Tumgik
#Jam Tangan Wanita Pink
denvosi · 2 years
Text
Yuk Intip 7 OOTD Iqbal Ramadhan yang Inspiratif, Keren dan Trendi! | Denvosi
Tumblr media
Denvosi - Anda sudah mengenal orang ini, bukan? Benar, Iqbal Ramadhan. Aktris dan penyanyi kawakan ini kerap diperbincangkan karena paras cantik dan banyak kebiasaannya. Apakah kamu juga penggemar Iqbal?
 Iqbal tidak hanya populer dengan karya-karyanya tetapi juga memiliki gaya yang santai dan keren. Sahabat patut mencermati gaya OOTD yang sering dipamerkan Iqbal.
Jam tangan Denvosi buat OOTD yang Keren 
Tumblr media
 Denvosi merupakan merk jam tangan asli Indonesia dengan banyak pilihan. Dari jam tangan eksklusif pria hingga jam tangan wanita bertatahkan berlian. Denvosi juga menawarkan berbagai macam warna dan desain menarik yang cocok untuk acara formal maupun informal.
 "Denvosi adalah kebanggaan nasional. Tingkatkan penampilan Anda dalam acara Denvosi formal dan informal,” ujar Enda, Marketing Manager Denvosi.
Tumblr media
 Yang lebih menarik lagi, Denvosi menawarkan garansi dua tahun kepada pembelinya. Selain itu, merek ini menawarkan layanan penukaran mata uang setiap jam dengan slogan "Kekuatan Indonesia di Dunia". Layanan penukaran jam tangan ini ditawarkan selama dua tahun sejak tanggal pembelian.
Tumblr media
 Pemilik arloji berhak menukar arlojinya dengan arloji jenis  lain. Dengan menggunakan jasa penukaran jam tangan, pembeli hanya membayar selisih harga antara kedua jam tangan tersebut.
Pasti kebanyakan jejaring sosial stalking Iqbal bukan? Jadi daripada scrolling akun Iqbal, yuk simak 7 gaya OOTD Iqbal yang keren.
 Kenakan Jaket dengan T-shirt 
 Iqbal Ramadan yang simpel ini cocok untuk Sahabat saat bersantai. Iqbal memilih warna netral lalu memadupadankannya. Kedengarannya sederhana, tapi tetap keren kok sobat . Warna-warna yang digunakan juga tidak membuat Anda menjadi pusat perhatian, tapi siapa yang tidak menyadari bahwa gaya Anda sangat keren?
 Baju putih dan celana kain 
 Sepertinya gaya Iqbal sangat sederhana, Kawan . Karena hanya mengenakan kemeja putih dan celana panjang, alangkah baiknya Iqbal memakai trainer agar masuknya lebih santai. Kemudian teman-teman juga bisa meniru Iqbal untuk membuka beberapa kancing bajunya. Anda pasti akan menjerit, teman-teman !
 Baju Kotak-kotak
 Sahabat , kali ini Iqbal tidak takut berkreasi. Boleh dibilang kemeja Iqbal sedikit pop, tapi ia memadukannya dengan kemeja hitam dan celana netral. Yang membedakan Iqbal adalah sepatu pinknya. Siapa bilang anak laki-laki tidak bisa memakai warna pink? Selamat mencoba, memakai warna pink tetap manis!
 Kaos dan Topi
 Semudah itu sobat ! Kamu hanya perlu memakai topi dan kemeja, kamu sudah bisa bergaya keren seperti Iqbal. Mungkin terlihat biasa saja, tapi mencoba gaya ini dijamin bikin kamu makin keren. Warna kaosnya pilih yang netral, jadi sesuaikan topinya dengan seleramu ya sobat .
 Sahabat , pernahkah kamu memperhatikan bahwa Iqbal suka memakainya? Ini adalah salah satu gaya utamanya, Friends. Pakai jaket dan celana jeans dan sepatu, gaya Iqbal sungguh luar biasa. Walaupun sangat sederhana, jangan khawatir teman-teman , kamu bisa menggunakannya untuk hang out atau belajar.
 Baju ala Iqbal, yakin gak iri? Ini seperti pengantin pria yang sangat melamun. Meski mudah mengenakan kurta di luar dan kemeja di dalam, Iqbal membuat kesan yang baik. Senang sekali bisa bertemu teman-teman . Nah, kamu juga bisa meniru gaya ini, rapi dan cantik. Bagaimanapun, apel untuk rumah pacar secara otomatis disetujui oleh orang tuanya!
 Blazer
 Kalau kamu pergi ke acara formal, kamu bisa banget coba gaya Iqbal di ini teman-teman. Dia mengenakan jaket dengan celana dan T-shirt putih polos. Sungguh menakjubkan, sehingga gaya Iqbal terlihat lebih modern.
 Tentang Kawan, mau meniru gaya Iqbal? Pasti tertarik. Karena gaya Iqbal sangat kasual, cocok untuk dipakai sehari-hari. Teman-teman harus siap-siap jadi keren kan? ***
0 notes
indrilestari · 4 years
Text
Pertunjukan Pukul Dua
Fragmen 1
(siapakah kita?)
Adegan 1
 PEMENTASAN DIBUKA DENGAN TARIAN BONDAN KENDI OLEH SEKAR YANG DIIRINGI DENGAN ALUNAN GAMELAN. DENGAN LAMPU BERWARNA SEPIA. BEGITU SENDU.
MARIA MENUNGGU PELANGGAN BERSAMA BEBERAPA TEMANNYA DI TEMPAT YANG REMANG-REMANG. DUDUK DI BANGKU DENGAN TATAPAN KOSONG. HAMPIR PAGI, TAPI DIA BELUM DAPAT SATUPUN PELANGGAN PADAHAL DIA SUDAH MENGHABISKAN 5 GELAS TEH PANAS.
MARIA PULANG KE RUMAHNYA DENGAN GODAAN DAN CELAAN DISEPANJANG PERJALANANNYA.
SEFIA DUDUK DI DEPAN CERMIN. BERDANDAN.
 Fragmen 2
(Film-Film Berwarna Seperti Lipstik di Bibirmu)
Adegan 1
Sefia:
“Di negeri yang jauh, aku bercermin. Tetapi tidak sama sekali aku melihat wajahku yang berwarna-warni. Semua hitam dan putih, terkadang sephia. apa yang orang-orang pikirkan tentang warna sephia? Apakah orang-orang berpikir bahwa itu warna yang indah?
Sephia: cokelat dan abu-abu. Seperti hitam dan putih. Warna ini tidak menggambarkan aku. Jika aku boleh memilih, akan ku simbolkan diriku dengan warna fuchsia. Pink dan ungu. Lipstik warna pink. Rasa strawberry. Untuk wajah malaikat.”
(suara laki-laki)
“Sebelum matahari tenggelam, kutemui seorang perempuan mengenakan terusan berwarna pink. Sungguh cantik dan manis. Lalu dia duduk di rerumputan di bawah pohon. Berkaca dan berdandan. Di sampingnya terdapat bunga matahari yang baru ia petik dari kebun bunga milik Ibu Marlina. Seorang perempuan dengan baju pink memegang bunga lalu tersenyum manis. Berpose di depan kamera ponselnya, yang kata orang adalah ponsel paling bagus pada zamannya.
Aih, aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Dua puluh lima menit kemudian, aku melihat wajah cantiknya dalam ponselku.”
Sefia:
“Kuning, dan violet untuk kelopak mata. Merah untuk bibir, atau mau pakai pink juga boleh. Jangan lupa warna coral untuk pipi. Apakah perpaduan warna ini sudah menutup warna sephia-ku? Aku ingin terlihat berwarna-warni di hadapan semua orang.”
(LAMPU PELAN-PELAN BERGANTI MENJADI WARNA FAJAR)
(DATANG MARIA DENGAN MUKA LUSUH MENGANTUK, DANDANANYA SUDAH BERANTAKAN.)
 Adegan 2
Maria: “Sudah tanggal berapa sekarang? Anakku sepertinya belum makan.”
Lelaki: “Lonte!”
Maria: “Aku pelacur.”
Lelaki: “Dua ratus ribu terlalu mahal untuk menjadi hargamu!”
Maria: “Jika kau tidak mampu membayar ya sudah jangan pakai.”
Lelaki: “Wanita Jalang!”
Maria: “Aku pelacur.”
Lelaki: “Ganti namamu! Pelacur tidak seharusnya bernama Maria.”
Maria: “Memang kenapa?”
Lelaki: “Maria nama suci. Kau kan penuh dengan Najis.”
Maria: (Tertawa)
Lelaki: “Wanita penghibur!”
Maria: “Aku pelacur! Sejak dulu saya adalah seorang pelacur. Jangan mengubah, menambah atau mengurangi nama saya. Mengapa soal nama saja kalian ributkan?”
Maria:
“Aku pernah punya mimpi indah. Kau menuliskan mimpiku dalam bukumu, seperti itu mimpimu sendiri. Aku juga menuliskan kata-kata dan angka-angka yang kau ucapkan dalam tubuhku dan kita menamai itu sebagai “mimpi kita”.
Hari itu, aku membuatkanmu masakan spesial. Itu makanan favoritmu. Sop ayam dengan sambal bawang dan kerupuk. Kau menciumku hangat lalu kita makan bersama. Kata orang-orang, kita sedang dinner. Kau memuji masakanku enak. Aku tersenyum. Setelah itu kita minum anggur sampai mabuk. Kau menciumku berkali-kali sampai membuat tubuhku geli. Kita telanjang dan bergandengan tangan. Berjalan dalam kegelapan dan tiba di tebing lalu terjun ke sungai. Tapi kau tidak. Pada hari sabtu yang hujan, aku mencium kening-kening anakmu di rumah bordil milik Mama Helena.”
(SEKAR MASUK PANGGUNG DENGAN DANDANAN PRIYAYI.)
Sekar:
“Jalan yang berkali-kali kau tempuh tidak menjadikanmu bunga yang wangi dan disenangi semua orang. Kau lupa pada apa yang seharusnya kau pilih. Menjadi apa kau seharusnya. Gerimis turun di hari Kamis, biru, semua menangis. Semua menangis.”
Sefia:
“Kenapa kisahmu bisa begitu pilu, Maria, kau terlihat seperti buku diary yang robek terkena hujan. Setelah itu terbuang. Hanya kau yang menangis. Hanya kau yang menangis.”
 Maria:
“Sepasang mata tengah malam dan lipstik yang koyak. Sudah tanggal berapa sekarang? Aku harus membeli makan untuk anakku, membayar uang sekolahnya dan membayar semua urusan-urusan. Aku hanya tumbuh menjadi perempuan yang pandai memasak dan memiliki anak yang sering diserang kelaparan dan pertanyaan-pertanyaan. Aku adalah ibu yang yatim piatu. Sedangkan mereka mencariku dan mencaciku. Aku adalah bunga. Aku cacing tanah. Aku pelacur.”
 Adegan 3
Sekar:
“Memasak bunga-bunga di dalam pikiran. Menjadikannya lauk pauk untuk sarapan suamiku. Aku tidak pandai memasak, tapi kata ibu, perempuan harus pandai memasak agar bisa melayani suami. Surgaku berada di telapak kaki suamiku, kayanya.”
Sefia:
“Memasak itu perlu, tapi yang paling penting adalah bagaimana kamu terlihat cantik di hadapan suamimu. Supaya suamimu betah sama kamu. Kamu itu bunga matahari, Sekar, jadi pake eyeshadow kuning dan merah di kelopak mata, blush on pink di pipi, lipstik merah tua di bibir dan pakai highlighter di tulang pipi. Alismu sudah bagus, tapi masih perlu dirapikan. Mari aku bantu.”
(SEFIA MENDANDANI SEKAR SAMPAI SEKAR JADI CANTIK SEPERTI BUNGA MATAHARI)
Sekar:
“Impianku terhadap dunia adalah menjadikan diriku sebagai jam kerja. Umur 22 tahun, aku menikah dengan suamiku. Ibuku bilang dia adalah lelaki yang mapan dan tampan. Keluarganya terhormat, anak seorang pejabat. Aku akan bahagia jika menikah dengannya. Aku bahkan belum bertemu dengannya.
Dua hari setelah ibu berkata demikian, bapak kedatangan seorang tamu. Priyayi kata simbah. Wong-wong nduwe. Ibu menyiapkan makanan yang sebelumnya tidak pernah ada di rumah. Katanya mereka melamarku. Aku bahkan belum bertemu dengannya.”
Lelaki:
“Aku melihatmu saat kau menari untuk bupati 5 tahun lalu. Aku jatuh cinta padamu. Kau cantik, demikian perempuan, persis seperti apa yang dikatakan ibuku tentang seorang istri.
Sekar:
Lalu aku menikah dengannya. Dengan pesta meriah. Harusnya aku bahagia, tapi malah muncul pertanyaan adalah benakku “Bukankah pernikahan dan memiliki anak adalah pilihan?”. Aku menikah dengannya karena paksaan bapak, ibu, dan simbah. Aku bahkan belum bertemu dengannya.”
Lelaki:
“Cinta akan datang dengan sendirinya, Sekar, cepat atau lambat kau akan mencintaiku. Aku adalah suamimu.”
Sekar:
“Sebuah planet meledak. Aku tetap bangun pagi, memasak sarapan dan berdandan untuk suamiku di pagi hari. Setelah ia berangkat bekerja, yang aku lakukan adalah membereskan rumah. Apa bayaranku karena telah membereskan rumah?”
Lelaki:
“Kasih sayang, istriku. Bukankah itu cukup? Seorang istri harus mengabdi pada suaminya. Aku adalah kepala keluarga dan aku adalah imammu. Bukankah Pak Kiai sudah bilang bahwa “Sebaik-baiknya seorang istri adalah yang taat dan tunduk pada suami?”
Sekar:
“Halah, tidak usah menggunakan agama sebagai alat untuk menindasku. Bukankah manusia adalah makhluk yang bebas dan merdeka?”
Lelaki:
“(Dengan marah) Sekar, mari tidur!”
  Fragmen 3
(Menjadi Bungur)
Adegan 1
Maria:
“Suara noir radio di tengah malam. Sebuah poster pertunjukan baru saja ditempel. Pertunjukan dalam tubuh siapa kali ini? Stevi? Suhana? Dahlia si gadis 12 tahun? Atau siapa? Tokoh apakah yang akan dia perankan? Gadis lugu? gadis binal? seorang model? Seorang istri? Seorang aktris? Atau seorang gadis kesepian dalam tubuh bapaknya? Mereka pandai bermain peran hanya agar semua orang tahu bahwa mereka hidup.
