Text
Kepada diriku di 15 Juni,
Jangan hanya percaya, tapi tolong tanamkan dalam diri kalau ucapan ataupun ketikan bisa menjadi doa. Di tengah bulan, dengan beraninya kau bilang akan ada badai di bulan Juni.
Sekarang, tepat 30 Juni jam 9 malam, bisa ku konfirmasi badai benar terjadi. BADAAI!! dengan petir dan angin ributnya yang super ribut. Sialnya ini terjadi benar-benar sejak tengah bulan hingga akhir Juni.
Kasihan sisi lembut mu itu porak-poranda, hingga mengeras jadi batu demi melindungi dirinya sendiri.
Mari kita katakan hal-hal baik saja di bulan Juli. Bulan Juli akan cerah sekali dengan angin dingin yang menyejukkan. Bulan Juli akan sangat indah, penuh bunga-bunga merah jambu yang ku harap bisa dipetik satu saja. Rumput basah embun pagi, berjalan tanpa alas kaki. Banyak tawa, banyak canda, banyak hati yang terbuka lebar. Malam di bulan Juli akan purnama selama 31 hari.
AAMIIN
1 note
·
View note
Text
Jika memang mungkin, ku harap kita kembali bertemu di persimpangan berikutnya, berjalan ke arah yang sama, sebelum akhirnya berpisah tanpa berpencar.
Yang Terbangun dari Tidurnya
Rasa yang bersisa Terasa samar-samar Tak teraba jelas besarannya Namun kurasa Masih ada yang diam di sana
Entah apa atau siapa Sosok yang kulihat di sana Jika kudekati Aku takut jatuh lebih dalam lagi Jika kuabaikan kembali Nanti, bisa jadi memanggil-manggilku lagi Ada yang membangunkan dia rupanya Semula, dia sudah tenang tak bersuara Kukunci rapat di kamarnya Sudut tersembunyi dari sebuah tempat Yang kusebut, kotak pandora
Keputusanku masih sama Kan kuanggap ia masih di sana Walau tanpa upaya lebih menyambutnya Tapi diamku kini, juga sebuah usaha
Kuharap Tuhan merestui langkah ini Jika memang benang merah kita saling bertautan Kuyakin, akan ada masa kita didekatkan kembali
------ Di TJ UI-Lebak Bulus November 2024
2 notes
·
View notes
Text
Gak semua orang bisa bersikap bodo amat. Buat sebagian orang, itu adalah skill penyelamat hidup yang butuh waktu untuk mempelajarinya.
Maksud dari bodo amat kali ini, lebih ke kondisi ketika orang lain mempertanyakan tujuan kita melakukan sesuatu. Kayak misalnya, ada orang yang kalau bikin kopi sachet diaduk pakai bungkus kopinya yang sudah dilipat-lipat. Buat sebagian orang itu aneh, buat sebagian lain itu biasa. Kemudian akan timbul pertanyaan, "kok ngaduknya pake bungkus kopi? Kan jorok."
Untuk yang tak bisa bersikap bodo amat, mungkin ia akan terkejut dan memikirkan perkataan itu dalam-dalam. Dia akan mencari jawaban yang masuk akal agar tindakannya dapat diterima orang lain.
Namun untuk beberapa orang, itu hal yang bisa dengan mudah dijawab.
"Gak apa-apa, emang mau aja," kemudian dilanjutkan dengan, "suka-suka dong."
Itu adalah gabungan kalimat yang luar biasa. Kok dia gak takut orang lain mikir macem-macem? Kok dia cuek banget? Kok dia gak keganggu dengan celetukan ngeselin dari orang lain?
Ilmu ini ku pelajari saat kuliah, and it changed my life completely.
"kenapa kamu bawa botol kecap ke kantor?" tanya seseorang.
"gak apa-apa. Mau aja," adalah jawaban paling singkat, paling sederhana, dan paling tidak berlebihan.
Orang gak perlu tau alasan sebenarnya kamu bawa botol kecap ke kantor. Ada yang mikir, mungkin karena dia suka kecap, mungkin ada juga yang mikir kecap itu adalah merk yang dia suka jadi dibawa ke kantor. Mereka gak perlu tau, yang mereka perlu tau adalah sekarang sudah ada botol kecap di sini. Mau bagi? Silakan. Gak mau, yaudah. Botol kecap ini tidak mengganggu hidupmu, kenapa kamu perlu tau alasan mendasar dari keberadaannya?
