Text
Geser Yook....
Geser Yook….
Terhitung mulai bulan Februari 2020 blog ini bergeser ke
aanprihandaya.net baiknya kita ketemu di sana aja..
View On WordPress
1 note
·
View note
Text

Lembata adalah sebuah pulau gugusan kepulauan Solor yang dulu dikenal dengan sebutan “Pulau Lomblen.” Kabupaten Lembata terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor di provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini terkenal dengan taman lautnya dengan eksotisme keindahan bawah laut yang menakjubkan.
Berbicara mengenai keindahan bawah laut, Tanjung Nuhanera adalah tempatnya. Bagi yang gemar diving dan snorkeling, tempat ini tepat untuk dikunjungi karena memiliki pemandangan bawah laut yang cukup indah. Sayangnya saya enggak sempat bermain air di sana, tapi pemandangan di atas permukaan laut pun tak kalah indahnya. Nuhanera merupakan semenanjung di kawasan Teluk Waienga yang memiliki panjang garis pantai 91 km dan lebar masuk teluknya sekitar 1 km. Sejauh mata memandang terlihat bukit sabana yang dibatasi oleh pasir putih. Di sore hari, bisa terlihat matahari terbenam di balik gunung Ile Lewotolok. Semakin cantik bila meilihatnya dari atas perahu di tengah laut. Di malam hari, tempat ini cocok untuk berburu milky way.

Tempat lain yang layak dikunjungi adalah gosong yang disebut pulau Siput di seberang pelabuhan Lewoleba. Pulau ini hanya terlihat saat air laut surut dan akan tenggelam bila air laut pasang naik. Uniknya, mungkin ini satu-satunya pulau di dunia yang sangat kaya akan siput. Pada saat laut surut, masyarakat akan berdatangan mencari siput baik untuk dikonsumsi maupun dijual lagi. Gosong seluas dua kali lapangan bola ini sangat keren dengan pasir putih bak kristal, air lautnya jernih, bersih dan membiru. Di sore hari bisa menikmati keindahan sunset Lembata.
Berkunjung ke Lembata akan terasa sia-sia bila tidak mendatangi desa Lamalera di kecamatan Wulandoni. Desa ini dikenal sebagai desa pemburu ikan paus. Ya, masyarakat desa ini sejak abad ke-16 dan secara turun temurun memiliki tradisi berburu ikan paus. Musim berburu ini biasanya berlangsung pada bulan Mei hingga Oktober. Mereka tetap mempunyai aturan untuk menjaga populasi paus. Para nelayan tidak akan membunuh paus kecil, paus yang sedang hamil dan jenis paus yang dilindungi.


Saat berburu, para nelayan menggunakan perahu perahu yang disebut paledang. Pemburu atau Lamafa akan berdiri di ujung depan perahu. Apabila ikan paus sudah terlihat, lamafa akan melompat dan menghujamkan tombak bambu panjang runcing yang disebut tempuling ke tubuh ikan paus. Sungguh tradisi yang menantang maut, karena sering terjadi lamafa atau bahkan perahu pecah terkena hempasan ekor ikan paus. Jika berhasil, daging ikan paus akan dibagi secara adil berdasar besarnya kontribusi keluarga mereka dalam perburuan.
Di kecamatan Wulandoni juga terdapat tradisi unik yang masih dilakukan hingga sekarang, yaitu pasar barter. Pasar ini tidak menggunakan uang sebagai alat tukar namun menggunakan sistem barter atau tukar menukar barang. Kondisi geografis di kawasan ini merupakan daerah pantai dan gunung sehingga masyarakatnya pun terbagi menjadi masyarakat pantai yang rata-rata adalah pelaut dan masyarakat gunung yang agraris.
Di pasar ini mayarakat gunung dan pantai saling bertemu dan menawarkan barangnya. Orang dari pegunungan membawa hasil bumi seperti umbi-umbian, pisang, jagung dan hewan ternak untuk ditukar dengan berbagai jenis ikan segar maupun kering, termasuk juga daging ikan paus dari Lamalera. Unik. Saya beruntung bisa melihat tradisi ini.
Daerah lain yang layak dikunjungi adalah kawasan Ata Kore Desa Watu Wawer di kecamatan Atadei. Desa di dataran tinggi ini ditempuh sekitar 3 jam dari kota Lewoleba. Dari sini bisa dinikmati indahnya hamparan padang rumput dan barisan perbukitan hijau. Di sini juga terdapat tinju tradisional yang disebut Hadok. Tradisi bertinju tradisional ini biasa dilakukan oleh masyarakat desa Atakore dan beberapa desa di sekitarnya yakni Lerek, Lewogroma, Atawolo, Waiwejak dan Paulolong di kecamatan Atadei. Tradisi Hadok biasanya digelar setelah “bako medehe” yaitu acara syukur panen, dilaksanakan di arena pertarungan yang disebut “weho.”

