transportasi yang mahal. kembali lgi ke poin 1, bahwa jarak sangat berpengaruh dengan biaya transportasi. sesederhana naik motor pun, sehari bisa menempuh 60 km PP. kurang lebih tiap 3 hari isi bensin full. anggap saja 3 lt. maka pakai pertalite sudah habis 30rb per 3 hari. maka utk seminggu, kuranglebih habis 60-70rb per minggu. maka sebulan habis 280rb. ini tanpa memperhitungkan biaya kelelahan fisik. sedangkan kalau menggunakan transportasi umum justru lebih mahal lagi. misal dari rumah ke stasiun terdekat naik ojol biaya 15 ribu. lalu naik KRL biaya 5000. dilanjut naik ojol dari stasiun ke kantor 15 ribu. maka sekali jalan untuk berangkat ke kantor sudah habis minimal 35rb. maka klo PP, total 70rb sehari. dengan catatan ini adalah biaya ojol minimum. jika sehari sudah habis 70rb, maka 5 hari kerja dalam seminggu sudah habis 350rb. dan sebulan habis 1,4 jt. bayangkan uang 1,4 jt habis buat transportasi umum. jika gaji sebulan 5 jt, lalu bagaimana? inilah realita di jakarta, apalagi klo naik mobil, pertama ada biaya bensin, kedua ada biaya e-toll, ketiga ada biaya parkir. silahkan bayangkan sendiri.
jangan bayangkan kerja di gedung2 tinggi di jakarta adalah nyaman. kenyataannya, parkir motor berbayar, susah cari makan, males keluar karena ngantri lift, harga makan mahal karena kantinnya khusus, jalanan depan kantor macet, dll. lucu, makin modern, justru bukan mempermudah kita bekerja, tpi byk yg mempersulit.
kalau bekerja di lapangan (mobile), misal dari lokasi A pindah ke lokasi B, dst. maka waktu tempuhnya bisa lama sekali. karena macet. mungkin jika tidak macet, 1 hari bisa dapat 3-4 lokasi. namun di jakarta mungkin hanya dpt 2 lokasi. sehingga lama waktu penyelesaian pekerjaan lebih lama lagi. pelayanan masyarakatnya jadi kurang optimum.
mungkin masih byk faktor lainnya. seperti kehidupan sosialnya yang bisa jadi toxic, dll. namun saya kira hal2 diatas jadi poin utama kenapa jakarta kurang efektif untuk bekerja.
0 notes
iwangcahyadi · 11 months ago
Text
males sama peraturan pemerintah
aneh sih
tapi lucu
begini,
pemerintah berusaha mengurangi polusi di kota jakarta dengan membuat peraturan uji emisi. dan kendaraan yang tidak lolos uji emisi akan ditilang bahkan tidak boleh digunakan.
namun, saya sering sekali menjumpai banyak sekali kendaraan dinas yang jauh dari kata "lolos uji emisi". apa contohnya: bus kementrian, bus kepolisian, truk TNI, truk kepolisian, truk sampah, double cabin pekerja, dll. maksud saya adalah, kalau mau buat peraturan, pastikan dari dalam instansi pemerintahan juga sudah berbenah. paling tidak semua kendaraannya sudah lolos uji emisi. jangan kemudian membuat peraturan yang memaksa masyarakat namun dari pemerintah memberikan contoh sebaliknya, memberikan contoh yg melanggar. maka muncul persepsi di masyarakat " kalau kendaraan dinas aja gg ditilang, klo kendaraan dinas yang asapnya hitam pekat saja masih beroprasi, maka saya boleh dong gg uji emisi, maka saya gg perlu uji emisi."
rasanya malu klo membaca di berita "pemerintah mengeluarkan peraturan bla bla bla..." tapi realita di lapangan jauh dari itu semua.
harusnya pemerintah hadir untuk masyarakat. bukan pemerintah menekan masyarakat. pemerintah adalah wakil dari masyarakat. bukan sebaliknya, pemerintah semena2 dgn masyarakat.
itu adalah hal kecil yang kita lihat. hanya secuil saja.
maka jgn heran dengan peraturan Korupsi, Kolusi, Nepotisme, dll. bagaimana kenyataannya? ya dari Kepolisian, TNI, kejaksaan, BPK, inspektorat, dll, semua mengambil ceruknya masing2.
maka tidak heran jika kepercayaan masyarakat terhadap berbagai instansi pemerintah sangat rendah dan jangan heran kalau banyak masyarakat kita yang melanggar peraturan. karena ada contohnya dari atas2.
disclaimer, bahwa contoh diatas adalah yang dilakukan oknum. saya yakin bahwa banyak ASN instansi pemerintahan yang lurus dan bersih.
semoga kita dilindungi dari hal2 buruk. dan semoga pemerintah kita bisa lebih maju dalam berfikir dan mampu hadir seutuhnya buat masyarakat.
