Tumgik
#30hbc2107
kikiriana · 3 years
Text
Surat untuk Rinjani (Bagian 2)
Untuk Rinjani, Kudengar kau sudah menemukan rumah barumu. Bagaimana, kau rasa nyaman?
1 note · View note
triastariirfiani · 4 years
Text
Sesuatu yang menyenangkan itu seringkali adalah jebakan atau ukuran sia-sia nya sebuah perilaku. Pada umunya kita akan duji dengan hal-hal yang terlihat indah di depan mata namun yang hanya bersifat sementara. Misalnya berada pada sebuah case ingin melakukan sesuatu tapi tahu sebenarnya itu adalah pintu mendekatkan kita kepada jalur yang salah, gak dilakuin hati tidak plong, dilakukan nantinya akan menyesal. Duh berat ya! dari sini saya memahami bahwa pada asalnya hati manusia memang bersih dan cenderung diarahkan kepada kebaikan. Kalau kata Taufiq Aulia, dalam setiap hati ada frekuensi kebaikan yang bisa diresonansi dengan sikap yang hangat dan menumbuhkan harapan. Seiring perjalanan, ujian-ujian itulah yang akan menjadi ujung tombak mampunya istiqamah atau mengikuti nafsu. setiap usaha-usaha kita untuk tidak terjatuh saya yakin itu tidak pernah mudah, seringkali timbul keinginan untuk memudah-mudahkan sebuh syariat. Kalau seperti ini, ingat-ingat lagi "“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” – Umar bin Khattab kalau sudah menyakini,  melakukan pilihan yang insya allah di ridhoi, berjalan di koridor taat kepada-Nya, yakinkan saja kepada diri bahwa semua akan baik-baik, dari-Nya sesuatu yang terbaik telah dipersiapkan. Yogyakarta, Januari 07 th 2021
2 notes · View notes
tisasmuthiah · 4 years
Text
Life
Di usia yang katanya sedang musimnya merasakan quarter life crisis, dan saya bermohon pada Allah agar tidak termasuk yang sedemikian, hehe. Intinya kondisi ini lagi booming karena di usia-usia ini banyak anak muda yang berada dalam fase nge-banding-banding-in hidupnya, capaiannya, dengan teman-teman seusianya.
Si A udah dapet kerjaan tetap, si B baru aja nikah dengan teman hidupnya, si C lagi seneng-senengnya menimang buah hati., si D kok udah lanjut S3 aja? Lhah, aku? 
Hehe :)
Sejatinya, kita sendiri yang membuat-buat tuntutan di sana sini. Mengesampingkan setiap kerja keras kita, upaya kita mengatasi setiap masalah yang ada di depan mata, struggling dengan daya yang kita punya masing - masing, bahkan kesungguhan kita saat berusaha bertanggungjawab dengan amanah yang kita punya. Tanpa sadar, kita sedang mengkerdilkan diri kita sendiri. Lalu seketika menjelma menjadi sikap kufur karena tertutupnya mata batin dengan jutaan nikmat yang telah dikaruniaiNya, bahkan sejak sebelum kita lahir ke dunia. 
Maha Terpuji Allah, yang sesungguhnya tak pernah menuntut dan memberi sesuatu di luar kesanggupan kita. Cukup melakukan yang terbaik pada setiap detik yang diberiNya. Maka, membandingkan diri dengan capaian orang lain tak akan pernah ada habisnya. Sedang membandingkan diri kita masa kini dengan masa lalu, adalah celah menghimpun hikmahNya yang tersebar di muka bumi. Kita belajar tentang kelebihan dan kelemahan diri, kita mengevaluasi setiap pilihan dan resiko yang pernah kita jalani. Tanpa sadar, kita sedang fokus membuat jejak-jejak hidup kita seiring waktu dan proses bertumbuh. 
Maka, hidupmu adalah tentang dirimu. Tentang bagaimana menyeriusi hidup yang Allah percayakan pada kita. Seberapa bersungguhnya kita menjadi khalifah dengan umur, rezeki, dan kilauan nikmat yang tak terkira sebagai previlege dariNya?