Hidup jadi lebih ringan, gak perlu banyak alasan karena kadang kita emang melakukan sesuatu karena mau aja. Kalau harus dijelaskan 'kenapa', malah jadi bingung.
0 notes
Text

✨🌿✨🌿✨🌿
For more art by me follow my insta
https://www.instagram.com/banshi.puppy
2K notes
·
View notes
Text
Walaupun tipe kepribadian nya sama, belum tentu hasilnya menjadi pribadi dengan watak yang sama. Tetap ada pengaruh dari lingkungan dan cara diri bereaksi pada berbagai hal. Sebenernya, bisa saja perbedaannya hanya berawal dari fakta bahwa kamu lelaki dan aku wanita.
Ada hak istimewa yang hanya dimiliki oleh wanita.
Mereka bebas mencurahkan rasa, bebas menangis, bebas marah, dan terbiasa untuk mengakses hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan mental. Kamu boleh manangis karena kamu wanita. Kamu boleh marah karena kamu wanita. Kamu boleh menjadi lemah karena kamu wanita.
Sedangkan bagi para lelaki, mereka tidak punya kesempatan untuk menunjukkan kelemahannya. Tidak pada orang tua nya, temannya, kekasihnya, tidak pada siapapun. Seringkali mereka memendam perasaannya rapat-rapat. Rasa hanya untuk wanita, lelaki hanya fokus pada logika. Efeknya, mereka yang secara alamiah fokus ke rasa akan menekan seluruh rasa nya rapat-rapat.
Jika wanita sedih atau marah, mereka tau harus melakukan apa. Makan pedas, bercerita dengan derai air mata, atau sambil mengepal-kepal squishy karena emosi.
Bagaimana dengan lelaki? Bercerita hanya akan membuat mereka terlihat lemah. Menangis juga sama. Mereka bisa melampiaskannya dengan amarah, tapi tak semua orang punya kemampuan untuk marah-marah. Ada juga yang marah sedikit, pusing kepalanya.
Masih banyak yang tak tau kalau emosi perlu divalidasi dan direduksi. Sadar kalau diri ini sedang sedih, sadar kalau diri ini sedang marah, lalu dikeluarkan dengan cara yang baik. Mungkin dengan makan pedas, atau makan sesuatu yang berkuah hangat, atau dengan menuliskan segalanya, atau dengan merobek-robek kertas, atau cara-cara lain yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Lelaki juga boleh menangis. Mereka yang menangis bukan lemah, mereka kuat karena berani menghadapi emosinya sendiri.
1 note
·
View note
Text
Saat itu awan kelabu menggelayut di angkasa. Hujan enggan, pergi tak mau. Suasana kantor juga terasa lebih temaram, dengan lampu yang terasa sedikit lebih cerah karena sekitarnya lebih gelap.
Seorang rekan kerja dari divisi lain tiba-tiba menghampiri meja kerjaku. Aku jarang bicara dengannya kalau bukan soal pekerjaan, jadi kali ini kerjaan apa lagi yang akan dia bawa.
"Nih, parfum sayur sesuai permintaan mu," katanya sambil memberikan sebuah kotak besar.
"hah? Ada?"
"Coba aja dulu, kalo ada yang kurang kabarin aja nanti ku bilang ke yang racik."
Kemudian ia pergi kembali ke tempatnya.
Memangnya ada parfum aroma sayur? Lagipula, memangnya aku minta?
Apa karena sayembara waktu itu ya? Saat kantorku tiba-tiba ingin memroduksi parfum edisi terbatas, padahal aku kerja di pabrik piring. Setiap yang ingin ikut sayembara harus menuliskan nama aroma beserta deskripsinya.
Saat itu, aku memang ingin membuat sesuatu yang tak biasa, dan kalau bisa yang tidak akan lolos karena tahap selanjutnya pasti akan merepotkan. Jika aroma buah dan makanan penutup sudah biasa, pasti tidak akan ada yang mau beli parfum aroma sayur kan? Lagipula, siapa yang mau tubuhnya bau bayam?
