pamelaaap
pamelaaap
Untitled
19 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
pamelaaap · 3 years ago
Text
Tanya
Urusan hati, siapa yang mengerti?
Diri sendiri?
Ah, aku sudah tidak peduli
Setiap hari kutata, setiap hari pula runtuh tak bersisa
Kalau kau tanya fungsi kepala
Dia pun sama
Jangan kau penuhi dengan kalimat-kalimat tanya
Apa pula fungsi pundak?
Dia sudah terlalu lelah menanggung duka
Derita yang membuat tingginya merendah
Entahlah, belum kutemukan jawabannya
4 notes · View notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
LALU
Kita, makhluk yang memberikan trauma bagi yang lain.
Yang lebih sering memperparah, tanpa peduli sudah sedalam apa.
Yang dengan tidak jarang menoleh, berlalu, kemudian menggumam dengan kata-kata cacian.
Atau pada saat itu juga, di depan matanya, menyudutkan tanpa memberi celah untuk menjelaskan.
Entah sudah berapa lama si makhluk itu menyembunyikannya rapat-rapat.
Bertarung dengan waktu, bahkan dirinya sendiri.
Ketika goa yang rapat itu setiap hari terkikis oleh tetesan hujan dan membuat setitik cahaya masuk...
Kita, yang bahkan posisinya sama dengannya..
Merasa besar, merasa lebih, dan dengan semena-mena mengacak ruangan yang telah ia atur dan bangun dengan begitu lama.
Akhirnya, si makhluk tersebut kembali ke goa dan menutup dengan batu lainnya, agar cahaya yang masuk kembali terhalang.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
ENTAH
Aku benci kamu, kita, mereka, bahkan diriku sendiri.
Karena getir lagi-lagi kembali tanpa permisi.
Sedih tanpa alasan, menangis tanpa sadar, hingga akhirnya tersedu-sedu dan berhenti sesaat kemudian.
Entah berapa kali sudah terulang.
Tak kuhitung jumlahnya.
Ingin bercerita tapi tak mengerti prolognya.
Jika aku langsung ke bagian inti, aku berarti sengaja melewatkan detail kecilnya.
Mengambil kesimpulan sendiri, membuktikan betapa egoisnya diri ini.
Yang kuhadapi kini bukan lagi persimpangan jalan.
Namun, aku berada dalam ruangan berwarna putih yang kosong dan menyiksa.
Bohong jika kubilang tak ada yang terjadi.
Apalagi berkata bahwa "Aku baik-baik saja."
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
Akhir yang Keliru / Bukan Akhir
Tahukah kamu hal yang paling menyesakkan hati?
Saat semesta sudah tak lagi merestui.
Turut berduka cita, Mbak.
Untuk dia yang salah memahami dan berlalu pergi.
Kalian saling mengira-ngira tentang hati.
Melempar ekspektasi tanpa sepenuhnya kenal diri.
Dan akhirnya melampaui diri.
Berakhir bukan karena berada di garis akhir.
Namun, pergi tanpa sejenak berpikir.
Bahwa mungkin saja ini bukan takdir.
Tapi keegoisan yang menguasai diri.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
LUKA DARI-NYA
Sebegitu sering kau menduakan Dia dengan makhluk-Nya, cemburu-Nya dapat mematahkan segala ekspektasi manis yang kau punya. Dengan sengaja, beraninya kamu berharap pada-Nya dengan membuat Dia cemburu. Secukupnya, selayaknya, sepantasnya lah kamu dalam tutur dan perangai. Begitupun ketika mencintai makhluk-Nya. Jangan pergi dan lupa saat bahagia menyelimuti. Dan engganlah kamu kembali jika hanya ingin menuntut keadilan. Padahal lakumu lah yang membuat-Nya enggan mengasihimu.
Harusnya, yang kau rebut hatinya adalah Dia. Mestinya, yang kau dekati dan kau pintai restu juga adalah Dia, pada awalnya.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
MAKNA
Yang masih bisa bertahan biarkanlah bertahan. Yang ingin pergi biarkanlah pergi. Karena memang setiap hal ada masanya. Layaknya makanan yang punya date expired nya.
Terima kasih untuk yang masih bertahan dan terima kasih yang sudah pergi. Kalian sama-sama memberikan makna hidup.
Kalian sama-sama menyakiti. Yang satu mematahkan ekspektasi orang lain, sedang yang lain mematahkan ekspektasi diri sendiri.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
Tahukah kamu, yang membuat batu tetap tinggal?
