“Berpedang Semangat, Berperisai Nasihat, Berkuda Harapan dan Berpikir Seluas Arah Mata Angin” (─‿‿─)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Candramawa II - “Tuan, Hujan Telah Redah Tapi Dirimu Memilih Ditemani Kabut Daripada Pelangi”
Alih-alih mengatakan hal yang rumit, Kata-katanya sederhana, berulang, dengan nafas hangat tepat ditelinga. Sial, pelukannya semakin rekat. padahal tepat di balik tembok itu ada bapak penjaga asik menonton tv untuk menghilangkan rasa bosannya.
Bahunya tak lebih lebah dari badanku, punggungnya ramping, dan tangannya mungil.
“Tidak-tidak-tidak. Dia memang yang mancing tapi tentu aku yang harus bertanggung jawab” Pikirku. Namun aku tak bisa melepas peluknya ‘tak mau melepaskan’
Kami saling bertatapan, nafas kami mulai berirama. bukan. bukan hanya hafas kami, namun juga gerakan kami. Lucu. tidak ada komando tapi gerakan bisa sempurna (maju-mundur dengan serunya). Instruksi kami naluri, aba-aba kami meraba, Aah asik betul tiap keringat yang keluar, begitu hingga akhir puncaknya kami saling tak sanggup. Namun tetap saja, itu total yang lama untuk seorang amatir !
Sore itu, setelahnya, kami saling canggung. bingung ingin membuka topik apa. Setidaknya, kami tetap ngobrol tipis-tipis hingga malam hari, sebelum kami memutuskan keluar untuk jalan bersama.
“Mas, jangan lupa kuncinya” ingatnya. Ah, bukan hanya kunci aku juga ketinggalan dompetku. Kuambil dompet diatas laci, Kami keluar dan tak lupa kuambil kuncinya. Jalan santai sambil ngobrol dan cari makanan sepertinya juga harus dicoba. pikirku. Kami berjalan, bercerita, tertawa kecil, melewati rumahn penduduk sekitar, counter hp dengan mbak-mbak penjaga yang sudah kelihatan lelah, terus hingga bertemu di warung penyetan sebrang jalan.
Aku masih ingat betul, kalau dia ngga bisa makan pedas, bahkan sedikitpun. Hei, Ayolah penyetan tanpa sambel? tapi kata dia itu lumrah ! Bungkus penyetan kurasa telalu besar untuk perutnya yang kecil tapi memang segitu porsinya. Ku ingat kami memutuskan kembali makan di dalam kamar hingga perus terisi. Malamnya lagi-lagi kami lelap dalam saling berpelukan.
1 note
·
View note
Text
Aku bingung, Apa Kita Sedang Dalam Posisi yang Sama?
Candramawa (Hitam—Putih di antara pikiran dan lamunan)
"Aku bisa mas". Jawabannya singkat tapi membuat kepalaku pening bukan main. Dalam momen seperti ini, disrupsi terjadi di antara pikiranku sendiri. Tetang yang selama ini aku jaga dan yakini tapi di sisi lain dalam pikirku, aku telah memuncak.
Lanjut atau tidak, batinku. Aku.... bingung.
Tapi bagaimanapun yang aku harus tetap lanjut jumpai dia. Aku sudah janji!
Kereta Doho-Penataran, kereta ini memiliki rute dari Kota Pahlawan hingga tempat dan yang dulunya merupakan Ibu Kota Kerajaan Panjalu. Kala itu pukul 8 (delapan) pagi saat kereta berangkat membawaku. Tepat waktu. Aku... Akan ketemu dia?
Ramai, tapi dingin. Maklum, hari itu tepat hari sabtu, banyak yang pulang kampung atau berwisata ke tempat yang agak jauh dari hiruk pikuk Surabaya. Tapi dingin? ACnya yang banter atau akunya yang canggung?
Aku duduk di gerbong tengah, tempat dudukku hanya 4 baris dari pintu gerbong. kubuka ponselku untuk memastikan tempat dudukku. Sial. Aku tidak duduk di samping jendela. Satu kursi berisikan 2 (dua) orang dan letaknya berhadapan satu sama lain. samping kananku seorang pria paruh baya, mungkin sedang pulang kampung (?). Sedangkan di depanku ada dua orang yang sepertinya seusia denganku, kami berhadapan. Tapi masing-masing sibuk dengan ponselnya. Lumrah. Semua orang sekarang mending menatap ponsel daripada orang disampingnya.
Aku memilih meletakkan ponselku, untuk menikmati perjalanan. Bukan, bukan perjalanan kereta, tapi perjalanan asyik dalam lamunan dan cengkrama dengan pikiranku sendiri. Kupikir perjalanan ini akan lama karena arah kereta ketimur (pasuruan) lalu keselatan (arah malang), mungkin agak jauh namun tanpa gangguan dan yang paling penting kendaraan ini konsisten. Aku tidak ingat dan tidak pula yakin apa yang telah aku lamunkan dalam pikiranku sendiri.
Tiba-tiba kereta berhenti sejenak namun kali ini, Remnya berhasil memaksaku kembali dalam kesadaranku. Petugas memberikan pengumuman kalau kereta telah sampai di stasiun singosari. satu stasiun lagi. pikirku, Ya. aku turun di stasiun Blimbing.
