Tumgik
#30dwcjilid44
sistiadinita · 9 months
Text
Bagaimana Jika Aku Tidak Menulis?
“Aku selalu membayangkan hidup itu sebagai sebuah buku yang bagus. Semakin jauh halaman yang dibaca, semakin masuk akal kisahnya.”
Sebuah kutipan yang aku tidak temukan asalnya, namun terpatri di pikiran layaknya teman lama. Setia mengingatkan di kala lupa.
Terkadang, ketika hidup berjalan tidak sesuai ekspektasi, kita mulai menganggap Tuhan tidak adil dan mulai menyalahkan keadaan. Lebih buruk, ada kemungkinan untuk menyalahkan diri sendiri. Seringnya, kita membuat rencana dalam hidup dan tidak terrealisasi. Hal itu dapat membuat kita sedih, kecewa, merasa tidak layak atau lebih parah, berputus asa. Tapi, ada satu hal yang kusyukuri hingga saat ini; suatu terapi mandiri yang membuat hidup (mungkin) terasa lebih mudah dijalani. Dengan melakukan satu kegiatan ini, ada lima manfaat yang kudapat:
1. Mengenal diri sendiri
Dari dua hal yang pernah membingungkan, aku membuat daftar keunggulan dari masing- masing pilihan. Mana yang memiliki jumlah paling banyak, maka itu yang akan menjadi pilihanku. Dari hal itu aku melihat bagaimana kecenderunganku dalam memilih sesuatu. Apa yang menjadi dasar sesuatu lebih bernilai dimataku.
Aku akan mengubahnya menjadi sebuah catatan deskripsi untuk menggambarkan apa yang kurasakan. Sebuah usaha untuk menginternalisasi perasaan.
2. Menjaga memori
Melakukan kegiatan satu ini merupakan penciptaan mesin waktu. Sebuah sarana untuk mengabadikan peristiwa penting atau tidak penting sekalipun. Memaknai momen mulai dari yang paling sederhana namun bermakna, hingga perayaan meriah yang mungkin tidak berkesan. Menyimpan hari- hari bersama orang tersayang dan hari bersama diri sendiri yang dinilai berharga untuk diingat. Sungguh betapa banyak hal- hal menakjubkan yang akan terlewat jika tidak diabadikan.
3. Mengingatkan harapan dan cita- cita
Bayangkan kebahagiaan dimana harapan terdahulu berubah menjadi kenyataan, dan hal- hal yang dulu buram saat ini lebih terang. Keinginan yang mungkin bagi orang lain terlihat terpendam, namun bagi kita layak diekspresikan. Sebuah kegiatan yang membuat kita tidak malu untuk mengungkap betapa konyolnya (mungkin) cita- cita kita dimana dulunya (mungkin) tidak ada orang yang akan percaya bahwa kita mampu mencapainya.
4. Mencurahkan isi hati
Seiring bertambahnya usia sungguh aku juga memahami sesuatu tentang waktu. Ia mampu untuk menunjukkan warna seseorang yang sesungguhnya. Seseorang yang bisa jadi kita anggap teman yang paling dapat dipercaya, ternyata ia yang memiliki kemungkinan untuk menjadi yang paling mengecewakan. Oleh karena itu, selain pada Allah Swt. tempatku mengadu, maka kegiatan ini menjadikanku tidak bergantung berlebihan kepada orang lain dan membuatku lebih mampu berdiri sendiri.  
5. Senjata pemikiran
Kegiatan ini merupakan senjataku dalam mengungkapkan apa yang aku pahami tentang dunia. Terkadang, tidak semua orang mau mendengar dengan seksama dan menganggap remeh apa yang kita percaya. Padahal, yang kita ingin lakukan hanyalah menyatakan apa yang kita anggap sebagai kebenaran tanpa harus diintervensi oleh sentimen seseorang. Banyak orang mengajak berdebat bukan untuk mencari mufakat, melainkan sekedar menunjukkan bahwa ia lebih hebat. Padahal, setiap orang seharusnya bebas berpendapat tanpa ada beban yang mengikat.
Sudah pasti dapat ditebak kegiatan apa yang kumaksud dalam penjelasan di atas. Pernah kudengar ucapan dari seorang nenek yang merupakan seorang relawan di tempatku mengajar. Seorang yang pastinya telah melewati asam garam kehidupan.
“Everyone has a book in them. Write your own story.”
“Setiap orang memiliki buku di dalam dirinya. Tuliskan kisahmu.”
Menulis membuatku dapat merealisasikan banyak hal; salah satunya meraih impian untuk belajar di luar negeri. Sebagai seorang yang sulit dimengerti, pelupa, manja, canggung, dan pemalu, menulis menjadi sarana untukku menjadi psikolog, pengingat, sahabat, dan guru bagi diriku sendiri. Mengajarkanku bahwa jangan menjadikan impian sekedar wacana, namun ubah menjadi rencana untuk direalisasikan. Menulis bukan hanya kegiatan pribadi, tapi ia juga alat untuk berkontribusi.
Ada dua tipe penulis; pantser dan plotter. Tipe pantser adalah penulis yang tidak membuat rancangan khusus mengenai apa yang akan ditulis. Penulis jenis ini memiliki sebuah konsep besar, namun ide cerita selebihnya akan ditemukan sembari menulis. Sedangkan tipe plotter, adalah tipe yang menyusun garis besar alur dari cerita dan sebisa mungkin detail yang diperlukan untuk memudahkan proses menulisnya.  Aku merasa diriku adalah seorang pantser. Aku akan menemukan cerita atau jati diriku selagi menulis. Karena itu, aku lebih suka memulai menulis dengan gambaran besar, gambaran kecil akan mengikuti.
Untuk menulis, aku hanya butuh eksekusi dan komitmen. Eksekusi untuk menghasilkan aksi, dan komitmen untuk mempertahankan narasi. Aku sering mengatakan dan menuliskan kalimat “Aku ingin menjadi seorang penulis”, yang merupakan sebuah wacana. Namun wacana itu merupakan pengingat yang ampuh untukku. Wacana tidak selalu buruk. Ia buruk apabila tidak diikuti dengan eksekusi dan komitmen. Menurutku, penulis tidak harus merupakan seseorang yang sudah memiliki buku yang terbit atas namanya. Penulis merupakan seseorang yang konsisten menuangkan apa yang menurutnya bermakna ke dalam kertas kosong, dengan apa adanya.