0 notes
iwangcahyadi · 1 year ago
Text
kenapa orang pintar / prestatif cenderung membela kebenaran
disclaimer ya, saya tidak bilang kalau orang yg tidak pintar itu tidak membela kebenaran, dan tentu yang pintar belum tentu membela kebenaran. karena benar atau tidak adalah subjektif.
namun, garis besarnya disini.
ingatkah ketika kita belajar di sekolah, ketika kita belajar matematika, 1+1 = 2 atau 2x2=4, ya apapun itu, maka ada jawaban yang benar. maka secara tidak langsung, sejak kecil kita ditanamkan bahwa selalu ada kebenaran, dan bahwa salah ya salah. tidak ada pembenaran.
tidak cuma matematika, hampir seluruh mata pelajaran punya ketentuannya yang dianggap benar. maka ketika kita dapat menjawab benar, secara tidak langsung, kita menanam value yang condong pada kebenaran dalam hidup kita. ada value yang secara tidak langsung tertanam untuk menemukan kebenaran.
maka tidak heran, orang2 yang berprestasi cenderung membela kebenaran, menjauhi kesalahan/kebodohan, dan tidak mau ikut campur dalam hal2 yang melanggar aturan.
rata2 dari mereka kuliah hingga S3 atau menjadi profesor. satu hal yang meraka lakukan adalah menjadi penyampai kebenaran, seperti dosen, researcher, atau praktisi. mereka cenderung menghindari konflik, tidak ingin menjadi bagian dari organisasi atau oknum yang melanggar peraturan.
tapi coba kita lihat sebaliknya. bagaimana kecenderungan mayoritas masyarakat kita yang mohon maaf kurang berprestasi atau memiliki kesulitan dalam mengenyam pendidikan. contohnya: naik motor tidak pakai helm, tidak ada plat nomor, pakai knalpot brong, dll. ini adalah satu contoh sederhana yang kita lihat sehari2. mereka tidak dapat melihat bahwa pakai helm adalah bagian peraturan atau bahkan mereka sendiri tidak dapat melihat bahwa pakai helm untuk melindungi diri mereka sendiri. itu adalah hal sederhana yang bahkan mereka tidak mampu memahaminya atau tidak mempercayai kebeneran yang mutlak.
apalagi kasus2 lainnya. seperti maling, dll. makanya, jangan pula kita memberikan kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang tidak capable, yang tidak berprestasi, yang tidak memiliki hati nurani. karena orang kecil aja banyak yang bermasalah. apalagi orang besar, terpandang, dan bertahta, sangat bisa melenceng jauh.
hal ini tidak lepas bahwa ketika mereka sekolah, mereka tidak masalah dengan jawab yang salah. byk diluar sana , orang2 yg bilang "ah bodo amat sama soal matematika ini, biarin aja salah gg ada gunanya". menurut saya, kebiasan ini bisa mengikis rasa keberanan. sehingga muncul value "gpp salah"
memang tidak harus selalu benar. pasti orang2 berprestasi itu banyak salahnya juga. gg ada satupun yang luput dari kesalahan. tpi pointnnya adalah, bagaimana kita membiasakan mencari kebenaran. bukan sebaliknya, menormalisasikan kesalahan.
tapi sekali lagi, benar atau salah adalah value masing2. apa yang kita lihat benar belum tentu dilihat benar. maupun sebaliknya. namun paling tidak dengan meningkatnya pendidikan, maka meningkatnya pula kesadaran atau kecenderungan pada kebenaran.
maka silahkan lihat sendiri, sudah sampai dimana diri kita. sudah sampai dimana masyarakat kita.
semoga keburukan kebodohan terhindar dari kita semua. seperti salah satu misi islam, yaitu untuk mencerahkan. bermula dari Iqro, bermula dari belajar, bermula menbaca kebenaran.
# catatan ini terinspirasi dari serial clash of champion yang memperlihatkan bagaimana anak2 muda berlomba2 menjawab soal untuk mencari kebeneran. kalau salah, mereka pasti sedih dan gagal.
