Text
Kita sering mengira, kondisi tak memiliki tujuannya adalah kondisi memiliki. Belum menikah seolah tujuannya adalah menikah. Belum punya anak seolah tujuannya adalah mempunya anak. Belum mapan seolah tujuannya adalah mapan. Belum punya ini punya itu seolah tujuan hidup kita harus punya ini punya itu. Sehingga segala upaya dikerahkan untuk mencapai tujuan itu. Bila tak didapatkan habis kesabaran kemudian kecewa, sebagian dari kita putus asa, sebagian sudah tak peduli.
Bagaimana bila kita mengubah konsep bahwa tujuan kita adalah Allah. Sehingga saat dalam kondisi serba belum kita mampu menikmati kesabaran sebagai hal terindah untuk menikmati rasa syukur menjadi seorang hamba dari Allah. Kemudian memiliki atau belum memiliki menjadi tidak terlalu penting. Sebab di titik itu kita menyadari, dianugerahi dengan limpahan hidayah dan ketenangan melewati apapun fasenya adalah kekayaan yang tidak bisa digantikan oleh kepemilikan kita atas apapun di dunia ini.
Alizeti, Jakarta
554 notes
·
View notes
Text
Seribu Harap di Seribu Parit
Judul diatas adalah judul artikel gue yang dimuat di Trubus edisi November 2017. Don’t worry, it didnt same. I won’t tell you about coconut scientifically, just concerning in my journey.
Pertama kalinya- dengan izin Allah- gue menginjakkan kaki di Pulau Sumatera!!!
Bukan Padang, bukan Medan guys, tapi Riau.
I’m so excited, walaupun saat menerima tugas ini gue sempat ragu, yang dalam perjalanannya semakin ragu hahaha.
Ragu, kata beberapa peserta tur serta bapak yang mengundang, daerah yang dikunjungi masih jauh dari Pekanbaru, sekitar 8 jam.
Kenyataannya, gue hampir 12 jam naik bis dari Pekanbaru ke Kab. Indragiri Hilir (Inhil) bersama pengusaha kelapa dari berbagai daerah. Sepanjang jalan kebun, parit, hutan, dan gelap.
Ada yang muda, ada yang tua. Ada yang mabok darat, ada yang tidur terus.
Kabupaten Indragiri Hilir dengan Ibu Kota Tembilahan adalah daerah dengan perkebunan kelapa terluas di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Provinsi Riau. Daerah ini terkenal dengan julukan “Negeri Seribu Parit” karena daerah ini terdiri dari perairan, sungai, rawa-rawa, dan perkebunan kelapa yang dipisahkan oleh ribuan parit. Tak dipungkiri, kelapa menjadi harapan hidup Inhil.
Sesampainya di Inhil, malam pertama disambut makan malam dan sambutan dari Bupati Inhil. Makanannya enak, dengan bumbu khas Sumatera yakni pedas, asin, santan.
Selanjutnya gue menginap di hotel harmoni, kota Tembilahan.
Beruntungnya gue sekamar sama akhwat asli Inhil yang kerja di Dinas bencana, Pekanbaru, namanya Putri Adelia. Ia memberi penjelasan tentang kotanya. Gadis keturunan Banjar - Bugis itu menemani gue dalam 5 hari trip. Makasih Putri!
Mulai dari jaga stand di festival, hadir seminar kelapa internasional, makan nasi khas Inhil yang pera’ macam nasi padang gitu pakai tangan, susah tapi seru!
Minum 1000 kelapa serentak, mencicip 500 makanan berbahan dasar kelapa,
Kabur saat pertemuan bisnis, jajan es kelapa di pinggir sungai, melewati pemukiman penduduk yang rumahnya khas rumah daerah. Gue lihat perahu perahu kecil, namun ternyata muat membawa 5 motor untuk menyebrangi sungai ke daerah sebrang. MasyaAllah.
Kami kabur karena ruangannya memang tidak muat, sedangkan menurut pengusaha muda yang udah cees sama gue (wkwk) “Intinya sama saja rit. Nanti malam aja, ada lagi small meeting di aula hotel.”