4 notes · View notes
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Mengudara Sebagai Perantara
Satu malam sudah ragaku melepas lelah Pada bandar udara tempat segala penguasa horizon tiada gundah Berehat sejenak selepas mengelilingi alam yang megah Lantaran fajar nanti aku harus tetap gagah Menghantarkan puluhan raga mengelilingi semesta yang indah Mentari telah menampakkan hangat sinarnya Kicauan burung terdengar ramai memenuhi angkasa Satu persatu raga mulai mengisi kursi penyangga Bersiap mengudara menuju tujuan terencana Merealisasikan segala angan yang telah lama tercipta Lelaki paruh baya kembali terlihat Dengan tumpukan kertas yang selalu diangkat Bersama wanita jelita yang senantiasa ada di dekat Tak kulihat kembali parasnya yang berat Lantaran kongres penting berhasil di realisasi tanpa cacat Lima menit menuju keberangkatanku Terlihat dua remaja berlarian menuju pintu Harap-harap cemas agar aku tak segera berlalu Sebab tak ada lagi setelahku yang akan membawanya kembali ke pangkuan ibu Tak lama kemudian tawa bahagia kudengar, lantaran dua remaja telah berada di kursi itu Tiba waktunya aku kembali mengudara Melambung tinggi menuju angkasa Menikmati birunya langit serta samudera Merealisasikan segala rencana agar tak hanya menjadi sebuah wacana Hingga akhirnya kudapat ratusan senyum tanda hati berlega Tersebab aku telah mewujudkan diri sebagai perantara Menjalani hari-hari sebagai pesawat udara
4 notes · View notes
ferapusp · 9 months
Text
Tak Sesuai Rencana
Setelah menerima pengumuman kelulusan tes penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Aku langsung merencanakan bagaimana aku akan mengajukan pengunduran diri dari tempat kerjaku. Semua orang berkata bahwa sayang sekali melepas pekerjaan saat ini, bahkan kontrakku yang hitunganya sangat panjang saja belum selesai. Namun semua tak menyurutkan niatku, pikirku lebih baik aku merelakannya saat ini daripada harus menyesalinya nanti. Berkas demi berkas daftar ulang aku siapkan seraya menuliskam surat pengunduran diri. Aku merasa jalanku seperti sangat ringan, proses demi proses terlalui dengan lancar. Rasanya sangat bahagia karena akhirnya aku bisa melanjutkan mimpiku.
Bagiku mengubah status menjadi mahasiswa merupakan sebuah kado terindah tahun ini. Karena tepat saat ulang tahunku ke sembilan belas tahun aku sedang melaksanakan rangkaian demi rangkaian pengenalan dunia kampus. Sungguh aku merasakan euforiannya saat itu. Begitu sangat menyenangkan bertemu orang-orang baru yang nantinya akan menjadi teman sekelas selama empat tahun, atau dengan yang berbeda jurusan. Bagiku inilah dunia yang aku idam-idamkan. Perencanaan demi perencanaan aku buat, mulai dari semester awal sampai akhir. Pikirku akan sangat mudah melihat perencanaan itu.
Namun ternyata semua tidak sesuai dengan rencana yang indah. Memasuki semester ketiga, ekonomi keluargaku terpuruk. Papah yang sudah bekerja lama di sebuah perusahaan textile harus terkena pemutusan hubungan kerja, sedangkan biaya hidup sangat banyak. Adik keduaku duduk di bangku SMA sedang yang terakhir di bangku SMP, dengan mamah yang hanya guru PAUD. Cicilan rumah yang saat itu masih berbulan-bulan. Membuat kedua orang tuaku memutar otak. Aku seaakan menyalahkan diriku yang egois ini, yang mengutamakan keinginannya untuk menjadi sarjana tapi kini seperti membuat beban kedua orangtuaku betambah. Sungguh aku seperti ingin berteriak kepada semesta mengapa harus seperti ini.
Sejak saat itu aku menjadi sangat pemurung, otakku rasanya sangat penuh. Aku masih ingin mempertahankan semua ini, tapi apakah mungkin bisa. Jika bisa bagaimana caranya. Tentu rencanaku saat ini adalah mengurus berkas perihal biaya kuliah, lalu mencari sampingan untuk membayarnya. Cara demi cara aku coba lakukan untuk menambah uang, mulai berhemat tentu saja. Dahulu aku adalah orang yang setiap harinya pulang pergi dari rumah ke kampus yang setiap harinya bisa menghabiskan empat puluh sampai lima puluh ribu. Namun sekarang aku harus memanfaatkan uang sebesar lima puluh selama lima hari. Aku mulai sering menginap di indekos temanku, berangkat senin pulang jumat. Ada satu hal yang aku syukuri yaitu sahabat-sahabatku yang sangat baik, jika tidak ada mereka entah bagaimana aku menjalani hari.
Tak sampai disitu saja. Ingat aku masih harus mencari uang untuk biaya kuliahku. Akhirnya aku cairkan uang Jamsostek saat aku bekerja yang lumayan untuk membayar satu semester dengan nominal yang sudah diturunkan. Lalu aku mendapatkan beasiswa selama dua tahun berturut-turut. Sisanya aku harus meminjan uang kepada teman-temanku. Entah keajaiban-keajaiban datang membantu kesulitanku. Aku bertekad untuk segera menyelesaikannya dan lulus tepat waktu. Segera mencari pekerjaan yang layak, dan mulai membantu ke dua orangku.
Lagi-lagi manusia hanya bisa berencana, tapi Sang Pemilik Semesta yang punya kehendak untuk mewujudkan atau tidaknya. Lagi-lagi aku dihadapkan dengan hal-hal yang sulit. Berawal dari pemilihan judul skripsi yang tak kunjung ACC, judul A kemudian B dan C sudah diajukan. Setelah beberapa lama dan judul sudah ada, masalah keuangan datang lagi. Aku terpaksa cuti satu semester. Rencanaku hanya tinggal rencana.
2 notes · View notes
pejalankehidupan · 9 months
Text
Tidak Selamanya Sesuai Rencana
Dalam menciptakan peta kehidupan, kita merencanakan langkah-langkah untuk menavigasi arus tak terduga. Namun, kenyataannya, setiap garis dan rancangan terkadang diterpa oleh kejutan tak terduga. 
Prolog ini menggambarkan perjalanan yang tidak selalu sejalan dengan rencana yang telah kita susun. Seolah kehidupan adalah medan yang berubah-ubah, di mana arusnya membawa kita ke tempat yang tak terduga. Melalui kejutan dan tantangan, kita menemukan makna baru dalam setiap belokan. 
Dari peta yang dirobek hingga rencana yang direvisi, inilah kisah tentang bagaimana kita belajar beradaptasi dan menemukan keindahan dalam kekacauan yang tak terduga. 
Kejutan tak terduga seringkali menjadi titik balik yang mengubah arah tujuan dan memberikan perspektif baru terhadap makna eksistensi kita.
Dalam perjalanan hidup ini, kita sering dihadapkan pada momen di mana segalanya berantakan dan tak terkendali. Kesempatan itu adalah saatnya kita menyadari bahwa ada kekuatan di luar kendali kita yang lebih besar dan ikut bermain dalam proses kehidupan ini. Unsur spiritualitas menjadi tak terpisahkan dari kisah hidup, membingkai setiap detik dengan keajaiban dan misteri.
