Tumgik
#Meja Dapur
0852-5874-6006 (WA), Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purwokerto
Tumblr media
0852-5874-6006 (WA), Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purwokerto
Langsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6285258746006 , Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purwokerto, Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purwokerto, Kitchen Set Tempat Bumbu Pekalongan, Kitchen Set Tempat Bumbu Purbalingga, Kitchen Set Tempat Bumbu Purwokerto, Kitchen Set Tanpa Kabinet Atas Pemalang, Kitchen Set Tanpa Kabinet Atas Pekalongan, Kitchen Set Tanpa Kabinet Atas Purbalingga, Kitchen Set Tanpa Kabinet Atas Purwokerto
Mencari furniture set berkualitas tinggi untuk rumah, kantor atau toko Anda? Al-Fatih Interior adalah pilihan terbaik untuk Anda.
Kami dapat memproduksi furniture set dengan cepat dan efisien. Tim profesional kami akan memastikan bahwa pemasangan furniture set dilakukan dengan benar dan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Berikut daftar produk kami :
Kitchen Set
2. Lemari Pakaian, Lemari Tangga
3. Backdrop TV, Lemari TV
4. Partisi Ruangan, Skat Ruangan
5. Ranjang
6. Minibar
7. Meja Rias
8. Meja Kerja Kantor, Meja Rapat Kantor
9. Meja Laboratorium
10. Rak Display Toko, Lemari Display Toko
11. Meja Kasir, Meja Resepsionis
Jangan ragu untuk mengunjungi kami atau menghubungi kami untuk informasi lebih lanjut tentang produk dan layanan kami. Kami siap membantu Anda.
AL FATIH INTERIOR
Info : WA 0852-5874-6006
#KitchenSetBawahMejaDapurPurwokerto, #KitchenSetBawahMejaDapurPurwokerto, #KitchenSetTempatBumbuPekalongan, #KitchenSetTempatBumbuPurbalingga, #KitchenSetTempatBumbuPurwokerto, #KitchenSetTanpaKabinetAtasPemalang, #KitchenSetTanpaKabinetAtasPekalongan, #KitchenSetTanpaKabinetAtasPurbalingga, #KitchenSetTanpaKabinetAtasPurwokerto
0 notes
dekoruma · 7 months
Text
10 Contoh Ide Desain Lantai Herringbone yang Menarik
Dekoruma.net ~ Desain lantai yang akan teman-teman lihat pada kesempatan ini adalah desain lantai yang sangat menarik yaitu lantai ber-pola herringbone atau tulang ikan yang sangat elegan. Memutuskan untuk men-desain lantai adalah keputusan yang diambil satu kali dan akan bertahan lama karena desain lantai tidak setahun sekali di gonta-ganti  bukan? maka dari itu disini teman-teman akan kami beri…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kanalblog · 7 months
Text
Inspirasi Desain Dapur Estetik, Perpaduan Kabinet Minimalis dengan Meja Dapur Granit
Meja dapur yang dibuat dengan bahan utama granit, tak hanya memberi kesan elegan dan mewah, tetapi juga meningkatkan nilai estetika dari dapur Anda. Selain itu, dukungan dari bentuk kabinet dapur minimalis juga sangat berpengaruh pada nilai estetika. Dapur masa kini, tidak lagi didesain kaku dan terisolir. Sebaliknya, justru desain interior dapur dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menjadi salah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
anastasiafour · 2 years
Text
Perawatan Marmer Kitchen Set
Penempatan dan Perawatan Metode menempatkan marmer pada kitchen set secara benar dibutuhkan bila Anda mau meningkatkan kemegahan kitchen set dengan susunan marmer buat permukaan atasnya. Tersedianya bahan marmer akan bikin dapur jadi dilihat lebih elegan serta elok.
Tumblr media
Apabila Anda tidak mau berikan perawatan besar pada dapur, cukup hanya memasangkan marmer pada kitchen set yang udah ada di dapur akan membuat kelihatan anyar dengan perbaikan yang sedikit. Bahan marmer termasuk juga bahan yang kuat maka bisa bertahan lama kalau dipakai sebagai bahan lapisan permukaan kitchen set. Akan tetapi alangkah baiknya bila penempatannya dilaksanakan secara benar buat menghindar kekeliruan.
Cara serta metode memasangkan marmer di kitchen set
Marmer untuk permukaan kitchen set sendiri menyengaja dibentuk memiliki ukuran begitu besar maka dari itu tidak dibutuhkan sambungan marmer. Tapi tentulah marmer sama ukuran yang besar ini punyai harga yang tambah mahal. Kalau Anda mau mengirit sedikit cost karenanya juga bisa memakai ubin marmer jadi preferensinya.2. Menghitung dan mengambar lubang yang berada pada kitchen set
Tiap-tiap kitchen set pastinya punya sejumlah lubang untuk wastafel, maupun kompor tanam. Sebab itulah Anda harus menghitung kitchen set itu dan menggambar ukuran lubang yang berada di kitchen set. Yakini ukuran sungguh-sungguh pas maka tidak mengusik langkah penempatan marmer.
Jika memang perlu pakai kertas semen memiliki ukuran besar lantas buat lubang di kertas itu sesuai sama lubang yang ada pada kitchen set. Pakai kertas ini selaku template. Umumnya permukaan marmer memiliki ukuran bertambah besar dari permukaan meja hingga perbatasan marmer akan mencolok sedikit keluar pinggir meja, sebab itu buat sedikit lebihan pada kertas template maka dari itu ukuran sedikit besar dari kitchen setnya.
Sesudah mengenali ukuran marmer yang diperlukan saat ini waktunya untuk kerjakan pemangkasan marmer sesuai sama ukuran kitchen set. Yang terseulit merupakan bikin lubang yang berada di kitchen set. Karena itu dibutuhkan kertas yang dipakai sebagai template barusan buat kontribusi dalam memangkasnya. Bila Anda ragu serta tidak bisa potong secara benar, lebih bagus beli marmer yang udah dipotong sesuai ukuran yang Anda kasih.
Seusai tuntas dipotong coba buat menyamakan marmer yang telah terpasang itu dengan kitchen setnya. Simpan marmer di atas kitchen set untuk meyakinkan ukuran udah sesuai serta semuanya lubang juga sama.  Kalau semua ukuran udah serasi, turunkan marmer di atas permukaan kitchen set tetapi kalau belum, ukur lagi dan betulkan lubangnya sampai cocok. Janganlah lupa buat menegaskan kerataan marmer yang dipakai saat sebelum lakukan carapemasangan marmer skema basah.5. Buat dan poleskan cairan perekat
Sesudah dijamin semua ukuran dan lubangnya cocok saat ini waktunya dijalankan penempatan ke kitchen set. Persiapkan cairan perekat marmer yang pas untuk bahan yang dipakai. Lantas usapkan cairan perekat itu ke atas permukaan kitchen set dengan rata memanfaatkan roskam bertakik. Yakinkan olesan itu cukup tebal maka ujung lubang yang dibentuk oleh takik tak sentuh permukaan kitchen set.
Cara ini serius jangan salah dijalankan lantaran sangat menyusahkan kalau harus mengulanginya kembali. Kenakan marmer ke atas kitchen set yakinkan Anda meletakkannya dengan status yang benar serta hindarkan menggeser-geser marmer karena dapat menghancurkan cairan perekat yang terpasang barusan.
Tonton ada sela tidak besar di antara marmer dengan seluruhnya lubang yang berada di kitchen set Anda. Sebab itu sela itu harus ditutup, tapi awal kalinya Anda harus buat perlindungan seluruh barang yang berada di lubang itu seperti wastafel atau kompor tanam. Triknya yakni dengan melapis sisi tepi marmer yang bersenggolan dengan semuanya lubang yang ada dengan isolasi buat karyawan (umumnya mempunyai warna biru) dan lapisi  sisi dalam lubangnya sama dalam wastafel atau kompor tanam.
Buat melapis sela tidak besar antara marmer dengan semua lubang yang berada di kitchen set itu Anda bisa gunakan kombinasi resin. Yakini paduan resin miliki warna yang serupa dengan warna marmer itu supaya hasilnya kelihatan lebih elok. Setelah itu lapisi kesempatan semua mini yang ada dengan resin itu.  Langsung lepas isolasi perlindungan yang warna biru selekasnya selesai Anda melapis resinnya. Tak boleh menanti kering lantaran isolasi kelak tidak bisa dilepas.
9. Lembutkan serta berikan finising
Seusai proses penempatan marmer usai, saat ini Anda bisa melembutkan resin yang dipakai untuk isikan sela mini antara marmer dengan semuanya lubang yang berada pada kitchen set. Berhati-hati janganlah sampai menggores marmer waktu melembutkan resinnya. Supaya bertahan lama, kasih pula finising pada marmer yang membuat tahan kepada vlek.
https://www.gahakaconstruction.co.id/
https://lantaimarmer.com/jual-meja-marmer-granit/
https://alanpoplar2.tumblr.com/post/703057878625452032/pemasangan-marmer-kitchen-set
https://nazirotinisa.blogspot.com/2022/12/perawatan-dan-pemasangan-marmer-pada.html
https://parara90.blogspot.com/2022/12/cara-pemasangan-dan-perawatan-kitchen.html
https://parara90.blogspot.com/2022/12/serta-perawatan-langkah-memasangkan.html
https://nazirotinisa.blogspot.com/2022/12/perawatan-dan-metode-memasangkan-marmer.html
0 notes
kitsunetoneko · 2 years
Text
Jenis Jenis Top Table Kitchen Set
Pada dunia interior, kita mengetahui banyak macam-macam material serta ini kali yang bisa di ulas merupakan model table luar biasa yang cukup pujaan.
Tumblr media
1. Granit Granit adalah material yang cukup ternama untuk dipakai selaku table hebat. Banyak kelebihan batu granit salah satunya : kuat dan tidak ringan tergesek, pori-porinya tidak besar hingga lebih tahan bintik. Kalau mau gunakan granit jadi table hebat, putuskan granit dengan tebal kurang lebih 2 cm.Granit simpel dijumpai dalam bermacam corak dan warna, dimulai dari yang memiliki warna ceria (muda) hinga yang mempunyai warna gelap (tua), dari polos pekat, berbintik sampai berurat bagus untuk Granit lokal atau import seperti dari Cina, Itali atau India.
2. Padu Surface Kompak surface adalah material yang hampir serupa dengan granit atau marmer. Material ini kerap kita temui di produk furnitur seperti kampiun table meja kitchen set.Bagaimana padu surface dibikin ? Material kompak surface dibuat berbahan resin serta paduan beberapa bahan yang lain, dan proses pembikinannya yakni lewat proses pembuatan lalu dibikin sama dengan pesanan. Untuk corak padu surface sendiri bisa diputuskan sesuai keinginan, detail ketebalan dan luas yang diperlukan pemesan.
3. Marmer Kalau Anda perlu dapur dengan aktivitas berat dan intensif tinggi seperti memangkas daging, bikin kue serta semacamnya, jangan sampai ragu-ragu buat pilih marmer jadi table kampiun kitchen Anda.Marmer yakni batu alam dengan permukaan dingin, lembut serta bersih. Corak dan warna marmer juga benar-benar banyak. Marmer termasuk cukuplah kuat, mempernyerap dingin dan panas dan tahan kepada guratan. Disamping kelebihan itu, sayang marmer punya pori lumayan besar hingga gampang meresap air hingga cairan seperti vlek kopi, teh akan sukar dibuat bersih.Dalam waktu lama, tampilan marmer kadang jadi lusuh terkecuali dijalankan pemolesan ulangi secara periodik. Tebal marmer sekitar di antara 1,8 - 2 cm.
4. Kayu Sepanjang ini lebih banyak pemilik kitchen set jatuhkan opsi table hebat pada granit, kompak surface atau marmer. Material itu memang termasuk yang sangat populer karena memiliki sejumlah kelebihan terutama tingkat durability (ketahanan) serta potensi dalam membatasi panas.Sekarang ini, table luar biasa dari kayu padu pantas diperhitungkan menjadi opsi. Table luar biasa dari kayu normalnya punyai ketebalan 4 - 5 cm dengan lebar yang cukup beragam bergantung dari kepentingan. Sementara buat sistem finising direkomendasikan buat memakai finising yang memiliki kualitas baik dan premium seperti finising dengan Poly Urethane Oil (cat PU oil solvent base) atau mungkin dengan cat PU Urethane Water Base.Ke-2  macam finising itu bisa hasilkan susunan yang terbuka, anti gores serta tahan pada cairan kimia rumah tangga. Untuk pemakaian kayu jadi table luar biasa, tak diminta memanfaatkan finising melamine biasa sebab disamping tingkat kapabilitasnya yang kurang,  tak tahan cairan kimia rumah tangga.
Demikian 4 macam table kampiun yang menjadi pilihan opsi buat kepentingan kitchen set yang Anda punyai. Putuskan dengan arif supaya Anda mendapati hasil yang mengesankan.
meja marmer
https://nazirotinisa.blogspot.com/2022/12/jenis-top-table-marmer.html https://parara90.blogspot.com/2022/12/material-favorit-untuk-top-table.html
0 notes
nurulbpd · 2 years
Text
0877-8025-2221 (GARANSI TERMURAH), Ahlinya Mini Bar Dapur Kecil Pekalongan
Tumblr media
0 notes
lanmaxtremesblog · 5 months
Text
Seks Dengan Janda
Beberapa tahun yg lepas, aku ada berkenalan dgn seorang janda beranak satu yang berumur lebih kurang 30 tahun dan pada waktu itu aku berumur kurang 5 tahun daripadanya. Janda tersebut aku gelarkan sebagai Ana sahaja dan beliau berasal dari negeri Cik Siti Wan Kembang. Kami berdua telah berkenalan lebih kurang 3 bulan dan aku amat tertarik dengan penampilan Ana. Dia mengusahakan sebuah saloon kecantikan dan tinggal berseorangan di sebuah apartment di kawasan Lembah Kelang. Tinggi Ana ni hampir sama dgn aku (lebih kurang separas telinga aku yang mempunyai ketinggian 170cm). Kulitnya putih, berbadan kurus lansing dengan punggung sedikit tonggek dan tetek yang mekar sederhana besar. Ana berambut hitam lebat dan lurus melepasi sedikit paras bahu. Pendek kata, walau apa jenis pakaian yg dia pakai pasti benar-benar membuatkan aku stim gila, cuma selama itu aku ni tak berapa berani nak ayat seks dengan dia walaupun dia ni jenis yang betul2 sporting dan open minded.
Satu malam Sabtu, Ana menelefon aku untuk meminta pertolongan aku membaiki lampu dapurnya yang terbakar. Aku berjanji dengan Ana yang aku akan ke apartmentnya pada keesokan paginya kerana malam tersebut aku ada urusan lain dan Ana bersetuju. Esoknya, aku pun pergi ke apartmentnya bersendirian. Sampai di rumah Ana tepat pukul 9:00 pagi, begitu bersemangat aku ketika itu. Aku disambut Ana yang berpakaian kebaya ketat dgn mesra. Keanggunan Ana pada pagi itu benar2 terserlah dengan bau aroma yang enak dicium dan mekap nipis beserta bibir yang bergincu merah yang menaikkan lagi seri wajahnya. Pagi itu Ana benar2 menyeksa nafsu berahi aku terhadapnya selama ini. Mata aku tak lepas daripada menatap Ana yang menyambut aku ketika itu, dari hujung rambut hingga ke hujung kaki aku menatapnya. Aku sedikit tertegun bila mata aku menatap bahagian dada Ana yang benar2 menonjol di sebalik kebaya ketat yang dipakainya. Sebahagian dadanya yang putih jelas kelihatan.
“Hei Razlan, mata tu jaga2 sikit, nanti Ana cucuk…. buta.” Ana menegur aku kerana melihat aku terpegun lama menatap dadanya. “Oppps sori Ana, asyik sangat tadi.” Jawab aku selamba. “Gatal….” sambut Ana sambil mencubit manja lengan aku. Aduhhhhh…. lembut sungguh jari Ana apabila mencubit lengan aku. “Jom masuk, Ana dan belikan lampu yang baru, Razlan tolong tukarkan aje. Tinggi sangat la lampu tu, Ana tak berani nak memanjat sangat,” kata Ana sambil mengunci pintu selepas aku masuk ke dalam apartmentnya.
Ana berjalan terus ke dapur sementara aku mengekorinya dari belakang. Sambil berjalan mata aku asyik menatapi lenggok punggung Ana yang berbuai lembut dan mengairahkan. Rasa2 macam nak terkam terus ke punggungnya dan terus tekapkan muka aku kat situ.
Kemudian aku memanjat kerusi dan menukarkan lampu dapurnya sambil berbual2 dangan Ana perkara biasa. Sambil berbual tu mata aku tak henti2 menjeling ke arah dada Ana yang benar2 membuatkan batang kote aku rasa tak tentu arah. Sengaja aku lengah2kan kerja menggantikan lampu dapurnya. Sambil itu aku rasa Ana perasan apa yang aku perhatikan pada dirinya dan aku lihat Ana seperti tidak kisah sangat dengan perlakuan aku itu. Sebabnya ialah aku lihat Ana hanya tersenyum kepada aku setiap kali aku cuba berpaling ke arah lain bila dia memandang aku.
Selesai menggantikan lampu dapurnya, Ana mempersilakan aku ke ruang tamu untuk menonton TV sementara Ana membuatkan minuman. Aku duduk di atas sofa ruang tamunya sementara menunggu Ana. Jam pada ketika menunjukkan baru pukul 9:30 pagi. Seketika kemudian, Ana datang ke ruang tamu sambil membawa hidangan air.
“Eh! buat susah2 pulak Ana,” kata aku kepada Ana. “Ala tak apa, teh bujang je. Buat sedapkan tekak sambil menonton,” jawab Ana seraya menghidangkan hidangan air di atas meja kecil di hadapan aku.
Ketika itu Ana membongkokkan badannya untuk menghidangkan air dan kesempatan itu aku gunakan untuk mengintai lurah dadanya. Ana dengan selamba membiarkan sahaja dadanya terdedah untuk aku tatapi dengan senang. Keputihan dan kehalusan kulit Ana ditambah dengan sebahagian bra berwarna hitam yang dipakainya dan rambut yang terurai lembut benar2 membuatkan aku menjadi tidak keruan. Ana bangun selepas menghidangkan minuman sambil tersenyum ke arah aku. Kemudian Ana terus sahaja duduk betul2 bersebelahan kiri aku.
“Razlan ni betul2 nakal la…….. tak habis2 renung Ana,” kata Ana sambi mencubit peha aku yang sedar apa yang aku perhatikan selama waktu itu. “Ala…… sikit2 je, bukan boleh luak pun,” jawab aku pula.
Kemudian kami berdua tertawa gembira. Ketawa yang membawa makna amat besar buat aku. Kami berdua menyambung semula perbualan kami sambil TV terus menayangkan cerita yang langsung aku tak ambil pusing. Daripada perbualan biasa sehingga membawa kepada cerita yang sikit2 berbaur seks. Ana benar2 sporting pada pagi itu dan itulah yang membuatkan kami berdua bertambah seronok berbual. Sambil itu juga beberapa kali tangan Ana mencubit manja peha aku.
Seketika kemudian kami berdua terdiam dan jam ketika itu sudah menunjukkan pukul 10:30 pagi. Tak sedar aku masa berlalu begitu pantas. “Rileks la dulu Lan, balik awal2 pun bukan ada apa kat rumah,” kata Ana yang perasan aku memerhatikan jam dinding ruang tamunya. Sememangnya itulah kata2 yang aku nak dengar dari mulut Ana. “Kalau boleh Lan memang tak nak balik, nak tinggal di sini dengan Ana,” selorohku bersahaja. Ana hanya tersenyum manja sambil sekali lagi mencubit manja peha aku. Ini petanda baik, kata hati aku.