  @tisasmuthiah
2 notes · View notes
catatansuci · 4 years
Photo
Tumblr media
Lagu ini berulang kali di putar di tahun 2020. Pertama kali dengar "oh enak nih lagu nya". Gak pernah kepikiran kalau lagu ini bakalan punya memori tersendiri. Memori nya apa?? Menjadi saksi perjalanan seseorang yang tengah berjuang demi sebuah kesembuhan. Seseorang yang ku kenal kuat, ternyata harus berada pada titik terendah nya disaat dia sedang berjuang untuk mewujudkan mimpi nya. Allah seperti menegurnya untuk sedikit beristirahat sembari menghapus dosa-dosanya dimasa lalu. Perjuangan nya melewati sakit yang tidak mudah ini menjadi cerita tersendiri. Dia yang biasanya diam menjadi lebih banyak bercerita, memberi kabar perkembangan nya setiap kali konsul pada dokter, memberi tahu apa saja tindakan yang harus diambil agar penyakit nya segera hilang. Sebagai partner bercerita tentu rasa khawatir itu tak bisa disembunyikan, tapi tetap berusaha tegar, menguatkan dia, mendoakan dan memberi semangat bahwa dia pasti akan sembuh. Dia pasti akan baik-baik saja. Ada beberapa kalimatnya yang masih terngiang di benak ku : "hari ini aku ketemu dokter, tapi datang nya cuma sendiri" "doakan aku biar sembuh, aku mau makan lagi" "aku harus disinar, 30 kali kata dokter nya. Nanti aku bakalan hitam" "aku udah kurus, tiap hari minum jus terus" "obat sariawan yang ampuh apa? Aku banyak sariawan nya abis disinar, mulut ku perih" Lagu ini selalu menjadi penguat ku setiap kali dia usai bercerita. Karena aku tahu dia butuh dikuatkan, butuh didampingi, butuh didengar, butuh didoakan. Dan "Melukis Senja" benar menjadi mantra untuk menguatkan aku ketika mendampingi mu. Karena aku gak bisa dan gak boleh nangis setiap kali mendengar dia bercerita. Bagi ku ini sebuah perjuangan, entah bagi mu. Apa kabar kamu? Sudah sembuh kan? Jaga kesehatan mu, karena aku telah usai menemani perjuangan mu. Tinggal kamu yang harus berjuang sendirian. Terima kasih, Melukis Senja by budi doremi #30haribercerita #30hbc2107 @30haribercerita https://www.instagram.com/p/CJvhs9xjMiA/?igshid=1fwzmr73xx9ya
1 note · View note
annisaxrahma · 4 years
Text
30hbc21
setiap saya menulis, baik saya posting atau tidak, saya pasti pernah, barang sekali, menyanjung pantai. menuliskan keindahannya, menceritakan kedamaian dan ketenangan ditengah gaduh yang ia rasa, pun, memberi tahu bagaimana saya bisa cinta dengan pantai. . kecintaan saya terhadap pantai, seolah tidak pernah habis. kadangkala bagi saya, pantai itu seperti seseorang, yang ingin sekali didengarkan keluh kesahnya, tanpa perlu dikomentari, tanpa perlu dinilai, tanpa perlu dinasehati. . jika biasanya saya datang untuk kebahagiaan diri sendiri, maka saya ingin, sesekali datang untuk membantunya tenang. mendengar setiap keluh kesah, memahami apa yang terjadi, hingga semua kembali baik-baik saja.
