Tumgik
safiraihda · 3 years
Photo
Tumblr media
Sore hari dari hasil mengamati. Semut. Rombongan itu terus berusaha memasukkan cadangan makanan ke dalam lubang. Badan mangsa terlalu besar sampai-sampai mereka dengan berbagai cara berusaha keras agar dapat mendorongnya masuk. Dari kepala tidak bisa, dari ekor tidak bisa, menyamping juga tidak bisa. "Oke mari cari cara lain" Serempak kaki-kaki berjalan mendekati lubang yang lebih besar. Sedangkan lubang itu masih nun jauh di atas sana. Pupuslah, kala mendekati titik akhir, berakhir pula perjalanan mereka ketika beban yang ada kalah terlebih dahulu oleh gaya gravitasi. Namun mereka tak menyerah, Tak berhenti melangkah, Mencoba lagi dan lagi, 2 kali terjatuh... Bahkan tak sedikit dari mereka yang berguguran. Endingnya? Meski membutuhkan waktu yang cukup lama, usaha yang lebih, dan memutar otak berulang kali, mereka dapat berhasil mencapai tujuan mereka. #rm30hari26 #rutinmenulis30hari https://www.instagram.com/p/CPdRg76sn20/?utm_medium=tumblr
0 notes
safiraihda · 3 years
Photo
Tumblr media
Pancaroba -Sebuah fiksi mini- Tiap musim peralihan, kawanan kodok di sungai belakang rumah mulai berirama melakukan orkestra. Pada musim ini juga, rayap akan mencapai tahap dewasa dan keluar dari liang-liang dalam tanah sebagai laron. Permukaan liang begitu penuh dengan koloni prajurit yang gagah berani mengawal laron untuk terbang. Tapi sayangnya, beberapa dari mereka telah tertangkap dan kujadikan umpan memancing ikan malam ini. "Brrr...dingin banget hawane" paklik memberiku secangkir teh panas, "Semoga tahun ini ngga banyak hama yang menyerang, bisa-bisa seluruh desa gagal panen lagi kaya taun lalu" Aku hanya mangut-mangut mengiyakan "Eh nduk, gimana ibumu? Dah baikan?" "Alhamdulillah sudah paklik, tinggal batuk-batuk nya aja" "Oo ya bagus kalo gitu, sering dibuatkan wedang jahe supaya tenggorokan nya enak" "Njih paklik..." Suara khas tonggeret terdengar nyaring dari pepohonan, berlangsung lama, berbaur dengan keramaian malam pedesaan. #rm30hari24 #rutinmenulis30hari https://www.instagram.com/p/CPQUJJPMIWf/?utm_medium=tumblr
0 notes
safiraihda · 3 years
Photo
Tumblr media
Ojek Payung -Sebuah fiksi mini- “Hujan lagi!, kenapa pula terjebak hujan di daerah seperti ini, payah!” Cecar seseorang tak jauh dari tempatku duduk. “Permisi om, ojek payungnya? Sekalian saya bawakan tas dan barang bawaannya ya” sela bocah yang menggandeng payung pelangi. Anehnya dia yang membawa payung tapi mengapa terlihat begitu basah kuyup? Cercaan itu berhenti, “Boleh deh, sampai masuk mobil ya, saya harus cepat, nanti jalannya agak cepat bisa?” “Bisa om, saya juga bisa berlari jika om mau” tawarnya. “Nduk sini cepet” lambaian tangan itu menyuruhku mendekat, segera kupenuhi panggilannya. “Inget.. jangan sampai basah, bisa-bisa bapak dimarahin ibuk kalau tahu bapak lupa bawa payung.” aku hanya mengangguk. Terlihat begitu istimewa bukan? memang, aku terlahir begitu ringkih terkena air hujan saja bisa membuatku flu dan deman berkepanjangan. “Mari om” payung pelangi itu mulai terbentang memperlihatkan diameternya yang lebar, cukup 2 hingga 3 orang. Kresek hitam berisi barang bawaan bapak ia bawa dengan satu tangan, sedangkan tangan lain menggenggam gagang payung. Kecipak air terlalu berisik untuk mengetahui suasana di luar dan diriku terlalu fokus agar tak terkena basah air hujan, sampai-sampai ku tak melihat betapa menggigilnya bocah di samping