Hari terakhir yakni kegiatan trip ke Pabrik Cocomas dan Tanjung Pidada. Disana banyak rumah khas lahan rawa atau lahan gambut yakni rumah tidak langsung menyentuh tanah tetapi ada kaki sebagai penyangga rumah. Puncaknya, seluruh peserta menghanyutkan 2500 kelapa ke sungai/parit.
Menjelang pulang, ada beberapa masalah transport . Namun, gue bersyukur mendapat tawaran pulang duluan naik travel (patungan) bersama 6 orang peserta yang kemudian berpisah di Pekanbaru.
Hanya tinggal bertiga, kami sempat sholat subuh di Masjid Agung Pekanbaru, masuk pasar pagi dan lewat alun-alun Pekanbaru, makan sate rusa bersama penggerak diet keto di Pekanbaru. Barulah siang hari gue pulang ke Jakarta.




Berkah dari liputan itu ialah salah satu foto gue terpilih jadi nominator juara LIPI bulan Desember 2017! Gue diundang makan malam ke LIPI Jakarta serta menemani 2 rekan gue yang juara artikel sains dan ngeliat foto gue dipajang. Alhamdulillah.
Gue inget seorang teman kuliah pernah berkata, “Kalau sudah niat, maju! Ikhtiar, doa. Lihat hasilnya, lancar kan?”
4 notes
·
View notes
Text
W: alhamdulillah. Lo terlihat lebih bahagia.
R: iyaa gitu? Alhamdulillah
W: wulan berdoa buat kebahagiaan ririt, peluuk.
R: *speechless..* *ngirim stiker*
W: serius ga drama. Ririt seharian senyum.

2 notes
·
View notes
Text
Ngopi Kuy!

Tiga tahun terakhir, kedai kopi tumbuh bak jamur di musim hujan. Hampir di seluruh kota di Indonesia bermunculan kedai kopi. Di setiap pojok kota, ruko-ruko disulap menjadi kedai kopi. Banyak pengusaha yang membuka kedai kopi dalam bentuk gerobak kaki lima. Mereka menyeduh biji kopi arabika specialty dan fine robusta. Itu menandai terjadinya pergeseran budaya “ngopi” di tengah masyarakat.
Penggemar kopi mulai meninggalkan kopi instan komersial yang digunting (sachet), beralih ke kopi kelas premium. Penggemar kopi menikmati biji kopi segar sangrai dan harus digiling langsung sebelum seduh. Kini mereka mulai meninggalkan kopi sangrai hitam seperti arang. Bahkan kopi kini cita rasanya tak lagi pahit. Sebab, para pengusaha menyangrai biji kopi lebih muda (light to medium).

Adapun sepupu gue Dilla dan Alan sangat suka kopi. Setiap Lebaran atau liburan di Bandung, pasti mampir ke kedai kopi di Bandung. Gue puputeran berdua Dilla, naik angkot, belanja, beli buku, dan terakhir ngopi. Kadang kalau harus jaga rumah, bikin kopi di rumah.
Semenjak Alan jadi barista, kami punya tempat kabur. Selain mendatangi dan menjemput si gimbal akibat kerja shiftnya, gue menikmati pojokan Drezeel yang “dingin” atau hangatnya Alan “Sok Rit pesen, Alan yang buat.” “Mau apa, Rit? panas atau es?”, “Rit, tungguin atuh rit mau ikut makan ih. Ini sebentar lagi kapten sorenya dateng.”, “yang ini enak nih rit. manis kok”. Senenglah aing godain maneh tiap dateng dengan menyapa antusias “Haaai Alaaaaan” wkwk dan ia balas sambil merengut, “Naon sih teriak – teriak?”.
Dulu banget dari jaman A Ryan dan A Iqbal masih anak kuliahan (sekarang udah pada jadi Bapak!) kita diajak ke Ngopi Doeloe di Buah Batu. Pernah juga Wild Grass di Ciumbuleuit atau hits anak muda murah meriah di Kopi Anjis di Jalan Bengawan. Nah, libur lebaran 2017 kemarin, gue, Dilla, Dimas, sampai mabok kopi ngikutin sang Barista, nyobain kopi di tiga tempat Dreezel Coffee di Cisangkuy, Armor kopi di Dago, dan satu lagi gue lupa. Gue suka, tapi tidak berlebihan. Jadi kadang gue memesan greentea atau coklat ketika perut tidak bersahabat.