Tidak, kita tidak bertemu di stasiun belimbing kita berjaji ketemu di satu titik sebenarnya, tapi malah ketemu di rumah ibadah. Aneh. Saru. Lucu. Tapi ya sudahlah pikirku, kami saling tersenyum saat sama-sama tahu, walaupun belum sama-sama kenal.
Setelahnya, kami bercerita satu sama lain. Cerita pribadi (?). Enah aku juga bingung. kami masih saling menutup tapi tanpa curiga. hanya bingung yang mau diungkap apa. Daripada itu, kami lebih memilih tenggelam bersama dalam cengkrama walaupun tidak mengenal satu sama lain. Tapi ketika itu terjadi, aku hanya berpikir apa kita dalam posisi yang sama-sama membutuhkan (?). Untuk pertama kalinya Aku benar-benar tidak sedang mau mengedepankan ego seorang.
Aku tidak melihat keterpaksaan dalam raut wajahmu (?), Namun aku juga tidak menemukan kebahagiaan (?) yang kutemukan malah kebingungan.
Sore itu hujan. Ahh. melegakan. Petrikor memang tidak pernah gagal dalam membuat ketenangan pikiran. Tapi tetap saja ada sedikit rasa khawatir, aku berharap setelah ini kita masih bisa berteman satu sama lain.
0 notes
Text
Aku Nggak Suka Kopi
Sepertinya akan berantakan. Kau begitu berharga sehingga aku tak bisa menyentumu. Disisi lain, Aku tak bisa berjanji untuk tidak akan pergi kemanapun. Kita mungkin akan berpisah suatu hari nanti. siapa yang tahu pasti? Aku senang bisa mengamatimu. Aku takkan benci dengan kesendirian tanpamu... mungkin.
Saat aku dapat berdiri denganmu, aku berharap waktu berhenti selamanya. ~Sehingga kita menyatu. dan hilang bersama fana
Pernah mendengar bait percakapan hebat seorang punjangga. bahwa kita yang abadi dan yang fana adalah waktu. Hahaha. Kupikir semua, baik “kita” dan waktu adalah fana.

Aneh. menurutku tenggelam dalam hening yang fana juga `ayik-asyik` aja. Makanya harusnya aku suka kopi. Karena kopi diminum ketika sedang cari angin dan suasan buat leyeh-leyeh. Tapi nyatanya aku nggak suka. Bukaan, bukan karena alasan pahitnya yang mengingatkan masa lalu hahaha. Bukan juga karena nggak tahu cara bikinnya (seduh doang, ya gk si?). Alasannya sederhana, aku ada maag (asam lambung). Aduuh kalau lagi kumat, bisa sampai salto-salto dah. perih ding.
Itu alasannya aku nggak suka nongkrong. karena mereka ngajaknya kalo gk di warkop ya di caffe, apa bedanya oi. Jangankan minum kopi dari baunya aja udah bikin sakit perut :’). DAN, ini sama saat mulai mengenalmu.
“Hai, Mas malam” Begitu sapa mu. Aku masih ingat jelas lhoo. duh kupikir ini keajaiban apa hahaha. Setelahnya kita cerita ngalor-ngidul nggak jelas. kayaknya, nggak bermanfaat banget tuh malam. haha. tapi mending menahan ngantuk pada malam itu daripada tidur tapi masih suntuk. bangunnya kepikiran lagi euy.
Lanjut. Menurutku kita ini hampir sama lho walaupun yang beda juga banyak hahaha. Kita punya berbagai sudut pandang pemikiran yang sama (salah satunya gk terlalu suka kopi :p) tapi ada juga dasar-dasar / prinsip yang kita yang berbeda. Terus, duh gustii, kamu tuh jangan ketinggian napa :’). Ibarat pribahasa bukan punuk merindukan bulan lagi, Punuk merindukan matahari kali. Kamu benar-benar bisa fokus dan saling menyeimbankan pribadimu untuk mencapai goalsmu sendiri. Duh. dunia diakhir-akhir ini memang tergesa-gesa, semua orang dituntut agar buru-buru. Semua buat Plan A, Plan B, Plan C, semua berencana, kadang juga jadi spekulan nasib di masa depan. Tidak Salah. semua punya tujuan kebahagiaan masing-masing dan selama hal itu untuk mencapai, mendapat, dan memberi kebahagian, semua terburu-buru demi mencoba mengiringi laju cepat perubahan dunia ini.
Enak ya punya pandangan dan tujuan yang jelas. sedangkan aku perlu ada `sesuatu` dulu sehingga baru mulai membuat rencana. tapi klau udah buat rencana gk nanggung-nanggung hahaha. Namun, pada pandangan yang lain, sebenarnya ini agak mengganggu. Aku juga ingin mencapai sesuatu tanpa pengorbanan, bertindak dengan penuh mantap. Itu mengapa aku gusar ketika ada seseorang yang berusaha dan berjuang memberikan sesuatu yang terbaik. Sederhana, aku Iri. Mereka menemukan sesuatu yang pantas diperjuangkan, seakan mereka tidak menyesal pada tiap jalan yang akan dilalui.
