Tumgik
#Penerangan Jalan
tangerangraya · 8 months
Text
Gelar Nyeblak, Bima dan Edwin Tangkap Keluhan Warga Soal Pengaspalan Jalan
Ciputat – Calon Legislatif (Caleg) DPRD Provinsi Banten dan Kota Tangsel dari PSI menggelar acara ‘Nyeblak Bareng Caleg’, di RT 8/2 Kelurahan Serua Indah, Kecamatan Ciputat. Edwin sebagai Caleg DPRD Provinsi Banten nomor urut 7, dan Muhammad Bima Januri, Caleg DPRD Kota Tangsel nomor urut 1 dari Dapil Ciputat, mendengar langsung keluhan masyarakat dalam gelaran sederhana tersebut. “Hari ini kami…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
arsipque · 9 months
Text
Tumblr media Tumblr media
0 notes
kantorberita · 2 months
Text
Warga Desa Keban Jati Nikmati Penerangan Jalan Setelah Tiga Tahun Berkat Dana Desa
Warga Desa Keban Jati Nikmati Penerangan Jalan Setelah Tiga Tahun Berkat Dana Desa KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU SELATAN|| Setelah tiga tahun menunggu, warga Desa Keban Jati, Kecamatan Air Nipis, Kabupaten Bengkulu Selatan, akhirnya dapat menikmati penerangan jalan berkat alokasi Dana Desa. Keputusan ini diambil untuk mengatasi kegelapan jalan di desa tersebut, yang sebelumnya sangat mengganggu…
0 notes
bantennewscoid-blog · 4 months
Text
Gelap Gulita dan Rawan Kejahatan, Polres Serang Pasang PJU
SERANG – Jalan di atas jembatan Sungai Cidurian merupakan satu-satunya jalan utama yang dilintasi masyarakat Desa Renged, Kecamatan Binuang, Kabupaten Serang namun ironisnya tidak ada lampu penerangan jalan. Saat malam hari, masyarakat sekitar khususnya pengendara sepeda motor jarang yang melintasi jembatan sepanjang kurang lebih 100 meter tersebut. Kalaupun terpaksa melintas, warga tidak berani…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lanmaxtremesblog · 5 months
Text
Selera Seks Budak Orang Kampung
Sejak aku ditukarkan ke sekolah di sebuah kampong yang terletak di pedalaman semenanjung, hidup ku semakin berubah hari demi hari. Aku merupakan seorang guru matematik yang baru keluar dari maktab. Sememangnya aku adalah lelaki yang perwatakan menarik, sederhana dan mudah menghormati orang-orang kampong. Maka tidak hairanlah boleh dikatakan semua orang kampong cukup suka kepada ku.
Kampung yang terletak jauh dari bandar dan boleh dikatakan agak ceruk juga di tempati lebih kurang 100 keluarga. Kedudukan antara rumah adalah jauh dan dipisahkan oleh kebun getah. Manakala jalan penghubung hanyalah jalan tar kecil yang hanya muat-muat untuk sebuah kenderaan sahaja. Manakala sekolah tempat aku mengajar pula menjadi tempat pelajar-pelajar dari kampung ini dan juga lagi dua buah kampung bersebelahan menuntut ilmu. Begitulah sedikit penerangan tentang kampung yang ku diami sekarang.
Aku tinggal di sebuah rumah kampung yang disewakan oleh salah seorang penduduk kampung yang berhijrah ke Bandar. Kuarters guru-guru tidak dapat menampung lagi jumlah guru-guru kerana projek pembinaan kuarters yang lebih besar masih dalam pembinaan. Walau pun rumah yang aku sewa tidak secantik mana, hanya rumah kampung beratapkan asbestos dan berdindingkan papan. Namun aku selesa mendiaminya meskipun seorang diri.
