Don't wanna be here? Send us removal request.
Video
youtube
ZIKIR INI..DOSANYA DIAMPUN WALAU SEBANYAK BUIH DILAUTAN (1000 KALI ULANG...
7 notes
·
View notes
Video
Sambil Menangis Di Depan Jemaatnya, Pendeta Ini Mengatakan ‘Islam Agama ...
1 note
·
View note
Video
Video Ini Sering di Hapus Youtube Karena Membuat Banyak Orang Masuk Isla...
1 note
·
View note
Photo

Iftar terakhir Ramadan Masjid Jamek Kubang Buaya 14.06.2018
5 notes
·
View notes
Text
The Inner Power of Isra Miraj
@edgarhamas
“Ada sesuatu yang mesti kita pahami dari setiap peringatan hari besar Islam”, tutur seorang guru suatu hari dalam kultumnya, “bahwa yang terpenting dari itu semua adalah interaksi kita dengan nilai, bukan interaksi kita dengan apa-apa yang menghias nilai.” Sebagai contoh, setiap hadir peringatan Nuzulul Qur’an di pertengahan Ramadhan, kita diberi banyak sekali ruang bicara untuk membahas keajaiban-keajaiban Al Quran, namun di saat yang sama, kita tidak punya waktu khusus untuk membahas sejauh apa interaksi kita dengan Al Quran.
“Kita terlalu sibuk berinteraksi seputar Al Quran”, lanjut beliau, “namun lupa untuk berinteraksi bersama Al Quran.”
Dan itu sesuatu yang jelas berbeda. Kesalahan yang sama terjadi pada cara kita memperingati Isra Miraj, sebuah momentum kolosal yang tidak pernah terjadi kecuali sekali di muka bumi ini, satu perjalanan menembus ruang dan waktu yang dianugerahkan Allah pada Nabi Muhammad ﷺ, di detik-detik kesedihan sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, sedatangnya beliau dari hina dan cercaan masyarakat Thaif.
Kita kemudian, terlalu takjub dengan pertanyaan-pertanyaan template yang bisajadi kita bahas setiap tahun, seperti apa itu Sidratul Muntaha, apa itu Buraq, dimana Buraq ditambatkan, dan lain sebagainya. Memang bukan sebuah kesalahan, namun sebagiamana dipesankan Sayyid Quthb, jika memang Al Quran tidak menyebut nama, tak usahlah dicari. Jika memang Al Quran tidak menyebut ruang, tak perlu penat menelisik, sebab segala yang diutarakan Al Quran, itulah pelajaran intinya.
Logikanya, apa yang Allah inginkan dari kita ketika dibentangkan sebuah mukjizat bernama Isra Miraj, tentunya akan lebih dari sekedar perjalanan ke langit, akan lebih dari sekedar pengabadian dalam Al Quran untuk dijadikan nama surat. Lebih dari itu, Allah menginginkan kita untuk membaca hikmah besar dari ruang dan waktu ketika peristiwa itu terjadi, kondisi Rasulullah dan keadaan hatinya ﷺ, lalu menyusunnya kembali sebagai bekal bagi kita untuk menghadapi hari ini.
Pertama, peristiwa ini memahamkan kita bahwa Nabi Muhammad adalah manusia biasa, yang bisa sedih, bisa bahagia, mampu menangis, dan jua sanggup tersenyum. Isra Miraj adalah bentuk nyata Kemahatahuan Allah tentang hati anak-anak Adam.
Ketika manusia-manusia lalim yang mengklaim dirinya sebagai maharaja tak tahu menahu tentang urusan hati rakyatnya, acuh pada keadaan jiwa masayarakatnya, Allah Sang Maharaja menghibur Nabi Muhammad dengan perjalanan megah. Jika Allah berkehendak, Dia bisa saja terus memberi beban-beban berat pada Nabi Muhammad tanpa peduli dengan keadaan jiwanya. Namun Allah Mahatahu sisi psikologis manusia, maka setelah kehilangan Khadijah dan Abu Thalib, setelah diusir dari Kota Thaif, Dia beri pertunjukan yang tiada duanya bagi kekasih-Nya. Agar kuat hatinya, kokoh lagi jiwanya, dan bening lagi cara pandangnya.