Aku mengiringkan sedikit badanku menghadap Ana yang masih berada benar2 hampir di sisi kiri aku. Ana memandang ke arah aku dan ketika itu mata kami berdua bertentangan. Ana tetap terus tersenyum manja ke arah aku dan aku membalas kembali senyumannya itu. Aku beranikan diri menaikkan tangan kiriku ke atas bahunya sambil memain2kan rambut Ana. Ana membiarkan sahaja perlakuan aku itu. Oleh kerana itu, aku terus memberanikan tangan kanan aku untuk mengambil tangan kanannya sambil terus mengelus2 manja jari-jemari Ana. Ana tetap sporting dan tetap terus tersenyum tanda dia bersetuju dengan perlakuanku itu.
Kini aku benar2 merasakan bahawa peluang untuk aku menikmati hubungan seks dengan wanita idaman aku ini sudah benar2 terbuka, cuma aku sahaja yang perlu pandai memulakan. Aku beranikan diri dengan berkata, “Ana, Razlan nak mintak satu perkara sikit dengan Ana boleh tak?” Tanya aku kepada Ana. Ana mengiringkan sedikit badannya ke arah aku dan ini membuatkan muka kami berdua terus hampir berhadapan antara satu sama lain. “Mintak la, kalau boleh Ana penuhi, Ana akan penuhi, kalau tak, tak dapatlah,” jawab Ana penuh manja sambil dia terus membiarkan jari-jemarinya dielus2 oleh aku. “Tapi Ana kena janji tak marah Razlan OK,” balas aku semula. “Emmmm….. takkan Ana nak marah kot,” jawab Ana bertambah manja. Bibir ghairah Ana yang disapu nipis dengan lipstick merah pagi itu benar2 membuatkan gelora nafsu seks aku ketika itu betul2 tak tertahan lagi.
“Razlan nak mintak cium Ana boleh tak?” Tanya aku perlahan tapi dengan penuh pengharapan. Ana tetap terus tersenyum sambil memandang tepat ke arah aku dan berkata, “Razlan nak cium kat mana?” “Kat mana2 saja yang Ana benarkan,” jawab aku pula. Aku dapat rasakan kini jari-jemari Ana mula memberi respon yang baik dengan elusan2 manja yang aku lakukan pada jari-jemarinya. “Kalau Ana izinkan, kat mana yang Razlan nak cium dulu?” Tanya Ana kembali kepada aku. Aku benar2 yakin kini akan dapat menikmati batang tubuh Ana pagi itu sambil berkata selamba, “Kalau Ana izinkan, setiap inci batang tubuh Ana Lan nak cium. Dari luar hingga ke dalam dan dari hujung rambut hingga ke hujung kaki.” “Auwww…. ganas la Lan ni, ngeri Ana,” jawab Ana tertawa sambil tangan kirinya menampar manja lengan kanan aku.
Ketika itu, tangan kiri aku masih lagi aktif membelai2 rambut Ana yang aku lihat sudah mula menampakkan keresahannya. “Macamana Ana, boleh ke?” Tanya aku kembali setelah Ana tidak menjawab soalan aku tadi. Ana tetap terus tersenyum ke arah aku tanda dia memberikan respon yang baik untuk aku meneruskan tindakan aku.
Perlahan2 aku merapatkan muka aku ke arah mukanya. Perlahan2 juga aku merapatkan bibir aku ke arah bibir ghairah Ana dan Ana hanya membiarkan sahaja perlakuan aku itu. Bibir kami mula bertaut rapat buat beberapa ketika. Kemudian aku melepaskan tautan bibir tu dan ketika itu aku lihat Ana mula mendesah sedikit kekecewaan. Aku lihat Ana masih membiarkan bibirnya bersedia untuk aku nikmati sambil matanya sedikit terpejam keenakan.
Sekali lagi aku terus mencium bibir ghairah Ana dan kali ini aku menjulurkan sedikit lidahku ke dalam mulutnya yang sengaja dibiarkan terbuka. Aku memain2kan lidahku di dalam mulut Ana, berpusing2 lidah aku menjilat segala apa yang mampu tercapai oleh lidahku di dalam mulut Ana. Ana pula terus merelakan kenakalan lidah aku itu sambil tangan kirinya kini mula merangkul kuat ke arah leher aku. Mulut kami masih bertaut rapat dan setelah respon baik diberikan Ana tangan kiriku yang sedari tadi membelai2 rambut Ana terus kuat merangkul lehernya. Kini kami berdua sudah benar2 tenggelam dalam titik awal permainan seks yang aku rasakan kami berdua memang idam2kan.
Setelah puas aku memainkan lidahku di dalam mulut Ana, aku cuba menarik mulutku daripada terus mencium Ana. Namun, dengan rangkulan kuat tangan kirinya, membuatkan aku tidak berdaya untuk menariknya kembali ditambah pula kini Ana mengambil alih peranan lidah aku tadi. Kini Ana pula aktif memainkan lidahnya di dalam mulut aku. Aku benar2 asyik dilayan sebegitu rupa oleh Ana. Air liur kami kini sudah mula dinikmati pasangan masing2.
Setelah beberapa lama kemudian, kami menarik kembali mulut kami. Ana menampakkan wajah ayunya yang kini benar2 mengharapkan aksi2 seks seterusnya daripada aku. Aku tersenyum riang kepada Ana. Ana membalas kembali senyumanku itu seraya merengek manja, “Tak cukup setakat tu Razlan…..” Aku yang mendengar kata2 mengharap Ana itu faham apa yang harus aku lakukan untuk memenuhi kegersangan seorang janda cantik seperti Ana.
Tangan kiri aku yang sedari tadi merangkul leher Ana kini aku lepaskan dan mula merangkul pinggang Ana pula. Genggaman jari-jemari kami berdua tadi turut aku lepaskan dan kini mengiringi tangan kiriku dengan merangkul pinggang Ana. Aku tegakkan badan kami berdua dan aku terus memeluk rapat batang tubuh Ana yang hangat dan perlukan tuntutan seks itu. Ana yang kelihatan seronok dengan layanan aku mula menggunakan kedua2 tangannya untuk merangkul kuat leher aku. Kini sebelah kaki kami memijak lantai dan sebelah lagi berlipat di atas sofa.
Kini tubuh kami berdua mula bersatu dan tetek yang sedari awal tadi asyik aku perhatikan sudah mula melekap mesra di dada aku. Alangkah enak rasanya bila dapat menikmati tetek mengkal Ana yang melekap rapat ke dada aku. Ana tersenyum melihat aku sambil terus merelakan segala perlakuan aku itu. Aku menatap wajah ayu Ana buat seketika sambil mencium kening kiri dan kanan Ana. “Ana terlalu cantik hari ni,” puji aku kepada Ana. Sememangnya aku memang gemar memuji mana2 perempuan yang berhubungan seks dengan aku kerana itulah satu2nya cara untuk aku menghargai pengorbanan mereka kepada aku dan aku sukakan suasana romantik seperti itu sebab aku rasa dengan cara itu aku akan dapat terus menikmati seks dengan perempuan yang berkenaan.
“Terima kasih Razlan,” jawab Ana sambil terus mempamerkan matanya yang sedikit terpejam nikmat itu. Aku terus melakukan aksi seperti awal tadi iaitu bercium mulut dan bermain2 lidah. Sudah tiada halangan lagi di antara kami berdua untuk aksi2 seperti itu. Kami bergilir2 memainkan peranan lidah masing2. Setelah lama begitu, aku menarik mulutku daripada bertaut dengan mulut Ana dan kini bibir dan lidahku mula memainkan peranan di sekitar batang leher Ana. Kedua2 tangan aku yang dari tadi kuat merangkul pinggang Ana mula bermain2 dan meramas2 punggung gebu Ana. Saat itu nafas Ana sudah mula kencang tanda kesedapan dan batang tubuhnya melenting2 kenikmatan sementara rengekan2 serta erangan2nya mula berterusan.
Aku mahu Ana terus berkeadaan seperti itu sebab sememangnya aku cukup bahagia bila dapat mendengarkan erangan2 dan rengekan2 nikmat seorang perempuan. Maka oleh sebab itu, lidah dan bibir aku tidak putus2 melingkari seluruh batang leher Ana yang jinjang itu. Sekali sekala tangan kiri dan kanan aku bergilir2 menepuk manja punggung Ana. “Auw……” jerit Ana kesedapan setiap kali aku menepuk punggungnya. Itulah yang membuatkan aku semakin ghairah terhadap Ana.
Setelah beberapa lama berkeadaan begitu, aku naikkan kedua2 tangan aku ke arah tetek Ana yang kini berombak amat kencang. Sambil mulutku masih terus berkeliaran di batang leher Ana, kedua2 tangan aku pula kini perlahan2 merayap di bahagian tetek Ana. Ana terus merangkul kuat leher aku tanda dia setuju dengan tindakan kedua2 tanganku itu. Perlahan2 juga kedua2 tangan aku itu meramas2 mesra kedua2 tetek Ana yang terpacak mengkal di dadanya itu. Masih lagi gebu, masih lagi mekar dan masih lagi segar tetek Ana yang dapat aku rasakan di sebalik kebaya dan bra hitam yang dipakainya. Aku benar2 geram dengan tetek Ana ketika dan itulah yang membuatkan ramasan2 dan genggaman2 tangan aku ke atas teteknya bertambah hebat.
Sambil itu aku kembalikan semula bibir dan lidahku ke arah bibir dan lidah Ana yang terus disambut rakus oleh Ana. Kesedapan yang sedang dirasai Ana ketika itu membuatkan dia menyambut sedikit ganas mulut aku. Sekali lagi mulut kami bermain2 nikmat sambil tetek Ana terus menjadi mangsa ramasan2 geram tangan aku. Kemudian itu Ana melepaskan mulutnya daripada mulut aku sambil berkata penuh manja, “Razlan, kita masuk ke bilik Ana ye, kat sini tak berapa selesa la.” “OK Ana, mana saja yang Ana mahu, Lan turutkan Sayang,” jawab aku yang seperti orang mengantuk disorongkan bantal. Ana mencapai tangan aku lalu memimpin aku terus masuk ke dalam bilik tidurnya.
Sampai di dalam bilik tidurnya, aku dapati Ana sememangnya sudah merancang segalanya untuk kami berdua. Dengan katil kelaminnya yang rapi, penghawa dingin yang sudah tersedia terpasang dan langsir yang ditutup untuk hanya membenarkan cahaya matahari pagi menyinar suram ke dalam biliknya, benar2 mengambarkan kepada aku yang Ana memang mendambakan layanan seks dari seorang lelaki seperti aku dan aku rasa amat bertuah kerana dipilih oleh Ana.
“Semuanya untuk kita berdua pagi ini Razlan,” kata Ana manja sambil terus merangkul leher dan merapatkan badannya kepada aku. “Ana perlukan seorang lelaki seperti Razlan hari ini, temankan Ana sepanjang hari ni ye Razlan. Ana relakan segala2nya untuk Razlan.” Begitulah bunyi pujuk rayu yang penuh kemanjaan dan pengharapan Ana kepada aku ketika itu. “Razlan akan buat apa saja untuk penuhi kehendak Ana bukan setakat hari ni, tapi sampai bila2 pun,” balasku pula yang sememangnya sudah lama bersedia untuk meratah batang tubuh Ana.
Kami berpelukan penuh ghairah ketika itu dan mula bermain kembali adegan2 mulut seperti tadi. Kini Ana semakin berani memainkan peranannya. Dilepaskan tangan kirinya lalu diturunkan perlahan2 ke arah dada aku dan seterusnya pergi ke bahagian koteku yang masih ditutupi dengan seluar jeans. Perlahan2 jari-jari tangannya itu bermain mesra dengan batang kote aku dari bahagian luar. Aku merasa nikmat bilamana jari2 halus dan runcing Ana melakukan begitu kepada kote aku. Kote aku yang sememangnya sedari awal tadi keras menggila kini rasanya bagai nak meletup keluar dari sarang yang membungkusinya.
Aku yang sudah benar2 asyik itu mula merangkul pinggang Ana dengan lebih kuat lagi dan perlahan2 mengangkat tubuh badannya. Ana sedikit menjerit bila aku mula mahu mengangkat tubuhnya. Ditarik kembali tangan kirinya yang bermain2 dengan kote aku tadi lantas kembali merangkul batang leher aku.
Perlahan2 aku membawa Ana ke sisi ranjangnya dan perlahan2 juga aku merebahkan tubuh Ana. Kini kami berdua sudah rebah di atas ranjang pelayaran seks kami berdua dengan tubuh aku menindih tubuh Ana. Aku menolak sedikit tubuh Ana lebih ke atas supaya keseluruhan tubuhnya berada di atas ranjang itu. Kemudian aku bangkit semula di sisi katil untuk menanggalkan baju dan seluar aku.
Sambil menanggalkan pakaian aku, aku tetap terus merenung ghairah batang tubuh Ana yang sudah terlentang menantikan tindakan2 aku seterusnya. Aku benar2 terhibur dan seronok dengan hidangan ikhlas Ana itu. Nafsu yang sudah lama bergelora di dalam diri aku telah membuatkan aku sudah tidak hiraukan apa2 lagi. Akhir sekali seluar dalam aku juga aku tanggalkan tanpa ada rasa segan silu lagi kepada Ana. Ana yang sedang berbaring sambil memerhatikan aku dari tadi sedikit terpegun melihatkan kemantapan batang kote aku. Dengan ukur lilit lebih kurang 3 inci dan panjang lebih kurang 6 inci benar2 membuatkan Ana menjadi bertambah tidak keruan.
Aku renung sepuas2nya Ana yang masih berbaring dari hujung rambut hingga ke hujung kakinya. Kain yang dipakai Ana terselak luas hingga menampakkan sebahagian daripada sepasang betis dan peha yang penuh gebu itu. Aku cuba mengawal kerakusan nafsu seks aku kerana aku mahu menikmati batang tubuhh Ana sepuas2nya dan supaya Ana juga dapat menikmati kehebatan perkhidmatan aku.
Aku yang sudah bertelanjang bulat itu perlahan2 merangkak di atas tubuh Ana dan dengan selamba Ana mencapai batang kote aku dengan kedua2 tangannya. Ana menyambut aku dengan senyuman penuh bermakna buat aku. Ana memain2kan jari-jemarinya dengan koteku yang kini sudah terlepas bebas dan bersedia untuk menyelesaikan tanggungjawabnya. Aku merasa kegelian dengan permainan Ana itu, namun kenikmatan yang aku rasakan melebihi segala2nya.
“Besar dan panjang betul anu Razlan ni, mau menjerit Ana kena tikam nanti,” komen Ana tertawa kecil dan manja sambil matanya tak lepas memandang ke arah batang kote aku. “Special untuk Ana ni,” balas aku sambil terus mencium bibir ghairah Ana. Aku membelai2 rambut Ana sambil mencium2 seluruh wajahnya. Aku mencium seluruh wajah Ana bertubu-tubi dengan penuh mesra sambil tangan kanan aku terus membelai rambut Ana. Tangan kiri aku pula sibuk meramas-ramas lembut tetek Ana yang masih lengkap berpakaian. Sementara itu batang kote dan kantung mani aku yang terlepas bebas itu terus dimain2kan Ana dengan kedua2 belah tangannya.
Beberapa lama berkeadaan begitu, perlahan2 aku menurunkan tangan kanan aku untuk membantu tangan kiri aku meramas2 kedua belah tetek Ana. Kemudian aku sendiri melurutkan badan aku turun ke bahagian dada Ana. Kini muka aku berada tepat di antara kedua tetek Ana sementara kedua2 tangan Ana yang tadi sibuk bermain2 dengan batang kote dan kantung mani aku terlepas kerana kedudukan badan aku yang telah aku turunkan dari badannya.
Aku benamkan muka aku di celah kedua tetek Ana yang sederhana besar itu sambil kedua2 tangan aku terus meramas2 teteknya. Tangan Ana yang telah terlepas bebas tadi merangkul kepala aku dengan kuat sambil Ana terus mendengus kesedapan. Aku menggesel2kan muka aku ke seluruh bahagian tetek Ana, dari pangkal hingga ke puncak dan begitulah juga sebaliknya. Aku tidak terus membuka pakaian Ana kerana aku ingin buat seperti yang aku hajatkan kepadanya sebentar tadi……. “cium dari luar hingga dalam, dari hujung rambut hingga hujung kaki.”
Aku merangkak perlahan lagi menuruni tubuh badan Ana sambil kedua2 tangan aku masih tetap meramas2 tetek Ana. Aku menggesel2kan muka aku dibahagian perut dan pinggang Ana. Ana mengelinjang nikmat bila aku perlakukan dia seperti itu. Kemudian perlahan2 juga aku menurunkan muka aku hingga ke celahan kangkangnya. Aku terus sembamkan muka aku ke bahagian tundun Ana. Ana terus mengelinjang nikmat sambil mulutnya terus-menerus mengerang2 kesedapan. Kedua2 tangan Ana semakin kuat meramas2 kepala aku. Aku terus menggesel2kan muka aku di celahan kangkang Ana sambil terus turun lagi hingga ke kedua2 kakinya.
“Razlan……… sedapnya Razlan…” Rengekan berbisik Ana jelas kedengaran dalam keadaan matanya yang masih terpejam. Kini tugasan luaran yang aku hajatkan sudah selesai. Tiba pula tugasan dalaman yang sangat2 aku nantikan sedari tadi. Aku benar2 mahu meleraikan kegersangan Ana pada pagi ini dan untuk itu aku juga mahu Ana turut sama meleraikan segala hajat seks aku terhadapnya selama ini.
Aku merangkak naik kembali hingga muka aku dan muka Ana bertentangan semula. “Sedap ke Ana.?” Soal aku kepada Ana dengan penuh lembut. “Sedap Razlan….. teruskan lagi, dah terlalu lama Ana tak dapat permainan macam ni, tolong Razlan, tolong puaskan Ana, Ana rela buat apa saja untuk Razlan pagi ni…” rengek Ana dengan penuh mengharap. Lesen besar aku untuk menikmati batang tubuh Ana ini telah mendapat kelulusan tanpa sebarang spekulasi lagi dari tuan punya tanah. Aku benar2 gembira ketika itu.
Kini aku mahu melihat Ana pula bertelanjang bulat tanpa seurat benang pun. Perlahan2 kedua tangan aku membuka butang baju kebaya Ana satu persatu. Aku selak baju kebaya Ana hingga kini jelas menampakkan batang tubuh Ana walaupun belum sepenuhnya lagi. Perut Ana kelihatan masih lagi kempis, putih bersih dan gebu lagi. Tetek Ana yang masih ditutupi bra hitamnya menambahkan lagi keinginan aku untuk melihat sepuas2nya isi yang berada di dalamnya. Aku menjadi asyik dengan pemandangan indah itu. Ana tersenyum melihatkan perlakuan aku itu tanpa ada sebarang bantahan. “Seksi Ana,” kata aku lembut kepada Ana. “Semuanya untuk Razlan,” jawab Ana.
Aku memain2kan jari2 tangan aku di sekitar bra hitam Ana. Ana mengangkatkan sedikit tubuh badannya untuk membantu aku menanggalkan baju kebayanya. Aku melingkarkan tangan kanan aku ke bahagian belakang Ana untuk membantu Ana menanggalkan kancing branya. Selesai itu, Ana tersenyum lagi ke arah aku sambil berkata, “Jangan tunggu lama2 Razlan, Ana tengah sedap ni.” Aku tersenyum ke arah Ana dan faham akan maksudnya itu.