0 notes
iwangcahyadi · 1 year ago
Text
bahagiaku melihatmu bahagiamu
setiap saya melihat istri saya bahagia, saya terharu bisa menjadi bagian kebahagiaan dia. ada suatu rasa yang gg bisa kamu ungkapkan sebagai suami ketika kamu bisa membahagiakan istri dan keluarga. kebahagiaan istri yang terpancar dari senyumnya, dari binar matanya, dari ucapan terimakasihnya, semua itu membuat saya merasa menjadi laki2 yang paling beruntung. seperti ada kehangatan yang muncul di dada. seperti ada pendar cahaya senja yang menyejukkan.
di balik kerasnya laki2 menempa hidup untuk keluarga, ketika kita bisa membahagiakan istri dan keluarga dengan cara sederhana pun, rasanya seperti menghancurkan panah2 yang menancap di punggung suami, rasanya seperti meleburkan besi tameng yang selama ini ia bawa kemana-kemana, rasanya seperti menyembuhkan luka-luka sayatan perang, rasanya seperti melegakan ikatan tali tambang di dada, rasanya seperti menurunkan beban beribu ton dari pundaknya.
sungguh, aku berharap Allah mudahkan jalan kita sebagai suami, Allah mudahkan perjalanan keluarga kita, Allah beri kebahagiaan dimanapun itu, dan Allah balas dengan berlapis pahala dari setiap pengorbanan untuk membahagiakan istri dan keluarga.
1 note · View note
iwangcahyadi · 1 year ago
Text
kalau suatu instansi bekerja dengan buruk dan merugikan suatu negara, maka instansi pemeriksa maupun instansi hukum harus memberikan tindakan sanksi sesuai hukum yang berlaku. bukan membelokkan kenyataan, dan bukan meluruskan yang sebenarnya belok. sehingga masyarakat taunya hanya suatu negara berjalan baik padahal uang rakyat diobok2. bagaiman mana tidak, bisa lho instansi hukum memeras pihak2 tertentu agar kinerjanya terlihat baik. bisa lho instansi2 yang tugasnya melindungi tapi justru melindungi pihak yang salah. semoga negara kita dilindungi Allah SWT.
0 notes
iwangcahyadi · 1 year ago
Text
doa orang terdzalimi
saya masih ingat betul ketika saya mulai meniti karir di tahun 2018. di salah satu perusahaan bandar udara terbesar di Indonesia. tentunya BUMN. awalnya saya sangat senang bisa bekerja disana. saya diterima dengan baik. saya dapat ilmu yang sangat banyak. ilmu teknik sipil, ilmu manajemen, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu politik, ilmu komunikasi, dan banyak ilmu kehidupan lainnya tentu saja. sungguh saya belajar banyak ketika bekerja disana. Dan menjadi bagian dari mereka adalah impian saya. tujuan saya. passion saya. karena saya suka dunia penerbangan.
setelah berjalan kurang lebih 2 tahun, saya mulai bisa melihat konflik dan segala permasalahan disana. mulai dari jilat menjilat atasan, sikut menyikut bawahan, permainan perjalanan dinas, perpolitikan jabatan, permaian uang dengan vendor, dan banyak lainnya. bahkan sayapun menjadi salahsatu korbannya. semua hal itu tidak lain dan tidak bukan penyebabnya adalah karena UANG. ya, UANG yang sebegitu banyaknya diperebutkan oleh orang2 dengan caranya masing-masing. tapi sayangnya banyak yang jadi korban2nya. salahsatunya saya.
tidak enak, memang menyakitkan. tapi itulah kenyataan. real life. ya semua yang kelihatan baik, pada akhirnya akan kelihatan buruknya. bahkan kamu tidak akan menyangka2 dari siapa datangnya. bahkan dari orang terdekatpun.
saat itu aku mulai merasa tidak nyaman dengan suasana kantor. yang mana terlalu banyak konflik dan tidak fokus pada pekerjaan dan kerja tim. Asisten Manajer pun berlagak seperti General Manager. menyuruh2 staff seenaknya. tidak mau kerja. mengatur semuanya sehingga ia yang kerja paling mudah. atau ia yang mendapat bagian uangnya. para staff inilah yang tidak punya kuasa. selalu jadi korban. ibaratnya kami2 ini adek kelas yang selalu dipalak kakak kelas. gg akan pernah bisa kuat. kultur inilah yang akan berulang terus menerus ke generasi berikutnya. yang senior akan menindas yang junior.
saya pernah dibanned untuk tidak perjalanan dinas selama 8 bulan lamanya. hanya karena saya menyuarakan kebenaran yang membuat para AsMen tersinggung. padahal saya hanya ingin memperbaiki kinerja tim dan fokus pada pekerjaan. itu salah satu bentuk permainannya.
