kangarij
kangarij
Kang Arij
10 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
kangarij · 1 year ago
Text
Kualitas Pemimpin dan Rakyatnya
Tumblr media
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim …”
Kualitas pemimpin itu gambaran mayoritas kualitas masyarakatnya. Saya mencoba menggambarkannya dalam perspektif sistem. Panah yang ditandai dengan huruf A tandanya positif yang berarti sebab akibat yang semakna atau searah, artinya kalau kualitas rakyatnya baik maka kualitas pemimpinnya juga baik.
Saya juga menggambarkan ada dua versi kepemimpinan. Pada “versi ideal” gambar sebelah kiri, panah B yang berwarna merah tandanya positif, artinya pemimpin yang baik akan berusaha memperbaiki kualitas masyarakatnya. Loop yang terbentuk adalah loop positif yang bermakna growth (tumbuh). Apa artinya, baik kualitas masyarakat maupun kualitas pemimpin kedepan akan semakin baik.
Pada gambar sebelah kanan, “versi aristokrasi, oligarki, teknokrasi, dan semisalnya” yang berarti kekuasaan berada pada golongan tertentu saja, panah yang ditandai huruf B tandanya negatif. Artinya, pemimpinnya akan membuat masyarakatnya tetap pada kualitas yang sekarang atau bahkan dibuat makin buruk, dibuat makin bodoh, dst. Biar apa? Coba lihat loop yang terbentuk, loop-nya negatif. Loop negatif itu artinya goal seeking, atau keadaan suatu negara tetap pada keadaan tertentu. Bahasa di dunia nyatanya, biar kekuasannya langgeng terus. Tapi sisi lain juga bermakna, masyarakatnya dibuat agar kualitasnya seperti itu-itu saja. Jadi seperti lingkaran setan lah.
Jadi, bagaimana cara memperbaikinya? Di dalam strategi/kebijakan dikenal istilah leverage point atau titik pengungkit. Yakni, dimana intervensi strategi/kebijakan harus ditempatkan agar keadaan suatu sistem berubah. Sebenarnya bisa dua, (1) ubah kualitas pemimpinannya atau (2) ubah kualitas masyarakatnya. Kalau mengubah kualitas pemimpin, tapi kan pemimpin dipilih oleh masyarakat. Kembali ke panah A, ya pemimpin yang terpilih bergantung kepada kualitas masyarakatnya. Atau pilihan strategi yang kedua, ubah kualitas masyarakatnya. Saya kira ini yang paling tepat dalam mengubah keadaan sistem. Ini relevan dengan firman Allah SWT. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (Q.S Ar-Rad: 11) Walloohu a’lam
0 notes
kangarij · 7 years ago
Text
ISTIKHOROH
"...Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui... " (QS Al-Baqoroh: )
Apa nilai utama dari istikhoroh?
Saat seseorang melaksanakan sholat, kemudian di sujud atau seba'da sholatnya dia berdo'a dengan merendahkan diri, mengakui diri tak tau sama sekali, dan bahwa Allah Maha Mengatahui, meminta yang terbaik untuk dunia dan akhiratnya nanti. Apa yang sebenarnya sedang dilakukan seorang hamba. Meminta kepada Allah dengan memberitahukan apa yang menjadi hajatnya?
