Tumgik
nxvea · 7 years
Text
Pemberani
Mereka memanggilku srikandi, atau bidadari berotot besi. 
Rambut panjangku terurai lembut, ditiup angin yang sehalus kapas mengibaskannya. Tujuh puluh empat menit dua puluh lima detik telah pamit, jengah menungguiku yang tak kunjung beranjak dari depan kaca cermin di sudut kamar. 
Kulit sehalus nektar murni tak lagi terlihat, mari sini,  runut jengkal demi jengkal kulit wajah yang kini telah melumer ditelan waktu yang berputar, sungguh kendur seperti ibu pertiwi di masa kini, kering dengan retakan-retakan kekecewaan yang sesekali dibasuh air kebencian. 
Mereka sebut aku mirip Kartini, seorang pemberani yang tak takut mati. 
Aku hanya tersenyum sembari menatap tiap  jejak tawaan yang menggema ketika saatnya mereka kedapatan waktu besuk. Sungguh tiga jam berlalu, tidak terasa. Mereka yang biasanya datang berlima selalu berusaha menghiburku dengan cerita tempo dulu. Mulai dari kisah memimpin unjuk rasa kampus yang berujung rusuh brutal namun membawa kesenangan dan kekonyolan jika dikenang, hingga kisah tentang Arya sang mantan kekasih zaman kuliah. Kadang sedih beringsut pergi, namun tidak jarang juga ia memilih tetap tinggal meskipun kehadirannya selama ini bisa aku tutupi rapat tanpa bau bangkai tercium. Tenang, hati dan pikiran yang telah digerogoti sel 
Mereka menjulukiku Fatmawati, Pencipta Sang Saka Merah Putih, lembut, namun tak pernah habis nyali. 
Telah seratus delapan hari, waktu menari-nari. Aku gemas, malaikat mati tak kunjung bergesa tiba. Apa gerangan yang ditunggu? 
0 notes
nxvea · 8 years
Photo
Tumblr media
42K notes · View notes
nxvea · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
“Life is very, very complicated, and so films should be allowed to be, too.” — David Lynch
2K notes · View notes
nxvea · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
David Lynch’s Filmography
Eraserhead (1977)
The Elephant Man (1980)
Dune (1984)
Blue Velvet (1986)
Wild at Heart (1990)
Twin Peaks: Fire Walk With Me (1992)
Lost Highway (1997)
The Straight Story (1999)
Mulholland Drive (2001)
Inland Empire (2006)
228 notes · View notes
nxvea · 8 years
Text
Joni yang Masih Hidup
malam ini begitu gusar. Joni yang tengah duduk-duduk di beranda rumah, berkeringat, sisa-sisa kopinya mengendap tenang di dasar gelas belimbing, berdiri diam di samping. kaki-kaki Joni yang kurus dan berkulit gelap bergetar cepat berulang, bak tremor yang tak bisa diam. apakah gerangan yang ditunggu Joni?
mimpi dan doa yang tertegun, diam-diam ditiup angin malam yang bertiup tenang, perlahan kabur terbawa, menguap di udara. Joni tau itu. mereka membisikkan kata perpisahan di telinga nya begitu cepat, hingga Joni hampir kehilangannya. Joni tau itu. mimpi dan doa yang dikumpulkannya tiap senja tiba, kadang terlalu besar untuk pria sekecil dia, umur pun belum genap tujuhbelas. memangnya Tuhan sudi mendengarkan doamu? Joni memaki, untuk sekadar menghentikan butir air mata yang mendesak keluar. 
hidup tak begitu penting di mata Joni, dengan perspektifnya yang sederhana, menganggap, jika kita tidak cukup cepat dan cukup menawan untuk bertahan hidup, maka hidup akan menghabisi dengan menggerogoti dari dalam. hingga hidup menggerogoti dirinya sendiri, dan hilanglah dengan ampas-ampas sisa nya. 
Joni juga tak pernah berharap tiap pagi nyawa nya masih tertiup dalam raga temporari nya, termangu-mangu bertanya kapan hidup akan bosan berurusan dengannya. jangan-jangan Tuhan mengajaknya bercanda, menganggap bahwa Joni yang pontang-panting cari rejeki hanya guyonan layak tonton dari atas langit sana. Tega, Kau Tuhan? Berjuta-juta kendaraan di Kotaraja yang melenggang pelan karena tersumbat macet mampat tak pernah jua ingin menyerempetnya, atau sekadar melemparnya 12 meter ke depan, memental, hingga hidup jengah dengannya yang begitu lemah dan kosong tak berpengharapan sehingga meninggalkannya dengan buru-buru. 