hingga-hingga pada suatu saat. saya mendapat tugas membuat presentasi. lalu di cek oleh Asisten manajer itu. ada kesalahan penulisan satu huruf. satu huruf saja. sampai2 AsMen itu bilang ke saya, "tolong diperbaiki dulu". di titik itu saya gg tau kenapa, saya sgt marah. bahkan hal sepele pun AsMen gg mau bantu kerjain. padahal saya sudah capek ngerjain presentasi full. ini cuma bantuin merubah 1 huruf saya susahnya minta ampun. sempet saya bilang, "tinggal di ganti aja mas". si Asmen malah marah, "kamu aja yg ganti, kan kmu yang kerjain, saya yg minta kamu". disitu saya begitu geram. marah. saya ubah. saya perbaiki. lalu saya berdoa:
"Ya Allah, saya ini orang teraniaya. ada orang2 yang menganiaya saya. saya yakin janjiMu Ya Allah. Bahwa orang yg teraniaya doanya diijabah." lalu aku berdoa, "Ya Allah, saya mohon, tolong saya. tolong ubah hidup saya jadi lebih baik, jadi jauh lebih baik dari kehidupan orang2 ini. tolong Ya Allah". saya memohon sambil menangis. saya ingat betul kegeraman saya dan keyakinan saya akan doa itu. saya yakin bahwa hidup saya setelah ini akan berubah.
lalu beberapa bulan kedepan semuanya berubah. Covid melanda. dan akhirnya saya memutuskan untuk resign. pertama karena gaji kami dipotong 40%. kedua karena kami tidak ada kepastian karir. ketiga, karena suasana kerja di kantor makin parah. dan saya enggan menaruh harapan kepada mereka. sudah capek menaruh harapan bahwa semuanya akan berubah. saya harus berubah dan berusaha untuk menaruh harapan kepada Allah SWT saja.
saat itu sangat berat saya melepas pekerjaan yang saya cintai. pekerjaan yang saya sangat sukai. pekerjaan yang membuat saya lebih dewasa. pekerjaan yang mengajari saya banyak hal. dan pekerjaan yang mengantarkan saya keliling indonesia. tapi itulah hidup. kadang kita harus melepaskannya untuk suatu hal yang lebih baik. saya dititik itu sangat yakin utk resign. saya sudah lelah dan suasananya tidak sehat.
pulang dari jakarta ke jogja, saya ingat betul naik mobil orangtua, dan sepanjang jalan saya hanya duduk terdiam. sedih rasanya. sangat sedih. sesampainya di jogja di masa pandemi saya mulai semuanya dengan hal baru. ikut rekrutmen perusahaan dan salah satunya rekrutmen ASN. bahkan di jogja saya full kerja sebagai fotografer. alhamdulillah rezeki gg kemana. saat itu 1 bulan gaji sebagai fotografer bahkan melebihi gaji bekerja di BUMN.
tak lama setelah 3 bulan, saya dapat kabar bahwa saya diterima sebagai pegawai ASN. alhamdulillah. memang byk drama saya ikut berbagai rekrutmen. tpi itulah prosesnya. Alhamdulillah Allah kasih saya rezeki di tengah pandemi. sangat2 tak disangka. bahwa cita2 sebagai ASN pun tak pernah terbersit dibenak saya. bahkan cenderung saya tidak mau jadi ASN. tapi itulah kuasa Allah. Apa yang kamu inginkan belum tentu apa yang kamu butuhkan dan apa yang kamu butuhkan belum tentu yang kamu inginkan. semuanya adalah kuasa Allah SWT.
tahun 2021 saya resmi bekerja sebagai ASN, tahun 2023 saya menikah dan tahun 2024 saya alhamdulillah dikaruniai 1 anak perempuan cantik. apa yang saya miliki hari ini semuanya melebihi ekspektasi saya. saya tidak pernah membayangkan saya bisa berkeluarga dengan baik. saya bisa punya kendaraan yang nyaman. saya bisa punya tempat tinggal yang nyaman. saya bisa punya rezeki yang baik. saya bisa liburan. saya bisa memberi banyak manfaat dan kebahagiaan. saya bisa memiliki apa yang oranglain belum tentu bisa miliki. semuanya alhamdulillah melebihi ekspektasi saya. dan saya yakin apa yang Allah kasih sama saya hari ini telah melebihi apa yang didapatkan mereka orang2 yang mendzalimi saya.