Rencana tak selamanya mulus, saat rencana kita hancur, kita merenung dan mencari jawaban dalam dimensi segala dimensi kehidupan. 
Apakah ini bagian dari rencana untuk yang lebih besar? Apakah ada hikmah di balik setiap kejadian tak terduga? Pertanyaan-pertanyaan ini jika hanya mengandalkan pikiran bawaan manusia tidak akan bisa dan tidak akan pernah sampai meski sudah djjawab. Kita akan terus-terisan mencecar keadaan karena ketidak pastiannya dan tidak logikanya jika hanya mengandalkan akal mamusia. 
Padahal ketika kita menghadapi kegagalan atau kekecewaan, tanamkanlah keyakinan pada kekuatan yang dan kuasa Allah yang karenaNya kita seringkali diberi ketenangan dan harapan yang lebih baik. Ini bukan tentang menyerah, tapi membuka hati dan pikiran pada kemungkinan-kemungkinan baru yang mungkin lebih baik dari rencana kita dan tidak bisa kita lihat jika hanya menggunakan kaca mata pribadi. 
Tidak selalu sesuai rencana, tapi terkadang keberhasilan terbesar muncul dari ketidakpastian. Mungkin ini cara Allah, dengan kekuatanNya mengajarkan kita untuk melepaskan kendali dan percaya pada takdir yang telah ditentukan. Keajaiban sering tersembunyi di balik kegagalan, dan setiap tantangan adalah pelajaran yang membentuk karakter dan keteguhan.
Dalam momen ketidakpastian, sudah seharusnya manusia mencari ketenangan batin melalui spiritualitas. Meskipun sulit dipahami, keberadaan ketuhanan memberikan landasan kokoh untuk menghadapi perubahan dan ketidakpastian. Kita menjadi saksi bahwa ada kekuatan di luar diri kita yang memandu langkah-langkah kita, meskipun tidak selalu sejalan dengan rencana-rencana kita.
Dalam perjalanan hidup yang berwarna, kita harus menyadari bahwa tidak semua aspeknya dapat kita kendalikan. Kehidupan penuh warna-warni dengan momen manis dan pahit. Pentingnya percaya kepada kuasa Allah membimbing kita untuk menerima dan menghargai keindahan setiap detiknya. Meskipun kadang sulit, kepercayaan ini menjadi pilar kuat ketika kita dihadapkan pada tantangan. 
Menghayati setiap momen dengan rasa syukur membuat perjalanan hidup terasa lebih berarti. Dalam keterbatasan dan ketidakpastian, ada kebijaksanaan untuk merangkul kehidupan sepenuhnya, menemukan kedamaian dalam perjalanan yang terus berubah, dan menjadikan setiap langkah sebagai bagian yang berharga dari cerita kita.
Kita harus senantiasa bersyukur atas keberhasilan, dan juga bersabar serta tetap tegar di saat-saat sulit. Kehidupan sejatinya adalah petualangan misterius. Ketidakpastian adalah bagian integral dari cerita ini, dan ketuhanan memberikan makna yang lebih dalam pada setiap babak yang kita jalani. Mungkin di balik ketidaksesuaian dengan rencana, ada kebijaksanaan yang lebih besar membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana.
2 notes · View notes
zidanrr · 9 months
Text
Tumblr media
Permulaan dari Semua
Ada yang pernah mendengar butterfly effect?
Butterfly effect atau biasa disebut efek kupu-kupu merupakan salah satu paradoks terkenal yang memiliki teori bahwa, satu aksi kecil dapat membawa perubahan besar dikemudian hari. Salah satu ilustrasi butterfly effect yang terkenal adalah dari sang pencipta paradoks itu sendiri, yaitu seorang meteorologis bernama Edward Lorenz, yang ilustrasinya juga dijadikan sebagai buku yang ia tulis yaitu bahwa “kepakan sayap kupu-kupu yang berada di Brazil bisa menyebabkan tornado di Texas”.
Ilustrasi ini menggambarkan angin yang dihembuskan dari kepakan sayap kupu-kupu akan terbawa ke udara, terus menerus, semakin jauh akan semakin membesar hingga akhirnya membuat angin tornado. Tentu saja hal tersebut pernyataan tersebut merupakan simplifikasi untuk ilustrasi saja karena proses pembuatan tornado itu kompleks dan tidak semudah itu. Namun inti ilustrasi tersebut sudah menggambarkan bahwa aksi kecil dapat membuat perubahan yang besar.
Mungkin dari kita ada yang masih bingung dengan paradoks ini, maka akan saya sedikit ilustrasi yang mungkin akan mudah di pahami oleh kita-kita semua dan mungkin agak sedikit kontroversial.
Ilustrasi ini adalah “kedatangan penjajah ke Nusantara melahirkan Negara Indonesia”
Loh kok bisa?
Kalau kita melihat-lihat kembali ke sejarah, ketika Negara Indonesia belum terbentuk, wilayah Indonesia ini masih terpisah, terpecah belah, dan di kuasai oleh kerajaan-kerajaan. Masing-masing kerajaan memiliki kebijakan dan tujuan mereka masing-masing, belum ada rasa persatuan dan kesatuan layaknya Negara Indonesia yang sudah menjadi satu. Namun hal itu berubah ketika Cornelis de Houtman menginjakan kakinya ke Banten pada tahun 1596.
Tentu niat awal Cornelis de Houtman ini hanya sekedar menjelajah untuk berdagang rempah-rempah. Tetapi dari situ pula dengan datangnya orang asing dan terjalinnya hubungan dengan pedagang Indonesia, terjadilah serangkaian-serangkaian peristiwa yang akhirnya berakhir dengan penjajahan Indonesia oleh Belanda. Penjajahan itu pula yang menjadi semangat seluruh rakyat Indonesia bersatu melawan penjajah dan akhirnya lahir Negara Indonesia.
Sekali lagi, mungkin ilustrasi tersebut terlalu simplifikasi terhadap kejadian aslinya. Tapi saya yakin pembaca sudah menangkap garis besarnya. Oleh sebab itu coba kita bayangkan kembali, coba saja Cornelis de Houtman tidak pernah singgah ke Nusantara dan orang-orang Nusantara tetap melanjutkan kehidupannya di era kerajaan seperti biasanya, mungkin sampai sekarang Negara Indonesia tidak akan pernah ada dan selamanya terpisah oleh kerajaan-kerajaan yang ada.
Itulah butterfly effect dari kedatangan Cornelis de Houtman yang berakhir dengan merdekanya dan lahirnya Negara Indonesia. Terlihat sudah bukan bahwa hal-hal sepele yang mungkin kita anggap tidak penting ternyata dapat membawa dampak besar bagi kita dikemudian hari?
Sekarang mari kita kembali lagi ke masa sekarang.
