liyanshand
liyanshand
zahrinaz's
258 posts
things are simple, our mind is complex .
Don't wanna be here? Send us removal request.
liyanshand · 1 year ago
Text
“Why struggle to open a door between us when the whole wall is an illusion?”
— Rumi
354 notes · View notes
liyanshand · 1 year ago
Text
Kenapa Puasa?
Katanya
'Urip mung mampir ngombe'
Tapi kok ada waktu
dimana aku ngombe aja gaboleh.
Ternyata urip bukan cuma
soal ngombe nya saja.
Tapi tentang tidak ngombe nya.
Antara boleh dan tidak bolehnya
ada jarak.
Menyadari ada jarak
antara keduanya.
Menyadari kita perlu gas dan
perlu rem untuk ngombe.
Jarak itu perlu.
Coba kalau tulisan ini semuanya
berdempetan dan melekat
satu sama lain, susah ya bacanya.
Kalau dalam desain elementer
ada ruang positif & ruang negatif.
Kalau dalam musik, ada ritme.
Kalau dalam tubuh dan pikiran, ada puasa.
Iya, ya. Ibarat aku dateng ke cafe punya
teman, kita minta coklat panas,
setiap gelasmu hampir kosong di isi lagi. Enak sih..
Tapi apa perlu diminum semuanya
dalam satu waktu?
Aku pastimya bilang, 'nanti lagi aja, ya. '
Adanya jarak itu supaya aku meyadari,
betapa sama pentingnya
antara yang ada dan yang tidak,
yang isi dan kosong,
kenyang dan lapar, senang dan sedih.
Dan ternyata aku itu tidak
terlalu melekat dan bergantung
pada masing-masing sisinya.
"Aku pasti tidak bisa puasa, aku terbiasa kenyang"
Itu kata pikiranku. Bukan kata tubuhku.
Apakah aku sudah paling tau tentang tubuhku sendiri?
Kira-kira siapa yang paling
amat sangat kenal dengan
tubuhku?
Dia jugalah yang memintaku puasa.
-braindump 2/355
0 notes
liyanshand · 1 year ago
Text
“Forgive me if I don’t talk much at times. It’s loud enough in my head.”
— Unknown
1K notes · View notes
liyanshand · 1 year ago
Text
Lagi minus-minusnya isi dompet terus ada quotes lewat yang tulisannya begini;
'Kita dekat sama yang punya toko roti aja bisa kenyang makan roti terus apalagi kalo kita dekat sama yang punya dunia'
Kalo dipikir-pikir awal bulan ini gajian nyisa cuma 50ribu dihari yang sama setelah gw terima gaji dan ya Alhamdulillah... Alhamdulillah Allah kasih rezeki dari arah yang Dia kehendaki sampai hampir dipenghujung bulan maret ini gw baru inget kalo bulan ini gw tuh cuma pegang uang 50ribu. Kalo dikalkulasi gaji gw mungkin gak cukup kalo harus back up semua kebutuhan rumah tapi balik lagi gw tuh miskin gak punya kuasa apa-apa yang Maha Kaya dan punya segalanya itu Allah. Semoga Allah senantiasa mencukupkan bahkan memberi lebih khususnya untuk kita si sandwich generation ini.
12 notes · View notes
liyanshand · 1 year ago
Text
Persepsi Ramadan
Ramadhan waktu SD rasanya seru, karena sekolah jadi pulang awal. Tidak sabar pakai baju baru waktu lebaran dan libur panjang.
Ramadhan waktu SMP lebih seru, karena tiap berbuka ibu sering bikin es. Tidak sabar tiap lebaran bertemu dengan saudara sepantaran dan dapat THR.
Ramadhan waktu SMA menyenangkan, karena punya teman ngabuburit. Tidak sabar tiap lebaran makan makan besar dan makan berbagai macam kukis.
Ramadhan waktu kuliah terasa hambar, jauh dari rumah dan punya agendanya masing2. Terasa mulai membosankan dan berat.
Ramadhan waktu awal bekerja, tidak jauh beda, hampir tidak ada excitement,skeptis. Hanya berharap untuk cepat libur saja.