Bukan, bukan itu yang utama. Sesungguhnya nilai utama istikhoroh adalah perendahan dan pemasrahan diri. Ungkapan indah dalam do'a istikhoroh juga menggambarkannya. "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu dengan ilmu-Mu, dan memohon ketetepan terbaik dengan iradah-Mu, dan aku memohon kepadamu dari karunia-Mu yang sangat besar"
Begitu pun umumnya do'a-do'a. Ianya bukan pemberitahuan kepada Allah tentang hajat kita. Sedangkan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Do'a yang kita ucapkan dengan lirih, didengar oleh telinga kita, dan diresapkan kepada hati, sejatinya memperkuat rasa penghambaan kepada Allah. Adapun Allah telah menentukan pilihan terbaik untuk kita
Walloohu a'lam
0 notes
kangarij · 7 years ago
Text
Pejuang Qur'an
Untuk Ratusan Pejuang Qur'an Setiap Tahun
Slogan yang selalu kami dengungkan saat masih jadi pengurus di MATA'Salman ITB. Biasanya dipakai saat acara-acara kumpul sesama anggota dan kader MATA, entah itu apel pagi, pembinaan pekanan, daurah ataupun yang lainnya
"Maksud suatu perkataan tergantung kepada si pengucapnya" begitu pepatah arab mengatakan
Dulu kami membuat slogan itu sebagai penyemangat. Bahwa memang kami ingin menjadi pejuang Qur'an. Ratusan pula. Kedengarannya memang berat. Pejuang Qur'an gitu lho. Mendengar kata "pejuang" saja sudah berat, apalagi pejuang Qur'an. Al-Qur'an saja sudah berat, karna dia adalah qoulan tsaqiila, tersebut dalam QS Al-Muzammil ayat 5
Berbicara tentang pejuang, baru-baru ini dapat insight baru dari senior. Bahwa pejuang itu identik dengan mujahid. Orang yang bersungguh-sungguh mengerahkan segala kemampuannya, baik pikiran, fisik maupun psikis untuk sesuatu. Term "pejuang qur'an", itu berarti siap mengerahkan kemampuan untuk memperjuangkan Al-Qur'an. Dan di dalam tingkatan interaksi dengan Al-Qur'an, menjadi mujahid Al-Qur'an adalah puncaknya. Setelah iman, tilawah/tahfidh, tadabbur, tahfidh, 'amal bih, dan terakhir memperjuangkannya. Andai tahapan-tahapan itu ibarat bangunan bertingkat, maka memperjuangkan Al-Qur'an adalah puncaknya
Baru sadar hal itu setelah menjadi alumni. Dan malu sekali. Slogan yang dikumandangkan sangat jauh dari amalnya. Tilawah saja masih jarang-jarang. Menghafal ya se-sempatnya, tidak meluangkan waktu khusus. Tadabbur jarang banget. Amal masih jauh. Menjadi pejuang, wah jauh banget kayaknya. Mana mungkin lantai teratas kokoh kalau lantai bawahnya keropos
Tapi tentu slogan dibuat untuk optimisme bukan? Saya yakin slogan itu dibuat agar setiap saat interaksi dengan Al-Qur'an semakin kuat. Maka mulai dengan memperbaiki keimanan kepada Al-Qur'an. Sampai benar-benar tidak sedikitpun ada keraguan. Sampai pada tingkatan sahabat ketika meyakini Al-Qur'an sebagai petunjuk, Abu Bakr r.a. sampai berkata, "Kalau tali kekangku hilang, maka aku menemukannya dari Al-Qur'an"
Kemudian meningkat interaksinya sampai pada tahap memperjuangkan
Walloohu a'lam
0 notes
kangarij · 8 years ago
Text
Pelajaran Bagi Da’i
"Serulah ke JALAN Tuhanmu dengan hikmah, dan mauidhah hasanah serta debatlah mereka dengan cara paling baik" (An-Nahl:125)
Ayat di atas sering dijadikan dalil bagi orang yang menamakan dirinya aktivis dakwah atau oleh orang yang ingin mengajak orang lain ke jalan Allah dalam metode mereka mengajak orang lain. Kurang lebih metode dakwah yang didapat dari ayat tersebut adalah mengajak orang lain dengan hikmah, pengajaran yang baik dan kalaupun berdebat harus dengan cara terbaik pula
Akan tetapi, kita coba ambil hikmah lain dr ayat ini. Coba lihat kata yg diberi caps di atas, yaitu kata JALAN Ilustrasinya begini, ketika si A mengundang si B ke rumahnya, tentu dia akan menunjukkan alamat rumah yang benar agar si B bisa sampai ke TUJUAN yang benar dg waktu yang tepat
Dalam hal mengajak orang lain ke jalan-NYA, Allah memerintahkan agar para da'i mengajak ke JALAN-NYA, bukan ke TUJUAN-NYA. Allah tahu persis bahwa kemampuan manusia dalam memproses hidayah berbeda. Allah tau persis bahwa tidak semua orang dengan cepat bisa sampai kepada tujuannya, menjadi muslim kaffah (paripurna). Ada yang ikut sekali pengajian langsung berubah, ada yang beberapa kali ikut kajian ga berubah2 juga. Akan tetapi, yang penting adalah terus berada di JALAN-NYA, sebab...walaupun dia Allah panggil dalam keadaan belum sempurna, maka insyaa Allah akan dinilai sebagai jalan orang yang bersungguh-sungguh di jalan-NYA
Maka inilah pelajaran penting bagi para da'i, yang sering tergesa-gesa menginginkan mad'unya (orang yang diajak) untuk menjadi sempurna. Bahkan dalam beberapa kasus terlalu mudah untuk memvonis bid'ah, salah, sesat, atau bahkan hal lain yang lebih ekstrem. "...berilah kabar gembira, dan jangan membuat mereka lari" demikian salah satu sabda Rasul kita yang mulia. Yakni, jangan membuat mereka lari dari JALAN-NYA, tapi berilah kabar gembira agar mereka betah dan bersabar untuk menempuhnya.