Singkat cerita, aku tidak lolos, tapi manusia ini tiba-tiba membawa kotak berisi empat botol kecil parfum dengan cairan berwarna gradasi hijau.
Bau sayur ya? Mungkin bisa ku tebak dulu tanpa melihat label nama nya.
Ku semprotkan parfum pertama ke selembar kertas. Ku kipas agar alkoholnya segera menguap, lalu ku hirup aromanya.
Ini seperti.. seperti.. aroma sawi, tapi samar.
Aku tertawa. Ini benar sawi! Walaupun rasanya seperti mencium aroma sawi di dapur dari ruang keluarga, aromanya tipis sekali.
Ku lakukan hal yang sama pada parfum kedua, ketiga, dan keempat.
Kalau saja semua parfum ini beraroma kuat, mungkin aku akan suka yang aroma daun kemangi.
Ku bungkus lagi semua parfum itu, ku kembalikan ke orang yang memberinya.
"Aromanya tipis banget," kataku.
"Tapi ada aroma sayurnya?" tanya dia.
"Ada, tapi tipis. Lebih kecium aroma dasar alkoholnya."
"nanti dibilangin deh ke yang racik."
"oke, terima kasih," kataku membalikkan badan akan kembali ke tempatku.
"tunggu," panggilnya.
Aku menoleh kembali ke arahnya. Apa ada yang ketinggalan?
"jasa racik parfum 15rb ya," katanya.
Loh? Bayar?
Aku ingin protes, tapi mengingat potensi dari aroma kemangi membuatku dengan sukarela membayar.
"bayarnya kapan? Sekarang atau nanti aja kalo udah jadi?"
"nanti aja, di akhir."
Kemudian aku kembali ke mejaku, sambil menghirup aroma yang tertinggal di kertas-kertas kecil tadi.
0 notes
Text
MBTI akan berubah sesuai dengan lingkungan mu saat tes diambil.
Sebenarnya masuk akal kalau MBTI selalu berubah, karena manusia juga pasti berubah. Pemikiran anak kecil dan orang dewasa pasti akan berbeda, tergantung dari apa saja yang sudah mereka lalui, jadi pasti MBTI nya akan berubah.
Ku akui, saat kecil aku adalah orang menyebalkan yang gak punya hati. Terlalu ambisius, selalu ingin tau cara orang lain menyelesaikan soal dan selalu membandingkannya dengan caraku, bingung melihat orang lain berpelukan sambil menangis. Kenapa orang yang menangis harus dipeluk? Memangnya pelukan bisa mengurangi rasa sedih?
Tumbuh tanpa emosi, aku merasa tidak normal. Ku putuskan untuk mempelajari emosi dari orang lain. Kapan saat yang tepat untuk menangis, kapan saat yang tepat untuk marah, kenapa orang bisa saling membenci, kenapa orang-orang sulit meminta maaf, dan lain-lain.
Sepertinya saat itu aku INTP. Sebenernya saat itu aku punya hati, tapi gak peduli dengan rasa, dan malah mengamati orang lain, orang-orang normal, untuk mempelajari arti rasa.
Selama sekolah, sejak SD hingga SMA, keberadaan T dan F muncul saling bergantian. Kalau dites, posisinya selalu di tengah, hanya beda 2% antara T dan F. Aku selalu merasa menjadi amfibi saat itu. Merasa fleksibel, dan bangga karena bisa mengedepankan logika atau rasa tergantung situasinya.
Masuk usia dewasa muda, rasa semakin dominan. Tenggelam dalam dunia sendiri, mudah menyerap emosi orang lain, imajinasi tumpah ruah. Sepertinya di masa ini, banyak sekali karya yang ku buat untuk menampung imajinasi yang muncul tak henti-henti. Beberapa tahun konsisten menjadi INFP adalah masa-masa paling membahagiakan dengan beberapa bumbu-bumbu khas yang cukup memusingkan. Kecemasan bakar rasa rumput laut, sedih tanpa sebab dengan kuah kaldu, nikmat semua pokoknya.