Joni melempar puntung rokok kerdil itu ke tanah dengan tak sabar, menginjaknya penuh tenaga. ANJING. teriak Joni dalam hati, nafasnya memburu panas. si brengsek itu tak datang juga. Joni bersimpuh sambil menutupi wajahnya yang kini diselimuti ingus dan air mata yang membanjir, pundak Joni berguncang hebat. Gua kepingin mati, Tuhan, ngga ada gunanya gue hidup, erang Joni tanpa suara. 
(si brengsek itu rupanya hidup, ia ingin hidup pergi. tiap ujung senja ia menunggui didepan pintu rumah, dengan sabar, demi mengucapkan salam perpisahan kalau-kalau hidup pergi di salah satu malam diantaranya). 
0 notes
nxvea · 8 years
Quote
We’re blind to our blindness. We have very little idea of how little we know. We’re not designed to know how little we know.
Daniel Kahneman (via fyp-psychology)
4K notes · View notes
nxvea · 8 years
Quote
I want to be like water. I want to slip through fingers, but hold up a ship.
Michelle Williams (via psych-facts)
68K notes · View notes
nxvea · 8 years
Photo
Tumblr media
734K notes · View notes
nxvea · 8 years
Quote
Sometimes we talk to ourselves because we are lonely and have no one to talk to, but talking to yourself has been suggested to increase ability to problem solve.
(via psych-facts)
5K notes · View notes
nxvea · 8 years
Text
jeruji besi.
ada yang mendekap, yang semula mengamati dari jauh. kini memeluk lekat-lekat, tanpa spasi. 
arya memandang wajah teduh itu lagi. kali ini, tiga detik lebih lama. sosok itu menatapnya balik tanpa senyum, matanya bertemu dengan mata arya, mengamatinya juga, “kenapa?” 
arya sering mendengar cerita tentang betapa para tahanan dalam jeruji besi mendamba dunia luar, yang sekali pernah direnggut dari bagian diri mereka. disembunyikan dibalik tumpukan beton kelu tak bernyawa. para tahanan hanya bisa melukiskan bagaimana keindahan dunia luar dalam pikiran mereka, dengan remah-remah memori terakhir saat mereka dipisahkan darinya. namun, arya bertanya dalam hati, lalu mengapa penjara ku berbeda? mengapa penjara tak kasat mataku begitu indah? hingga ia takzim memandanginya dan hatinya sibuk meresapi banyak sensasi yang diterima. dirinya begitu rela dikurung berjuta-juta siklus renkarnasi hanya demi melekatkan dirinya pada keindahan dalam jeruji besi yang kini membelenggu. 
namun, meski memang sedemikian indah, arya terkadang merasa jengah. perlu mengecap getir, untuk mengingatkan dirinya sesekali tentang indah yang kini ia miliki. 
penjara arya disebut bella. cinta nya yang pertama, karena arya belum pernah merasakan sebelum-sebelum ini, maka ia pun berasumsi yang dirasa betulan cinta. tak ada yang salah dengan bella, bahkan parasnya yang serupa dengan bintang film dewasa kategori kesukaan arya dapat membuatnya buta pada wanita yang cantiknya berlipat-lipat dari bella dan menggilainya. 
arya selalu mengagumi bella, diam-diam bertanya bagaimana bisa tiap jengkal hidupnya begitu surgawi terlihat, seperti dinaungi bayang-bayang malaikat, tak ada cela pun. dan diam-diam pula arya merutuki dirinya, menggamparinya dalam pikiran hingga mampus, bertanya bagaimana bisa ia kebelet mengecap getir, melepas bella, sang keindahan, dan membiarkan mereka berdua dingin dan mati karena terlalu banyak getir. namun, arya yang selama empat tahun ini tak pernah melihat bella menangis, tak juga memiliki keinginan untuk melihatnya pertama kali. 