“Isra Miraj adalah hadiah dan hiburan bagi Rasulullah”, tutur Syaikh Yusuf Qardhawi dalam salah satu khutbah Jumatnya, “sebagai penguatan setelah beliau ditimpa musibah, seakan Allah ingin memberi tahu, ‘Wahai Muhammad, walaupun penduduk bumi memusuhimu, tenanglah, penduduk langit menyambutmu dengan hangat, walau mereka menentangmu, teguhlah, Allah disini membersamaimu, para Nabi juga mengiringi langkahmu.’”
Kedua, momentum ini berfungsi sebagai hard power yang menjadi tool bagi Nabi Muhammad, untuk memberi pelajaran pada bangsa Quraisy; bahwa ada kekuatan Mahadashyat yang jauh lebih hebat dari kekuasaan mereka.
Orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan berdagang ke Syam yang menghabiskan waktu perjalanan berangkat selama sebulan, dan pulang selama sebulan. Sedangkan beliau ﷺ melakukannya hanya dalam waktu sepertiga malam saja. Lebih-lebih lagi, ketika beliau ditanya tentang deskripsi Masjidil Aqsha –seperti berapa tiangnya, bagaimana bentuk pintunya, keadaan pelatarannya- beliau bisa menjawab dengan detail dan memuaskan, sedangkan mereka semua tahu bahwa Muhammad belum pernah ke Al Quds sebelumnya.
Di saat yang sama, ini juga menjadi ujian seleksi juga bagi orang beriman, karena momentum ini terjadi di luar nalar manusia biasa, dan hanya mereka yang meyakini kekuasaaan di atas kekuasaan manusialah yang akan mengamininya.
Ketiga, DR Yusuf Qardhawi memilih judul yang tepat untuk yang satu ini, yakni “sebuah estafeta kepemimpinan yang baru.”
Salah satu alasan, mengapa Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari Makkah ke Al Quds dulu, baru ke langit, adalah karena Al Quds menjadi satu latar utama ‘serah terima kepemimpinan umat manusia’ dari nabi-nabi sebelumnya kepada Nabi Muhammad. Dan serah terima ini, disimboliskan dengan dijadikannya Nabi Muhammad sebagai imam shalat ratusan Nabi dan Rasul di malam agung itu. “Dengan dijadikannya Nabi Muhammad sebagai Imam shalat para nabi”, tutur DR Yusuf Qardhawi, “menjadi isyarat bahwa kepemimpinan umat manusia telah berpindah kepada umat yang baru dan Nabi yang baru ﷺ, kenabian yang sifatnya untuk semesta raya, bukan lagi yang terbatas pada satu kaum di ruang dan waktu yang berbeda. Kenabian ini untuk seluruh warna kulit manusia, segenap zaman, dan sampai hari akhir nanti.”
“Itulah mengapa, ketika Dinasti Ummayah memimpin umat Islam”, tutur Syaikh Ali Muqbil, Ketua Dewan Ulama Palestina, “serah terima jabatan kekhalifahan dilakukan di Masjid Al Aqsha, sebagai bentuk meneladani dipilihnya Rasulullah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dunia, maka Al Aqsha memiliki gelarnya sendiri, yakni Ramzul Imamah, simbol kepemimpinan.”
“Ketika Nabi Muhammad mengimami seluruh Nabi dan Rasul di malam Isra”, tulis DR Sayyid Karim Ghanim dalam Kitab Mausu’ah Al I’jaz Al Ilmi fil Quran was Sunnah, “ia menjadi dalil yang kuat, menerangkan pada dunia bahwa risalah Islam ini untuk semesta, dan syariatnya telah mencakup semua aturan-aturan umat terdahulu, serta yang paling utama, ketika para Nabi dan Rasul menjadi makmum shalat di belakang Rasulullah, jelaslah bahwa tujuan mereka semuanya adalah satu; mengajak manusia untuk menyembah Allah, yang tak ada sekutu bagi-Nya.”
Keempat, banyak sekali isyarat yang Allah bentangkan ketika Dia memperjalankan Nabi Muhammad dari Makkah ke Al Quds terlebih dahulu. Satu diantaranya adalah, Allah ingin menciptakan pemahaman pada Umat Islam, bahwa ruang gerak umat ini semenjak awalnya bukan sebatas Makkah saja, namun menembus wilayah-wilayah luas di seluruh dunia, Al Quds salah satunya.