Tidak ada pengorbanan bagi mereka yang sedang menggapai harapan, mereka berjalan, bahkan dengan mata tak berkedip bunder serr seperti tekad. Tapi memang, setiap lakon bertanggungjawab atas lelakonnya pada panggung dunia yang lebar ini. begitupulah yang sudah memiliki tujuan bertanggungjawab atas tujuannya. tidak peduli apakah tujuan tersebut dari perasaan yang keliru. hmmm. aku bukan seseorang yang dengan enteng menciptakan tujuan namun berharap akan datangnya tujuan.
Karena itu akan tetap ada yang memikirkanmu, jadi cobalah tetap tersenyum. Jangan lupakan itu. Dengan begitu smuanya akan baik-baik saja.
Untuk Sekarang? Mending makan tahu walik anget-anget. sambil minum Teh anget (Teh lho yaaa, bukan kopi) hehe~
1 note
·
View note
Text
Pageblug || Pandemi || Waktu
Akhir Desember 2019 saya berulang kali mendengar penyakit yang awalnya diduga kuat berasal dari Tiongkok ini. Cemas? Ya! Tapi anehnya banyak sekali komentar di dunia maya justru bernada sinis terhadap Tiongkok.
Memang ketegangan yang terjadi dengan Tiongkok runyam akhir-akhir ini namun, ini berpotensi menyebabkan bencana kemanusiaan tingat global. Apa kita lupa dengan peristiwa mengerikan macam Black Death, Spanish Flu, wabah lepra hingga yang paling baru Flu Burung? Wabah tidak memandang siapapun untuk dilahap, ini adalah bencana kemanusiaan dan sangat memungkinkan wabah itu akan sampai ke pintu-pintu rumah di kampung halaman kita masing-masing.
Rasa resah itu menjadi nyata ketika akhir Februari pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 padahal awal Februari baru aja selesai Sidang dan dapat gelar S.M.
Saat Pageblug terjadi Waktu menjadi wujud yang semakin menakutkan
Selesai Sidang tanggal 5 Februari 2020, buru-buru banget buat menyelesaikan segala bentuk revisi. kalau bisa sehari ketemu tiga dosen sekalipun nggak masalah. Yang pasti proses revisi tidak boleh lebih dari dua minggu karena akan sangat berbahaya. Saat itu aku berpikir, kalau terjadi wabah, mau tidak mau pasti akan merembet ke segala jenis aktifitas.
Setelah dapat acc dari dosen pembimbing dan penguji, masih harus ngurus tete bengek lainnya. bahkan kata teman saya tete-nya udah nggak ada tinggal bengeknya doang. sepakat sih.
Setelah selesai semuanya akhirnya Surat Keterangan Lulus turun dan tepat keesokan harinya pemerintah memutuskan Menutup Seluruh Instansi Pendidikan. See? waktu menjadi amat menerkam pada masa pandemi ini. Tapi yang menjadi momok setelahnya. Banyak dan semakin banyak yang terkena terkaman dari wabah yang semakin mengganas.
Dalam budaya jawa waktu disimbolkan Bathara Kala ( Kala = Waktu). Dewa yang digambarkan bersosok seperti raksasa dan tidak pernah merasakan kenyang. Ia melahap apapun.
Manusia selalu dihadapkan dengan ketakutan ini. selain pandemi berbagai permasalahan yang harus kita selesaikan dalam menghadapi waktu sebenarnya cukup rumit. Mulai dari populasi manusia yang harus segera dikontrol, pencemaran lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, dan masalah seabrek lainnnya. Namun lagi-lagi, semua ini berpacu dengan waktu. Seberapa cepat manusia menangani permasalahannya hingga tidak sampai waktu habis dan menyebabkan kita bertemu dengan situasi yang amat tidak diinginkan. Penderitaan.
Balik ke cerita awal, setelah lulus dan mendapatkan SKL ternyata tidak semulus yang kita bayangkan. Banyak korban PHK masal, dan lowongan semakin tipis. Tahun 98? Lebih dari itu, tahun itu kata ayah-ibu, kita masih bebes bergerak, bebas berkreasi, sehingga dapur seenggaknya masih ngepul. Tapi kalau pandemi? Pergerakan kita amat sangat terbatas.
Beruntung diri ini masih diberikan hidup, sandang, dan pangan yang cukup :’). Untuk menutup waktu kosong ya gini ini. Kadang ngikutin kegiatan pelatihan online, jual makanan, coba-coba hal yang bermafaat. Tapi serius. Tuhan Aku pingin Kerja :’). Maklum saya nguber 3,5 Tahun agar biaya nggak gede-gede amat (walaupun teteap gede si kalau diitung-itung, but at least kita udah bisa berhemat waktu juga). Setelah lulus rencananya pingin fokus bangun karir dulu. ningkatin skill dan ini itu. Pada saat usia yang memasuki fase Quarter Life Crisis (QLC) ini, bener-bener kalau kita nggak ngapa-ngapain kita seolah nyampah banget. Bahkan, kalaupun kita udah ngapa-ngapain, ini dan itu tetep aja kayak kita masih tergolong kurang berguna. Ekspektasi setelah lulus dan rasatanggung jawab emang benar-benar gede banget. Ke UWU-an? enggak kepikiran dulu :).
Duh gusti pinaringi sabar semangat !!!
