Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Hati Yang Terpecah
Lintang, seorang wanita matang, pintar, dan bijak. Wajah awet mudanya sering mengecoh orang tentang usia yang sebenarnya. Banyak orang kagum dan menyukai wanita ini. Kacamata oval menambah kesan kepintarannya.
Awan, seorang prua tampan idola para wanita. Selain tampan, pintar, dan penuh perhatian, pekerjaannya yang mapan juga menjadi nilai tambah untuknya.
Lintang selalu memandang Awan dengan penuh kagum. Sejak duduk di bangku kuliah, Awan telah menjadi sosok yang sempurna di matanya. Awan adalah raja di hatinya. Lintang yakin, tak ada pria lain yang bisa menandingi Awan.
Setelah lulus kuliah dan diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, Awan pun melamar Lintang. Pernikahan mereka dihelat dengan sederhana karena Lintang melihat bahwa mereka lebih membutuhkan uang untuk modal keluarga barunya.
Pernikahan mereka berjalan begitu indah. Lintang memberikan segalanya untuk Awan. Ia rela meninggalkan kariernya demi mengurus rumah tangga dan menjadi istri yang sempurna. Setiap hari, Lintan berusaha membuat Awan bahagia. Ia memasak makanan kesukaan Awan, merapikan rumah, dan selalu menyambut Awan dengan senyuman hangat saat pulang kerja.
Lintang sangat percaya pada Awan. Ia bahkan tak pernah mengecek ponsel Awan, yakin bahwa suaminya tak akan pernah mengkhianatinya. Namun, suatu hari, Lintang menemukan sebuah pesan singkat di ponsel Awan. Pesan itu berisi panggilan sayang dari seorang wanita yang tidak ia kenal.
Awalnya, Lintang mencoba untuk tidak memperdulikan pesan itu. Mungkin saja itu hanya teman lama Awan. Namun, rasa penasarannya semakin besar. Ia pun memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dengan hati yang berdebar, Lintang mencari tahu identitas wanita tersebut.
Betapa terkejutnya Lintang ketika mengetahui bahwa wanita itu adalah mantan pacar Awan semasa SMA. Wanita itu ternyata masih menyimpan rasa cinta pada Awan. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Lintang menemukan bukti-bukti bahwa Awan masih berhubungan dengan mantan pacarnya itu.
Hati Lintang hancur berkeping-keping. Pria yang selama ini ia percayai sebagai raja di hatinya ternyata telah menduakannya. Air mata tak henti mengalir dari matanya. Ia merasa sangat bodoh karena telah terlalu percaya pada Awan.
Lintang tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa sangat sakit dan kecewa. Namun, ia juga tidak ingin menyerah begitu saja. Ia masih mencintai Awan dan berharap bahwa suaminya itu akan berubah.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Lintang akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Awan. Dengan jujur, ia mengungkapkan semua yang ia rasakan. Ia meminta Awan untuk memilih di antara dirinya dan mantan pacarnya.
Bukannya menyesal, Awan malah memarahi Lintang karena telah lancang membuka ponselnya. Ia tidak mau mengakui kesalahannya dan mengatakan bahwa semua itu hanya cerita masa lalu. Lintang sudah tidak percaya lagi pada Awan. Luka yang telah diberikan Awan terlalu dalam untuk bisa disembuhkan dengan mudah.
Setelah melalui pergumulan batin yang panjang, Lintang akhirnya memutuskan untuk bercerai. Ia tidak ingin terus-menerus hidup dalam kebohongan dan penderitaan. Meskipun berat, Lintang yakin bahwa ini adalah keputusan terbaik untuk dirinya.
Pelajaran yang Berharga
Kisah Lintang mengajarkan kita bahwa kepercayaan yang berlebihan tidak selalu membawa kebaikan. Kita perlu tetap waspada dan tidak mudah terbuai oleh kata-kata manis. Cinta yang sejati harus dibangun atas dasar kejujuran dan kesetiaan.
Jika kamu sedang mengalami situasi yang serupa dengan Lintang, jangan ragu untuk mencari bantuan. Bicaralah dengan orang yang kamu percaya, seperti keluarga atau teman. Mereka bisa memberikan dukungan dan saran yang bermanfaat. Ingatlah, kamu tidak sendirian.
Penting: Setiap hubungan memiliki dinamika yang berbeda. Jika kamu merasa hubunganmu sedang bermasalah, cobalah untuk berkomunikasi secara terbuka dengan pasanganmu. Carilah solusi bersama untuk mengatasi masalah yang ada.
1 note
·
View note
Text
Edamame, Tanaman Penuh Manfaat
Menurut para peneliti di Washington State University, catatan tertulis pertama tentang edamame berasal dari negara Cina, sekitar tahun 200 SM. Kacang-kacangan tersebut digunakan sebagai obat. Diperkirakan bahwa orang Cina memperkenalkan edamame ke Jepang, di mana sayuran tersebut menjadi cukup populer.