0 notes
lirihandayani · 4 years
Photo
Tumblr media
Kita seringkali menuntut kesempurnaan. Kepada diri sendiri, juga kepada orang lain. Orangtua menuntut nilai yang sempurna kepada anak. Atasan menuntut pekerjaan yang sempurna kepada staffnya. Suami atau istri menuntut pasangannya harus sempurna. Bahkan diri sendiri menginginkan melakukan segalanya sempurna. Menjadi perfeksionis bukan suatu kesalahan. Tapi harus diiringi dengan realistis. Bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna selain Rabb seluruh alam. Bahwa manusia memang banyak berbuat salah. Rabb kita memang memerintahkan untuk tampil sempurna. Tapi Dia tau, manusia tidak mungkin bisa sempurna. Maka kalau tidak bisa, berusahalah dekati kesempurnaan. Betapa baiknya Allah ke kita. Karena Allah tau banget kemampuan kita, maka apa-apa yang Dia kasih, baik ujian atau amanah, tidak dibebankan melebihi kemampuan. Dia minta kita tampil maksimal, bukan sempurna. Hanya saja yang perlu digarisbawahi, usahakan semampunya, bukan semaunya. Tidak hanya untuk urusan dunia, lakukanlah juga semampunya, sampai batas kemampuanmu untuk istiqamah dalam beribadah. Ketika kemampuan kita hanya 45 persen, lalu teman kita 99 persen. Kalau dengan 45 persen itu kita sudah memaksimalkan, maka belum tentu kualitas hidup kita kalah dari teman kita. Karena kalau sudah berjuang semaksimal mungkin, insyaa Allah kita termasuk orang-orang yang beruntung. #30haribercerita #30hbc21 #30hbc2107 (at Sultanate of Oman) https://www.instagram.com/p/CJxi3lvl07E/?igshid=19z038tztoyqf
0 notes
i-diary · 4 years
Quote
semoga, antara kita, semesta memberikan cerita terbaik versi kita (sekarang)
0 notes
chocolatosdingin · 4 years
Text
[7/30] ; cerita singkat menuju pertemuan.
26 Oktober 2019
Rencana kami hari itu adalah pagi kontrol ke puskesmas, terus lanjut ke acara reuni keluarga. Lalu pulang dan istirahat karena malamnya suami baru pulang pukul 11 setelah kunjungan kerja ke daerah dekat Baluran. Saya memaksa beliau pulang, takut tiba-tiba melahirkan. Oh ya, HPL saya tanggal 28 Oktober. Jadilah, suami memaksakan pulang malam itu. Bahkan saya juga sempat bilang, kalau sampai hari Senin belum ada tanda melahirkan, saya minta beliau cuti.
Ketika kontrol, bidan cuma bilang hampir. Tunggu seminggu ke depan. Tanda-tanda persalinan juga belum muncul. Jadi saya cuma iya-iya aja, padahal dalam hati udah nggak sabar.
Malamnya, setelah shalat magrib saya nemenin suami saya bikin laporan bulanan. Tiba-tiba saya kepengen makan martabak telur. Saya minta suami untuk membelikan. Beliau mengiyakan, tapi nunggu laporannya selesai karena kurang sedikit. Menjelang isya, perut saya terasa kaku. Ada sensasi pergerakan turun yang intens. Akhirnya saya memutuskan untuk shalat isya dan tidur duluan. Sampai lupa kalau pengen martabak. 😅
Pukul setengah 11 saya terbangun untuk buang air kecil. Baru setengah jam tertidur lagi, ada sesuatu yang keluar di bawah. Ketika saya lihat, ternyata lendir kecoklatan. Dan sedikit air. Saya kegirangan. Langsung saya bangunkan suami dan beliau terkejut, tapi langsung antusias mengajak ke puskesmas. Saya nggak mau dan minta untuk sabar sebentar sampai kontraksinya teratur. Aplikasi penghitung kontraksi sudah saya buka dan siap menghitung.
Eh, tapi kan sudah muncul cairan? Akhirnya kami memutuskan langsung ke puskesmas. Tengah malam buta. Naik motor lagi. Ibu saya sudah waswas saja, takut brojol di jalan. 😂
Sampai di puskesmas, dicek bukaan, tahunya cuma bukaan satu. Hahaha kecewa deh. Sama bidan jaga suruh nginep aja, karena ketuban sudah rembes. Iya, ketubannya rembes. Jadi deh malam itu kami nginep di puskesmas. Suami saya tidur sambil duduk di sebelah saya, tangannya nggak berhenti ngusapin pinggang saya. Sementara saya tertidur lelap. Tidur paling lelap selama kehamilan saya membesar. Heran. Padahal kontraksi terus jalan.
27 Oktober 2019
Setengah 5 subuh, bude saya datang membawa perlengkapan persalinan. Kok budenya? Iya, ibuk nggak tahan melihat orang melahirkan. Wong dengar kabar saudaranya lahiran aja ibuk bisa lemas seharian, gimana kalau ngelihat langsung? Anaknya pula? Apa nggak pingsan? Nah, daripada kepikiran ibuk pas lagi asik ngeden, aku milih ngajak bude aja.