ku. “Wah makasih ya dek, berapaan?” “5.000 aja om” “okey ini ya, sisanya untuk adek aja” Aku hanya menyimak perbincangan itu dari dalam mobil, melihatnya begitu girang pergi menjauh mendekati teman-temannya. Aku yang terkurung disini tak pernah bisa sebebas mereka, bukankah menyenangkan bermain hujan, kala itu aku yang berusia 5 tahun tak mengerti bahwa mereka mencari rizki dengan adanya hujan, bahwa ketika hujan tak turun mereka tidak bisa melakukan rutinitas yang sama. . . Bentuk rizki kita memang berbeda, tapi yang pasti rizki setiap hamba-Nya telah ditetapkan oleh-Nya. Kita saja yang kurang peka, mari belajar bersyukur atas apa yang ada. #rm30hari15 #rutinmenulis30hari https://www.instagram.com/p/CO5hAuUstcd/?igshid=zvhn1sqmhey5
0 notes
safiraihda · 3 years
Photo
Tumblr media
[Relawan, Jalan yang kupilih] Menjadi relawan, satu dari puluhan mimpi yang dulu kupunya, yang kini dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala aku dapat berkecimpung dengannya. Bertemu dengan berbagai macam orang dan mendalami peran sebagai relawan menjadi suatu hal yang baru untuk ku. Seseorang pernah menanyaiku bagaimana aku dapat ikut ini itu, jawabannya Allah memiliki cara terbaik untuk menemukanku dengan mereka. Ada suatu opini di masyarakat, "Hei, seorang wanita hendaknya berdiam diri di rumah, sholat yang sifatnya wajib saja dianjurkan di rumah, mengapa keluyuran hanya untuk hal-hal yang tak begitu penting seperti itu." Untuk kemaslahatan ummat, kita dianjurkan untuk saling bermanfaat, bukankah dulu di zaman Rosulullah shallallahu'alahi wasallam kita bisa mendapati kisah seorang wanita yang gagah berani menjadi prajurit di berbagai peperangan? Bukankah kedudukan wanita dan pria itu sama di hadapan Allah kecuali kadar takwa mereka? Menjadi wanita, dalam Islam kita memang memiliki berbagai macam aturan yang perlu kita taati, tapi bukan menjadi penghalang kita untuk dapat tolong menolong dalam kebaikan, menjadi manfaat bagi sekitar. Tetap sebagai relawan wanita kita perlu memperhatikan berbagai macam hal seperti jam malam, tidak sendiri apalagi berkholwat dengan yang bukan mahram, izin sebelum bersafar kepada orang tua atau suami dan aturan-aturan lain yang perlu diperhatikan. Islam tetap memudahkan wanita, Islam tetap memuliakan kita, hanya bagaimana cara kita dapat mencapai kemuliaan itu dengan cara yang telah diaturNya. #rm30hari14 #rutinmenulis30hari https://www.instagram.com/p/CO5HChgMkfI/?igshid=yngg3t8hdruf
0 notes
safiraihda · 3 years
Photo
Tumblr media
[Katakan YA/TIDAK] "Ntar siang jadi ya" "1 jam lagi jadi" "Buatkan fir, sepuluh menit jadi" Itu... beberapa patokan waktu yg dibuat oleh kakakku sendiri untuk setiap desain yg diminta. Dadakan. Waktunya tak kira-kira cepatnya. "Ya kayak gini kalau ingin berkontribusi ke ummat untuk dakwah. Harus gercep", ujarnya. Kita tidak akan pernah tau seberapa berat seseorang itu ditempa, seberapa berat ia menghadapi semua tantangan yang ada, proses demi proses yg ia lewati dengan seksama. Dimanja? Jangan harap. Benar, tanamkan bahwa untuk menjadi orang hebat tak se-instan itu. Butuh tahapan-tahapan yang penuh luka dan liku hingga ia menjadi orang hebat nantinya. #rm30hari01 #RutinMenulis30Hari https://www.instagram.com/p/COoPkyhsoER/?igshid=xy2jlh1ljoct
0 notes
safiraihda · 3 years
Text
Cincin ini telah diakadkan
Mungkin saja dulu cincin ini milik seorang cantik jelita, seorang berhati tulus nan lembut.