Pukul dua pagi, lampu-lampu yang sedih dengan label harga yang tidak boleh lagi ditawar. Dua ratus ribu untuk sekali main, belum termasuk ongkos kasur dan pisang goreng. Harga untuk makan seorang anak yang selalu minta dicium keningnya. Aih, aku harus menaikkan harga agar aku bisa membeli mekap dan membeli gunjingan tetangga. Menjadi tiga ratus? Empat ratus? Satu juta? Atau aku harus membuat paket bermain. Satu juta untuk bermain, mendengarkan suara-suara atau menonton film noir, kasur, pisang goreng, segelas kopi dan percakapan hangat?
Tetapi musim hujan berjalan-jalan di luar bajuku. Dari seluruh warna-warna lampu jalan yang dipadatkan lalu aku kenakan. Baju dengan kancing-kancing kesedihan dan ketakutan. Akan menjadi apa aku setelah daun jatuh dari pohon terakhir?
Orang-orang bilang aku akan terbakar api neraka. Tidak apa-apa. Akan kutemukan anjing lalu akan ku beri minum ketika dia kehausan. Aku akan masuk surga. Tuhan tidak akan bersedih sendirian. Orang-orang itu kan juga tidak tahu apakah mereka akan masuk surga atau neraka? Mereka bukan wakil atau sekretaris Tuhan.”
 Lelaki: “Memang bukan. Tapi semua itu sudah tertulis dalam kitab suci.”
Maria: “Kitab suci siapa?”
Lelaki: “Kitab suci orang-orang beragama.”
Maria: “Tuhan lebih tahu apa yang kalian tidak tahu. Jangan merasa seolah-olah kamu paling tahu. Aku memang pelacur, tapi apakah surga dan neraka hanya ditentukan dari profesi? Aku orang baik juga. Aneh, kenapa orang-orang ini dungu seperti babi.”
Lelaki: (potongan ayat dalam kitab suci)
Maria: “Halah banyak bacot!”
(SEORANG ANAK MASUK PANGGUNG SAMBIL MENANGIS. MARIA MENGEJARNYA DENGAN WAJAH PANIK)
(MARIA MASUK PANGGUNG LAGI DENGAN SEORANG LELAKI. BERGANDENGAN MESRA.)
Maria: “Kau mau aku berperan menjadi siapa kali ini? Bunga apa yang ingin kau cium?”
Lelaki: “Aku ingin bunga tulip berwarna nila. Manis.”
Maria: “Aih, aku mahir memerankan tokoh itu. Mari, sudah kusiapkan kasur, radio, kopi dan pisang goreng. Juga percakapan tentang jurang dan sungai. Aku tidak mau ke jurang dan melompat ke sungai lagi.”
Sekar: Pelacur! Gara-gara kamu suamiku tidak pernah pulang. Kamu apakah dia? Semoga kau dikutuk oleh Tuhan!
 Adegan 2
(PHOTOSHOOT)
Sefia: “Aku memotret telapak tanganku sendiri seperti memotret dunia yang berwarna ungu. Impianku adalah ungu. Dan pink seperti strawberry.”
Lelaki: “Sepertinya kamu akan lebih cantik jika kau berwarna tosca.”
Sefia: “Warna ini telah menjadi kupu-kupu setelah air laut ingin mendaki bukit. Aku akan mengubah warna eyeshadow-ku dan memakai eyeliner.”
Lelaki: “Menjadi lumba-lumba.”
Sefia: “Menjadi tabebuya. Menjadi bungur.”
Lelaki: “Sefia, berapa harga pakaianmu?”
Sefia: “Serupa Madonna. Aku ingin seperti Madonna.”
Lelaki: “Bukankah lebih cantik Hepburn?”
Sefia: “Aku akan menjadi Hepburn keesokan harinya.”
Lelaki: “Kau lebih cocok menjadi perempuan yang memiliki laut dalam tubuhmu. Di lenganmu.”
Sefia: “Laut yang seperti apa? Yang banyak pari dan kura-kura?”
Lelaki: “Yang banyak paus dan ubur-ubur.”
Sefia: “Laut itu berwarna apa?”
Lelaki: “Berwarna hijau.”
Sefia: “Aku tidak suka hijau.”
Lelaki: “Tapi aku suka.”
Sefia: “Baiklah, besok aku akan menggambar laut berwarna hijau dengan paus dan ubur-ubur.”
Lelaki: “Kau memang perempuan yang cantik, Sefia, mari hapus lipstikmu yang pink rasa stawberry dan telanjangi wajahmu.
Sefia: (berteriak)
(SEKAR DAN SEFIA BERADA DI TENGAH PANGGUNG. SUARA SEORANG PRIA MUNCUL DARI SISI KANAN DAN KIRI PANGGUNG BERGANTIAN. SEKAR MENGENAL SUARA ITU SEBAGAI SUAMINYA DAN SEFIA TIDAK MENGENAL SUARA ITU MEREKA BERLARI MENGEJAR DAN MENGHINDARI SUARA ITU. MEREKA KETAKUTAN KETAKUTAN.)
Sekar:
Dan berjalan. Dan melupakan. Dan menyapu. Dan melupakan. Dan memasak. Dan melupakan. Dan makan. Dan menggambar matahari di kelopak mata. Dan menggoreng bunga pada pukul 25.67. dan melupakan. Dan melupakan. Dan aku harus melakukan seumur hidup.
 (SEFIA DI DEPAN BLITZ KAMERA MEMELUK DIRI YANG BERANTAKAN, MENANGIS. BAJU, MEKAP DAN KEYAKINANNYA KOYAK. DIA MEMBERSIHKAN MEKAP DARI WAJAHNYA.)
 Maria:
“Apakah orang-orang tahu, setiap hari, setiap saat, seseorang sedang melakukan sebuah pertunjukan. Karena dia hidup. Atau karena dia percaya bahwa dia hidup. Hidup adalah sebuah kata benda. Jika aku menyukainya, ia bernama kesunyian. Jika aku membencinya, ia bernama kesepian.
(MEMASANG POSTER-POSTER PERTUNJUKAN)
Pertunjukan ini berjudul “Menjadi Jam Tengah Malam yang Meledak di Paris Semua Menangis Dengan Mata dan Bibir Koyak Karena Apakah Kau Ada Di sana?” dengan aktor utama: aku. Pencahayaan: lampu-lampu dini hari yang bersedih. Mekap: seorang aktor yang baru saja selesai pentas. Musik: tangisan anak-anak yang lupa dicium keningnya. Tentu saja penontonnya adalah kalian. Kalian bebas menonton, berbicara, mengkritik, menghujat, memuji, memaki, ikut serta dalam pertunjukan ini, membubarkannya, bebas. Tapi yang perlu diingat adalah akulah aktor utama. Jadi jalannya pertunjukan ini terserah padaku.
Kau mau menemaniku dalam pertunjukan ini?”
Lelaki 2: “Tidak!”
Maria: “Mengapa tidak? Kau akan aku jadikan aktor utama juga, menemaniku berdiri di atas panggung.”
Lelaki2: “Tidak!”
Maria: “Nanti aku tambah dengan percakapan pukul 2 pagi. Bagaimana?”
Lelaki 2: “Tidak!”
Maria: kamu merah seperti tomat. Lucu sekali. Mau jadi pacarku saja?
Lelaki 2: “Tidak!”
Maria: “Ih menggemaskan sekali. Coba katakan hal lain selain tidak (mencubit pentil lelaki). Gendut. Gemas. Ayo kita main. Nanti aku kasih diskon deh. Ayo!”
Lelaki 2: “Ih, kok jadi aku sih yang jadi objek?”
Fragmen 4
(Setelah Kita Terjebak dalam Etalase)
Adegan 1
(SEORANG LELAKI MENATAP SEFIA SINIS)
Sefia:
“Museum ini terbuka kembali. Kini dengan gadis boneka berdiri dalam etalase yang terkunci. Semua orang melihatnya, memotretnya, memajangnya dalam ponselnya, kemudian beberapa menit setelah itu semua lengang. Hilang. Hitam.
Semua warna yang aku gambarkan di tubuhku semua hilang. Dia telah menelanjangi warna-warna itu. Warna yang sedari dulu aku kumpulkan di hadapan umat manusia. Ternyata aku hanya boneka kayu untuk mereka.
Tapi tidak apa. Ayo jadi boneka kayu yang cantik. Berwarna. Boneka yang semua orang senangi.”
(SEFIA BERDANDAN DI DEPAN CERMIN. BERANTAKAN. LALU MENANGIS)
 Adegan 2
Sekar:
“Bawang merah. Merica. Cabai. Tomat. Lengkuas. Bawang putih. Jahe. Garam. Kemiri. Lada. Kunyit. Kemangi. Serai. Ketumbar. Kunyit. Penyedap rasa. Daun salam. Lengkuas. Asam jawa. Eyeshadow berwarna mustard. Cabai. Garam. Parfum rasa vanila. Tomat. Terong. Lengkuas. Bawang bombay. Garam. Asam jawa. Kencur. Temulawak. Ketumbar. Gula merah. Hal-hal lain yang turut berpartisipasi dalam cerita ini.”
Sekar: “Maria, aku dipukuli suamiku semalam.”
Maria: “Kenapa?”
Sekar: “Karena potongan ayat suci perkataan kiai.”
Maria: “Seperti apa potongan ayat suci tersebut?”
Sekar: “Bahwa istri harus selalu patuh pada suaminya.”
Maria: “Perempuan yang malang. Tapi yang aku tahu bahwa perempuan memang harus selalu patuh pada suaminya.”
Sekar: “Pernikahan dan anak adalah pilihan, bukan kewajiban. Lelaki keparat.”
Maria: “Sekar, yang aku tahu lagi, istri tidak boleh membicarakan keburukan lelaki kepada orang lain.”
Sekar: “Siapa bilang?”
Maria: “Ibuku. Hal-hal mendasar begitu saja kamu belum tau. Pantas kau dipukul suamimu.
Sekar: “Sinting!”
 Adegan 3
Sefia: “Aku biru karena aku melihat bahwa aku biru, karena hanya itu jalan satu-satunya yang aku tahu.”
Lelaki 2: “Kisah-kisah manusia memang penuh tangis, Sefia.”
Sefia: “Mungkin pagi ini aku harus pulang.”
Lelaki 2: “Ke mana?”
Sefia: “Kepada museum yang tutup jam sembilan malam. Pada wajah cantik, tirus, kurus, bunga matahari, parfum Jean Baptiste Grenouille, pada sepotong apel.”
Lelaki 2: “Pulanglah kepadaku.”
Sefia: “TIDAK!”
(SEFIA BERJALAN MENGELILINGI PANGGUNG YANG TELAH DIBATASI DENGAN LAMPU WARNA-WARNI. LELAKI 2 MENGEJAR SEFIA. SEFIA BERJALAN SEMAKIN CEPAT. SEPAKIN LIAR. DENGAN TERIAKAN. MENGINDAR DARI LELAKI 2 SAMPAI LELAKI 2 BERHASIL MEMELUK SEFIA.)
Maria: (Kepada Lelaki 2, mencubit pipinya, gemas) “Kamu kok lebih memilih dia sih daripada aku? Aku lebih bohay dari dia.” (Maria mencubit seluruh tubuh Lelaki 2 dengan gemas dan melecehkan)
(LELAKI 2 MENANGIS. LALU MELAKUKAN APA YANG DILAKUKAN SEFIA. SEFIA MENGEJARNYA)
Sefia & Lelaki 2:
“Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat. Lelaki dan perempuan harus bisa bebas untuk menjadi kuat.”
(MENGIKATKAN TALI DI TUBUH MARIA.) (MARIA MENCOBA MENYENTUH LELAKI 2 LAGI. TAPI TUBUHNYA TERIKAT) (SEORANG ANAK MENANGIS)
Sefia: “Dasar Pelacur!”
Lelaki 2: “Sampah Masyarakat!”
Sefia: “Kau pasti Masuk Neraka!”
Sekar: “Kau telah merusak keluargaku, semoga kau dikutuk!”
Sefia: “Pelacur bangsat!”
Lelaki 2: “Pelacur bangsat!”
(SEKAR MENARI BONDAN KENDI. SEMAKIN LAMA TUBUHNYA SEMAKIN LEMAH. MENANGIS. LAMPU MEREDUP. TERDENGAR SUARA CAMBUK. LAMPU PADAM.)
1 note · View note
kemungkinan-blog · 5 years
Text
'Eh? Awak mengandung anak luar nikah ke ni puan?' - Kisah founder tudung online terlanjur dengan tunang, ada pengajaran tetapi...
Tumblr media
Kisah yang sedang trending di Twitter mengenai pengalaman seorang founder perniagaan tudung online terlanjur dengan tunangnya. Segalanya bermula apabila si tunang secara 'sukarela' membantunya packing tudung di ruang tamu. Meskipun ada yang menganggap ianya cerita rekaan, namun ada pengajarannya di situ. 
KISAH aku terlanjur dengan tunang sehingga aku mengandung anak luar nikah. 
Nama aku Zulaikha. Aku seorang yang sentiasa dapat result flying colours sejak dari sekolah. UPSR, PMR, SPM straight A's. Martikulasi 4 flat. Degree tak pernah bawah 3.8. Aku ada business juga, jual tudung online. Jualan boleh mencecah RM10,000 - RM30,000 sebulan. 
Aku tak ramai kawan sebab aku busy belajar dan uruskan business. Aku cukup berdikari hidup di universiti, tak perlukan lelaki. Bahkan aku benci lelaki sebab aku rasa lelaki ini makhluk pemalas. 
Tahun ketiga di universiti, business aku semakin besar. Setiap sem masih dean list. Aku mula hantar kain ke tailor dan custom tudung sendiri. Masa tu tak ramai pesaing macam sekarang. Jadi, aku rasa sangat mudah nak naik. 
Di kedai tailor penuh dengan pekerja Bangladesh. Tetapi di sebalik lambakan lelaki warga asing, terselit seorang lelaki Melayu badan sederhana, rambutnya ikal, berkumis dan sangat rajin. Kami mula bertegur. 
Betul anggapan aku. Dia sangat rajin. Sinag dia lipat kain di kedai tailor, malam dia jual air tin di Dataran Merdeka. Sebelum subuh dia akan bangun, tolong makcik berniaga nasi lemak berdekatan dengan KL Sentral. 
Aku tanya kenapa dia kerja kuat sangat? Apa yang dia kejar? Dia jawab, keluarga. Dia nak bantu keluarga dia. Dia juga teringin nak berniaga tetapi tak tahu bagaimana. 
Aku suka orang begini. Rajin dan sentiasa fikirkan keluarga. Oh, btw, dia tak dapat habiskan SPM dan pelajaran dia pun sampai PMR sahaja. Mengeja pun tak berapa betul. English lagilah ke laut. 