saya teringat betul doa saya waktu itu. sekitar tahun 2020 awal. bahwa doa orang yg terdzalimi langsung diijabah Allah SWT. bahwa Allah langsung angkat derajat orang2 yang terdzalimi. sungguh semuanya kuasa Allah. semuanya adalah pemberian Allah SWT. Alhamdulillah Alhamdulillah.
maka tolong, ini jadi pengingat buat saya. ini jadi pengingat juga buat kalian. berhati hati lah dalam bersikap ke oranglain. jangan sampai mendzalimi orang lain. semoga Allah melindungi kita semua agar kita tidak jadi orang2 yang suka mendzalimi. semoga Allah tidak menempatkan kita dalam golongan orang2 yang pernah mendzalimi oranglain. aamiin.
percayalah. buat kalian yang sedang dalam kondisi susah. dalam kondisi didzalimi, berdoalah. mendekatlah pada Allah. janji Allah benar. bersabarlah. Allah akan bantu kamu segera keluar dari kondisi yang sulit. aamiin
1 note · View note
iwangcahyadi · 1 year ago
Text
kenapa PNS tidak maju
tidak ada bonus. ya benar, dengan tidak adanya bonus ini, masing-masing ASN akan bekerja ala kadarnya. tidak ada extra effort. sehingga muncul paradigma "yang penting absen". hal ini tidak mendorong mereka untuk bekerja lebih baik dari waktu ke waktu. tidak ada apresiasi. dibandingkan dengan BUMN atau swasta, yang ada bonus tahunan atau ada tunjangan2 tertentu yang dirasa menguntungkan buat karyawan. dan tentunya dengan gaji yang "apa adanya" membuat mereka tidak semangat. ini lah yang membentuk ASN untuk bekerja apa adanya. disitu2 aja. atau bahkan mencari "uang jajan" dari proyek2 tertentu. akan lebih baik jika apresiasi pemerintah ke ASN ditingkatkan.
jenjang karir dengan gap yang sangaaattt jauh. contohnya, dari jabatan staff diatasnya langsung eselon 4 (kepala seksi). dimana utk menjadi eselon 4, rata2 membutuhkan waktu 10 tahun berkarier. kemudian dari eselon 4 ke eselon 3 (Kepala Suku Dinas/Kepala Bidang) bisa membutuhkan waktu 8-10 tahun. lalu dari eselon 3 ke eselon 2 (Kepala Dinas) bisa membutuhkan 5 tahun. sehingga dapat dibayangkan bahwa jenjang karir PNS sangatlah sedikit yang contohnya semula ada 50 staff, dalam 10 tahun kemudian hanya 3 yang bisa menjadi eselon 4. betapa lama dan susahnya untuk berkarier tanpa ada jaminan karir ASN meningkat. karena mau kerja sebaik apapun, bisa saja keputusan pimpinan berbeda. bisa saja ASN tersebut tidak naik karirnya. ini lah yang membuat tidak ada dorongan dari masing2 insan ASN untuk menonjolkan diri, untuk berkarya, dll. seandainya dirubah jenjang karirnya, dengan gap antar jabatan kira2 3-5 tahun, akan lebih baik.
Kurangnya apresiasi dari pimpinan. nah, betapa senangnya ketika kita memberikan ide, usul, atau inovasi yang kemudian diapresiasi pimpinan dan diimplementasikan. namun kenyataannya adalah sebagian besar ide tidak diterima, dianggap merusak budaya kerja, dianggap mengganggu berbagai "pihak". budaya patuh terhadap pimpinan, budaya patuh layaknya tentara, membuat ASN hanya bisa mengikuti arahan pimpinan yang searah. tanpa ada komunikasi 2 arah yang berkembang. inilah kenapa akhirnya budaya itu sendiri yang membuat ASN menjadi pasif.
terlalu banyak intervensi politik. semua keputusan banyak yg terintervensi oleh keputusan politik. baik dari pimpinan eselon 4 hingga eselon 1, sampai kepala wilayah (camat, walikota, bupati, gubernur, menteri, presiden) bahkan hingga anggota DPRD maupun DPR RI. semua bermain politik untuk memuluskan tujuan2 tertentu. sehingga niat2 para ASN untuk membangun negri dengan maksimal, pada akhirnya mental satu2. setiap saat ada kebijakan baru. pimpinan baru, kebijakan baru. pimpinan berubah, kebijakan berubah. apa yang semula sudah para ASN rancang untuk jangka panjang, akan buyar semua ketika ada keputusan politik yang saling menjatuhkan bukan saling mendukung dan kolaboratif.