Mungkin saja cincin ini adalah hadiah pemberian dari seseorang yang sangat berarti untuknya..
Namun apa yang ada dipikirannya sehingga cicin tersebut rela ia pindah tempatkan?
Malam itu aku ditakdirkan bertemu, seorang renta memberikan cincin yang tersemat di pergelangan jarinya, berbicara berbisik-bisik, ia ingin mendonasikan cincin itu untuk Palestina.
Allahu Akbar! dalam sekejap ia berakad dengan Allah, Laa haula wa laa quwwata illaa billah..
Tak hanya itu, taraweh pertama di daerah Plumbon seorang renta yang lebih renta lagi berjalan tertatih-tatih, mengucapkan nominal satu juta untuk ia donasikan, TUNAI.
Hati mana yang tak luluh ketika mendapati mereka berlomba-lomba untuk dapat berakad dengan Allah? dengan segala keterbatasan yang dipunya, dengan segala keraguan yang ada, hebatnya.. Allah getarkan hati mereka sehingga mereka dapat menepis keterbatasan dan keraguan itu.
#amalcintaalaqsha #cintaalaqsha
instagram
1 note · View note
safiraihda · 3 years
Text
MASYARAKAT FP
Perbincangan di suatu warung
"kok malam ini sepertinya dimana-mana banyak orang FP ya?"
"kok tau?"
"omongannya gk jauh-jauh dari istilah pertanian:D"
"hmm...kamu tau ini hari apa?"
"Jum'at"
dan suasana pun hening sesaat lalu terpecah menjadi gelak tawa.
yaah...baru sadar kalau dimana-mana anak kos besok pada libur dan beberapa memilih untuk pulang, sedangkan anak pertanian, tak ada kata libur, dan entah sampai kapan 9 huruf itu tetap menghantui setiap weekend mereka. "P.R.A.K.T.I.K.U.M".
0 notes
safiraihda · 3 years
Text
NOSTALGIA
Hujan ini membawa ku ke sebuah ingatan masa lalu, memaksaku tuk memunculkan seorang tokoh yang ada di sana, memicu perasaan yang sama ketika ku kehilangan, suatu masa ketika ku terkepung dengan beribu jarum langit, gemetar mendengar guntur yang menggelegar, meringkuk terhempas angin malam, merutuki bahwa aku yang terlalu nekat, nekat pergi menyendiri ke suatu tempat, berteman angin, petir dan air hujan, itulah keadaan ku saat itu, terlalu sibuk dengan ketakutan, hingga tak sadar ada yang datang, dengan sebilah payung yang menaunginya dari keroyokan.
Mulanya aku tak begitu percaya, bukankah baru saja kita bertengkar hebat?. Tapi kini ia tersenyum, menawarkan sebilah tangan bebasnya, aku masih tak percaya, malam-malam begini ia rela basah-basahan hanya untukku?
Suaranya membangunkanku dari sebuah lamunan. “Hei pulang yuk!” aku tak menolak, mengiyakan dengan sebuah anggukan.
“Pulang yuk Bun, Hujannya udah selesai, ntar kalau hujan lagi biar Nanda aja yang jadi payungnya bunda”. Untuk kedua kalinya aku tersadar secara nyata, ku merunduk, mensejajari tubuh mungil buah hatiku, tersenyum singkat lalu menggangguk ‘dia persis seperti papanya’ kugenggam tangannya dan mulai berjalan membelah rintik hujan.
1 note · View note
safiraihda · 3 years
Text
MENUNGGU
Angin beserta air itu mengiringi udara dingin, mendorongku tuk merapatkan kembali jaket biru yang kukenakan. Hanya aku disini bersama rinai hujan sejauh mata memandang.
Aku sedang menunggu seseorang, yang akan datang menyelamatkanku dari beribu jarum air hujan. Tapi apakah ku harus menunggu lebih lama lagi? Bisa saja dia sibuk, bisa saja dia lupa, bisa saja dia sakit, serta kemungkinan lain yang muncul di benakku. Dan mungkin kali ini dia tak kan datang lagi. Untungnya sudah kusiapkan hati ini untuk kemungkinan-kemungkinan itu. Aku hanya bisa tersenyum tipis, memaklumi bahwa ia sudah sering melakukan hal yang sama, dan lagi-lagi aku pun harus berjuang sendirian.