Tidak jarang ketika kita mau memulai sesuatu, akan ada wacana dulu, baru perencanaan, lalu ada eksekusi di akhir. Nah wacana ini terkadang suka di anggap remeh karena terkesan merupakan langkah perencanaan yang paling “remeh”. Memang bukan tanpa alasan sih, ngomong itu memang gampang, tetapi di seriuskan untuk menjadi perencanaan hingga tahap realisasi memerlukan determinasi yang tidak sembarangan. Oleh sebab itu tidak jarang orang ketika komplain suka mengatakan “ah wacana doang lu” dan semacam itu. Karena berbicara itu gampang, beraksinya yang susah.
Namun kalian pernah terpikir ngak sih, sebenernya wacana itu perlu juga?
Dari wacana kita mengeluarkan ide dan gagasan dari pikiran kita, dari wacana kita bisa membuka kesempatan baru yang bisa kita tidak duga-duga, dari wacana pula suatu perencanaan di mulai, awal dari suatu permulaan saya menyebutnya.
Oleh sebab itu berbicaralah. Karena senjata ultimatum manusia itu cukup sederhana, yaitu komunikasi yang efektik dan mudah dipahami. Dari komunikasi kalian bisa membujuk orang untuk mengikuti ide kita dan melakukan perencanaan, dari komunikasi kita bisa mendapat relasi dan teman baru selama diperjalanan, dari komunikasi hampir semua masalah dapat terselesaikan.
Begitulah kita sang Makhluk sosial.
Sekali lagi, berbicaralah, buatlah wacana, dan rasakan butterfly effect yang tidak kalian duga di kemudian hari.
2 notes · View notes
diya-pn · 9 months
Text
Temen-temen pernah gak dengar hadits gini, ”Sesungguhnya apabila Allah mencintai seseorang, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril seraya berseru: ‘Hai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah ia! ‘ Rasulullah bersabda: ‘Akhirnya orang tersebut pun dicintai Jibril. Setelah itu, Jibril berseru di atas langit; ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan. OIeh karena itu, cintailah ia! ‘ Kemudian para penghuni langit pun mulai mencintainya pula.’ Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Setelah itu para penghuni bumi juga mencintainya.’ Sebaliknya, apabila Allah membenci seseorang, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril dan berseru kepadanya: ‘Sesungguhnya Aku membenci si fulan. Oleh karena itu, bencilah ia.’ Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Lalu malaikat Jibril berseru di langit; ‘Sesungguhnya Allah membenci si fulan. OIeh karena itu, bencilah ia!” Kemudian para penghuni langit membencinya. Setelah itu para penghuni dan penduduk bumi juga membencinya.”
Dari setelah aku mendengar hadits ini, aku merasa jadi punya satu kesadaran. Pintu hati terasa terbuka saat membaca hadist ini. Dari situ berpikir, kayaknya ini nih satu cinta yang kalau aku perjuangin mati-matian, abis-abisan, jor-joran, aku gak akan pernah kecewa. Malah justru kita yang dapat balasan feedback yang luar biasa. Akhirnya disitu putuskan untuk mulai coba buat deket terus sama Allah pas masuk awal pesantren. Dan disitu tentu ada begitu banyak pasang surut dalam hidupku. Sehari semangat, besoknya udah males. Karena apa? Karena keep on the track itu beneran lebih susah dari pada ketika memutuskan untuk memulainya. Kalau mulai kan tinggal mulai saja, tapi untuk berusaha keep goingnya itu luar biasa banget. Dan sepertinya banyak dari kita pernah seperti itu, kan? Dan mungkin kita yang sekarangpun belum sepenuhnya benar, masih jauh dari 100% menjadi hamba yang sebener-benernya hamba. Tapi kita lagi tak berhenti untuk berusaha.
Aku pernah baca sebuah tulisan Ustadz Felix Siaw, "Captain America terkenal dengan "I can do this all day", kata yang mewakili pantang menyerah. Begitu juga Naruto selalu bilang "I'm not good at giving up!". Kenapa mereka bisa begitu? Sebab mereka fokus. Yang fokus pada tujuannya, biasanya tak terlalu disibukkan dengan hambatan dan halangan. Sebaliknya, mereka yang selalu mengeluh akan hambatan dan halangan, takkan pernah mencapai tujuan. Jadi, pilihan apapun yang kita pilih, pastilah ada konsekuensi, price to pay. Semakin besar keinginan kita, maka semakin besar pula konsekuensinya. Begitu kata Uncle Ben dalam cerita Spiderman. Semangat kita yang bercita-cita untuk menjadi hamba yang sebenar-benarnya hamba :)
1 note · View note
tulisanditaputri · 4 months
Text
Aku akan bercerita, tentang aku yang tak pernah membawa anakku ke posyandu. Kali ini bukan karena aku tidak mau. Bukan pula karena tak mau imunisasi, soal imunisasi aku sangat setuju. Imunisasi lengkap adalah hak anakku. Aku tak pernah posyandu karena aku tidak ada waktu. Kesibukan pekerjaan adalah alasan utamaku. Waktu dan kesibukan benar-benar menjadi alasan yang akan membelenggu.
Berat badan anakku selalu naik. Begitupun tinggi badannya juga naik. Menurutku gizi anakku masuk kategori cukup baik bahkan terlampau baik. Aku tidak sadar, rupanya ancaman obesitas terus membidik.
Memang benar, ternyata anakku yang sudah berusia 5 tahun lebih kini terlampau gemuk. Rupanya karena posyandu tidak pernah aku jenguk. Pikiranku kini jadi bercampur aduk.
***
Jadi, posyandu itu buat apa?
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah salah satu upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Posyandu tak hanya posyandu balita saja, ada posyandu lansia, ibu hamil, dan remaja.
Apa saja kegiatan di Posyandu Balita?
Pada posyandu balita, terdapat 5 meja, yaitu :
Meja 1 : meja pendaftaran.
Meja 2 : penimbangan dan pengukuran balita.
Meja 3 : pencatatan.
Meja 4 : penyuluhan gizi.
Meja 5 : pelayanan kesehatan, termasuk imunisasi, skrining tumbuh kembang anak.
Anak dengan gizi kurang atau gizi berlebih, tidak serta merta langsung bak disulap jatuh dalam status gizi tersebut. Ada yang namanya proses, hal yang berlangsung lama, bukan sesuatu instan. Harapannya, proses ini yang akan dimonitoring dalam kegiatan posyandu.
Semangat ikut posyandu sekali dalam sebulan!
#30DWC #30DWCJILID44 #Day11
0 notes
sistiadinita · 9 months
Text
Bagaimana jika Aku tidak Membaca?
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S. Al-Alaq: 1-5)
Sedikit bermuhasabah, sebagai wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., ayat ini memberi perintah pada manusia untuk membaca. Pada saat itu, Rasulullah Saw. merupakan seorang yang buta huruf. Bahkan dalam tafsir Al- Azhar oleh Buya Hamka, hingga tiga kali malaikat Jibril harus mendesak Rasul untuk membaca, dan tiga kali pula Rasul mengaku tidak mampu membaca. Setelah malaikat meyakinkan bahwa Allah Swt. akan memudahkan usaha Rasul seiring proses membaca, maka telah sampailah wahyu pertama, yang menjadi titik awal proses membaca Nabi Muhammad Saw.