Fenomena "ketergesa-gesaan" sering terjadi pada orang yang baru belajar berdakwah atau (mohon maaf) pada orang yang baru belajar Islam, yang terbakar semangat mereka untuk menyampaikan kepada orang lain. Tapi, mungkin kebanyakannya adalah kita sendiri
Walloohu a'lam
0 notes
kangarij · 8 years ago
Text
Mimpi Bertemu Rasulullah
28 April 2017 bertepatan dengan 1 Sya'ban 1438 H Entah mimpi yang benar atau bukan Malam itu aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW, menemani beliau dalam persiapan hijrah. Aku melihat orang-orang quraisy berencana membuat makar ingin membunuh beliau. Aku melihat gambaran, orang-orang kafir akan menimpakan batu besar dari balik tembok ke kepala Rasulullah. Tapi beliau keburu diberitahu lewat wahyu. Maka aku melihat beliau segera bergegas ke rumah Abu Bakar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang
Sampai di rumah Abu Bakar, beliau mengucapkan salam. Tak lama kemudian pintu dibukakan. Dan yang membuka adalah seorang perempuan. Oh mungkin itu istri Abu Bakar atau Aisyah. Tapi wajah perempuan itu terlihat agak hitam, kan kalau Aisyah katanya wajahnya kemerah-merahan sehingga Rasulullah memanggilnya Humaira
Perempuan itu bertanya, "Ada apa ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Aku ingin mengajak Abu Bakar berhijrah" "Beliau sedang tidak ada di rumah" kata perempuan tadi "Kalau begitu kita tunggu Abu Bakar kembali" kata Rasulullah
Sambil menunggu, aku melihat Rasulullah ngobrol dengan perempuan itu. Dan terdengar perempuan itu berkata, "Bukankah keimananku tidak diragukan lagi?"
Karena lama Abu Bakar tidak datang, aku melihat Rasulullah mengeluarkan HP untuk menelpon Abu Bakar (duh dulu kan belum ada HP. Namanya juga mimpi ya hhe). Tak lama kemudian Abu Bakar datang
Aku diperlihatkan gambaran Rasulullah dan Abu Bakar akan berangkat dengan menggunakan unta. Aku pun bertanya, "Apakah aku tidak diajak?" Kemudian salah seorang dari keduanya menjawab, "Oia kamu nyempil aja di depanku" Kemudian aku merasakan tubuhku berubah menjadi kecil, dan naik satu unta dengan salah seorang dari kedua laki-laki
Notes: Entah benar atau tidak saya bermimpi bertemu Rasul dalam mimpi Yang jelas, aku ingin bertemu dengannya. Di suatu hari nanti. Di telaga kautsar nya. Juga di surga-NYA kelak. Bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan sahabat2 mulia lainnya Walloohu a'lam
0 notes
kangarij · 9 years ago
Text
HIKMAH
           Lantainya beralaskan pasir. Tiangnya dari pohon kurma, dengan dahan-dahannya menjadi atap. Dindingnya berbahan tanah liat, sekedar penciri batas bahwa itu adalah masjid. Masjid Nabawi. Di tempat inilah Rasulullah terbiasa mengumpulkan para sahabatnya, mendidik dengan pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah
           Tapi, kali itu bukan pertemuan biasa. Karena pada saat itu Baginda ingin memberikan sebuah isyarat berkaitan dengan tugas beliau. Sambil tersenyum beliau berkata “Ada seseorang yang diberi pilihan untuk tetap bersama para sahabatnya, atau memilih bersama kekasihnya Yang Maha Tinggi. Maka dia memilih kekasihnya Yang Maha Tinggi.” Maka seorang orangtua tiba-tiba berdiri, dia berkata sambil menangis terisak-isak, “Ya Rasulullah, ayah dan ibuku sebagai tebusannya. Ayah dan ibuku sebagai tebusannya. Ayah dan ibuku sebagai tebusannya”
           Para sahabat yang sedang berkumpul tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Rasulullah, dan oleh orangtua ini. Selidik demi selidik, kata-kata yang Rasul ucapkan merupakan isyarat akan segera berakhirnya tugas Rasulullah untuk menyampaikan risalahnya.