Bersamaan dengan langkahku hendak melangkah pergi tangan itu datang, dengan menggenggam sebilah payung yang kini sempurna menutupi kepala kami berdua. Aku mendongak untuk mmencari sebuah kepastian, menatap lekuk wajahnya yang menyiratkan kelelahan, kali ini ku tak lagi melihat adanya kebohongan dalam bulat matanya, ia merengkuh tubuhku yang sedari tadi membutuhkan kehangatan, hembusan angin menerbangkan bisikannya ke telingaku.
“kau tak akan sendiri lagi sekarang, mulai hari ini aku akan menemanimu, maafkan aku yang selalu mengabaikan kehadiranmu, terimakasih karena kau selalu percaya padaku, terimakasih karena kau masih menyediakan tempat di sampingmu hanya untukku”
3 notes · View notes
safiraihda · 3 years
Text
RINDU TERPENDAM
Kadang rindu itu memang lebih baik dipendam.
Biarkan...seiring berjalannya waktu ia terus menggali lebih dalam dan ketika kau bertemu dengannya semua perasaan rindu itu kan tumpah saking penuhnya. ia kan sangat menghargai waktu yang sangat singkat itu.
Setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu. Tak berkomunikasi 1 patah katapun, setelah semuanya berubah tanpa kita tahu,
Dan ternyata...ia kini telah didepanku, aku sangat mengenalnya, ya itu dia..
Tapi sepertinya ia tak tahu kehadiranku, ia sedari tadi sibuk dengan pekerjaan yang ia idam-idamkan sedari kecil dulu.
Aku hanya bisa berdiri disini, menatapnya, di balik kaca yang memisahkanku dengan dirinya.
Aku tak ingin mengganggu, apalagi membuat ia tuk meninggalkan tugasnya. Aku tidak ingin ia bertemu denganku saat ini. Sebab itulah ku beranikan langkahku beranjak pergi, biarlah waktu dan tempat yang menjawab. Kapan dan dimana nanti kita bertemu.
1 note · View note
safiraihda · 3 years
Text
PEMENANG
Kecipak air memercik setiap kakiku melangkah, menyisakan gelombang demi gelombang air yang tertinggal di belakang. Sambil menyeimbangkan deru nafas, kakiku bergantian terbang dan menapak, ku peluk erat suatu yang sangat berharga, karena aku tak ingin ia tersakiti lagi dan lagi. Mataku liar mencari tempat berteduh, hanya ada pohon, tak ada emperan ataupun tudung yang dapat melindungi. Makin deras, aku menyerah dan berhenti melangkah. Setidaknya ia terlindungi dengan plastik yang sudah aku siapkan, biarkan tubuhku yang tertangkap oleh rintik air hujan.
disaat berusaha meredakan penyesalan karena sebuah kecerobohan, bulir-bulir keras mengenaiku dari belakang, awalnya tak kuhiraukan.
“tuk” satu kali “plung” bergelinding pada genangan di samping,
“tuk” dua kali “plung” terjun bebas pada genangan air di depan
“tuk,tuk,tuk” tiga kali tiga “plung-plung-plung” butir-butir itu berpencar pada genangan di sekitar sepatuku yang tengah terendam.
Mulanya kukira hanya bulir air hujan yang lebih besar, tapi jika sudah begini…
“Hujan kok kalah sama hujan!” suara itu putus-putus tapi masih dapat terdengar.
Refleks kuputar tubuhku ke belakang, kudapati dia kuyup oleh air hujan. ‘Kerikil’ si kawan yang mengenaiku tadi ia lambungkan dari tangannya ke atas lalu membiarkannya jatuh ke telapak tangannya kembali, berulang berkali-kali. Ia mendekat, tanpa menatap, lalu  mulai berlari mendahului, hanya sekilas menoleh ketika berpapasan, meninggalkan sebuah teriakan disertai senyuman 
“Hujan!, ayo menangkan!”. Diamku sebelum senyuman, menatap jauh sahabat kecil yang beranjak dewasa di depan.
“Tunggu Angin!” kupegang erat ujung jilbabku dan tas yang kudekap, lalu bersiap, untuk menjadi pemenang.
2 notes · View notes