Seperti yang telah aku sebutkan sebelum ini tentang perwatakan aku dan juga hubungan ku yang baik dengan orang kampung, maka ramai orang kampung yang datang meminta berbagai bantuan dengan menjadikan aku sumber rujukan mereka dalam berbagai hal. Kelebihan aku yang mahir dalam komputer memberikan mereka semua peluang untuk merujuk aku dalam berbagai masalah komputer dan sekali gus mengajar anak-anak mereka supaya pandai mengendalikan komputer.
Selama bertahun aku menetap di kampung tersebut, selera nafsu ku juga semakin berubah. Minat ku kepada isteri-isteri orang yang matang dan montok semakin meluap-luap. Kebanyakkan suri rumah yang menetap di kampung tersebut memiliki tubuh yang montok. Maka sudah tentu masing-masing memiliki struktur tubuh yang gebu seperti tetek yang besar, malah ada yang melayut, perut yang gebu, peha yang montok serta bontot yang bulat dan besar. Tidak ketinggalan juga ramai antaranya yang kelihatan tonggek. Sudah tentu saban hari aku menelan air liur melihat punggung mereka yang bulat itu melenggok-lenggok dan bergegar di dalam kain batik sewaktu ke kedai atau ke rumah ku bagi bertanyakan berbagai pandangan berkaitan ilmiah dan kehidupan. Memang malu dan sukar untuk aku katakan, namun hakikat sebenarnya adalah aku sudah pun menikmati beberapa isteri orang sepanjang aku mengajar di sini.
Semuanya bermula dari keberanian ku mengorat kak Timah, isteri abang Azhar. Kak Timah datang ke rumah ku pada petang minggu itu bagi bertanyakan kepada ku cara untuk menutup akaun arwah emaknya yang meninggal dunia bertahun dahulu. Sepanjang kak Timah berbual di ruang tamu rumah, mata ku seakan sukar untuk melepaskan dari menatap wajahnya yang bagi ku sungguh menawan meski pun usianya ketika itu sudah hampir mencecah 45 tahun. Teteknya yang kelihatan sedikit melayut di dalam baju kurung kedahnya nampak seperti sedap untuk di hisap. Pehanya yang montok itu kelihatan montok dan sungguh menggoda di dalam kain batiknya yang lusuh. Sepanjang aku berbual dengannya, tidak habis-habis aku membayangkan alangkah nikmatnya jika peha montok itu mengangkang untuk ku sumbat batang ku di celah nonoknya. Sepanjang kami berbual, sempat juga aku selitkan sedikit unsur-unsur lucah.
Ternyata kak Timah juga suka, malah dia juga turut memberi respon dengan kata-kata lucah walau pun dalam bentuk sindiran. Kemudian kak Timah meminta diri untuk pulang dan sebaik dia berdiri dari sofa rotan ku, mata ku segera mencari bontotnya. Berkali-kali aku menelan air liur melihat bontotnya yang berkain batik lusuh itu. Dah lah bontot besar, lebar pulak tu. Bila berjalan ke pintu bontotnya melenggok dan bergegar. Aku yang geram pun dengan selambanya menampar bontotnya sampai dapat ku lihat ianya bergegar. Kak Timah tak marah pun, dia sekadar menjeling dan senyum. Paling mengejutkan adalah dia mengatakan adakah aku gatal dan aku menjawab sememangnya aku gatal melihat bontot yang cantik miliknya itu.
Kak Timah berhenti di muka pintu dan dengan membelakangi ku dia melentikkan bontotnya. Terbeliak mata ku melihat bontotnya yang lebar itu kelihatan semacam makin sendat dalam kain batik lusuh itu. Aku tepuk bontotnya sekali lagi dan dia nampaknya membiarkan. Melihatkan kak Timah seakan menyukai dengan perbuatan nakal ku, aku memberanikan diri meraba bontotnya yang nyata tidak memakai seluar dalam.
