monicaftr
monicaftr
Monica Fitriani
38 posts
Menulis untuk mengurai pikiran-pikiran kusut | www.instagram.com/monica.fitrian
Don't wanna be here? Send us removal request.
monicaftr · 3 days ago
Text
Sudah hampir satu jam aku mencoba membuat format daftar nama yang akan dicetak di label. Mencoba klik berbagai pilihan menu, bertanya chatgpt terkait masalah dan meminta solusi, mencari-cari opsi ukuran kertas yang tidak tersedia, sampai pindah komputer ke kelas sebelah. Masih belum bisa. Akhirnya aku melapor di grup, "help, ngga bisa print label." Khawatir semakin malam kami pulang dari lembur persiapan wisuda di sekolah. Setelah itu tidak ada juga yang bisa membuatnya, padahal tiap tahun aku berhasil cetak. Ada rasa bersalah, sedih, kesal, dan tidak terima bahwa aku ngga bisa cetak label.
Ya, hanya gara-gara ngga bisa cetak label jadinya kepikiran jauh dan refleksi lagi. Tadinya ngga mau cerita di sini, karena mikir bahwa ini hal sepele. Lalu beberapa jam yang lalu, menemukan tulisan "kalau kamu sayang mentalmu, menulislah." Baikk, aku bakal cerita.
Perasaan ini mengingatkanku pada peristiwa wawancara rangkaian psikotest yang dilakukan oleh salah satu biro psikologi yang bekerja sama dengan sekolah tempat aku bekerja. Jawabanku dipotong oleh pewawancara karena tidak sesuai dengan pertanyaan yang dimaksud. Saat aku bertanya balik maksud pertanyaannya ia hanya bilang tidak bisa menjelaskan detail karena khawatir malah mengarahkan jawaban. Selesainya aku malah menangis. Kesal dengan pewawancara. Dan aku baru menemukan alasanku menangis akhir-akhir ini.
Dinilai tidak kompeten, kata Maudy Ayunda (kalo ngga salah) dalam sebuah podcast akan membuat dia amat sakit hati karena merasa dijatuhkan harga dirinya. Kayanya gue juga gitu-wk, si paling pengen disamain sama Maudy-. Anak beasiswa dari SD sampai kuliah ngebuat gue harus bersaing supaya dapet nilai terbaik untuk mempertahankan beasiswa. Jadi ngerasa semua bisa gue lakukan kalo gue mau berusaha. Ya bener, tapi ngga bener juga. Semua usaha bisa dilakukan, tapi semua hasil ngga selalu dapet yang terbaik. Jadinya perfeksionis. Beruntungnya gue bisa ngegali ini, tapi sialnya capek banget kalo kaya gini terus. Iya, abis ini bebenah (diri) lagi, ya Mon.
3 notes · View notes
monicaftr · 14 days ago
Text
Yang Dilangitkan
Segala puji hanya milik-Mu, ya Allah, atas ribuan, ratusan ribu, jutaan, bahkan tak terhingga nikmat yang Engkau limpahkan. Perkenankanlah rasa syukur senantiasa hadir dalam hati kami. Perkenankanlah rasa cukup senantiasa menetap dalam benak dan terwujud dalam tindakan kami.
Wahai Tuhan Yang Maha Pengampun, dosa kami menjulang setinggi langit, sebanyak buih di lautan. Kami bersimpuh, bersujud, memohon ampunan sebagaimana yang Engkau janjikan. Terlalu banyak kesalahan yang telah kami perbuat—di masa lalu, masa lampau, bahkan hari ini. Tak lelah kami meminta, karena hanya kepada-Mu tempat kami memohon. Ampunilah kami, orang tua kami, saudara-saudara kami, guru-guru kami, serta teman-teman kami. Terlalu banyak pula aib yang kami miliki, kami tak berdaya menutupinya. Jika bukan karena-Mu, sungguh kami akan menderita karenanya.
Engkau Yang Maha Pemaaf dan mencintai permintaan maaf, maka maafkanlah kami. Atas dosa-dosa kecil hingga dosa-dosa besar, atas dosa yang kami sadari maupun yang tak kami ketahui. Hapuskanlah, bersihkanlah, ridhailah, dan limpahkanlah kepada kami kasih sayang serta pertolongan-Mu.
Wahai Tuhan Yang Maha Membolak-balikkan Hati, kami adalah manusia lemah yang kerap berpaling dari-Mu. Jangan biarkan hati kami semakin menjauh, ya Allah. Dekatkanlah hati kami hanya kepada-Mu. Tetapkanlah kami dalam keimanan dan keislaman. Dekatkanlah kami dengan orang-orang saleh. Berikanlah kekuatan untuk terus berbuat baik dan berusaha menjadi lebih baik.