Mengapa perintah membaca menjadi tanda kerasulan Muhammad Saw.?
Ada apa dibalik membaca?
Menilik dari tulisan sebelumnya tentang membuka diri, ada cerita sedikit mengenai dua orang yang bersilangan takdir denganku. Orang pertama adalah kawan sebangkuku di waktu SMA. Dia anak yang sangat pendiam. Tidak akan berbicara jika tidak diajak bicara. Pada suatu hari aku melihatnya membaca buku yang sangat tebal, dengan asyiknya. Aku tidak berani mengganggunya. Selain daripada khawatir akan mendistraksi proses membacanya, aku juga tidak terlalu ingin tahu dengan apa yang dibacanya. Pada waktu itu membaca belum menjadi hobi utamaku. Aku hanya membaca di kala luang waktu, terkecuali disaat ujian sekolah menunggu.
Tetapi, hari demi hari aku semakin penasaran. Dia terlihat makin asik dengan dunianya dan lebih sering mengacuhkanku.
Tak tahan dengan sikapnya, akupun memberanikan diri untuk bertanya buku mengenai apa itu. Mendengar pertanyaan itu, matanya berubah seperti lampu gantung di halaman teras rumah orang- orang menjelang Ramadhan dan hari raya; sungguh berbinar- binar. Tetapi ia tidak menceritakan padaku apa kisahnya. Ia langsung menawarkan buku itu untuk kupinjam segera setelah ia selesai membacanya. Dia bilang aku akan menyukainya. Keesokan harinya, ia menepati janji. Kubaca buku itu dengan seksama.
Buku setebal 816 halaman itu kuselesaikan dalam waktu 5 hari.
Dalam kesempatan lain, di sebuah stasiun bus yang sepi di kota Liverpool, aku sedang kesulitan mencari koin. Aku ingin masuk ke toilet umum, tapi sayangnya, aku sendirian dan untuk masuk ke toilet dengan palang pintu itu, kita harus membayar 50 pence (sekitar Rp 8.000,00). Sebagai seorang yang pemalu, cukup memalukan rasanya mendatangi seseorang dengan tiba-tiba untuk menanyakan apakah ia memiliki koin yang kupakai hanya untuk membuang air. Aku terdiam sejenak. Kulihat satu- satunya orang di dekatku sedang asyik membaca buku setebal 816 halaman itu. Angin segar terasa berhembus di wajahku. Melihat fenomena itu seperti menemukan orang dengan makanan favorit yang sama. Agak ragu pada awalnya, namun setelah kutarik napas dalam, aku memberanikan diri untuk menyapanya.
“Hey, you’re reading that book! I love it, too!” aku duduk disampingnya sambil menunjuk cover buku.
“You read it? Yeah, it is awesome, isn’t it?” ia menyambut dengan ramah dan meletakkan pembatas buku dan menutupnya.
Kamipun langsung bercakap dengan gurihnya, membahas sisi- sisi yang kami nikmati dari buku tersebut. Aku hampir lupa tujuan awalku.
Selang beberapa lama, percakapan kami berlanjut mengenai kehidupan masing- masing; setelah meninggalkan stasiun, apa saja rencana perjalanan kami.
Kami pun bertukar kontak dan ia menjadi salah satu temanku. Tentu saja, ia memberikanku koinnya, tepat sebelum meninggalkan stasiun. Sebelum memasukkan buku ke dalam tasnya, kupandang lagi judul buku itu. Buku yang sama yang diperkenalkan sahabatku di waktu SMA:
Harry Potter and the Half- Blood Prince.
Sejauh yang kuingat, membaca sungguh memberikan banyak manfaat. Jika tidak membaca, mungkin saja banyak rencana yang sulit untuk direalisasikan, dikarenakan sering kutemukan harta karun ketika membaca.
Kedepannya kuketahui, bahwa aku adalah seorang logophile. Aku menyukai kata- kata; kosa kata unik dan kutipan penuh makna yang menjadi pondasi rangkaian kisah. Aku gemar menandai kata- kata yang menggerakkanku secara kognitif maupun emosional. Buku catatanku penuh dengan kutipan-kutipan relatable yang menjadi penyemangat konstan. Hobiku adalah menulis kalimat-kalimat bermakna yang keluar dari mulut lawan bicara.
Dengan membaca Al- Qur’an, aku lebih dekat dengan Tuhan dan agamaku, membaca buku nonfiksi menjadikanku tetap waras dalam dunia yang penuh dengan hal tak pasti, dan membaca fiksi membuatku tetap belajar dari imajinasi. Oleh karena itu, aku sangat mengagumi para penulis. Seseorang yang menyalurkan isi pikirannya lewat kreativitas kata- kata. Membiarkan pembaca masuk dengan eloknya tanpa merasa harus melampaui batas. Ada gerbang khusus yang dibuka untuk jalur penulis dan pembaca; sebuah lorong yang intens dan apa adanya.
Bagaimana jika aku tidak membaca? Mungkin, aku hanya menjadi seorang pengelana tanpa peta, kerapkali tersesat. Membaca sesungguhnya membuatku dapat berjalan lebih jauh.
Namun, membaca juga membuatku pergi melanglang buana tanpa harus kemana-mana.
2 notes · View notes
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Penguasa Horizon
Dua jam sudah aku mengitari bahari Menembus cakrawala menuju pemberhentian terminasi Melambung di antara putihnya awan dan atmosfer yang tinggi Mengudara dengan tenang sebab tiada kujumpa buruknya hari Semua berjalan dengan lancar hingga tanpa sadar telah sampai Pada satu pulau indah di ujung negeri Tibalah kini pada daratan menawan Berakhir sudah panjangnya penerbangan Ratusan raga bersiap turun memulai liburan Raut bahagia nampak memenuhi seluruh roman Tersebab rencana yang telah tersusun lama tak hanya menjadi impian Bergandeng mesra dua sejoli yang sedang jatuh hati Menikmati daratan yang tak lagi menjadi mimpi Menghirup udara yang memiliki aroma tersendiri Seraya mengucap syukur sebab penerbangan lancar tiada badai Lantaran puluhan rancangan telah tersusun dengan rapi Barisan belakang di dekat jendela Lelaki paruh baya sibuk dengan semestanya Membereskan segala yang berserakan di muka Kemudian berlari kecil meninggalkan pesawat udara Sebab kongres penting telah menanti kedatangannya Dikenal sebagai penguasa horizon Sebab hanya aku yang mampu mengudara seperti balon Menghantarkan ratusan raga melewati lapisan ozon Menuju tujuan akhir dengan pemandangan yang tidak monoton Selalu senang melakukan tugas yang sama, meski sering kali mereka menggunakan diskon Yang utama adalah, segala rencana yang tersusun tak menghilang seperti buron
4 notes · View notes
pejalankehidupan · 9 months
Text
Melangkah Cepat, Dunia Melesat
Aku merasa cemas menulis dan membuat keputusan ini, tetapi jika tidak sekarang, kapan lagi dapat mendorong diri untuk berkembang dan semakin termotivasi. Langkah ini nampaknya aga sulit, tetapi aku harap dapat melihat perubahan positif dalam diri kedepannya.