Aku melurutkan tali bra yang tersangkut di bahu Ana perlahan2 hingga melepasi kedua2 belah tangannya. Kini, kedua2 tetek Ana hanya menunggu masa untuk didedahkan bebas kepada aku dan aku yang sedari tadi mengawal kerakusan nafsu aku, menarik perlahan2 bra hitam Ana. Ana memandang kepada aku dengan wajah yang penuh mengharap agar teteknya itu akan dikerjakan oleh aku. Aku benar2 berahi melihatkan kedua2 belah tetek yang aku ramas2 dari luaran tadi kini sudah berada bebas sebebasnya untuk tatapan dan mainan aku. Aku terus terpegun melihatkan keindahan kedua2 tetek Ana yang masih lagi tegak megah berdiri dan putih bersih dengan puting teteknya yang kelihatan sedikit kemerah-merahan.
Perlahan2 aku melekapkan kedua2 tapak tangan aku ke arah kedua2 tetek Ana. Tetek Ana yang masih mengkal dan sederhana besar itu hanya cukup-cukup berada di dalam genggaman tangan aku sahaja. Aku sememangnya amat suka dengan saiz tetek yang seperti ini. Perlahan2 aku menguli dan meramas2 kedua2 belah tetek Ana sambil jari2 tangan aku menguis2 serta menggentel2 puting teteknya. Ana semakin kuat mendesah dan mengerang sambil mata aku tak lepas dari terus menatapi kedua belah tetek Ana yang selama ini aku idam2kan sangat. Ana mengeliat2 kesedapan diselang seli pula dengan erangan2 keenakannya. Aku tak sanggup lagi menanti lama untuk mengerjakan tetek Ana yang sungguh indah menurut pandangan mata aku. Tetek yang tersergam mekar dan cantik itu sememangnya telah benar2 bersedia untuk membiarkan aku meratahnya sepuas2 hatiku.
Aku mula mencium setiap inci kedua tetek Ana dari puncak hingga ke pangkal, dari pangkal hingga ke puncak, dari kiri ke kanan dan dari kanan hingga ke kiri. Pendek kata tiada seinci pun kedua2 bahagian tetek Ana yang terlepas dari ciuman bibir aku. Kemudian aku menggantikan pula aksi2 tadi dengan jilatan2 lidah aku. Sesekali aku selang selikan adegan2 itu dengan menggigit geram tetek Ana hingga membuatkan Ana menjerit kecil kesakitan yang dicampur dengan kenikmatan. Memang betul2 lama aku memainkan aksi2 ciuman dan jilatan di kedua2 bahagian tetek Ana sehinggakan Ana benar2 tidak keruan aku kerjakan.
Puas dengan aksi2 tersebut, aku mula memberikan tumpuan ke arah puting tetek Ana yang indah menawan terpacak di puncak teteknya. Bermula di sebelah kiri teteknya dahulu, perlahan2 aku memasukkan puting tersebut ke dalam mulut aku. Aku menyonyot dan menghisap puting tersebut dengan penuh kelazatan sementara tangan kiri aku sibuk menguli tetek sebelah kanan Ana. Aku melakukannya lama2 dan ini membuatkan batang tubuh Ana mengeliat tak henti2 akibat keenakan yang aku berikan kepadanya. Dalam masa menghisap dan menyonyot puting tetek Ana, lidah aku juga turut sama memainkan peranannya dengan memainkan hujung puting tersebut perlahan2.
Puas di sebelah kiri, aku beralih pula ke sebelah tetek kanan Ana. Aku lakukan perkara yang serupa sambil kini tangan kanan aku pula meramas2 lembut tetek kiri Ana. Aku lihat Ana terus memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka mengeluarkan rengekan manja yang menandakan kepada aku yang kini Ana sudah benar2 “melayang” dan membuktikan kepada aku yang dia benar2 rela dengan segala perlakuan aku. Aku melurutkan tubuh aku ke bahagian perut Ana pula selepas agak lama dan puas dengan permainan aku terhadap kedua2 tetek Ana yang benar2 memberahikan aku. Aku terus mencium2 dan menjilat2 seluruh perut Ana hingga ke pinggangnya. Sesekali Ana tertawa kegelian dengan perlakuan aku itu.
Kini aku mahu menumpukan pula tumpuan aku ke bahagian kelangkang Ana yang dapat aku rasakan sedikit kebasahan dengan tangan aku. Aku menanggalkan perlahan2 kain Ana yang tadi sudah terselak lebar. Aku campakkan kain Ana ke lantai dan kini aku menatap batang tubuh Ana yang hanya dilitupi dengan underwear hitamnya.
Sememangnya Ana adalah seorang perempuan yang benar2 menawan dari segi luaran dan dalamannya juga. Bukan setakat cantik pada raut wajah dan bentuk tubuhnya, tapi kecantikan dan kehalusan serta kebersihan kulitnya benar2 memikat sesiapa sahaja yang dapat melihat Ana dalam keadaan begitu. Ana masih tetap terus berbaring dalam keadaan mata yang masih terpejam menantikan dengan penuh rela akan tindakan2 aku seterusnya.
Perlahan2 aku memainkan jari2 aku di bahagian kelangkangnya. Underwear Ana aku rasakan telah benar2 basah akibat dari air mazinya. Kini aku melutut betul di celahan kakinya yang telah aku kangkangkan. Jari2 tangan kiri aku terus bermain2 di sekitar underwear Ana sementara jari2 tangan kanan aku pula mengelus2 lembut ke bahagian pangkal peha hingga ke hujung kaki kirinya. Ana terus membiarkan saja perlakuan aku itu sambil matanya tetap terus terpejam keenakan.
By_lanmaxtremesblog
480 notes · View notes
nalza73 · 1 year
Text
KaK LiaH
Ianya bermula semasa aku berumur 20 tahun. Semasa itu aku masih dalam menjalani perkhidmatan negara. Ketika itu, aku baru saja habis berkerja dan terus pulang ke rumah. Sampai sahaja di bawah block, aku bertemu dengan kak Liah yang berumur 38 tahun. Dia seorang janda yang tinggal di sebelah rumah aku. Kak liah mempunyai sepotong badan yang seksi dengan mempunyai dua belah tetek yang besar dan tegang. Bontot kak Liah sangat bulat dan sederhana besarnya. Aku jadi tidak menentu bila melihat potongan yang indah ini. Apalagi, setelah melihat potongan badan kak Liah, butoh aku terus berdiri dengan tegap.
Aku mempunyai butoh yang agak besar dan keras, lebih kurang 8 inch. Kak Liah dapat merasakan kelainnan dari diri aku dan sempat ia melihat butoh aku yang sedang tegang dan menolak-nolak seluar tentera yang aku pakai. Aku pun senyum dengan muka merah apabila kak Liah melihat sinar mataku.
Anyway, akupun tegur dia dan bertanya dari mana dan hendak ke mana. Kak Liah memberi tahu yang ia baru pulang dari kerja dan sangat kepenatan. Kami pun sama-sama naik lift untuk ke rumah masing-masing. Sampai saja di pintu aku terus ketuk berkali-kali. Sementara itu kak Liah sudah pun masuk ke dalam rumah, tinggal aku yang masih lagi ketuk pintu. Setelah 10 minit menunggu, aku bercadang untuk tumpang saja di rumah kak Liah sehingga keluarga aku pulang. Lagi pun, aku masih ingin melihat potongan kak Liah yang montok itu.
Apalagi aku terus ke rumah kak Liah dan terus ketuk. Lebih kurang 5 minit, kak liah pun buka pintu. Aku amat terkejut apabila melihat kak Liah hanya menutupi badan dia dengan sehelai tuala kecil. Ianya sangat kecil sehingga aku dapat lihat kebesaran dan keputihan kedua bukit kecil kak Liah itu. Peha kak liah sangat gebu dan sejuk mata memandang.
Aku beritahu kak Liah yang keluarga aku keluar dan tidak ada orang di dalam untuk buka pintu dan beritahu dia yang aku ingin menumpang di rumahnya. Dengan senyum ia menjemput aku masuk dan tutup pintu. Kak Liah suruh aku duduk di sofa sementara ia membuat air kopi. Aku dapat melihat kak liah dengan sahaja memasuki dapur dengan berjalan mengelek gelekkan bontotnya yang padat. Dengan itu butoh aku terus tegang dengan gagah.
Aku merasa sangat susah hendak duduk diam, lantas aku ikut kak Liah ke dapur. Aku berdiri di pintu sambil berbual-bual dengan kak Liah. Sementara itu pula mata aku tidak pernah lepas dari melihat bontot dan teteknya yang cantik itu. Butoh aku terus tegang dan aku dapat merasakan yang kak Liah sedang jeling-jeling ke arah seluar tentera aku yang sedang mengembang besar akibat dari ketegangan butoh aku itu.
Kak Liah tahu yang aku sedang melihat tubuh badannya. Tapi dia bersahaja aje berjalan ulang alik di depan aku. Kadang-kadang dengan sengaja ia membongkokkan badan untuk mengambil sesuatu supaya tuala yang ia pakai akan terselak naik hingga ke pangkal bontot. Apa lagi, terbeliak biji mata aku bila melihat bulu hitam yang lebat di pukinya. Aku juga boleh nampak dengan jelasnya lubang puki kak Liah yang merekah tersenyum.
Kak Liah melihat mata aku tertumpu tajam pada pukinya yang sedang basah menggeluarkan air maninya yang sungguh lazat. Dengan tak tunggu-tunggu lagi, aku terus mendekati kak Liah dan terus benamkan muka aku di pukinya yang sedang tunggeng tunggeng. Dengan lahapnya aku jilat di sekeliling puki itu sambil menggigit-gigit bibir merekah di situ. Kak Liah menjerit- jerit kesedapan sambil mendorong aku menjilat dengan lebih pantas. Air maninya tak henti-henti keluar dari lubang pukinya. Namun habis air puki kak Liah aku minum. Sementara lidah aku pula tak henti-henti keluar masuk di sekeliling puki.
Tak lama kemudian dengan ganas pula aku menarik tuala kak Liah dan melontarkannya ke atas meja. Maka berdirilah kak Liah di situ dengan keadaan bertelanjang bogel. Aku membawa dia ke meja dan menyuruh dia baring meniarap sementara aku menjilat kedua puki dan jubornya yang lazat itu. Kak liah merengik-rengik kesedapan, “ah…! aah…! Sedap sayang…! Ah.. oh.. oh…!” Begitulah bunyi yang keluar dari mulutnya.
Setelah puas menbaham puki kak Liah, aku terus junamkan mulut ku kepada kedua teteknya yang tegang itu. Sementara aku hisap tetek kak Liah, jari tangan kanan aku terus mengentil-gentil biji kelentiknya dengan enak. Tangan kak Liah terus mencari sasaran yang ia idamkan dengan membuka baju dan seluar tentera yang aku pakai.
Apabila tangan kak Liah dah dapat apa yang ia cari, ia meramas-ramas dengan kemas supaya ia tidak terlepas dari gengamman. Naik syok butoh aku bila kak Liah goncang turun naik dengan berkata “keras…! Besar…! Panjang…! Sedap… panas.. oh.. ah…!!! Kak Liah dah tak sabar lagi dan terus ia tarik butoh aku ke mulutnya. Dijilatnya disekeliling kepala butuh aku. Sekali-kali ia memasukkan semua butoh aku ke dalam mulutnya. Aku tak sangka yang kak Liah pandai sunggoh dengan permainnan karaoka ataupun oral sex. Aku lantas terus naik ke atas kak Liah dengan posisi 69 dan kami masing masing menikmatinya sehingga puas.
Setelah enak merasa kesedapan, kak Liah suruh aku memasukkan butoh aku yang besar keras ke dalam pukinya yang sudah berair lecak itu. Kaki kak Liah aku kangkangkan dan kakinya aku letak di atas bahu aku. Sementara butoh besar aku tu dihalakan ke arah puki dan mengosok-gosokkan kepalanya di sekeliling bibir.
“Ah…. ah…! Sedap sayang…! Cepat sayang…! Oh… sedap…! Cepatlah masukkan ke dalam puki. Kak Liah sedang gatal sangat ni…! Kak nak rasa sangat butoh besar kamu tu.” Kata rayunya itu amatlah membangkitkan nafsu berahi aku. Maka dengan geramnya aku junamkan keseluruh butoh aku ke dalam puki kak Liah. Sambil itu jari aku pula bermain-main di lubang jubor dia. Sambil aku pam butoh keluar masuk ke dalam puki kak Liah, sambil itu jugalah aku masukkan jari aku ke dalam lubang jubornya.
Kak Liah meronta kesedapan sambil menjerit, “Oh… oh…! Oh.. ah.. sedap….! Sedap sayang….! Oh sunggoh besar butoh kamu ni sehingga terasa di ulu hati kak Liah…!” Aku dengan ganasnya pam keluar masuk dengan kuat sambil jari aku terus bermain di jubornya. Terpekik kesedapan kak Liah apabila air maninya keluar membasahi butoh aku. Lalu aku suruh kak Liah pusing tunggeng doggie stail, supaya aku dapat junam butoh aku dari arah belakang pula. Sambil itu aku dapat penumpuan yang lebih baik pada bontot kak Liah yang padat itu.
Aku sondol dan aku hayunkan berkali-kali butoh aku keluar masuk ke puki kak Liah sambil memuji-muji kesedapan pukinya. Sedang kami kesedapan menghenjutkan persetubuhan, aku dengan tidak segajanya terbenamkan butoh aku masuk ke dalam lubang jubor kak Liah. Apa lagi… tepekiklah kak Liah kesakitan kerana belum pernah ada butoh yang memasuki jubornya itu. Kena kena pulak tu dirasmikan oleh butoh aku yang bersais besar…!
Aku pun pamlah dengan perlahan-lahan supaya kak Liah dapat menikmati kesedapannya. Aku memang tak berhajat nak cabut keluar butoh aku walaupun sudah tersalah masuk. Apatah lagi apabila aku rasakan lubang jubor kak Liah sungguh sedap rasanya. Setelah keluar masuk beberapa minit, barulah kak Liah rasa sedap. Dia mula menggelek-gelekkan bontotnya dengan keadaan lubang jubornya yang sedang kena tikam dengan butoh aku . Punyalah sedap aku rasakan bila kak Liah buat begitu. Semakin kemas butoh aku terbenam di situ.
Sambil itu jemari tangan kak Liah bermain dengan buah pelir aku. Berdenyut denyut butuh aku dilimpahi kenikmatannya. Tindakkan kak Liah itu telah mengheret hawa nafsu aku sampai ke kemuncaknya. Aku pun lepaskanlah segala air mani ke dalam lubang jubor kak Liah. Sambil itu jari-jari aku meramas-ramas tetek kak Liah dengan kuat dan ganas. Kak Liah meronta-ronta kesedapan bila dia merasakan air mani aku mula mengalir masuk ke dalam jubornya.
Kami sama-sama kepenatan lalu baring bogel bersama-sama. Kak Liah mengucapkan terima kasih kerana aku telah memenuhi tuntuan hawa nafsunya. Dia mempelawa aku supaya datang lagi ke rumahnya pada bila-bila masa saja. Menurut kak Liah sudah 5 tahun dia tidak merasa butoh di dalam pukinya setelah kematian suami dulu. Tambahnya lagi bahawa akulah teruna pertama yang telah menikmati tubuh badannya sejak sekian lama.
Setelah adengan itu, aku selalu ke rumah kak Liah apabila ada masa lapang dan kadang-kadang aku tidur di sana. Berbagai stye telah kami lakukan dan kak Liah pun mula pakai pakaian seksi apabila aku bersama dia.
968 notes · View notes
0852-5874-6006 (WA), Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purbalingga
Tumblr media
0852-5874-6006 (WA), Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purbalingga
Langsung ORDER KLIK WA http://wa.me/6285258746006 , Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purbalingga, Kitchen Set Bawah Meja Dapur Purbalingga, Kitchen Set Taco Purbalingga, Kitchen Set Taco Purwokerto, Kitchen Set Tempat Sendok Pemalang, Kitchen Set Tempat Sendok Pekalongan, Kitchen Set Tempat Sendok Purbalingga, Kitchen Set Tempat Sendok Purwokerto, Kitchen Set Tempat Bumbu Pemalang
Mencari furniture set berkualitas tinggi untuk rumah, kantor atau toko Anda? Al-Fatih Interior adalah pilihan terbaik untuk Anda.
Kami dapat memproduksi furniture set dengan cepat dan efisien. Tim profesional kami akan memastikan bahwa pemasangan furniture set dilakukan dengan benar dan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Berikut daftar produk kami :
Kitchen Set
2. Lemari Pakaian, Lemari Tangga
3. Backdrop TV, Lemari TV
4. Partisi Ruangan, Skat Ruangan
5. Ranjang
6. Minibar
7. Meja Rias
8. Meja Kerja Kantor, Meja Rapat Kantor
9. Meja Laboratorium
10. Rak Display Toko, Lemari Display Toko
11. Meja Kasir, Meja Resepsionis
Jangan ragu untuk mengunjungi kami atau menghubungi kami untuk informasi lebih lanjut tentang produk dan layanan kami. Kami siap membantu Anda.
AL FATIH INTERIOR
Info : WA 0852-5874-6006
#KitchenSetBawahMejaDapurPurbalingga, #KitchenSetBawahMejaDapurPurbalingga, #KitchenSetTacoPurbalingga, #KitchenSetTacoPurwokerto, #KitchenSetTempatSendokPemalang, #KitchenSetTempatSendokPekalongan, #KitchenSetTempatSendokPurbalingga, #KitchenSetTempatSendokPurwokerto, #KitchenSetTempatBumbuPemalang
0 notes
dekoruma · 7 months
Link
Dekoruma.net ~ Banyak dari kita punya dapur yang kecil, dan beberapa dari kita bahkan tidak punya ruang makan dan berarti bahwa ruang makan.
0 notes
loboosecandy · 5 months
Text
Main dengan Mak Sedara
Cerita Lucah
Hujan yang turun mencurah-curah sejak setengah jam tadi masih tiada tanda-tanda akan berhenti. Hati Ramlah semakin resah gelisah. Sesekali dia menjeling ke arah jam meja yang terletak di atas almari soleknya. "Alamak, baru pukul 10.30, patutlah mata aku belum mau mengantuk" getus hati kecilnya. Dia lalu mencapai bantal dan menarik rapat ketubuhnya yang mula merasakan kedinginan hawa malam itu. Perlahan-lahan dia membaringkan tubuhnya keatas katil. Bukannya dia tak biasa tinggal sendirian, terutama selepas berpisah dengan suaminya dua tahun lalu, tetapi suasana malam ini begitu berlainan sekali. Sejak dari petang tadi perasaanya menjadi tidak menentu. Nafsu kewanitaannya benar-benar memuncak hingga menyebabkan setiap perbuatannya sentiasa tidak menjadi. 
Fikirannya mula melayang-layang mengenangkan saat-saat bahgia bersama bekas suaminya, Budin. Walaupun tubuh Budin agak kecil tetapi tenaga dan permainan batinnya ternyata begitu ! hebat sekali. Katil itulah yang menjadi saksi aksi-aksi ghairah antara mereka berdua sewaktu melayarkan bahtera asmara. Senyuman kepuasan senantiasa bermain dibibirnya setiap kali selesai berasmara. Namun begitu rumahtangga yang terbina lebih 10 tahun itu roboh juga akhirnya. Bukan berpunca darinya dan dia sendiripun tidak pula menyalahkan Budin. Semuanya angkara sikap ibu mertuanya yang sering campurtangan dan mengongkong hidup keluarganya. Hinggakan setiap sen perbelanjaan harian pun menjadi perkiraan mertuanya. Sikap itulah yang membuatkan Ramlah begitu tertekan dan akhirnya bertindak nekad untuk menuntut cerai. Walaupun Budin begitu keberatan sekali tetapi atas desakan ibunya menyebabkan mereka terpisah. Namun begitu hubungan Ramlah dan bekas suaminya masih baik terutama dalam soal penjagaan tiga orang anak mereka. Setiap minggu mereka akan bergilir-gilir menjaga anak-anak. 