Atas segala takdir yang Engkau tetapkan, lapangkanlah hati kami untuk menerimanya. Berikanlah kekuatan bagi kami agar tetap melangkah, baik di saat hidup terasa ringan maupun berat. Jernihkanlah pikiran kami agar selalu mampu memetik hikmah dari setiap peristiwa. Kuatkanlah fisik kami agar tetap maksimal dalam beribadah kepada-Mu.
Engkau Tuhan yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, jangan biarkan kami tenggelam dalam kesendirian. Pertemukanlah kami dengan pasangan yang bukan hanya menerima kekurangan, tetapi juga mau sama-sama memperbaiki kekurangan. Yang bukan hanya ingin hidup bersama, tetapi juga ingin saling membangun mimpi bersama. Yang menyejukkan hati satu sama lain. Yang dengannya, langkah menuju surga menjadi lebih mudah dan lebih terarah. Kelak, hadirkan pula keturunan yang baik, saleh, dan penyenang hati.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pemberi Petunjuk, tunjukilah kami jalan yang lurus—jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang Engkau murkai, bukan pula jalan mereka yang tersesat. Jangan biarkan dunia menjadi tujuan hidup kami. Mudahkanlah jalan kami menuju surga-Mu. Kumpulkanlah kami kelak di surga-Mu bersama keluarga, saudara-saudara, guru-guru, serta sahabat-sahabat kami.
Maka, anugerahkanlah kami hidup dan akhir kehidupan dalam keadaan Islam, membawa iman, dan husnul khotimah.
Hanya kepada-Mu kami memohon. Hanya kepada-Mu kami meminta. Engkaulah Tuhan yang sebenar-benarnya Maha Mengabulkan Doa, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui. Istiqamahkanlah kami untuk senantiasa menengadah, bersujud, dan beribadah kepada-Mu.
Aamiin, ya Rabbal ‘Aalamiin.
6 notes · View notes
monicaftr · 19 days ago
Text
Menjaga Kesyukuran
Di Sabtu sore, sepulang menemani murid-muridku dalam sebuah perlombaan, aku memesan layanan transportasi daring untuk pulang. Hari itu, cuaca silih berganti dari terik hingga hujan disertai angin kencang. Mendampingi siswa berarti tidak hanya menjadi suporter, fotografer, dan penyedia konsumsi, tetapi juga siap sedia menerima serta meneruskan informasi kepada mereka. Sudah terbayang betapa melelahkannya hari yang kujalani sejak pagi.
Sebelum mobil datang, harapanku sederhana: mendapat pengemudi yang tidak banyak mengajak mengobrol. Aku ingin beristirahat. Satu jam perjalanan cukup berharga untuk tidur, membaca buku, atau sekadar diam guna memulihkan sedikit tenaga. Sayangnya, harapan tak sejalan dengan kenyataan. Pak Pengemudi sangat sopan dan ramah, tetapi hampir sepanjang jalan bercerita tanpa henti.
Sepuluh menit pertama, aku mengeluh dalam hati—tentu saja karena harapan yang sirna. Sepuluh menit berikutnya, aku mulai membesarkan hati, “Kira-kira pelajaran apa yang ingin Allah sampaikan kepadaku melalui Pak Pengemudi ini?”
Obrolan dimulai dari pertanyaan-pertanyaan umum, lalu berlanjut ke cerita-cerita personal. Ia memiliki seorang anak yang kini sedang menempuh kuliah di luar kota dengan pengeluaran yang cukup besar, terutama karena berada di rumpun ilmu kesehatan. Belum lagi adiknya yang juga masih bersekolah. Kini, menjadi pengemudi daring adalah pekerjaan utamanya. Sebelumnya, ia adalah seorang pegawai kantoran dengan posisi yang cukup menjanjikan. Namun sayang, pandemi mengubah segalanya. Hidupnya berbalik 180 derajat. Ia, bersama banyak karyawan lainnya, dirumahkan. Di pekerjaannya yang dulu, bahkan untuk membayar tagihan AC pun ada tunjangan dari kantor, sehingga ia sempat memasang lima unit AC di rumahnya. Terbayang seberapa besar rumahnya, bukan? Ia merasa terpuruk atas apa yang dialaminya. Tapi Pak Pengemudi tidak sendiri.