Tinju tradisional ini dilakukan oleh dua orang berkain tenun motif daerah Atadei, tidak mengenakan baju. Bagian tubuh yang boleh dipukul adalah bagian perut ke atas. Rata-rata mereka akan menyerang bagian muka lawan. Semakin banyak bagian muka dipukul lawan berarti semakin rendah tingkat ketangkasan atau kehebatannya. Konon, Hadok menjadi ajang pertarungan gengsi antar keluarga, kelompok, bahkan antar desa. Jika ada anggota keluarga yang dikalahkan, maka keluarga tersebut akan berusaha membalas pada pertarungan Hadok musim panen berikutnya.
Lembata masih memiliki wisata petualang seperti menikmati gunung-gunung menakjubkan seperti Ile Batutara yang meletus setiap 20 menit sekali lahar panas yang berpijar membara dan membentuk bunga api yang indah. Atau naik ke gunung Ile Ape atau sering disebut juga dengan Ile Lewotolok yang memiliki kawah luas dan berpasir putih menyerupai lapangan di puncaknya. Menempuh perjalanan naik bus kayu juga perupakan petualangan tersendiri yang tidak akan ditemukan di kota besar di Jawa.
Berbagai desa adat juga memiliki tradisi yang menarik, dan tentu saja tenun khas mereka. Lembata memiliki berbagai keindahan alam dan budaya yang menakjubkan. Tak salah banyak wisatawan mancanegara menyebut bahwa “Lomblen is Last Paradise.”
Eksotisme Wisata Lembata Lembata adalah sebuah pulau gugusan kepulauan Solor yang dulu dikenal dengan sebutan "Pulau Lomblen." Kabupaten Lembata terletak di antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor di provinsi Nusa Tenggara Timur.
0 notes
Text

Holopis Kuntul Baris yang bermakna bekerja bersama-sama dan bergotong-royong dipilih menjadi tema Festival Tlatah Bocah kedua belas. Puncak acara festival ini digelar tanggal 27-28 Oktober 2018 di Sanggar Bangun Budaya, desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Festival di lereng gunung Merapi ini menjadi contoh wadah pembelajaran tentang nilai-nilai keragaman, terutama di kalangan anak-anak dalam bentuk seni dan budaya.
Holopis Kuntul Baris juga menjadi bukti bahwa dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, masyarakat desa lereng Merapi secara mandiri mampu menyelenggarakan festival dan menghadirkan banyak seniman dan pegiat budaya dari berbagai kota untuk terlibat di festival budaya yang keren ini.
Festival Tlatah Bocah tahun ini melibatkan puluhan sanggar seni anak dan dewasa dari berbagai kota di Indonesia, bahkan dari luar negeri. Mereka antara lain dari Jakarta, Surabaya, Pariaman, Jombang, Bogor, Kendal, Purworejo, Karanganyar, Salatiga, Yogyakarta dan seniman dari Brazil.
Festival ini adalah implementasi nyata dari gotong royong, satu bentuk kearifan lokal yang agung warisan leluhur kita yang mulai luntur di masa sekarang ini. Di sini, para pengunjung seakan dibuka mata lahir dan batinnya bahwa gotong royong itu masih ada. Juga bentuk kerja sama antara orang tua dan anak-anaknya. Fasilitas yang diberikan para orang tua kepada anaknya bukan berupa gajet atau barang muktahir lainnya, namun berupa wadah bagi anak-anak untuk belajar seni budaya dan menampilkannya.
Para dewasa bergotong royong membersihkan dan menghias desa, menyiapkan panggung sederhana dengan memanfaatkan bambu, daun kelapa dan berbagai potensi lokal yang ada di desa. Ibu-ibu sibuk di dapur menyiapkan teh, kopi dan makanan khas desa untuk disajikan kepada para tamu. Kamar-kamar di rumah mereka juga dibersihkan dan mempersilahkan para pengunjung yang datang bila hendak menginap. Semua diupayakan yang terbaik, dilakukan dengan suka cita dan tidak mengharap imbalan apapun.
Saya yang kadang sok bangga sudah pergi ke berbagai kawasan di Indonesia untuk membantu masyarakat membangun festival budaya, lantas menjadi kecil saat terlibat di festival Tlatah Bocah ini. Festival besar tidak harus dengan biaya besar. Festival sederhana akan bermakna besar bila dibangun dengan kebersamaan, gotong royong, suka cita dan tanpa pamrih.
Masyarakat bekerja bersama, saling mengisi dan melengkapi, tanpa memandang miskin atau kaya, pria, wanita, anak-anak dan apapun agamanya. Satu contoh nyata membangun kebersamaan dalam kemajemukan. Holopis Kuntul Baris.
Holopis Kuntul Baris Holopis Kuntul Baris yang bermakna bekerja bersama-sama dan bergotong-royong dipilih menjadi tema Festival Tlatah Bocah kedua belas.
1 note
·
View note
Text