Aku tunduk menciumi bontotnya dan kak Timah menonggekkan bontotnya. Aku semakin stim dan aku tarik tangan kak Timah kembali ke ruang tamu. Aku minta kak Timah berdiri berpaut pada dinding dan aku pun kembali mencium dan menghidu bontotnya yang besar lebar itu sepuas hati ku. Menonggek kak Timah berdiri membiarkan bontot lebarnya aku cium dan ku puja dengan bernafsu. Aku menyangkung di belakang kak Timah. Batang aku yang keras dalam seluar aku rocoh-rocoh. Sememangnya aku mengidamkan bontot perempuan yang lebar dan bulat seperti milik kak Timah itu. Kak Timah aku lihat menoleh kepada ku dengan tudung yang masih di kepalanya. Dia senyum melihat aku menggomol bontotnya.
Aku berdiri pula dan aku rapatkan batang aku di bontot kak Timah yang bulat. Sungguh sedap dan lembut rasanya. Tangan ku meraba-raba bontot kak Timah. Daging empuknya yang lebar dan berlemak aku ramas penuh nafsu. Kak Timah melentikkan tubuhnya. Dia seperti menyerahkan seluruh bontotnya yang berkain batik lusuh kepada ku. Aku memang bernafsu betul ketika itu. Bontot bini orang kampung yang besar dan montok itu membuatkan aku sungguh tak tahan.
Aku keluarkan batang aku dan aku lancap di belakang kak Timah. Sambil melancap aku tengok bontot kak Timah. Aku ramas bontot empuknya. Kak Timah menoleh lagi dan dia tersenyum lebar melihatkan aku melancap di bontotnya. Kak Timah menarik batang ku rapat ke daging empuk bontotnya. Kain batik lusuhnya aku rasa sungguh lembut dan licin disentuh batang ku. Aku menghimpit batang ku ke bontot empuknya.
Aku cium kepala kak Timah yang bertudung itu. Aku hembuskan nafas berahi ku di telinganya. Tubuh gebu bini orang itu seakan menggeliat hingga bontot montoknya rapat menyentuh batang ku yang keras. Aku gila betul kepada bontotnya. Kak Timah rapatkan batang ku di celah bontotnya. Sekali lagi aku merasakan bontot empuknya yang sedap di dalam kain batik lusuh yang lembut itu menghimpit batang ku. Tubuh kak Timah turun naik membuatkan bontot empuknya turun naik menghimpit batang ku. Sedap sungguh rasanya ketika itu.
Kak Timah pun melentik-lentikkan bontotnya seakan mahu melanyak batang ku di bontotnya. Memang betul-betul nikmat aku dilancap bontot kak Timah. Batang ku menempel di bontot kak Timah menikmati lenggokkan daging empuknya yang berlemak. Aku semakin tak tahan lagi. Kanan kiri pinggul berlemak kak Timah aku ramas-ramas. Aku tarik pinggul empuknya hingga bontotnya rapat menghenyak batang ku. Aku tekan batang ku dan ku sorong tarik batang ku di atas bontot lebar yang empuk milik bini orang kampung itu. Aku stim teramat sangat melihat bontot besar yang berkain batik. Aku tak tahan. Akhirnya air mani ku terpancut-pancut keluar. Bontot kak Timah yang berkain batik lusuh dihujani pancutan demi pancutan air mani.
Kak Timah menoleh dan melihat muka ku yang nyata sedang dilanda keghairahan melepaskan air mani di atas bontotnya. Kak Timah melentikkan bontotnya seakan meminta ku melepaskan air mani ku sepuasnya. Dia hanya tersenyum membiarkan bontot lebar yang besar itu di limpahi air mani lelaki yang bukan suaminya.
Aku peluk kak Timah. Tubuh montok yang berlemak itu aku peluk dalam keberahian melepaskan air mani yang membasahi kain batik lusuh di bontotnya. Tetek kak Timah aku ramas geram bersama geramnya aku menekan batang ku yang sedang memancutkan air mani di bontot kak Timah.
Kak Timah pun pulang ke rumah bersama air mani ku yang masih membasahi kain batiknya. Malah, dia membiarkan cairan kental keputihan itu meleleh di bontotnya. Aku berdiri di pintu memerhatikan bontot besarnya yang melenggok dan bergegar di dalam kain batik yang basah dengan air mani ku.