Tanaman edamame ditanam di Indonesia pertama kali pada tahun 1990 di Bogor, Jawa Barat. Tanaman edamame mulai dibudidayakan pada tahun 1992 di Jember, Jawa Timur.
Edamame adalah kacang kedelai yang masih dalam polongnya. Dipanen saat masih muda dan hijau kemudian direbus bersama kulitnya.
Edamame memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai biasa karena memiliki pasar yang khusus, yaitu pasar modern dan pasar ekspor.
Di Jepang, kacang kedelai hijau yang belum matang dan belum dibuka disebut edamame. Nama ini secara harfiah berasal dari kata eda, yang berarti "cabang" atau "batang," dan mame, yang berarti "kacang." Edamame yang masih ada batangnya jarang dijual akhir-akhir ini. Pembeli masa kini lebih cenderung hanya melihat polong edamame di pasar.
Jangan ragukan kandungan nutrisi dalam edamame. Kacang kedelai ini mengandung banyak protein, serat, hingga isoflavon yang mampu memberikan banyak manfaat kesehatan.
Satu cangkir edamame kupas (155 gram) bisa memberi kita berbagai nutrisi berikut:
Protein: 18,5 gram.
Karbohidrat: 13,8 gram.
Serat: 8,1 gram.
Zat besi: 3,5 miligram.
Kalsium: 97,6 miligram.
Fosfor: 262 miligram.
Kalium: 676 miligram.
Seng: 2,3 miligram.
Selenium: 1,2 mikrogram.
Vitamin C: 9,5 mikrogram.
Folat: 482 mikrogram.
Kolin: 87,3 mikrogram.
Vitamin A: 23,2 mikrogram.
Beta karoten: 271 mikrogram.
Vitamin K: 41,4 mikrogram.
Lutein + zeaxanthin: 2510 mikrogram.
Selain itu, kacang ini juga mengandung sedikit vitamin E, tiamin, riboflavin, niacin, dan vitamin B6. Edamame juga mengandung protein yang lengkap. Artinya, sama seperti daging dan produk susu, kacang ini juga memberikan asam amino esensial yang penting dan tidak bisa tubuh produksi sendiri.
Bukan hanya itu saja, edamame juga merupakan sumber lemak tak jenuh ganda yang menyehatkan, terutama kandungan asam alfa-linoleat omega-3. Kacang kedelai ini juga mengandung isoflavon, yaitu sejenis antioksidan yang mampu menurunkan risiko kanker.
Menurut para peneliti, mengonsumsi makanan kedelai seperti edamame bisa menurunkan risiko beberapa kondisi terkait usia dan gaya hidup, serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Berkat kandungan isoflavonnya, membuat kacang ini baik untuk kesehatan otak. Studi menunjukkan bahwa isoflavon kedelai bisa menurunkan risiko terjadinya penurunan kognitif.
Sebuah meta analisis tahun 2015 pada jurnal Menopause, juga mengungkapkan bahwa isoflavon kedelai bisa membantu meningkatkan fungsi kognitif pada wanita setelah menopause.
Manfaat lain dari edamame adalah mengoptimalkan kesehatan jantung sehingga kita akan terhindar dari penyakit kardiovaskular.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi kedelai seperti edamame bisa mengurangi sedikit risiko kanker payudara.
Edamame adalah salah satu jenis makanan yang tinggi protein. Kandungan tersebut mampu membantu untuk menurunkan kadar kolesterol jahat atau LDL dalam tubuh.
Dengan begitu kita akan terhindar dari berbagai penyakit yang berisiko terjadi akibat tingginya kolesterol.
Isoflavon juga menjadi salah satu antioksidan yang sangat baik untuk kesehatan tulang. Memenuhi kebutuhan antioksidan ini mampu mengoptimalkan kesehatan tulang.
Makanan sehat ini mengandung protein yang bisa membuat kita merasakan kenyang lebih lama. Dengan begitu, kita bisa mengatur jumlah asupan makanan yang dikonsumsi agar berat badan terkontrol dengan baik.
Protein pada makanan ini juga bisa membantu mengontrol tekanan darah. Dengan begitu, kita akan terhindar dari berbagai penyakit yang terjadi akibat tekanan darah tinggi.
1 note
·
View note
Text
Istana Cinta Keluarga Bahagia
Di sebuah sudut kota yang tenang, berdirilah sebuah rumah sederhana. Namun, bagi keluarga kecil yang menempatinya, rumah itu adalah sebuah istana yang penuh dengan hiasan cinta.