tidak ada sistem yang menjaga kinerja suatu instansi. tidak ada sistem konkrit yang menjaga kinerja dari waktu ke waktu. sedangkan staf dari waktu ke waktu berubah. sehingga hampir dipastikan dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun, ada orang baru, ada sistem baru, yang memulai semuanya dari awal. sedangkan instansi tersebut sudah berdiri puluhan tahun. lalu sejak bertahun2 sebelumnya ngapain aja, disitu2 aja, gg ada perubahan. inilah pertanyaannya. ASN butuh sistem yang konkrit.
leadership yang buruk dari pimpinan. ya mungkin ini terdengar umum di berbagai tempat kerja. tapi yang terjadi dilapangan adalah mayoritas pimpinan itu bukanlah 100% leader. mereka tidak diajarkan cara berkomunikasi, cara memanage pekerjaan, cara bersosial, cara mengambil keputusan, cara membuat kebijakan, dll. mereka tidak tahu cara mengontrol anak buah atau memimpin dan menyatukan tim, mereka tidak tahu cara membentuk tim yang kuat. mereka berjalan menjadi pemimpin sekedarnya saja. semua berjalan begitu saja. seperti misalnya, jika ada 1 staff yg tdk perform, yg malas bekerja, normalnya pimpinanlah yg menegur. namun kenyataannya, tidak ada pimpinan yg menegur. dibiarkan begitu saja. hal ini yang mengakibatkan efek domino. dimana beban kerja orang tersebut akan berpindah ke staf yg perform. dimana hal ini akan membuat ketimpangan antar staf. "gaji sama, tapi kerja beda". alhasil, staf lainnya juga enggan perform. karena 1 staf buruk sudah "dinormalisasikan". inilah peran penting leadership, tidak cuma jadi pimpinan yang hanya gila jabatan atau uang saja. dan bisa dipastikan, timnya tidak solid, dan pekerjaan cukup tidak tertata.
Konsep kerja adalah penyerapan. penyerapan yg dimaksud disini adalah, bahwa setiap instansi diberikan anggaran misalnya 100 M, dari 100M itu instansi dianggap berhasil jika mereka menggunakan (menyerap) 100M menjadi sebuah manfaat untuk masyarakat. misalnya trotoar, jalan, selokan, rusun, bansos, dana bantuan pendidikan, dll. Dimana instansi diminta untuk menyerap anggaran sebanyak mungkin yang dapat diartikan pajak tersalurkan ke masyarakat seluas mungkin. Secara tidak langsung, bahwa penilaian dasar bahwa suatu instansi itu berhasil adalah seberapa banyak anggaran yang mereka habiskan. ini adalah kekeliruan, seharusnya dinilai bahwa seberapa bermanfaatnya program/proyek/kegiatan yang dianggarkan. coba dibayangkan, berapa banyak instansi yg bisa saja melakukan rapat fiktif. misal rapat pembahasan kinerja, namun rapat dilakukan di bali. sekalian jalan2. rapatnya tetep ada, tapi tidak seserius itu, ya formalitas saja. ini tandanya uang rakyat, uang pajak digunakan semena2, nilai kebermanfaatannya nihil. sistem penilaian inilah yang salah. yang seharusnya dinilai dari hulu ke hilir. yang dinilai dari kebermanfaatnya. contoh apakah dengan membangun kelas pengusaha muda akan muncul pengusaha2 berhasil? belum tentu. karena harus dilakukan pendampingan hingga peserta tersebut mendapatkan pinjaman modal, pelatihan marketing, packaging, sampai bisa konsisten untung dalam bertahun2. inilah yg harus dipikirkan tentang program yang tidak hanya menghabiskan anggaran, namun harus bermanfaat dan berkelanjutan.
tulisan diatas adalah contoh perilaku buruk dari oknum maupun sistem yang dibuat oknum. waktu akan bergeser, pun juga generasi. generasi tua akan bergeser ke genari muda. generasi yang diharapkan akan merubah itu semua.
tulisan ini bukan untuk menakuti teman-teman yang ingin bekerja sebagai PNS. Posisi di PNS harus diisi oleh orang2 hebat yang berpengaruh. Yang bisa menginspirasi, berinovasi, dan memberikan manfaat terbaik untuk masyarakat. karena disinilah sebenar2nya tempat untuk mengabdi ke masyarakat.
kalau perubahan itu tidak dimulai dari sekarang, maka ya akan begini terus indonesia. bgtu-bgtu saja.