Kalau di Bogor, sahabat gue Yusuf Canarisla aka Ucup penggila kopi wkwk. Mulai dari Kopi Serius di Solo, Maraca books and Coffee, Rumah Kopi Ranin dan Rumah Seduh di Bogor. Secara sosiologis profil penggemar kopi pun mulai berubah. Kopi kini tidak lagi identik dengan dunia pria dewasa. Pemuda, remaja, dan kaum perempuan kini ikut menggemari kopi. Kasus racun dalam secangkir kopi yang menewaskan peminumnya menjadi sorotan media massa lalu, justru semakin mengusik keingintahuan orang akan kopi.
3 notes
·
View notes
Text
Ikhlas
Aku berkali – kali membaca tulisan, mendengar cerita orang, menerima nasihat dari orangtua tentang ikhlas. Aku mempelajarinya dari Al Qur’an, tausiah di media sosial, atau dari teteh Liqo.
Ikhlas, satu kata yang mudah diucapkan tapi dalam praktek kehidupannya sangat sulit. Ikhlas artinya tulus dan bersih. Menurut istilah, ikhlas ialah mengerjakan sesuatu kebaikan dengan semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
Hari Sabtu malam, Allah mengujiku dengan sangat halus. Saat itu aku akan pulang ke rumah setelah liputan, setelah liqo dan makan bersama di rumah Bu Adisti di Ciomas, Bogor. Full charge! Kenyang, senang, semangat, capek.
Ketika akan masuk gerbang tiket, aku melihatnya, hanya sekejap mata. Aku mengarah ke dalam dan ia keluar ke arah parkiran di stasiun Bogor. Kami sama – sama bergerak cepat, berlawanan arah. Tempat yang sangat ramai, pemberhentian akhir KRL. Banyak pintu keluar. Banyak orang berlalu lalang. Tentu saja aku terkejut, bergumam dalam hati.Aku memutuskan tidak memanggil sahabatku itu. Tidak menyapa pun memberitahu, aku terlalu takut. Namun, kejadian tersebut membukakan pintu maafku. So simply, darling!
Setelahnya aku ingat, padahal aku baru saja menghapus album line, mendiamkan, menutup mata, berusaha tidak melihat di media sosial. Aku pun berusaha mengubur semua, seiring waktu eh, malah diperlihatkan.
Aku meyakini, sejauh apapun jaraknya, sesulit apapun keadaan, sebesar apapun masalahnya, walaupun menghindar, menolak, berusaha sembunyi, bahkan sudah ada larangan dari orangtua, jika itu suatu takdir, maka akan terjadi. Tidak ada yang kebetulan, memang harus melalui masalah ini aku belajar. Qadarullah wama sya’a fa’ala.
Sekarang aku tahu, bukan menutup mata apalagi membenci, tapi menghadapi semua dengan ikhlas. Cerita ini bukan tentang dia atau siapa – siapa, ini tentang ikhlas. Keikhlasan hati yang harus aku terapkan dalam tiap kehidupan yang Allah gariskan. Aku menganggap kejadian sekejap itu teguran untukku, “apakah sudah ikhlas, marah, sedih atau masih benci?”
Allah membuktikannya di tempat serta waktu yang tak pernah aku pikirkan sedikitpun. Semoga kesimpulanku benar dan semoga keinginanmu agar baik – baik saja tercapai.
in the name of Allah, the Beneficent, the Merciful.
Say: He is Allah, the One. He is Allah, the Eternal, Who was never born, nor ever gave birth. The One beyond compare.
Kantor, 14.30
1 note
·
View note
Quote
Semua pasti mendapatkan yang sesuai. Jangan terpaku sama satu masalah, padahal lo punya 100 tujuan. Gue yakin lo lebih ngerti Al Quran daripada gue, haha. Gue yakin lo ngerti harus apa dan bagaimana.