Perbuatan ku bersama kak Timah tidak berakhir di situ. Sekali-sekala, kak Timah datang ke rumah ku dan kami akan bermesra-mesra hingga air mani ku membasahi kain batiknya. Kadang kala aku tidak melancap di bontotnya, tetapi kak Timah melancapkan batang ku dengan menggoncangkan batang ku menggunakan tangannya yang dibaluti kain batik lusuhnya yang lembut. Namun, lumrah manusia, diberi betis nak peha. Akhirnya kak Timah berzina juga dengan ku.
Persetubuhan yang kami lakukan memang sungguh menikmatkan. Dapat juga aku merasa tubuh montok bini orang kampung yang berbontot besar dan montok itu. Walau pun kami tidak pernah bersetubuh telanjang, hanya dengan menyelak baju dan kain batiknya sahaja sudah cukup membuatkan persetubuhan kami hangat. Kak Timah tahu aku meminatinya kerana bontotnya. Akhirnya dapat juga ku nikmati dubur kak Timah dan membenihkan lubang najisnya yang empuk berlemak itu. Pertama kali aku melakukannya, air mani ku keluar tidak sampai seminit. Ianya gara-gara terlalu ghairah kerana mendapat apa yang selama ini aku idamkan. Setakat air mani ku memenuhi lubang nonoknya sudah menjadi perkara biasa. Malah, seorang bayi turut terhasil dari perbuatan sumbang kami berdua.
Kak Timah yang sentiasa sudi melayan nafsu ku dan curang kepada suaminya semakin hangat di atas ranjang. Dia semakin bijak mengetahui apakah keinginan ku dalam permainan nafsu. Bontotnya yang aku idam-idamkan dan selalu ku puji dan stim kepadanya menjadi medan persetubuhan yang paling kerap aku nikmati. Malah sekiranya masa tidak mengizinkan atau kami kesuntukan masa, tetapi tetap inginkan persetubuhan, kak Timah tahu bagaimana hendak melakukannya.
Dia akan hisap batang ku dulu dan kemudian dia akan menonggeng di mana-mana saja yang sempat dan tersembunyi, selak kain batiknya dan aku pun jolok duburnya. Pernah kami melakukannya di majlis gotong royong di balairaya. Kami sempat melencong di dalam kebun pisang. Pokok pisang kebun Haji Jamil menjadi tempat kak Timah berpaut sementara aku menikmati lubang bontot lebarnya yang sedap dan berlemak itu. Bergegar lemak-lemak yang melebarkan dan membesarkan bontot bini orang tu. Memang sedap. Tak hairanlah setiap kali main bontot memang tak pernah pancut luar. Sedap sangat lepas dalam.
Selain kak Timah aku juga dah merasa tubuh montok dan gebu milik kak Esah. Bini orang yang selalu gersang itu aku nikmati tubuhnya sewaktu aku dalam perjalanan ke rumah ketua kampung melalui jalan pintas yang melalui kebun-kebun. Kak Esah kira sudah berumur juga. Di dalam lingkungan 50-an. Anak-anaknya juga sudah besar-besar dan ada yang lebih tua dari ku. Suami kak Esah terperap di rumah lantaran sakit angin ahmar. Jadi hanya kak Esah dan anak-anaknya yang mencari rezeki dengan membuka kedai makan di tepi jalan besar yang dibuka setiap malam hingga awal pagi.
Biar aku cerita macam mana tubuh gempal kak Esah yang montok tu aku nikmati. Sewaktu aku melalui denai yang merupakan salah satu jalan pintas, aku terserempak dengan kak Esah yang juga sedang melalui jalan yang sama dan juga hendak pergi ke rumah ketua kampung. Jadi kita orang pun berjalan bersama-sama perlahan-lahan sambil berborak-borak. Sewaktu tiba di denai yang kecil, aku biarkan kak Esah jalan dahulu di depan sementara aku mengikutnya di belakang. Semasa tu lah aku tengok bontot kak Esah yang berkain batik tu nampak licin tanpa seluar dalam.