Pukul 7 bapak-ibuk dateng, bapak-ibuk mertua juga. Saya meminta maaf ke mereka. Minta didoain juga supaya lahirannya lancar. Ibuk udah nangis aja. Padahal saya enggak apa-apa.
Pukul 8 dicek bukaan sekali lagi. Ternyata masih tetap bukaan satu, tapi ketuban yang rembes makin banyak. Keluarlah keputusan, harus dirujuk ke rumah sakit. Waduh, seketika mental saya down. Dalam bayangan saya, udah pasti sc nih. Mau nangis, kan. Jujur, saya takut banget. Disuntik aja saya harus merem rapet.
Sesampainya di rumah sakit, langsung diperiksa. Nggak tahu dikasih suntikan apa. Terus kondisi janin juga diawasi. CTG lumayan lama. Terus dikasih pilihan, mau induksi atau langsung sc. Saya pilih induksi. Sambil nenangin diri biar rileks. Nah, pas CTG tuh kan detak jantung bayinya kedengeran kenceng, ya. Rasanya langsung adem. Makin nggak sabar ketemu. Akhirnya disetujui induksi suntik lewat infus. Pukul setengah 11 saya diinduksi. Tapi suami tetap tanda tangan persetujuan sc, kalau-kalau terjadi sesuatu. Saya disuruh makan banyak. Selain dikasih makan menu lengkap, saya juga dikasih bubur sama puding. Tapi sama sekali nggak nafsu. Saya minta roti aja. Sama minum yang banyak. Lucunya, di sela-sela kontraksi yang makin menguat, saya tidur nyenyak. Jadi kalau kontraksinya menguat, saya bangun. Ketika mulai mereda, saya tertidur lagi.
Menjelang dhuhur, mulas di perut saya semakin menguat. Saya sudah nggak bisa menoleransi. Rasanya mau pup. Udah kebelet banget. Diantarlah ke kamar mandi sama suami. Tapi nihil, nggak ada yang keluar. 😅
Sakitnya makin bertambah. Saya keukeuh mau pup. Kata bidannya gapapa pup di ranjang. Ya kali masa pup di ranjang. 😂
Saya minta infusnya dilepas. Panggil-panggil bidannya. Pas dicek, sudah bukaan 9. Saya udah mau nyerah karena nggak kuat. Keringat dingin udah keluar sebadan. Saya ngeyel minta lepasin infus. Karena pikir saya waktu itu infusnya yang bikin perut saya sakit. Padahal bukaan udah hampir lengkap. 😂
Dorongan buat mengejan mulai terasa, tapi nggak boleh mengejan. Bisa bayangin nggak? Udah mules nggak karuan, mau ngejan nggak boleh. Suami peluk-peluk saya, sambil nuntun nafas saya. Saya lupa semua teknik pernafasan yang saya pelajari selama hamil.
"Ayo yang, tahan dulu. Bentar lagi kita ketemu adek."
"Gini, ikutin aku. Huuuuh, haaaah."
"Jangan ngeden yang. Belum. Alihin buang nafas yang, huuuh huuh. Gini. Yaaa, pinter."
"Sabar ya, tahan dikit lagi. Adek lagi nunggu jalannya kebuka."
Itu yang diucapin suami saya sambil menciumi kening saya. Sementara para bidan mulai nyiapin peralatan yang akan digunakan.
Nah, pas dibolehin ngeden tuh saya langsung ngeden sekuat yang saya bisa. Ternyata selaput ketubannya nggak pecah, jadi harus dipecahin dulu sama bidannya. Tepat pukul setengah 1, anak saya lahir. Saya mengalami robekan kecil karena nggak berasa angkat bokong. Rasanya lega. Legaaaa sekali. Tubuh saya gemetaran. Langsung berasa dingin.
Suami saya menangis tepat ketika anak saya menangis. Saya ikutan nangis dong. Terharu. Tapi karena capek saya nangisnya cuma sebentar.
Nah, saya mulai jiper nih. Katanya kalau dijahit tuh sakit banget karena nggak dibius. Ternyata dibius lokal, nggak berasa, saya malah sambil ngobrol dengan bidannya.
Alhamdulillah, saya bisa IMD, satu jam pasca lahiran sudah bisa kencing. Setelah itu dipindah ke ruang perawatan. Saya cuma menginap semalam di rumah sakit. Padahal maunya paling nggak 3 harian gitu.