Di saat yang sama, Allah juga mengingatkan umat ini bahwa dakwah Islam bukanlah dakwah untuk bangsa Arab saja, melainkan juga untuk bangsa-bangsa lainnya, disimbolkan dengan Al Quds, karena saat itu ia dibawah kekuasaan Romawi dengan nama Elia Capitolina. Dampaknya, umat ini akan memiliki mental ekspanisonis dan observasi, penjelajah dan dinamis.
Kelima, terperintahkannya shalat dengan segala mekanismenya dalam Isra Miraj, mengindikasikan bahwa perintah ini datang langsung dari Allah, untuk Rasulullah tanpa perantara apapun. Hanya perintah shalat saja yang diterima Rasulullah tanpa perantara, merupakan hentakan bagi kita untuk menghayati bahwa shalat bukan main-main kedahsyatannya.
“Seorang Raja, jika ingin menyampaikan hal mahapenting untuk disampaikan pada duta-duta besarnya, tak akan memilih surat sebagai pengantar pesan itu, melainkan akan segera memanggil mereka dan menyampaikannya secara langsung”, seperti itu yang diumpamakan DR Yusuf Qardhawi.
Perintah shalat yang disampaikan ketika Mi’raj, akhirnya juga menjadi satu kesimpulan baru. Seorang hamba, ternyata, bisa kapanpun dia mau untuk melakukan mi’raj-nya sendiri. Setiap hamba punya kesempatan untuk mengarungi perjalanan ruhaninya sendiri-sendiri. Bagaimana caranya? Shalat. Dengannya, manusia yang hidup dalam alam fana bernama bumi, dengan leluasa dapat menjalin koneksi lurus dengan alam langit yang abadi.
Di tengah kasak-kusuk dunia yang sempit dan penuh persoalan, Allah memberi manusia akses untuk mengadu pada Presiden semesta, langsung tanpa administrasi dan birokrasi yang pelik. Akses ajaib itulah shalat kita, yang seringkali kita lalaikan penghayatannya.
Maka, dengan segala fasilitas mewah ini, apakah kita akan tetap banyak mencela nikmat?
321 notes
·
View notes
Text
SELAMAT MENYAMBUT “MAULIDUR RASUL” 1439 HIJRAH
*************************
Ketahuilah bahawa sebaik sahaja terbenamnya sang matahari waktu Maghrib pada petang ini, Khamis, 30/11/2017, maka masuklah tarikh kalendar Islam 12hb.Rabiulawwal, 1439 Hijrah, iaitu satu tarikh bersejarah ulang tahun kelahiran Nabi kita Muhammad, Rasulullah SAW. Selamat menyambut “Maulidur Rasul”
*SELAWAT MAULIDUR RASUL*💚💕💞💚🕌💚💕💞
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد
Selawat Allah ke atas Muhammad
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Selawat salam dipohon lagi
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد
Selawat Allah ke atas Muhammad
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Selawat salam dipohon lagi
يَا نَبِيْ سَلاَمٌ عَلَيْكَ
Wahai Nabi salam atasmu
يَا رَسُوْل سَلاَمٌ عَلَيْكَ
Wahai Rasul, salam atasmu
يَا حَبِيْبُ سَلاَمٌ عَلَيْكَ
Wahai kekasih, salam atasmu
صَلَوَاتُ الله عَلَيْكَ
Selawat Allah ke atasmu
أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا
Bulan purnama menyinari kita
فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُ
Hilang segala cahaya
مِثْلَ حُسْنِكَ مَا رَأَيْنَا
Indah menawan tak pernah dilihat
قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِ
Wajah gembira sepanjang hayat
أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ
Kaulah matahari, kaulah bulan
أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ
Kaulah cahaya mengatasi cahaya
أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالِي
Kaulah rahsia hidup mulia
أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِ
Kaulah menyuluhi jiwa
يَا حَبِيْبِيْ يَا مُحَمَّد
Wahai kekasihku, ya Muhammad
يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِ
Wahai pendamping indah sejagat
يَا مُؤَيَّدُ يَا مُمَجَّدُ
Wahai Nabi dijulang dipuja
يَا إِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِ
Wahai imam 2 kiblat
مَنْ رَأَى وَجْهَكَ يَسْعَد
Bahagialah orang memandang wajahmu
يَا كَرِيْمَ الْوَالِدَيْنِ
Wahai penghulu keturunan mulia
حَوْضُكَ الصَّافِى الْمُبَرَّد
Kolam airmu sejuk jernih
وِرْدُنَا يَوْمَ النُّشُوْرِ
Kunjungi kami pada hari akhirat
عَالِمُ السِّرِّ وَأَخْفَى
Allah mengetahui rahsia sulit
مُسْتَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Dialah menyahut semua seruan
رَبِّ إرْحَمْنَا جَمِيْعًا
Wahai Tuhan Rahmatilah kami
بِجَمِيْعِ الصَّالِحَاتِ
Dengan segala amalan soleh
وَصَلاَةُ الله عَلَى أَحْمَد
Selawat Allah ke atas Muhammad
عَدَّ تَحْرِيْرِ السُّطُوْرِ
Sebanyak baris kertas ditulis
أَحْمَدُ الْهَادِي مُحَمَّد