Sejak duduk di bangku sekolah, aku benci INFJ. Bukan benci orangnya, hanya saja setiap membaca tentang INFJ, rasanya capek. Selalu mengedepankan orang lain, sering lupa dengan dirinya sendiri, mudah menyerap emosi, aku bersyukur hidup dengan huruf belakang P dan hanya bertukar T dan F saja.
Lalu sekarang, aku lah si INFJ itu.
Dunia kerja berhasil mengubah huruf belakangku dari sosok yang tenggelam dalam dunianya, menjadi sosok yang lebih mementingkan rasa orang-orang di sekitarnya.
Padahal sejak kenal MBTI, rasanya ingin sekali jadi sosok INTP. Aku mau jadi profesor, atau jadi peneliti, atau jadi apapun yang butuh eksplorasi dalam menyelesaikannya, dan INTP adalah yang paling cocok.
Saat ini, sebagai INFJ, aku bekerja di bidang yang cocok untuk INTP. Lucu kan? Tumbuh menjadi pribadi yang paling ingin ku jauhi, tapi bekerja di tempat yang cocok untuk pribadi yang ku kagumi. Hasilnya, aku adalah satu-satunya manusia penuh rasa di lingkungan yang penuh logika.
Beberapa kali merasa perlu introspeksi diri, ingin sekali menyebar angket agar tau apakah yang ku lakukan selama ini sudah benar, tapi salah satu temanku bilang, "gak usah, kamu ya kamu. Apa yang kamu lakuin sejauh ini masuk akal kok, jadi gak usah merasa minder atau insecure."
Dia adalah seorang T. Kata-katanya mengingatkan ku kalau T lebih suka membicarakan logika dan tidak terlalu memusingkan rasa. Jadi, ku tekan semua rasa takut dan cemas yang ku rasakan dalam-dalam, karena aku yakin, mereka, para T yang ada di sekitarku, tidak peduli. Yang penting aku kerja dengan baik, saling bertukar ide, cukup.
0 notes
Text
Baru banget selesai nonton Hometown Cha Cha Cha karena denger katanya Abang Du-sik baca Walden, sebuah buku berisi catatan orang gila yang rela pindah ke desa untuk mencari ketenangan.
Awalnya seru, liat Du-Sik yang punya banyak lisensi, Hye-Jin yang culture shock sama kehidupan di desa, lama-lama curiga ada apa ini kok Du-sik bisa punya banyak lisensi?
Buku, komik, film, hidup, mengajarkanku untuk mempertanyakan pemantik dari perilaku manusia. Termasuk keanehannya Du-sik yang punya banyak lisensi, diikuti dengan fakta bahwa dia hidup sendiri sejak kecil setelah kakeknya meninggal.
Orang yang kesepian cenderung sangat cerdas dalam banyak hal, dan melakukan banyak kegiatan untuk mengisi kesendiriannya.
Tapi mari kita singkirkan dugaan itu, mungkin aku hanya terlalu sensitif.
Lalu kemudian muncul adegan Du-sik kebangun tengah malam karena mimpi buruk, ada tangan-tangan penuh darah di mimpinya. Ia bangun, tubuhnya bergetar, sampai minum obat.
.... ah, sial.
Apakah dia yang kesepian, merasa orang-orang terdekatnya selalu pergi dari sisinya? Apa dia takut menambah jumlah orang yang dia kasihi, karena takut mereka akan pergi pada akhirnya?
Sampai sini aku hanya berspekulasi. Belum tentu benar, dan semoga saja gak benar, karena kalau benar akan jadi pemantik untukku, dan aku gak siap.
Sialnya, sebagian tebakanku benar, dengan intensitas yang lebih ekstrem. Orang-orang terdekatnya meninggal, dan keberadaannya menjadi pemantik insiden-insiden itu. Dia pun merasa semua yang terjadi adalah salahnya. Padahal semua terjadi karena faktor lain, yang kebetulan ada dia di dalamnya.
Sampai episode 9, aku berhenti nonton beberapa waktu. Trauma Du-sik berhasil memantikku cukup dalam. Butuh waktu untuk menentukan mau lanjut dengan kemungkinan munculnya pemantik-pemantik lain, atau berhenti demi keselamatan diri.
"Dengan kondisi begini, aku gak boleh berhenti di tengah. Aku harus lihat akhirnya," kata si bodoh ini.