Kalau ada yang tanya apakah diinduksi rasanya lebih sakit, saya nggak tahu, ya. Nggak ada perbandingan sebelumnya alias ini pengalaman melahirkan pertama saya. Belum lagi toleransi rasa sakit tiap orang berbeda-beda.
Apakah mau hamil dan melahirkan lagi? Mau. Tapi nggak tahu kapan. Jujur, ngurus bayi tu capeknya berasa banget. Capek pikiran iya, capek fisik iya. Tapi alhamdulillah anakku lumayan pengertian. Waktu masih newborn dia nggak pernah begadang sampai pagi. Bangun pun tiap dua jam sekali untuk nyusu. Nggak nangis-nangis gitu. Mungkin tahu kali ya kalau ayah-bundanya LDM. Hehe.
Melahirkan ini membuat saya merasakan pengalaman luar biasa. Nggak pernah merasa selemah dan sekuat itu sebelumnya. Benar-benar luar biasa. Salut buat para ibu yang kuat menjalani segala rupa persalinan; baik yg spontan, induksi, maupun sc. Kalian luar biasa. 😍
0 notes
widayunina · 4 years
Text
Banyak keterbatasan di masa pandemi ini. Tapi banyak pula peluang-peluang baru yang muncul dalam keterbatasan.
Bulan Maret saat mulai #dirumahaja, aku langsung menyadari bahwa kamera lama jaman muda dulu akan kembali ikut #dirumahaja.
Tahun 2020 kmren kami berencana ingin jalan-jalan bersama anak dan mengikutsertakan si kamera ini yang sudah dianggurin setelah 2 tahun lebih.
Karenaaaa, kalau pergi2 bawaan anak bayi itu banyak bgtt printilannya, ditambah alat pumping pula yang lumayan berat dan makan tempat. Akhirnya tiap pergi-pergi, mau tidak mau, si kamera lebih sering ditinggalkan.
Tahun 2020 thole udah menyapih dirinya sendiri, jadi alat pumping dan printilannya sudah pensiun. Ada lowongan sebenrnya buat kemana-mana bawa kamera mengabadikan momen. Tapi situasi yang jadi tidak memungkinkan.
Iseng-iseng cari kelas foto lewat instagram. Ternyata banyak tersedia! Rata-rata berbayar. Setelah kontak akun sana-sini, akhirnya bulan April 2020 nyangkut ke kelas moto teh Ina. Siapa itu teh Ina? Krg tau juga haha :D. Yang jelas kelasnya affordable sekali untuk menyalurkan keisengan dan keingintahuan. Skrg stlh ku cek harganya udah naik. Mgkin krn peminatnya udah tambah banyak ya buat menambah kegiatan di masa pandemi hehe. Seingetku di antara kelas lain yg serupa, kelas ini yang paling murah :D .
Sayangnyaa, kelas ini khusus fotografi berbasis smartphone huhu. Yang untuk mirrorless belum nemu. Atau adakah rekomendasi?
Tapiii, tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat. Selain teknik dasar pengambilan gambar, kelas ini juga ngajarin editing sederhana. Jadi bisa diterapkan kamera apapun untuk foto produk dll. Durasi pelaksanaan kurleb 7 hari dengan beberapa tema, dan materi dibagikan via WAgrup. Keunggulan ikut kelas online ini adalah meskipun ada deadline pengumpulan, tapi waktunya fleksibel. Jadi bisa sambil ngerjain hal lain, momong anak, nugas, kerja, dll.
Kelas ini berjenjang, tapi aku masi berhenti di kelas basic. Karena saat itu mulai banyak tugas dan mendekati ujian…dan pengen cari kelas lainnya juga hehe. Eh ternyata kelas lanjutannya makin bagus lho materinya setelah liat portfolio Rahma yang udah join. Jadi pengen nerusin lagiii hehe.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya kalau2 ada yg pengen mengisi waktu luang atau nambah ilmu fotografi basicnya. See you di cerita selanjutnya yaa 😊 😊.