1 note
·
View note
Photo









Negeri Gajah Putih - Krung Thep Maha Nakhon
Akhirnya punya pengalaman menginjakkan kaki ditanah orang :’)
Terimakasih kepada semuanya, bener-bener salah satu pengalaman yang paling TOP dah. Udah ditemenin jajan sana jajan sini, udah mau membimbing waktu dikelas, dan kelayapan edan bersama hahaha.
Kapan-kapan mau bikin cerita imajiner tentang negri gajah putih
0 notes
Photo




Surabaya - Yogyakarta
Awalnya diajak duo ini untuk mengikuti sayembara business plan. Nyangka? Enggak! Karena kita bertiga beda kampus dan tentunya lintas disiplin ilmu yang berbeda-beda. Tapi ini yang buat kita gembira. bisa keliling kota dan nginep dihotel gratis ngoahahaha. Terimakasih buat UNAIR dan UGM udah mau mengapresiasi ide-ide kita
0 notes
Text
Sego Bebek Cak Di
Duh mana udah sore (Kala itu pukul 5 sore). Baru juga selesai mata kuliah, pulang gk ya? Tapi, kalo pulang sekarang, harus siap-siap macet dari mulai keluar kampus sampai rumah.
Di Jemursari
Jam-jam kayak gini para pekerja udah mulai pada pulang dari kantor, dari tempat ketemu client, dari ngawasi proyek, pokoknya pada pulang semua. Kebayangkan modelnya kayak gimana tuh jalan. bisa-bisa dari jemursari ke cito butuh waktu 1 jam. Parah dah
Di Perempatan Gedangan
Apalagi disini. Makin mantap djiwa. udah masalahnya sama, ditambah truck segede gaban yang lalu lalang, daan luas jalannya yang kayaknya gk lebih lebar dari Jemursari deh. Ati-ati aja. jangan sampe pulang jam segitu atau siap-siap merasakan mandi sauna tapi dengan kepulan asap karbon monoksida
“He Nir, mampir nang UKM e selly ae. mengko bar isya mulih.”
Dan ya. itu ide yang brilian. Leyeh-leyeh aja dulu, numpang di ukmnya temen.biar kalo bersepeda waktu pulang juga nggak ngantuk.
Nyampe di UKM Paduan Suara, ternyata adalagi masalahnya. Perut mulai garang. minta dikasih jatah dia. Ok deh. Kita langsung meluncur buat beli makan di MCD (Marunge Cak Di. hahaha maksa bet dah). Ok kita pesen dua dan titipannya Selly, Ionna, dan Hane jadi kitabeli lima bungkus. Tapi yang perlu dan harus diketahui adalah porsi nasinya yang gk pakai aturan. udah kaya mau hajatan. banyak banget.

Hei. kita dalam kondisi lapar, habis kuliah, dan masih bersama teman-teman yang satu frekuensi So? makanan ini akan kita nobatkan makanan yang terenak pada satu waktu saat ini. Maksudku, makan, sambil ngobrol gak jelas dan tanpa perlu jaga manner, Oh ini yang terbaek.
Kenyang makan, Langsung otw ibadah maghrib. selesainya masih leyeh-leyeh lagi di masjid. Serius deh. Kalau kita amati lagi yang paling membuat merasa nikmat ya itu karena udah seharian kualih. 15 SKS dalam 1 waktu cuy. makanya kalau ada temen yang bisa sampai double degree itu otak terbuat dari apaa.
Setelah ibadah Isya kita pun pulang ke tempat yang disebut rumah. tentu rumah masing-masing.
Di Rumah?
Tidur lah boss. capek.
0 notes
Text
Petang Benderang
Dinginnya angin malam yang bertebaran di sekitar pipi, kemerlip bintang yang sendiri disertai bulan yang sayup, dan aroma pagi sebelum subuh.
"Srek-srek-srek” Begitulah bunyi langkah kakiku yang khidmat menemaniku dengan langkah penuh ragu. Ku tengok kanan dan kiri, hanya akan menemukan pintu yang tertutup rapat “Sudah lah, toh hanya satu pintu yang ingin kutuju” gumamku dalam hati.
Sesampainya di tempat tujuan segera ku ambil air wudhu. “Brrr-” Dinginnya pas sekali seperti hati yang risau dan lapar akan harapan dan keajaiban. Ini bukan pertamakali ku masuk ke rumah-Nya tetapi baru kali ini aku merasakan Anteng seperti ini.
Sesudah sholat dan menikmati duduk dalam kesendirianku mulai terlihat wajah-wajah yang sangat dekat dengan-Nya, wajah-wajah yang sekan memiliki samudra ilmu, wajah-wajah yang penuh syukur. Begitulah kuliat wajah-wajah yang sekan berkata bahwa hatinya telah di serakan kepada-Nya.
Tuhan, apakah aku Layak dalam tempat dan suasana yang amat agung seperti ini?
Dalam sepi dan sunyi, harapan terdengar dari lisan lirih namun, terasa ada gema yang meng-Aamiin-i dalam setiap rukuk dan sujud, gema yang hanya terdengar sangat jelas dihati.
Jika yang sedekat itu dengan-Nya. aku berharap dapat bermunajat kepadanya, Bagaimana caraku untuk memohon akan harapanku?