Ramadhan saat ini. Menyadari bahwa kemarin ramadhan terasa membosankan, karena aku berjangkar dari apa yang bisa kulihat, kudengar, kukecap, kuraba, kuhirup. Ketika ada unsur yang hilang, Ramadhan terasa tidak ada artinya. 'Sama saja seperti bulan lainnya, hanya lapar dan haus saja'. Tapi, ternyata bukan hanya tentang menahan lapar dan haus. Aku bukan sedang menghadapi tubuhku yang lapar, haus dan lemas. Tapi menghadapi pikiranku. Saat ini lebih sulit menahan emosi ketimbang menahan lapar. Lebih sulit menahan apa yang ada dalam pikiranku, tentang oranglain, tentang pekerjaanku, tentang diriku. Berlipat lipat menjadi lebih sulit karena disaat yang bersamaan aku pun menahan haus, lapar dan lemas. Puasa bukan hanya memberi jarak antar makan dan minum, tetapi memberi jarak antara pikiran ku dengan diriku. Mengijinkan diriku untuk menonton pikiranku sendiri.
Kalau idulfitri artinya memang 'kembali berbuka' dan 'kembali fitri', bagiku esensinya bukan kembali ke 0. Tapi bagaimana diriku akhirnya kembali terbuka pada fitrah manusia yang dapat menyeimbangkan antara pikiran, tubuh dan jiwa.
Aku pikir selama ini aku sudah cukup paham dengan diriku sendiri. Seberapa batas tubuh menahan haus dan lapar. Tapi ternyata bukan hanya itu, tapi, seberapa jauh aku bisa mengendalikan diriku sendiri, seberapa jauh aku punya kontrol penuh atas pikiranku sendiri.
Setidaknya, ini bagiku, mungkin orang lain punya pengalaman dan persepsi yang berbeda.
15 notes · View notes
liyanshand · 1 year ago
Text
Hidup ini indah, jika kita pandai menghubungkan titik-titik yang terjadi pada hidup kita. Selalu ada pelajaran dari tiap peristiwa, apa kamu mampu untuk memahaminya?
108 notes · View notes
liyanshand · 1 year ago
Text
Cahaya
Realitas di kepala kita tercipta dari kesalahpahaman yang dipilih.
Kita sangat penuh dengan asumsi dan prediksi. Mencoba bekerjasama dengan hukum alam yang penuh dengan ketidakpastian.
Kita hanya ingin melihat apa yang ingin kita lihat.
Kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar.
Sekalipun itu sebuah kesalahan
Sekalipun itu sebuah kebohongan
Selama itu mempertemukan kita pada ekspektasi dan harapan.
Dimana fakta? Dimana realitas?.
Ketidaktahuan dan ketidakpastian sangat menakutkan bagi ego.
Maka ego memilih untuk meyakinkan dirinya.
Mencari validasi, mencari berbagai bukti untuk semua salah paham yang dialami.
Tidak ingin mundur tapi tak bisa lepas dari bayangan diri yang gelap. Yang terbalut dengan salah paham.
Maka kita mencari cahaya. lebih mudah untuk mempercayai sesuatu begitu saja, dibandingkan bertanya "apa itu?" Ke dalam diri. Karena itu akan merobek robek semua salah paham yang telah dirajut indah oleh ego.
Ego tidak peduli apakah itu benar dan benar yang benar. Karena baginya semua benar, untuk bertahan hidup.
Lihat cahaya yang kamu pilih untuk menerangi dirimu.
Semakin terang cahaya di depanmu, semakin gelap pula bayangan di belakangmu.
2024
4 notes · View notes
liyanshand · 1 year ago
Text
Ujian (?)
Allah menguji kita lewat apa yang paling-paling-paling melekat dan yang paling kita cintai. Seolah Dia memang sedang menguji rasa cinta kita padaNya.
Tidak ada yang melarang manusia untuk mencintai dan saling mencinta,
Tapi hati-hatilah dalam mencintai dan meletakkan cinta.
Ketika ujian hidup terasa begitu berat, tinggal kita tengok, apa yang akhir-akhir ini paling kita cintai?. Apa yang sangat melekat dengan diri sehingga kita amat sangat takut kehilangan?.