Ayah, seorang tukang kayu yang tangannya selalu sibuk menciptakan karya seni dari kayu. Ibu, seorang guru yang penuh kasih sayang, hidup bersama ketiga buah hati mereka: Bintang, si sulung yang cerdas dan penuh semangat, Bulan, si tengah yang penyayang dan lembut, serta Matahari, si bungsu yang ceria dan penuh energi.
Setiap hari, rumah itu dipenuhi gelak tawa anak-anak. Pagi hari, mereka berlomba-lomba untuk membantu Ibu menyiapkan sarapan.
Bintang membantu mengiris roti, Bulan menyusun piring dengan rapi, dan Matahari senang sekali menata meja dengan sendok dan garpu berwarna-warni.
Saat Ayah pulang kerja, rumah itu langsung dipenuhi kehangatan. Ayah selalu membawa cerita lucu atau hadiah kecil untuk anak-anaknya. Mereka makan malam bersama sambil bercerita tentang hari yang mereka lalui.
Sore hari, Ayah sering mengajak anak-anaknya bermain di halaman belakang. Mereka membuat ayunan dari ban bekas, membangun rumah pohon dari ranting-ranting kayu, atau sekadar bermain petak umpet.
Ibu selalu menyaksikan mereka dari jendela sambil tersenyum. Malam hari, sebelum tidur, Ibu akan membacakan dongeng untuk anak-anaknya. Cerita-cerita itu membuat imajinasi mereka terbang tinggi.
Di rumah itu, cinta mengalir deras seperti sungai. Ayah dan Ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Mereka mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan tanggung jawab. Anak-anak pun tumbuh menjadi pribadi yang baik dan penuh kasih sayang. Mereka saling menyayangi dan melindungi.
Bintang, si sulung, sering membantu adik-adiknya belajar. Bulan, si tengah, selalu menjadi pendengar yang baik bagi teman-temannya. Matahari, si bungsu, selalu membawa keceriaan ke mana pun ia pergi. Mereka adalah tiga permata yang menghiasi istana cinta keluarga.
Walaupun hidup mereka sederhana, namun keluarga kecil ini selalu merasa bahagia. Mereka memiliki segalanya: cinta, kasih sayang, dan kebersamaan. Rumah mereka mungkin bukan istana yang megah, tetapi bagi mereka, itu adalah istana yang paling indah di dunia.
Suatu sore di ruang tamu mungil mereka, tampak ketiga anak sedang bercengkerama. Matahari sedang asyik menggambar di meja, Bulan sedang memainkan gitar kecilnya, dan Bintang sedang membaca buku sambil sesekali membantu Matahari dengan warnanya.
"Matahari, warna langitnya bagus sekali! Tapi coba lihat, bentuk awannya itu sedikit aneh. Mungkin lebih bagus kalau bentuknya seperti kapas yang mengembang, ya?" saran Bintang dengan antusias. Matanya berbinar memandang hasil pewarnaan gambar adiknya itu.
"Benar juga, Kak! Aku jadi bingung mau menggambar awan kayak apa," jawab Bintang sambil memiringkan kepala, memandang gambarnya yang dirasa kurang sempurna.
"Kalau aku tahu nyanyian tentang awan, pasti bisa membantu Matahari. Misalnya, 'Awan putih mengembang, seperti kapas di tangan. Terbang tinggi ke langit, membawa mimpi indah...' " Bintang bernyanyi lirih, takut-takut, khawatir mengganggu konsentrasi kakak dan adiknya yang sedang membahas awan.
"Wah, Bulan, kamu memang pandai sekali membuat lagu. Nanti kita bikin lagu tentang gambar Matahari, ya!" seru Bintang sambil tertawa lebar. Bulan pun tersenyum malu-malu.
"Bener, Kak! Aku mau menggambar gunung yang tinggi, terus ada sungai yang mengalir, dan banyak bunga warna-warni. Nanti buatkan lagunya, yak!" pinta Matahari bersemangat.
"Wah, kalau gitu aku bantu cari gambar gunung dan bunga di buku. Kamu bisa lihat bentuknya, lalu digambar di sini," kata Bintang sambil menunjuk halaman kosong di buku gambar Matahari yang cukup besar untuk.ukuran anak kelas dua SD.
"Aku juga mau membantu! Aku bisa bernyanyi sambil Matahari menggambar, biar lebih semangat." Setelah tahu tidak ada penolakan, Bulan pun mulai ikut bergembira bersama.
:Yeay! Terima kasih, Kak Bintang dan Kak Bulan. Aku sayang kalian!" seru Matahari sambil merentangkan kedua tangannya yang kecil, berusaha merangkul kedua kakak yang selalu mendukungnya.
"Sama-sama, Dek. Kita kan selalu bersama," jawab Bintang sambil memeluk kedua adiknya bahagia.