Le Aku mek nyekel 200 ewu, awakmu kepingin tuku celono anyar ta? (Nak, Aku (Ibu), Hanya memegang uang 200Rb, apa kamu ingin beli celana baru?
Ya, itulah ibu. Tak punya baju baru bukan masalah, Sekedar makan Tempe dan Tahu untuk berhemat pun tak masalah. Yang menyadi masalah (dalam benakknya) kalau anaknya tidak mendapat baju baru, celana baru, atau peci baru untuk hari raya. Aku ingat sekitar satu minggu sebelum takbir berbunyi ibu tercinta berucap seperti itu. DEG Seketika aku berhenti sejenak, kemudian tersenyum dan mengatakan “wes gk usah, gae opo se, wes gede kok atek tuku-tuku” (gk perlu bu, udah besar kok pakai beli-beli segala). Dalam pikiranku bukan masalah diriku tetapi apakah kami mampu memenuhi kebutuhan hari raya untuk 200Rb? untunglah ibu sudah mempersiapkan zakat, tetapi untuk makan, dan untuk biaya lain? bagaimana kalau ada anak kecil ninju (Semacam budaya saling memberikan baik makanan maupun hal lain sebelum hari raya) ? apa ndak nyangoni (kasih angpau)?
Dalam pikirku Jika aku bermohon kepadaNya pasi aku akan ditolongNya.
0 notes
Text
Tenang Tapi Jangan Hanya Diam
Tahun-tahun awal menjalani perkuliahan, saat masih terngiang masa-masa SMA yang masih tersisa di bagian dalam kepala. Saat itu aku ingin menciptakan memori yang sama. Ya. aku ingin melanjutkan mengulang kembali memori lama itu.
Di kegiatan perkuliahan mungkin aku butuh penyesuain. Maklum, bagiku awal-awal kuliah sangat bertolak belakang. Aku masih hafal rumus hidrolisis, hukum newton, dan integral daripada teori supply-demand, POAC (Salah Satu Prinsip Manajemen), atau Laporan Laba-Rugi. walaupun sekaran sudah kebalikannya. hehehe.
Aku berpikir untuk mengulangi lagi kegiatanku selama masa perkuliahan sama ketika SMA. akhirnya masuk deh hamba di UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam). Selain itu, faktor utama lainnya adalah hati nurani serta pikiranku yang mengatakan bahwa, lebih baik aku menyeimbangkan diri antara dunia dan akhirat. Maklum waktu itu masih “syok” yang semula cita-citanya ingin masuk ke yang berbau Sains malah masuk ke jurusan Ekonomi. Saat di UKKI bukan cuman kajian, tapi juga pengembangan diri, jadi kita juga diajari dasar-dasar organisasi dari mulai pengarsipan dokumen, persiapan audit, hingga public speaking dan leadership.
Yang paling penting pada organisasi adalah orang-orangnya. jika lingkungannya Pas maka kita dengan optimal menyerap dan berkembang. Intinya. menemukan circle yang baik akan membuat diri berkembang.
Kalau ditanya tahun pertama kuliah bagaimana? Serius, itu bener-bener perjuangan sekali. Tapi kalau kita sudah “klik” dan enjoy dengan ilmu baru yang ditekuni, lama-lama juga terbiasa atau mungkin malah jadi semakin seneng dengan ilmu baru ini.
0 notes
Text
Ilalang tidak bersanding dengan Padi, Sirih tak bertemu dengan Pinang.
Pertemuan bagai gurindam yang singkat namun dengan khidmat dan penuh makna. Seolah kisah ini akan menjadi sekejap langit jingga sore yang sementara. padahal seharusnya lama, tapi karena itu l-i-m-a (5) hari setiap minggu terasa cepat berlalu..
Aku berjalan dengan membawa bayangan tapak tilasmu. Sayanagnya, manusia tidak tercipta dari rajutan mimpi, dan bukan pula dari angin hampa masa lalu. Aku memilih untuk melirik daripada menatap. - Dan bodohnya, Aku menolak untuk menyerah. Bertemu - Mengenal - Tenggelam adalah t-i-g-a (3) stanza yang aku buat sendiri
Tetapi ilalang tercabut karena padi, maka sirih tak akan bertemu dengan pinang. Aku menyudahi kebodohanku, karena masih lama apa yang harus kuukir dalam hidupku - dan bukan harapan yang berjumlah n-o-l (0). Aku tidur dengan bertilam angan-angan dan berselimut rindu. - “Maka aku delarasikan bahwa aku sudah terbangun”
1 note
·
View note
Text
BerJalan
Aku bertanya tentang “sedang apa”. Pada bahu sungai ini aku berjalan kearah merah senja ditemani aliran sungai yang seragam dengan arahku. Aku berjalan dengan berzikir harapan, memegang zimat kenangan untuk mengusir keraguan. Sesaat kemudian kereta melintas berlawanan arah, berhembus kencang kearah jejak awalku, secepat waktu yang aku lalui.
Ini bukan tentang sesuatu yang aku sesali, atau tentang aku harus berubah tapi aku berpikir tentang seuatu yang lebih besar, majemuk, namun tetap satu hasil. Aku pernah berpikir ingin seperti saat itu dan harus, hingga sampai saat itu menjadi seperti saat itu maka aku. Berlari tapi juga Berjalan.