Tumblr media
Sejak itu kami selalu berjumpa. Setiap malam aku akan temankan dia jual air tin di Dataran Merdeka. Bangunan jam yang berdiri utuh di dataran itu bagaikan saksi cinta kami. 
Lapan bulan berkawan, kami diikatkan dengan tali pertunangan. Aku masih di tahun ketiga pengajian. Ada mulut yang berkata-kata sebab kami bagaikan langit dan bumi. Namun kedua-dua orang tua merestui kami. Kami akan diijabkabul lagi lapan bulan. 
Aku setuju antara dugaan orang bertunang ialah godaan syaitan. Entah kenapa selepas bertunang, dia berani nak menyentuh tangan aku. Aku rasa sangat tak selesa. Dia minta maaf dan berjanji tidak akan buat lagi. 
Tumblr media
SEBULAN BERTUNANG
Aku cuti semester. Semua housemate dah balik. Housemate bagaikan staff part time aku. Diorang yang banyak tolong aku packing tudung untuk pos. Bila diorang balik cuti sem, akulah kena buat sendiri. Tunang aku sukarela nak tolong aku pakcing tudung pada hari itu. 
Pintu rumah aku terbuka luas. Sementara kami berdua packing tudung di ruang tamu. Di sinilah silap aku. Sedar tak sedar, kami dah terlanjur buat pertama kali. Aku takut, keliru tetapi dia peluk dan cuba menenangkan aku. Dia suruh aku mandi sambil dia menunggu aku di ruang tamu. 
Sejak itu berzina semakin lazim dengan kami. Seminggu sekali mesti on. Aku rasa sangat berdosa. Aku solat lima waktu, kadang dhuha dan tahajud juga tetapi kami berzina. AKu tak tahu macam mana nak berhenti. 
LIMA BULAN BERTUNANG
Majlis lagi tiga bulan. Persiapan dah 60-70 peratus siap. Kami masih dengan perbuatan terkutuk kami. Sampailah satu hari, period aku lewat. Aku fikir mungkin sebab aku stress belajar, business, kumpul duit nak kahwin. 
Tunang cadangkan aku buat pregnancy test. Period lewat sampai dua minggu. Akhirnya aku akur, senyap-senyap pergi ke farmasi di Ampang Park dan buat ujian air kencing. 
Ternyata terpapar dua jalur yang sangat terang.
"PREGNANT" 
Tumblr media
Aku terkedu, tak tahu apa yang aku rasa. Cuma fikir macam mana nak gugurkan. Malam itu kami bertemu di Dataran Merdeka seperti biasa dan aku ceritakan hasil ujian air kencing itu. Aku tahu dia keliru, tapi aku nampak dia cuba untuk bertenang. 
"Alhamdulillah itu rezeki kita," itu kata-kata yang keluar dari mulut dia. 
Aku tak boleh brain bila dia cakap itu rezeki. Ketika itu kandungan aku berusia tujuh minggu. Aku suarakan hasrat untuk gugurkan kandungan tetapi dia melarang. 
Katanya ramai suami isteri lain berusaha untuk mendapatkan zuriat tetapi Allah belum izinkan. Tambahnya, kalau wanita sengaja gugurkan kandungan, rahim akan rosak dan kemungkinan tidak akan mengandung lagi. 
Entahlah, aku pun tak tahu. Majlis nikah lagi tiga bulan, takkan aku nak naik pelamin dengan kandungan 20 minggu? Dan majlis bertandang waktu kandungan 24 minggu? Aku kusut. 
Aku mula tak datang kuliah sebab morning sickness yang teruk. Itu tahun keempat pengajian. Aku tangguh semester. Pindah keluar dari rumah sewa dan bagi alasan aku ada urusan di kampung. Business tudung mula kucar kacir.
Tunang cadang untuk menikahi aku di Thailand. Untuk berbin/binti seorang anak dengan nama, bayi haruslah lahir sekurang-kurangnya enam bulan dari tarikh nikah. Jadi kamu harus menikah secepat mungkin. Status anak tetap anak luar nikah. Cumanya boleh berbin/binti dengan nama, bukan bin Abdullah. Cukup sekadar untuk menutup aib sahaja. 
KANDUNGAN 10 MINGGU
Jam menunjukkan 2 pagi, handphone Sony aku berbunyi. 
"Sayang, siap sekarang. Bawa semua dokumen penting. Lagi 30 minit saya sampai. Kita ke Thailand." 
Wang simpanan aku banyak dibelanjakan untuk majlis nanti. Yang ada dalam akaun tinggal RM400. Tunang ada RM500. Dengan duit yang serba tak cukup, malam itu kami pergi ke Thailand. Dengan pakaian serba hitam polos. Kedua-duanya berwajah sugul. 
Lima jam perjalanan kami cuma berdiam. Entah apa yang aku fikirkan. Aku tenung wajah tunang di sebelah. Lepas segala dosa yang kami lakukan. Aku cuma berdoa, "Kalau ini jalan yang terbaik, kau mudahkanlah urusanku." 
Sungguh tak tahu malu. Sudah pendosa, lagi mahu berdoa. 
Jam 8 pagi kami sampai di pintu masuk sempadan Thailand, Bukit Kayu Hitam. Wang RM ditukar Baht. Permit kereta telah diluluskan. Kami bersarapan dan teruskan perjalanan ke Majlis Agama Islam Songkhla, Thailand. 
Di sana ramai pasangan menunggu giliran untuk dinikahkan. Ada seorang pakcik tua bersama wanita muda, ada seorang wanita cantik bersama lelaki Afrika, ada seornag pemuda bersama janda anak satu. Aku kira mereka di situ kerana tiada restu keluarga. Kahwin lari. 
Satu persatu nama dipanggil, sampailah giliran nama kami. 
"Amirul dan Zulaikha" 
Tumblr media
Kami bangun dan masuk ke satu bilik kecil. Di dalamnya ada satu meja segi empat tepat. Ada seorang wali, dua saksi, seorang jurugambar dan seorang lagi yang menguruskan dokumen. 
Berbekalkan mas kahwin RM50, sekali lafaz kami sah menjadi suami isteri. 
Aku bersyukur sebab dia nak bertanggungjawab atas apa yang telah berlaku walaupun aku masih tidak pasti sama ada dia suami terbaik untuk aku. Entahlah. 
Kami terus pergi ke konsulat untuk pengesahan dokumen. Surat pengesahan itu yang perlu di bawa ke mahkamah syariah Malaysia nanti untuk daftar nikah. 
Hari sudah senja, akhirnya semuanya telah selesai. Hembusan lega kedengaran. Kami berdua belum tidur dari malam semalam. Kami check in hotel dan tidur. 
Jam 3 pagi, suami kejutkan aku untuk solat isyak. Dia imamkan aku buat kali pertama. Air mata mengalir deras tanda kesal tetapi nasi sudah menjadi bubur. 
Malam itu diteruskan lagi dengan solat sunat taubat, hajat, tahajud dan witir. Diiringi dengan air mata tanpa henti. Akan aku ingati saat itu sampai mati. 
DUA BULAN KEMUDIAN
KANDUNGAN 20 MINGGU
Baju nikah terpaksa beli baru untuk tutup perut. Kami menjalankan majlis akad nikah dan walimatulurus di Malaysia seperti biasa. Kedua-dua keluarga masih belum tahu. Aku rasakan ada mata yang memerhati tetapi aku endahkan saja, mungkin cuma perasaanku. 
Selepas majlis, aku dan suami berpindah ke Shah Alam, jauh dari kedua-dua belah keluarga. 
Satu hari aku dapat tahu rupanya semasa kami bertolak ke Thailand, seluruh keluarga mertua dah tahu aku mengandung anak luar nikah. Aku marah! Sampai ke tahap ini aku masih menjaga aib suami aku. Tiada seorang pun ahli keluarga aku tahu hal ini. Tetapi suami suka-suka buka aib aku. 
Aku mengamuk bagaikan orang gila. Suami aku pengkhianat terbesar dalam hidup aku. Rasa macam nak bunuh diri. 
Apa gunanya aku datang majlis bertandang sedangkan semua ahli keluarga suami tahu aku mengandung anak luar nikah. Aku jadi badut di majlis sendiri ke? 
KANDUNGAN 5 BULAN
Sejak itu aku semakin tak betul, meraung tak tentu arah. Mula kelar tangan sendiri dan cuba membunuh diri. 
Aku boleh labelkan suami aku seorang yang bertanggungjawab. Di Shah Alam, suami mulakan business tailor sendiri. Aku nampak business dia berkembang. 
Tumblr media
Persiapan baby dan barang pantang semua dia belikan. Apa yang aku idamkan, semua dia cuba dapatkan. Breakfast, lunch, dinner, semua disediakan. Tetapi dia seakan tidak sedar aku hadapi masalah mental kerana anak ini. 
4 DISEMBER 3 PAGI
Sakit  contraction semakin kuat. Aku ditolak laju ke labour room sambil nurse membelek-belek buku pink. 
"Eh? Awak mengandung anak luar nikah ke ni?!" 
Semua nurse pandang tepat ke arah aku. Aku diam. 
"Awak mengandung luar nikah ke Puan Zulaikha??" 
Suara nurse itu sekali lagi bergema di lorong yang panjang dalam perjalanan ke labour room. 
Aku terpaksa mengangguk perlahan sambil menahan sakit contraction. Air mata mula mengalir deras. 
Tiba di labour room, aku dilayan teruk sekali. Aku dipukul, ditengking. Muka bagai diludah-ludah dengan kata hinaan. Aku tahu aku hina di bumi ini. Semua aku ingat dengan jelas sekali. 
Bukaan 10 cm. Aku diarahkan untuk teran. 
"Boleh panggil suami saya?" pintaku perlahan. 
"Tak boleh! Kau mengandung anak haram." 
Hatiku bagai dirobek-robek. 
"Tolonglah, saya pun perlukan sokongan suami saya seperti orang lain" air mataku deras. 
"Aku cakap tak boleh!" sambil kaki dipukul lagi. 
Aku menangis sepuas-puasnya. Aku faham jika polisi hospital tidak membenarkan pasangan ibu bapa luar nikah berada dalam bilik bersalin tetapi tidak perlulah menghina aku sebegitu. 
Setiap bait-bait kata nurse itu aku ingat jelas. Beberapa kali aku meroyan dalam tempoh berpantang semuanya terngiang-ngiang. 
Sedar tak sedar sudah lebih 10 tahun berlalu. Tahun 2009/10. Jujur aku cakap, benda tak mudah. Banyak benda kami kena hadap. Tapi aku percaya ini jalan terbaik. 
Alhamdulillah kami hidup bahagia sekarang. Bisnes suami dah ada tiga cawangan. Aku ada kerja bagus. Anak pun dah tiga orang. 
Family aku masih tak tahu status anak luar nikah itu sebab aib suami itu amanah untuk aku jaga. Aku bukan nak buat aib sendiri tetapi tolonglah: 
Jauhi zina. Sekali kau terjebak, bukan senang nak patah balik. Syaitan bersorak-sorak. 
Kalau dah terjebak, doalah banyak-banyak supaya Allah tarik keseronokkan itu.
Kalau dah mengandung, tolong jangan gugurkan, jangan tambah dosa. Semua yang jadi mesti ada hikmah. Balik pada Allah dan minta tolong Allah. 
Perlu ke kahwin dengan si pelaku. Bagi aku soalan ini bergantung. Takut-takut kalau berkahwin dengan 'p**sy hunter'. Merana seluruh hidup. Kalau lelaki itu nak bertanggungjawab, bolehlah consider. Kalau sebaliknya, tak perlulah paksa. 
Perempuan ini dicipta kuat yang luar biasa. Carilah tempat yang sesuai. Baliklah pada keluarga, doalah pada Allah. Jangan sesekali gugurkan. Please. 
Sumber: Zulaikha
from The Reporter https://ift.tt/31TySGJ via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2BKX6Zj via IFTTT
5 notes · View notes
crownuts · 5 years
Text
Lelaki Kafe
“I think that possibly, maybe I’m falling for you
Yes there’s chance that I’ve fallen quite hard over you..”
 Lagu milik London Pigg ini mengalun manis di Caffemia sore itu. Gerimis kecil yang mengguyur kota menambah kesan syahdu—membuatku semakin berat meninggalkan tempat. Setelah memesan cangkir kedua cokelat panas, aku kembali asyik mencuri-curi pandang ke arah salah satu pelanggan yang duduknya berseberangan satu meja di depanku. Dia laki-laki yang sama ketika kali pertama aku datang ke kafe ini. Dan kini entah sudah yang keberapa kali aku melihatnya, di meja yang sama, dan secara ajaibnya—di hari yang sama pula. Hari ini pun dia sama tampannya, sama rapinya.
 “I think that possibly, maybe I’m falling for you
No one understands me quite like you do..”
 Laki-laki itu terlihat tenang sambil sesekali menyeruput sesuatu di dalam cangkirnya. Ah, pasti kopi. Espresso? Cappuccino? Atau malah cokelat panas yang sama seperti pesananku? Lucu juga kalau dia memang memesan cokelat panas. Bertemu tanpa sengaja di kafe yang sama, hari pertemuan yang sama, masa pesanannya juga bisa sama, sih? Eee, itu kalau memang dia juga memesan cokelat panas, lho.
 “I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much..”
 Sepasang alis tebal, hidung yang tidak terlalu mancung, dan kumis tipis menjadi hiasan sempurna dalam bingkai wajahnya yang agak oval. Lirik lagu Falling in Love at a Coffee Shop yang masih diputar seolah seirama dengan degup jantungku—yang ku sadari betul berubah temponya hari ini, di kafe langganan yang tak jauh dari apartemenku ini. Perutku mendadak geli—seperti ada ratusan makhluk kecil yang menari-nari. Dan, hatiku pun ikut heboh bertanya-tanya, siapakah dia?
“Mbak? Ini hot chocolate-nya,”
Lambaian tangan dan suara dengan intonasi sedikit meninggi mampu membuyarkan lamunanku. Aku terperangah menatap pramusaji yang masih berdiri dengan membawa secangkir cokelat panas, menatapku bingung.
“ah-eh, iya.. makasih,” aku menerima cokelat panasku seraya tersipu-sipu. Duh, malunya..
 ****
 Sabtu siang yang cerah. Sang mentari dengan sinar keemasannya gagah menampakkan diri. Setelah menimbang-nimbang, ku putuskan untuk kembali datang ke Caffemia, kafe bernuansa vintage yang menjadi langgananku sejak tiga bulan yang penuh dengan pertemuan-pertemuan tak disengaja dengan laki-laki itu. Belum bisa dibilang pertemuan, sih. Karena lebih besar kemungkinannya bahwa dia sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Bukankah yang dikatakan pertemuan itu adalah ketika satu sama lain bisa saling menemukan?