Ahmad Muhammad petunjuk jalan
صَاحِبُ الْوَجْهِ الْمُنِيْرِ
Empunya wajah berseri menawan
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد
Selawat Allah ke atas Muhammad
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Selawat salam dipohon lagi
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد
Selawat Allah ke atas Muhammad
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Selawat salam dipohon lagi
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ
Wahai Tuhan, selawat dan salam dan keberkatan atasnya❤📿ﷲﷺ
39 notes
·
View notes
Text
MENANGGALKAN HUJJAH MEMATAHKAN DALIH TENTANG MUSIK Selama hati masih lemah imannya dan takwanya, selamanya akan sulit menerima penjelasan haramnya musik meskipun dalil yang menguatkan sangat banyak dengan nash-nash yang muhkam baik dari alQuran dan as-Sunnah. Kalau ditanyakan tentang haramnya musik adakah disebutkandalam Al-Qur’an? Ternyata, banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan akan hal ini. Satu di antaranya adalah: Firman Allah ‘Azza wa jalla, وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Lukman: 6) Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwasanya setelah Allah menceritakan tentang keadaan orang-orang yang berbahagia dalam ayat 1-5, yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk dari firman Allah (Al-Qur’an) dan mereka merasa menikmati dan mendapatkan manfaat dari bacaan Al-Qur’an, lalu Allah Jalla Jalaaluh menceritakan dalam ayat 6 ini tentang orang-orang yang sengsara, yang mereka ini berpaling dari mendengarkan Al-Qur’an dan berbalik arah menuju nyanyian dan musik. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu salah satu sahabat senior Nabi berkata ketika ditanya tentang maksud ayat ini, maka beliau menjawab bahwa itu adalah musik, seraya beliau bersumpah dan mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Begitu juga dengan sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang didoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar Allah memberikan kelebihan kepada beliau dalam menafsirkan Al-Qur’an sehingga beliau dijuluki sebagai Turjumanul Qur’an, bahwasanya beliau juga mengatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan nyanyian. Al-Wahidy berkata bahwasanya ayat ini menjadi dalil bahwa nyanyian itu hukumnya haram. Dan masih banyak lagi, ayat-ayat lainnya yang menjelaskan akan hal ini. Bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkabarkan kepada umatnya tentang musik? Saudaraku, termasuk mukjizat yang Allah Ta’ala berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pengetahuan beliau tentang hal yang terjadi di masa mendatang. Dahulu, beliau pernah bersabda, ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف ”Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.”5 Saudaraku, bukankah apa yang telah dikabarkan oleh beliau itu telah terjadi pada zaman kita saat ini? Dan juga dalam hadis lain, secara terang-terangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang musik. Beliau pernah bersabda, إني لم أنه عن البكاء ولكني نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين : صوت عند نغمة لهو ولعب ومزامير الشيطان وصوت عند مصيبة لطم وجوه وشق جيوب ورنة شيطان “Aku tidak melarang kalian menangis. Namun, yang aku larang adalah dua suara yang bodoh dan maksiat; suara di saat nyanyian hiburan/kesenangan, permainan dan lagu-lagu setan, serta suara ketika terjadi musibah, menampar wajah, merobek baju, dan jeritan setan.” Kedua hadis di atas telah menjadi bukti untuk kita bahwasanya Allah dan Rasul-Nya telah melarang nyanyian beserta alat musik. Sebenarnya, masih banyak bukti-bukti lain baik dari Al-Qur’an, hadis, maupun perkataan ulama yang menunjukkan akan larangan dan celaan Islam terhadap nyanyian dan alat musik. Dan hal ini bisa dirujuk kembali ke kitabnya Ibnul Qayyim yang berjudul Ighatsatul Lahafan atau kitab-kitab ulama lainnya yang membahas tentang hal ini. Lalu, bagaimana dengan musik Islami? Setelah kita mengetahui ketiga dalil di atas, mungkin ada yang bertanya di antara kita, lalu bagaimana dengan lagu-lagu yang isinya bertujuan untuk mendakwahkan manusia kepada kebaikan atau nasyid-nasyid Islami yang mengandung ajakan manusia untuk mengingat Allah? Bukankah hal itu mengandung kebaikan? Maka kita jawab, ia benar. Hal itu mengandung