“Sampai kuraih Senjaku sendiri tanpa melawan takdirku”
1 note
·
View note
Text
Mari Belajar Membaca

Sastra bukanlah sebuah mata pelajaran yang cukup dikenal di Indonesia; setidaknya itulah kesan yang saya miliki saat ini melalui pengalaman pribadi, dan juga teman-teman saya, yang bersekolah di Indonesia. Ketika saya masih bersekolah di Indonesia, pelajaran Bahasa Indonesia yang saya terima jauh lebih mementingkan aspek menulis dibandingkan membaca.
Keep reading
11 notes
·
View notes
Text
Hamparan 2

“Aku Menyukai arah mata angin ini, mata angin yang telah dipilih-Nya untukku walaupun aku belum mengerti tujuan dan maknanya”
Aku sayup-sayup turun dari motorku, sejenak kulepaskan jas hujan yang sudah kupakai. Suara gemericik air hujan terdengar sendu diantara atap kampus. Aku terus menapakkan kaki dan berjalan di lorong kampus menuju kantin, kemudian pikiranku kembali menukik tajam. Bukan kali ini saja terjadi aku berpikir Kenapa?, Bagaimana?, Apa yang akan terjadi?. Aku bertanya dengan mamaksa pada diriku sendiri, mencoba untuk membuat memaksa diriku mencari sesuatu yang belum ditemukan itu.
0 notes
Text
Hamparan 1
"Kegagalan adalah Ibu dari keberhasilan" -Komiya Chihiro.
Dari waktu yang telah dilampaui dan masih berada dalam angin takdir yang berantakan, hingga sampai saat ini. Aku sayup-sayup menutup mata di tengah padang rumput. Tubuhku terlentang sembari melihat jagad langit yang kebiruan. Bait-bait himne dari sang angin pun dinyanyikan oleh ialalang dan aku bersiul mengikuti iramanya. Dalam pikiranku aku melalang buana mencari cara agar menjadi seseorang yang sedang impikan.
Tak ada seorangpun di sini. Kelopak mataku merayuku untuk menutup tetapi pikiranku dengan sabar menghadapinya. Tubuhku mulai yang ringan enggan memikirkan lagi masalalu, enggan memikirkan apa yang sekarang terjadi, dan enggan untuk mencari tujuan lagi.
0 notes
Text
Hilir dari Sepi
Mereka ingin kita bernyanyi saat seseorang dari kita berdegup kencang ketika bertengger ragu di simpang jalan.
Ketika kau menoleh untuk pertama kali, aku melihat kuncup daun yang bersemi, tetapi sayang dahannya terlalu tinggi. Aku juga ingin berucap tanpa aksara, Hanya saja bagaimana caranya? Ada bakti yang belum kubalas, walapun aku ingin menggandeng tanganmu seraya pergi saat kita sedikit lebih dewasa. Kumohon, ada bakti dulu yang harus ku balas. Hingga saat itu tiba kuingin menatap bayangan kuncup daun itu di matamu.
Diantara jeda keinginan dan kewajiban yang kian membisu ini, cukup waktu yang beriak seperti soda yang tumpah. Saat jeda pula aku berpikir tentang jawaban agar aku tegak menjadi diriku sendiri, tetapi jika aku memiih sebuah diriku yang baru kuyakin langit tidak berbeda, melainkan sama biru seperti kita bertemu.
“Karenanya, aku berpikir akan ada penyesalan di setiap pilihan.”
0 notes
Text
Maple Merah
Di mimpi yang dingin, bulan mengucap sumpah. Di dunia yang hampa kata, kita berikrar tentang cinta. Dengan tubuh penuh luka apakah bibirku dapat sekalilagi menggapaimu? Tahukah? dimasa lalupun sama, saat ku rasa keindahan itu tak ada. Kemuadian aku bertanya, Apakah esok kita akan tetap melihat langit yang sama?
Ucap seorang gadis berparas ayu yang sedang duduk di bawah pohon maple dengan dikepun oleh guguran dedaunan merahnya.
Jika ada sesuatu yang menjaga gunung ini,Ya! itulah aku, seekor Rubah penjaga gunung, itulah takdir kupikul. Sepetiseharusnya, tugasku yang sederhana untuk berkeliling, menjaga dan merawat gunung besar ini saat kemudian aku melihat wanita cantik yang membunyikan puisinya
“Hai Rubah Putih, mau mendengarkan ceritaku?” Tanya gadis berparas ayu tersebut.
“Aku akan dengarkan!” jawabku.
“Suatu ketika seekor kijang dan kelinci bertemu dengan harimau yang lapar. Tentusaja seperti yang kamu pikir, harimau itu memilih memakan kijang yang lebih besar. tetapi sebelum dimakan kijang mengatakan banyak hal, seperti “Kenapa aku yang diincar? aku juga tidak ingin menjadi kijang jika bisa memilih.” Tetapi suara harimau lebih nyaring lagi “Siapa yang ingin menjadi harimau? yang dapat hidup hanya dengan membunuh? lantas jika hanya bisa membunuh apakah aku harus mati sambil menahan kelaparan?”. sang kelinci melarikan diri saat Harimau memakan kijang karena dia tahu apa akibatnya jika dia ikut mengganggu.” Cerita gadis tersebut. “Menurutmu yang mana yang benar dan yang mana yang salah?” lanjut wanita itu menanyaiku.