Memang ramai yang berminat untuk mengambilnya sebagai teman hidup, bukan sahaja duda dan orang bujang malah suami orang pun ada yang tergila-gilakannya. Tetapi entah mengapa hingga hari ini pintu hatinya masih belum terbuka untuk mengakhiri gelaran jandanya. Mungkin dia masih tercari-cari seorang lelaki yang kalaupun tidak lebih cukup jika dapat menyamai kehebatan Budin. tentang nafkah zahir memang tiada masalah baginya. Setiap bulan Budin tetap akan menghantar duit belanja hariannya. Untuk mengisi masa lapangnya dan menambah pendapatan, dia berniaga kain secara kecil-kecilan dari rumah kerumah. Kehangatan bantal yang dipeluknya kemas sejak tadi semakin menambah gelora batinnya.
Tangannya perlahan-lahan menarik bucu bantal itu dan mengeselkan keatas permukaan tundunnya yang masih ditutupi kain batik yang dipakainya. Peristiwa yang berlaku dan menyebabkan gelojak batinnya memuncak siang tadi mula terbayang kembali di ruang matanya. Memang tidak disangkanya dia akan menyaksikan perkara itu. Tengahari tadi dia kerumah Cikgu Linda untuk mengutip duit bayaran kain yang dibeli sebelum perkahwinannya bulan lepas. Puas dia memberi salam tetapi langsung tiada jawapan. Namun dia pasti Cikgu Linda ada kerana kereta suaminya terletak di garaj dan kipas angin di ruangtamu berpusing dengan ligatnya. "Mungkin mereka ada di belakang agaknya" hatinya mula meneka. Perlahan-lahan dia melangkah kebahagian belakang rumah. Sesekali dia terdengar seperti ada suara orang berbisik-bisik perlahan. Semakin dia menghampiri tingkap dapur rumah itu! suara tadi semakin jelas kedengaran. 
Mahu sahaja dia melangkah meninggalkan rumah tersebut tetapi ada dorongan halus dari dalam dirinya untuk melihat apa sebenarnya yang berlaku ketika itu. Setelah memastikan tiada siapa yang melihatnya, Ramlah mula merapati tingkap dapur yang sedikit terbuka itu. Debaran didadanya semkin terasa. Berderau darah panasnya menyirap kemuka apabila matanya terpandangkan apa yang sedang berlaku didalam rumah itu. Bungkusan kain yang di pegangnya hampir sahaja terlepas jatuh ke tanah. Dari sudut dia berdiri itu ternampak dengan jelas tubuh Cikgu Linda tanpa seurat benang sedang menonggeng di tepi meja makan. Kaki kirinya diangkat ke atas sementara badannya ditundukkan sehingga kedua-dua buah dadanya hampir menyentuh permukaan meja itu. Ramlah dapat melihat dengan jelas alur burit Cikgu Linda yang sedikit terbuka sedang basah dengan air mazinya. Perhatian Ramlah kini beralih pada tubuh suami Cikgu Linda yang sedan! g berdiri sambil mengusap-usap batang pelirya sendiri. Tangan! Ramlah mula menggigil perlahan bila menatap tubuh sasa lelaki itu. Badannya gelap sedikit dan dada, tangan dan pehanya terdapat bulu-bulu roma yang tebal. Dengar kata orang suami Cikgu Linda itu berketurunan India Muslim.
Tanpa disedari Ramlah terteguk liurnya sendiri apabila biji matanya terpaku pada batang pelir lelaki itu yang sedang mengeras pada tahap maksima. Inilah pertama kali dia melihat pelir lelaki sebesar itu iaitu hampir menyamai saiz hujung lengannya. Panjangnya juga memang luar biasa dan pada anggarannya hampir 8 inci. "Ish..cepatlah bang, lama dah Lin tunggu ni...kang masuk angin...naiyaa" terdengar suara Cikgu Linda merengek manja sambil menjeling kearah suaminya. "Ok..ok..nak tambah pelicin ni...nanti sayang sakit pulak..." balas suaminya sambil mula menggeselkan kepala takuknya kecelah alur burit isterinya itu. Kedua tangan kasarnya mencengkam bontot tonggek Cikgu Linda dan menolaknya ke atas. Serentak itu dia mula menekan perlahan-lahan batang pelirnya masuk kedalam lubang burit yang setia menanti itu. Cikgu Linda mula mengerang dengan agak kuat.
Kepalanya terangkat ke atas sambil kedua tangannya memaut kuat birai meja makan itu. Matanya terpejam rapat sambil gigi atasnya menggigit bibir bawahnya. Mukanya yang putih itu jelas kelihatan kemerah-merahan menahan asakan pelir yang besar itu. " Err..boleh masuk lagi tak?" tanya suaminya inginkan kepastian setelah melihat Cikgu Linda tercungap-cungap. "Banyak lagi ke..?" dia bertanya kembali sa! mbil menoleh kearah suaminya. "Emm...dalam 2 inci lagi.." "Haa..2 inci..errr..abang hayun dululah...dah senak perut Lin ni rasanya..." Cikgu Linda berkata dengan suara yang tersekat-sekat. Tanpa berlengah lagi suaminya pun memulakan gerakan sorong tarik batang pelirnya. 
Tangannya mula mencari dan meramas-ramas kedua buah dada isterinya itu. Suara keluhan kenikmatan kedua insan itu semakin kuat kedengaran. Semakin lama pergerakan itu menjadi semakin kuat dan laju hinggakan meja makan itu mula bergegar. Tetapi sepasang insan yang sedang kemaruk asmara itu langsung tidak mengendahkannya. "Bang...masuk habis bang...Lin dah nak pancut ni...laju bang.." tanpa segan silu Cikgu Linda bersuara dengan agak kuat. Serentak itu hayunan tubuh suaminya semakin kencang hinggakan meja itu bergegar dengan kuatnya. Tiba-tiba sebiji gelas yang berada di atas meja itu tumbang dan bergolek. Suami Cikgu Linda cuba mencapainya tetapi tak berjaya dan gelas itu jatuh berkecai di a! tas lantai.
Bunyi itu menyebabkan Ramlah tersentak dan h! ampir terjerit. Mujurlah dia dapat menahannya. Dengan muka yang merah menahan malu Ramlah lalu bergegas meninggalkan rumah itu. Bunyi deruan hujan yang masih mencurah membuatkan fikiran Ramlah tambah celaru. Gelora batinnya semakin menjadi-jadi. Hatinya mula nekad untuk memuaskan nafsunya malam ini walau cara mana sekali pun. Tangannya menarik simpulan kain batiknya sehingga terburai. Seluar dalamnya di lorotkan sehingga kehujung kaki. Jejarinya mula menyentuh dan menggosok-gosok biji kelentitnya sendiri. Ramlah memejamkan matanya dan mula membayangkan memek muka Cikgu Linda sewaktu disetubuhi suaminya tadi. 
Begitulah juga agaknya keadaan dirinya jika pelir raksaksa itu terbenam dalam lubang buritnya. Dia mula menjolok jari hantunya kedalam alur buritnya yang telah hampir kebanjiran air mazinya. Terasa lelehan air itu mengalir suam kecelah lubang duburnya. Nafsunya semakin membara. Kedua lututnya dibengkokkan sambil membuka pehanya seluas mungkin. Dengusan nafasnya semakin kencang. Gerakan jarinya semakin laju meneroka setiap sudut gua kenikmatannya! . Bontot lebarnya digerakan keatas dan kebawah menahan kenikmatan. Bila-bila masa sahaja dia akan sampai kekemuncak kenikmatan yang sangat diharap-harapkannya itu. Malangnya saat-saat itu rupanya tidak menjadi kenyataan. Sayup-sayup di luar kedengaran suara orang memberi salam dan memanggil-manggil namanya. "Arghhh!!! ....celaka mana pulaklah yang datang malam-malam ni..." mulutnya membebel melepaskan rasa yang terbuku di kalbunya. Pantas dia bingkas bangun dan menyarungkan kain batiknya.
Sambil membetulkan rambut dia melangkah lesu menuju ke muka pintu. "Hah ..kamu Zakuan...ingatkan siapa...apahal malam-malam buta ni?" dia bersuara sedikit terkejut sebaik-baik sahaja daun pintu itu di bukanya. Tubuh anak saudaranya yang basah kuyup dan menggigil kesejukan itu ditatapnya sedikit kehairanan. Zakuan adalah anak kepada abang sulungnya yang tinggal kira-kira 2 km dari rumahnya. "Errr...Mak su dah tidur ke?...Maaflah menganggu...Wan dari rumah kawan tadi...nak balik, tapi hujan lebat sangat...ingat nak tumpang tidur kat sini aje..." jawab pemuda berusia 16 tahun itu sambil terketar-ketar menahan kesejukan. "Hah..itulah kamu, dah tau hujanpun nak melepak lagi...dah..dah..masuk..salin pakaian kamu tu.." katanya sambil melebarkan bukaan daun pintu itu. Dia melangkah masuk kebilik dan seketika kemudian keluar bersama sehelai kain tuala. "Lap badan tu dan salin baju ni...nanti Mak Su buatkan air" katanya sedikit lembut sambil menghulurkan kain pelikat dan baju. Sambil membancuh kopi Ramlah sem! pat menjeling ke arah Zakuan yang pada ketika itu hanya memakai tuala kecil dan sedang menyikat rambutnya. 
Keinginan batinnya perlahan-lahan mula bergelora kembali. Hasutan nalurinya semakin mengabui akal fikiranya. Ramlah mula mengatur stratiji untuk menggoda anak saudaranya itu. Dua butang teratas bajunya dibuka. Dia menuggu sehingga Zakuan selesai berpakaian dan duduk diatas sofa sebelum keluar membawa kopi itu. Semasa meletakan cawan diatas meja kecil dihadapan Zakuan sengaja dia menundukkan badannya sehingga kedua-dua buah dadanya tanpa coli itu terpampang jelas. Hatinya berdetik gembira apabila melihat mata Zakuan hampir terbelalak memandang ke arah dadanya. Dia duduk rapat betul-betul disebelah anak saudaranya itu. "Kalau Wan sejuk...marilah peluk Mak Su.." katanya lembut sambil memegang tangan Zakuan dan meletakkan di atas pahanya. Zakuan tidak membantah tetapi memandang mukanya dengan wajah yang kehairanan. Perlahan-lahan dia mula menggesel-geselkan dada montoknya p! ada lengan pemuda itu. Paha Zakuan diurutnya lembut. 
Semakin ! lama semakin ke atas dan akhirnya menyentuh batang pelir Zakuan. "Eh..Mak Su...err..kenapa ni.." pemuda itu bertanya penuh kehairanan sambil menahan tangan ibu saudaranya dari bertindak lebih jauh. "Ala..Wan..kali ni Wan mesti tolong Mak Su...betul-betul tak tahan ni..." tanpa segan silu Ramlah terus memujuk rayu Zakuan. Baju tidurnya diselak hingga mendedahkan buah dada montoknya. "Emm...Wan peganglah...ramas-ramas sikit" katanya manja sambil memegang tangan Zakuan dan meletakan pada bonjolan dadanya. "Tapi Mak Su...Wan tak biasa macamni...." sedaya upaya dia cuba mengelak dengan kejadian yang tidak disangka-sangka itu. "Kalau macamtu biar Mak Su aje yang buatkan...Wan duduk diam-diam ya..". Ramlah masih tidak mahu mengalah.
Gelojak nafsunya kini sudah memuncak ketahap maksimum. Hatinya benar-benar nekad untuk memuaskan tuntutan berahinya walau apa pun yang akan terjadi. Debaran didadanya semakin kencang dan dia dapat merasakan alur buritnya kembali berair. Kain pelikat Zakuan diselaknya hingga ke pangkal paha. Dengan penuh nafsu pelir Zakuan yang masih lagi terlentuk kecut itu di ramas dan dikocoknya lembut. Riak gembira mula terbayang di wajahnya apabila batang pelir anak muda itu mula mengeras perlahan-lahan. 
Zakuan mula bersiut-siut menahan kegelian apabila buat pertama kali batang pelirnya dibelai tangan seorang wanita. Tangannya semakin berani meramas dan menggentel puting buah dada Ramlah. Ramlah semakin tenggelam dilanda keghairahan. Akal fikirannya telah seratus peratus dikuasai nafsu. Kawrasannya hilang sama sekali. Apabila merasakan Zakuan sudah teransang, dia lantas bangun sambil menanggalkan bajunya. Kain batiknya turut dilucutkan hinggga mendedahkan keseluruhan tubuhnya dihadapan anak saudaranya itu. Senyuman terukir dibibirnya bila memerhatikan biji mata Zakuan terpaku tak berkelip mem! andang buritnya yang tembam dicelah paha gebunya itu. Tanpa membuang masa dia terus melutut di antara paha Zakuan. Kain pelikat yang masih terikat dipinggang itu disingkapnya hingga ke perut Zakuan. Zakuan mula mengerang kecil apabila Ramlah mula menghisap dan menyonyot batang pelirnya.
"Ah..oh...geli Mak Su...ah...ahh..." bebelan dari mulut pemuda itu semakin kuat. Erangan Zakuan itu membuatkan Ramlah tidak lagi berupaya menahan nafsunya. "Wan jaga ya...Mak Su dak nak masukkan ni...tak tahan lagi dah" katanya sambil mengangkang diatas paha pemuda itu. Sebelah tangannya memegang batang pelir Zakuan dan mengarahkan pada belahan lubang buritnya. "Ah..ah...ishhh..." Ramlah mengeluh panjang apabila merasakan batang pelir anak saudaranya itu menerjah masuk lantas mengakhiri penantiannya setelah sekian lama. Zakuan juga semakin kuat mengerang.
Sesekali tubuhnya tergigil seperti terkena kejutan eletrik. Ramlah semakin rakus bertindak sementara Zakuan sedaya upaya cuma untuk b! ertahan. Bontot lebarnya semakin laju diangkat dan dihenyak s! ambil otot-otot buritnya dikerah sekuat tenaga menyonyot batang pelir Zakuan. "Arghh...Wan...ah...Mak Su dah nak pancut...argh...argh..." katanya sambil menarik kepala Zakuan kearah buah dadanya yang terbuai-buai itu. Dia kini menekan bontotnya hingga pelir zakuan terbenam rapat hingga ke pangkalnya. Pinggangnya digerakkan kekiri dan kanan dengan lajunya. Ramlah kini betul - betul seperti orang yang kehilangan akal. 
"Argh..argh..argh.......arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....."Ramlah melepaskan keluhan kenikmatan yang panjang apabila saat-saat yang ditunggunya itu akhirnya tiba jua. Tubuh Zakuan dipeluknya sekuat hati hinggakan pemuda itu tercungap-cungap kelemasan. Selepas seketika dan kemuncak ghairahnya semakin reda, Ramlah melepaskan pelukannya. "Emm...lega Mak Su...eh kamu ni kenapa tersengih aje...err..dah keluar air ke?" Zakuan tidak menjawab tetapi hanya mengangguk lemah. "Haa...dah keluar??...habis tu kamu pancut kat dalam ke???...alamak...matilah aku.." Ramlah hampir terjerit membuatkan Zakuan terpinga-pinga kehairanan. "Eii..kenapa kamu tak cakap dah nak pancut...habislah macamni" 
Ramlah bingkas bangun dengan pantasnya. "Mak Su yang ganas sangat...manalah saya tahan.." kata Zakuan dengan suara perlahan. Ramlah tidak menoleh lagi dan terus berlari kebilik air dalam keadaan masih bertelanjang bulat. Zakuan mengesat lelehan air maninya yang bercampur air Ramlah yang masih meleleh di pangkal pahanya. Sesekali dia menggaru-garu kepala kehairanan melihat gelagat ibu saudaranya itu. 
"Tadi dia yang beria-ia nak...habis tu marahkan orang pulak...apahalnya ntah..." Zakuan berkat! a-kata perlahan sambil membaringkan tubuhnya ke atas sofa itu.
Back to posts
Comments:
[2015-08-26] mr horny:
Untuk aweks2, bini org n janda yg gersang and sporting jer boleh add i kat wechat. Budak skolah x payah ya... wechat id mr_horny
Post a comment
Name:
Comment:
61 | 1581 | 3683 | 2546399
CERITA BASAH
Cerita Sex Lucah
ROGOL
Cerita XXX
Melayu XXX
Cerita Melayu Boleh XXX
Cerita Erotis Melayu
Melayu Boleh
Cerita Stim
Cerita Syok
Sumber Cerita
Cerita Lesbian
© 2013 - 2019 Cerita Lucah Melayu
 
You must participate in user exchange!
162 notes · View notes
korekhussinn · 1 year
Text
Nama aku zain.. Aku dah lama minat dengan kakak kawan aku ni.. Nama kawan aku ni, Mail.. Kalau korang nak tau, kakak Mail ni cantik gile.. Kulit putih gebu, kulit licin.. Kulit muka dia tegang je.. Xde pun bintik2 jerawat.. Yang paling aku suke, potongan badan dia.. Perggggghhhh.. Slim n menghairahkan setiap lelaki yang memandang.. Payudara dia, besar, tegang, mantap, montok… ape lagi… bak kata orang sekali pandang, berdiri tegak adik dalam seluar tu.. Hehehe.. Bila aku datang rumah Mail ni, aku selalu curi2 pandang kakak dia.. Kakak dia ni plak, kalau kat rumah suka pakai seluar pendek yang ketat dengan baju t-shirt putih ketat sehingga macam nak terjojol kuar tetek dia yang besar tu.. Cuba korang bayangkan, kalau korang yang tengok?? Mesti stim kan?? Camtulah juga dengan aku.. Cam nak meletup rasa adik aku dalam seluar ni bila tengok kakak si Mail ni kat rumah..
Sejak dari itu, aku pasang keinginan nak cuba goda kakak Mail, sampai aku dapat jelajah seluruh tubuh dia yang mantap dan cantik tu..biasanya setiap hujung minggu, aku keluar dengan Mail lepak2 kat bandar seremban.. Entah macam mana satu ari tu, Mail ade hal pulak dengan makwe dia nak teman makwe pegi kolej makwe dia kat bangi.. So dia suruh aku tunggu kat rumah dia sebab dia hanya pergi kejab je.. Kebetulan, waktu tu pula, mak ayah Mail balik kampung kejab melawat atuk Mail yang tinggal sorang kat kampung.. Aku pun pergi lah ke rumah Mail sepertimana yang di janjikan.. Sampai je di rumah Mail, aku hanya tunggu diluar.. Maklumlah.. Rasa seganlah pulak nak masuk sebab Mail xde kat rumah.. Dalam lebih kurang setengah jam aku duduk di luar pagar rumah Mail, tiba-tiba, kakak Mail keluar buang sampah dengan seluar pendek ketat dan baju singlet putih.. Kakak Mail menegur aku dan memberitahu Mail xde kat rumah, dia pergi bangi.. Aku hanya mengangguk dan memberitahu Mail suruh aku datang tunggu di rumah.. Kakak Mail mengangguk..
Kakak menjemput aku masuk.. “kat luar panas.. Kat dalam boleh minum air”.. Kate kakak Mail sambil tersenyum.. Aku hanya pandang dia dan tersenyum.. Dalam pemikiran aku, kakak ni nak bagi aku air dia ke?? Hehehehe.. Aku tergelak kecil sambil berjalan masuk ke rumah Mail..sampai di dalam rumah, kakak Mail menjemput aku duduk dan minta aku tunggu sebentar, nanti dia hidangkan air.. Aku pun duduklah kat sofa.. Agak lama gak kakak Mail di dapur.. Aku rasa boring.. Aku terpandang satu buku di atas meja yang terbuka.. Aku ambil buku tu dan aku belek-belek buku tu.. Tajuk buku tu, permata yang hilang.. Aku selak-selak setiap muka surat buku tu sehinggalah aku terjumpa satu tajuk yang berkaitan dengan posisi seks.. Aku baca bab tu..