3 notes · View notes
iwangcahyadi · 1 year ago
Text
sebuah pengingat
Jangan jadikan uang sebagai orientasi/tujuan. Nasihat yang dulu kujawab dengan bebal ini berangsur bisa kupahami. Seiring waktu berjalan, dari yang dulu single dan sekarang berkeluarga. Kalau dihitung sekali jalan perlu 4 tiket jika pakai pesawat / kereta. Sekali menginap langsung booking 2 kamar. Rasanya kalau kekhawatiran soal uang dan materi apalagi jadi tujuan / orientasi. Aku akan diselimuti kegelisahan sepanjang waktu karena takut kekurangan, berpikir bahwa uang/materi adalah satu-satunya pembebas biar leluasa ke sana kemari dan ngapa2in. Lupa bahwa rezeki itu sudah diatur, sudah dialokasikan sama Yang Maha Pengasih. Apalagi setelah berkeluarga, saat kebutuhan tak lagi soal diri tapi sudah merambat ke biaya pendidikan, properti, dsb. Pasti ada jalannya, ada rezekinya, yang penting terus berikhtiar sebaik mungkin.
Belajar lebih tawakal. Stres di tahun 2023 dipikir-pikir karena ingin sekali mengendalikan banyak hal. Ingin semua hal bisa berjalan dengan baik, tapi ternyata tidak. Ada hal yang akhirnya eror, tidak berjalan sesuai rencana, tidak bisa kukendalikan. Akhirnya stress. Belajar utk lebih berserah pada hasil setelah berusaha. Ada Allah yang mengatur segalanya, kita tidak perlu pusing untuk memikirkan semuanya. Apalagi terus berharap bahwa apa yang kita usahakan, selalu berhasil sesuai yang direncana. Nanti jadi mudah kecewa.
Komunikasi adalah kunci dari kelanggengan relasi. Baik itu dalam pertemanan, pernikahan, pekerjaan, dsb. Belajar untuk lebih komunikatif, lebih banyak mendengar, dan juga belajar untuk berkata yang baik-baik. Berhati-hati dengan lidah yang tak bertulang, yang berpotensi menyakiti orang lain - fitnah - dan berbagai hal yang bisa jadi keluar darinya karena tak mampu dikendalikan. Yang berakhir pada hilangnya kepercayaan, kesempatan, bahkan hubungan.
Jangan ragu untuk memutus pertemanan yang tidak sehat. Belajar untuk lebih dekat dengan lingkaran-lingkaran kebaikan, yang mengajak pada hal-hal baik, yang mengingatkan pada hal-hal baik, yang semakin dewasa ini sangat dibutuhkan banyak sekali nasihat ketimbang haha-hihi. Apalagi lingkaran-lingkaran salih yang membuat kita lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Lebih banyak menerima feedback. Meski terdengar tidak nyaman, tapi kita sangat memerlukan kritik dari orang lain. Alih-alih denial, coba resapi bahwa bisa jadi ketidakpekaan kita selama inilah yang menghambat diri untuk berkembang. Karena diri menolak untuk dinilai dan dikritik. Tidak mendapatkan evaluasi, tidak mendapatkan saran untuk hal-hal yang perlu dibenahi, bersembunyi dibalik kata-kata mutiara "Aku memang seperti ini, kalau gak suka ya gak apa-apa, aku mau jadi diri sendiri." Apakah benar menjadi diri sendiri itu artinya tidak mau berubah lebih baik lagi atas sifat-sifat buruk yang dimiliki?
POV Orang Tua, anak-anak di masa kecilnya hanya akan terjadi sekali. Jangan sampai lalai dengan urusan pekerjaan dsb yang menyita waktu hingga tidak ada waktu untuk menjadi orang tua yang utuh, yang hadir, yang dengan segala keadaan yang nanti terjadi, tetaplah hadir sebagai orang tua bagi anak-anak.
Jangan memelihara rasa benci. Jangan memelihara pikiran yang picik. Jangan terus menerus berpikir buruk tentang orang lain dan juga diri sendiri. Apalagi memiliki sekeciiilll apapun buruk sangka kepada Allah - jangan sampai terjadi.