Berawal dalam obrolan iseng saat ngopi bersama teman-teman, mensikapi kondisi media sosial yang sudah sangat parah, tentang sosmed yang kebanyakan berisi hujatan, fitnah dan materi-materi yang tidak mendidik dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dari situ muncul gagasan membuat wadah untuk mengembalikan sosial media menjadi media bersosialisasi yang menyenangkan dan lucu.
Gayung bersambut. Tak disangka ide iseng ini direspon positif oleh Asdep Partisipasi Media Kementerian PPPA. “Sudah, dibuat proposalnya trus kita ngobrol.” Berbekal draft proposal yang sebenarnya hanya coret-coret yang di-ppt-kan, kami berangkat ke Jakarta untuk presentasi. “Ya mas, kita dukung tapi bisa nitip kampanye program kita?” Wajelas bisa sekali. Akhirnya muncul nama Festival Media Komunitas meskipun yang muncul di luar menjadi Content Creator Fest 2018.
Content Creator Fest 2018 mencoba untuk mengurangi dampak negatif dari sosial media. Target peserta adalah generasi milenial atau generasi Y yang dianggap sudah familiar dengan teknologi. Dalam kegiatan ini diharapkan peserta bisa saling belajar dan sharing pengetahuan tentang cara kreatif memproduksi konten untuk sosmed. Tentu saja juga kampanye tentang perlindungan anak dan perempuan sesuai dengan titipan kemen PPPA. Konsep yang dibuat adalah diskusi serius tapi nyantai, diramaikan dengan bazaar dan food truck, serta pertunjukan musik. Materi berat bila disajikan secara ngepop tentunya menyenangkan.