Tengah-tengah aku syok membaca buku tu, tiba-tiba kakak Mail datang tegur aku.. “ha.. Tu dah tegak dah tu, camne nak kendurkan tu??”.. Aku terperanjat dan terus tutup buku tu.. Aku pun x sedar batang aku tegak terpacak masa baca buku tu.. Kakak bawa air oren sejuk untuk aku.. Aku minta maaf kat kakak sebab baca buku tu tanpa minta izin.. Kakak ketawa.. Aku pun tersenyum pelik.. “napa kakak ketawa pulak??” Kakak masih ketawa.. Dia cakap, ” xkan baru baca buku dah tegak macam tiang?? Besar pulak tu.. Sampai timbul kat seluar..”.. Aku hanya diam dan tertunduk malu.. Tiba akak bersuara, “boleh akak tengok zain punya?? Akak tengok konek zain cam besar je.. Boleh x akak nak tengok?? ” aku terdiam x tau nak cakap ape..
Kakak Mail bangun duduk kat sebelah aku.. Aku terhidu wangian tubuh kakak Mail yang menggoda jiwa aku.. X pasal-pasal adik aku tegak semula dalam seluar.. Kakak tersenyum dan berkate,”eehh.. Baru duduk kat sebelah, dah tegak semula?? Belum pegang lagi ni.. ” aku terdiam x tau nak buat ape.. Kakak Mail tanpa segan silu maraba batang aku.. ” besar batang zain ni.. Mesti sedap ni..” Aku mengangguk dan tersenyum.. Kakak Mail menyuruh aku bangun berdiri di depannya.. Kakak Mail buka seluar aku dan melondehkannya kebawah.. Nah!! Terselahlah batang aku yang dah tegak terpacak kat depan kakak Mail sebab aku x gemar pakai spender.. Kakak Mail menggosok-menggosok batang aku sambil berkate, “besar juga batang zain ye.. Akak suka orang batang besar ni.. Akak nak hisab boleh x??”.. Aku hanya mengganguk tanda setuju..
Sape yang nak menolak kalau perempuan cantik nak hisab batang kite.. Betul x?? Hehehe.. Kakak Mail menghisab batang aku perlahan-lahan.. Perlahan-lahan kakak mengerakkan kepalanya kedepan ke belakang.. Mulut kakak Mail terasa panas.. Aku mengeliat kesedapan.. Sesekali dia menjilat kepala batang aku yang membesar seperti cendawan busut.. Yang paling aku rasa sedap bila kakak Mail menghisab buah zakar aku dan menjilat bawah buah zakar aku.. Perrrrgggg.. Sedap betul aku rasa.. Lama gak kakak Mail hisab batang aku.. Sampai lenguh lah aku berdiri.. Dah macam orang makan aiskrim pun ade aku tengok akak Mail hisap batang aku..
Kesedapan tu, x dapat aku nak bayang kan.. Makin lama, cara kak Mail hisab makin rakus.. Makin laju kepala dia bergerak menghisab batang aku.. Aku rasa semakin mengilu dan rasa seperti nak terpancut.. ” kak, saya dah nak terkeluar ni”.. Akak seperti x menghiraukan kate2 aku, sebaliknya dia makin melajukan pergerakkan kepalanya menghisab batang aku.. Aku dah x tertahan.. Aku lepaskan juga air mani aku dalam mulut kakak Mail.. Kakak Mail menelan kesemua air mani aku.. Macam nak jatuh terduduk aku rasa.. Rasa puas gile.. Kakak tersenyum melihat aku..” Puas x dah pancut??”.. Aku senyum mengangguk.. Kakak memberitahu aku, batang aku besar, panjang, kuat dan tahan lama.. X macam batang pakwe dia.. Kecik, pendek dan cepat pancut.. Baru hisab xsampai 5 minit, dah pancut.. Aku tersenyum bangga..
Aku duduk melutut depan kakak Mail.. Perlahan-lahan, aku cuba meraba tetek kakak Mail yang besar, montok dan mantap yang membonjol di sebalik baju tanpa memakai bra.. Kakak Mail hanya diam dan tersenyum melihat gelagat aku.. Aku ramas perlahan-lahan tetek kakak Mail.. Sekejab je batang aku dah tegak semula.. Dengan lembut kakak memegang batang aku dan menggosoknya pelahan-lahan.. Aku cuba menbuka baju kakak Mail.. Perrggg.. Macam buah betik muda.. Besar, tegang, mantap dan montok.. Aku ramas-ramas tetek kakak Mail..
Tumblr media
Aku tengok puting dia dan semakin menegang keras.. Kakak Mail menolak kepala aku ke teteknya.. Aku jilat keliling tetek dia kiri dan kanan.. Selepas itu, aku baringkan kakak di atas sofa.. Aku hisab tetek kakak Mail dengan rakus.. Aku gigit-gigit puting dia.. “”aaarrrrggggghhhhh!!!”” kakak Mail terjerit kecil.. Aku bangun dan menanggalkan seluar pendek ketat kakak Mail.. Rupa-rupanya kakak Mail pun x pakai sperder.. Kakak Mail dah terlanjang bulat di depan aku.. Sekujur tubuh yang seksi, gebu dan cantik yang aku idam-idamkan selamani dah ade di depan aku.. Aku membuka baju aku.. Dengan perlahan-lahan aku menindih kakak Mail dan mencium mulutnya.. Kakak Mail menyambut ciuman aku dengan lemah lembut..
Kami bermain lidah.. Aku menghisab lidah dan bibir kakak Mail.. Dari bibir, aku tukar mencium pipinya dan terus turun mencium leher kakak Mail.. Aku gigit dan cuba hisab-hisab di leher kakak.. Tiba-tiba kakak bersuara, ” zain.. Jangan buat love bit.. Nanti kantoi pulak..” Aku hanya diam dan terus menjilat leher kakak.. Aku turun mencium dada dan terus menghisab tetek kakak.. Aku hisab dan gigit-gigit tetek kakak puas2.. Merah2 lah sekeliling tetek dia.. Dah puas hisab tetek kakak Mail, aku jilat perut dia dan terus turun ke celah kelengkang dia.. Kakak membuka luas-luas kelengkangnya.. Aku cuba gentel-gentel biji kakak.. “aaaarrrggghhhh.. Sedap zain..”” aku tersenyum.. Aku turunkan muka aku ke pantat kakak dan terus menjilat puas-puas.. Akak mengerang kesedapan.. Aku masukkan jari aku dalam lubang pantat kakak Mail dan menggosok-gosok sambil mencari g-spot dia.. Cara ni sebenarnya aku terbaca dalam buku tadi.. Hehehe.. Sambil-sambil tu, aku menghisab dan menjilat biji dia.. aaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhhhhhh!!!!! Sedapnya zain.. Sedap sangat.. Aarrrgghhh… aarrgghhh… ” akak mengerang kesedapan.. Aku pun ape lagi, makin rakuslah menghisab biji dia dan menjolok-jolokkan jari aku dalam pantat dia.. Akak menjerit semakin kuat..”Aaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh!!!!… aaaaaaarrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhh!!!!!……” akak meramas2 kepala aku sampai aku rasa cam nak tercabut je kulit kepala aku.. Aku x hiraukan jeritan kak Mail.. Aku jilat puas-puas sambil jari aku masih lagi menjolok pantat dia.. Aku dapat rasakan nafas kakak Mail makin laju dan makin kencang.. “zain.. Akak x tahan dah ni.. Akak x boleh tahan.. Rasa nak terkeluar ni..” Aku maikn rakus menjilat biji dia.. Tiba-tiba akak menjerit..”Aaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrgggggggghhhhhhh!!”.. Terpancut kuar air kepuasan dia.. Macam air pancut.. First time aku tengok.. Basah muka aku.. Aku tersenyum tengok kakak.. Matanya kuyu.. Dia terkulai kepuasan.. Tapi batang aku masih tegak..
Aku kangkangkan lagi kakak, perlahan-lahan aku masukkan batang aku dalam pantat kakak Mail.. “aaarrrrrgggghhhh!!!.. Sakit zain.. Besar sangat ko punya.. Perlahan-lahan zain..”.. Aku tersenyum.. Aku tolak perlahan-lahan batang aku masuk sedikit demi sedikit kedalam lubang faraj kakak Mail.. Ketat gile.. Macam orang x pernah buat.. Bila dah masuk setengah batang aku, aku terus tujah kuat masukkan habis batang aku dalam faraj yang sempit tu.. “aaaarrrrrggggghhhhh!!!… akak menjerit kesakitan.. Aku releks dulu sambil mencium mulut dan leher kakak Mail.. Nafas kakak Mail dah mula turun naik..”Cepatlah zain.. Enjutlah.. Akak x sabar nak rasa kehebatan batang zain..”.. Aku tersenyum..
Aku goyang perlahan-lahan bontot aku.. “aaarrrrrgggghhhh.. Sedap zain.. Batang zain memang sedap.. Lagi zain.. Laju lagi zain..”.. Aku pun malajukan dayungan aku sambil mencium leher dan mulut kakak.. “aaarrrrrgggghhh… aaaarrrrggghhh… aaaarrrgggghhhh.. Sedapnya zain.. Akak x tahan.. Akak x kuat zain.. Nak terkuar lagi ni… aaaaaaaarrrrrrrgggghhhh!!!!.. Akak klimak sekali lagi.. Aku masih teruskan dayungan aku.. Bila rasa penat, aku bangunkan kakak dalam posisi duduk di atas riba aku.. Dengan cara ni, akak mengerang lebih kuat.. Aku hisab tetek kakak sambil aku membantu dia mengenjutkan punggungnya..
“aaaaarrrrrgggghhh.. Aaarrrggghhhh… aaarrrgggghhhh.. Sedap zain.. Sedapnya batang zain.. ” aku goyangkan laju2 pungung aku dan punggung akak.. Akak mengerang semakin kuat.. Aaaaarrrrgggghhhh… lagi zain.. Lagi… laju lagi…” .. Mendengar kate2 tu, aku terus membaringkan semula kakak dan menggoyangkan laju-laju punggung aku.. Akak menjerit kuat.. “aaaaaarrrrgggghhhh… sedapnya zain.., pancut dalam ye zain.. Jangan tarik kuar..”.. Akak cam tau je aku dah rasa cam nak terpancut.. Aku lajukan lagi dayungan aku.. Akak menjerit lagi.. “zzzzaaaaaiiinnnn!!!Akak nak kuar lagi.. Laju lagi zain..”” aku pun menjawab.. ” saya pun rasa nak pancut kak..”..”Pancut dalam zain.. Akak dah nak terkuar ni.. Aaarrrrrhhhgggggg!!!..” Akak klimaks sekali lagi.. Xlama lepas tu pun aku klimaks.. Banyak gak air mani aku tumpah dalam pantat kakak Mail.. Aku jatuh terlentok atas dada kakak.. “terima kasih ye zain.. Kakak puas sangat..
Batang zain besar, panjang, kuat.. Memang best.. Akak puas.. X pernah rasa puas camni masa main dengan pakwe akak.. Nanti ade masa kita main lagi.. K.. Jom bangun mandi sebelum Mail balik.. Kami mandi sama.. Masa mandi, aku hisab puas-puas tetek kakak..
Tumblr media
Setengah jam selepas kami siap mandi, Mail pun sampai kat rumah.. Ade juga Mail tegur, “napa basah sofa ni kak??”.. Aku jawab, ” aku tertumpahkan air tadi.. Nak ambik majalah bawah meja, tersinggul jag air.. Tertumpah kene kat atas sofa..”.. Mail menganguk dan tersenyum.. Aku dan kakak hanya tersenyum.. Sejak dari itu, aku selalu juga jumpa kakak di hotel tempat kakak bekerja.. Orang check out, aku n kakak pula tukang sambung checkin free.. Hehehehehe… kalau korang nak tau, sekarang kakak tu dah jadi isteri aku.. So hari2 lah aku dapat tubuh dia.. Pagi petang siang dan malam.. Hehehehe…
711 notes · View notes
rosariumtale · 3 months
Text
Mencintai tak sebatas pada kalimat 'aku cinta padamu'; Ia bisa menjelma masakan Ibu yang setiap pagi terhidang di meja dapur untukmu.
68 notes · View notes
fluffskizeu · 11 months
Text
Littles (2)
Littles (1)
Tampaknya Chan sudah lebih segar ketimbang kekasihnya yang masih terduduk di ranjang kamar, entah kejadian mendadak hari ini membuat otaknya berjalan lambat.
Setelah membereskan kekacauan di kasurnya, ia melangkah ke luar kamar. Pria bermata kecil itu terlihat bercanda gurau dengan dua keponakan perempuannya yang sudah duduk rapi di meja makan.
Perhatiannya teralih saat matanya bertemu dengan si gadis yang memperhatikannya diam.
“Uh, they can eat this right? I found it there”
Laki-laki itu menunjuk pada tas kecil yang ditinggal kakak perempuannya tadi, gadis itu kemudian mengangguk dan ikut duduk bersama gadis-gadis kecil itu.
Memperhatikan cara bicara Chan yang otomatis berubah ketika berbicara dengan keponakannya. Intonasinya lebih pelan dan.. menarik? Lucu.
Hatinya juga sedikit lega melihat interaksi hangat si kembar dengan pria itu. Bahkan Chan tak segan menadahkan tangannya untuk Anne yang tidak sengaja menggigit bawang yang tidak disukainya.
He’s a lot more than she knows.
“Watching you like this makes me feel like they’re your nieces, not mine” she joked.
“Hmm? What do you expect me be like?”
Tanya balik Chan, yang dijawab dengan gelengan kecil membuat pria itu tertawa.
“Sorry for bothering your rest, you girls too— say sorry to him for barging the room”
Kedua anak-anak itu melihat ke arah Chan yang langsung merubah ekspresinya.
“Na-na-nahh.. Babe I told you it’s okay, it’s fine- no need to say sorry or else I will be..”
Sengaja membuat nada bicaranya panjang membuat kedua anak kecil itu ikut memperhatikan menunggu apa yang akan ia lanjutkan.
“Be what?” Anna said.
“I’ll be angry if you say sorry- not your fault! I’ll be more than happy if you come visit us often!”
Lanjutnya beriringan dengan senyum sumringahnya yang membuat keduanya tergelak. Jauh beda dengan reaksi kekasihnya yang masih terdiam.
Chan mendekat ke arahnya dan sedikit membungkuk di belakang bangku gadisnya, berbisik sesuatu padanya.
“Don’t worry too much okay? I swear I’m not annoyed at all, they’re all happy and having fun here - that’s what matters okay?”
— Cup
He pecked her cheek when none of the girls were paying attention, busy joking with each other while eating their breakkie.
Mata perempuan itu terbelalak dan reflek menepuk pipi Chan di sampingnya, membuat laki-laki itu tertawa geli.
Entah bagaimana cara kekasihnya membuat hari yang dikiranya akan runyam karena suasana tak biasa di rumahnya berubah menjadi tenang.
Ketiganya sedang menonton serius acara anak-anak yang diputar di layar televisi di ruang tamu. Hatinya lega belum ada kekacauan selain suara-suara tadi pagi, ia melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan rumah.
Ia tidak lagi terheran bagaimana kedua anak kembar itu terlihat nyaman dengan orang asing yang baru menemui mereka hari ini.
It’s Chan, her Chan.
Kepalanya sekilas menoleh pada Anne yang entah sejak kapan duduk di pangkuan laki-laki itu, sementara Anna bersandar pada lengan besarnya, matanya masih tak lepas dari tayangan di depan.
Pria itu memainkan rambut lembut Anne di depannya, sesekali mendekatkan hidungnya untuk mencium wangi lembut dari shampoo yang dipakainya. Tangannya mencoba menyilang-nyilang beberapa helai rambut yang ada dipegangannya. Mencoba untuk mengepang.
Pandangan si gadis tak bisa terlepas dari pemandangan hangat itu, Chan tersenyum dan tertawa sendiri yang berkali-kali gagal membentuk kepangan, sementara kedua anak itu masih tak bergeming.
She chuckled to herself, cute.
Dan tentu saja, bukan saudara kalau sehari tidak bertengkar. Seperti sekarang contohnya, perempuan itu buru-buru berlari dari dapur ke arah ruang tamu.
“I wanna play with the doll!”
“I have it first!!”
Keduanya sama-sama meninggikan suara, memegang ujung-ujung boneka mencengkramnya dengan kuat dengan tangan kecilnya.
Baru saja ingin melangkah mendekat, Chan tiba-tiba keluar dari kamar yang nampaknya baru saja selesai mandi. Segera mendekat pada tempat kejadian perkara.
Ia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan kedua anak itu. Ikut memegang boneka yang diperebutkan mereka.
“Okay-okay, no doll if you both keep screaming to each other. Anna, did you play with it first or your sister did?” He questioned, the situation got more tense because Chan changed the way he spoke.
One of the sisters sobs as she pointed to her sister.
“Okay then, Anne can play with the doll for 10 minutes and give it to Anna, if you still want to play with the doll you could wait 10 minutes until Anna finished her turn, does that sound okay?”
Anna shook her head disagreed, tears began to spill streaming down her cheeks.
“I want it now… “
Chan shook his head, giving the doll to Anne and picked Anna up on his arms, taking her inside the bedroom where the aunt also followed to see the situation.
Chan memeluk gadis kecil itu membiarkannya menangis sesugukan, menenggelamkan wajahnya yang memanas pada pundak Chan sementara pria itu mengelus dan mengusap punggung kecilnya. Kekasihnya menatap pria itu dengan ekspresi bingung, bingung bagaimana menenangkannya.
Sementara pria itu mengangguk kecil padanya pertanda ia sudah tahu apa yang akan ia lakukan.
Lima menit berjalan akhirnya tangis sesugukannya reda, berani menghadap pria besar di depannya yang sigap menghapus jejak air matanya dengan ibu jarinya.
“Hey.. you know.. It’s five minutes more until your turn.. wanna watch something so you can watch while waiting?”
She nodded with a red face and unstable breath, while he kept rubbing in circles on her tiny back to calm her down.
Suasana kembali terkontrol berkat Chan.
Tak terasa pagi berganti malam, padahal kekasihnya bukan tipe yang akan tidur terlalu pagi. Seperti sekarang di jam 8 malam, lampu kamar sudah mati. Pria itu tidur di kasur tambahan yang di letaknya di samping kasur utama yang memuat kedua gadis kecil dan gadisnya.
Keduanya berada di samping kanan kiri tantenya, tentu mereka tidak akan langsung tertidur, ada saja pertanyaan-pertanyaan aneh yang keluar dari mulut kecil itu. Kalau dirinya tak bisa menjawab, maka Chan akan tiba-tiba membuka mulutnya dan mengarang untuk menjawab.
Setelah perempuan itu membacakan tiga cerita pengantar tidur, akhirnya tidak ada lagi suara atau pertanyaan aneh yang terdengar.
“Chan.. are you asleep?” She whispered.
“Not yet”
Gadis itu perlahan merangkak untuk berpindah. Berusaha meminimalisirkan guncangan agar tidak membangunkan si kembar.
Chan yang peka pun menggeser sesikit posisinya agar kekasihnya bisa menyelipkan dirinya dekat dengannya. Ia meraba wajah pria itu yang membuatnya tertawa kecil, menjangkau pipinya lalu mencium bibirnya di tengah gelapnya kamar.
He giggled.
“Thankyou for helping me today, didn’t know I could survive this day”
Pria itu melingkarkan tangannya pada pinggang gadisnya membawanya tubuhnya mendekat.
“Sorry for taking your rest day” she sighed.
“It’s so much refreshing rather than sleeping all day you know?” He joked and kissing her cheek.
“I swear you’re going to be a good dad”
“So do you, you’re going to be a good mom I believe”
“They listened to you well”
“Uhumm”
Gadis itu bangun pagi lebih awal untuk menyiapkan keperluan kedua keponakannya sebelum mereka terbangun, ibunya akan menjemput pagi ini juga. Mungkin setelah jam sarapan.
