nrezqih-blog
nrezqih-blog
Rudeness
6 posts
(n.) it is the weak person's imitation of strength
Don't wanna be here? Send us removal request.
nrezqih-blog · 7 years ago
Text
#1 Random Thinking
Ada beberapa pertanyaan yang muncul begitu saja di kepala saya yang ingin sekali saya tanyakan kepada kawan-kawan saya yang hadir sebagai minoritas. Seperti, pernah tidak sih ada yang mengucilkan mereka ketika tahu ternyata mereka berbeda dengan mayoritas? Perlakuan apa sih yang paling parah mereka dapatkan? Atau apa sih hal yang paling membuat minoritas tersinggung? Bagaimana sih kalian mengatasinya?
Saya melewati sekolah dasar dengan pendidikan agama Katholik kental. Teman saya, mayoritas adalah pemeluk Katholik yang taat, sudah dibaptis dan rajin datang ke gereja tiap minggu. Sementara saya, muslim sejak lahir dan alhamdulillah hingga sekarang. Saya baru saja berhijab, mungkin tidak ada satu tahun. Selama saya belum berhijab saya lebih sering dikatakan non-muslim, karena wajah saya yang agak oriental. Saya sendiri kadang merasa terganggu dengan kata non-muslim.
Lalu, sejak saya berhijab saya jadi makin bertanya-tanya apa sih perasaan mereka ketika disebut non-muslim yang kemudian terkesan seperti sangat minoritas. Apakah berat hidup sebagai minoritas?
Saya punya satu orang kawan lama sejak sekolah dasar kami berteman akrab dan sekarang kebetulan kami berada di satu provinsi yang sama. Saya tidak paham tadinya, kenapa ia lebih memilih sekolah jauh ke lain provinsi yang notabene sebuah perguruan tinggi negri, yang kemudian otomatis menjadikan ia sebagai minoritas.
Kawan saya itu lahir dalam kebanggaan atas agamanya. Ia punya nama baptis yang bagus. Sejak SD hingga SMA ia selalu berada di lingkungan yang menjadikan ia mayoritas. Saat terakhir masa sma ia sudah mendaftar disebuah perguruan tinggi swasta khatolik terkenal di Semarang. Namun, ia memilih hasil doanya semalam suntuk didepan salib. Ia memilih untuk menghargai apa yang telah diberikan Tuhan nya.
Sejujurnya, saya masih kagum dengan keputusannya keluar dari zona nyaman yang telah ia bangun selama ini. Tapi, begitu mendengar alasannya yang cukup agamis saya menjadi tertohok. Agak tersindir sebenarnya. Jauh berbeda dengan saya yang berada disini dengan penuh rasa penyesalan dan selalu bertanya tanya dalam hati kenapa Tuhan begini dan kenapa Tuhan begitu. Sungguh, saya menjadi tersindir sekaligus malu.
Diluar sana mungkin masih banyak orang yang rela keluar dari zona nyaman karena ingin menghargai Tuhan seperti kawan saya itu, sementara saya terus menerus mengeluh. Padahal, saya yakin diantara kami berdua tidak ada kondisi yang paling berat ataupun ringan. Semuanya sama, yang berbeda adalah cara pikir. Well, sebenarnya setiap manusia bisa sama-sama saling belajar, tanpa perlu melihat bagaimana cara ia berdoa, ibadah, dan menyembah Tuhannya. 
Saya jadi ingin mengutip salah satu lagu Semenjana judulnya Tujuannya, begini liriknya: "Tahukah kau bahwa surga dan neraka diciptakan untuk memanusiakan manusia, tapi mengapa kita masih terperangkap, hanya karena perbedaan keyakinan"
"Percuma kau beragama tapi tak punya hati, percuma kau beragama tak punya nurani" 
youtube
1 note · View note
nrezqih-blog · 7 years ago
Text
Bagian Paling Menyedihkan Setelah Move On
Banyak hal yang saya renungkan setelah kegagalan saya menjalin hubungan dengan seseorang. Memang benar adanya jika hubungan serius sebenarnya bukan hanya melibatkan dua orang manusia yang saling jatuh cinta saja, melainkan juga keluarga bahkan mungkin termasuk masa lalunya.
Katakanlah, saya dan mantan saya sudah mengakhiri semuanya. Perasaan, kenangan, dan segalanya telah kami putuskan untuk usai. Namun, ternyata sebenarnya itu tidak pernah benar-benar selesai. Akan ada teman, orang tua, sanak saudara atau bahkan mantan lain yang akan secara sengaja maupun tidak mengungkit kembali cerita yang sudah kami selesaikan. Termasuk orang tua dari salah satu mantan yang akan membahas keburukan kita pada temannya yang lain, mendapat kata-kata nyinir dari beberapa ‘teman’, atau bahkan disalahkan kenapa berpacaran.