Yogi Alam Prajana
1 note
·
View note
Text
The Purpose is Done

And if you want my permission to leave, go, I liberate you, because you deserve it
You were liberating me with much virtues to master You taught me courage to continue living kind and well And if I could do something special for you right now, It is to liberate you ―because I see you struggle to liberate yourself off of me, that, the spiritual connection between us
Love liberates, after all Not only binding and holding; that’s ego
Love liberates, You and I
[Just have to write this personal message, after welled enough with Maya Angelou’s wisdom of love and let go]
2 notes
·
View notes
Text
Better than it needs to be
Why not?
Why not make it more generous, more fair, more insightful than it needs to be? Why not deliver the service with more flair, more care and more urgency?
Why not do it because you can, not because you have to..
-Seth Godin
Peningkatan Kemampuan Apkowil Terpusat, Juni 2017.
602 personil Babinsa, Pasiter, jajaran 15 Kodam jajaran TNI AD melaksanakan pelatihan pertanian dan peternakan untuk mendukung program pemerintah tahun 2017. Mereka akan ditempatkan di daerah terpencil guna membantu masyarakat sekitar.

0 notes
Quote
Rumusnya 2: 1. Semua yang ada di dunia ini halal sampai ada perintah untuk mengharamkannya, semua ibadah itu haram sampai ada perintah atau sunah yang mengajarkannya. 2. Tentang ilmu dunia terima semua dari mana pun dia berasal, tentang ilmu agama lihat dulu dari mana asalnya baru boleh diterima
Rifqi Hadyan
4 notes
·
View notes
Photo



Ikan di Pati
Waktu itu… Aku ikut sahabatku, Citra, untuk penelitian skripsinya tentang analisis usaha ikan asin di Kec. Juwana, Kab. Pati, Jawa Tengah.
Itu pertama kalinya aku ke Pati. Rencananya memang sudah jauh-jauh hari. Sore hari setelah pulang dari kampus, kami berangkat. Hujan. Cuaca buruk tak mengurungkan niat kami naik BST (Batik Solo Trans) lalu naik Bis Safari menuju kota Semarang.
Turun di terminal Terboyo, Semarang, masih hujan deras. Petir menyambar. Kami berteduh dekat warung-warung sekitar terminal. Ramai. Riuh. Penuh orang berteduh atau ingin lanjut perjalanan lain. Saat itu kami menunggu bis namanya ‘Indonesia’. Menurut Citra, naik bis itu menuju arah Surabaya, Jawa Timur lebih cepat dibanding bis jalur lain, selain lebih murah juga tentunya. wkwk Aku sih angguk-angguk aja, percaya sama Citra deh yang sudah pengalaman.
Aku ingat warung triplek itu bocor. Sebagian bajuku sudah basah, sudah makin mundur juga ke belakang karena didesak orang-orang, padahal sampingnya got kecil. Sedikit seram karena banyak pedagang, calo, tukang-tukang, dan karena sudah malam, sekitar jam 9-10. Sempat beli gorengan juga karena lapar, tapi sudah dingin :( Ketika bis Indonesia datang kami segera naik buru-buru sambil lari berdesakan, ya namanya bis ekonomi-ayam sampai tukang baju-berbagai orang ada dalam bis itu. AC, cepat dan seru, Alhamdulillah dapat duduk. Capek, lepek, aku sempat memperhatikan sekeliling, lantas tertidur.
Kami sampai Pati jam 1 tengah malam, lalu dijemput Om dan sepupu Citra. Sampai di rumah saudaranya, Orangtua Citra sudah menunggu kami. Jadi, Citra selain penelitian juga silaturahim.
Esok paginya pukul 6 pagi, kami ke tempat pelelangan ikan Juwana. Banyak ikan segar dan besar disana.
Citra mengajakku keliling Juwana, ke beberapa lokasi narasumber/kerabat untuk melengkapi kuisioner penelitian Citra. Pokonya muter-muter jalan kaki, motoran, dari rumah ke rumah, dijamu makanan/minuman dari mulai kacang, kue khas Pati, keripik, kerupuk, teh botol, hingga makanan laut di setiap rumah. Saudara Citra ada yang berprofesi Nelayan, ada juga Nahkoda.