Setengah jam berlalu, ia kembali ke dalam kamar di mana semuanya masih tertidur termasuk Chan, padahal sinar matahari juga sudah menyeruak masuk dari gordennya.
Entah sejak kapan kedua gadis itu berpindah, bersandar pada lengan Chan yang dijadikan bantal dengan mata masih terpejam, bahkan Anne memeluk tubuh yang berkali-kali lipat lebih besar darinya dari samping, memeluknya seperti guling membuat kakinya berada di atas perut Chan.
Couldn’t help herself to not take some photos to capture this warm moment that warmth her heart.
Lalu ia mendekat dan mengecup bibir Chan, membuatnya perlahan tersadar dari alam mimpi lalu kebingungan dengan situasi ini.
“Oh..Gosh..Since when they—“
“Don’t know baby hahaha wake them up for breakfast okay? You too get up”
“Hey-hey- princesses time to wake up! Breakfast is ready! Heard your mom gonna pick you up”
Perlahan keduanya terbangun tapi masih belum mau berpindah posisi, yang membuat Chan gemas dan menggelitik keduanya membuat kamar itu dipenuhi suara tawa mereka.
Sampai akhirnya kakak perempuannya kembali berkunjung untuk menjemput, terlihat juga Chan yang langsung akrab menyapa sementara perempuan itu hanya mendengarkan dari dapur.
“I think he’s ready for twins”
Tidak tahu sejak kapan atau darimana tiba-tiba kakaknya bercanda dibaliknya, dan tertawa kecil. Ia menunjuk ke ruang sebelah yang bisa dilihat dari dapur di mana ketiganya sedang fokus menonton sesuatu dengan Chan yang ada di tengah memegang ponselnya.
“He’s so sweet to the kids hm? I think you both couldn’t wait it for too long now?”
She teased and laughed.
Her sister wasn’t wrong, she could see it too, Chan is a good dad material, at least that’s what she has seen for a full day.
26 notes · View notes
lanmaxtremesblog · 5 months
Text
Salmah
Berapa” Tanya Salmah kepada penjual ayam.
“Sepuluh ringgit saja” jawab taukeh ayam.
Salmah menghulurkan duit sepuluh ringgit dan berlalu dengan membimbit beg plastik yang
berisi ayam. Ketika berpusing , Salmah terlanggar seseorang lalu terjatuh plastik ayamnya.
Salmah tunduk mengambil ayamnya di atas simen market. Pada ketika yang sama seorang lelaki
turut tunduk untuk menolongnya memungut beg plastiknya.
“Maafkan saya” sapa lelaki tersebut.
Salmah mengangkat mukanya.
“Abang Din” Sahut Salmah.
Lelaki tu cuma tersenyum.
Mereka sama-sama berdiri.
“Abang dari mana ni?”Tanya Salmah.
“Mari kita berbual ditempat lain” Lelaki berkenaan berpusing dan diikuti oleh Salmah.
Fikiran Salmah bercelaru.   Abang Din yang sedang diikutinya ini adalah bekas “pengurus”
nya
semasa “bekerja” di ibu kota dulu.  “Kontrak”nya semasa dia bekerja dulu,dia akan
dibenarkan berhenti bekerja setelah berumur 35 tahun dan sekarang Salmah sudah berumur 38
tahun.  Bererti dia telah berhenti bekerja dengan Abang Din 3 tahun dulu.
Mereka sampai di warong makan dan memilih untuk duduk di bawah payong yang terjauh
daripada
orang lain. Abang Din terus tersenyum merenung Salmah yang duduk di hadapannya.
“Macam mana abang Din boleh sampai ke sini?” Tanya Salmah.
“Kau masih cantik macam dulu jugak Salmah…… kau buat apa sekarang?” Tanya abang Din.
“Biasalah bang ..balik kampung kena kerja cara kampung.  Mah  menjahit baju di rumah.
Cara
Kampung bang…nak cari rezeki yang halal”
Abang Din cuma tersenyum.”Udahlah Mah ,jangan cakap fasal halal haram… kita ni nak hidup.
Abang datang ni pun fasal  cari makan juga ini….Mah pun tahu kan.”
“Mah tahu bang….. lapan tahun bang… Mah kerja dengan abang”
Suasana senyap seketika.
“Kau dah kawin ke Mah”
Salmah cuma senyum sinis.  “ Siapa nakkan Mah ni bang…Mah pun tak berani nak terima kalau
ada orang minat pun…Mah takut orang tahu kerja Mah dulu tu…kut-kut ada antara mereka yang
pernah melanggan Mah dulu.  Rioh sekampung”
“Takkan ada kat dalam kampung ni”
“Mana tahu bang…..Mah sendiri pun mana ingat siapa yang melanggan Mah atau tidak…..
Kadang-kadang Mah rasa macam kenal saja, apatah lagi kalau orang tu asyik senyum kat Mah”
“Apa kata kalau hari ini kau ikut aku ke Bandar” Pintas Abang Din.
“Buat apa bang…abang nak suruh Mah buat kerja tu lagi ke?”
“Tidaklah gitu…. Abangkan manusia yang pegang pada janji…Ha… abang dah lepaskan kau dulu…
maka lepaslah tapi kali ini anggaplah kita ada hubungan sosial saja bukan urusniaga.”
Salmah bermenung seketika.
“Kita ke rumah Mah dululah bang…kat rumah mah tu pun bukannya ada orang…. biar Mah
tukar baju dan hantar ayam ni dulu”
“Elok juga lain kali boleh aku ke rumah kau pulak”Jawab abang Din sambil bangun.  Dia
meninggalkan wang di atas meja sebagai bayaran minuman yang mereka minum.
“Hah Dol kau pun ada?” tanya Salmah pada Dol yang sedang menanti di kereta.
“Hai Kak …lama tak jumpa”  Salmah masuk dalam kereta di tempat duduk belakang.
“kau kerja dengan abang Din lagi” Tanya Salmah kepada Dol.
“Alah Kak……. Abang Din ni baik…dia jaga saya dari kecik lagi..lagi pun saya dapat
apa yang saya suka kalau kerja dengan abang Din ni..heh……” sambil tergelak.
Salmah fahamlah tu apa yang dia suka tu.   Perempuan lah apa lagi.  Sekarang ni budak Dol
ni merupakan orang kanan Abang Din lah..Body-guard  sesuai dengan badannya yang besar dan
sasa.
Abang Din cuma tersengeh.
“Arah mana kak?”tanya Dol.
“Kau jalan terus..sampai simpang sana kau belok kiri”  Kereta proton Perdana menderu
menyusuk ke dalam kampung.  Melalui kawasan sawah dan dusun.    Rumah di sini masih lagi
jauh-jauh antara satu sama lain.  Dengan berlatar belakangkan banjaran bukit, kawasan
perkampungan ini sungguh tenang.
“Masuklah bang…Dol….”Salmah terus ke dapur menyimpan ayam yang dibelinya ke dalam
peti ais lalu terus menuangkan air teh sejuk yang sedia ada dalam peti ais ke dalam gelas
lalu di bawa keluar.
Abang Din berdiri dipintu memerhati keadaan sekeliling kampung.   Memang rumah Salmah ni
jauh dari rumah orang.  Dol duduk bersandar di sofa.    Mata Dol tajam menerjah ke dalam
bukaan baju Salmah yang menyerlahkan sebahagian dari buah dadanya apabila Salmah
menghidangkan air.
“Akak ni masih cantik macam dulu” Puji Dol.
“Aku pun kata begitu jugak tadi… kadang kala menyesal aku lepaskan dia dulu….. hilang
perigi mas aku”
“Abang dengan Dol ni sama saja…kalau nakkan barang orang tu asyik memuji sajalah tu.
Mah rasa perkataan abang dengan Dol ni sama saja untuk semua ayam abang yang kat bandar
tu… jemput minum bang” Sambil melabuhkan ponggongnya yang bulat ke atas sofa.
Abang Din turut duduk di sofa dan Dol menghirup air yang dihidangkan.
“Yang abang beria-ia mengajak Mah ke bandar tu buat apa?”
Sambil meletakkan gelas minuman Abang Din bersandar semula.
“Aku sebenarnya rindukan kau ni….bila aku berjumpa dengan kau tadi”
“Maksud abang… abang nak pakai Mah?”
“Aku tahu kau memang cepat faham….hah…..” sambil tergelak.
“A.. a.. kak…. Dol pun rindukan akak”
Salmah faham benar mengenai nafsu serakah manusia berdua ini.  Sebenarnya dia sendiri pun
macam terpanggil apabila bertembung dengan abang Din tadi.   Memang dah tiga tahun dia
tidak merasa balak sejak “bersara” dari perkhidmatannya dengan Abang Din.
“Takpayahlah ke bandar bang….. kat sini saja lah” sambut Imah.
Bulat mata Abang Din dan Dol.  “Boleh ke Mah?” tanya Abang Din.
“Abang nak sekarang ke?” tanya Salmah.
“Kalau boleh apa salahnya…adik aku dalam seluar ni pun rasa macam garang je ni”
“Dah gian lah tu” Gurau Salmah sambil bangun berjalan ke pintu.  Sampai di pintu dia
menoleh ke arah Dol.
“Dol masukkan kereta ke belakang rumah” Pinta Salmah.
Dol bergegas bangun dan turun tangga.  Salmah terus memerhati dipintu.
“Abang tak nak mandi dulu ke?” tanya Salmah lagi.
“Lepas nantilah mandi”  Abang Din dah mula membuka bajunya.
“Lamanya si Dol “ Salmah bagaikan tak sabar.
Tiba-tiba Dol menjengah di sisi rumah “ Hah bawak kasut tu naik ke dalam”
Dol mengikut dan Salmah masih memerhati ke sekitar jalan ke rumahnya. Memang lengang
tidak kelihatan seorang manusia pun yang ada.  Setelah puas hatinya yang tidak ada
orang yang akan datang ke rumahnya Salmah menutup pintu rumah.
Apabila dia menoleh ke belakang sudah bersedia dua lelaki yang dulunya sentiasa
menjamah tubuhnya  tak tentu masa dalam keadaan semula jadi tanpa seurat benang lagi.
“Emm cepatnya”  Sambil memegang tangan lelaki berdua tu ke dalam bilik.
Esah mengayuh basikalnya perlahan-lahan di atas batas padi.  Bimbang takut terjatuh
pula ke dalam sawah yang kebetulan sedang penuh dengan air dan padi yang baru di tanam.
Janda muda ni membimbit beg plastik yang berisi kain yang baru dibelinya di bandar.  Dia
perlu ke rumah Salmah untuk menjahit baju dengan cepat memandangkan dua hari lagi dia akan
menghadiri kenduri kawannya di kampung sebelah.  Kalau dia terjatuh bererti habislah
kotor kain yang baru dibelinya tu.
“Auhhhhhhh bangggg nikmatnyaaaaaaa!!!!!!”Keluh Salmah.  Balak Abang Din menikam
tenggelam dalam cipap Salmah yang tidak pernah diterokai sesiapa dalam masa 3 tahun ini.
Rindu dan giannya pada balak lelaki tidak terkata lagi.Kalau dulu semasa dia
menyundal dapat merasakan berbagai jenis balak berkali-kali dalam sehari tetapi
selepas balik ke kampung perigi cipapnya menjadi kering kontang terbiar tidak diusik
sesiapa.
Abang Din mula menyorong tarik dengan tenang.  Sebagai bapak ayam dia cukup mahir untuk
memuaskan nafsu perempuan.  Dia tahu walaupun perempuan yang dijaganya mendapat balak
daripada pelanggannya setiap hari tetapi mereka tetap menanti balaknya untuk
mendapatkan kepuasan sebenar dalam seks.  Kebanyakan pelanggan mementingkan diri ‘
sendiri,mereka mementingkan kepuasan diri dan hanya menggunakan sahaja perempuan yang
meraka sewa tanpa mengambil kira  kepuasan pasangannya.  Bagi kebanyakan pelanggan,
perempuan yang mereka sewa hanyalah alat untuk memuaskan nafsu mereka bukan untuk
keseronokan bersama.
Esah menyorong basikalnya masuk ke lorong rumah Salmah.  Hatinya terasa keciwa
apabila melihat pintu rumah Salmah tertutup,namun apabila melihat tingkapnya terbuka
dia gagahkan hati untuk mencuba,  kalau-kalau Salmah ada di dapur.  Sabaik sahaja hampir
dengan tangga Esah membuka mulut untuk memberi salam.
“Yeahhhhh banggg kuat lagiiiiiiiiii……Mah nak sampaiiiiii nieeee…… ahh.. ahhhh….
ahhhh……. aughhhhh!!!!!!”  Esah tidak jadi memanggil.Mulutnya ternganga.
Darahnya berderau. Lututnya lemah.  Dia tahu bunyi tu.  Dia boleh banyangkan
apa yang Salmah sedang lakukan.  Dia giankan bunyi tu.   Dah dua tahun dia bercerai
dengan suaminya yang merengkok di penjara kerana dadah.
Esah melangkah perlahan mencari akal.  Dia melihat keliling.  Tak ada orang.
Dia pergi ke bawah rumah Salmah. Memang bunyi Salmah mengerang menjadi-jadi.
Bunyi katil berenjut juga menjadi-jadi.  Dia merasakan cipapnya terangsang.
Dia mencari lobang untuk diintainya.Tiada.
“Ah!!!! Ah!!!!! Ahhhhh!!!!! Aaaaaaaah!!!!!! pancut bang……Mah tahan nie………
biar sampai sama-sama  haaahhhhhhhhhh auhhh!!!! yeah!!!! yeahhhh!! yeahhhh!!!!!!!!!!”
suara Salmah meninggi.
Esah terus melilau,bagai kucing jatuh anak mencari lobang untuk diintainya ke dalam
bilik Salmah. Masih juga tidak berjaya.  Kemdian terlintas satu jalan untuk dicubanya.
Dia melangkah ke dapur.  Dia perasan ada sebuah kereta besar di hadapan pintu dapur.
Perlahan-lahan dia membuka pintu dapur. Perasaannya lega apabila mendapati pintu itu
tidak berkunci.  Dia membukanya dan terus menutupnya kembali. Diletaknya plastik kain
di atas meja makan,dia berjengket-jengket menuju ke bilik tidur Salmah.
Di hadapan pintu bilik kelihatan bersepah pakaian lelaki dan pakaian Salmah sendiri.
Bagaikan seorang mata-mata gelap yang ingin menangkap seorang penjenayah dia
mendekatkan mata ke pintu bilik yang terbuka luas.
Kelihatan seorang lelaki yang berkulit hitam manis sedang menunjah balaknya yang
besar panjang dengan lajunya ke cipap Salmah yang sedang mengangkang lebar dengan
lututnya yang berlipat rapat hampir ke dadanya.  Dari kedudukannya Esah dapat
melihat balak hitang telah pun terpalit dengan cecair putih keluar dan masuh cipap Salmah.
“Ye banggggggggggg sekaranggggggg!!!!!!!!!”jerit Salmah.
Ketika itu Esah melihat cecair mani memancut keluar dari cipap Salmah setiap kali
balak hitam itu di tarik keluar.Melimpah dan meleleh turun melalui salur ke bawah
duburnya dan membentuk satu tompokan di atas cadar biru laut.  Henjutan lelaki tu
berhenti selepas beberapa ketika.   Sekali lagi air mani membuak keluar apabila
balak hitam itu dicabut keluar.  Cipap Salmah ternganga buat seketika dan air mani
terus melelah.  Salmah meluruskan kakinya dan terus terkangkang lebar.
Lelaki berkulit hitam itu bangkit. Kelihatan peluh yang bermanik di belakangnya
meleleh turun ke ponggong.  Salmah kelihatan menarik nafas panjang-panjang.
Buah dadanya yang menggunung dan mukanya kelihatan berminyak dengan peluh. Rambutnya
kelihatan tidak menentu.  Wajahnya mencerminkan kepuasan yang tidak terhingga.
Tanpa di duga kelihatan lelaki lain yang berkulit cerah  melangkah dari sudut yang
tidak dapat dilihat oleh Esah sebelum ini. Pastinya lelaki ini tadi duduk di kerusi
solek yang terlindung dari padangan Esah. Lelaki hitam tadi pula hilang dari pandangan…
tentunya duduk di kerusi solak yang diduduki oleh lelaki yang berkulit cerah ni.
Salmah kelihatan tersenyum apabila lelaki berkulit cerah melutut naik ke atas katil
diantara dua pahanya.  Mata Esah bagaikan terbeliak melihat  balak orang ini,jauh
lebih besar daripada lelaki tadi.   Hampir sembilan inci agaknya.  Bukan sahaja panjang
tetapi besar pula.
Kelihatan Salmah menarik bucu cadar dan mengelap cipapnya yang kelihatan banyak cecair
di situ.  Salmah menggenggam balak yang bakal diterimanya.  Emmm kelihatan cukup
segenggam penuh.
“Makin besar si Dol ni bang berbanding dulu” Komen Salmah.
“Dia kuat makan…latihan juga cukup..”jawab lelaki tadi dari tempat duduknya.
‘Aughhh!!!” Terkeluar suara Salmah apabila balak besar itu terus meneroka cipapnya yang
licin sampai ke pangkal.
“Ohhh…… ketatnya Kak” Keluh lelaki berkulit cerah.
Salmah terus mengangkat lututnya sekali lagi.
“Henjut Dol..henjut biar akak puas”
Dol mula menghenjut.Kelihatan cecair yang ada dalam cipap  Salmah terus meleleh keluar
setiap kali Dol menarik balaknya. keluar.
Esah merasakan cipapnya juga mengeluarkan cecair.   Salmah dah pancut berkali-kali
menyebabkan Esah yang mengendapnya juga tak tahan lagi. Dia mula membuka ikatan kain
sarong yang dipakainya lalu melangkah ke dalam bilik Salmah.  Abang Din terkejut pada
mulanya tetapi melihat perempuan yang separuh bogel melangkah masuk dia terus berdiri
dan menyambut tangan perempuan itu lalu dibawanya ke katil.
“Kak, Esah tak tahan lagi kak”
Salmah juga turut terkejut namun dia mengukir senyum sambil menganggukkan kepala kepada
Abang Din menandakan OK.  Abang Din membuka baju-T Esah dan seterusnya pakaian dalam.
Kelihatan seluar dalam merah jambu yang dipakainya basah di antara dua pahanya.  Esah
terus berbaring di sebelah Salmah dan Abang Din terus mendatanginya.
“Ouuuuuuhhhhhh!!!!!! Kak ….nikmatnyaaaaa!!!!!!” Balak Abang Din terus rapat sampai ke
pangkal.
Suara Salmah dan Esah bersahut-sahutan hingga ke tangah hari.   Mereka bergilir, mereka
bertukar, mereka mencari kepuasan demi kepuasan.    Selepas terlelap tengah hari itu,
Esah dan Salmah masuk dapur memasak ala kadar.   Selepas makan mereka sambung lagi hingga
ke petang.
Esah sampai ke rumah hampir senja.
Dua hari kemudian kelihatan Esah dengan baju baru yang dijahit oleh Salmah menaiki Proton
Perdana menuju ke ibu kota.  Salmah melambaikan tangan.  Esah membalasnya.  Umur Esah
baru 28 tahun bererti dia akan berkhidmat untuk Abang Din sebagai ayam dagingnya selama 7
tahun lagi.  Tak tahu berapa banyak balak yang akan dirasainya dan sebanyakmana pula air
mani yang akan ditadahnya.    Misi Abang Din masuk kampung mencari ayam baru nampaknya
berjaya.  Esah yang kehausan selama ini akan terubat kekosongan itu. Dan Salmah………
hanya menanti ketibaan Abang Din dan Dol sekali sekala menjenguknya di kampung.  Mengisi
periginya yang sentiasa kontang.    Mungkin…… kalau ada jodoh dia juga akan mencari
sorang suami buat teman hidup dikala tua.  Selepas tiga empat tahun, tidak seorang pun
pelanggannya akan mengingati wajahnya lagi.   Mereka semua mementingkan diri sendiri
dan manusia memang mudah lupa.