0 notes
gulaligelisah · 4 years
Photo
Tumblr media
[ 𝘕𝘺𝘶𝘯𝘨𝘴𝘦𝘱 Lagi, Mager ] 𝘒𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘛𝘦𝘳𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘴 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘛𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘤𝘢𝘱 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘛𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘯𝘢𝘧𝘢𝘴 𝘭𝘢𝘨𝘪 Begitu penggalan syair pembuka lagu dengan nomor 'Kembali Tenggelam' dari kesukaanku, si monyet @monkey2mill yang nggak ada obat kerennya! 😊 Lagu asik yang depresif, hihi. Opiniku. Lagu yang langsung mengarahkan ingatanku pada masa kuliah dulu. Lagu ini sering menemaniku yang selalu berusaha membuka laptop atau buku dengan —tugas-tugas kuliah diantaranya—, namun pada akhirnya terduduk lemas, tertancap, sampai terbaring di dini hari. Bukan, bukan karena lagu ini aku menjadi begitu. Justru lagu-lagu yang kudengarkan (termasuk lagu ini) kerap kali membantuku dalam memahami apa yang sedang kurasakan, apa yang terjadi pada diriku. Hingga membantuku katarsis dan mengalami perbaikan mood. Beberapa hari ini gejalaku muncul lagi, aku kembali tenggelam, "nyungsep lagi". Pesimis, anhedonia, rendah gairah, kehilangan nafsu makan, malas bertemu orang lain. Bahkan untuk membuat postingan macam ini pun aku berusaha lebih. Bahkan kemarin aku menyerah pada kantuk dan gagal konsisten memposting #30haribercerita. Saat ini kupaksakan tetap bercerita. Bahkan berencana membayar lunas dengan membuat 2 postingan malam ini. Kadang sulit bagi orang sepertiku untuk menerima ketidaksempurnaan dan melesetnya rencana. Iya, ini PR-ku. Harus kucari akarnya dan membingkai ulang perspektif serta respon spontan semestaku atas hal tersebut. Fiuh~ aku sudah mulai merasa ingin menangis, dengan sebab yang kabur tak jelas musababnya. Sudah, aku hanya bercerita tentang diriku dan rasaku. Semoga tidak terlalu ke-Aku-an. Hehehe. @30haribercerita #30haribercerita #30hbc2107 📷 Tangkap layar dari: https://m.soundcloud.com/monkeytomillionaire/kembali-tenggelam #ceritausai #streetteam #monkeytomillionaire #monkey2mill https://www.instagram.com/p/CJyhNyAg4Z7/?igshid=b4bg2ow1dvjd
0 notes
dwiraa · 4 years
Text
Semakin "bertumbuh" dan semakin dewasa, memaknai rumah justru lebih kompleks. Namun, rumah tetap menjadi makna yang tidak hanya secara fisik atau sekadar bangunan saja. Rumah tetap menyimpan makna yang mendalam karena orang-orang, oemahaman yang kita pelajari dan kenangan masa lalu di dalamnya.
Untuk orang yang tidak pernah pergi jauh dalam waktu lama (merantau: bekerja/sekolah), bertumbuh di dalam rumah hingga usia dewasa adalah tantangan yang tidak mudah. Selisih pendapat, beda pemahaman, dan persoalan kecil yang terus menumpuk (selalu dianggap selesai) dengan penghuni rumah lain kadang menjadi bumerang lewat pertanyaan: "Apakah ini benar-benar rumah? Mengapa tak lagi ramah?"
Entah perjalanan pemikiran yang seperti apa, dari sekian banyak hal tentang memaknai rumah, tiba-tiba muncul pemikiran bahwa:
Lebih baik, rumah saat ini menjadi tempat pulang, bukan tempat tinggal.
Bukan apa-apa, bukan tak menyayangi, bukan pula tak lagi menganggap. Tapi begitulah adanya, pemikiran dari kepala seorang yang dianggap anak rumahan. Entah bagaimana jadinya ketika suatu saat nanti perjalanan membawaku untuk merindukan pulang ke rumah, tak lagi tinggal. Atau ketika suatu saat nanti, ada rumah lain yang kutinggali.