Aku sering berpikir, mengawali tahun baru ingin rasanya mereset (mengatur ulang) diri agar menjadi pribadi yang baru. Menjadi pribadi yang lebih terbuka akan perubahan-perubahan positif dan lebih cekatan dalam menangkap peluang baik.
Setiap akhir tahun, aku selalu punya rencana besar. Dan rencana di tahun depan lebih menargetkan diri untuk menjadi pribadi yang cekatan. Rasanya semangat itu sudah membara sekali dalam diri, tapi berbicara soal cekatan dan perubahan kenapa ya harus nunggu momen tahun depan?.
Alhasil aku jadi berpikir, untuk menjadi cekatan kenapa tidak mulai dari besok atau bahkan sekarang saja? Makna cekatan bahkan akan lebih terasa, dan agar tidak lagi-lagi perubahan hanya menjadi wacana.
Aku pun membulatkan tekad dan memutuskan untuk ngambil langkah pertama menuju kehidupan yang lebih cekatan. Esok pagi, aku akan mencoba cekatan dengan mulai menyiapkan list aksi yang harus dilakukan hari itu, akan mengerjakan tanpa tapi dan permisi, dan segera bergegas dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Jadi teringat ayat yang menyuruh manusia untuk segera bergegas dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dan merupakan seruan untuk tidak terjebak dalam kepuasan diri setelah berhasil, melainkan untuk terus mencari pencapaian yang lebih tinggi.
Yaitu dalam firman Allah, Surah Al-Insyirah ayat 7 : "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bersungguh-sungguh untuk (mengerjakan) urusan yang lain."
Dan ayat ini menyiratkan makna bahwa manusia tidak boleh terlalu sering melihat kebelakang. Melihat lah ke depan, serta pahami masih ada banyak aspek kehidupan yang membutuhkan perhatian dan usaha.
Tidak usah mikir terlalu lama dan tidak usah ragu kalu mengabil tindakan apalagi sampai terjebak dikubangan masa lalu. Toh kalau salah bisa diperbaiki atau diulang lagi. Jangan juga terfokus padah hal-hal besar, mulai saja dulu dari meng-handle tugas-tugas kecil yang sudah lama terulur, sambil merealisasikan keputusan besar yang selama ini hanya menjadi wacana.
Ibuku sering sekali mengingatkan soal cekatan. Beliau selalu bilang, "Hidup itu seperti air yang mengalir, kalau kamu tidak cekatan, kamu bisa terbawa arus atau bahkan tenggelam." Dan katanya, "Dunia luar itu lebih ganas, kalau tidak cepat tanggap bisa tertinggal banyak hal".
Lihat saja, zaman sekarang sudah canggih sekali kan?. Teknologi juga cepat sekali merambah ke ruang kehidupan. Aku tidak mau dong jadi kayak kapal karam yang ketinggalan zaman.
Setelah dipikir-pikir ada benarnya, untuk tidak tertinggal harus mengikuti arus. Bukan berarti harus mengejar apa yang kita tidak punya. Hanya mengikuti ritme, meski tidak bisa meng-handle segalanya paling tidak jadilah yang setara.
Pesan-pesan tersebut sebetulnya selalu terngiang-ngiang. Aku sepakat!, nampaknya kalau tidak mau jadi korban arus kehidupan harus belajar cekatan. Tidak perlu meluangkan waktu berpikir terlalu lama, karena waktu itu sangat berharga.
Jadi, dimulai besok pagi aku akan mencoba memulai hari dengan langkah pertama yang lebih cekatan. Tidak mau lagi menunda-nunda, sudah capek terlalu banyak menunda.
Aku pun percaya, dengan menjadi lebih cekatan, aku bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan tahun depan dengan lebih mantap dan matang.
Siap-siap ya dunia, aku akan menjadi yang lebih gesit!
2 notes · View notes
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Perantara Mengitari Bahari
Membawa ratusan raga secara bersamaan Mengelilingi buana menuju tempat haluan Tidak peduli langit terang ataupun berawan Tugas utama memastikan segala jiwa tiba pada tujuan dengan aman Agar tak hanya menjadi wacana seluruh perjalanan Mentari belum menampakkan terang sinarnya Akan tetapi tugasku telah lebih dulu menyapa Mengantarkan satu rombongan bersama Menuju satu pulau di ujung Nusantara Menikmati liburan akhir tahun yang istimewa Bangku depan pada barisan yang nampak silau Terlihat dua sejoli sedang asyik bersenda gurau Menanti waktu keberangkatan menuju kota rantau Memulai perjalanan baru sebagai pasangan tanpa ada risau Lantaran kini dua raga telah menjadi satu tanpa rasa galau Kursi hitam di pojok jendela kanan Nampak lelaki paruh baya dengan kertas bertumpukan Terlihat terlena dengan artikel yang saling berserakan Tak ada pertanda untuk memulai percakapan Bahkan dengan wanita jelita yang sedang bersandingan Sebagai perantara akan ratusan raga yang hendak pergi Menjadi salah satu dari banyaknya alat transportasi Meskipun tak seperti kawanan yang lain berada di bumi Namun tugasku tetaplah sama meski berada pada dirgantara yang tinggi Aku adalah pesawat terbang dengan tubuh bak gergasi Selalu mengudara mengitari laut bahari
3 notes · View notes
sistiadinita · 9 months
Text
Bagaimana Jika?
'Bagaimana' dan 'Jika' adalah dua kata yang terdengar biasa saja bila berdiri sendiri. Namun gabungkan keduanya secara berdampingan dan mereka memiliki kekuatan untuk menghantui Anda seumur hidup: Bagaimana… jika? Bagaimana jika? Bagaimana jika*…? – Letters to Juliet
Kemarin, aku baru saja menonton film romantis berjudul Letters to Juliet. Kisah yang bercerita tentang seorang wanita yang telah lanjut usia bernama Claire yang kembali mencari cinta sejatinya lantaran sebuah surat balasan dari salah satu penulis yang mengaku ‘sekretaris Juliet’. Di dalam surat itu ia menceritakan bagaimana ia harus merelakan cintanya lantaran gagal mendapat restu orangtua. Di Verona, Italy, para wisatawan wanita menempelkan surat di tembok rumah yang dipercaya sebagai rumah dari Juliet, salah satu karakter fiksi William Shakespeare. Surat itu biasanya berisikan curahan hati para wanita mengenai kisah cintanya. Di dalam kisah legendaris Romeo and Juliet, Juliet merupakan karakter wanita yang percaya pada kekuatan cinta sejati dan rela mengorbankan apapun demi bersama dengan seseorang yang ia cintai, Romeo. Yang berkesan dalam cerita ini bukanlah kisah cintanya, melainkan dua kata yang diulang- ulang oleh sang penulis dalam surat balasannya; ‘Bagaimana jika?’