Uang?
Jabatan?
Kekasih?
Keluarga?
Istri?
Suami?
Harga diri?
Reputasi?
Menjadi masuk akal ketika kita membandingkan, suatu hal atau sesuatu, yang kita tidak melekat padanya, menjadikannya seapa adanya tanpa ada lekat kepemilikan, lekat kontrol, ketika itu semua pergi, tidak akan terasa terlalu berat melaluinya. Bukan jadi sebuah ujian. Just, let it be.
Bayangkan kita tidak melekat pada apapun, sehingga, ketika masalah datang, itu tidak akan terasa berat, tidak berlarut.
Tak ada ujian.
Tapi apakah itu mungkin?
Terlalu melekat pada ketidakmelekatan pun bisa saja menyelinap.
Yah, lagipula, kita hanyalah manusia.
Mencintai menjadi fitrah manusia, apalagi, mencintai dunia.
Tapi, Allah juga ingin mengajarkan bagaimana melepas dunia dan ingin mengajarkan makna cinta yang lebih besar. Mengingatkan kita lewat apa yg paling melekat dan paling kita cintai, karena disitulah letak seluruh perhatian kita.
Ini hanya persinggahan, mampir saja, mendapat kesempatan nikmat dunia. Karena setelah ini kita semua akan kembali padaNya. Buat hidup sebermakna dan sebermanfaat mungkin untuk sekitar.
Seperti judul lagu,
'Jalan yang jauh, Jangan lupa pulang'
79 notes · View notes
liyanshand · 2 years ago
Text
🇵🇸🇵🇸🇵🇸
0 notes
liyanshand · 2 years ago
Text
Manusia
Manusia tempatnya salah, dan kebenaran hanya milik Allah. tidak mengakui kesalahan seperti Landak tidak mengakui durinya, Jerapah tidak mau mengakui leher panjangnya. Artinya, tidak mengakui kesalahannya, sama saja tidak mengakui dirinya sebagai manusia. Otomatis, sudah merendahkan harga dirinya sendiri. Ditambah merasa paling benar, yang mana kebenaran hanyalah kuasa Allah. Sudah tidak merasa jadi manusia, mengaku-ngaku memiliki kebenaran. Entah ada dimana nuraninya. Barangkali sudah dilindas oleh egonya sendiri.
3 notes · View notes
liyanshand · 2 years ago
Text
Jika tidak ikhlas, beranikan. Jika tidak berani, ikhlaskan.
0 notes
liyanshand · 2 years ago
Text
Harus diingat,
tidak semua orang punya frekuensi yang sama soal rencana.
Jadi hati-hati dengan siapa dirimu membagi rencana, membagi mimpi-mimpimu. Bisa jadi buatmu memang hanya angan yang dilepas, tapi untuk orang lain itulah harapannya satu-satunya.
Karena yang berharap banyak bisa kecewa berat, yang tidak berharap akan bersyukur jika rencanamu gagal.
Share your plans with the right people.
4 notes · View notes
liyanshand · 2 years ago
Text
Ruang
Bolehkah aku masuk
ke dalam ruang yang menatap
Bolehkah aku terjebak
Pada rupa yang bercakap
Tenggelam dalam tanya
Dimana aku?
CiptaanMu membuatku lupa diri
Semesta memaksaku menyadari
Syukur dan Sesal memiliki jarak
sejauh daging hingga kulit
Sejauh kuku hingga jari
Sengaja meniti batas
Di atas tembok rasa
mencipta sekat ruang
Begitu dekat, sesak menanti
Begitu manis, pahit mengikuti.
1 note · View note
liyanshand · 2 years ago
Text
Tumblr media
Bukan beban kita yang berat. Barangkali ketidaktahuan kita sendirilah yang membuat kita merasa tidak mampu menanggungnya.
Bukan masalahnya yang rumit. Barangkali kita sendiri yang tidak mau belajar bagaimana cara memecahkannya.
Maunya yang mudah-mudah aja, stres sedikit menghindar. Diomelin orang, malah misuh-misuh di belakang. Padahal kerjaan kita sendiri tidak beres.