“kamu ingin berpisah?” 
suara bella yang seteduh angin dibawah pohon beringin membelai lentik. arya tertunduk, kemudian tak disadarinya air mata jatuh satu per satu, “aku ngga tau caranya berpamitan pada sesuatu yang indah, paling indah, yang pernah aku punya. ngga rela, tapi aku juga ngga mau habis digerogotinya dari dalam.” lancar, arya berujar. 
bella tersenyum sambil merunuti rambut arya, menciuminya khidmat, kemudian berdiri dan pergi. 
“bella.” panggil arya lirih, matanya menatap punggung bella yang menjauh, nanar, paru - parunya seperti menjamah tiap buih oksigen yang ada dan mengisapnya dengan rakus, terkejut dengan sensasi baru, yang menyesakkan sekaligus melegakan. 
0 notes
nxvea · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
So, Gregory, we are on a date. Yes, we are.
2K notes · View notes
nxvea · 8 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1.04 // 1.18
529 notes · View notes
nxvea · 8 years
Text
Yes, Josh is a dream but Greg’s right here in flesh and blood and self-hate.
I died when the tune of What’ll It Be (Hey West Covina) started playing when Greg sabotaged his chances with Rebecca at the wedding.
This song tells us everything about Greg. His hopes, his dreams. He knows what he wants, and he knows he can get it but he deliberately removes himself from the race. Because he’s afraid of failure. He’s afraid of jumping into the abyss of uncertainty and rejection.
So it’s easy for him to think that it’s West Covina that’s holding him back. That he can never compare to Josh. He’s always been the angry, sarcastic, alcoholic bartender. At least that’s what everyone keeps telling him. It’s so easy to slide back into that rut. To settle.
This is why I think Greg is the most human of the characters. And that he deserves more, even though he thinks he doesn’t. I’m so glad we have another season because I can’t wait to see how they develop his character. 
87 notes · View notes
nxvea · 8 years
Text
I’m sorry he blew it. I know that he cares but it’s Greg. It’s who he is I love you, Rebecca. I should have said I love you.
Tumblr media
157 notes · View notes
nxvea · 8 years
Link
ENTERTAINMENT WEEKLY: We’ve come full circle. Rebecca admitted the truth to Josh. Was that always how the season was going to end? ALINE BROSH MCKENNA: Yeah, we always had it in mind that at some point he was going to find out the whole extent of it. The theme of the season was kind of the lies we tell ourselves and in a lot of ways, she never even really admitted this to herself. She’s been griping the whole season with the uncomfortableness of that reality and then she tries to distance herself from it and then when she has that moment with him, a lot of that episode is about the push and pull between her desire to escape into a fantasy world and the reality of people’s imperfections: Greg’s imperfections, her own imperfections. In that last moment, she’s able to escape back into the fantasy that Josh has always offered her since she was 16.
Where are you looking to take Rebecca in season 2? There’s going to be ramifications for everybody. She’s going to try and get underneath whether Josh really does feel the same way about her. In the last episode, you could feel him being drawn towards her but now that he knows this uncomfortable fact about her, what happens between them? And where does Greg go now that he’s screwed things up and Greg has some uncomfortable truths about himself that he needs to deal with? Rebecca has this effect on the town, she’s sort of a pebble in a pond. She makes a crazy decision, drops into this place, changes her own life, and changes everybody else’s life as well. And that’s really what we continue, the ramifications on her life and everyone else’s life from her move to West Covina.
—- AFTER THOUGHTS: I’m so glad they ended up the show this way. I might root for Greg but I think both him, Rebecca and even Josh has a lot of issues to deal and to grow. And I had a Josh in my life. I waited ten years for him to tell me how beautiful and amazing I was and then I realized that his opinion on me didn’t matter. I was so much more than that infatuation and was blinded by it. Rebecca needs to overcome this for real. She needs to be happy with herself first. Is so wrong to put your expectations on happiness entirely on somebody else. And finally, the show is not a straight rom-com, is a subversion of it. Therefore I think both Rachel and Aline nailed it.
12 notes · View notes
nxvea · 8 years
Text
me: i’m okay. this is all going to hell but i’m okay crazy ex girlfriend: the instrumental to ‘what’ll it be’ plays in the background while greg doubts rebeccas feelings for him  me: …. no no no no crazy ex girlfriend: greg self-sabotages and pushes rebecca away before he can get pushed away because he doesn’t think he’s enough  me: 
Tumblr media
443 notes · View notes
nxvea · 8 years
Quote
There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed.
Ernest Hemingway (via psych-facts)
14K notes · View notes