565 notes · View notes
iwangcahyadi · 2 years ago
Text
Tumblr media
4 notes · View notes
iwangcahyadi · 2 years ago
Text
Balas Dendam
pernah gg lihat seseorang yang kamu kenal, dulunya miskin lalu sekarang kaya dan flexing. bling-bling, barang mewah, merk dimana-mana, mobil pajero, handphone 20 jtan, dll. 
yap, seseorang dengan balas dendamnya. akan masa lalunya, akan masa kecilnya yang kurang beruntung. mungkin dia dulu dibully, mungkin dia dulu dihina, mungkin hidupnya sangat susah sehingga ia berusaha sangat keras untuk memperbaiki keadaan. 
setiap orang berhak balas dendam akan kondisi masalalunya. entah ia yg tidak sempat keluar negeri, lalu balas dendam sekolah di luar negeri. entah ia yang dulu tidak bisa membeli action figure, lalu sekarang mengkoleksi beribu action figure, atau yang dulu tidak pernah merasakan kendaraan lalu sekarang menjadi penggemar kendaraan. tidak ada masalah sama sekali, boleh-boleh saja.
mungkin disini aku cuma mau menyampaikan sesuatu. jangan cuma fokus sama balas dendamnya, sampai-sampai kamu menghalalkan segala cara, sampai-sampai kamu melupakan keluarga, sampai-sampai kamu tidak perhatian sama anak, sampai-sampai kamu melupakan orangtua, sampai-sampai kamu sombong dan arogan di depan masyarakat yang membutuhkan, sampai-sampai kamu lupa sama Allah. jgn hanya fokus sama balas dendam kamu. 
.
sayang kalau balas dendamnya norak
sayang kalau balas dendamnya gg elegan
sayang kalau balas dendamnya gg manfaat
sayang kalau balas dendamnya dibenci banyak orang
sayang kalau balas dendamnya berujung penyesalan
sayang kalau balas dendamnya Allah gg suka
.
.
udah itu aja, 
kamu masih boleh balas dendam kok.
1 note · View note
iwangcahyadi · 2 years ago
Text
kamu adalah bintangnya
......
.....
sering banget denger di kantor, di jalanan, di manapun, orang-orang bercerita tentang kehidupan seorang bintang atau artis. 
“wah atta baru aja beli mobil ini......”
“wah nagita baru aja ke sini.....”
“gue mah apaan dibanding raffi, butiran debu doang...”
“enak banget yak gempi masih kecil udah bisa jalan-jalan ke eropa...”
......
......
buatku, setiap aku dengerin komen-komen itu tuh malah bikin capek. 
buatku bertanya-tanya, 
“kenapa sih harus omongin orang-orang itu?”
“apasih manfaatnya kita ngikutin mereka? emg kita dapet apa?”
“kenapa sih kita ngebandingin sama mereka? buat apa?”
“buat apa mereka capek-capek melepas energi negatif yang gg ada manfaatnya juga buat mereka”
......
.....
boleh saja mengikuti seseorang, ngefans, atau mau mencontoh kehidupan seseorang. sah sah saja. apalagi kalau banyak manfaatnya. berdampak ke hidup kita. misalnya: kita cinta sama Rasulullah, kita ikuti kehidupannya dan kita contoh akhlak beliau, atau kita suka sama ade ray, karena konten edukasi kesehatannya, atau  siapa saja yang memang bermanfaat. boleh-boleh saja. dan bahkan bagus.
.....
.....
tapi kalau sampai negatif, misal kita ikuti cuma mencontoh gaya hidup mewahnya, gaya hidup sosialnya, ya mohon maaf, kita bukan di level yang sama dengan orang itu. kita gg bisa menyamakan diri kita dengan mereka. jangan sampai kita masuk ke kehidupan mimpi, seolah-olah kita seperti mereka, padahal kemampuan kita berbeda. 
....
....
stop membandingkan diri kita dengan mereka, 
stop berangan-angan hidup di dunia yang sama dengan mereka,
stop mengikuti gaya hidup mereka,
stop mengikuti kehidupan mereka, 
stop mengeluh
....
....
kita punya kesempatan yang sama dengan mereka
fokus sama diri kita sendiri
fokus sama apa yang kita perjuangkan
fokus sama perkembangan diri kita
pikirkan saja dirimu sendiri dahulu,
....
....
kamu tidak di panggung yang sama dengan mereka, 
kamu tidak di liga yang sama dengan mereka, 
kamu tidak di ring tinju yang sama dengan mereka, 
kamu tidak di pertarungan yang sama dengan mereka.
....
.....
fokuslah pada dirimu sendiri, 
bukan fokus pada mereka.
....
karena kamu adalah bintangnya. 
1 note · View note
iwangcahyadi · 2 years ago
Text
Selalu suka melihat perkembangan seseorangan. Step by step, pelan pelan berprogres, outputnya pun bermanfaat. Senang rasanya
0 notes
iwangcahyadi · 2 years ago
Text
"mungkin hanya butuh pembicaraan sederhana untuk mengetahui permasalahan utama"
0 notes