Salah seorang temannya bahkan hampir kehilangan kewarasan akibat pemutusan hubungan kerja massal. Temannya itu adalah kepala keluarga yang masih muda, cukup dihormati oleh lingkungan sekitar karena sering membantu sesama, dan juga dikenal saleh. Ia amat terpukul, hingga beberapa bulan tidak mau keluar rumah. Istrinya kebingungan, sebab hidup harus terus berjalan, apalagi dengan anak yang masih kecil. Setelah diyakinkan oleh Pak Pengemudi, temannya mulai bangkit kembali. Ia mendaftar sebagai ojek daring. Ia kesampingkan rasa malu, dan kedepankan tanggung jawab. Pagi hingga malam ia bekerja keras, karena ingin keluarganya tetap merasakan kenyamanan—meskipun tidak sebaik sebelumnya.
Pak Pengemudi menyampaikan hikmah yang amat berharga dalam ceritanya. Kita tak pernah tahu, seperti apa hidup yang akan kita jalani di masa depan. Apakah akan tetap berada di atas, atau justru terjun bebas ke bawah. Segala yang kita miliki, sejatinya bukan sepenuhnya milik kita. Allah sangat mudah membolak-balikkan keadaan di dunia ini. Rasa syukur bukan hanya untuk dilafalkan, tetapi juga dimaknai dan diamalkan. Bukan hanya saat berada di posisi nyaman, tetapi juga saat dalam ketidaknyamanan. Bukankah Allah telah berjanji akan menambah nikmat bagi hamba-Nya yang bersyukur, dan memberikan azab bagi mereka yang kufur? Yang aku yakini, Pak Pengemudi berhasil mengedepankan rasa syukur. Terlihat dari banyaknya lafal hamdalah yang terucap, hikmah yang bisa diungkap, hingga ujian yang bisa dilalui dengan sigap.
0 notes
monicaftr · 2 months ago
Text
Enak Ngga Enak
Okeh. Kesampingkan dulu kalimat "kita tidak bisa mengontrol perilaku orang lain". Karena tumblr ini memang tempat curhatku, aku mau misuh-misuh dulu karena makin ke sini kok makin ke sono ni orang-orang dengan kalimat yg berawal dari "lu mah enaaak."
🗣️"Lu mah enaak, pinter"
Walaupun aku tidak merasa sepintar itu, tapi mungkin aku mau jawab gini, "lu tau berapa waktu yang gue habiskan buat belajar? lu tau ngga berapa uang yang gue keluarin buat personal growth ikut kelas online atau offline? lu tau berapa total harga buku-buku yang gue beli dan gue usahakan untuk habis gue baca?"
🗣️"Lu mah enaak, jalan-jalan mulu"
"Lu tau ngga berapa bulan gue ngumpulin duit buat jalan-jalan yang lu liat sekarang? Lu tau ngga gue kerja dari pagi ampe malem buat nambah penghasilan supaya ada yg bisa ditabung?"
🗣️"Lu mah enaak masih single, duitnya ngga ke mana-mana"
"Lu tau ngga keadaan keluarga gue? Lu tau gue sandwich gen ngga? Lu tau berapa banyak keinginan yang gue tahan buat memenuhi keinginan keluarga gue?"
🗣️"Lu mah enak masih muda"
"Lah, ya karena gue sadar gue masih mudah gue harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sekualitas mungkin. Emang ke mana aja pas masih muda?"
🗣️"Lu mah enaak duitnya banyak"
"Lu tau gue lahir dari keluarga miskin? Dulu rumah gue ngontrak di kontrakan tiga petak dengan lantai semen, kamar mandi atap setengah seng yang kalo ujan kena tampias. Gue beasiswa dari SD sampe kuliah bukan karena pinter tapi dipaksa harus pinter karena gue tau dengan akademik gue bisa ngubah hidup gue dan keluarga gue. Lu tau apa aja pengorban gue untuk mendapatkan penghasilan seperti sekarang?"
Tentu ini ngga keluar dari mulut gue, cukup nulis di sini sebagai pengingat dan rasa syukur. Sekarang boleh inget lagi kita ngga bisa ngatur semua mulut orang, wk. Mereka yang nggatau prosesnya, kita senyumin aja atau gas aja sekali-kali nggapapa, ekekkek. Yang aku pelajari adalah bersyukur karena banyak pillihan-pilihan ngga enak yang gue pilih di hidup sampai bisa seperti sekarang. Dan Allah yg Maha Baik atas segala janjinya, memberikan hasil dari setiap proses dan memberikan kekuatan untuk menjalaninya. Stop bilang "lu mah enak lu mah enak" kalo lo ngga pernah milih pilihan-pilihan yang ngga enak di hidup lo!