Bontotnya yang besar dan nyata sungguh berlemak lebar itu membuatkan aku geram. Melenggok-lenggok bersama pehanya yang besar. Sambil aku mengikutnya aku merocoh batang aku yang keras dalam seluar sambil mata aku tak henti menontot lenggokan bontot kak Esah. Kak Esah cakap apa pun aku tak perasan sampaikan dia menoleh ke belakang tengok aku sebab aku tak ambil endah apa yang dia katakan. Aku sedar kak Esah menoleh kepada aku yang sedang khusyuk pegang batang dan tengok bontot dia. Aku tengok muka kak Esah, dia senyum je kat aku. Lepas tu aku pun senyum balik kat dia dan akhirnya kita orang pun tiba kat rumah ketua kampung.
Selepas selesai urusan, aku dan kak Esah berjalan balik ke rumah bersama-sama. Kemudian kak Esah tanya aku satu soalan killer. Dia tanya kenapa masa dalam perjalanan pergi tadi dia nampak aku pegang batang aku sambil tengok bontot dia. Aku pun dengan selamba je bagi tau yang aku stim sangat kat bontot dia yang besar tu dan melenggok-lenggok dalam kain batik tu. Kak Esah senyum je dan dia pun kata patutlah masa kat rumah ketua kampung mata aku asyik tengok peha dia je. Memang betul pun, masa aku kat rumah ketua kampung, kak Esah duduk depan aku. Mata aku asyik memandang pehanya yang gebu dan lebar dalam kain batik tu. Aku berkali-kali menelan air liur dan bayangkan betapa bestnya kalau peha besar tu terkangkang menerima rodokan batang aku di cipapnya.
Masa ketua kampung pergi ambilkan borang asrama untuk anak kak Esah, aku lagilah tak boleh tahan sebab kak Esah duduk silangkan kakinya. Jadi pehanya nampak lagi sendat dalam kain batik tu. Aku tau kak Esah tengok aku, jadi dengan selamba aku raba-raba batang aku yang keras dalam seluar.
Lepas dah melalui denai kecil, aku pun berjalan beriringan dengan kak Esah. Aku tengok depan belakang kiri kanan. Line clear. Aku pun mula cucuk jarum. Aku raba bontot kak Esah. Rasa lembut je bontot lebar dia yang berlemak tu. Dari tepi aku nampak bontot dia menonggek pulak. Makin stim pulak aku. Kak Esah biarkan je. Dia senyum je. Aku yang tau dia ni mesti boleh makan punya pun tarik tangan dia masuk kat belukar tepi denai tu. Kak Esah biar je aku tarik dia sampai agak dalam sikit dari denai tu, aku pun sandarkan kak Esah kat sepohon pokok yang redup. Aku peluk kak Esah dan kucup bibir bini orang yang berumur dan montok tu. Kak Esah nampaknya membalas. Memang dia pun suka kat aku rupanya.
Kami berdiri berpelukan dan berciuman. Tubuh montok kak Esah yang bertudung, berbaju kemeja singkat dan berkain batik itu aku peluk semahunya. Seluruh pelusuk tubuh bini orang yang berlemak itu aku raba dan ramas sesedapnya. Batang aku yang makin stim dalam seluar kak Esah pegang. Dia buka seluar aku dan dia pegang serta mula melancapkan batang aku sampai aku jadi makin stim yang teramat sangat. Aku minta kak Esak hisap batang aku. Kak Esah pun menyangkung dan menghisap batang aku keluar masuk mulutnya. Aku tengok kepala kak Esah yang bertudung tu bergerak depan belakang hisap batang anak muda yang berpuluh tahun muda darinya. Bontot kak Esah yang lebar tu nampak sendat dalam kain batiknya masa dia menyangkung macam tu. Aku paut kepala kak Esah dan aku jolok mulut kak laju-laju. Kak Esah biarkan aku rodok kepala dia yang bertudung tu.