Selama nonton lanjutannya, entah kenapa hati gak tenang, pikiran tak fokus, tetap tertawa tapi terasa ada yang mengganjal. Ada tumpukan benang kusut milik Du-sik yang menunggu untuk diurai.
Sampai di episode sekian, aku lupa episode berapa, akhirnya mulai terlihat pusat simpulnya.
Rasa bersalah, omelan kepada diri sendiri di dalam kepala, ditambah rutukan orang-orang di sekitar yang seakan memvalidasi rasa bersalahnya. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali, terjadi sejak ia kecil sampai dewasa. Setelah bertahun-tahun dikumpulkan, Du-sik pun jatuh.
Aku mulai menyesal menontonnya. Harusnya buku Walden aja yang ku kepo-in, kenapa harus sampai penasaran sama kehidupan di kampung Gongjin? Mungkin saat itu aku berharap bisa membayangkan isi bukunya tanpa perlu membacanya, karena bukunya berbahasa inggris klasik dan aku gak tau buku terjemahannya akan aneh atau nggak.
Pada akhirnya, orang gila bisa mendeteksi sesamanya.
Ku harap gak ada lagi orang di sekitarku yang pernah merasakan dunia lain yang satu itu. Dunia itu sangat gelap, lembab, dan sialnya punya gravitasinya sendiri. Dunia itu membawa candu baru, berisi kekosongan dan menumpuk awan hitam di belakang kepala. Orang yang pernah ke sana akan mudah untuk balik lagi ke sana, padahal sekali masuk akan sulit untuk keluar. Tanpa sadar, sebagian orang menganggap dunia ini sebagai tempat pelarian, padahal itu hanya akan jadi penjara baru.
Waktu menyembuhkan luka, tapi tidak menghilangkannya.
Padahal hanya nonton beberapa hari, tapi efek di kehidupanku buanyak banget, termasuk mempertanyakan dan mengonfirmasi beberapa hal dalam hidup.
Ahelah,
capek banget nonton doang.
2 notes
·
View notes
Text
Katanya waktu menyembuhkan segala luka. Ya, memang, luka itu sembuh dan tak sakit lagi, namun ia berbekas. Awalnya kering dan besar, memudar, memudar, memudar, kini hanya tinggal setitik warna kulit yang lebih gelap, atau benjolan kecil yang tak mengganggu.
Waktu menyembuhkan luka, bukan menghilangkan luka.
Ia tak membuat hubungan canggung dua orang sahabat karib kembali erat seperti dulu. Ia hanya membuat keduanya berspekulasi dengan pikirannya masing-masing, lalu membulat menjadi satu simpulan, sebelum akhirnya memantapkan diri untuk berjalan saling berlawanan arah.
Waktu tak menghilangkan luka, ia hanya membuat bekas luka menjadi hal yang terasa normal dan tak mengganggu.
Menyadari luka yang tak hilang oleh waktu, sama dengan menyadari masa lalu tak akan pernah kembali. Sedikit perubahan akan selalu meninggalkan bekas, tak akan bisa seutuhnya kembali.
0 notes
Text
Siapa suruh kerja sambil denger YouTube hah? Siapa suruh?
Siapa suruh tiba2 cari audiobook Supernova?
Emang gak dapet sih, ada satu tapi pake suara mbak Google, kek robot gak enak.
Tapi lalu kemudian gua menemukan QnA setelah dia launching Intelegensi Embun Pagi daann..
duuuaarrrr!!
senyum2 sendiri di kantor wkwkwkkwk
Siaapaaa suruuuhhh haah?? siapaaa????
Gak nyangka ternyata series Supernova masih bisa bikin senyum2 sendiri setelah tamat beberapa tahun lalu. Kangennn tapi gak mungkin baca ulang karena sangat banyak dan Alhamdulillah mulai punya keterbatasan waktu :)
Apa gua bikin aja hari khusus membaca? Wkwk
Gak tau sih, masih banyak ego yang minta dipuaskan, termasuk pergi dan ngobrol bersama orang lain. Walaupun gua introvert, tapi ngobrol dengan orang yang tepat bisa bikin energi sosial naik :)
dan tau gak, ternyata tokoh kesukaan Dee Lestari sama kayak tokoh kesukaan kuuu, Alfa!