“Tidak ada yang benar mapun salah, itu semua sudah seharusnya.” Tanggapku
“Bagaimana jika mereka adalah manusia?” Lanjutnya
“Bukankah aku bukan hal tersebut?” jawabku lagi “Apakah cerita itu berhubungan denganmu? legipula mengapa menusia seperti Anda disini”
“Mungkin, Menunggu seseorang” jawab gadis tersebut.
“Seseorang? Sudah berapa lama?” lanjutku
“Entahlah, semenjak Pohon Maple ini tidak pernah berhenti berguguran” sahut gadis tersebut. “Mau membantuku sekali lagi Rubah?”
“Akan kucoba” Kataku
“Aku menunggu seseorang sudah lama sekali bahkan aku tak ingat kapan tepatnya aku memulai, aneh bukan? Tapi aku terus percaya dia akan menepati janjinya. “Aku akan menemuimu lagi disini” begitulah kata terakhir yang aku ingat tepat sehari sebelum ia berangkat berperang” Cerita sang gadis tersebut.
“Bagaimana bunyi Sumpah kalian?” tanyaku
Sampai di dalam kesedihan yang melebihi rasa sakit. Walau kita berpelukan hingga batas akhir, yang kau temukan hanya rasa sakit. Kita tak akan menjadi satu. Jadi kumohonkan kepadanya untuk mengikat kami berdua. Kita tak akan bermimpi lagi, seraya kebingungan kita akan bergandengan menuju fajar yang kejam. Janji kita pasti di suatu waktu, pada suatu saat, bersembunyi di balik malam yang lirih.
“Begitulah bunyinya sembari jari kelingkin kami bersatu dan bibirku menggapai bibirnya.” ujar gadis itu
“Aku mengerti, kalau begitu teruslah percaya, besok akan kubawa kabar tentang lelaki yang kau tunggu itu” ucapku sembari meninggalkan gadis itu.
Sesuai dengan janjiku sebagai sang rubah tersebut menemui kembali gadis itu keesokan harinya. Ditempat yang sama dan suasana yang sama, Pohon Maple itu terus berguguran.
***
Gadis itu bernama Suvia berasal dari garis keturunan langsung wangsa yang menguasai Kerajaan Luca, Ya, dia adalah Sang Putri.
Pada saat sedang berjalan sendiri di gunung ia bertemu dengan Rem, kesatria gagal yang menangis sendirian. Entah apakah hal tersebut merupakan suatu kebetulan ataukah memang sebuah benang merah kuat tipis yang bernama “takdir”, namun dari pertemuan tersebutlah dunia mereka berubah.
Sepeti cerita fiksi yang sekali-sekali jarang terjadi, Sang Putri tak pernah menyerah memberikan semangat kepada Rem sang kesatria gagal hingga bisa memperoleh kembali harapan dan akhirnya menjadi Kesatria Biasa yang siap untuk dikorbankan berperang. Dan lebih parahnya mereka memiliki ikatan tanpa mereka sadari.
***
“Aku membawa kabar baik dan buruk mana yang kau pilih dahulu?” Tanyaku.
“Aku suka cerita dengan akhir bahagia” Jawab lugu gadis tersebut.
“Apa kamu akan percaya jika aku mengatakan sebenarnya kamu sudah tidak ada!” Tegas sang rubah
“Mungkin” Timbal gadis tersebut. “Bolehkah aku mendengar beritanya sekarang?”
“Suvia., Mungkin atau mungkin aku harus memanggil Tuan Putri, Anda menunggu sesorang selama lebih dari 200 tahun, dan tidak mungkin manusia masih hidup dalam waktu tersebut dengan wajah terlihat cantik. Anda sudah tidak ada sejak lama, begitu pula dengan orang yang kamu tunggu Tuan Rem telah gugur saat di medan perang” Ungkap sang rubah.
“hhh (menghela nafas) Begitu rupanya, tapi meski begitu aku tetap ingin menunggu” Sahut gadis tersebut. “Lalu apa kabar baik yang kau bawa kepadaku?”
Sang Rubah menjawab “Tuan Rem mungkin gagal sebagai kesatria dalam hal kekuatan, tetapi untuk etika, beliau sangat menghormati sifat kesatria. yaa untuk alasan tertentu Tuan Rem memohon agar segera dilahirkan kembali bukan dalam bentuk manusia namun Sebuah Pohon ”.
“Begitu ya, ternyata kamu sudah menepati janjimu selama ini” Bisik Sang Putri dengan haru sembari menengok Pohon Maple yang sudah lama menaunginya.
Bunga lili hujan di hutan, sendiri memanggul keheningan. Tersekap ia diantara lirihnya malam.
Walau setiap saat melihat bulan merah yang kejam, Mendengar celotehan serigala yang tak berarti, Dan tersayat oleh akar berduri yang mengaku suci. Tak goyah dan dengan lantang ia tetap berdiri.
Saat keyakinan lebih kuat dari tekad, Ikrar bukan sekedar cinta. kesetiaan cinta yang agung dipertahankannya.
(Tamat)
0 notes
Text
Bulan Maret yang Semu
Mungkin saat bulan ini bulan yang paling semu dalam beberapa tahun terakhir. Dimana seakan wawasan menghancurkan cita-cita. Terasa ganjil memang, tatapi itu yang sedang saya rasakan.