Aslinya, emang kek gini. Kadang aku, kadang gue, tapi aing macan belum pernah, sih. Suka-suka pokoknya 🙏
1 note · View note
monicaftr · 2 months ago
Text
Pace Keong
Aku sudah menekuni olahraga lari semenjak bertahun-tahun lalu. Walaupun tidak serutin itu, tetapi biasanya setelah berhenti beberapa minggu atau satu dua bulan aku kembali berlari. Beberapa bulan lalu aku gemas dengan kecepatan lariku yang masih saja di atas sepuluh menit per kilometer. Padahal aku tetap bisa mencapai goals berlariku mulai 5 km bahkan pernah sampai 10 km dalam satu waktu.
Lalu aku ingat ketika aku duduk di bangku kelas 2 SD. Setiap mata pelajaran menulis, aku selalu terlambat atau bahkan tidak selesai. Aku lama sekali dalam menulis dibandingkan teman-temanku yang lain. Pun sama dengan mewarnai. Aku pernah menangis saat usia TK ketika lomba mewarnai karena keluar garis. Terlalu berhati-hati hingga waktu habis dan berujung pada kesal dengan diri sendiri.
Semakin dewasa aku mengerti bahwa ada sifat perfeksionis dalam diri yang menghalangiku dalam mengerjakan sesuatu. Namun, di sudut pandang lain aku bersyukur sifat ini kini dibersamai dengan sifat berjuang pantang menyerah, walau kadang sambil nangis dikit. Aku tetap perlu mengelola sifat perfeksionis dan terus mengasah sifat pejuang.
Ternyata pelan-pelan itu nggapapa. Asal terus jalan sampai tujuan. Kalo capek berhenti lalu lanjut lagi.
Ternyata setiap orang tidak mulai pada titik yang sama. Kalo ada yang lebih dulu sampai bukan berarti dia pemenang dan kita pecundang. Hidup ini adalah perlombaan dengan diri sendiri, bukan dengan orang lain.
Ternyata hasil itu kadang ngga sesuai proses. Ada hal-hal yang udah kita usahakan maksimal, kalau memang belum saatnya maka apa daya. Tuhan yang Berkuasa, manusia yang berusaha.
Yuk, bangun! Pelan-pelan berjuang lagi, pelan-pelan bangkit lagi.
3 notes · View notes
monicaftr · 2 months ago
Text
Si Paling
Aku sedang bertarung dengan perasaan menjadi "si paling". Merasa paling berperan, berjasa, berkorban, si paling baik dan si paling benar. Perasaan ini menyusup perlahan tanpa terasa, kemudian menjadi bara kepada sekam. Dan sesungguhnya aku tidak tau kebaikan atau sekam itu masih tersisa atau ternyata sudah hilang menjadi debu.
Berbuat baik itu mudah, tapi meluruskan niat sebelum saat sesudahnya itu sulit. Menuntut ilmu itu mudah, tapi menjadikan ilmu sebagai suatu hal yang manfaat tanpa memandang rendah orang yang belum mengetahui tentangnya itu tidak mudah. Berkorban untuk orang lain aku cukup terbiasa, tetapi tidak mengungkit suatu pengorbanan saat orang lain membalas dengan hal yang berbeda ternyata aku belum terbiasa.Kebaikan ternyata bukan tentang bagaimana dilakukan, tapi juga tentang mengapa dan untuk apa.
Mari melangitkan kembali doa-doa untuk menjaga hati. Mari meluruskan kembali niat-niat yang tak lurus lagi. Mari memohon ampun atas setiap kesombongan yang menyelinap dalam diri. Mari menurunkan ekspektasi pada hal-hal baik yang datang atau akan dilakoni.
15 notes · View notes
monicaftr · 6 months ago
Text
Kopi ini masih panas Saat kamu duduk, membaca buku Kamu mencoba membuka lembar demi lembar, halaman demi halaman Tapi aku tahu Kamu hanya mencoba melarikan diri dari pikiranmu bukan?
Kopi ini mulai menghangat Kamu baru menyeruput seteguk dua teguk Kamu meletakkan bukumu pada akhirnya Sia-sia pikirmu Kepalamu mulai sakit Jantungmu makin kencang berdegup
Lalu kopi ini mendingin Menunggu tangismu reda Menunggu hatimu lega Menunggu sesakmu hilang
Mungkin kopi ini terlalu pahit untukmu Membuat jejak rasa yang tidak nyaman Tapi, selamat! Makin banyak mengenali jejak rasa, makin berhati-hati untuk mencari kopi yang sesuai
14 Desember 2024
1 note · View note
monicaftr · 7 months ago
Text
Perihal Ikhlas
Dalam salah satu kajian seorang guru penah mengatakan, "syarat diterimanya ilmu salah satunya adalah ikhlas. Ikhlas ini bisa diartikan dalam dua sisi, keikhlasan murid menerima ilmu dan keikhlasan guru menyampaikan ilmu." Setelah itu aku selalu sampaikan ini kepada murid-muridku agar mereka memahami adab-adab menuntut ilmu.