Gak tau kenapa, gak tau. Gua lupa gimana cerita dia. Hanya ingat beberapa aja, kayak misalnya dia gak bisa tidur bertahun-tahun, lalu mimpi dicekik orang ternyata dia dicekik diri sendiri. Gua lupa alasan suka tokoh Alfa, tapi gua gak keberatan untuk baca buku gelombang berkali2, juga buku partikel berkali2.
Alfa dan Zarah adalah dua tokoh favorit!!!
2 notes
·
View notes
Text
Rasa takut akan kesendirian dan kehampaan, diiringi dengan keinginan untuk menjadi lebih mandiri dan sederhana. Sebenarnya apa yang kau cari?
Tidak. Bukan "apa" yang harus ku tanyakan, tapi "bagaimana".
Bagaimana kronologi sampai akhirnya kamu menjadi dirimu yang sekarang? Bagaimana bisa mendambakan ruang kosong padahal takut dengan kehampaan?
Orang bilang, jangan terlalu memikirkan masa lalu dan fokus saja ke masa depan. Lantas bagaimana dengan hal-hal tak masuk akal di masa depan yang ternyata berasal dari rangkaian kejadian di masa lalu?
Kamu sosok yang hebat, di mata orang lain. Kamu sosok yang rapuh, di matamu sendiri. Orang-orang memang tak akan melihat kerapuhanmu. Semua orang merasa dirinya rapuh.
Jadi...
Sosok hebat itu...
Bagaimana cara menyembuhkan diri sendiri? Bagaimana cara menerima orang lain?
Bagaimana...
cara membuka hati tanpa takut sakit hati?
Karena sepertinya akan ada badai di bulan Juni. Dengan seluruh petir dan awan hitamnya, juga angin kencang yang membawa hujan ikan di pegunungan.
1 note
·
View note
Text
Mana mungkin hanya dengan fotonya saja bisa membuatmu jatuh hati?
Aku adalah korban, dari sebuah foto yang dikirimkan beberapa hari lalu. Matanya cerah, berkilau seperti gemerlap laut di siang hari. Siapa yang tak jatuh hati sejak pandangan pertama?
Ku sebut namanya di dalam doa. Setiap hari, setiap waktu. Sampai akhirnya kami bertemu di hari Jumat kemarin.
Namanya Camelia, aku memanggilnya Camel. Mungkin dia tak akan menoleh karena dia sendiri tak merasa kalau namanya Camel. Nama ini hanya hasil percakapan ku dengan diri sendiri setelah melihat fotonya beberapa waktu lalu.
Dia di sana, sedang memakan rumput dan tidak merasa terganggu oleh apapun. Ia hanya fokus dengan dirinya, fokus dengan kegiatannya.
Pertemuan kami memang hanya sebentar, sangat sebentar, bahkan mungkin ia tak sadar kalau aku datang, tapi rasa sayangku rupanya tumbuh semakin besar. Sangat besar, hingga pecah tangisku saat tau kalau ia telah tiada.
Air mata ini lama sekali mengalirnya. Padahal hanya perkenalan singkat, pertemuan singkat, tapi siapa yang sangka rasa sayangnya tumbuh sebesar ini.
1 note
·
View note
Text
Mungkin karena terlalu lama menjadi berbeda, saat menemukan seseorang yang sama-sama duduk menjauhi keramaian, ku pikir dia aneh.
Ku kira dia bukan sosok yang akan menjauhi keramaian. Ku kira dia hanya akan melihat keramaian dari jauh, lalu bubar setelah semuanya selesai.
Dia duduk diam di tempatnya. Tidak terganggu dengan puluhan orang yang berkumpul di ruang sebelah. Aku terkejut. Seperti melihat keajaiban dunia, rasanya langka sekali.
Tiba-tiba dia berdiri, berjalan ke ruang sebelah.
Yah, mana mungkin ada orang aneh selain aku di sini. Mereka semua manusia sosial yang bahagia dengan berbagai macam acara kumpul-kumpu...
Pintu ruangan dibuka.
Dia datang lagi. Sambil mengunyah makanan entah apa, lalu kembali duduk diam di tempatnya.
Aku kehabisan kata.