Bulan ini seakan Renjana berubah menjadi angan, dan impian harus segera dibangunkan. Syukur, meskipun dilanda pilu namun Tuhan memberi hiburan hangatnya persahabatan walaupun hanya sekejap dan berasa senyap namun cukup sebagai pemompa samangat yang sudah kendor.
Awal dari bulan ini memang hilangnya kepercayaan. Sudah hampir dua tahun saya bangun, namun saya tidak tahu apa yang membuat saya menghancurkannya. Saya menyesal tatapi sekaligus puas dengan apa yang saya kerjakan. Lain dari itu biarkan mereka yang berkomentar. Berbagai macam krisis sedang saya hadapi di bulan ini. Krisis kepercayaan, krisis moral, krisis hati, krisis realigi, bahkan krisis keuanganpun seakan ngintil dibelakang saya.

Tapi bulan ini juga istimewa, saya mulai mendengar simfoni dari balik hujan, Suara hujan layaknya musih klasik yang anteng. Bahkan bunyi minyak goreng ibu saat memasak seakan gemericik lembut ditelinga. Bukan hanya sampai disitu bulan ini juga saya habiskan dengan menikmati suasana malam layaknya kue bolu yang harum, ataupun menikmati Rembulan layakna pancake dengan madu yang amat manis, pun juga dengan pagi dan senja, saya laksana ingin lari sampai penat dengan tawa dan warna.
Tuhan seakan ingin mengajari saya berbagai hal dalam bulan ini. Semua ditumpuk Mak Brek menjadi satu pada bulan ini. Cara Tuhan memang tak sepenuhnya saya megerti namun saya yakin sesuatu yang berawal baik, dan untuk baik pasti menghasilkan kebaikan pada akhirnya.

Bulan ini saya seakan merasakan “Libur” tapi yang sebenar-benarnya libur. Saya sejenak berhenti memanggul amanah, sejenak untuk tidak membaca buku, sejanak untuk meluruskan kaki dan menyandarkan punggung, bahkan sejenak untuk tidak menulis. Memang pada awalnya saya ragu, tapi akhirnya saya mencoba ke lingkaran nyaman dan membuang segala beban. Saya seakan sudah tidak peduli dengan apapun yang sudah di pundak saya. Saya juga tidak peduli rasa kecewa saya, rasa tanggung jawab, dan rasa-rasa yang lain yang dalam hal ini tidak ada hubungan dengan saya. Meskipun di mata orang, saya Egois karena pergi tampa berpamit.
Saya menghabiskan waktu saya untuk berpikir dan mencoba mengerti. Apa yang saya sudah lakukan 17 tahun saya hidup?, Apa yang mereka pikirkan/inginkan dari saya?, intinya Saya tiba-tiba mengalami ledakan untuk berpikir tapi bukan angka maupun logika namun berpikir memahami diri saya sendiri, lingkungan, dan rekan-rekan saya sendiri.
Memng benar ada pendapat “buat apa memikirkan orang lain jika mereka tidak memikirkkan kita?”. Tetapi menurut saya dari orang lain kita bisa belajar, karena bisa jadi orang lain dalah cerminan dari sikap kita selama ini.
Namun ketika saya berpikir terlalu keras hingga hampir penat tiba-tiba Tuhan membalikkan hati saya menjadi tenang dan menawan. Bisanaya keadaan demikian saya alami senja atau saat pagi sebelum waktu Subuh dikumandangkan. Mungkin ini cara Tuhan menunjukan pada saya bahwa keindahan akan datang selama kita masih percaya. Hidup manusia itu singkat saking singkatnya hati mereka bisa berubah kapanpun bahkan sebelum mereka melangkah untuk untuk tujuannya.
Lebih dari itu Tuhan juga menunjukan apa itu rasa Syukur, rasa Kufur, dan rasa-rasa yang lain. Seakan saya telah memperlajari syukur bukan berati lisan berbunyi “Alhamdulillah” tetapi hati yang juga mera puas akan karunianya.
Munkin saya sok tahu tentang apa yang sudah saya alami dan akhirnya memutuskan untuk menyimpulkn sesuatu secara sepihak. Tapi saya yakin, Tuhan pasti memberikan suatu pembelajaran, dan daharapan. Agar hambanya mampu berdiri dan melangkah dengan kaki yang sudah diberikannya.
Ingin dalam bulan maret ini saya ceritakan dengan kata namun tidak bisa, terlalu banyak utuk diucapkan. Ingin juga bulan ini saya ungkap dengan tulisan tetapi agaknya tidak cukup bisa untuk menggambarkan semunya bulan ini. Bahkan semerdunya suara dan semanis makanan yang pernah saya coba seakan kalah dengan semunya di bukan maret ini. Semoga saja saya sudah dapat menyampaikan gambaran itu pada tulisan sederhana ini meskipun itu tidak cukup, setidaknya mampu mengingatkan saya suatu saat kelak akan bulan maret ini.
Dalam bulan ini ku ukir lembut kenangan lara dan kecewa, ku dekap mesra kenangan rindu, dan ku tuai ringan beban dipundak, Dan ku tulis dengan syahdu lembaran baruku.
0 notes