Dana dari mana? Dalam budaya Jawa dikenal istilah “urunan” atau “bantingan” yang artinya kurang lebih saling berbagi yang mereka punya. Dalam melaksanakan kegiatan ini prinsip dan nilai yang dikedepankan adalah gotong royong, berbagi dan terbuka. Ada yang berbagi ilmu, ide, tenaga maupun materi. Tak heran saya susah sugih karena dari dulu mainan yang sifatnya volunteer kayak gini hahaha..
Kami mulai berbagi tugas, mengajak teman-teman dari berbagai komunitas maupun pribadi, juga pelaku industri kreatif, akademisi, budayawan dan sebagainya. Niat baik tentu saja banyak yang mendukung. Tak disangka beberapa individu maupun lembaga yang tak terpikir justru menghubungi kita, pengen gabung. Wahaha.. bahkan saat diminta jadi narasumber tidak hanya sekedar bersedia namun bahkan menawarkan bantuan bila dibutuhkan. Kalau boleh buka-bukaan di sini, semua pembicara itu gak ada yang dibayar, bahkan yang dari Jakarta tiket mereka juga beli sendiri. Sebagian ada yang bayar hotel sendiri, sebagian memang dibayarin panitia yang duitnya dari pembicara yang lain. Hahaha… Sungguh teman-teman yang baik dan menyenangkan. Siapa saja mereka bisa dilihat di sini.
Acara yang awalnya mau dibuat sederhana tiba-tiba terpaksa harus lebih besar. Mulai pusing memikirkan lokasi setelah venue yang diharapkan ternyata sudah digunakan untuk event lain. Kita tetap bersikukuh bahwa acara harus digelar di tempat terbuka tapi tidak panas, ada halaman luas untuk bazaar dan food truck juga space untuk panggung pertunjukan. Setelah berhari-hari tim muter Jogja akhirnya tepilih loksi di Kampoeng Mataraman, satu restoran alam di Jogja selatan. Resto ini memiliki joglo-joglo kecil untuk diskusi dan ada halaman luas di belakang untuk stage. Masalah belum selesai. Mereka tidak mengijinkan ada food truck di area. Bener juga sih, saingan. Tapi kita juga tidak bisa membatalkan perjanjian dengan komunitas food truck dong.. Yasudah, solusinya saat itu, “tak bayar wes, mbak..” Seluruh resto diblock, dipakai full untuk kegiatan. Duitnya embuh ntar dipikir belakangan. Setelah itu satu minggu penuh teman-teman saya tinggal keluar kota.
Tepat seminggu sebelum pelaksanaan, saya pulang ke Jogja dan masih banyak yang acakadut. Tapi tentunya banyak pula yang sudah jalan baik dan tertata rapi dong.. Masa-masa hectic dimulai. Setiap hari berangkat pagi pulang ke rumah nyaris pagi. Bersama teman-teman volunteer dari ISI Yogyakarta, UGM, UNY, UMY dan perguruan tinggi yang lain kami saling bekerja sama menyiapkan kegiatan. Dalam setiap event, yang namanya miskoordinasi, miskomunikasi, panitia ngilang dari tugas, baper dan sebagainya selalu ada. Namun beberapa kali jadi pembantu volunteer di berbagai kegiatan membuat semakin mudah memprediksi bagian-bagain mana saja yang bolong dan harus dibenahi. Melihat keseriusan teman-teman volunteer yang lain menjadi semacam obat capek.
Hari H. Cukup bersyukur ketika mendapat kabar bahwa ibu menteri mendadak dipanggil presiden sehingga tidak jadi datang. Satu keribetan protokoler bisa disingkirkan. Beberapa masalah muncul, ada yang harus diem-diem ditangani sendiri biar gak bikin panik, namun ada juga masalah yang dishare dan bisa ditangani dengan baik oleh teman-teman. Semua bisa menjadi pelajaran, baik bagi saya pribadi maupun teman-teman yang lain. Mengatasi masalah dengan taktis, cepat namun tidak grusa-grusu. Beruntung semua hal yang berhubungan dengan emosi, mangkel dan sebel sudah ditinggal di rumah. Jadi ngadepin persoalan di lapangan mainnya akal dan logika. Meski anu ding.. sempat ngomel dikit 😀
Content Creator Fest 2018 akhirnya bisa berjalan dengan baik. Laporan pertanggung jawaban juga sudah kelar. Terima kasih yang sangat super kepada semua teman relawan yang bekerja keras dari persiapan hingga pelaksanaan kegiatan. Jadi nambah pengalaman, pertemanan dan jaringan. Kalian keren!
Dua hari ini masih sore saya sudah di rumah. Rasanya jadi aneh.. 😀
youtube
Di Balik Layar Content Creator Fest 2018 Berawal dalam obrolan iseng saat ngopi bersama teman-teman, mensikapi kondisi media sosial yang sudah sangat parah, tentang sosmed yang kebanyakan berisi hujatan, fitnah dan materi-materi yang tidak mendidik dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
0 notes
Text
Festival Budaya Berbasis Masyarakat
Festival Budaya Berbasis Masyarakat