Bukan dengan menghancurkannya dengan batu lain yang lebih keras. Terkikis oleh tetesan hujan, mampu membuatnya tidak sekeras dulu.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
Terima kasih, hati
Menangislah jika memang ingin menangis. Air mata yang kau tumpahkan bukan tanda kelemahan. Berteriaklah saat rasa sesak di dada sudah mulai mencekikmu. Semesta selalu menyediakan tempat untuk itu. Lakukan apa yang memang kini menyesakkan hatimu. Buat ia kembali lapang dengannya. Agar kelak ketika kau temukan bahagiamu itu, yang tersisa hanyalah senyuman. Terima kasih untuk hati. Yang telah menanggung semua beban diri. Nyatanya kamu lebih kuat dari yang kukira. Kamu lebih hebat dari mereka yang meremehkan.
1 note · View note
pamelaaap · 4 years ago
Text
RUMIT
Aku..sekali waktu kau katakan itu Dalam temu pertama Dalam percakapan yang belum begitu panjang Dengan rencanaku yang masih samar Yang riuh di kepala dan berputar-putar Aku...yang mengada-ngada akan makna Hanya untuk melihat teguhmu Nyatanya itu hanya kengerianku yang semu Yang ku ingat Kamu hanya tersenyum Menawarkan ketenangan untukku Dan bersedia memahami getir hati ini
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
KAMU
Jika kupikir ulang, ternyata aku memang tak tahu segalanya tentang kisah hidupmu. Perjalanan yang membuatmu jungkir balik hingga saat ini. Bukan karena tak ada rasa yang melekat. Namun, memang aku yang menginginkan ini. Menghindari gesekan yang meruncing andai terlalu dekat. Acapkali sering kurasakan ini dalam perjalananku. Pernah sekali waktu aku cemburu. Pada mereka yang dengan riang, tur kesana kemari denganmu. Seolah aku sejenak terlupakan dalam ingarmu. Tapi itu bukan kewajibanmu. Menghilangkan dahaga keinginanku. Justru aku terenyuh dengan sikapmu yang lain. Yang mengingat dalam hening dan sendu. Ketika lukamu yang koyak dikucuri cuka.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
EKSPEKTASIKU & MU
Mana kata-kata juang yang kau gaungkan dulu?? Nyatanya kini terkikis oleh celotehan yang dibebankan kepadamu Yang padahal bukan menjadi kewajibanmu Namun tetap saja kau tuang semua gelas sampai penuh Membuat kepalamu dipenuhi dengan rasa puas Sedang yang lain kau buat terseok-seok Iya... itu aku... Dan seringkali kau sebarkan berita dengan bangga Yang kau banggakan pada sebayamu itu pengorbanan atau kebodohan??? Yang kau buat redup juangnya nyatanya juga aku Yang hanya diberi jaminan waktu non sertifikat dan bukan hak milik Hahaha....aku tertawa lirih pada angin yang tak bisa ku genggam
1 note · View note
pamelaaap · 4 years ago
Text
Rapuh yang Bercermin
Kita... rapuh yang bercermin. Retak di sisi berlainan. Nyatanya diri ini pun rapuh. Yang berlagak dengan sisi penuh. Dengan mirisnya, banyak bagian yang hilang. Pembedanya hanya waktu. Saat mulai terpojok bersama debu. Lalu, dihujani dalam rumah tanpa atap yang terus menggenangi seluruh pikiran, panik pun menggelegar. Bersikeras mencari retakan yang hilang. Namun, yang ditemui selalunya sisi yang tak sama. Ternyata bagian yang hilang takkan pernah ditemui. Karena kita..... rapuh yang bercermin.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
FAJAR
Aku mencari saat fajar hampir tiba, tapi yang kutemukan hanya gerutumu. Aku mencari saat fajar menyusuri jalannya, tapi yang kulihat hanya sibukmu. Aku mencari saat fajar sampai di separuh perjalanannya, tapi yang kudapat hanya keluhmu. Saat fajar mulai lelah aku pun melihat lelahmu. "Apakah ini saatnya?", pikirku. Namun ternyata masih saja kau mengesampingkanku. Sekali lagi, fajar menoleh untuk pergi, tapi aku tetap saja bukan prioritasmu. Saat terakhir kali fajar menghilangkan jejaknya, kamu sudah berada dalam lelap panjangmu.