kebaikan, tapi menurut siapa? Jika Allah dan Rasul-Nya menganggap hal itu adalah baik dan menjadi salah satu cara terbaik dalam berdakwah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabat adalah orang-orang yang paling pertama kali melakukan hal tersebut. Akan tetapi tidak ada satu pun cerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya melakukannya, bahkan mereka melarang dan mencela hal itu. Wahai saudaraku, perlu diketahui, bahwasanya nasyid Islami yang banyak kita dengar sekarang ini itu, bukanlah nasyid yang dilakukan oleh para sahabat Nabi yang mereka lakukan ketika mereka melakukan perjalanan jauh ataupun ketika mereka bekerja, akan tetapi nasyid-nasyid saat ini itu merupakan budaya kaum sufi yang mereka lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mereka menjadikan hal ini sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah, yang padahal hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, maka dari mana mereka mendapatkan hal ini? Maka telah jelas bagi kita, bahwa kaum sufi tersebut telah membuat syariat baru, yaitu membuat suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah Ta’ala dengan cara melantunkan nasyid yang hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Waktu-waktu yang diperbolehkan untuk bernyanyi dan bermain alat musik. Saudaraku, Islam tidak melarang kita secara mutlak untuk bernyanyi dan bermain alat musik. Ada waktu-waktu tertentu yang kita diperbolehkan untuk melakukan hal itu. Kapan itu? 1. MUSIK HARI RAYA Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh istri beliau, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu masuk (ke tempatku) dan di dekatku ada dua anak perempuan kecil dari wanita Anshar, sedang bernyanyi tentang apa yang dikatakan oleh kaum Anshar pada masa perang Bu’ats.” Lalu aku berkata, “Keduanya bukanlah penyanyi.” Lalu Abu Bakar berkata, “Apakah seruling setan ada di dalam rumah Rasulullah?” Hal itu terjadi ketika Hari Raya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya dan ini adalah hari raya kita.” 2. MUSIK WALIMAH Hal ini berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang menceritakan tentang anak kecil yang menabuh rebana dan bernyanyi dalam acara pernikahannya Rubayyi’ bintu Mu’awwidz yang pada waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengingkari adanya hal tersebut. Dan juga berdasarkan dari sebuah hadis, bahwasanya beliau pernah bersabda, “Pembeda antara yang halal dan yang haram adalah menabuh rebana dan suara dalam pernikahan.” Jadi, telah jelas bukan, bahwa keadaan yang diperbolehkan untuk bernyanyi dan bermain alat musik hanyalah ketika hari raya dan pernikahan. Dan alat musik yang diperbolehkan hanyalah duff (rebana) yang hanya dimainkan oleh wanita. Beberapa karakter khas yang ada dalam nyanyian dan musik 1. Dapat melalaikan hati 2. Menghalangi hati untuk memahami Al-Qur’an dan merenungkannnya serta mengamalkan kandungannya 3. Al-Qur’an dan nyanyian tidak akan bertemu secara bersamaan dalam hati selamanya. Karena Al Qur’an melarang mengikuti hawa nafsu dan memerintahkan untuk menjaga kesucian hati. Sedangkan nyanyian memerintahkan sebaliknya, bahkan menghiasinya dan merangsang jiwa manusia untuk mengikuti hawa nafsu. 4. Nyanyian dan minuman keras ibarat saudara kembar dalam merangsang jiwa untuk melakukan keburukan. Saling mendukung dan menopang satu sama lain. 5. Nyanyian itu pencabut kewibawaan seseorang 6. Nyanyian dapat menyerap masuk ke dalam pusat khayalan, lalu membangkitkan nafsu dan syahwat yang terpendam di dalamnya. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Karakter-karakter khas yang terdapat pada musik tersebut mencakup semua jenis musik, baik itu musik rock, pop, dangdut, maupun musik Islami. Karena hal ini memang telah terbukti di kalangan para pecinta musik. Dan memang, nyanyian dan musik ini sangat besar pengaruhnya bagi para pelaku dan pendengarnya dari segala sisi, baik dari akidahnya, akhlaknya, maupun dari akal pikirannya yang telah menunjukkan adanya kemerosotan yang sangat signifikan jika dibanding dengan generasi kakek nenek kita, yang mana dulu masih jarang ditemukan adanya nyanyian ataupun musik. RESONANSI Wahai Saudara, kami rasa ketiga dalil dari Al-Qur’an dan hadis di atas dan penjelasan setelahnya, sudah cukup membuktikan kepada