Berbicara tentang pariwisata di Indonesia memang tidak ada habisnya. Negara kita ini memiliki banyak kawasan indah yang menarik untuk dikunjungi, baik pantai, pegunungan, hutan pedalaman termasuk juga cagar budaya, seni tradisi dan kuliner khas yang layak untuk dinikmati.
(more…)
View On WordPress
0 notes
Text
Ragam Keindahan Pulau Jemaja di Kepulauan Anambas
Ragam Keindahan Pulau Jemaja di Kepulauan Anambas

Kepulauan Anambas, tak bisa dipungkiri telah menjadi destinasi wisata baru yang sexy dan mulai dilirik oleh para wisatawan, baik domestik maupun manca negara. Alam laut yang menawan dan seni budaya yang indah menjadi aset sempurna untuk meningkatkan sektor pariwisata di kabupaten yang masuk wilayah provinsi Kepulaun Riau ini.
(more…)
View On WordPress
0 notes
Text
Keramahan Desa Belibak di Kepulauan Anambas
Keramahan Desa Belibak di Kepulauan Anambas

Kepulauan Anambas bisa dibilang salah satu wilayah terluar Indonesia karena berada di Laut Cina Selatan di garis perbatasan dengan Malaysia dan Singapura. Ada sekitar 238 pulau yang tersebar di Kepulauan Anambas, namun hanya 26 pulau yang dihuni secara permanen. Kabupaten ini secara administratif masuk wilayah provisi Kepulauan Riau.
(more…)
View On WordPress
0 notes
Photo

. well, it is cold but sweet just like me, perhaps 😏 . . #ice #esputer #ngarsopuro #solo
0 notes
Text
Berlibur di Yogyakarta, Jangan Lewatkan Belanja di Tempat-Tempat Ini!
Berlibur di Yogyakarta, Jangan Lewatkan Belanja di Tempat-Tempat Ini!
Berlibur tidak hanya tentang keindahan alam dan juga kelezatan makanan, ada satu hal penting lagi yang membuat liburan terasa semakin lengkap. Hal itu adalah mengunjungi pusat perbelanjaan. Ya, membeli oleh-oleh seakan menjadi kewajiban bagi kalian yang sedang berlibur.
(more…)
View On WordPress
0 notes
Photo

kamu pilih daging apa tulang? kalo aku pilih kamu yang piilih daging apa tulang? . #meatballs #bakso #balungan #happyhour #kuliner #food
1 note
·
View note
Text
Mampir di Pelabuhan Sunda Kelapa
Mampir di Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Sunda Kelapa. Foto-foto kapal pinisi yang bersandar di pelabuhan sarat sejarah ini membuat ngebet banget pengen ke sana. Sudah sejak lama, namun baru bulan kemarin saya bisa sampai di pelabuhan di muara sungai Ciliwung ini.
Pelabuhan Sunda Kelapa ini cukup tua. Konon sudah ada sejak jaman kerajaan Tarumanegara sekitar abad 5. Pada masa kerajaan Sunda Pajajaran sekitar abad ke 12,…
View On WordPress
0 notes
Photo

Gerbang Pasar Baru alias Passer Baroe. Pasar yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1820 dan masih eksis hingga sekarang. Beberapa menyebut sebagai Little India karena memang banyak toko tekstil milik keturunan India di sana. . #bw #blackandwhite #jakarta #latepost
1 note
·
View note
Photo

konvoi sepert ini yg bikin semakin betah sama jogja . #traffic #streetphotography #jakarta #bw #blackandwhite (at Jl.Medan Merdeka Barat)
1 note
·
View note
Photo

Teh Merah merupakan olahan dari bunga rosella (hibiscus sabdariffa). Warnanya merah cantik, rasanya sedikit asam dan memiliki banyak khasiat. Kandungan vitamin C teh rosella visa enam kali lipat dari buah jeruk. Kandungan kalsium dari secangkir teh rosella juga lebih tinggi dibanding segelas susu. Gak pengen nyicip? . #tea #rosella #beverage #kantins15
0 notes
Text
WEEKLY PHOTO CHALLENGE: Solitude
WEEKLY PHOTO CHALLENGE: Solitude
(more…)
View On WordPress
0 notes
Photo

konon, es jeruk nipis bisa mengobati haus... (at Kantin S15)
1 note
·
View note