Dalam hidup, dilihat dari sudut pandang apapun, dua kata ini memang cukup berpengaruh pada seseorang yang sedang dilanda dilema atau dalam penentuan keputusan. Kata ‘bagaimana jika’ adalah awal dari imajinasi, harapan, dan cita- cita.
“Bagaimana jika aku memperjuangkan dia?”
“Bagaimana jika aku membahagiakan orangtuaku?”
“Bagaimana jika aku kembali saja? dan ‘bagaimana jika’ yang jika dilanjutkan akan mengubah mimpi menjadi impian, imajinasi menjadi realita, wacana menjadi rencana.
Dalam kaidah penulisan cerita pun, ‘bagaimana jika’ digunakan untuk memberi kekuatan pada kisah. Diinisiasi oleh hasrat kita untuk sebuah ide, dan dipersenjatai dengan makna yang ingin disampaikan, penulis fiksi biasanya berfokus pada ‘bagaimana jika’ untuk menggerakkan alur. Tujuannya bukanlah untuk membuatnya sempurna, melainkan mencoba mengeksekusinya, agar cerita tidak hanya menjadi sekedar wacana. Tujuan langsung dari ‘bagaimana jika’ kita bukan untuk memberi tahu orang asing tentang isi buku yang kita tulis, atau untuk memikat pembaca. Namun, untuk memberi tahu diri sendiri, apa saja yang perlu ditemukan sebelum kita mulai menyusun alur.
Coba kita lihat hidup kita sekarang. Sudahkah kita menjadi apa yang kita inginkan di masa lalu?
Ketika saat ini kita ditanyakan apa ‘bagaimana jika’ yang paling disyukuri dalam hidup? Apa kemungkinan jawabannya?
Mari kita coba telusuri salah satu dari ‘bagaimana jika’ yang membuat aku sebagai penulis cukup bersyukur.
Bagaimana jika aku tidak membuka diri?
Sedari kecil, ketika bertemu dengan orang asing, orangtua selalu menyarankan kita untuk berkenalan dengan orang baru, bersalaman, bahkan bermain dengan teman- teman sebaya. Tentunya, itu bukan hal mudah bagi sebagian orang. Untuk bisa mengenal seseorang, kita butuh observasi, melihat respon mereka terhadap kehadiran kita, dan berusaha meninggalkan kesan yang baik. Sebagai manusia, kita cenderung menjadi imitator, meniru apa yang telah orang lain lakukan. Diperlakukan baik, kita akan baik. Diperlakukan buruk, begitulah kemungkinan balasan kita. Kecenderungan ini, layaknya buku, membuat manusia ‘menunggu untuk dibaca’. Jika tidak ditanya, maka tidak bertanya. Jika tidak ditegur, maka tidak menegur. Sama seperti anak kecil yang menunggu untuk diajak bermain, begitulah beberapa orang belajar beradaptasi.
Dahulu aku belum memahami ada sebuah istilah bernama introvert; seseorang yang lebih berfokus pada pikiran dan perasaannya sendiri. Aku melihat disekelilingku didominasi oleh para ekstrovert; seseorang yang senang bersosialisasi. Aku sempat berpikir, mungkin aku tidak cocok berada di tempat aku berada saat itu, karena aku pribadi yang pemalu. Tapi selanjutnya aku belajar, para ekstrovert sukses dalam pergaulan bukan karena mereka selalu menyenangkan, tapi karena mereka memberanikan diri untuk tidak bersikap tertutup. Nyatanya, setiap orang menanti hal yang sama; menanti ketertarikan orang lain pada dirinya. Dengan memulai untuk mengenali orang lain dan membuka diri untuk berkenalan, merupakan gerbang pertama terjadinya sosialisasi.
Sebelumnya, aku selalu takut untuk membuka diri dan mengekspresikan sesuatu. Belajar mengenai tipe- tipe kepribadian manusia dan akhirnya melatih diri untuk tidak tertutup, membuka banyak jalan pada kesempatan baru. Mendengar cerita orang lain secara tidak langsung mengisi ruang dalam memori yang lowong, dan menambah inspirasi dalam literasi. Semenjak belajar membuka diri, aku menuliskan ceritaku pada secarik kertas yang penasaran dan membuat bukuku tidak lagi menunggu, melainkan menawarkan diri untuk dibaca.
Setiap orang adalah penulis yang meramu ‘bagaimana jika’ masing- masing dengan perjuangan asam manisnya. Nantinya, kita akan melihat, ‘bagaimana jika’ hal- hal hebat di masa lalu tidak kita lakukan? Apakah hidup kita akan tetap menjadi wacana? Atau dapat beralih menjadi rencana?
2 notes · View notes
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Sang Pemberi Cahaya
Menjadi pusat dari luasnya semesta. Sebagai pertanda akan pergantian masa. Segala isi tata surya beredar pada jalur yang tertata. Tak pernah beralih edar sejak pertama tercipta. Tidak pernah berehat barang seketika. Sebab tanpaku tiadalah semesta raya.
Mendapat sebutan sebagai bintang beredar. Sebab aku menjalani hari dengan membalikkan pendar. Bertugas menjaga segala perubahan pada planet biru super. Terus berputar sejak pertama hadir. Lantaran kewajibanku adalah memastikan alam raya terjaga sampai akhir.
Berada pada bumantara yang agung. Berjarak ribuan kilometer yang panjang. Tak pernah bersua barang sejemang. Tidak pernah beradu meski berada pada alam raya yang lapang. Meskipun memiliki kewajiban yang seimbang. Namun, tak pernah sekalipun bertengking.
Adanya pagi dan malam tersebab mengelilingiku. Tersebutlah satu warsa karena sempurna sudah beredar padaku. Terciptanya berbagai musim lantaran revolusinya terhadapku. Meskipun agung dan memiliki suhu tinggi, namun tak pernah merusak tatananku. Semua tetap beredar pada porosnya berpusat padaku.
Menghasilkan adanya terang di langit malam. Tak lagi ada gelap dan kelam. Meski hanya memantulkan sinar dari sang pusat semesta alam. Kehadiranku tetap membawa dampak yang agam. Salah satunya menciptakan terjadinya dua puluh empat jam.