Setelah penelitian selesai, kami diajak menyebrangi sungai (entah pinggir laut atau sungai) dengan perahu kecil, pakai topi bundar, foto-foto sama orangtua Citra juga. Kiiiw❤ Aku sangat antusias melihat kapal laut besar yang parkir -baru pertama kali lihat di Pati- haha.
Kemudian, kami berkunjung ke makam para tokoh dengan niat wisata (takut syirik) -karena budaya setempat masih ada yang kesana dalam rangka ziarah/ibadah. Malamnya, kami diajak makan Nasi Gandul, khas Pati. Enaak tenaan (silakan langsung datang ke Pati ya! hehe) Kami main juga ke Alun-alun Juwana, lihat pasar malam dan patung kapal, daaan tugu ikan bandeng. Aku baru tahu Kec. Juwana, Kab.Pati ialah penghasil bandeng-duri tulang lunak- yang khas.
Lelah. Namun, menghabiskan 2 malam disana sungguh waktu yang menyenangkan. Hari berikutnya kami bersiap pulang. Orangtua Citra naik kereta ke Jakarta, kami naik bis lagi ke Solo dengan membawa tentengan oleh-oleh. Ikan, kecap, kerupuk, terasi, sirup, dan lain lain. Yeaay! Terimakasih Cit, untuk pengalamannya😄. Cit, yuk nge-trip lagi? @ctrptrn
10 notes
·
View notes
Text
Tentang Jarak
Sebut saja namanya, Raia. Raia seorang gadis ceria, semangat, dan selalu antusias mencoba hal baru. Raia berteman dengan “Jarak.” Bagi Raia, Jarak bukanlah masalah.
Bukan seorang Raia kalau penakut. Sudah sejak SD, ia sekolah cukup jauh dari rumah, menempuh perjalanan panjang. Pernah tertidur hingga kecelakaan, Raia tidak mundur. Pernah nekat pergi tanpa perencanaan, untuk menghadapi Jarak. Raia gemar bertemu Jarak, sebagai pembelajaran. Semakin dewasa, pengalamannya dengan Jarak semakin banyak.
Adanya Jarak, mendewasakan Raia yang kadang bertingkah laku seperti bocah. Jarak menyenangkan. Jarak pun mengenyangkan, tidak jarang Raia merasa lelah. Jarak membuat rindu. Jarak membuat semua terasa jauh. Namun, hilangnya Jarak, membuat Raia sadar bahwa ekspektasi berbeda dengan realita. Terkadang, Jarak itu membuat Raia hanya sanggup menerka kehidupan. Padahal berbanding terbalik dengan kenyataan. Sekarang, Raia kembali berusaha menjaga Jarak. Raia memahami “Jarak” sebagai sesuatu yang dekat, agar tidak terpisah antara pikiran dan perasaan yang melekat.
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Suku
Memimjam istilah dari buku Harry Potter, aku seorang “half blood”.
Aku terlahir dari Papa, pria berdarah Jawa yang besar di Jakarta, dan Mama, wanita Sunda asli Bandung. Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), aku lahir, berkembang, makan di Jakarta dan Bandung. Tahun 1997 aku pindah ke Bogor dan selalu mudik atau menghadiri acara keluarga Mama di Bandung. Kira-kira 18 tahun hidupku berputar saja di Jakarta – Bogor – Bandung. Aku berucap, belajar ilmu pelajaran, dan mendengar bahasa sunda. Maka aku mengklaim diri sendiri sebagai suku sunda. Lingkungan yang membentuk.
Bagaimana dengan suku Jawa? Suku Jawa tidak asing buatku. Dulu, selama di Jakarta, aku diasuh Akung dan Uti, ketika Papa Mama kerja. Jadi, beberapa istilah Jawa sudah ku ketahui.
Perkenalan pertamaku dengan tanah Jawa, terjadi saat memindahkan makam Akung dan Eyang dari Jakarta ke Banjarnegara. Bertahun setelah itu, Allah dengan rencana terbaiknya membawaku ke tanah Jawa, untuk berkuliah di UNS, Solo. Merantau sekitar 4 tahun .