Keadaan kafe kala itu tidak terlalu ramai. Aku segera menempati meja favorit—persis di samping jendela besar yang menghadap ke jalan raya. Siang-siang begini enaknya makan eskrim vanilla bertoping saus stroberi atau vanilla latte, ya?
 “Ku tergetar saat menatap kedua matamu
Melahirkan seutas keinginan ‘tuk memilikimu..”
 Bertepatan dengan khasnya suara Danilla dengan lirik lagu Ada di Sana-nya yang memikat, hatiku tergetar ketika melihat seorang laki-laki ber-hoodie merah gelap baru saja memasuki kafe. Itu laki-laki yang seminggu lalu juga ku lihat di sini. Sekarang pun kami berseberangan meja lagi. Ya ampun, apakah semesta sedang merencanakan sesuatu di antara kami?
 “Kian bertahan memandang raut wajahmu
Ku lihat sebuah jalan yang masuk menuju batinmu”
 Ya, aku memang bertahan untuk lebih lama memandang wajahnya. Benar, sepertinya memang ada jalan untuk memasuki batinnya. Aku tersenyum-senyum tanpa berkedip sedetik pun memandang laki-laki yang kini tengah sibuk menatap layar ponselnya itu. Dan entah mengapa, lagu-lagu yang diputar di Caffemia seolah merefleksikan suasana hatiku yang sedang beraroma bunga.
 “Sudikah kiranya kau mengizinkan diriku
untuk sejenak berkunjung ke dalam hatimu
Pastikan ku ada di sana”
 Ku rasakan wajahku memanas ketika secara mendadak ia mendongak. Kedua matanya menghujam langsung ke dalam mataku. Beberapa detik kami saling bersitatap—dengan posisi yang saling menghadap. Saking malunya tertangkap basah, aku hampir membuang muka, kalau saja dia tidak kembali menjadikan rona pipiku lebih merah dari kepiting rebus. Di tengah-tengah saling melempar pandang itu, dia tersenyum lebih dulu.
Senyum yang manis dari seorang laki-laki yang selama tiga bulan ini tak ku ketahui identitasnya. Senyum yang semakin menguatkan tekadku untuk bergerak maju—emansipasi wanita, begitu yang ku dengar dari orang-orang. Dan satu lagi, senyum yang benar-benar membuatku lupa bahwa sedari tadi aku belum memesan apa pun!
 ****
 Hari ini hari Rabu. Setelah melalui serangkaian analisis ala diriku sendiri, aku menemukan satu fakta penting yang menarik; bahwa hari Rabu-lah yang paling sering menjadi hari di mana aku dan laki-laki itu berada di Caffemia. Untung saja aku senang mencatat hal-hal kecil, sampai-sampai aku mencatat hari-hari ketika aku melihatnya di kafe. Duh, rasanya kenapa aku jadi seperti penguntit, ya? Haha.
Kali ini aku memakai dress selutut bermotif mawar pink kecil-kecil. Tak lupa ku poles wajahku dengan beberapa tahap make-up supaya wajahku lebih tampak segar. Dan sebagai pemanis kaki, aku memakai flat shoes berwarna senada dengan dress yang ku kenakan. Aku berusaha tampil secantik mungkin agar bisa PD ketika berkenalan nanti. Ya, sudah ku putuskan untuk mengajaknya berkenalan duluan. Nekat, sih. Tapi.. apa salahnya?
Kafe terlihat lebih ramai dari biasanya begitu aku baru sampai. Ditambah lagi, meja favoritku di samping jendela besar itu sudah ditempati orang lain. Yah, mau bagaimana lagi. Yang penting aku masih bisa mendapatkan meja yang terletak di sudut, meskipun agak jauh dari pintu masuk.
 10 menit..
25 menit..
Satu jam..
 Sudah berkali-kali ku tatap cermin—cermin kecil yang sengaja dibawa dari rumah. Entah untuk memperbaiki eyeliner-ku yang ternyata sedikit ketebalan, menyapukan bedak yang tidak merata di sisi wajah, sampai memoles kembali bibirku dengan liptint. Sejenak aku mulai gusar, apa hari ini dia memang tidak datang, ya? Ku tunggu satu jam lagi, deh.
Instrumen musik mulai mengalun lembut, seolah melukis melodi-melodi indah yang menenangkan jiwa. Aku menghela napas pelan. Tunggu sebentar lagi, batinku. Tunggu sebentar lagi.
Belum sampai dua jam aku menunggu, akhirnya yang ku tunggu-tunggu datang jua. Kali ini dia membawa seorang teman yang juga laki-laki. Mereka berceloteh akrab seraya melangkah menuju meja di sisi kananku yang baru saja kosong. Jantungku begitu berdegup-degup secara tidak normal. Aku memejamkan mata, berharap keberanianku akan segera berkumpul kembali. Dia ada di sisi kananku padahal—tidak jauh. Cukup basa basi dan mengenalkan diri, biar sekalian bisa ikut mengenal temannya juga, kan.
Selang beberapa menit tekadku semakin membulat, aku bangkit dari kursi dan beranjak pergi menghampiri. Tetapi, belum genap empat kali kakiku melangkah, aku malah terkekeh seraya berbelok arah—menuju pintu keluar kafe. Sungguh, aku harus mengubur dalam-dalam rencanaku ini. Aku tidak bisa, bahkan tidak akan pernah bisa mengenal laki-laki itu sampai kapanpun.
“Kalau begini sih namanya sudah kalah sebelum perang,” gumamku sambil tertawa kecil, hingga menarik beberapa pasang mata yang menatapku keheranan.
Aku baru saja membuka pintu keluar Caffemia ketika tiba-tiba telingaku menangkap penggalan lagu yang sedari tadi diputar. Lirik lagu yang mewakili perasaanku sekaligus mematahkan rasa penasaranku.
 “tak ku sangka kau begini adanya
Mengapa kau tak suka dengan wanita
Karena kau lelaki
Karena kau lelaki penyuka sesama..”
1 note · View note
ynrdlvrs · 5 years
Text
Perempuan yang memakai baju tidur berwarna pink sepadan dengan bawahanya mengitari kompleks perumahan mewah. Wajahnya kusut baunya tidak seperti orang-orang kaya yang berada dalam salah satu rumah. Kalau sekali dipandang sudah bisa di nalar kalau dia bukan warga sini. Tangan kananya membawa pentungan. Ia seorang penjaga keamanan. Rani namanya, ia baru masuk ke dalam kesatuan penjaga perumahan elit itu sekitar tiga hari yang lalu. Ini malam pertamanya berjaga. Baju satpam nya yang diberi oleh komandan terlalu besar. Rani mendaftarkan bajunya ke tukang jahit dekat rumahnya di jalan kemiskinan. Baju tidur berwarna pink yang sepadan dengan bawahanya ia anggap cocok dengan suasana kaya yang ia rasakan saat memasuki perumahan.
Malam itu Rani dikerjai oleh komandan, ia dihukum karena tidak memakai seragam. Maka ia berpatroli sendirian. Toh baru jam delapan malam, biasanya kejahatan akan dimulai diatas jam Sembilan, jadi anggap saja ini masa orientasi untuk Rani.
Rani sendiri memutuskan banting setir dari pekerjaan lamanya sebagai babu. Ia terinspirasi dari film Rambo yang ia tonton di rumah majikan lama. Ia sudah lelah berurusan dengan debu, sesekali menjadi penegak kebenaran mungkin mengasyikan, meskipun taruhanya nyawa, nanti juga bila mati dikenang sebagai pahlawan. Maka keesokan paginya setelah menerima gaji dari majikan ia hilang entah kemana tanpa pamitan. Kurang ajar memang, ya mungkin karena tidak pernah di ajar, siapa tau dengan menjadi satpam ia bisa dihajar.
Kalau tidak karena Rani seorang wanita dua puluh tahun yang baru matang, sang komandan tidak mungkin memilihnya diantar calon lain. Ada si Subandi, Suritman, Subaryo, Sumantri. Tapi yang dipilih si Rani yang asu. Begitu ungkapan kekesalan dari empat calon lain yang gagal diterima karena mereka laki-laki. Tampaknya televisi tabung, papan catur, serta radio belum cukup menjadi hiburan komandan.
Perjalanan Rani mengelilingi kompleks hampir selesai, di depan sekitar seratus meter komandan, dan prajuritnya sudah menunggu. Rani kecewa, karena pekerjaanya tidak se-menarik kisah Rambo, dan lagi TV tabung di pos satpam hanya bisa menyiarkan TVRI, chanel lain hanya keluar semut, ia juga tidak paham catur, dan lagi ia tidak suka mendengarkan.
Maka sampailah Rani di pos satpam itu. Sebagai ganti pengalaman yang membosankan ia sudah menyiapkan cerita-cerita khayalan untuk diceritakan kepada teman-teman yang masih menjadi babu. Misalnya saja cerita ia berkawan dengan tukang bakso yang sebenarnya adalah intel kepolisian yang sedang menyelidiki kasus penculikan. Lalu khayalan tentang ia mengejar maling sampai harus masuk ke gorong-gorong dan bertarung disana. Tapi kenyataan ia belum punya uang untuk melunasi seragam di tukang jahit adalah cerita untuk dirinya sendiri
1 note · View note
littlethingsaround · 5 years
Text
Menuju bakauheni. 8 Juni.
Sudah 3 hari tidak bisa kebelakang. Dan sekarang sedang terjebak macet. Ternyata 1 jam per 300 meter itu benar adanya. Bapak matikan mesin, buka jendela. Dan kami menunggu --
Tetiba terlintas fikiran kalau nanti akan ke belakang. Karena macet total, rumah di kanan kiri membuka jasa toilet umum tiba tiba. Lalu kalau aku ke belakang dan jalan tiba tiba lancar, aku akan tertinggal rombongan. Aku akan lari, mengejar mobil ini. Lari, sampai nanti ketemu. Lari diantara motor motor berjalan, lari tanpa pikir kabar tubuh yg lama nda olahraga, sepatu yang kebesaran, rupa yang tak karuan, ataupun kaki yang mulai kram.
--
Lari, sebebas saat di Turki :)
Saat hari kedua event, kami ditunggu teman satu flat di rumah. Kunci kami yang bawa, sedang jam perjalanan menuju flat sekitar 1 jam lebih. Terbayang wajah kakak menunggu didepan flat, kami tidak tega. Lalu saat pulang diantar teman kami yang orang palestina, malah pakai nyasar pula. Akhirnya sampai telat, dan kami tenang karena kakak bilang dia memutuskan makan dulu bersama kerabatnya.
Tapi tak berapa lama, seorang adik dari flat yang lama mengabari kalau dia ingin kembalikan jam tangan yang dipinjamnya untuk ujian. Sudah jam 10 malam, serang dari penginapan kami ke flat lama makan waktu hampir 2 jam.
Si adik panik telfon telfon, sedang kami belum ketemu sama kakak. Begitu kami bertemu dan beri kuncinya, kami berlari. Berlari dari yevus selim menuju metro emniyet fatih. Berlari sepanjang 2 kilometer.
Melewati bapak bapak yang makan roti didepan puntu flat hitam, melewati anak anak bermain di taman, melawan arus mobil dan nyelip diantara beberapa yang parkir sepanjang jalan. Mencium aroma falafel dan teriakam pedagang buah yang hampir tutup tokonya. Mendengar kerit pintu buka tutup, suara bel, dan kerumunan orang turki yang nangkring di pinggir jalan. Melihat kibaran kerudung bercadar wanita tua suriah dan suaminya. Melihat seorang bapak menggendong kucing sebagaimana bayi yang baru lahir. Melihat kilau simple syrup disiram diatas kunefeh dari kaca jendela. Melihat tarikan eskrim turki dan tawa pembeli yang dikerjai.. semua diantara deru nafas kami sendiri, dan langkah kaki cepat yang tak henti, berlari di jalan setengah mendaki. Dingin, tanpa pakai jaket sedikitpun karena terlupa.
Aku sesekali mengebut dan membalap abidah, dan diapun begitu. Sampai pada titik kami hanya bisa berlari sambil tertawa, menarik perhatian beberapa mahasiswa yang pulang lembur dari fakultas dekat metro. Sampai dengan terengah engah. Lelah tapi kaya rasa. Kehabisan nafas tapi bahagia. Indah sekali :)
Seperti halnya pelarian kedua.
Saat kami sedang di musholla lalu dapat pesan dipanggil ke panggung juara dua. Pakai sepatu patah patah lalu keluar mushalla, tak sempat ngaca merapikan kerudung, tak sempat awas dengan stan kami yang sedang didatangi. Masuk ke area dengan warna pink dan dilihat oleh sepenjuru ruangan, berlari terus. Sambil diteriaki, "maa, ambil bendera.." dengan terengah dan nyaris terjatuh karena nginjak tali sepatu sendiri, kembali ke tas dan mengambil bendera. Menghabiskan sisa nafas diatas panggung sambil terengah tak percaya.. indah juga. Hehe.
Tidak terlalu lelah sebenarnya, mengingat disana makanan sehat dan kami banyak jalan. Tapi saat sedang lari itu .. padahal kami sedang cepat, tapi entah kenapa aku ingat hal hal kecil disekitar. Memperhatikan dan menikmati detail pemandangan yang Allah anugerahkan berputar dengan indah lewat mataku. MasyaAllah.
Kok tiba tiba inget itu ya? Hehe bikin senyam senyum sendiri. Alhamdulillah alaa kulli hal.
(berkali kali dibilang bapak suruh tidur jangan liatin hp gegara nguap terus semalam begadang wk. Tapi kusenang tulisan ini bisa kuselesaikan :))
3 notes · View notes
Text
Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak
Tumblr media
Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek.