30 Hari Bercerita | 07
0 notes
d3limamerah · 4 years
Photo
Tumblr media
07/30 Cinta dalam sepasang sumpit (part 2) Beberapa teman di group sudah ada yg dengan terang - terangan menyatakan menyerah setelah beberapa kali mencoba dan tetep salah. Mau mundur aja dari materi ini katanya. Dalam hati merasa lega, karena ternyata saya tidak sendirian. Saya bahkan lebih parah, terbersit mau mundur sebelum mencoba. Tapi keinget lagi kalau saya mundur artinya adalah saya akan masuk dalam daftar blacklist dan tentu konsekuensinya bakal kena hukuman tidak boleh ikutan lagi beberapa materi CAL selanjutnya. Yang berarti pula saya akan kehilangan kesempatan belajar dengan cuma - cuma. Waktu terus berjalan, semakin mendekati deadline setoran. Bismillah, pelan - pelan saya mulai ikuti tutorialnya step by step. Masih belibet, karena tangan kudu fokus dengan dua jarum. Berbeda dengan 'crochet' yang hanya memakai satu jarum. Pertama membuat CO, atau cast on yang dalam crocheting itu sama sengan CH atau rantai. Berhasil, ya saya berhasil bikin CO dan setelah laporan sama mentor dinyatakan benar, dan boleh lanjut. Bahagia sekali, jadi langsung semangat buat lanjutin materi lainnya. Masih dengan perlahan, dengan kecepatan mirip kura - kura laper yang asam uratnya kumat. Tertatih - tatih, terseok - seok, atau apalah itu kata yang paling tepat untuk menggambarkannya. Ditambah, dengan ujung sumpit yang ternyata gak seruncing jarum knitt sebenarnya, serat - serat bambunya yang mulai brudul bikin benang nyangkut, jari lecet. Dalam hati berjanji, kalau knitting bisa bikin saya jatuh hati seperti crochet, rasanya gak masalah masukkin alat tempurnya dalam keranjang belanja. Kita lihat saja nanti. Akhirnya saya berhasil bikin tusuk knitt, lalu langsung jeprat - jepret kirim ke mentor. lega banget, nunggu di approve sambil rebahan, nyemil, chatting sama suami. Dan makin happy karena dapet balesan oke dan boleh lanjut. Lumayan nambah sekian baris, targetnya hari ini beres semua. Sampai akhirnya dapat notif, " Setelah dikoreksi ulang ternyata kelebihan satu tusuk, maaf dedel lagi ya.." Tiba - tiba langsung denger backsound, "Kumenangisssssssss...." bergema memenuhi relung jiwa. -bersambung- #30haribercerita #30hbc2107 https://www.instagram.com/p/CJxJuDarBd-/?igshid=10tn319klw3q
0 notes
ayuyupertiwi · 4 years
Text
Terikat dengan Medsos
Sering sekali ingin meninggalkan medsos tapi hampir segala urusan dilakukan via medsos. Komunikasi dengan teman, mendapat info terbaru, dan juga belajar banyak hal. Memang, medsos bukan hal negatif jika kita memanfaatkannya sebaik mungkin. Hanya saja, bagiku walaupun medsos itu bermanfaat, aku menghabiskan terlalu banyak waktu. Dan entah kenapa, kalau sering berinteraksi via medsos, pasti rasanya lelah sekali. Padahal bukan bertatap muka. Jadi kuputuskan untuk menonaktifkan sementara akun IG ku. Semoga bisa mengembalikan mood dan produktivitasku.