kita bahwa Islam melarang adanya nyanyian dan alat-alat musik. Dan juga, sudah cukup melegakan hati saudaraku yang memang sebelumnya kontra dengan musik. Dan menjadikan terang dan jelas bagi saudaraku yang sebelumnya pro dengan musik. Dan telah terjawab sudah, pertanyaan pada judul pembahasan kita saat ini. Bukankah demikian? Namun memang sudah seharusnya bagi kita seorang muslim, untuk menerima dengan tunduk apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, tanpa ada rasa berat dan penolakan sedikit pun dari dalam hati kita. Karena jika hal itu terjadi, maka itu adalah salah satu tanda adanya kesombongan yang ada dalam hati kita. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, لَايَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ» قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: «إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ “Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan.” Lalu ada seorang laki-laki bertanya pada beliau, “Sesungguhnya manusia itu menyukai baju yang indah dan sandal yang bagus.” Lalu beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa melakukan segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala apa yang Dia larang. Sesungguhnya Allah Ta’ala-lah yang Maha Pemberi taufik dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanyalah milik Allah semata. ~Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin Lc~
9 notes
·
View notes
Photo

*A summary of what is going on in Burma:* 📝😰📝😰📝😰📝 Burma is located near China and India. There is a Muslim nation called Rohingya in Burma. They have another name, the Myanmar. The country is ruled by a Buddhist army. Muslims there represent about 10 percent of the population. Muslims there are subject to extermination and displacement. This story is not new. This crime began a long time ago.
In 1784, a Buddhist king called “Bodawpaya” feared the spread of Islam in the region. From then on he began to persecute the Muslims. Buddhists have committed the worst crimes against them, such as burning children, killing, torture, and other forms of persecution because their only sin is that they are Muslim, nothing more!!
When the Muslims of Burma tried to escape, no Muslim country was willing to accept them. The only option they had was to die at sea or from hunger, fear, and intimidation.
Why do I tell you this painful story? Because we will be held accountable and we will be asked about our Muslim brothers tortured in a land and we did not support them!!
If someone asks me what can I do for them?! How can I help them?
I will say: It is very simple. These brothers in humanity and religion… no one knows anything about them. The media does not speak about them and their suffering.
The simplest thing you can offer them is to let others know their story and to feel their suffering. Know that all the problems you have in your life - I swear by Allah - are nothing compared to the calamitiy of the people of Burma.
*They have been abandoned by the Islamic world and the human world. They resemble the people of Al-Ukhdood (Surat Al-Burooj)*
Spread their cause and make the world know it and know what is happening to them. This is a stain on the forehead of all of humanity and on the Islamic world in particular. Pray for them a lot in your prayers, in private, and at all times: that Allah removes his calamity from them and brings His anger upon the tyrant killers, and doing this is the weakest level of faith!
The Messenger of Allaah (may the peace and blessings of Allaah be upon him) said: “The believers in their love, mercy and sympathy, towards one another are like one body, if one limb complains, the rest of the body joins it, staying up at night with a fever.” O oppressed people of Burma, O oppressed Muslims around the world, Allah is sufficient for us and for you, and He is the best trustee.
Oh Allah, we entrust you with our brothers everywhere.
- Dr. Mohamad al-Arefe-
590 notes
·
View notes
Text
20 Sifat-sifat ALLAH s.w.t
Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh orang-orang Islam yang terkandung di dalam al-Quran berjumlah 20 sifat. Termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui.
BIL : 1
SIFAT WAJIB : WUJUD
MAKNA : Ada
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada.