Tumblr media
Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak Malam itu kita makan bertiga, aku, Hemi dan Dika. Mereka berdua membahas soal keberangkatan Hemi. Akhirnya di sepakati Dika tetap tinggal di rumah kami, sementara Hemi berangkat ke Singapore. ”Dika, elo jaga rumah yah, sekalian jaga bini gua tuh..” kata Hemi. Dika hanya tersenyum. ”Beres boss," jawabnya sambil bersenda gurau. Saat mereka berbicara, aku mengambil kesempatan untuk masuk ke kamar, dan membasuh memekku, serta menganti CD ku. Selesai makan malam itu, Hemi masuk kamar, lalu kami bercinta. Malam itu Hemi begitu bernafsu, dia main hingga 3 kali. Aku pun melayaninya dengan nafsu juga. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Saat itu aku mulai merasakan perbedaan, antara permainan Hemi dan Dika. Aku merasakan permainan Andika, memang lebih hebat, entah karena ukuran kontolnya, atau karena perasaan aku saja. Jam 7 pagi, Hemi berangkat ke airport, di antar Dika. Hemi mencium keningku, “mami, I love you..” katanya. Mobilnya pun segera berangkat, dan aku kembali ke kamarku, berbaring. Pikiranku menerawang. Aku benar-benar wanita gila sex. Dalam semalam, aku bermain dengan Dika, dan sejam kemudian dengan suamiku. Aku mulai merasakan bedanya nikmat yang diberikan Dika. Dan aku mulai merindukan Dika. Rasa bersalahku terhadap Hemi pudar, aku menjadi egois. Dalam hati aku menyalahkan suamiku, sehingga aku berselingkuh, kenapa Hemi tidak bermain seperti Dika. Semua pikiran ini hanya untuk menutupi kesalahanku. Malam hari setelah Hemi berangkat ke Singapore, aku diam di dalam kamar. Aku sepertinya ragu untuk keluar kamar. Aku tahu di luar sana ada Andika. Sisi gelap dari diriku terus mendorong diriku untuk mencari perhatian Andika. Sedang sisi terangku melawannya. Aku hanya diam, berbaring, menatap langit-langit kamarku. Aku memang wanita jalang, wanita gila sex. Itu semua yang aku pikirkan tentang diriku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Tok tok... bunyi ketukan pintu kamarku membuyarkan semua lamunanku. Aku tahu itu pasti Andika. Aku segera merapikan gaun tidurku, berjalan ke pintu dan membuka pintu kamarku. ”Ada apa Dika?" tanyaku. Tanpa permisi lagi, Andika langsung masuk ke dalam kamar tidurku. ”Mirna, ini hadiah buat kamu," katanya sambil memberikan aku sebuah kotak. “Hadiah apa ini?" tanyaku. Andika tersenyum, ”buka saja.” Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Aku membuka bungkusan kertas pink kotak itu, dan membuka kotaknya. Isinya sebuah baju tidur berwarna merah, yang tipis, lengkap dengan CD mininya. Aku menatap Andika, dia tersenyum. ”Ayo , coba di pakai sayang." Entah kenapa, hatiku seakan luluh, aku tak tahu, aku menjadi bergairah. Aku berjalan masuk ke kamar mandi, dan aku mengganti gaun tidurku dengan baju tidur tipis yang diberikan Andika. Baju tidur yang SEKSI itu ku pakai. Aku juga memakai CD mininya dari bahan yang sama. Aku tak mengenakan bra. Aku menatap ke cermin, melihat tubuhku yang sexy dengan baju tidur ini. 'Bertahun tahun menikah dengan Hemi, belum pernah sekali pun dia memberiku hadiah seperti ini,' ujarku dalam hati. Setelah puas membolak balik badanku, berkaca di depan cermin, aku keluar dari kamar mandi. Andika menyambutku dengan senyuman. ”Mirna, kamu benar-benar cantik dan sexy." Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Dia meraih tanganku, dan mendudukkan ku di pinggir ranjang. Lalu dia mengecup bibirku, dia memperlakukanku seperti istrinya saja. Dari saku bajunya dia mengeluarkan sesuatu. Bungkus benda itu di bukanya. Benda seperti kapsul itu berwarna transparan. ”Hei.. itu apa Dika?" tanyaku. ”Ini obat perangsang," jawabnya. Aku mengerutkan dahiku, “aku tak butuh obat itu." Andika tersenyum, ”ini bukan obat perangsang biasa,” katanya. Lalu dia membawa obat itu ke arah selalngkanganku. Aku menghindar. ”Hei, jangan," kataku. ”Mirna percaya deh, kamu akan merasakan nikmat yang luar biasa," katanya. Aku diam menatapnya. Lalu aku merasakan jari Dika menyelinap di balik celana dalamku, dan kapsul itu di dorong masuk ke liang memekku. Dengan jarinya dia terus mendorong masuk kapsul itu. Aku mengigit bibirku. Lalu dia mengeluarkan jarinya, dan merapikan kembali celana dalamku. Aku diam, tapi jantung dag dig dug, obat apa yang dimasukan Dika ke dalam memekku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Aku jelas merasakan ada sesuatu benda kecil yang menganjal di dalam liang memekku. Satu menit berlalu aku tak merasakan apa-apa. Lima menit berikutnya, aku merasakan kapsul itu seperti mencair. Rasa ganjalan di liang memekku menghilang. Tapi aku sama sekali tak merasakan apa-apa. Andika tersenyum menatapku, lalu dia mulai melumat bibirku dengan nafsu. Aku pun mengikutinya, kami berciuman dengan panas. Lepas melumat bibirku, Andika menarik tanganku dan memintaku berdiri. Aku ikuti permainannya. Tangannya pun langsung meraba bidang dadaku. Buah dadaku sasarannya. Dari luar pakaian tipis itu jarinya mengitari puting susuku. Saat itu juga aku merasa terangsang. Birahiku meningkat drastis. Aku menggigit bibirku, dan Andika terus meraba-raba puting susuku yang sudah menonjol dan keras itu. Lalu tangannya menyusup ke balik baju tidur tipisku itu. Dan langsung memainkan puting susuku. Aku mendesah, ”Sshhh Dika... ih.. aku.. aku.. nafsu banget," ujarku tanpa bisa menyembunyikan rasa malu. Dua tangannya menyelinap masuk, meraba-raba buah dadaku yang sudah keras itu. Aku merasakan hal yang lain, buah dadaku menjadi begitu sensitif. Tak lama tangan kanan Dika turun ke bawah, mulai meraba-raba pahaku. Lalu sebelah kakiku di angkat, dan di tumpukan pada pinggir ranjang. Tangan kanannya itu terus meraba-raba pahaku, sedang tangan kirinya merabai buah dadaku. Aku terus merasa nikmat, dan mulutku tak henti mendesah-desah. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Saat tangan kanan Dika berjalan ke arah selangkangan celana dalamku yang sudah basah itu dan tepat menyentuhnya, aku menjerit, “Aghhh.... Dikaaaa..." Aku merasa di sengat aliran listrik. Jari Dika terus meraba-raba selangkangan celana dalamku. Klitorisku membesar, aku benar-benar terangsang hebat. Tubuhku seperti gematar. Tak beberapa lama, aku merasa orgasmeku sudah mendekat. ”Aghh Dika.. aku sudah gak tahan.. itil nya gatel banget," kataku tanpa malu. Tekanan kuat dari dalam perutku, rasanya seperti ingin pipis. Jari Dika terus meraba-raba selangkangan celana dalamku dengan lembut. ”Aahh..” Tubuhku mengejang, aku menjerit panjang, “Dika.. aku keluarrr..” Tubuhku mengejet, dan tanpa bisa aku tahan, air seniku meluncur keluar begitu saja. Aku benar-benar merasakan orgasme yang luar biasa, dan aku merasakan tubuhku menjadi lemas. Dika berdiri dan memelukku, lalu dai memangku, duduk di pinggir ranjang. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Dika menciumi leherku, dan birahiku langsung timbul lagi. ”Sayang, enak gak?" tanyanya. “Dika.. enak.. enak sekali,” kataku. Kembali Dika membuka lebar kedua kakiku. Sambil memangku diriku, tangan Dika kembali meraba selangkangan celana dalamku. Dia tak peduli celana dalamku yang basah oleh air pipisku. ”Sshhh.. Dika.. saya nafsu lagi..” erangku. Jari Dika terus bermain di selangkangan celana dalamku, membuat birahiku terus meninggi. Tak lama jari-jarinya menyusup di balik celana dalamku, dan memainkan klitorisku. Aku kembali menjerit, kenikmatan. ”Dika.. aghhh.. Dika.. aghh..” erangku. Sebentar saja aku merasa akan orgasme lagi, dan Dika semakin cepat memainkan klitorisku. ”Dika.. aku mau keluar lagi,” erangku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. “Yah, keluar saja.. ayo...” bisik Dika di telinggaku, sambil mempercepat getaran jarinya di atas klitorisku. Tubuhku kembali mengejang, dan aku orgasme kembali, dan aku pipis kembali, begitu saja. Air pipisku membasahi lantai kamarku, tapi aku tak menghiraukannya. Lalu Dika mulai melepas pakaianku, lalu aku berbaring di ranjang. Dika juga melepas seluruh pakaiannya. Aku berbaring dan melebarkan kedua kakiku, aku sudah tak tahan ingin segera merasakan kontol besar dan hitam milik Dika. ”Dika, ayo masukin..” ujarku. Tapi Dika hanya tersenyum. ”Dika please, masukin aku pingin," kataku memintanya. Tapi Dika meraba-raba bukit memekku, memainkan bulu-bulu di atasnya. “Sabar sayang, malam ini malam panjang.. saya pasti akan masukin, sabar,” kata Dika. Aku hanya diam lalu Dika berkata, ”Mirna, bulu-bulu ini saya cukur yah,” kata Dika. “Ha.. jangan.. nanti ketahuan Hemi dong," kataku. ”Kamu tidak pernah mencukur bulu kemaluan kamu?" tanya Dika. Aku menggeleng. Andika tersenyum. ”Bilang saja, kamu mau memberi kejutan pada Hemi,” kata Andika. Aku menggeleng. ”Enggak.. jangan Hemi pasti gak percaya, dan akan marah..” kataku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Andika terus merayuku, dia ingin sekali mencukur bulu kemaluanku. Tapi aku bersikeras menolaknya. Akhirnya dia mengalah. “Oke deh kalau gak mau.." kata Dika. Aku kembali memintanya untuk memasukan kontolnya ke memekku. Aku sudah benar-benar tak tahan, aku yakin semua ini karena pengaruh obat perangsang itu. Aku tahu diriku, walau aku suka sex, tapi aku masih punya harga diri. Tapi kini harga diriku seakan hilang. Andika tidak memasukan kontol, tapi dia mengarahkan kontolnya ke wajahku. ”Mirna sayang, isepin dulu dong," pintanya. Aku tak bisa menolaknya, kontolnya memang membuat aku nafsu, aku menjulurkan lidahku dan mulai menjilatinya. Andika mengerang kenikmatan, ”Aaghh.. iyah.. enak sekali,” erangnya sambil memegang kontolnya. Tapi tak lama Andika memintaku untuk mengulumnya. Aku menurutinya, mulutku membuka lebar, dan kontol besar itu mulai menyodok-nyodok mulutku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Tangan Dika memegang kepalaku, lalu dia mendorong kontolnya maju dan mundur. Dia melakukannya dengan kasar, aku tersedak beberapa kali. Aku meronta, tapi Dika memegang kepalaku dengan kuat. Saat itu aku seperti di perkosa, tapi entah kenapa aku seperti tambah bergairah. ”Uughh.. ugghhhh..” suaraku tersumbat kontol besarnya, tubuhku terus meronta, tapi Andika semakin kuat memegang kepalaku. Kontolnya terus bergerak dalam mulutku, mendorong masuk hingga kerongkonganku. Dika bertahan cukup lama, walau akhirnya dia juga ejakulasi. Aku merasakan cairan spermanya yang panas, menerpa mulutku. Saat kontolnya lepas dari mulutku, aku memuntahkan seluruh sisa spermanya. Sikap Dika kembali lembut, dia membelai rambutku, dan melap mulutku dengan tissu, lalu mengecup bibirku. “Terima kasih sayang, kamu benar-benar membuatku puas..” ujarnya. Aku hanya diam menatapnya. ”Tunggu sebentar sayang saya ambil air dulu," katanya seraya memakai kimono, milik Hemi, lalu dia keluar kamar tidurku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Tak lama, Dika kembali dengan segelas air dingin, memberiku minum, aku merasa segar dengan sejuknya air dari lemari es itu. Lalu Dika kembali menciumi bibirku, dan tangannya mulai meraba-raba buah dadaku lagi. Aku pun kembali bersemangat. Memekku berdenyut kembali. “Aahhhs.. Dika.. masukin.. saja.." pintaku. Dika tersenyum, “sabar sayang.. masih lemes nih,” ujarnya sambil memperlihatkan kontolnya yang sudah mengecil. Aku hanya diam, tersenyum dalam hati. Lalu jarinya kembali meraba-raba klitorisku, membuat aku bernafsu kembali. ”Aaghhhhh.. Dika..” erangku, saat Dika memasukan jarinya ke dalam liang memekku. Jarinya bergetar di dalam liang memekku, membuat aku merasa nikmat. Jari itu bergerak keluar masuk, dan kadang bergetar. “Dika.. ahhh.. Dika.. enak.. ahhh..” erangku. Aneh sebentar saja, tubuhku kejang, aku orgasme, dan tanpa terasa air pipisku kembali keluar, membasahi ranjangku. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Andika tersenyum, aku seperti di permalukannya. Sesaat kemudian jarinya memainkan klitorisku lagi. Birahiku kembali naik. Liang memekku berdenyut. ”Aaghh.. Dika.. aghh..” erangku. Aku benar-benar di buatnya nafsu. ”Dika.. colok kayak tadi dong," pintaku agar Dika memasukan jarinya di liang memekku. Andika tersenyum, lalu aku merasakan liang memekku agak nyeri. ”Dika.. Dika.. aghh, satu saja.. sakit..” erangku. Tapi Dika hanya tersenyum, dua jarinya menyodok-nyodok laing memekku, memasukan dua jarinya ke dalam liang memekku. Aku protes. Aku merasa tak nyaman, tapi Dika seperti tak perduli. Dua jarinya terus menyodok-nyodok liang memekku keluar masuk dengan cepat. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Tapi tak lama, rasa nyeri itu hilang dengan perlahan, mungkin liang memekku bisa beradapatasi, atau apa, aku tak jelas. Yang jelas aku kembali merasa nikmat. Jari Dika terus bergerak menyodok-nyodok liang memekku. Dan aku dibawanya ke puncak kenikmatan lagi. Aku orgasme, dengan mengeluarkan air pipisku. Tubuhku terasa semakin lemas. Aku melihat kontol Dika sudah kembali tegak, tapi birahiku sudah mulai surut. Dika mulai membuka lebar kedua kakiku. Dan kontolnya yang sudah tegang itu segera masuk ke dalam liang memekku. ”Aaghhh.." jeritku. Kontol besarnya segera menyesaki ruang di dalam memekku. Lalu dia mulai menggoyang tubuhnya, dan kontolnya bergerak maju dan mundur. ”Uuuuughhh Dika..” erangku sambil memegang pundaknya. Walau aku merasa lemas, dan lelah, tapi aku tetap orgasme. Tubuhku kejang dalam pelukan Dika. Aku Ketagihan Selingkuhi Iparku Yang Maniak - Cerita Becek. Air pipisku pun mengalir dan Dika hanya tersenyum saja. Lalu dia mulai memompa memekku lagi. Aku mengalami orgasme beberapa kali saat Andika menyetubuhiku, malam itu, hingga tenagaku terkuras habis. Aku seperti tak sadarkan diri, aku tertidur. Agen Poker Online - Agen Domino99 Online - Agen Capsa Susun Online - Agen AduQ Online - Agen BandarQ Online - Agen Bandar Poker Online - Agen Sakong Online - Agen Bandar66 Online Aku tak tahu apa yang dilakukan Dika pada diriku malam itu. Judi Poker - Judi Domino99 - Judi Capsa Susun - Judi AduQ - Judi BandarQ - Judi Bandar Poker - Judi Sakong - Judi Bandar66 Ketika aku tersadar esoknya, waktu sudah menunjukan pukul 1 siang. Aku tak pernah tidur selama itu. Aku melihat sekeliling kamarku, tak ada Dika di sana. Aku lalu masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku, dengan air hangat. Aku begitu terkejut saat melihat bulu-bulu kemaluanku telah hilang. Bukit kemaluanku licin, bersih tanpa bulu. Keris99 - Agen Bandar66 Online | Sakong Online | Capsa Susun | Bandar Poker | Judi Domino99 | BandarQ | AduQ | Poker Texas Indonesia ”Andika.. kamu benar-benar gila,” umpatku dalam hati.