“Bila kau balik Esah?” Tanya Salmah.
“Semalam kak” Jawab Esah yang kelihatan ceria dengan blaus warna perang dan seluar slek
kemas.
Rambutnya kini di potong pendek.
“Seronok kerja dengan Abang Din?” tanya Salmah lagi sambil menuangkan air dari teko ke
dalam cawan.
“Biasalah kak, akak pun tahu kerja ni, kadang kala seronok dan kadang kala mengecewakan
tetapi terpaksa tunjuk seronok jugak…nak ambil hati pelanggan”
“Jemput minum Sah” Pelawa Salmah.” Kau tak kena orientasi ke Sah?” tanya Salmah lagi.
Hampir terbelahak Esah apabila mendengar pertanyaan tu.
“kena kak..teruk Esah dibuatnya…Esah rasa macam jalan tak betul dua tiga hari”
Salmah tersengeh mendengar cerita Esah. Dia faham benar, kalau bekerja dengan Abang Din,
setiap ayam jagaannya akan melalui orientasi tertentu. Dia masih ingat lagi, ketika dia
mula tiba di ibu kota dulu, Abang Din mengurungnya dalam bilik beberapa hari. Ketika itu
dia hanya digunakan oleh Abang Din seorang sahaja. Siang malam, tak tentu masa. Masa tu
Salmah merasakan bagai sedang berbulan madu sahaja. Tetapi pada satu malam tiba-tiba
sahaja dia didatangi oleh lima lelaki dari berbagai bangsa. Walau pun dia telah
mengetahui tentang kerjanya dari rakan-rakan yang lain tetapi dia sebenarnya tidak
menjangkakan akan didatangi oleh lelaki berbagai bangsa lima orang dalam satu masa.
Mahu tak mahu dia terpaksa melayan mereka habis-habisan sampai pagi. Leguh kangkangnya
tidak usah nak cerita. Apabila menjelang pagi, tubuhnya menjadi kain buruk, lembek
tak bermaya. Cipapnya melekit dan sentiasa melelehkan mani yang dipancutkan ke
dalammnya bertubi-tubi. Masa tulah dia kenal balak kulup, hitam cerah, besar kecik, lama
sekejap. Perkara yang paling menyakitkannya ialah apabila benggali yang ada bersamanya
malam tu melunyai
bontotnya berkali-kali, malahan dia yang terakhir meninggalkan Salmah pada pagi
itu dengan radokan bontot yang paling power sekali yang dialaminya. Apabila Abang Din
masuk biliknya Salmah masih tertiarap dengan mani meleleh dari lubang duburnya bercampur
dengan mani lain yang terus meleleh dari cipapnya di bawah ke atas tilam.
“Kau kena berapa orang Sah” tanya Salmah lagi.
Esah cuma mengangkat tangan dengan menunjukkan enam jari. Emmm enam orang lah tu.
Salmah cuma tersenyum.”Sekarang ni kau dah pandai melayan pelanggan lah ni?”
“Alah Kak…ayam baru…ramailah pelanggan….cuti ni pun Abang Din tak bagi cuti panjang.
Esok saya dah kena balik, nanti rugi perniagaan”
“Kumpulkan harta Sah…tapi jaga kesihatan….jangan lupa untuk makan makjun ke …. air akar
kayu ke… semua tu membantu menyegarkan tubuh badan….pelanggan suka…kita pun sihat”
“Abang Din pun pesan jugak..malahan dia pun turut perkenalkan saya dengan pembekal
ubat-ubatan tu”
Jauh di sebuah rumah di kaki bukit kelihatan dua lelaki separuh umur sedang berbual
di laman rumah lama ynag tersergam besar.
“Aku rasa dah sampai masanya aku kahwin semula” Sani menghembuskan asap rokok ke udara.
“Apahal pulak …tiba-tiba nak kawin ni” Tanya Kassim sambil meletakkan akhbar di atas
meja kopi dihadapannya.
“Aku rasa aku tak mahu lagi ke bandar setiap kali aku nak lepaskan gian pada perempuan.
Lagi pun anak lelaki aku pun dah besar-besar belaka kecuali Jiman saja yang masih
sekolah. Itu pun setahun dua lagi berangkatlah dia ke mana-mana tu. Masa tu tinggal
aku sorang-sorang”
“Elok juga cadangan kau tu..ada calon ke ?”
“Kau ingat tak pagi tu…perempuan yang aku tunjukkan pada kau tu…”
“Yang mana satu?”
“Alah masa kat pasar tu… dia sedang beli ayam kemudian dia terlanggar dengan seorang
lelaki”
“Ahhhh ye…aku ingat…tapi aku ingat wajah dia tu macam biasa aku tengoklah…tapi
di mana ye?”
“Dia tu duduk di hujung baruh sana, baru balik ke kampung ni….dia tu tukang jahit…janda”
“Emmm…kalau yang tu…kira OK…solid juga..aku pun berkenan”
“Maaf sikit…kalau kau nak cari yang lain…Esah tu pun janda juga…solid juga..hah kau
ambil lah dia”
“Esah dekat tali air tu?”
“Ahah… Esah mana lagi yang janda dalam kampung…kan dah dua tahun dia bercerai
sebab suaminya masuk penjara kerana dadah..aku pasti dia tu tengah gian lelaki habis punya”
“Hummmh kalau Esah tu…mana ada kat kampung ni lagi……dah hampir sebulan
berhijrah ke bandar…. aku dengar kerja kilang ke apa”
“Sapa nama perempuan tu?”
“Mengikut Pak Mat yang jaga kebun aku tu…namanya Salmah.”
“Salmah….emmmm aku rasa pernah jumpa….” Kassim terus berfikir seorang diri.
Memang mereka berdua kaki perempuan. Kalau giankan perempuan mereka akan ke bandar
melanggan mana yang patut. Namun aktiviti mereka ni tidak diketahui oleh anak-anak
mereka. Kassim dan Sani dah sepuluh tahun menduda dan nampaknya mereka seronok
dengan cara begitu sehinggalah Sani mengemukakan idea barunya untuk berkahwin.
Dua bulan kemudian Salmah berkahwin juga dengan Sani. Kassim kecewa sebab dia pasti
Salmah ni kira OK, Dia perasan yang Salmah ni cantik dan solid juga. Kecewa sebab
tidak terfikir untuk mendapatkan Salmah lebih awal dari Sani, namun dia merasakan
pernah berjumpa dengan Salmah nie. Walau pun begitu dia berharap kawan baiknya ini
tetap bahagia dengan isteri barunya. Perkahwinan ini diadakan secara ringkas. Salmah
hendakkan bagitu dan Sani pun setuju begitu. Malah anak mereka yang bekerja di bandar
Dee dan Jee hanya diberitahu melalui talipon sahaja.
Malam pertama Salmah dan Sani kecoh sikit. Malam tu hujan lebat. Jiman yang
sepatutnya di bawa oleh Kassim untuk ke bandar tidak dapat pergi. Kassim dan
Jiman terperap saja di rumah. Sani yang berharap untuk meriah dengan Salmah
terpaksa kawal keadaan.
Jiman sebenarnya faham benar perkara yang akan berlaku pada malam tu. Kebetulan
biliknya sebagai anak yang paling bongsu adalah bersebelahan dengan bilik ayahnya. Kasim
yang tidur di bilik tamu agak hampir dengan dapur dan jauh sedikit dari bilik Sani. Namun
Kassim juga tahu dan ingin lihat kelakuan kawan baiknya dengan isteri barunya.
Malam tu Salmah juga berdebar-debar untuk berhadapan dengan suami barunya. Dah
lama dia tak berdebar bila berhadapan dengan orang lelaki tetapi kali ini dia berdebar
pulak. Sani tidak menutup lampu bilik tidurnya dan dia nampaknya tidak bersungguh-sungguh
untuk menjamah Salmah.
“Kenapa tak tutup lampu bang?” tanya Salmah.
“Biarkanlah mah, abang suka dalam cerah gini” tangannya mula membuka baju tidur
Salmah.
“Kan Kassim dan Jiman ada kat luar tu” Bisik Salmah lagi namun dia terus membiarkan
Suaminya membuka pakaiannya.
“Malam ni special untuk dia orang” Jelas Sani.
“Special?” Salmah hairan.
“Ehemm biar dia orang intai kalau dia orang mahu… abang suka kalau kerja kita ni diintai
orang.”
“Peliklah abang ni” Tangan Salmah mula membelai dada Sani.
Jiman di bilik sebelah cuma memasang telinga. Air hujan yang lebat menyebabkan satu
perkara pun tidak dapat didengarinya. Dia memadamkan lampu biliknya. Dia dah sedia
lubang di dinding antara biliknya dengan bilik ayahnya. Bukan lubang baru, tapi kalau
dia hendak turun rumah …biasanya dia intai dulu ayahnya ada atau tidak dalam bilik.
Nampaknya lobang tu dah menjadi makin berfaedah pulak. Kalau tak dapat dengar …dapat
tonton lebih baik.
Sani mula menjilat cipap isterinya. Salmah membuka kangkangnya sambil tangannya membelai
kepala suaminya. Ah lamanya dia tidak merasa belaian sedemikian.
Kassim juga gelisah. Dia kenal benar rakannya Sani. Rakus dengan perempuan. Dahlah
dua bulan mereka tidak ke bandar. Sejak berangan nak kawin dulu Sani tak mahu ke
bandar lagi. Dia benar-benar kepinginkan tubuh Salmah. Nah malam ni Salmah dah jadi
miliknya. Tentu berasap ni.
Sambil terlentang dia memikirkan banyak perkara. Pertama sekarang ni kawan kaki
perempuan dia dah berubah tak mahu hidup liar lagi, kedua dia masih memikirkan tentang
Salmah… siapa perempuan ni sebab macam dia biasa benar tetapi tidak dapat dipastikan
di mana dia pernah jumpa dan ketiga, bagaimana dia nak intai kawannya malam ni.
Sani mula terlentang membiarkan Salmah urus balaknya yang mengembang. “Besarnya bang…
keras lagi” komen Salmah. Sani bangga dengan senjata yang dianugerahkan kepadanya.
Dengan senjata itu setiap perempuan yang ditidurinya puas dengan pemberiannya.
“Ohhhh emmm” keluhnya apabila Salmah mula menyonyot kepala balaknya yang berkilat.
Tangannya membelai bahu Salmah, jarinya menggosok-gosok tanda bulat merah dibahu itu.
Dia ingat benar tanda tu. Tanda kelahiran itu dia tidak akan lupa. Dia tahu siapa
Salmah. Sejak terpandang wajah Salmah hari tu dia terus teringat akan tanda merah tu.
Empat atau lima tahun dulu dia pernah menyewa perkhidmatan Salmah. Dia bawa balik
ke rumah sewaannya di satu perumahan mewah di bandar raya. Bayarannya mahal tetapi
berbaloi. Satu hari suntuk dia dan Kassim tidak kemana-mana. Mereka berdua
menggiliri Salmah sampai pagi esoknya dan Salmah melayan mereka dengan tidak
pernah menunjukkan tanda keletihan. Dia amat puas dengan layanan itu. Tidak
pernah dia menikmati layanan perempuan sebagaimana yang dilayan oleh Salmah.
Kerana itu dia ingat Salmah sampai bila-bila. Namus selepas pada itu dia tidak
lagi berkesempatan untuk ke bandaraya dan kalau ke sana pun dia tidak lagi
berjumpa dengan Salmah sehinggalah dua bulan lalu di pasar pagi itu.
“Mah abang dah tak tahan ni” Keluh Sani. Salmah naik ke atas suaminya sambil
memegang balaknya yang tegang dan kembang.
“Pusingan ni biar Mah mula dulu” sambil menurunkan tubuhnya ke atas balak
suaminya yang terpacak menanti. Cipapnya membuka untuk menerima kepala
balak yang berkilat.
“Ohhhh banggg” Keluh Salmah.
Tangan Sani memegang kiri dan kanan pinggang Salmah.
Salmah membiarkan balak suaminya terendam seketika sambil digerakkan otot
dalaman dengan usaha kemutan yang bertenaga. Matanya tepat ke mata suaminya
sambil mengukir senyum.
“OK ke bang” tanya Salmah.
“Barang Mah best…” Tangannya mula membelai buah dada Salmah yang bulat
besar dan masih lagi tegang putih melepak.
“Asalkan abang suka, Mah rasa bahagia bang”
Sani menarik isterinya supaya bertiarap di atas tubuhnya sambil mengucup
bibir mungil isterinya. Balaknya membengkok ke atas besar tersumbat dalam
cipap ketat isterinya.
Mata Jiman terbeliak melihat ponggong putih ibu tirinya dengan balak ayahnya
penuh tersumbat dalam lubang cipap yang dihiasi bulu hitam di kiri dan kanan
bukaannya. Perlahan-lahan Jima membuka kain yang di pakainya. Sambil tunduk
melihat balaknya sendiri, dia juga merasa bangga kerana balaknya juga tidak
kurang besarnya dari balak ayahnya. Mestinya kesan baka yang turun kepadanya.
Perlahan-lahan Jiaman mengurut bakanya yang sememangnya sedang sakit kerana
tarlalu tegang dengan cecair pelincir sudah pun meleleh keluar dari hujungnya.
Apabila Jiman melekatkan matanya ke lubang semula Salmah telah pun menonggang
balak ayahnya. Jelas kelihatan balak ayahnya keluar masuk dengan ibu tirinya
menegak dan melentik belakangnya sambil menghenjut.
Kassim gelisah lagi. Dia keluar dari biliknya dan berjalan ke pintu bilik
sahabatnya. Hujan diluar kian reda, bunyi bising timpaan hujan ke atas atap
rumah makin perlahan. Apabila dia sampai sahaja ke pintu bilik telinganya
telah menangkap bunyi suara Salmah yang mengerang dan mengeluh.
“Mah nak sampai ni bang…. Yeah!!!! Yeah !!!!!! emmmmmahhhhhhhhhh!!!!!!!!”
Kassim mendekatkan matanya ke lubang kunci. Jelas kelihatan Salmah sedang
naik turun di atas tubuh Sani. Pandangan dari sisi menampakkan seluruh tubuh
Salmah. Buah dada yang yang bulat dan tegang, ponggongnya yang melentik dan
perutnya yang rata. Kassim dapat melihat tubuh Salmah yang semakin laju
henjutannya dan kepalanya kian melentik ke belakang. Namun dia tidak dapat
melihat balak kawanya dan cipap Salmah. Perlahan-lahan Kassim juga meramas
balaknya sendiri yang keras macam paku terlekat di dinding dari atas kain
pelikat yang dipakainya.
“Ahhhhhh!!!!!!!!!!!! Banggggggggg!!!!!!!!!!!” suara Salmah bagaikan menjerit.
Mata Kassim terus kembali semula ke lubang kunci. Kelihatan Salmah tertiarap
diatas badan Sani. Mereka berkucupan dan tiba-tiba mata Kassim membuka luas.
Dia dapat melihat tanda merah di bahu Salmah. Dia ingat siapa Salmah sebenarnya
dengan jelas sekarang. Tiba-tiba tangannya meramas balaknya dengan kuat dan air
maninya tiba-tiba terpancut di dalam kain pelikat dengan derasnya. Das demi das.
Dia menggigit bibir takut terkeluar sebarang bunyi dari mulutnya sendiri. Sekali
lagi dia merapatkan mata ke lobang kunci. Kelihatan Sani menaiki tubuh Salmah dan
mula menghenjut.
Perlahan-lahan Kassim berundur dengan kainnya basah melekit dengan maninya sendiri.
Malam bagi Sani masih awal, dia boleh berjuang sampai lima atau enam kali dalam satu
malam tetapi bagi Kassim tiada gunanya dia menunggu dilubang kunci. Langkahnya
membawanya ke bilik tidurnya. Salmah….dia ingat benar sekarang.
Dibilik sebelah bilik pengantin Jiman juga dah tak berdaya untuk berdiri. Dia dah
pancut dua kali ke dinding. Dengan hujan yang telah berhenti biar fantasinya
mengambil alih pandangannya. Dia berbaring di atas katil bujangnya dengan ulikan
suara erangan dan keluhan ibu tirinya yang cantik sedang berjuang lautan asmara
dengan ayahnya yang perkasa.
“Bang kita tutup lampu bang” cadang Salmah.
“Biarlah Salmah…..abang suka tengok wajah ayu Salmah”
“Ohhhh banggggg……..hayun bang hayunnnn Mah tahan nieee” malam terus merangkak
berlalu namun bagi Salmah dan Sani semua itu tak penting lagiii. Mereka terus
belayar dari satu pelabuhan ke satu pelabuhan lain..
Salmah kelemasan.  Selepas makan pagi tadi suaminya dan Kassim menariknya ke
dalam bilik dan sekali lagi mereka melunyai tubuhnya. Bergilir-gilir dan
setiap rongga yang ada pada tubuhnya digunakan sepenuhnya sehingga masing-masing
tidak berdaya lagi.  Perlahan-lahan dia menolak tubuh Kasim yang hampir terlena
di atas tubuhnya ke tepi.    Di sebelahnya, kelihatan suaminya turut tertidur.
Terlentok macam anak kecil.
Salmah terlentang dengan kangkangnya masih luas.  Merenung ke siling rumah.
Sebentar kemudian terdengar Kassim juga berdengkur.   Matanya juga turut merasa
berat, maklumlah dia juga tidak cukup tidur sejak malam tadi. Malam pertamanya
dengan suami barunya ini Sani.  Pagi pulak selepas Jiman ke sekolah, dia masih
lagi melayan kehendak suaminya yang turut mahu dia melayan sahabat karibnya,
abang Kasim.  Kebingungan dengan kehendak suaminya yang menyerahkan tubuhnya
kepada orang lain pada hari kedua perkahwinannya menyebabkan Salmah  hanyut
dengan pemikirannya dan terus terlena.
Jiman menaiki motosikalnya melintasi batas padi.  Jalan in jarang dia lalui
sebab sempit dan tidak melalui kawasan kedai.  Dia selalunya lepak seketika
di kedai dengan Jusoh dan Komis atau Maniam sambil minum atau merokok dalam
kedai makan  Mamak Hameed.  Disitu kawasan yang selamat dari pandangan dan
Mamak Hameed pun sporting tidak tegur kalau dia merokok.  Kalau kedai  Joyah
ke atau kedai Ketua Kampung, mampus dia kena marah oleh bapanya sebab mereka
akan melaporkan perbuatan merokoknya kepada bapa.   Bukanlah ketagih sangat
merokok tu tapi saja ikut perangai kawan .  Saja suka-suka.  Tak merokok pun
tak mati.
Keluar dari jalan atas batas padi dia tiba di kawasan rumah Mak Usu yang
kelihatan kosong dan tertutup. Dia berhentikan motosikalnya memerhati rumah
tersebut.   Sekarang Mak Usu dah jadi Mak tirinya.  Pernah juga sebelum ni
dia melihat Mak Usu semasa dia berulang alik balik dari sekolah namun dia
tak pernah tengur.  Memang Mak Usu cantik menyebabkan dia  tidak puas untuk
terus merenung tubuhnya kalau berselisih dalam perjalanan atau ketika dia
sedang menyapu halaman namun dia tidak ada keperluan untuk bertegur sapa.
Mak Usu pun baru setahun dua ni saja  duduk di rumahnya di kampung ni.
Dalam memerhati rumah tersebut kedengaran bunyi bising di kawasan belakang rumah.
Jiman pun menongkat motornya dan terus berkejar ke belakang rumah.  Dia lihat Seman,
budak penagih sedang cuba membuka pintu dapur rumah.
“Oi kau buat apa tu hah Seman” jerkah Jiman.