1 note · View note
pamelaaap · 4 years ago
Text
Malam ini, aku teringat kejadian sepekan lepas dimana ketika aku sedang bercengkrama dengan para jagoan mengenai cara menanam tanaman dari mulai benih hingga nanti kelak berbuah. Kami menanam dari benih yang beragam dari mulai bayam hijau, kangkung, selada, tomat, pakcoy, dan kacang panjang. Berbagai pertanyaan terlontar dari mereka, menunjukkan rasa keingintahuan yang begitu mendalam. Hingga sampai pertanyaan dari salah satu jagoan mengenai tumbuhan selada.
Jagoan: "Kak, selada itu taneman yang kayak gimana sih?"
Aku: "Dia itu sayuran berwarna hijau yang biasa ada di burger. Yang bentuknya bergelombang."
Jagoan: "Oh, yang biasa dicampur pake daging sama roti ya kak?"
Aku: "Iyaaa...wuih pinter..."
Jagoan: "Ini juga kita mau nanem tomat kan kak? Nanti kalo udah berbuah bisa dibikin jadi saos tomat dong. Terus nanti bisa kita tambahin ke burger yang tadi sama selada."
Aku: (seketika hening dan tersenyum)
Ternyata bahagia bisa didapat dari pertanyaan sesederhana itu.
1 note · View note
pamelaaap · 4 years ago
Text
Kembali
Kembali lagi terdengar kata "Terserah" dari getar bibirnya yang ragu-ragu. Menyerahkan keputusan seutuhnya kepadaku dengan sikap gemetar yang seolah memaksaku untuk menerimanya. Kali ini, bukan karena aku yang bertindak pilih-pilih. Namun, memang sedari awal sikapku menyiratkan kalimat bahwa "Aku tak mau meneruskan ini." Seakan kau berpaling untuk mengerti dan mendesakku dengan semua daftar keinginanmu. "Aku lelah, lelah melakukan berbagai rentetan daftar yang kau buat. Lelah meneruskan kehidupanmu yang tak tercapai. Aku pun punya hal lain yang sedang kuurus." Kau membuatku menjadi tameng untuk bahagiamu yang semu. Kau letakkan aku di barisan terdepan untuk diobral dengan ucapan-ucapan yang membelalakkan mata. "Cukup" kataku. "Sudahilah jalanmu untuk sementara waktu. Jangan biarkan orang lain mengatur pikiranmu. Kita tak bisa lebih hebat dari orang lain. Namun juga tak sepenuhnya payah dalam hidup." Mari kita kembali telusuri jalan yang berbatu itu. Namun, dengan mata yang condong pada jalan yang kita lalui.
0 notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
Ruang Obrolan
Kami sebaya yang bercerita hingga larut malam
Menggerutu tentang timpang tindihnya kehidupan
Berkeliling mencari-cari jawaban
Yang ternyata sering dipermainkan oleh ekspektasi dan semesta
Juga oleh waktu yang bergulir lebih cepat dari kemampuan
Terima kasih Tuhan yang menolak mendengarkan kami
Membiarkan kami bergelut dengan pikiran sendiri
Dan membiarkan kami memvalidasi itu atas nama kaum kami
Hingga akhirnya lelah menggerogoti raga kami
Dan pasrah menjadi pilihan
Bagi kami jiwa-jiwa yang malang
Apakah mungkin kepingan jawaban itu telah tersebar di depan mata?
Atau mungkin hanya abu-abu yang terangkai berdasar keinginan kami?
Kami masih meraba-raba
Hingga batas waktu yang belum terjangkau oleh kami
3 notes · View notes
pamelaaap · 4 years ago
Text
SUMY
Dua pertiga dalam hidupku sudah Dia mengizinkanku untuk tetap jadi kepingan dalam puzzlemu. Kepingan yang belum hilang ditelan masa. Terima kasih untuk telinga yang tak pernah letih. Terima kasih untuk pundak yang telah kau bagi. Terima kasih untuk luapan kasih sayang yang tak pernah habis. Terima kasih telah menanyakan kabar diriku yang bahkan sering kulupakan. Untuk semua kebaikan yang tak pernah henti. Maaf dariku yang sering berucap tanpa berpikir. Yang sering berperangai tanpa mengerti. Jangan pernah bosan untuk menjadi tanah yang gembur saat yang tertinggal hanyalah akar. Aku tak perlu ribuan manusia untuk menjejalkan kebahagiaan kepadaku. Cukup satu yang bisa mengerti apa jeritku.
5 notes · View notes