Tumblr media
Read the full article
3 notes · View notes
lathifa · 6 years
Text
Hamil dan Melahirkan di Canberra (2-end)
Dari cerita-cerita yang saya dengar, khususnya lahiran di luar indonesia, kebanyakan mereka harus menunggu sampai kontraksi sudah sangat intens, 5 menit sekali dengan lama kontraksi dalam durasi 1 jam, baru diperbolehkan ke rumah sakit untuk menjalani proses persalinan. Sebelum itu, kami cukup berkomunikasi lewat telepon dengan nakes. Gara-gara cerita itu, yang ada di bayangan saya, wah, berarti saya harus sangat mandiri di rumah. Apalagi saya belum pernah tahu bagaimana rasanya kontraksi, juga bagaimana cara mengatasi diri sendiri ketika kontraksi terjadi.
Beruntung di RS ditawarkan beberapa kelas tentang kehamilan dan menyusui, ada yang gratis, ada yang berbayar. Saya berkesempatan mengikuti kelas-kelas tersebut di sekitar minggu kehamilan ke-32. Bagi saya yang baru pertama kali hamil, kelas ini sangat berguna untuk membuka mata apa-apa yang harus saya perhatikan menjelang persalinan. Bidan menjelaskan apa yang akan saya rasakan di masa-masa jelang lahiran, ciri-ciri kontraksi dan jenjang persalinan, macam-macam penghilang rasa sakit yang bisa saya pilih nanti saat persalinan, dan ada sesi fisioterapis menjelaskan tentang gerakan yang bisa dilakukan di rumah untuk memicu kontraksi alami dan juga gerakan yang disarankan apabila kontraksi terjadi.
Di kelas kehamilan itu, ada kata-kata ajaib yang berhasil masuk ke alam bawah sadar saya. Bahwa pada saatnya nanti mengalami proses persalinan, setiap ibu hamil akan merasakan sakit. Sakit yang kata orang tidak ada yang bisa menjelaskan secara baik bagaimana rasa sakitnya, hanya bisa dirasakan langsung. Tapi, setiap sakitnya itu akan bisa teratasi. Painful but manageable.  Masya Allah, Allah menciptakan wanita dengan segala kelembutan dan kekuatan di dalamnya.. Dari situ saya yakin, walaupun akan sakit sekali, saya harus bisa mengatasinya. Karena setiap rasa sakit yang muncul, itu menandakan saya semakin dekat untuk bertemu dengan bayi yang sudah saya kandung selama ini.
Kembali lagi ke cerita persalinan. Bayangan saya tentang persalinan: menjalani kontraksi berhari-hari di rumah, pake aplikasi contraction timer di hp buat ngitungin kontraksinya, pake gym ball buat mengurangi rasa sakit, buyar ketika ternyata Qadarullah ketuban saya rembes duluan di minggu ke-38. Saat itu saya belum merasakan kontraksi yang rutin sama sekali. Saya dan suami juga belum yakin kalau cairan yang rembes itu ketuban, jadi yang kami lakukan adalah googling namun tidak mendapat jawaban pasti (ya iyalah). Akhirnya kami beranikan diri menelepon rumah sakit tengah malam perihal kejadian ini. Kami pun disarankan datang saat itu juga ke rumah sakit untuk mengecek kondisi janin dan juga cairan yang rembes. Tapi ternyata setelah dicek kami disuruh pulang ke rumah lagi, menunggu dulu siapa tahu kontraksi akan muncul. Bidan mewanti-wanti saya untuk bisa beristirahat, karena besok mungkin akan jadi hari yang sangat melelahkan. ((Whattttt, maksudnya bentar lagi saya lahiran???!! Disitu saya mulai lemes)) Maka yang terjadi selanjutnya adalah saya tidak bisa tidur nyenyak, perasaan mulai ga karuan. Saya pun shalat dan mencoba menceritakan perasaan khawatir ini pada suami. Alhamdulillah, setelah itu perasaan mulai tenang dan bisa tidur lagi menjelang subuh.
Paginya kami berencana ke supermarket untuk beli beberapa barang persiapan lahiran yang belum kami beli. Tapi, tiba-tiba jam 9 pagi saya ditelepon RS, ditawarin buat induksi secepatnya, dimana kondisi saya saat itu kontraksi belum mulai kerasa juga. Dengan perasaan yang makin lemes dan kaget ngga karuan, kami cek lagi tas lahiran yang sudah disiapkan sebelumnya, kabarin keluarga yang jauh sekali (huhu ini sedih kalau diingat), lalu berangkat ke RS. Proses induksi dimulai sekitar jam 11 pagi. Kontraksinya sendiri baru mulai terasa jam 2 siang. Semakin lama semakin terasa kuat. Rasanya ga mau liat jam dinding, takut ga bersyukur dengan apa yang sudah saya lewati. Alih-alih di otak saya cuma muncul kata-kata ‘ayo thif, nafas yang bener, gerakin badannya’, ‘inget, sakitnya manageable, kamu bisa lewatin sakitnya.’ Sejak awal proses induksi kami izin nyalain murottal sebagai usaha biar hati kami berdua tetap tenang menjalani proses persalinan ini.
Sorenya bukaan pun di cek. Alhamdulillah bukaan 6. Dua jam setelahnya akan dicek kembali. Dan ternyataa, disinilah puncaknya. Menjelang kontraksi yang makin rapat durasinya, saya bisa tertidur di antara kontraksi saking cape meskipun cuma nutup mata 30 detik. Mau makan pun ga selera rasanya, alhamdulillah suami masih mau rajin suapin kurma sedikit-sedikit. Semakin kuat kontraksi, mulas seperti ingin mengejan mulai terasa. Saya ceritakan kondisi saya tersebut, padahal itu belum dua jam dari terakhir cek bukaan. Menurut bidan yang saat itu menangani saya, kalau ternyata saat dicek bukaan sudah bukaan lengkap, proses melahirkannya bisa segera dimulai. Kalau belum, ya harus tetap diinduksi. “Apapun, bantu saya pokoknya..,” gumam saya sambil terus meringis tapi mencoba tetap tenang.
Ternyata benar, bukaannya sudah lengkap. Suster pun mulai menyiapkan kamar saya dengan peralatan-peralatan melahirkan. Selain itu, dengan kondisi detak jantung bayi yang menurut monitor makin melemah, semakin banyak nakes yang masuk ke ruang bersalin saya. Persalinan harus segera diselesaikan. Karena pada dasarnya, jika semua berjalan lancar tanpa penyulit, cukup bidan dan suster saja yang menemani proses persalinan. Namun saat itu, entahlah ada berapa orang dokter yang ikut menjaga saya. Saya sudah tidak peduli.
Setelah setingannya sudah siap, saya yang awalnya selalu dalam posisi berdiri dan duduk di kursi (tidak tiduran) saat kontraksi, kali ini diminta untuk tiduran. Suami setia menemani di samping saya. Tadinya dia kira dia sebaiknya menepi saat proses lahiran ini dimulai, namun justru dokter menariknya supaya mendekat pada saya. “Kamu juga harus lihat,” katanya sambil tersenyum.
Saya pun mencoba mengikuti instruksi dokter yang menyuruh saya mengejan ketika kontraksi sedang berhenti. Namun entah kenapa, dedek bayi masih belum mau keluar setelah dua kali percobaan mengejan. Dokter mencoba menggunakan vakum untuk membantu bayi keluar, tapi yang terjadi justru vakumnya langsung terlepas dalam satu ejanan. Gagal lagi, dokter pun menggunting jalan lahir. Menurutnya (yang ini suami sih yang cerita pada saya, karena saya udah ga ngeh waktu itu), kalau setelah proses mengejan ini gagal lagi, jalan terakhirnya mau tidak mau lewat operasi melihat kondisi bayi yang makin melemah. Qadarullah, setelah proses persalinan yang cukup cepat namun penuh intervensi ini, putri pertama kami pun lahir. 22 Januari 2018, 21:24 waktu Canberra. Alhamdulillah wa syukurillah. Kami namai anak kami Hafsah Renjanadia Ramadhani.
Tangisan bayi langsung pecah. Lalu dokter spesialis lain lagi datang ke kamar bersalin saya, mengecek kondisi Hafsah. Selesai memeriksa, beliau memakaikan topi bayi berwarna pink untuk Hafsah. “Selamat :)”
Namun ternyata prosesnya belum selesai. Dokter masih harus menjahit jalan lahir yang tadi digunting. Syukurlah tidak perlu pindah ke ruang operasi, cukup di kamar bersalin. Tapi biusan lokal tidak cukup menghilangkan rasa sakitnya. Tangan ibu bidan yang menangani saya saya remas kuat sekali sementara dokter menjahit jalan lahir. Meringis, tapi bahagia, sambil melihat bayi mungil yang sedang dipangku Apa.
Perasaan bahagia itu sepertinya membuat adrenalin saya begitu tinggi. Ditambah lagi infusan induksi yang belum dilepas, jadinya rasa lelah tidak begitu terasa. Saya pun disarankan untuk mandi air hangat, agar kembali bersih dan rileks. Setelah mandi, barulah terasa badan ini lemas sekali, sempoyongan. Hihi. Ternyata Hb saya drop, tapi Alhamdulillah cukup dengan doping suplemen zat besi saja, tidak sampai transfusi darah.
Saya dan Hafsah bermalam di rumah sakit, rooming in di satu kamar. Suami tidak diperbolehkan ikut tidur di ruang rawat, hanya bisa menemani sampai tengah malam, lewat itu ‘diusir’ pulang. Jadi bisa dibayangkan, saya yang belum bisa bangun dari tempat tidur, tidak ada pengalaman berhadapan dengan bayi, sedikit-sedikit memencet tombol ‘help’ memanggil suster ketika terdengar suara tangisan Hafsah (yang sebenarnya belum perlu dikhawatirkan). Kali ketiga saya memanggil mereka, suster sampai berkata, “Kamu butuh istirahat. Bayimu apalagi. Istirahatlah.”
Dua hari setelahnya, kami pulang ke rumah. Saya ingat sekali kali pertama menggendong Hafsah keluar dari rumah sakit menuju mobil kami. Gemetaran. Percaya tidak percaya bayi mungil ini adalah anak kami.. La haula wa la quwwata illa billah..
Hamil dan melahirkan di Canberra menjadi kenangan yang tidak akan pernah saya lupakan. Bisa merasakan fasilitas kesehatan milik negara yang sudah maju, tenaga kesehatan yang begitu ramah dan baik meskipun terkendala bahasa, dan hal yang paling penting, kesempatan untuk merawat sendiri anak pertama kami hanya berdua saja sejak lahir :’)
Mengenang dan menuliskannya lagi, untuk saya baca kembali. Semoga bisa jadi penguat untuk diri sendiri.
1 note · View note
Category Archives: Gigolo – Bini Org
Datin Salina
MAR 4
Posted by mrselampit
Sejak En. Firdaus mendapat gelaran datuk setahun yang lalu aktivitinya semakin sibuk. Kalau bukan bisnes, golflah menjadi hobi masa lapangnya. Kesibukan itu makin menjadi-menjadi sejak enam bulan kebelakangan ini. Berhari-hari kadang-kadang berminggu-minggu Datuk Firdaus tidak balik ke rumah.
Bila balik ke rumah dia terus tidur kerana terlalu letih. Bila keadaan begini berlaku maka tanggung jawab memenuhi nafkah batin Datin Salina selalunya tak tertunaikan. Tiada lagi kenikmatan bersuami isteri. Dalam usia 37 tahun Datin Salina masih memerlukan belaian batin. Datin Salina hanya menangis dalam hati akan tingkah laku suamiku.
Kebosanan mula menguasai diri Datin Salina. Tinggal di rumah besar dengan segala kemewahannya tidak membawa apa-apa erti bila dibiar seorang diri. Ada desas-desus Datuk Firdaus sekarang mempunyai kekasih baru seorang artis muda dan cantik.
Kawan-kawan di tempat latihan jasmani juga mendakwa mereka pernah terserempak Datuk Firdaus berpelukan dengan gadis cantik di hotel mewah. Datin Salina mendengar saja cerita kawan-kawannya itu. Tak guna dia bertanya kepada suaminya kerana tentu saja dia akan menafikannya.
Bagi meredakan perasaan bosan Datin Salina mengambil keputusan untuk keluar berhibur diri. Tak kisahlah samada tengok wayang, shopping atau jalan-jalan asal dapat menghilangkan kebosanan. Selepas mengenakan pakaian cantik Datin Salina akan memandu BMWnya samada ke taman rekreasi, shopping complex, mengunjungi butik-butik ataupun ke rumah kawan-kawannya.
Satu hari Datin Salina ke rumah kawannya Puan Sri Zaharah. Di sana sudah berkumpul Datin Salbiah dan Puan Zurina. Mereka semua seperti Datin Salina juga, ditinggal suami masing-masing kerana urusan business. Bila berkumpul beramai-ramai begitu selain berborak kosong, mereka sering juga menonton video lucah. Di rumah Puan Sri Zaharah ada home theater dengan tv skrin lebar. Bermacam koleksi CD lucah ada dalam simpanan Puan Sri Zaharah.
Hari itu bila kesemuanya telah terangsang dengan apa yang ditonton Datin Salbiah mengusulkan agar mereka mendapat khidmat gigolo bagi memuaskan keinginan nafsu mereka. Datin Salbiah memang handal hal-hal begitu.
“Puan Sri mau bangsa apa,” tanya Datin Salbiah kepada Puan Sri Zaharah.
“Apa bangsa ada?” Puan Zurina yang masih cantik tetapi sedikit chubby menyampuk.