Menurut saya, ini adalah bagian paling menyedihkan dari sebuah hubungan. Bagian dimana ada seseorang yang menyalahkan keputusanmu. Bagaimanapun, kami. Saya dan mantan saya pernah berusaha membahagiakan satu sama lain, meski akhirnya gagal. Pernah berbagi apa saja yang kami punya. Lalu, ketika orang lain ikut campur, menyalahkan dan bahkan berkomentar negatif atas apa yang telah kami putuskan, ini sangatlah tidak adil. Percayalah, bagian dimana orang lain ikut serta menyalahkan tidaklah membantu perasaan menjadi lebih baik. Cukup saja dengarkan apa yang diceritakan selanjutnya. 
Sekarang, setelah mulai berdamai dengan masa lalu. Saya mulai menelaah kembali apa yang telah saya lakukan sepanjang saya memutuskan untuk usai dengan mantan saya dan saya menjadi kembali merenungkan apa yang telah teman saya katakan. Saya jadi memahami apa yang membuat teman saya itu enggan memulai dengan siapapun. Ia mungkin sudah memprediksikan kemungkinan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam suatu hubunganan dan ia belum siap menghadapinya.
Well. Saya memang belum pernah membicarakan hal ini empat mata dengan teman saya itu. Direct massage, dari sebuah social media membuatnya bercerita banyak tentang keputusannya. Ia lelaki yang cukup dari segi tampang dan sikap. Namun, ia memilih untuk tidak ‘bermain’ dengan hubungan. Meski saya berani bertaruh, ia pasti pernah menaruh hati pada barang satu atau dua perempuan di sekolah. Ia memilih membungkus perasaannya rapi-rapi. Menganggap siapapun yang ia anggap cantik dan nyaman baginya ialah teman. Ia lelaki yang baik pada siapapun. Kadang membuat perempuan salah paham (Oke, untuk bagian ini kuaikui mungkin terkadang perempuan menaruh harapan yang terlalu berlebihan)
Saya mendadak kagum dengannya setelah dengan benar memahami apa yang pernah ia katakan ‘Kalau nantinya tidak berjalan mulus, justru malah canggung. Ga enak’. Dia benar untuk poin ini bahkan ketika ia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelumnya.
Mungkin, siapapun yang membaca chatting panjang saya dengannya akan menjadi salah paham. Tapi, saya jauh lebih memahaminya. Sekali lagi saya tegaskan, termasuk bagi diri saya sendiri bahwa ia baik pada siapapun. Ia menolong seseorang yang membutuhkan bantuan. Hidupnya teramat bermanfaat. Ia pernah menyuruh saya untuk keluar dari zona nyaman yang telah saya bangun sedemikian rupa sehingga, setelah saya putus. ‘Nikmati aja dulu, kalau memang mau sendiri. Tapi jangan terlalu lama. Nggak baik’. He’s the most perfect man that i ever met!
Saya juga mengaggumi banyak cara yang ia gunakan untuk bertahan hidup. Bersyukur, tanpa perlu banyak ucap. Ia jadi membuat saya menafsirkan hidup lebih indah dari sebelumnya. Berbeda dengan saya yang tadinya dari hari ke hari hanya diperbudak oleh kata hingga kalimat cinta yang nirfaedah, hingga cukup membuatnya menyebut saya budak cinta.
Pada bagian ini terkadang saya penasaran, pada perempuan seperti apa ia akan menjatuhkan hatinya. Saya yakin, perempuan itu akan sangat diberkati, dicintai oleh seseorang yang menganggap hubungan itu sakral dan menyiapkan hatinya begitu matang hingga benar-benar siap jatuh cinta. Saya berharap, saya akan bertemu satu lagi yang sepertinya ;)
youtube
0 notes
nrezqih-blog · 8 years ago
Text
Moving
Setidaknya, saya sudah pernah memperjuangkan sesuatu. Salah satunya kamu. Perkara itu jodoh saya atau bukan, biar Tuhan yang jelaskan dengan hal-hal tidak kasat mata. 
0 notes
nrezqih-blog · 8 years ago
Quote
Rinduku kian sia sia.
0 notes
nrezqih-blog · 9 years ago
Quote
The worst part? We don't know where we want to go what we want to be
Tik!Tok!
1 note · View note
nrezqih-blog · 9 years ago
Text
Prologue
Hi, there!
Kau yang tanpa nama, apa kabarmu disana?
0 notes