0 notes
setiomardiko · 4 years
Photo
Tumblr media
. Terpenjara Sering kali aku hanyut dalam pikiranku sendiri. Mengembara entah ke mana. Namun kadang kala aku juga terkurung di dalamnya. Merasakan kekhawatiran, yang kadang terlalu berlebih. Sering memikirkan suatu hal dengan sangat, yang seharusnya hanya perlu sekilas saja. Terlalu memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu. Sering kali aku berontak untuk dapat keluar dari pikiran tersebut. Namun tetap saja selalu gagal. Benteng pertahananku selalu berhasil membuatku tetap di dalamnya. I'm a prisoner of my own mind. @30haribercerita #30hbc2107 #30haribercerita #30hbc21sm https://www.instagram.com/p/CJxDJx7BYfE/?igshid=e4qdko4545p4
0 notes
Photo
Tumblr media
[Ceritaku Mengapa Aku Menulis]⁣ ⁣ Ketika orang yang tak aku kenal membaca tulisanku, lalu ia merasakan apa yang aku sampaikan, sejatinya aku telah bersahabat dengannya (Fiersa Besari)⁣ ⁣ Pada temaram langit kadang aku ingin brcerita entah tentang perjalanan hidup yang tak selalu mudah, rasa keluh kesah yang sering menerpa, hingga terkadang jiwa yang lemah kerap mendera.⁣ ⁣ Begitu pula dngn kegiatan menulis dimana aku bebas bercerita tentang segala apapun yang ada, sejak awal hanya ada dua harapan sederhana knapa aku memilih tuk menekuni hobi ini utamanya menulis hal-hal baik entah berupa nasehat, semangat, dan motivasi.⁣ ⁣ Pertama, menulis hal yang baik bagiku memiliki arti tentang makna keabadian dimana hal itu bisa mnjadi instrumen trbaik perekam jejak terbaik yang bisa aku tinggalkan di dunia ini. ⁣ Sebagaimana ibarat kata jikalau lisan yang diucapkan mungkin akan lbih mudah terlupakan saat diucapkan, maka semoga tulisan yang ada senantiasa bisa untuk mengingatkan.⁣ ⁣ Kedua, menulis hal yg baik aku maknai sbagai ikhtiar agar hal itu bisa menjadi umur kedua aku di dunia ini ketika diri ini sudah tiada.⁣ ⁣ Semoga tulisan yang ada pun mampu menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan sehingga ada pahala jariyah yang nantinya yang aku bisa tuai.⁣ ⁣ Memang terkadang tak mudah untuk bisa konsisten melakukannya karena akan ada perkara bab penting perihal niat yang harus selalu dijaga dan diperbarui sekaligus amalan yang sebisanya mengiringi.⁣ ⁣ Setiap kata adalah makna dan punya cerita, makanya aku memutuskan untuk menulis. Dan pada paragraf terakhir kali ini aku ingin mengucapkan terima kasih kepada @30haribercerita yang telah menjadi salah satu wadah dan jalan diriku tuk bisa semakin percaya diri untuk menggoreskan pena lewat sebuah tulisan.⁣ ⁣ Ilustrasi: @zendz35_ #30hbc2107⁣ #30haribercerita (di Goresan Pena) https://www.instagram.com/p/CJv2k2AFLnG/?igshid=hvxv6ta5c8d6
0 notes
s-ulfanita · 4 years
Photo
Tumblr media
Alexander Pope, penyair inggris abad ke-18, mengatakan bahwa seseorang tidak perlu malu karena berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana dari sebelumnya. Tetapi, apa benar rasa malu yang menjerat seseorang mampu mengalahkan kekuatan penghakiman sosial dalam satu masyarakat? Kita cenderung lebih mudah menghakimi seseorang daripada memberi sedikit ruang pada rasa untuk memahami. Terlepas dari jenis kesalahan apa yang dilakukan dan dampak apa yang dihasilkan dari perbuatan itu. Dua orang anak, kakak beradik, memilih mengakhiri hidup mereka karena alasan rasa malu. Mereka memutuskan menggantung diri mereka di dalam sel tahan karena tak sanggup menanggung rasa malu yang telah mereka berikan kepada orang tua dan masyarakat di lingkungan mereka. Kakak beradik ini dibekuk pihak kepolisian dengan alasan yang berbeda. Si adik yang berusia 15 tahun, diduga ingin mengambil isi kotak amal salah satu masjid. Sementara sang kakak diduga terlibat dalam kasus pencurian sepeda motor. Meski mejalani hukuman atas perbuatan yang mereka lakukan, tetapi rasa malu yang menggerogoti hati mereka tak kunjung sirna. Tetapi apa benar rasa malu bisa menjadi pengendali atas hal-hal buruk yang mungkin dilakukan oleh seseorang? Jika jawabannya adalah "iya", maka sangat mungkin sel-sel di Rumah Tahanan akan bergelimpangan mayat para koruptor; penjarah uang rakyat. Sayangnya, para koruptor di negeri ini tak kenal malu. Lebih sering masuk TV sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke kamera. Maaf, saya tidak sedang menghakimi. Saya hanya sedikit bercerita tentang realita di negeri ini. #30haribercerita #30hbc2107 #selfcare #selfhealing https://www.instagram.com/p/CJv9mzyJQZt/?igshid=1n62xt3ndgtsd
0 notes