Seman terkejut dan terus melarikan diri.  Jiman tersenyum.  Nasib baik dia ada
kalau tidak habis rumah Mak Usu.  Tidak ramai budak menagih di kampungnya tetapi
Seman adalah salah seorang yang terjerumus dilembah hitam ini.  Dia selalunya
bergabung dengan budak kampung seberang.  Bodoh punya kerja.
Perlahan-lahan Jiman menghidupkan motorsikalnya dan menuju pulang.  Perutnya
pun dah keroncong.  Apabila sampai ke rumah Jiman menongkat motorsikalnya di
bawah pokok manggis.  Dia lihat seluruh kawasan rumahnya lengang macam tak ada
orang, namun kereta bapanya dan Pakcik Kasim masih di bawah rumah.  Tidak mahu
mengganggu dia masuk ikut pintu dapur.  Dia faham benar bapa dan Mak Usunya tu
orang baru.  Entah apa yang sedang dibuatnya, Jiman bukan tak tahu.  Bukan tak
syok tapi takut mereka segan pulak.
Jiman letak beg di atas almari dapur dan terus membuka saji.  Emm masih
ada nasi goreng.  Melangkah di peti ais untuk mengambil minuman kakinya
tersepak kain yang bersepah.  Dia mengeleng kepala melihat kain pelekat
dan baju tidur Mak Usu bersepah di lantai.  Jiman memungutnya dan menyangkutnya
di kerusi.  Dia terus mengambil sebotol air dari peti ais dan diletakkannya di
meja.  Dia melangkah ke singki.  Tiba-tiba dia merasa kakinya melekit.  Dia
melihat tapak kakinya basah dan licin. Dia petik gosok dengan hujung jari
telunjuknya dan dibawa ke hidung.  Sah bau air mani.  Sekali lagi dia mengelengkan
kepala. Sah Mak Usunya kena tala di singki.  Jiman senyum bersendirian.  Waktu nak
duduk sekali lagi dia ternampak tompokan air mani di atas kerusi yang hampir
nak kering.  Sekali lagi dia menyiasat dengan jarinya. Sah.
Berjalan ke singki sekali lagi membasuh tangan dia duduk di meja dan makan.
Dah tak tahan lapar.  Selesai makan nanti dia terus ke bilik. Kalau ada rezeki
dia dapat intai Mak Usu dengan bapa tengah projek lagi.
Salmah tersedar apabila merasakan buah dadanya dihisap orang.  Perlahan-lahan dia
membuka matanya.
“Emmm…Abang Kasim tak puas lagi ke? Aughhh ganaslah abang nie” Salmah  menepuk
bahu Kasim yang menggigit piting buah dadanya.
Ketika itu Sani turut terjaga.  Perlahan-lahan dia bangun dan bersandar ke kepala
katil..  Mencapai kotak rokok di atas meja lalu menyalakan sebatang dan menyedutnya
perlahan-lahan.   Salmah menyedari suaminya sudah bangun mula membelai balak suminya
yang kini benar-benar hampir dengan mukanya.  Merocoh balak suaminya dengan lembut
menyebabkan balak suaminya cepat menegang.
“Sani…boleh aku dulu?” tanya Kasim. sambil mengambil kedudukan antara paha Salmah.
Sani cuma tersenyum.
“Silakan, hari ini kau tetamu aku”
Salmah mula menjilat kepala balak suaminya.
Kasim menekan kepala balaknya ke cipap Salmah.
“Ohhhhhh emmmm” Keluh Salmah sambil terus menghisap balak suaminya.dan ponggongnya
menyuakan cipapnya ke atas sedikit bagi membolehkan balak Kasim terus rapat ke dalam.
“Ahhhhhhh ehhemmmmmmmmmmpphhhhh” Jiman mendengar suara Mak Usunya apabila dia
menghampiri biliknya.  Jalannya tiba-tiba menjadi perlahan.  Dia membuka pintu
biliknya, masuk dan menutupnya kembali dengan perlahan.   Keinginannya untuk
segera ke lubang intaiannya  cukup tinggi.  Jarak dari pintu ke tepi dinding
bagaikan terlalu jauh.  Berjengket-jengket dia dan akhirnya sampai jua ke lubang
idamannya.
“Emm best “ Jiman bercakap seorang diri.   Jelas ibu tirinya sedang mengangkang
menahan untuk bapanya. Oppps bukan, Jiman hampir tak percaya apa yang dilihatnya.
Bukan bapaknya yang menyetubuhi ibu tirinya tapi Pak Cik Kasim.  Macam mana boleh
terjadi nie.
“Tekan banggg Kasimmmm tekan dalammm yeahhhh Mah dah dekat nie” Kelihatan ibu
tirinya mengayak ponggongnya melawan setiap tusukan balak Pak Cik Kasim.
“Oh Mak Usu curang pada bapa” fikir Jiman.
Bagaimana bapanya yang tegas boleh tak ada di rumah ketika ni.  Fikiran Jiman celaru.
Rasa tak sanggup dia nak lihat kejadian disebelah.  Mak Usu yang baik padanya kini
curang pada bapanya.  Namun begitu keinginan Jiman untuk menonton adegan ghairah terus
menarik matanya untuk terus mengintai.  Tiba-tiba dia lihat di penjuru pandangan
sekonyong-konyong tubuh bapanya yang juga dalam keadaan bogel dengan balaknya yang
besar panjang mencanak keras naik ke katil.  Bulat mata Jiman.  Perasaan marah pada
Mak Usu dah bertukar menjadi ghairah yang amat sangat.   Bukan Mak Usu curang, tapi
dalam pengetahuan bapa rupanya.
“Aghhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!” Jerit mak Usu. Mata Jiman kembali ke dalam bilik bapanya.
Kelihatan Mak Usu mengelepar dan melentik-lentik badannya.  Pak Cik Kasim yang
kelihatan berminyak berpeluh  tertiarap di atas badan Mak Usu yang juga kelihatan
berpeluh dan tercungap-cungap.
Perlahan-lahan Jiman menurunkan zip seluarnya. Dengan sedikit kepayahan akhirnya dia
berupaya mengeluarkan balaknya yang keras menegang.
“Ohhhh abangggg emmmm” Mata Jiman beralih ke lubang sekodingnya sekali lagi.
Kali ini bapanya pula yang menghenjut Mak Usu.  Bunyi pap !pap !pap nya begitu
jelas mungkin kerana cipap Mak Usu dah becak dek air mani Pak Cik Kasim.
Kelihatan Pak Cik Kasim bangun dan berjalan keluar bilik.
“Hayun bang, henjut biar mah pancut lagiii emmmyeahhh lagi bang…. lagiiiiiiii”
Mak Usunya mula mengayak ponggongnya sekali lagi.  Perlahan-lahan Jiman mula
merocoh balaknya.
Kasim ke bilik air membersihkan badannya.  Dia rasa tidak bermaya sekali.
Empat kali dia henjut Salmah pagi ini.  Puas sungguh.  Lama dia mandi.
Apabila dia keluar kelihatan Salmah berkemban dengan tuala bersandar di luar bilik air.
Rambutnya kelihatan kusut masai.  Keliling matanya kelihatan lebam sedikit..kurang
tidurlah tu.  Apabila Kasim hendak mengusiknya Salmah memberikan isyarat bahawa Jiman
ada di biliknya.  Kasim terus berlalu masuk kebiliknya.
Jiman terlentang di atas katilnya.  Dia sekali lagi pancut airmaninya ke dinding
tepat ketika bapanya mencut dalam cipap ibu tirinya.  Fikirannya mula ligat berfikir.
Dia mesti cari akal. Kalau Pak Kasim dapat ibu tirinya..dia pun mesti dapat jugak
“Mulai hari ini kau jangan datang lagi ke rumah aku ni” Kata Sani pada Kasim Kasim
tercengang.  Salmah juga tercengang.  Jiman mendengar dari dalam bilik.
“Biar betul ni Sani” Balas Kasim.
“Aku serious ni”  Terus Sani “Kau jangan datang lagi sehingga kau kawin dan bawa
isteri kau kemari.”
Kasim menganggukkan kepalanya.  Baru dia faham.
Salmah juga faham yang suaminya nak merasa cipap isteri Kasim pulak setelah dia
menyerahkan cipapnya kepada Kasim. Lama Kasim bermenung, sesekali dia merenung
wajah Sani dan sesekali beralih kepada wajah Salmah.
“Baiklah Sani, aku akan cuba, aku tahu susah aku nak dapat isteri macam Salmah
ni dan aku nak ucapkan terima kasih kepada kau dan Salmah kerana menjadi rakan
karib aku dari dulu hingga sekarang” Kasim bangun dan bersalam dengan Sani “Aku
harap kau berdua bahagia” Sambil mencium pipi Salmah.
Hampir senja itu kelihatan kereta Kasim keluar dari kampung tu.
“Esok abang akan ke bandar uruskan hal perniagaan, mungkin lusa baru abang balik.
Mah duduklah dengan Jiman” Sambil berpegang tangan mereka beredar dari pintu
setelah kereta Kasim jauh meninggalkan halaman rumah.  Jiman yang berada di
ruang tangga yang turut menghantar Pak Cik Kasim berlalu turut mendengar
rancangan bapanya dan Jiman juga ada rancangan tersendiri.
“Pak boleh tak esok Mak Usu pergi tengok rumahnya sebab tadi Seman anak Pak Abu
tu sedang mencungkil pintu dapur, nasib baik Jiman lalu kalau tidak harus rumah
tu dah dicerobohinya”
Sani berhenti daripada berjalan ke dalam bilik dan menoleh ke arah anak bongsunya
itu dan berpandangan dengan Salmah.
“Elok juga, tapi Jiman kenalah temankan…boleh?” Sani senyum sambil terus memimpin
isterinya masuk ke bilik.  Jiman juga tersenyum.
Sayup-sayup kedengan muazzin melaungkan azam menandakan masukkanya waktu maghrib
dan pada ketika itu juga Salmah mengeluh dan mengerang menerima tujahan daripada
suaminya yang entah kali keberapa hari tu.
“Ye bangggg uhh uhh uhhhh uhhh emmmm” Suara Salmah diiringi oleh bunyi katil.
Jiman sekali lagi ke lobang ajaibnya dan tangannya secara automatik membelai zakarnya.
Hayun Pak…..Jiman nak pancut bersama.
#by_lanmaxtremeblog
222 notes · View notes
hnfield55 · 1 year
Text
NASIB IMAH 7: KELUARGA 69
"Apa khabar Mama Som"
"Ha AhChong, kau baru sampai?"
"Biasalah Mama..banyak buah hari ini?"
"Tu dia orang sedang kutip"
"Ni siapa mama?"
"Ni menantu aku, Imah isteri Jimie"
Ah Chong melihat Imah dari hujung rambut sampai hujung kaki terutama celah kangkangnya yang jelas basah.
"Apa khabar..saya Ah Chong"
"Baik" berjabat tangan.
Jari Ah Chong menggatal mengagaru ketika besalam. Mama Som berlalu mendapatkan Pak Dir. Imah duduk di pinggir dangau. Ah Chong bersandar di dinding.
"Cik Imah banyak seksi ooo"
"Kamu ni Ah Chong, jangan nak mengarutlah"
"Betul saya punya balak manyak keras dengan tengok Cik Imah punya body" Tangan Imah cepat meraba balak Ah Chong, keras melintang.
"Emmm" komen Imah.
"Saya mahu pakai Cik Imah boleh ka?"
"Nanti laki aku marah lah Ah Chong"
"Satu kali saja cukuplah Cik Imah ..saya bayar punya"
"Berapa?"
"Satu ratus" Imah menjuehkan mulutnya.
"Dua ratus" Imah mengelengkan kepala
"Tiga"
"Tak nak lah Ah Chong"
"Lima ratus!"
"Nantilah aku fikirkan..kalau jadi aku beritahu"
Tangan Imah meramas balak Ah Chong dua tiga kali. Ah Chong pun sempat meramas ponggong Imah yang bulat dan gebu.. Imah berlalu mendapatkan Jimie yang sedang memungut buah ditengah dusun. Dari jauh Mama Som melihat telatah Ah Chong dan Imah. Dia tahu pastinya Ah Chong menawarkan untuk menggunakan tubuh Imah. Dia pun sudah dua tiga kali digunakan oleh Ah Chong dengan bayaran tertentu. Dia perlu cakap dengan Imah mengenai soal ini. Soal bayaran..
Lepas sarapan Imah bermenung di beranda dapur sambil melihat ayam dan itik memagut padi yang ditaburkan oleh Mama Som. Fikirannya melayang mengenai tawaran Taukeh Ah Chong semalam. Tawaran untuk mengenakan bayaran untuk melayan lelaki. Menyundallah tu.
"Apahal yang Imah menung saja, mama nampak" Tegur Mama.
"Tak ada apa Ma" jawab Imah.
"Bertengkar dengan Jimie ?" Tanyanya sambil membasuh tangan.
"Mana ada"
"Hah Jimie mana?"
"Ada kat luar tu dengan Abah..buat rancangan nak ke bukit".
"Imah tak suka ke Jimie nak ke bukit tu?"
"Bukan tu..Imah tak kesah... Imah boleh ikut"
"Habis Imah menung ni kenapa...mari beritahu mama..mungkin mama boleh tolong" tangannya menarik tangan Imah ke meja makan.
"Fasal Ah Chong semalam" Mama Som tersengeh.
"Emmm dia ajak Imah main ke?"
"Mana mama tahu?"
"Alah mama dah biasa dengan perangainya tu"
"Mama biasa main dengan dia eh?" tanya Imah sambil tersengeh. Mama Som juga turut tersenyum."Berapa dia tawar?" tanya Mama Som. Imah angkat lima jari.
"Em..boleh lah tu" jawab mama berpuas hati dengan harga yang ditawarkan oleh Ah Chong kepada Imah.
"Imah nak ke?" Tanya Mama lagi.
"Entah lah ma, Imah pun tak tahu, nanti apa pulak kata Abang Jimie, Imah tak penah buat kerja macam ni, jual tubuh, buat biasa adalah tapi tak pernah pulak kenakan harga.."
"Imah cuba dulu..nanti mungkin Imah suka pulak"
"Mama biasa buat ke ni?"
"Adalah sekali sekala ketika abah tak ada"
"Abah tak tahu ke ma?" tanya Imah lagi.
"Mama rasa abah tahu tapi buat tak kesah, dia anggap itu hiburan buat mama"
"Mana mama tahu yang abah tahu?"
"Satu hari tu, Ah Chong bawak kawan, dia kata abang angkatnya. Abah masa tu, pergi kebun" Imah mendengar dengan penuh minat.
"Hari sebelum tu mama dan Ah Chong dah pakat, jadi mama tak ikut abah ke kebun.
Tepat pada masanya Ah Chong datang dengan kawannya. Mama tak seronok juga sebab Ah Chong tak pernah bawa kawan. Mama pun tahu masa menjadi suntuk kalau kawan dia ikut sama tapi Ah Chong pujuk juga mama agar mama melayan mereka berdua dengan bayaran sekali ganda."
"Habis tu mama layan mereka?" tanya Imah.
"Ah Chong bijak memujuk, dia kata sekejap pun tak apa dan dia terus menghulurkan bayaran.
Dia kata kawan dia nak merasa orang melayu punya yang bersih di kampung. Banyak melayu di bandar yang menjadi pelacur tetapi mereka sudah tak bersih lagi, banyak penyakit, bahaya" Imah terus mendengar, cerita ni makin seronok pulak.
"Habis mama setuju?" Imah menjadi tak sabar.
"Mama terima juga akhirnya"
"Mereka buat dua-dua serentak?"
"Tak, satu-satu"
"Cerita lagi ma" pinta Imah.
"Mama tanya siapa dulu? Ah Chong jawab kawan dia dulu"
"Mama buat kat mana?" Rasa ingin tahu Imah berterusan.
"Dalam bilik yang kau orang tidur tulah, segan jugak mama nak bawak masuk bilik tidur kami, rasa bersalah pulak dengan abah sebab dia tak tahu" Imah rasa terangsang, cipapnya rasa berdenyut mendengar cerita mertuanya tu.
"Lama tak ma orang tu buat?" tanya Imah.
"Memandangkan masa tak banyak, kami tak ada main-main, tapi apabila mama bogel sahaja, orang tu terus sahaja terkam mama. Dia jilat mama sampai mama rasa nak terpancut. Mama tanya dia suka ke jilat tu. Dia kata lama dah dia nak jilat melayu punya tapi tak berani. Mama tanya sedap ke? dia jawab sedap rasa bersih. Lepas puas dia menjilat dia terus sahaja naik atas mama dan henjut mama"
"Besar tak ma anunya tu?"
"Taklah besar mana..Jimie punya lagi besar"
"Lama tak ma?"
"Taklah lama sangat, dia henjut lebih kurang lima minit kemudian dia minta mama nonggeng. Mama ikut sajalah. Dia jilat bontot mama beberapa kali sebelum sambung henjut mama"
"Ikut bontot ma?"
"Tak eh... ikut biasa"
"Lama mana pulak ma?"
"Itu pun lebih kurang lima minit kemudian dia pancut...banyak juga"
"Kalau gitu taklah lama sangat ma"
"Memang tak lama, tetapi selepas Ah Chong buat dengan mama, dia minta sekali lagi"
"Ah Chong kuat tak ma?"
"Ah Chong? emm taklah kuat mana tapi mama sempat pancut sekali dengannya"
"Dengan orang tadi mama tak sempat pancut?"
"Tak, tapi round kedua mama sepat pancut dua kali..dia main lama selepas dia pancut kali pertama"
"Habis macam mana pulak abah tahu yang mama buat dengan Ah Chong"
"Petang tu selepas Ah Chong balik, abah balik dengan sebakul buah rambutan. Mama pun hairan sebab masa abah pergi dia tidak bawa bakul tu bersama, tetapi masa dia balik dia bawa bakul pulak. Abah cakap kat mama, tadi dia balik ambil bakul dia nampak lori Ah Chong kat tangga. Dia dengar suara mama berseronok tapi tak apalah buat hiburan katanya."
"seronok juga ye ma?" Tanya Imah. "Seronok tu memang seronok tapi malam tu Abah henjut mama sampai lima kali. Mama rasa macam nak pengsan."
"Abah marah ke tu"
"Tidak, abah lepas gian" terdengar suara Pak Dir di pintu dapur. Mama cuma tergelak.
"Mama pergi ajak Jimi dan Atan masuk ke dalam, dia orang kata nak sambung kerja semalam di tepi sungai" Mama Som bangun mencium dahi Imah lalu berbisik
"Abah nak Imah sekali lagi lah tu"
"Imah tahu ma..kami pun bukan selalu balik kampung ni" balas Imah. Mama Som berlalu.
Pak Dir duduk di meja makan. Imah bangun
"Abah nak air?"
"Boleh jugak, buatkan abah kopi" Imah membancuh kopi untuk mertuanya.
"Rancak benar Imah dan mama bercerita tadi?" tanya Pak Dir.
"Saja Bah..cerita orang perempuan..lagi pun lama jugak kami tak balik kampung banyaklah boleh kami ceritakan" Sambil Imah menghidang kopi.
"Em sedap kopi ni macam mama buat jugak" Usik Pak Dir.
"Anak menantu Bah, kalau tak dapat ikut ibu mertua nak ikut sapa lagi" Imah menuangkan secawan untuk dirinya sendiri.
"Emmmmm yeahhhh" suara Mama Som dari dalam bilik.
"Mama dah kenalah tu." komen Pak Dir
"Atan tekan sekarang..yeahhh tekan dalam-dalam...henjut bontot nenek niee ouuuuhhhh!!!!!" suara mama Som lagi.
"Ketat nya nekkkk!!!" kedengaran suara Atan Bunyi Oh dan Ah berterusan dari dalam bilik dengan bunyi henyakan katil.
"Boleh tahan juga Atan tu ye" komen Pak Dir.
"Macam atuknya juga lah tu" Gurau Imah.
26 notes · View notes