Hari ini aku selesai mengoreksi seluruh jawaban ASAS (Asesmen Sumatif Akhir Semester) siswa. Minggu ini sudah masuk minggu-minggu penutup semester ganjil. Agak kaget dengan hasil koreksianku. Nilai-nilai mereka anjlok dan hanya sedikit sekali yang di atas rata-rata. Ada perasaan sedih dan kecewa. Merasa bahwa soal yang kubuat sudah terbahas sepenuhnya dalam pembelajaran, tetapi kenapa mereka tidak bisa menjawab soal yang kuberikan? Kemudian aku menemukan satu hal, "kayaknya gue ngga ikhlas deh pas ngajar mereka." Aku mengatakan hal ini saat curhat dengan teman sesama pengajar mengingat aku sering marah-marah karena mereka sering tidak memperhatikan ataupun melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan saat pembelajaran.
Di level 8 tahun ini aku merasakan ada vibes yang berbeda dengan anak-anak. Mereka cenderung sulit diatur dan guru-guru sudah lelah dengan berbagai tingkah yang menyebabkan banyak pemanggilan orang tua dalam satu semester. Jadi, kami sangat amat mengeluhkan performa mereka dalam pembelajaran.
Hal ini aku korelasikan dengan pernyataan Ustadz Felix Siauw dalam Close The Door Podcast. Orang-orang cenderung salah dalam penggunaan peruntukkan ayat dan hadits. Deg. Ternyata yang aku sampaikan di awal kepada murid itu lebih kepada menakut-nakuti agar mereka memperhatikan penjelasanku walau nyatanya tidak dilakukan. Dan keikhlasan yang aku tekankan seharusnya keikhlasan yang dilakukan murid. Bukan penekanan tentang kemarahan guru yang membuat ilmu yang disampaikan tidak diterima. Yang harus aku pegang erat-erat adalah adab seorang guru: bersikap lembut, tenang, tidak takabur.
Oh Allah, luaskanlah kesabaran kami para guru
Berikanlah kami keikhlasan dalam mengajar
Mudahkanlah lisan kami dalam mengucap kebaikan
Jagalah niat kami dalam mendidik
Jernihkan akal kami untuk menuntun dalam kebenaran
5 notes · View notes
monicaftr · 7 months ago
Text
Ngejar apalagi, sih?
Pertanyaan ini dilontarkan oleh bibiku, istri dari adiknya ibuku, saat sedang ngobrol santai di kamarku ingin menjemput anaknya yang sering main ke rumah. Bukan pertanyaan yang pertama, tapi obrolannya masih sama. Beliau melihat aku sudah cukup sampai hari ini. Mungkin dari beberapa gadget yang kupunya dan kemudahanku untuk jajan, hehe. Memang tidak dapat dipungkiri, alhamdulillah, aku dapat hidup lebih nyaman saat ini. Tidak lebih, tapi cukup untuk jajan kopi seminggu 3 sampai 4 kali.
Di awali dengan pertanyaan apakah ingin melanjutkan sekolah lagi (S-2) dan kujawab iya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan ingin mengejar apa? Aku menjawab pertanyaan ini dengan klise, karir yang lebih baik. Kemudian ada lagi lanjutan pertanyaannya, "Emang kalo sekarang ngga cukup?" Kalau dipikir-pikir, materi dikejar memang tak akan ada ujungnya. Kemudian pagi tadi membaca tulisan Ust. Jundi Imam Syuhada terkait mencari ilmu yang bertujuan sebagai rasa syukur kepada Allah dan modal untuk mendidik anak dan keluarga. Ini seperti menemukan jawaban pertanyaan "WHY" ku kenapa harus melanjutkan pendidikan.
Aku ingin mengusahakan menjadi pribadi yang memberikan manfaat banyak kepada orang lain. Aku sebelumnya berpikiran bahwa hal ini cukup dengan menjalankan peran dengan baik. Bukan berarti pandangan ini salah, tetapi apabila ada peluang dan energi untuk mengusahakan kenapa harus cukup sampai di sini? Semoga segala kekhawatiran, semangat, dan segalanya dimudahkan untuk menggapai hal-hal yang baik.
6 notes · View notes
monicaftr · 7 months ago
Text
Kebiasaan atau Kebenaran?