"Kita satu keluarga, jadi harus saling membantu." Bulan tak mau kalah, segera memeluk kakak dan adiknya. Mereka berpelukan bak Teletubies.
Beberapa saat kemudian, mereka bertiga tertawa bersama sambil melanjutkan kegiatan masing-masing. Rumah mereka kembali dipenuhi kehangatan dan keceriaan. Ayah dan ibu senang dan bahagia menyaksikan keakraban ketiga anak mereka dan saling mendukung satu sama lain.
0 notes
Text
Amazing
---
"Ma, aku mau baju baru kayak punya kak Devi," rengek Dita pada mamanya.
"Baju baru kak Devi bagus, kayak tuan puteri," lanjutnya.
Dahi mama Dita berkerut seketika. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sementara suara takbir masih bersaut-sautan antar masjid. Malam lebaran haji dengan cuaca yang cerah.
Setelah berpikir beberapa waktu, teringat kain putih yang masih tersimpan di lemari baju. Sedianya akan digunakan untuk blouse tapi belum sempat membawa ke penjahit.
Segera dibukanya lemari dan mencari kain dimaksud diantara tumpukan baju. Tumpukan pertama dan kedua sudah disortir, tidak ditemukannya kain putih itu. Tangannya sudah di atas tumpukan baju ketiga, saat teringat tempat menaruh kain putih itu.
Tumpukan kain paling bawah!
'Ya, kemarin kutaruh bersama dengan kain-kain lain yang belum dijahit,' batinnya bermonolog.
Akhirnya, ketemu juga kain putih itu. Selain kain putih itu, ditemukannya juga kain Chiffon putih yang bagus untuk lapisan luar baju.
Segera dibuatnya pola gaun anak dari kertas koran, kemudian dipasang di atas kain satin putih. Dipotongnya kain mengikuti pola. Tak lupa dilebihkan 2 cm untuk jahitan.
Pepatah mengatakan: 'tak ada rotan, akar pun jadi.' Tak ada mesin jahit, jahit tangan pun jadi lah. Dijahitnya gaun Dita itu dengan teliti dan rapi. Lelah dan kantuk hilang saat bekerja demi orang yang kita cintai.
Tak terasa, jarum jam dinding sudah menyatu, menunjuk angka 12. Tengah malam!
Dan, taraaaaaa....
Jadilah gaun putih dengan lapisan Chiffon yang anggun. Renda dan pita biru muda menghiasi pinggang. Tak hanya gaun yang dijahit mama Dita. Lengkap dengan jilbab putih dengan ikatan karet, bak mahkota. Cantik!
Usai disetrika, digantungnya satu set gaun putih itu di kamar Dita. Besok pagi, saat dia bangun, pasti gaun itu yang terlihat pertama kali.
Mama Dita pun merebahkan badannya di pembaringan setelah membereskan semua peralatan menjahitnya. Masih ada tiga setengah jam lagi menuju subuh. Masih cukup waktu untuk tidur sejenak.
"Mama...!!"
Sebuah lengkingan kecil membelah pagi, mengalahkan gema takbir yang berkumandang di luar rumah. Mama Dita pun terbangun dan mengusap matanya yang terasa sepet karena kurang tidur.
Dita masih terkesima dengan gaun putih bak tuan puteri yang tergantung di pegangan pintu lemarinya. Seperti tak percaya, diusapnya kedua mata berulang kali. Dipegangnya gaun itu perlahan, memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi.
Mama Dita tersenyum bahagia, melihat anak semata wayangnya senang melihat gaun hasil jahitan tangannya semalaman. Dihampirinya Dita seraya mengajaknya mandi. Bersiap untuk salat Idul Adha di lapangan dekat rumah.
"Mama... terima kasih," bisik Dita, "ini gaun paling indah di dunia," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
Dipeluknya mama yang telah mengabulkan permintaannya kemarin. Sungguh, benar-benar gaun yang lebih indah dari angan-angannya. Mama Dita pun tersenyum, melihat putrinya berlenggang lenggok sambil memegang pinggir gaunnya. Tuan putri kecil yang cantik.
"Ayo, kita berangkat!" Tiba-tiba suara papa Dita dari balik pintu mengagetkan ibu dan anak yang sedang berpandangan itu.
"Waow! Tuan puteri papa yang cantik!" seru papa Dita mengagumi gaun yng dipakai Dita.
"Kapan mama beli gaun ini?" tanya papa pada mama.
"Mama jahit sendiri, Papa. Mamaku hebat!" seru Dita sambil mencium pipi mama Dita kegirangan. Papa Dita memandang takjub, seolah tak percaya bahwa gaun itu buatan tangan isterinya.
'Ternyata benar kata orang selama ini, bahwa isteriku pintar menjahit,' batinnya bermonolog.
2 notes
·
View notes