Bicara Solo, bukan hanya sekedar kota hadirnya gelar di belakang namaku, kota itu banyak memberi pelajaran hidup. Papa pun pernah berpesan, “Belajar bahasa Jawa, Rit. Akung – Uti, Bude kan dari Jawa, Papa anak tunggal, nanti yang melanjutkan silaturahim tinggal kalian.”
Menurutku, mempelajari suatu suku itu memang harus tinggal, bukan hanya datang atau singgah sebentar, seperti hanya travelling. Tidak semua suku berada pada tempat asalnya masing-masing. Sudah banyak orang dengan suku tertentu merantau ke daerah lain.
Tentu saja ada nilai kepercayaan dan kebudayaan dari masing – masing individu. Oleh karena itu, aku belajar bagaimana cara menyikapi perbedaan tersebut.
Perbedaan memang kerap menjadi konflik. Aku mengakuinya jika melihat saudara – walaupun terpaut usia jauh, contoh kelahiran Sunda – Minang dengan Jawa – Lampung sering berbeda pendapat dalam satu rumah. Namun, perbedaan merupakan anugerah yang patut kita hormati, akui, serta hargai sebagai realita sosial yang tidak bisa kita tolak.
Penerimaan di lingkungan masyarakat, lebih ditentukan berdasar sifat dan sikap, bukan suku. Yang terpenting bagi kita semua ialah adanya kemauan untuk memahami dan menerima keberagaman. Yang terpenting lagi, jangan lah meng-kotak-kotak-an seseorang berdasar suku, karena kita toh sama-sama tumbuh besar sebagai bangsa Indonesia. Berbeda-beda, tetap satu jua.

Kalau ada perrtanyaan, apa aku takut dengan perbedaan? “Takut, tapi aku percaya Allah, dan mau belajar menerima perbedaan.”
1 note
·
View note
Text
Pada akar kita tanamkan bersama, harapan. Tumbuh kembang, berbagi tanah udara. Hingga ruang mulai beradu.
Hingga waktu tak lagi mampu Hari ini bukan tuk kita miliki Tapi menjadi. Pada awan kita sering berumpama, berandai. Bila daun dan tangkai ini dewasa. Lahir rasa yang tak menentu. Usah melangkah dan berlalu, Tak semua yang kita tanam, kita tuai bersama.
Bersemilah di taman. Kawan, jadilah bunga Temani daun-daun, Dan terangi hidupnya Jadilah bunga.. -Bunga -Banda Neira

Gerbera L. is a genus of plants Asteraceae (daisy family).
Kisah gerbera/herbras tak terpisahkan dari tangan dingin Richard Lynch pada akhir abad ke-19. Kurator di Kebun Raya Cambridge, Inggris, itu sukses menyilangkan herbras dari Afrika Selatan, yakni Gerbera jamesonii dan Gerbera viridifolia. Nama genus itu untuk mengabadikan Traugott Gerber, dokter dari Jerman teman Carolus Linnaeus. Persilangan itu menghasilkan herbras hibrida. Kini keturunan spesies itu banyak diperdagangkan di berbagai negara.
0 notes
Text
All Hail Tumblr!
Karena ada pertanyaan dari sahabatku, Citra @ctrptrn “Rit bales komen di tumblr gimana sih?” yang berujung dengan saling screenshoot, barulah disadari tampilan aplikasinya agak beda, haha pantesan kita gak nyambung, Ciiittt!
Jadilah hari ini ada diskusi menarik tentang Tumblr antara aku dan Ayas. Salah satu sahabat yang sudah main tumblr sejak 2010. Semakin hari isi tumblrnya semakin berbobot. Hebatnyaaa sahabatkuuu!
Menurut pemilik akun @ceritakakikecil, yang ukuran kakinya memang kecil, Tumblr memang diperuntukan untuk orang-orang galau. Galau disini dalam arti luas, bukan hanya percintaan loh yaa, bisa pendidikan, lingkungan, dan aspek kehidupan lainnya.