Disebut berada pada langit luas. Nyatanya kami berada pada lapisan yang tak selaras. Berjarak ribuan kilometer cahaya lepas. Menyebabkan gulita yang awas, apabila kami berada pada garis yang pas. Kami adalah matahari dan rembulan, sang pemberi cahaya yang bebas. Selalu bersinar meskipun alam mulai menunjukkan tanda nahas.
4 notes · View notes
sistiadinita · 9 months
Text
Edelweis Scotia
Edelweiss, sejak kapan persisnya Scotia menyukai nama itu dia juga tidak tahu. Yang ia tahu, Bunga Edelweiss, yang hanya tumbuh di daerah pegunungan, 1800- 3000 m di atas permukaan laut selalu menarik perhatiannya. Orang bilang bunga ini melambangkan keabadian. Bunga yang kabarnya tidak akan layu oleh zaman. Bunga indah berwarna putih dan hanya tumbuh di daerah pegunungan ini, kabarnya juga dilarang untuk dipetik oleh para pendaki gunung. Apabila para pendaki menyukainya, mereka boleh menikmati keindahannya, tanpa memetiknya, mengaguminya, tanpa merusaknya. Sebab, apabila sebuah bunga dipetik, maka ia akan mati, dan hanya selang beberapa hari, hilanglah keindahannya. Bunga tersebut akan menjadi layu, kering dan lama kelamaan mati. Sama seperti mencintai seseorang. Ada sebuah pepatah menarik dari Osho, “If you love a flower, don’t pick it up. Because if you pick it up it dies and it ceases to be what you love. So if you love a flower, let it be. Love is not about possession. Love is about appreciation.” Apabila mencintai seseorang, maka cintailah tanpa harus menyakitinya. Kagumilah tanpa harus merusaknya. Jagalah keindahan cinta agar ia tetap menjadi cinta. Dan keindahan cinta terletak pada keindahan pribadi mereka yang mencintai.
Saat ini Scotia sedang menatapnya, sekuntum edelweiss yang terikat rapi di atas meja. Sudah tepat seminggu sejak bunga itu masuk ke rumah, ke kamarnya lebih tepat. Mengapa di kamar? Menurutnya, tempat terbaik di dunia adalah kamarnya. Tempat ia bisa menjadi dirinya seutuhnya, tanpa harus berpura- pura menjadi orang lain. Tidak berarti dia memalsukan kepribadiannya apabila bergaul, hanya saja dia lebih ingin memperlihatkan perilaku yang mungkin akan lebih disukai orang lain daripada dirinya yang sebenarnya.
3 notes · View notes
zulfazzakiyah · 9 months
Text
Cahaya Masa Lalu
Berpendar selalu menghias angkasa. Mengisi malam agar tak kenal gulita. Bersama rembulan mengisi indahnya malam bersama. Tak pernah sekalipun hilang bahkan tiada. Hadirku yang selalu dinanti meski berjarak ribuan kilometer cahaya.
Pada sebuah tanah lapang di akhir pekan. Kulihat sedang asik berbincang dua insan. Membicarakan mimpi juga banyaknya harapan. Seraya sesekali menoleh ke arahku yang sedang melakukan kewajiban. Sembari menebak nama juga bentuk gugusan.
Pada sebuah griya di sudut desa. Satu keluarga besar sedang berkumpul bersama. Menikmati jagung bakar aneka rasa. Tak lupa dengan teh hangat tawar istimewa. Serta berbagi cerita tentang hewan purba. Seraya menatapku yang sedang memenuhi angkasa.
Tidak jauh dari sudut desa, tepatnya pada pinggir kolam. Terlihat lelaki tua menatapku sambil bergumam. Seakan sedang berbicara pada alam. Dengan pandangan yang sudah mulai buram. Bercerita bahwa ia sedang dilanda kerinduan mendalam. Pada wanita yang telah lebih dulu pergi selama seribu malam. Berharap sedang bercakap dengan pujaan yang sudah tak bisa di genggam. Sebab ia tahu aku adalah pancaran dari sinar silam.
Berada pada jarak ribuan kilometer cahaya dari buana. Akan tetapi, binarnya selalu tepat menghiasi angkasa. Menatapku bagaikan melihat masa mula-mula. Sebab sinarku memerlukan waktu tiba yang lama. Aku adalah bintang-bintang yang menghiasi cakrawala. Selalu mengisi dan menghiasi malamnya antariksa.
2 notes · View notes
pejalankehidupan · 9 months
Text
Kaka Inspiratif Ku
Saat aku masih menjadi seorang mahasiswa, takdir mempertemukanku dengan sosok yang sungguh inspiratif. Seorang kaka sekaligus dosen dengan semangat mengajar yang luar biasa. Meskipun materi perkuliahan kadang kompleks, sosok tersebut selalu berhasil menyajikannya dengan begitu apik hingga membuat kami terpukau.
Tapi yang membuatku kagum bukan hanya berasal dari kecakapan akademis beliau. Lebih dari itu, beliau mengajarkan arti kepercayaan, integritas, dan dedikasi dalam hidup. 
Suatu hari, beliau mengajakku untuk bergabung ke salah satu komunitas literasinya. Di sana aku banyak sekali belajar dari kepiawaian beliau dalam mengelola segalanya, termasuk cara meregulasi emosi, menangani para partner, manajemen waktu dan konflik juga belajar untuk iklas dalam berbagi kepada sesama. Aku juga jadi semakin dekat dengan diriku dan hobi-hobi baruku. 
Sesekali beliau juga cerita tentang pengalamannya juga tentang mimpi-mimpinya. Tak jarang juga beliau menyisipkan nasihat-nasihat bagai seorang kaka, motivasi bagai seorang coach, dan kritik membangun bagai seorang ibu. 
Setiap pesan moral dari ceritanya tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi tercermin dalam tindakan sehari-hari. Saya melihat bagaimana beliau memberikan perhatian kepada setiap mahasiswa, selalu siap membantu tanpa pamrih. 
Begitu pula dengan semangatnya dalam proyek-proyek kebaikan yang bertujuan membantu orang-orang di sekitarnya. Lahirnya TBM Lentera Bumi adalah hasil dari kerendahan hatinya untuk bisa mendengarkan keresahan warga sekitar kampus. 
Pertemuan dengan sosok kaka ini membuka mataku terhadap potensi diri yang sebelumnya belum tergali sepenuhnya. Aku lagi-lagi belajar bahwa menjadi inspiratif tidak selalu harus memiliki karier gemilang atau keberhasilan besar, tetapi lebih pada bagaimana kita berkontribusi pada orang lain dan menjalani hidup dengan integritas.
Sosok inspiratif ini memberikan pelajaran berharga bahwa setiap perjuangan memiliki nilai tersendiri, dan keberhasilan bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang proses dan nilai-nilai yang kita anut dalam perjalanan tersebut. Sejak pertemuan itu, semangat dan nilai-nilai beliau menjadi pemandu dalam setiap langkah hidup ku. 
Sehat selalu kaka inspiratif ku
2 notes · View notes