“Ada mclayu, india, cina, serani, jawa, siam atau portugis. Semua berumur bawah 30 tahun. Saya jamin servis mereka first class,” beria-ia Datin Salbiah mempromosi.
“Saya tak biasalah, takut,” celah Datin Salina menampakkan keraguannya.
“Apa nak bimbang, bukan sakit tapi seronok. Suami kita sedang berpeluk dengan gadis-gadis belasan tahun kita di sini gersang sambil melayan diri sendiri,” Datin Salbiah mengapi-api semangat rakan- rakannya.
Datin Salina belum pernah ikut serta aktiviti kawan-kawannya itu. Mereka yang lain sudah biasa pesta seks seperti itu. Dia pernah mendengar cerita ini tapi dia belum terlibat.
“Datin tak usah fikir panjang. Kalau suami kita boleh, kita apa salahnya.”
“Minggu sudah saya dah cuba mclayu, hari ini saya nak cuba india pula,” Puan Sri Zaharah meluahka hasratnya.
“Saya nak rasa portugis pula,” pinta Puan Zurina.
“Baiklah, saya seronok dengan Rashid dan Datin Salina cuba Robert, pemuda cina yang handsome tu. Nanti saya contact mereka,” Datin Salbiah memberi usul sambil menekan punat handphonenya.
Tak sampai setengah jam sebuah kereta masuk ke perkarangan banglo mewah Puan Sri Zaharah. Empat orang jejaka muda tinggi lampai masuk ke ruang tamu yang luas itu. Puan Sri Zaharah bangun mendapatkan Siva. Puan Zurina memegang tangan Gomez dan Datin Salbiah memeluk pinggang Rashid. Datin Salina hanya memerhati sahaja dan ketika itu Robert Lim menghampiri dan duduk di samping Datin Salina.
Datin Salina yang belum biasa agak kaku. Robert yang berpengalaman mula berinisiatif dan membelai-belai lembut tangan Datin Salina. Badannya dirapatkan dan pipi serta rambut Datin Salina dicium lembut. Bahu Datin Salina di ramas-ramas dan kemudian menjalar ke payu dara Datin Salina. Datin Salina yang masih bernafsu selepas menonton video sebelumnya melayan tindakan Robert.
Datin Salina melihat kawan-kawannya menghilang bersama pasangan masing-masing. Robert yang sudah biasa dengan keadaan banglo mewah itu menarik lembut Datin Salina menuju ke satu bilik.
“Saya rasa umur Datin 31 tahun, betul tak?”
Datin Salina senyum simpul. Kawan-kawannya pun tak menyangka umurnya sudah 37 tahun. Hasil senaman teratur dan memakan makanan yang diatur maka Datin Salina sungguh langsing dan kulitnya masih mulus tiada sebarang kedut.
Robert merangkul badan badan Datin Salina dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dengan penuh kemanjaan dia mendakap dan mencium tengkuk Datin Salina. Robert yang penuh pengalaman melayan Datin Salina secara profesional. Datin Salina tenggelam dalam dakapan pemuda cina yang kacak tersebut. Datin Salina mula terasa geli dan nikmat. Sudah lama Datuk Firdaus tidak memperlakukannya seperti itu.
Datin Salina membiarkan saja tangan Robert meraba-raba ke seluruh tubuhnya. Dia pun turut sama meraba-raba badan Robert, lebih-lebih lagi di bahagian kemaluannya. Terasa ada benjolan keras di dalam seluar yang dipakainya. Datin Salina yang telah bangkit ghairahnya memicit-micitnya dengan geram benjolan tersebut.
Sesampai dalam bilik Robert merangkul badan Datin Salina dan menariknya ke katil. Tanpa perlu menunggu lama masing-masing menanggalkan pakaian satu persatu hingga mereka berdua berbogel. Robert menarik Datin Salina dalam rangkulannya. Datin Salina terasa hangat dan damai dalam pelukan Robert.
“Let’s begin, datin,” Robert mengajak Datin Salina memulakan aksi.
“Don’t call me Datin. Just call me Lina.”
“OK Lina, mari kita mulakan.”
Lalu bermulakan babak percintaan antara dua merpati sejoli. Perlakuan dua orang insan berlainan jenis yang mempunyai nafsu syahwat. Bra yang dipakai Datin Salina ditanggalkan. Bukit kembar Datin Salina yang masih pejal diurut-urut dan diramas penuh hati-hati oleh jejaka cina itu. Kemudian mulut dan lidah Robert mula bertindak. Puting payu dara sebesar jarai kelingking dielus dan dihisap- hisap. Datin Salina kegelian dan mula merengek keenakan.
“Aaahh, owwww. slow sikit Robert. Ahh that’s right.” Datin Salina bersuara bila Robert menggigit putingnya agak kuat.
Ganas juga Robert ini, fikir Datin Salina. Mungkin Robert geram kepada payudara Datin Salina yang mengkal.
Datin Salina pun tak mahu kalah. Seluar dalam Robert dilurut ke bawah. Terbeliak mata Datin Salina melihat kemaluan Robert yang besar dan panjang. Tegak terpacak di celah pahanya mengalahkan kepunyaan suaminya Datuk Firdaus. Bulu-bulunya hitam lebat dan tak bersunat. Hanya separuh kepala merah yang kelihatan, yang lainnya masih ditutupi penutupnya.
Selama ini Datin Salina belum pernah melihat dan merasa konek tak bersunat secara live. Datin Salina hanya biasa melihat bila dia melayari internet dimana wanita kulit putih amat berghairah menjilat dan mengulum batang besar yang masih ada foreskinnya. Sekarang peluang untuk merasa kote original yang masih berpenutup berada di hadapannya.
Datin Salina melurut-lurut batang kote Robert. Foreskin ditarik ke pangkal. Kepalanya yang merah lembab sungguh menarik. Datin Salina amat terangsang melihat batang kuning langsat berkepala merah. Datin Salina menggenggam erat sambil menggerakkan tangannya yang lembut maju mundur. Mata Robert mula redup sambil mulutnya mengeluarkan suara berdesis. Mungkin Robert terasa enak diperlakukan begitu.
Selepas puas mengurut-urut batang keras Datin Salina merapatkan mukanya ke kepala merah lembab. Datin yang masih bergetah itu merapatkan hidungnya ke kepala merah. Dicium bau kepala kemaluan Robert. Aromanya membangkitkan nafsunya. Bau kemaluan Datuk Firdaus tidak sebegini, tidak membangkitkan ghairah Datin Salina.
Tidak puas dengan kepala dicium seluruh batang kemaluan Robert. Telurnya yang berkedut-kedut itupun dicium penuh nafsu. Ada perbezaan bau kepala, batang dan telur kemaluan Robert. Bau kepala merah hingga ke takuk topi keledar amat menyelerakan. Aroma kepala merah benar-benar membuat lubang kemaluan Datin Salina mengemut dan mengalirkan cairan hangat.
Setelah puas menghidu kepala kemaluan Robert, Datin Salina mula menjilat kepala merah licin. Ditarik kulup Robert ke bawah dan dipegang kemas supaya tak meluncur kembali ke hujung. Kemudian terus serta merta dikulum dan dihisap. Kepala merah bulat bersih sebersihnya dijilat lidah bersari. Sungguh sedap rasanya batang balak jejaka cina ini.
Batang suaminya pun jarang dihisap oleh Datin Salina. Batang Robert terasa bulat kenyal dalam mulutnya. Bila ditolak lebih dalam kepala kote Robert menyentuh lelangit mulut bahagian dalam. Datin Salina merasa teramat geli bila kepala licin merah itu menyentuh kerongkongnya.
Robert mula bertindak menyerang balas. Mereka berbaring dalam posisi 69. Muka Robert menghala ke kemaluan Datin Salina. Bibir kemaluan Datin Salina diciumnya. Kemudian hidungnya naik ke atas ke permata sakti Datin Salina. Robert mencium lama sekali klitoris Datin Salina. Robert benar-benar menikmati aroma vagina Datin yang masih bergaya.
“Harum baunya cipap Lina,” Robert bersuara.
Datin Salina memang cerewet. Alat sulitnya dijaga dengan rapi. Bulu-bulu ditrim dan cipapnya selalu dicuci dengan feminine wash. Datuk Firdaus pernah memuji aroma cipap Datin Salina.
Robert mula membelai bibir kemaluan berwarna pink dengan ujung lidahnya. Digerakkan lidahnya di lurah antara dua bibir. Kedua bibir cipap Datin Salina terbelah dan ternganga. Bila Robert menyentuh klitoris yang mula mengeras Datin Salina berasa sungguh enak hingga terangkat-angkat punggungnya.
Sungguh nikmat rasanya bila lidah Robert meneroka vagina yang dijaga rapi itu. Cairan hangat mencurah-curah keluar dari lubang vagina Datin Salina. Terdengar bunyi ssrrrpp. sssrrrpppp. . bila Robert menyedut cairan di lurah vagina yang menunggu untuk dibolosi.
“Liza, you ni dah basah habis,” kata Robert.
“Go ahead Robert. Fuck me. puaskan nafsu I,” rayu Datin Salina.
Robert merangkak di celah paha Datin Salina. Paha Datin Salina dikangkang luas-luas bagi memudahkan tindakan Robert. Robert mula membetulkan kepala merahnya ke muara vagina Datin Salina yang juga merah. Terasa Robert mula menekan. Kepala merah mula menyelam sedikit demi sedikit ke dalam lorong sempit kemaluan Datin Salina.
76 notes · View notes
kand-store · 3 years
Photo
Tumblr media
JAM TANGAN CANTIK MODERN IDR.99 RB BISA COD DAN GRATIS ONGKIR Jam tangan ini memiliki fungsi tanggal. Berat: 20g Dimensi: 13 * 9 * 8cm Bahan: Logam Peringkat Ketahanan Air: 30m atau 3ATM Cocok untuk pemakaian sehari-hari. Tahan percikan / hujan. Tidak cocok untuk mandi, mandi, berenang, snorkeling, pekerjaan yang berhubungan dengan air, memancing, dan menyelam. *Catatan: Jangan merendam produk di dalam air. *Pilihan untuk pria: Hitam1, Silver1, Emas Pink 1, Emas Pink 3, Silver 3 *Pilihan untuk wanita: Hitam2, Silver2, Emas Pink 2, Emas Pink 4, Silver 4 https://www.instagram.com/p/COuD7i3tUiC/?utm_medium=tumblr
0 notes
tasyacollection82 · 4 years
Photo
Tumblr media
Whatsapp -> +6288219787535 Rp.158.000,- COD / Transfer Bank No.Rek BCA : 2680101071 No.Rek BRI : 041701031077508 ( a/n SURATNO ) Periksa Jam Tangan Jam Tangan Nike Digital Bulat Pria dan Wanita -Pink terbaru ini Warna Tali: Pink Tipe: Digital Bahan Tali: Stainless Steel Gerakan: Solar Powered Multipack: 1Dimensi: Ukuran Tersedia - Free Size https://www.instagram.com/p/CHuo3ITnp2k/?igshid=1a1huvmwxwf5q
0 notes
liliputmini · 4 years
Text
Tumblr media
Hari itu sudah agak larut, aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 20:18. Aku pergi mengendarai motorku menuju kesebuah rumah tua di kotaku.
Rumah dengan gaya arsitektur kolonial itu selalu menarik perhatianku. Lebih dari itu terkadang rumah itu memiliki sisi magis yang bisa saja memanggilku untuk singgah kedalamnya.
Aku menghentikan sepeda motorku tepat didepan gerbang rumah tua itu. Aku memasukinya. Di ruangan utama aku melihat 6 jendela mengelilingi ruangan. Mataku tertarik untuk melihat satu persatu pemandangan yang ada disana jadilah demikian :
Jendela pertama aku melihat diriku mengenakan atasan warna biru muda, rok dan dasi warna biru tua. Sepertinya itu seragam sekolah. Kutebak  aku yang ini berumur sekitar empat sampai lima tahun. Rambutku saja masih di kepang dua dengan pita merah motif polkadot. Tubuhku terlihat kecil dan ringkih. Aku bersembunyi di kolong meja kelas di taman kanak-kanak dengan mata ketakutan dan menahan tangis. Sekitar lima meter dari situ aku melihat tiga anak laki-laki menginjak dan meludahi tasku. Tasku yang berwarna kuning itu seketika lusuh berbekas jejak sepatu. Isi dalam tasku berserakan, pun botol air minumku sudah pecah dan isinya tercecer membasahai lantai
Jendela kedua aku melihat diriku menangis dan menahan amarah yang menjadi-jadi. Di dalam ruangan 3x4 meter dengan dinding warna coklat muda, banyak lukisan-lukisan tua disana. Sayup kudengar seseorang wanita berusia sekitar 50 tahun menangis juga. Disampingnya seorang pria seumuran terduduk lesu dengan raut wajah merasa bersalah. Kulihat aku yang ini begitu emosional, aku banyak berteriak dan mengucap sumpah serapah. Tangan kananku memegang sebuah golok kuacungkan tepat mengenai muka pria itu. Darahnya bercucuran, merah legam membanjiri lantai dari batu granit putih. Tangis wanita 50 tahun itu semakin menjadi-jadi. Kupikir mereka pasangan suami istri. Sepertinya si istri panik melihat suaminya telah mati bersimbah darah, raut wajah wanita itu seperti menyalahkan apa yang telah kuperbuat. Aku yang disitu memandangnya iba, hanya perlu kurang dari lima menit aku memutuskan melakukan hal yang sama seperti yang kuperbuat pada suaminya. Setidaknya ini yang terbaik pikirku.
Jendela ketiga aku melihat diriku mengenakan kaos hitam polos kedodoran dengan potongan v-neck yang sudah memudar di dekat lehernya. Rambutku yang ikal diikat sekenanya, kantung mataku hitam dan tebal seperti manusia korban series korea. Wajahku juga begitu pucat. Aku duduk diantara kerumunan banyak orang. Walaupun  terlihat sangat lelah, mataku disitu begitu tajam sepertinya otakku disitu bekerja keras. Aku berbicara panjang lebar didepan mereka menyusun strategi entah apa sepertinya akan ada acara besar. Kata yang kusebut berulang-ulang hanyalah grand design, sponsor dan vendor. Kulihat jam tangan murahan yang melingkar di pergelangan tanganku waktu itu sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Tak lama aku mendengar suara braaaakkk. Kulihat aku yang ini terjatuh dilantai entah karena kelelahan atau sudah terlalu lama menahan lapar. Ah, kupikir ini tidak menarik sepertinya aku yang ini adalah budak event organisasi. Menyedihkan sekali. Aku menarik kepalaku mundur dan beralih ke jendela berikutnya.