Terlalu kehabisan kata, sampai yang terpikir olehku hanya kata, "manusia aneh". Aku tak bisa membacanya. Dia juga terlihat tak terlalu peduli.
1 note
·
View note
Text

Maaf ku pinjem dulu tweet nya ya mbak Z1.
Hal paling luar biasa dilakukan manusia dewasa muda adalah mulai menyadari trauma apa saja yang pernah dialami orang tuanya, memahami cara-cara yang pernah mereka lakukan untuk menghadapinya, dan membantu mereka melaluinya walaupun harus mengorbankan banyak hal pribadi di dalam hidup.
Alih-alih ikut emosi dengan segala perbedaan cara berpikir dan segala kata yang pernah ditinggikan, kini rasanya lebih ikhlas menerima semuanya. Lebih sering mempertanyakan apa yang pernah mereka lalui di masa lalu, apa yang membuat mereka begini, bagaimana caranya agar emosinya mereda, kemudian memaklumi segala hal.
Semua hal yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmahnya, dan mencari ridho orang tua akan selalu jadi yang utama.
1 note
·
View note
Text
Merindukan hal yak tak boleh dirindukan. Ingin bertemu pada hal yang tak boleh ditemui. Memikirkan hal yang tak boleh dipikirkan.
Ingin ku ulang waktu tanpa mengulangi segala hal yang telah lalu. Menyapamu dengan riang lalu melongkapi perihnya perpisahan. Apakah mungkin?
Kalau mungkin, aku tak butuh sepaket pertemuan dan kehilangan. Biarkan ku ulang semua pertemuan yang baik secara a la carte. Seperti memesan teh tawar dengan teh terpisah. Memaksakan keinginan untuk membeli teh tanpa ingin merasakan sepatnya segelas teh panas. Apakah mungkin?
0 notes
Text
Kamu terkadang memang lamban. Satu sisi yang kamu takutkan, bisa membuatmu berpaling dari jalan-jalan lain yang jauh lebih aman. Mungkin dunia tak sesulit imajinasimu. Mungkin lumpur yang kamu kira dalam dan menghisap, sebenarnya hanyalah genangan kecil air kotor.
Drama hanya menunjukkan satu sisi utama dengan segala konfliknya. Tokoh utama dan salah satu dunia nya.
Mungkin pemikiran ini tidak populer, tapi aku percaya setiap manusia punya lebih dari satu dunia. Misalnya si tokoh utama dan dunianya sebagai pekerja di lingkungan yang tidak ramah, lalu si tokoh utama dengan dunianya sebagai sosok yang menafkahi orang lain, lalu si tokoh utama dengan dunia indahnya bersama sahabatnya, atau justru menjadi tokoh sampingan di cerita tokoh utama lain.
Seluruh cerita itu tak akan selalu berakhir dengan indah. Jika anak kecil selalu mengharapkan kebahagiaan bagi sang tokoh di akhir cerita, maka orang dewasa mungkin tak sempat berharap. Bisa terus berjalan saja sudah cukup. Bisa hidup tenang di salah satu dunianya saja sudah cukup. Hanya manusia dewasa yang bisa diam babak-belur di satu dunia untuk menjaga dunianya yang lain. Hanya manusia dewasa yang mengorbankan dirinya untuk orang lain yang ia sayangi.
Hanya manusia dewasa saja yang bisa jadi sosok penuh perhatian untuk sekelompok orang, dan menjadi sosok yang tak acuh untuk sekelompok yang lainnya.
1 note
·
View note
Text
Aku rindu pada gadis kecil itu. Dia masih kecil tapi isi pikirannya banyak sekali. Jika ada 1001 macam hal yang terjadi di hidupnya, dia akan memikirkan hingga 2002 macam hal lainnya.
Aku rindu pada gadis kecil itu. Walaupun pikirannya sering penuh, tapi tawanya tak pernah ketinggalan. Ia menertawakan segala hal, dari film favoritnya hingga batang pohon besar yang ia tatap karena disuruh senior kampusnya. Ia tertawa, kemudian dibentak karena gila tertawa sendiri di depan pohon.
Aku rindu pada gadis kecil itu. Keberaniannya. Percaya diri nya. Suara lantangnya. Senyum lebarnya. Aku rindu semuanya.
2 notes
·
View notes