BIL : 2
SIFAT WAJIB :QIDAM
MAKNA : Sedia
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu sedia ada. Mustahil didahului oleh Adam (tiada)
BIL : 3
SIFAT WAJIB : BAQA
MAKNA : Kekal
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu bersifat kekal. Mustahil ia dikatakan fana (binasa)
BIL : 4
SIFAT WAJIB : MUKHALAFATUHU LILHAWADIS
MAKNA : Tidak sama dengan yang baharu
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baharu yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil bersamaan dengan yang baharu.
BIL : 5
SIFAT WAJIB : QIYAMUHUU BINAFSIH
MAKNA : Berdiri dengan dirinya sendiri
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu bersendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau berdiri pada lainnya.
BIL : 6
SIFAT WAJIB : WAHADAANIYAT
MAKNA : Esa
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu Maha Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia mempunyai Dzat, sifat dan perangai yang berbilang-bilang.
BIL : 7
SIFAT WAJIB : QUDRAT
MAKNA : Kuasa
SIFAT MUSTAHIL : Alah Taala itu Maha Berkuasa. Mustahil Allah itu lemah atau tidak berkuasa.
BIL : 8
SIFAT WAJIB : IRADAT
MAKNA : Menentukan
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu Menentukan segala-galanya. Mustahil Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa.
BIL : 9
SIFAT WAJIB : ILMU
MAKNA : Mengetahui
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu amat mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahui.
BIL : 10
SIFAT WAJIB : HAYAT
MAKNA : Hidup
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu sentiasa hidup yakni sentiasa ada. Mustahil Allah Taala itu tiada atau mati.
BIL : 11
SIFAT WAJIB : SAMA
MAKNA : Mendengar
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu tidak tuli (pekak). Mustahil Allah tuli atau tidak mendengar.
BIL : 12
SIFAT WAJIB : BASAR
MAKNA : Melihat
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu sentiasa melihat. Mustahil Allah Taala itu buta.
BIL : 13
SIFAT WAJIB : KALAM
MAKNA : Berkata-kata
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil Allah Taala itu tidak bercakap atau bisu.
BIL : 14
SIFAT WAJIB : QOODIRUN
MAKNA : Maha Kuasa
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu amat berkuasa sifatnya. Mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah atau tidak berkuasa.
BIL : 15
SIFAT WAJIB : MURIIDUN
MAKNA : Menentukan
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya. Mustahil sifatnya terpaksa atau dipaksa.
BIL : 16
SIFAT WAJIB : AALIMUN
MAKNA : Maha Mengetahui
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil atau tidak mengetahui.
BIL : 17
SIFAT WAJIB : HAYUUN
MAKNA : Hidup
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil pula Allah itu mati.
BIL : 18
SIFAT WAJIB : SAMI'UN
MAKNA : Mendengar
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak mendengar atau tuli.
BIL : 19
SIFAT WAJIB : BASIIRUN
MAKNA : Melihat
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat Allah itu tidak melihat atau buta.
39 notes
·
View notes
Text
Bagaimana Harusnya BERSIKAP??
Orang berilmu tidak harus menjawab semua pertanyaan yang diajukan pada dirinya. Karna tidak semua pertanyaan itu harus dijawab…
Ada kalanya kita harus mengatakan “saya tidak tahu” atau “wallahu a'lam”. Karena kalimat ini adalah bagian dari keimanan. Ingat bagian dari keimanan, tersebab ini menyelamatkan bagi yang bertanya ataupun yang menerima jawaban.
Jangan malu jika ada pertanyaan yang tidak terjawab. Jangan malu jika pertanyaan lama baru terjawab (nah ini terkadang saya sering dikondisi seperti ini).
Para ‘alim (seorang yang ahli ilmu), sangat berhati-hati dalam berbicara atau menjawab pertanyaan, padahal mereka sudah ahli ilmu.
Sedangkan kita?? (Nunjuk diri)
Telah shahih dari Ibnu mas'ud radhiyallahu ‘anhum:
“Barangsipa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh manusia, maka ia adalah seorang gila.” (Menjadi kekasih Allah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Pustaka At-Tibyan, Solo)
Nah jadi jelas bukan, bahwa tidak semua pertanyaan yang masuk atau yang diajukan itu harus dijawab. Meski setiap pertanyaan itu biasanya membutuhkan jawaban..
((Self Reminder)) - Ibn Syams
199 notes
·
View notes