Jendela keempat aku melihat diriku berada didalam Corolla DX KE70 bersama seorang pria berperawakan sedikit tambun dengan rambut ikal warna coklat kehitaman, berkacamata. Aku yang ini terlihat begitu bahagia, sesekali tertawa dan berkali-kali tersenyum. Pria yang bersamaku itu membuka jendela dan mulai menyalakan sebatang rokok. Tangan kirinya mencoba meraih tubuhku untuk semakin mendekat kepadanya, telapak tangannya sesekali mengelus lembut kepalaku. Sesekali juga dia tersenyum dan tertawa menimpali semua ceritaku. Sepertinya dia tipe pendengar yang baik. Setelah menghabiskan sebatang rokok pria itu menutup jendela dan mulai semakin mendekatkan bibirnya ke bibirku. Tangannya mulai mengelus punggungku dan berpindah meremas dadaku. Aku mendengar nafas kami saling memburu begitu manis sekali. Aku suka pemandangan diriku yang seperti ini. Sayup terdengar Lucky milik Jason Mraz terputar bersama gerimis yang turun mendadak.
I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Aku tersenyum menarik kepalaku, ah akhirnya aku melewati sesuatu yang manis juga pikirku.
Di jendela kelima aku melihat diriku yang lain, sepertinya aku disini berumur dua puluh tiga tahun, aku sedang berjalan mengekor mengikuti seorang pria yang mengenakan jaket warna army dan tas ransel hitam. Dari belakang aku melihat tubuhnya sekitar 175 senti dengan badan sedikit berisi dan rambut ikal warna coklat kehitaman. Aku masih tak bisa menebak apakah dia pria yang sama yang menciumku di jendela sebelumnya. Aku yang ini masih memakai seragam kerja warna peach dan menggunakan ransel hitam. Sepertinya kita sedang berjalan menuju restoran cepat saji. Kulihat antrian cukup ramai, pria itu menoleh ke arahku yang sedari tadi membuntutinya, dia bertanya aku ingin makan apa. Aku ingat, aku memilih banana croissant dan ice hazelnut latte. Tiba-tiba aku melihat tiga anak lelaki kecil yang kulihat di jendela pertama membawa cutter dan mencoba merusak bagian luar tasku. Entah apa yang dicari, tapi aku ingat sempat meneriaki mereka pencuri. Hingga pria yang memesankan makanan itu menarik lenganku dan menyadarkanku bahwa aku berhalusinasi tanpa sebab. Aku marah dan meneriaki laki-laki itu tapi dia meyakinkan diriku bahwa tak ada bagian yang rusak sedikitpun dari tasku. Aku menangis, menutup kedua muka dengan telapak tangan, pria itu terus menerus memarahiku karena selalu berhalusinasi dan merepotkan. Entah sudah berapa jam aku melihat diriku yang ini menangis di restoran cepat saji sendirian, sepertinya laki-laki yang memesankanku makanan tadi pergi meninggalkanku begitu saja dengan makanan yang yang ku pesan. Menangis berjam-jam membuat perutku lapar hingga kumakan habis makanan yang sudah dingin itu. Kemudian aku tersedak dan terbatuk-batuk, seorang pelayan berlari terburu-buru mendatangiku, membuka mulutku lebar-lebar dan memasukkan tangannya mengambil sedotan dan gelas plastic yang telah berusaha kutelan hingga aku tersedak dan mataku melotot hampir keluar.
Di jendela ke enam, aku melihat diriku dengan rambut tergerai kusut. Tubuhku lebih kurus dari yang kukira, aku juga tak bisa menebak berapa umurku disini, yang jelas aku melihat sedikit garis-garis keriput di bawah mataku yang begitu nyata.Terdapat bekas luka dipelipis kananku yang membuatnya sedikit berlubang. Sepertinya pernah ada peluru yang menembusnya entah perbuatan siapa, atau mungkin bisa jadi itu perbuatanku sendiri. Bibirku pucat tanpa mengenakan pulasan lipstick. Aku mengenakan gaun putih selutut dengan sedikit motif bunga kecil warna pink tanpa menggunakan alas kaki. Ah aku bercanda, aku tak perlu alas kaki. Kakiku tak akan kotor, kakiku sudah tak menyentuh tanah lagi. Aku duduk di bebatuan, kanan kiriku merupakan lahan yang ditanami banyak bunga. Aku suka salah satu bunga disini yang berwarna kuning, bunga ini terlihat suci sekali. Barangkali bunga ini merupakan bunga yang digunakan untuk persembahan bagi dewa-dewi. Tak jauh di belakangku berdiri wanita dan laki-laki tua berumur 50 tahunan yang kutemui dijendela kedua. Sepertinya kami sekarang berteman baik. Kami semua tersenyum bahagia. 
Hai, bukankah ini indah?
0 notes
horizonwatchstore · 4 years
Photo
Tumblr media
Digitec DG-3092 Jam Tangan Wanita Dual Time Original Ruber Strap - Pink Spesifikasi Merk : Digitec Gender : Wanita Tampilan : Analog Dan Digital Material Case : Resin Material Tali : Rubber / Karet Bentuk Case : Bulat Fitur : Analog Time, Digital Time, Calender, Stopwatch, Alarm, Led Diameter : 40 mm Penggerak : Baterai Water Resistance : 10 BAR Garansi : 1 Tahun (Berlaku Buat Mesin) Kelengkapan 1 x Jam Tangan Digitec 1 x Manual Book 1 x Box Exlusive #digitec #digitecoriginal #jamtangan #jual #jualjamtangan #jamtanganoriginal #arloji #jamtangandigitec #jamtangandualtime #jamtanganwanita # #digitecwanita jamtangansport #jamtangancasual #jamtanganrubber #digitecoriginal #horizonstore https://www.instagram.com/p/CFXfGHsprJt/?igshid=2m7krufb11qr
0 notes
andromedaloy · 4 years
Photo
Tumblr media
Jam Tangan Wanita Cewek SKMEI Original ASA-9177 Hitam Analog Stainless Steel Anti Air Awet Keren Happy Shopping 🙂 Stok Tidak Banyak!! Dijamin keren dan berkualitas.. Segera miliki Jam Tangan Wanita Cewek SKMEI Original ASA-9177 Hitam Analog Stainless Steel Anti Air Awet Keren Ini, dibuat dari bahan berkualitas, yang akan membuat anda merasa nyaman saat memakainya.. Ready Warna: - Hitam - Biru - Pink
0 notes
grosirahza · 4 years
Photo
Tumblr media
Jam Tangan Wanita IDR 99.900 Berat : 80gr Warna : Pink, Cokelat, Merah, Putih, Hitam MEMWS4PRS0 Hadir dengan interface penunjuk waktu analog yang unik dan stylish. Bagian tali terbuat dari bahan material kulit dengan warna menarik, menambah kesan modis dan elegan dalam aktivitas sehari-hari. Order via WA : 089666022005 #jamtangan #jamtangananalog #jamtanganwanita #jamtanganperempuan #jamtangancewek #dirumahaja #tetapdirumah #belanjaadabonusnya https://www.instagram.com/p/CA4LJlEgpQf/?igshid=fh2sgbehnw00
0 notes
sad-emogirl-era · 4 years
Text
jakarta.
Jakarta? Kenapa dari sekian banyak kota di Indonesia kamu memilih Jakarta?
Karena Jakarta—bagiku adalah keabadian. Adalah uapan masa kecil, masa lalu dengan segala ingatannya yang abadi, yang seolah terarsipkan dalam satu kota yang terlalu banyak banjir dan dramanya: Jakarta. Dan tidak salah lagi. Jakarta adalah pilihan.
Suatu masa aku pernah bangun pada dini hari—dengan mata berat, lalu mandi dan makan secukupnya. Lantas berjalan kaki menuju kantor beacukai di Rawamangun untuk solat ied. Entah tahun kapan aku merasakan itu semua, sebuah kehangatan keluarga yang kini terasa asing atas pertumbuhan kami yang mungkin saja memang terlalu pesat, sehingga lupa untuk memaknai setiap ingatan, kenangan yang telah kami tanam di tanah rumah kami masing-masing.
Entah sudah berapa kali aku tidak pulang lagi ke Jatinegara. Berganti arah pulang menuju Mampang—dalam sepetak ruangan 4x4 dengan pendingin ruangan yang terkadang rusak. Berhari-hari aku bersembunyi di sana, beberapa kali tahun baru aku lewati di sana. Yah, kata Ibuku merayakan tahun baru adalah haram—jadi aku selalu kabur ke Jakarta sebelum akhirnya harus menghadapi kenyataan.
Perpindahan. Perpindahan. Entah sudah yang ke berapa, tapi Jakarta tetap menjadi bagian yang paling istimewa. Tentang kenangan membeli tiket berukuran kecil dengan warna pink mentereng di Stasiun Kota untuk pulang ke Tegal—bersama Ayah yang keringatnya sering kali mengucur dari pelipis pelan-pelan. Juga kenangan akan kios-kios majalah ataupun toko bekas di pinggiran Stasiun Kota. Sudah lama sekali semuanya berlalu, kini Stasiun Kota tidak menyediakan tiket perjalanan jauh lagi—tinggal mesin-mesin tiket otomatis yang seringnya membingungkan para orangtua, dan terkadang malah membuatnya agak awut-awutan.
Suatu hari lagi kami (aku, kakak, dan sepuuku) menemukan kucing kecil berwarna putih dengan sedikit corak hitam di sebuah gang. Kami menamainya Chiko—meskipun tak pernah benar-benar memeliharanya dan hanya sesekali memberinya makan, tetap saja aku menangis ketika akhirnya aku harus kembali pulang ke rumah meninggalkan Jakarta dalam enam bulan. Dulu bagiku, Jakarta bukan realita—malahan impian, mungkin sampai detik ini. Tapi tentu saja aku sadar, sekarang, realita tetap bagian dari mimpi.
Hingga akhirnya aku menemukan hingar-bingar Jakarta yang aku benci. Pertengkaran tidak penting di dalam sebuah jalan yang mengguncangkan. Dan berapa banyak gosip yang cepat tersebar—seolah benar-benar mematikan tiap warganya. Aku ingat hari itu rumah nenekku seolah berguncang akibat gempa, padahal bukan, itu hanya pertengkaran besar saling adu mulut antara om dan tanteku. Semua hewan keluar dari mulut mereka: babi, anjing, bangsat—mungkin mereka sumber inspirasiku sampai hari ini. Karena aku terlalu suka babi dan anjing. Tapi tidak dengan pertengkaran.
Namun lebih dari itu semua, Jakarta juga kotanya jatuh cinta. Di antara seluruh kemacetan dari Manggarai ke Mampang aku pernah merasakan bagimana spion motor menjadi satu-satunya pengingat kami bahwa ada satu yang lebih romantis dari lampu-lampu kota, ya orang yang ada di depan/belakang kami. Meskipun detik in aku hampir lupa wajahnya—keseluruhan. Tapi tetap saja, aku ingat bagaimana rasa ayam bakar di pinggiran Manggarai mampu melelehkan lidah yang sudah lama tidak disentuh sepulang dari berpetualang ke Depok bersama dua teman.
Tapi namanya juga Jakarta. Kita nggak akan menduga apa yang terjadi selanjutnya. Tiba-tiba saja orang itu pergi setelah percakapan singkat pada sebuah tempat di Pasteur—beberapa saat dia ke Bandung dan segalanya seperti mimpi, terlewati begitu saja tanpa pernah—ternyata, hanya aku yang sibuk mengenang. Sisanya, kami hanyalah dua orang yang saling tidak mengenal. Ia kembali lagi dipeluk Jakarta, dan aku harus menceburkan ekpektasiku pada kolam kampus.
Selalu ada yang menarik dari Jakarta. Sampai semuanya terasa berdesak-desakan minta ditulis. Hmm, yang jelas, Jakarta pernah beberapa kali hampir berhasil merangkum seluruh kehidupanku. Setidaknya di sana ada masa kecil yang bahagia, remaja, dan juga jatuh cintanya orang dewasa yang ternyata bisa berujung pada suatu kebodohan. Misal, minum-minum cantik di Camden memang akhirnya sengsara membawa nikmat­­, aku hampir jatuh di jalanan sepanjang Menteng dan harus kuat-kuat menahan muntah sampai Mampang, dengan pura-pura tidak terjadi apa-apa di depan kakakku.
Jakarta adalah ingatan masa lalu, tentang semuanya yang kini sudah berganti. Meninggalkan. Tak ada lagi pedagang jeruk tanpa kesegaran di krl, yang ada hanyalah para pekerja yang kadang-kadang egois dengan pura-pura tidur di kursi prioritas sambil memakai headset, atau keramaian yang terlalu penuh—mendesak semuanya hingga terjadi pertengkaran dalam keringat dingin yang mengucur. Atau pula kesepian yang mencekam di jam 5 pagi, padanya yang masih lengang dan sunyi—pergantian waktu: Selamat pagi, Malam.
Mungkin masa depan belum datang. Tapi aku tahu kemana kakiku ingin berlabuh—sejenak. Aku akan meninggalkan beberapa kota yang terkenal romantis dan mencoba untuk hidup tetap di Jakarta. Yang katanya keras. Tentu saja menarik. Sebagai wanita berzodiak libra yang terlalu menjalani semuanya dengan hati aku butuh media pembelajaraan untuk membiasakan diri menghadapi sesuatu yang menyakitkan, misal percecokan di Kopaja—dan aku akan kabur sebelum akhirnya disemprot lebih lama. Atau bagaimana aku mencoba untuk tidak terlalu ramah dengan orang-orang di sekitarku.
Atau,
Kehidupan gemerlap yang gelap. Di suatu rumah sewaan, dalam kulkas tersimpan banyak minuman keras, keripik kentang, dan hal-hal lain yang menyegarkan. Di dalam kabinet dapur terdapatlah berpuluh-puluh slop rokok juga bagaimana aku menyembunyikan sesuatu di luar batas nalar. Sepertinya menyenangkan. Atau lagi, aku akan pergi ke Camden—mengulang masa itu, buang air kecil berkali-kali, duduk dengan sempoyongan, minum lebih banyak, dan akhirnya jatuh merebah. Entahlah, agaknya aku terlalu suka ketidaksadaran.
Atau,
Aku akan menjadi perempuan manis dengan jam yang terorganisir. Beruntungnya menemukan laki-laki yang bisa mengingatkan seluruh kebandelanku atas telatnya obat yang seharusnya aku minum pada jam-jam terentu. Ia akan memelukku di saat deadline jatuh berdatangan, mematikan. Juga makan ramen ikkudo ichi di Kota Kasablanka. Dan tentunya menikmati semilir Jakarta di malam Sabtu, mencari wedang ronde dan berjalan di trotar. Bergandengan tangan sambil menyanyikan lagu Konservatif dari The Adams..
Tumblr media
0 notes