"Dih, aneh banget pake nyiapin buat sharing gituan doang"
"Cowok nonton p*rn mah wajar kali"
"Anj*r, eg*, c*k, bgs*t, asdfghjkl"
"Hah, lo nolak karena ngerokok doang?"
Memegang teguh prinsip rasanya menjadi berat sekali akhir-akhir ini. Banyak hal yang terlihat biasa sehingga diwajarkan bahkan dijadikan pembenaran. Padahal sebagai muslim, benar dan salah adalah suatu hal yang pasti. Walau tentu masih berjuang menjadi muslim yang taat, perkataan-perkataan di awal cukup membuatku tidak nyaman terkhusus beberapa yang ditujukan padaku.
Cukup kaget saat dikatakan 'aneh' ketika aku protes karena pemberitahuan mendadak untuk sharing teknik mengajar padahal aku tidak menyiapkan apapun. Karena orang lain tidak meyiapkan, bukan berarti aku juga harus sama bukan? Kenapa berusaha lebih baik menjadi sesuatu hal yang aneh?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata wajar adalah biasa sebagaimana adanya tanpa tambahan apa pun. Arti lainnya dari wajar adalah menurut keadaan yang ada. Kasus pornografi bukan merupakan sesuatu hal yang baru. Namun, walaupun jumlahnya banyak bukan berarti semua orang kecanduan atau tertarik dengan konten-konten tersebut.
Normalisasi kata kasar. Sungguh, ini menjadi PR besar pendidik. Ingat, proses mendidik bukan hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan masyarakat. Rasanya sudah capek untuk mengingatkan murid-muridku tapi ngga boleh capek. Prinsip berkata yang baik atau diam seakan dikalahkan oleh berkata seperti apa yang teman-temanku katakan atau berkata seperti apa yang aku tonton. Menjelaskan konsep bahwa kekuatan kata-kata dapat mengubah yang halal menjadi haram, pemindahan tanggung jawab, dan hal-hal lainnya juga sudah kujelaskan. Terkadang sadar ini adalah prosesnya, tetapi berdoa lebih kencang supaya sabarku tidak menjadi setipis tisu dibagi tujuh.
Perihal merokok aku mengambil pendapat haram karena terlalu banyak mudharatnya. Bagaimana aku bisa menyayangi seseorang yang tidak menyayangi dirinya sendiri dan mempunyai peluang memberikan penyakit ke keluarganya?
Membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa. Seperti memegang bara api memang cocok jika disandingkan dengan kehidupan masa kini. Dan memang perlu pegangan yang kuat untuk tidak terbawa arus.
Saat kau ragu arah tuju, di situlah kau mulai terbawa arus (Amigdala)
7 notes · View notes
monicaftr · 9 months ago
Text
Setiap orang pasti akan mendapatkan ujian, dan ujian yang paling berat biasanya datang dari yang paling dekat. Ayah atau ibu, pasangan, anak, teman dan semua yang dekat.
Yang diminta Allah itu bukanlah kita keluar dari ujian dan masalah, bukan pula menyelesaikan masalah yang ada. Bukan, bukan itu.
Allah hanya ingin kamu kembali pada-Nya, hanya menghamba pada-Nya, dekat dengan-Nya, dan semua yang diprioritaskan hanyalah Dia. Karena adanya ujian dan masalah itu sejatinya untuk mengembalikan fitrah kita pada.
Coba deh kamu lihat lagi, kira-kira hubunganmu dengan Allah bagaimana hari-hari ini? Gapapa jika harus menangis dalam doa dan rintihnya pengaduan, sebab Allah suka dengan itu.
Allah dekat, Dia bisa melakukan segalanya, apalagi jika hanya untuk hidup dan duniamu yang kecil ini.
Mari, kita tumbuh bersama dalam iman dan takwa, aku dan kamu.
@jndmmsyhd
418 notes · View notes
monicaftr · 9 months ago
Text
Strawberry Shortcake
"Sekarang rasanya gimana? Berarti udah lebih lega?" Temanku bertanya ketika aku sedang menceritakan kisah hidup yang sama dengan episode yang berulang ini. "Kalo dibilang lega, ada leganya, sih. Ngga keliatan dan kerasa persis, tapi dari perilaku yang sudah mulai bisa menerima seseorang untuk mencoba masuk ke hidupku, ya walau gagal, kayanya itu salah satu respon dari kelegaan ini."
Ngga ada yang bilang mudah hidup jadi generasi roti lapis. Menopang kaki sendiri aja susah, ditambah harus menopang yang lain apa tidak megap-megap?! Terperangkap pada kata berbakti padahal ikhlas belum sampai masuk ke hati. Ditambah topping-topping trauma, yg bikin hidup kaya semboyan Chitato, life is never flat.
