pras-pekok

[pras-pekok]

[pras-pekok]

Ruang Publik (Daring)

[pras-pekok]

"Dia itu, bla... bla... bla... bla... bla..." "Mereka itu, bla... bla... bla... bla... bla..." .... Kenyataan, .... .... ... ... ... itu urusannya Tuhan !!!

(P-Pekok, Bekasi, 2017)

[pras-pekok]

Kembali meyakini dan mengagumi "kecoa"... dia tak pernah besar kepala meskipun tubuhnya mengkilat dan berkilau. Dia juga tetap bersahaja. Ah kecoa... dalam bahasa jawa adalah "coro".. dia selalu sabar, itulah "coro" atau "cara" dia hingga tubuhnya berkilau dan bersahaja. dia juga bisa tiada bila "dibalikkan tubuhnya yang berkilau", hakikatnya.. adalah manusia akan tiada rasa bahagia, hingga bisa tiada hidupnya bila manusia "dibalikkan rasa kenyamanannya dalam hidupnya".

(P-Pekok, Bekasi, 2016)

[pras-pekok]

Masih tentang Kecoa; Meskipun tubuhmu berkilau, tapi kau tetap merendah... Meskipun tubuhmu berkilau, tapi banyak orang jijik terhadapmu.. Meskipun kau diam, bagiku kau tetap bersahaja.

(P-Pekok, Bekasi, 2016)

[pras-pekok]

Air liur telah mengering diantara derasnya air mata, tanganku seperti gerimis yang mengusap tangis. Aku terjatuh di tanah, aku menangis di air. Negeriku, tanah airku hingga darahku tumpah. Garuda yang dulu sakti, kini telah ingkar janji. Apakah merah putih harus diisi dengan gambar pedang? Merah dan putih menjadi jingga, hitam dan putih menjadi kuning. Asap pekat warna coklat di sela-sela etalase ibu kota. Hijau sabana pasir lautku tak membuat menjadi abu-abu. Putih yang tak suci, tapi aku lupa warna biru. Kemana warna biru di langit merah putihku? Biru yang luas, tertusuk rindang beton dilengkapi dengan satelit dan obat pencahar. Mulai dari alat kontrasepsi hingga alat konspirasi tersedia dinegeri ini. Apa yang anda pikirkan adalah kenapa anda selalu memikirkan apa yang menjadi pikiran anda. Dalam tempurung terdapat denyut nadi, nadi yang penuh nada, berirama tak beriring. Aku rindu kicauan geluduk di pagi dan malam hari, aku rindu tangisan kemarau di sejuknya matahari. Ada yang membakar dupa, ada yang bersujud, ada yang bernyanyi, ada yang menyepi, ada yang bertapa dan ada yang lainnya. Ah, aku lupa dimana kuletakkan crayon warna biru.

(P-Pekok, Bekasi, 2016)

[pras-pekok]

Hanya ada kesenyapan dalam sanubariku, terdengar alunan tetesan air mata dan iring-iringan binatang malam yang mengiringi kesunyianku... dinegeri ini aku menangis, dinegeri ini aku merintih, dinegeri ini aku mati suri, dimana akan temukan titik cerah penuh nada? tak ada tempat bagi kebenaran agar damai dapat tercipta.. tak ada rongga kehidupan bagi orang-orang yang tak berfungsi.. "saat aku tau bahwa semua itu adalah SEPI".

(P-Pekok, Bekasi, 2015)

[pras-pekok]

Tidak ada yg dikerjakan, Segala sesuatu di atas bumi ini tetap dilakukan atau telah dilakukan. Lukisan paling besar belum dilukis, drama paling besar belum ditulis, puisi paling besar belum disyairkan. Di seluruh dunia tak ada kereta api yg sempurna, juga tak ada pemerintahan yang baik, juga tak ada hukum yang masuk akal. Fisika, matematika, dan terutama ilmu-ilmu pengetahuan yang paling maju dan paling eksak, sedang direvisi secara fundamental. Kimia baru saja menjadi sebuah sains; psikologi, ekonomi dan sosiologi sedang menantikan seorang Darwin, yang karyanya, pd gilirannya akan menantikan seorang Einstein. Jika anak laki-laki berhura-hura dikampus bisa menceritakan hal ini, mereka mungkin tidak semuanya menjadi orang yang ahli dalam bidang sepak bola, partai-partai, dan meraih peringkat-peringkat. Akan tetapi, mereka tidak diberi tau untuk mempelajari apa yg sudah diketahui, sama sekali tidak ada apa-apanya.

(P-Pekok, Bekasi, 2015)

[pras-pekok]

Maha agung Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan Maha agung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya? Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita. Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara. Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka, Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya. Kemana pun memandang yang tampak ialah kebenaran. Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang. Maha agung Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan, Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta, Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya.

(P-Pekok, Tangerang, 2013)

[pras-pekok]

Aku bukan seorang ahli bahasa, ahli tafsir, apalagi ahli agama. Aku bukan seorang cendekiawan-aku tak punya modal pengetahuan. Yangg aku punya cuma satu "kebiasaan". Kebiasaan melihat langit yang tak terbatas. Langit yang tak terbingkai... Langit yang bukan yahudi, bukan kristen, bukan muslim, bukan hindu, bukan buddhis, bukan ini, bukan itu. Langit yang satu adanya. Langit malam tanpa bulan-itulah Tuhan. Sebelum ada Cahaya, yang ada apa? Kegelapan abadi, kekosongan Sempurna-itulah Tuhan.

(P-Pekok, Tangerang, 2013)

[pras-pekok]

Saat aku meruang, mereka datang.. Saat aku berpangkat, mereka berhasrat.. Saat aku fakir, mereka menyingkir.. mungkin; Saat aku mati, mereka hanya berkata.."aduh kau mati!!

(P-Pekok, Bandung, 2008)