Nambah masalah semestinya ilmunya juga nambah, belajarnya harus lebih banyak. Belajar buat bisa tepat waktu, belajar buat jaga kepercayaan orang.
Tanpa dikasih susah, pengetahuan kita tidak mungkin nambah. Kita tau karena kita mau mengalami. Meski mengalaminya itu tidak nyaman.
Dimarah-marahi orang, harus nyoba lagi berkali-kali karena gagal. Ngurangin waktu istirhat, karena sampai larut masih ngerjain hal yang sama.
Tapi justru disitulah, kita jadi banyak tau. Karena kita mau merasakan apa yang memang semestinya kita hadapi.
Dan ketika nanti kita menemukan hal yang sama lagi, kita tidak lagi membayangkan apa yang akan terjadi. Karena kita sudah terbiasa menghadapinya.
—ibnufir
438 notes · View notes
liyanshand · 2 years ago
Text
SUKA ANALOGI INI:
Kamu sedang memegang secangkir kopi ketika seseorang datang dan menabrakmu atau mengguncang lenganmu, membuat kopimu tumpah ke mana-mana.
Mengapa kamu menumpahkan kopi?
"Karena seseorang menabrakku!!!"
Jawaban yang salah.
Kamu menumpahkan kopi karena ada kopi di cangkirmu.
Seandainya ada teh di dalam cangkir, kamu akan menumpahkan teh.
Apapun yang ada di dalam cangkir itulah yang akan tumpah keluar.
Karena itu, ketika hidup datang dan mengguncangmu (yang mana itu hanpir pasti AKAN terjadi), apapun yang ada di dalam dirimu akan keluar.
Jadi, kita harus bertanya pada diri sendiri.."apa yang ada di cangkirku?"
Ketika hidup menjadi sulit, apa yang tumpah?
Kegembiraan, rasa syukur, kedamaian dan kerendahan hati?
Atau
Kemarahan, kepahitan, mentalitas korban dan kecenderungan untuk keluar/berhenti?
Hidup menyediakan cangkir, KAMU yang memilih bagaimana mengisinya.
Jadi mulai hari ini, mari kita berusaha untuk mengisi cangkir kita dengan rasa syukur, pengampunan, kegembiraan, kata-kata yang baik, ketabahan, aura positif, kebaikan, kelembutan dan cinta untuk orang lain.
130 notes · View notes
liyanshand · 2 years ago
Text
Ruang Antara dan Kereta.
Bagaimana bisa?
Sebuah transportasi umum,
Menghadirkan rasa keterikatan,
Dari suasana stasiunnya, hingga ke dalam gerbongnya.
Mungkin karena memori masa kecil,
Atau sekedar archetype.
Memasuki ruang romantisisme dengan cara yang aneh.
Perjalanan kereta api menjadi sebuah ruang antara,
Antara kota A dan kota B.
Hidup ini pun hanya sebuah ruang antara.
Lajur rel nya seperti ruh. Memiliki arah dan tujuan. Di atasnya gerbong kereta nya seperti tubuh, berjalan di atas ruh dengan tujuannya.
Suara hentakan rodanya yang beradu dengan rel, seolah seirama dengan denyut jantung.
Panjangnya gerbong seolah tiada ujung,
Melaju di satu jalur rel, singgah di beberapa stasiun.
Jendelanya menawarkan berbagai pemandangan,
Sesekali di aisle prama prami menawarkan hidangan,
Kita bisa menikmati banyak hal.
Tapi ini hanya ruang antara,
Hanya sementara.
Sampai kita tidak mendengar lagi suara hentakan roda dan rel,
Dan kita telah sampai di tujuan.
0 notes
liyanshand · 2 years ago
Text
Barangkali aku sudah cukup berlari,
Sudah cukup meraih,
Hanya saja aku tidak sadar aku sudah dapat lebih daripada yang seharusnya,
Karena aku merasa tidak pernah puas.
Seperti sudah saatnya aku lebih banyak melepas,
Apa yang pernah aku genggam erat,
Apa yang pernah aku impikan.
Bukan karena menyerah,
Tapi tersadar,
Aku ternyata tidak butuh sebanyak itu,
Aku tidak perlu sejauh ini.
6 notes · View notes