Ayas memperhatikan bahwa beberapa teman atau senior yang dulu aktiiif di Tumblr, setelah melewati fase ‘galau’nya, ia menghilang. Hilang dalam arti pindah lapak media sosial. hehehe. Gakpapa, yang penting ga tiba-tiba hilang, ya gak, Yas? wkwk
Aku sendiri main tumblr sejak 2011, awal masuk kuliah. Tujuan awal membuat tumblr murni, jujur, 100% untuk membaca tulisan orang. Yap! aku suka banget baca. Banyak tulisan di Tumblr yang sungguh menginspirasi.
Saat itu aku hanya follow penulis terkenal seperti Moammar Emka, Windy Ariestanti, Kurniawan Gunadi, penulis lepas harian kompas serta akun-akun foto bercaption motivasi. Aku memilih tumblr karena mudah dan menarik.
Nah, sekarang sudah banyak pengguna blogspot, wordpress, tumblr yang tulisannya bagus-bagus. Tak ketinggalan, semakin banyak buku indie/lokal yang terbit. (bukan cuma band yang bisa indie).
Tentu saja menjalankan sesuatu itu harus berfaedah kan? kalau tidak, lebih baik tinggalkan. Aku mengambil manfaat dari Tumblr untuk membaca dan menulis, dari tulisan lampau, aku bisa flashback perkembangan diri. Aku pun sering mendapat inspirasi gambar atau bahasa.
Oiya, Tumblr juga mengenalkanku dengan banyak orang. Bisa saling mengenal melalui tulisan. ada penulis dari Depok, Bandung, Bekasi, penulis dalam komunitas, pokonya dalam negeri, bahkan luar negeri looh. Terimakasih, Tumblr!
Senin pertama di bulan April, 15.05 pm
Hujan. Baru duduk lagi di Kantor sejak minggu lalu, tapi besok pergi lagi.
6 notes
·
View notes
Text
Opini : Wanita (gender)
opini orang berbeda, prinsip orang berbeda dan pilihan orang juga berbeda.
We can’t fit our principle into others. Manusia punya hak masing-masing untuk berprinsip seperti apa. Saya memang belum jadi seorang Ibu, tapi saya melihat banyak sosok ibu yang tetap berkarya dan berbakti untuk keluarga.
Fair enough, strong and independent yet totally committed to family. Ibu rumah tangga mulia, dan Ibu yang memilih untuk bekerja juga tidak kalah mulia. Makanya saya senang meng-empower wanita agar jangan ragu untuk tetap bermanfaat bagi orang lain. Tapi point penting juga, kenapa pentingnya meng-empower para wanita, banyak di luar sana wanita-wanita yang kurang beruntung menjadi korban kekerasan fisik, mental dan emosional karena stereotype kalau wanita tidak sekuat pria, atau wanita di nomor- duakan.
Dengan kita hidup dalam zona nyaman (syukurnya tidak jadi korban gender inequality), bukan alasan kenyamanan kita jadi pembenaran dan membuat kita tidak berempati dengan sekitar kita. Kalau kita lihat lebih luas, teriakan gender quality bukan hanya untuk wanita bisa sukses atau berkarir tinggi dan sebagainya, Tapi bersuara untuk wanita-wanita korban ketidak-adilan di luar sana yang sangat banyak.
- discussion with my talented sister, @cloudilla-blog.
2 notes
·
View notes
Photo

Aliran air di bawah Tebing Breksi, D.I. Yogyakarta.
Jika pengunjung lain melihat ke atas, aku melihat bawah, tempatku menginjakkan kaki. Batu, tanah, air, ditemani hujan rintik
Konon, tebing yang belum genap 2 tahun menjadi objek wisata itu hanyalah tambang batu, endapan abu vulkanik purba. Hasil eksploitasi manusia menjadikannya “terlalu” berbentuk. Bongkah dan pecah dimana-mana.
Kini, atas inisiatif warga Desa Sambirejo dan bantuan pemerintah daerah, Tebing Breksi sudah menjadi karya seni yang indah. Terutama untuk menikmati senja. Bisa terlihat dari atas tebing, tangga tebing, atau hanya berdiri sepertiku, sinar pun akan datang menghampirimu.
#lifetraveler #tebing #yogyakarta
3 notes
·
View notes
Quote
Kesiapan dan keyakinan itu perkara diri sendiri, sedangkan kesempatan itu perkara orang lain.
Intania Ramadhanie
0 notes