           Laki-laki itu adalah Abu Bakar, sahabat paling utama dan paling dekat dengan Baginda Rasul. Memang beliau dikenal sahabat yang paling berat keimanannya, sampai-sampai kalau dibandingkan dengan iman seluruh kaum mu’minin, maka akan lebih berat iman Abu Bakar. Beliau juga yang paling mendalam ilmu dan hikmahnya terhadap agama Islam. Buktinya, sahabat yang lain tidak mengerti, justru beliaulah yang paham.
           Barangkali itulah yang disinyalir oleh Allah dalam surat cinta-NYA,
“Dia memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki. Barangsiapa yang diberikan hikmah, maka di telah diberi kebaikan yang banyak. . .” (Al-Baqoroh: 286).
Imam Ibnu Katsir menukil pernyataan Malik, bahwa yang dimaksud hikmah adalah pengetahuan tentang agama Allah dan merupakan perkara yang dimasukkan Allah kedalam hati manusia sebagai rahmat dan karunia-NYA. Sedangkan menurut Abul Aliyah, hikmah adalah Al-Qur’an dan pemahaman mengenainya.
Karena hikmah ini memang Allah yang memberikannya langsung, maka tugas seorang mu’min adalah menyiapkan bejana yang luas nan mampu menampung hikmah dengan baik. Bejana itu adalah hati, tempat ilmu dan hikmah berlabuh. Bebaskan hati dari syahwat yang menyerang dari hati ke bagian bawah, jangan sampai dibenarkan oleh kemaluan. Bebaskan hati dari syubhat yang menyerang dari hati sampai ke bagian atas, sehingga menjadi pembenaran bagi akal.
“"Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (Ar-Ra’d: 17)
 Tanah Sunda, saat bimasakti menampakkan eloknya ke bumi
��<7��5Թ���ͳ
0 notes
kangarij · 9 years ago
Text
Halaqah Ketawadhu-an
               Orang-orang itu mendekat satu sama lain. Merapatkan lutut sesama lutut, membentuk halaqah. Senyum hangat menyeringai di wajah, tanda etalase semangat yang memancar dari hati mereka. Dihadapan mereka sudah tersimpan mushaf khas Indonesia. Ada yang sedang membuka halaman terakhir yang mereka baca. Ada yang masih asyik membahas pelajaran yang sudah dideres di halaqah terdahulu.
               Seorang lelaki muda tampak berada di depan halaqah, bersiap untuk berbagi ilmu. Mengeja kalamullah dengan ilmu tartil dan tajwid. Lelaki itu masih sangat muda. Terlalu muda untuk berbagi sedikit ilmu titipan Allah yang ia punya. Mustami’ nya adalah orang-orang tua dengan usia kepala empat atau lebih. Sungkan rasanya harus mengajari mereka huruf-huruf hijaiyyah. Seperti orangtuanya dulu mengajarkan ia cara membaca dengan makhraj yang benar. Tapi, petuah Nabi mengingatkannya, “Sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Atau petuah lain, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Biar hanya membaca Al-Qur’an yang bisa dia ajarkan, maka sampaikan saja
               Inilah halaqah ketawadhuan. Bukan pengajar yang mengajar, tapi pengajar itulah yang sedang belajar. Belajar tentang ketawadhuan. Belajar merendah di hadapan ilmu. Padahal dirinya faqir ilmu, tapi sering ‘ujub dan sombong. Padahal ilmunya tak ada seujung celupan jarum dibandingkan dengan lautan ilmu Allah yang sangat luas.
               Inilah halaqah ketawadhuan. Padahal ilmu itu ibarat air, hanya akan mengalir ke lembah yang lebih rendah. Maka hatinya merendah mendalam palung lautan. Air itu juga akan mampu tertampung di bejana yang luas. Maka ia belajar melapangkan hati, menghampar bumi nan luas membentang.
