Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sebagian besar remaja, terkadang juga tidak betah untuk duduk berlama-lama dengan orang tuanya. Penyebabnya apa?
Sebab ketika di dekat orang tua, telinganya panas. Mendengar ceramah, overdosis nasihat yang ia terima dari orang tuanya. Bukan nasihat gak salah. Bukan nasihat itu salah. Kasih nasihat itu wajib. Tapi sebagian besar ketika kita overdosis nasihat, itu akan membuat remaja menjadi resah. Coba makin dewasa anak, seharusnya makin banyak diajak ngomong, bukan diomongin
Jadi memahami alasan di balik sesuatu bisa menjadi salah satu cara kita untuk menerima. Ini bukan tentang menyalahkan, tapi ini tentang bagaimana caranya kita memperbaiki. Mungkin ini bisa sedikit membantu, atau paling enggak, nanti ketika kita menjadi orang tua, kita enggak melakukan apa yang sudah terjadi kemarin-kemarin. Karna menjadi orang tua juga tidak mudah.
Orang tua tetap mengusahakan yang terbaik, meski tahu diri mereka tidak sempurna. Karena mereka juga manusia.
0 notes
Text
Kenapa kebanyakan remaja suka tidak betah di rumah?
Dulu sewaktu remaja kecil, semuanya boleh untuk memilih. Tapi ketika meranjak remaja, karena orang tua melihat risiko-risiko tertentu dalam pergaulan remaja, sesuatunya diperkecil. Jadi dikecilkan seperti corong yang terbalik. Anak belajar dari orang tua tentang hal-hal apa saja yang harus ditakuti, dihindari, dan dijauhi
Kebayang kan gimana cemasnya hidup anak kalau punya orang tua yang takut akan banyak hal
Waktu kecil, orang tua boleh untuk memperketat peraturan. Memperkecil pilihannya. Membatasi keputusan-keputusan. Bukan dia yang memilih, bukan dia yang melakukan. Waktu biasa untuk taat di dalam corong yang kecil ini. pas umurnya bertambah, kita boleh sedikit memperlebar corongnya. Dan itu sesuatu yang benar
Jadi ini bisa menjadi salah satu penyebab remaja suka tidak betah di rumah. Padahal kita tahu, bahwa rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang
0 notes
Text
ruang kedap kata, makanan semacam gorengan, dan menikmati akhir pekan bersandar pada ketakutan
esok hari, kita akan menyaksikan kodok yang bangun dari sisa-sisa gunung meletus semalam
0 notes
Text
Ada lagi yang tiba-tiba membuatku seperti terkena racun. Berbeda dengan yang tadi. Yaitu rasa ingin lebih hebat dari orang lain, dan memiliki apa yang dimiliki orang lain. Tujuannya agar aku bisa terlihat lebih baik dari orang lain. Dan ku rasa itu tidak ada habisnya.
Aku ini seperti orang yang cita-citanya pengen kurus tapi hobi nyemil. Ingin merasa cukup, tapi selalu merasa kurang. Padahal aku sering mendengarkan perkataan seorang ustadz : "kunci hidup enak itu ya bersyukur".
Duileh.. gimana caranya aku bersyukur, sedangkan aku sedang merasakan iri hati. Bersyukur tetap aku lakukan, tapi aku harus semangat dan fokus mengobati iri hati ini dulu. Dan jangan lupa sering-sering bersihkan penyimpanan hp.
0 notes
Text
Terkadang ketika aku melihat pencapaian orang yang diunggah dengan kalimat-kalimat manis dan rasa syukur terhadap hidup, ternyata bisa menjadi racun yang membuat kita merasa kurang saat tidak bisa melakukan hal itu.
Aku ingat, ada sebuah kalimat yang kudapati dari buku syahid muhammad: "aku merasa muak oleh unggahan-unggahan rasa syukur atas sebuah pencapaian yang akhirnya hanya menjadi racun bagi hidupku". Entah mengapa aku membacanya berulang-ulang. Di satu sisi aku menyetujuinya dan tidak menyetujuinya. Kayak ada yang salah, seperti kotoran yang menempel di kuku.
Tapi pada akhirnya aku baru menyadari, bagaimanapun, kita yang iri, tapi kenapa orang lain yang salah? Dan racunnya ternyata ada dalam diri kita. Bukan pada unggahan kesuksesan atau tempat atau barang mewah orang lain.
0 notes
Text
Kegiatan mengisi kekosongan dengan hal-hal yang kosong akhirnya hanya membuat kita semakin kosong. Setelah berkali-kali melihat apa yang dinikmati orang-orang, seperti hidup enak. Bisa beli ini dan beli itu. Dapat kesempatan yang hebat. Rasanya aku ingin mengakui sesuatu : "bahwa aku memang iri. Aku ingin mengakui rasa iri".
Tetapi entah kenapa, di waktu yang bersamaan diriku selalu mengelak bahwa aku tidak merasa iri. Tapi kenyataannya aku iri. Dan aku semakin mengelak pada diriku sendiri.
Seiring berjalannya waktu, pemahaman datang dengan sendirinya. Dan setelah aku mencoba untuk mencerna, memahami, dan mengerti. Bahwa pemahaman datang untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan ketidakmampuanku menyadari sesuatu atas kekeliruan pandangan terhadap diri sendiri maupun keadaan sekitar. Jadi setiap kali aku merasa iri, aku akan mengaku : "ya tuhan, aku iri". Hahaha
Tiba-tiba ada ledakan di dalam dadaku. Perlahan rasa itu berkurang setiap kali aku mengaku. Selanjutnya timbul pikiran-pikiran yang terasa seperti wahyu, seperti sesuatu yang dikirimkan melalui udara yang gaib.
Seperti "mereka telah lebih dulu berjuang dari pada kau"
Atau "yang mereka lakukan untuk mendapatkan uang mungkin berbeda dengan caramu berjuang"
Dan "mereka memang lebih kaya! Sudah, lanjutkan saja usahamu!"
0 notes
Text
Emosi perempuan kadang mengerikan ketika ia sudah kehilangan kendali
0 notes
Text
Mungkin kamu tidak seberuntung mereka. Tapi belum tentu mereka bisa sekuat kamu
0 notes
Text
Terkadang mereka yang tersenyum dan bersikap kuat sepanjang hari, adalah mereka yang menangis hingga tertidur sepanjang malam.
0 notes
Text
Hmm.. Terkadang, ada beberapa masalah yang hanya bisa diselesaikan dengan cara menangis
.
Itulah mengapa tuhan menciptakan air mata
0 notes
Text
Kalah rupa, menang do'a.
Kalah duit, menang wirid.
Kalah lagi, ya mondok lagi.
Ucap santri yang suka sering benerin sarung waktu sholat.
0 notes
Text
Anak pesantren, mungkin, atau kebanyakan dari mereka kurang beruntung jika soal cinta.
Tapi soal teman, mereka jauh lebih beruntung.
Di sana kamu akan menemukan berbagai macam teman dan belajar banyak hal-hal
0 notes