Beberapa minggu lalu aku mengenali diriku lebih dalam setelah mengikuti salah satu webinar psikologi. Anak perempuan pertama, apalagi si roti lapis, mempunyai peluang lebih besar takut akan pernikahan. Sebabnya adalah ia terlalu banyak hidup dalam mode survival. Ia melihat pernikahan seperti sebuah arena baru yang ia tidak tau akan ada ancaman apa di dalamnya. Arena yang ia jalani saja sudah cukup sulit, bagaimana ditambah harus berpetualang di arena yang lain? Hidupnya jarang berada pada mode aman, maka wajar jika ia memiliki kemampuan memecahkan masalah, memimpin kelompok, juga keberanian yang cukup besar. Karakter-karakter yang wajib dimiliki para survivor. Minusnya, ia tumpuk semua masalah sendirian. Tidak ingin terlihat lemah, bukan karena si paling kuat, tetapi tempat bersandar tak boleh mudah goyah. Jika terus begini, akan berbahaya bukan hanya untuk dirinya, tetapi bisa jadi untuk orang lain. Seperti sebuah balon yang terus-terusan diberikan tekanan udara terus-menerus.
Strawberry shortcake. Istilah yang temanku berikan untuk para generasi roti lapis. Katanya, biar berlapis tapi manis. Mari meyakini kembali bahwa tidak ada perjuangan yang berakhir sia-sia. Tidak ada secuil bagian hidup pun yang tidak mengandung hikmah. Akan selalu ada alasan mengapa hal ini dan itu terjadi. Nggapapa, yakin itu kadang yakin banget, yakin aja, kadang malah yakin ngga ya? Kalau sudah mulai bertanya-tanya, afirmasi lagi dari awal, langitkan lagi doa-doa untuk melapangkan hati dan menjernihkan pikiran. Hidup ini memang isinya bertahan-berjuang-bertahan-repeat.
4 notes · View notes
monicaftr · 9 months ago
Text
Aku Tak Sebaik Itu
Saat menulis hal-hal yang terkesan positif, aku selalu mempertanyakan dan tak jarang menghakimi diri sendiri. "Sok bijak dah lu, Mon", "sok keren, dah", "sok tau, dah", "sok baik, dah". Kadang aku takut orang-orang yang membaca tulisanku kemudian mengenalku di dunia nyata secara langsung, kecewa ternyata aku tak sebaik dibayangannya. Aku takut dipandang baik. Karena memang aku tak sebaik apa yang aku tuliskan atau aku perlihatkan di sosial media.
Sebelum menulis ini, membaca kembali tulisanku. Mempertanyakan hal yang lain. Apakah ini benar aku yang menuliskannya? Karena aku tertampar oleh tulisanku sendiri, ada yang rasanya seperti dipeluk, ada yang rasanya seperti sedang ditemani. Pada akhirnya aku malah bersyukur telah menulis. Aku menjadi dampak dari tulisanku. Dan sepertinya ketakutanku lagi-lagi hanya ada di pikiranku.
Permasalahan sebenarnya sepertinya adalah ketakutanku dipandang sebagai "orang baik" oleh orang lain. Aku ingin melindungi diriku sendiri dari kekecewaan, tekanan, atau luka emosional. Aku menghela napas ketika menuliskannya. Masih mencari tau mengapa ini menjadi bagian dari diriku. Aku ahli dalam mengingatkan orang lain, "kenapa sih, lu sering ngerendahin diri sendiri?". Tapi menjadi buruk ketika mengingatkan kepada diri sendiri.
Solusi yang bisa kudapat hingga saat ini adalah terus menulis, dengan menulis dan kemudian aku membacanya kembali. Entah ribuan hari, ratusan minggu, atau puluhan tahun, ketika kembali membaca tulisanku, aku berharap ini akan selalu menjadi pengingat, bukan hanya untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri.
13 notes · View notes
monicaftr · 10 months ago
Text
Egois Dulu
Tiba-tiba nangis. Mau mara-mara tapi ngga bisa. Kali ini mau egois dulu dengan latar belakang tulisan adalah drama pertemanan.
Bisa ngga kalo udah dibahas ngga usah tanya ulang?
Bisa ngga kalo aku effort ada effort balik?
Bisa ngga kalo aku cerita simak dan tanggepin, ngga langsung cari tema lain?
Bisa ngga kalo udah diskusi panjang lebar ngga usah matahin dan malah ngulang dari awal?