               Inilah halaqah ketawaduan. Karena tawadhu yang paling utama, begitu kata Hasan Al-Bashri, adalah engkau menganggap orang lain selalu lebih baik dari dirimu. Mungkin dia lebih dari ilmu membaca Al-Qur’an, tapi orang lain lebih banyak ilmu lain. Atau mungkin ilmu orang lain lebih mampu berbuah amal. Sementara ia hanya pintar bermulut busa.
  �n��'�
0 notes
kangarij · 9 years ago
Text
Hidayah itu dekat
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), "Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”  (At-Tahrim:10)
Hidayah itu sungguh dekat. Bahkan bersiap mengetuk pintu hati setiap saat. Setiap detik dalam peluang hidayah, ah alangkah beruntungnya. Tapi sayang beribu sayang, hidayah itu tak kunjung bertambat karena hati terlanjur berpaling sombong untuk menerima kebenaran
Istri Nuh dan istri Luth. Siapa yang tidak kenal mereka berdua. Kedua suaminya adalah hamba-hamba pilihan Allah yang sholeh, juga utusan Allah kepada segenap kaumnya. Dua orang Nabi dan Rasul, begitu kata Ibnu Katsir, selalu berada bersama keduanya, mencampuri dan menggauli mereka berdua dengan perlakuan yang mesra lagi menyenangkan. Akan tetapi mereka mengkhianati keduanya dalam hal keimanan. Dua hamba pilihan Allah ini pun tak mampu menghalangi orang terdekat mereka dari adzab Allah. Dikatakan, masuklah ke neraka (istri Nuh dan istri Luth) bersama orang-orang yang masuk.
     Begitu dekat kedudukan Rasulullah di mata orang-orang kafir Quraisy. Muhammad Al-Amin, yang dahulu sebelum Allah utus beliau ke tengah-tengah manusia adalah orang yang disenangi lagi dipercaya. Tapi, yang mereka dustakan bukan seorang Muhammad, tapi risalah yang beliau emban. Karena, andai beliau mengatakan bahwa di belakang bukit ini akan ada pasukan yang siap menyerang, mereka akan percaya. Mereka berkhianat. Ya, mereka berkhianat, padahal Rasul ada di tengah-tengah mereka, dan menjadi penuntun jalan bagi orang yang buta dengan kejahiliyahan.
     “Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu. Janganlah bersedih hati, karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang dholim itu mengingkari ayat-ayat Allah” (An-An’am: 33)
     Hidayah itu begitu dekat, andai hati siap menjemputnya. Memang saat ini bukan Rasul yang ada di tengah-tengah kita, menjelaskan ayat-ayatNYA untuk menyucikan jiwa-jiwa yang ternoda dengan kejahiliyahan. Tapi cukuplah Dustur Ilahi dan petuah Rasul-NYA itu sebagai hidayah
           Akan tetapi, masihkah ayat-ayat Allah itu kita khianati?
0 notes
kangarij · 9 years ago
Text
Ah hampir saja lupa satu hal ketika berdo'a Kalau kita memohon hal yg berkaitan dengan duniawi, maka baiknya disertai dengan permohonan yg berdimensi akhirat Oh bukan Tapi memang harus do'a itu berdimensi akhirat seluruhnya
Simak do'a Nabiyullah Zakaria a.s. “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridai” (QS Maryam: 4-6) Beliau meminta keturunan kepada Allah agar ada yg meneruskan risalah perjuangan keluarga Ya'qub
Atau do'a Khalilullah Ibrahim a.s. "Ya tuhan kami, anugrahkan padaku keturunan (anak) termasuk golongan orang2 sholeh" (Ash-shaffat: 100) Beliau meminta keturunan yg sholeh, yg juga akan menjadi penerus risalah beliau
Atau do'a Ibunda dari Imam Bukhari. Beliau berdo'a kepada Allah agar anaknya bisa melihat kembali, setelah sebelumnya Allah ambil penglihatan beliau. Agar apa? Agar anaknya mampu mempelajari kitabullah dan sunnah Rasul-NYA
Jadi, boleh meminta lulus cepat, dapat pekerjaan yg baik,  atau cita-cita tercapai Tapi mari tambahkan do'a tersebut agar berdimensi akhirat
Kalau seperti ini caranya, sepertinya kita akan berlama-lama dalam berdo'a, dalam harap dan cemas kita Walloohu a'lam
0 notes
kangarij · 11 years ago
Text
Waktu ibarat Pedang, bagi siapa pun yang tidak bisa menggunakannnya maka binasalah ia
0 notes