Excited sendirian itu capek. Mencoba memahami orang lain tapi orang lain tidak mencoba memahami diri sendiri itu sakit. Dengerin cerita terus, sekalinya cerita tapi ngga didenger itu sedih. Ya, ternyata aku masih menanamkan konsep timbal balik di kepala walau tau bahwa kebaikan di dunia tidak akan selalu berbalik sama besarnya. Aku ngga selalu baik dan selamanya begitu. Memang pada akhirnya tempat bergantung hanya diri sendiri dan Tuhan. Aku egois dulu, ya. Kasih tau kalo keterusan.
3 notes · View notes
monicaftr · 10 months ago
Text
Pohon yang Sekarat
"Lihat. Pohon itu seperti sedang sekarat. Saat musim gugur tiba, daun-daunnya berguguran. Dan sekarang kondisinya sangat mengenaskan, bukan. Siang malam diterpa hawa dingin luar biasa. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung, artinya musim dingin tidak pernah berubah jadi musim semi lalu musim panas. Maka pepohonan itu benar-benar akan musnah. Dan tentu saja, kehidupan di bumi akan musnah. Allah Yang Maha Penyayang memberi kita karunia dalam segala musim. Dan pergantian musim itu sendiri adalah karunia tiada ternilai harganya dari Allah Azza wa Jalla."
Tertulis di atas adalah percakapan antara Emel kepada Aysel dalam novel sejarah Api Tauhid karya Habburrahman El Shirazy atau yang kerap disapa Kang Abik.
Aku menuliskannya di sini berharap di kemudian hari ketika hidup sedang berada di musim dingin aku bisa kuat bahkan lebih kuat dari sebatang pohon. Meyakini bahwa musim akan berganti dan Allah Maha Mengetahui. Allah tau takaran seberapa lama setiap musim harus berganti agar pohon-pohon dan kehidupan tidak mati. Allah pun juga tau takaran masalah dan ujian yang perlu dihadapi untuk setiap manusia di bumi.
"Aysel, jangan sekali-kali putus asa dari rahmat Allah."
Dan berkali-kali, tulisan-tulisan Kang Abik bersuara di kepala. Seakan-akan nasihat-nasihat Emel bukan hanya ditujukan kepada Aysel, tetapi juga kepadaku.
Rahmat dan kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu. Bukan hanya kasih-Nya, tapi aku juga berharap mendapat rahmat dan sayang-Nya. Dari sedikitnya ibadahku, dari sedikitnya amalanku, dari sedikitnya baikku, semoga Allah meridhoi dan menyertai.
Ada lagi yang lebih membuatku takut? Bukan hanya putus asa dari rahmat ketika diuji, tetapi juga melupakan rahmat ketika diberi. Yang selalu diulang walau kadang lulus kadang juga tidak, sabar dan syukur.
2 notes · View notes
monicaftr · 11 months ago
Text
Sepi dalam Riuh
Bukan lagu tempo cepat yang kini ia dengar. Kali ini lebih mengalun. Ia memperhatikan tiap lirik yang terdengar. Biasanya lebih fokus bekerja dengan kakinya yang menyamakan ketukan pada lagu. Kali ini kepalanya riuh dan ia harap distraksi lagu bisa membantunya. Di bawah lampu-lampu stadion yang berkelip, langkahnya memelan. Sampai pada kecepatan berjalan, ia sadar. Tempat ini lebih ramai dari biasanya, tetapi ia merasa sendirian. Dalam hatinya terkejut, ternyata seperti ini rasanya.
0 notes
monicaftr · 11 months ago
Text
The War is Over!
Patah hati membuatku memutuskan untuk mengaktifkan fitur hide akun seseorang selama hampir setahun agar tetap waras dan lebih cepat move on. Tak ada kabar, kecuali pesan terusan informasi atau sekedar membalas basa-basi story sekali dua kali dalam kurun waktu tersebut. Kemudian beberapa hari lalu ia membalas status pada WhatsApp, mengajak bertemu di suatu kota karena ada peluang aku akan pergi ke kota tempat ia tinggal kini. Dan aku berhasil. Aku tidak merasakan ada spark yang memenuhi tubuhku dan aku bisa menjawab pesannya dengan santai.
Selamat! Proses memaafkanku sudah naik level. Sebelumnya aku mencoba forgive but not forget, dan kini aku sudah memahami dan juga bisa kembali berbelas kasih. Jika semesta mendukung, aku akan bertemu, bertukar kabar, dan tentu bercerita kehidupan yang kujalani dan ia jalani. Dan tak lupa untuk memastikannya mengajak dan memperkenalkan pasangan halalnya kepadaku.
Cheers~
I WIN!
4 notes · View notes