Selepas itu, aku minta kak Esah duduk atas rumput yang bersih dan kering. Kak Esah macam faham apa yang aku nak buat. Dia pun mengangkang dan menunggu aku membuka kain batiknya. Aku usap peha kak Esah dan aku selak kain batiknya. Cipap kak Esah yang kehitaman tu aku nampak dah berkilat dengan lendir. Nampak sangat makcik kita sorang ni dah stim sangat. Aku pun apa lagi, terus terjun dalam lubang cipapnya yang dah longgar gila tu. Aku hayun sesedap rasa. Walau pun dah longgar sebab dah berderet budak yang dia beranakkan, tapi masih syok dengan kelembutan daging dalamnya dan licin dengan air cipapnya. Kena pulak tu kak Esah kemut memang sedap. Rasa macam ada mulut satu lagi tengah hisap batang aku kat bawah. Lazat, memang lazat.
Kak Esah terkangkang dengan kain batiknya yang terselak. Tudungnya yang semakin kusut menampakkan bahawa dia semakin hilang kawalan diri. Aku menjolok cipap longgar perempuan berumur yang bertubuh montok dan berlemak itu semahu-mahunya. Bunyi lucah dari cipapnya yang berlendir dengan air nafsu sungguh memberahikan. Tudung kak Esah sedikit kusut. Lemak yang membuncitkan perut kak Esah membuai-buai setiap kali aku menghenjut batang ku keluar masuk bagaikan belon yang berisi air. Nafsu ku semakin tidak keruan dan aku semakin seronok menyetubuhi wanita matang itu.
Kak Esah memeluk ku dan menarik tubuh ku rapat kepadanya. Dia berbisik bertanyakan adakah sedap menyontot tubuh gemuknya. Aku memberi respon dengan mengatakan ianya sungguh melazatkan. Kak Esah mendesah nikmat dan menyuarakan kesedapannya di jolok batang ku. Suara kak Esah semakin tersekat-sekat.
Kak Esah semakin kuat memeluk ku dan akhirnya tubuhnya terangkat-angkat membuatkan tubuh ku yang lebih slim darinya turut terangkat. Jelas dia sudah mencapai kepuasan batinnya. Bau peluh kak Esah semakin semerbak menusuk hidung ku. Aku bangun dari menindih tubuhnya. Aku minta kak Esah menonggeng di atas tanah yang beralaskan rumput. Kak Esah menonggeng dan aku lihat kain batik di bontotnya basah dengan air nafsunya. Aku selak kainnya dan aku ramas daging bontot kak Esah yang berlemak.
Aku sumbat batang ku ke dalam lubang cipap kak Esah. Aku celup batang aku sekali dua hingga ke pangkal dan aku keluarkan kembali. Aku ludah simpulan lubang dubur kak Esah yang berwarna gelap itu. Aku kuak belahan bontotnya yang berlemak itu bagi membolehkan air liur ku masuk ke dalam duburnya. Aku halakan kepala batang ku ke simpulan dubur empuk bini orang yang berumur itu dan aku tekan sedikit demi sedikit hingga tenggelam kepala batang ku.
Kak Esah merengek dan bertanya kepada ku adakah boleh melakukan persetubuhan melalui jalan najis itu. Aku memberitahunya bahawa sudah tentu boleh dan sememangnya aku bernafsu kepadanya gara-gara bontotnya. Kak Esah memberitahu ku bahawa dia tidak pernah di liwat dan agak takut untuk melakukannya. Aku memujuk kak Esah agar tenang dan biarkan aku saja yang bertungkus lumus. Aku minta kak Esah berikan saja duburnya untuk ku nikmati. Kak Esah agak gugup, namun dia membenarkan.
Aku tekan batang ku hingga seluruhnya masuk ke dalam dubur kak Esah. Melentik tubuh gebunya mungkin sebab pedih sebab pertama kali duburnya di liwat. Aku hayun batang aku di lubang najisnya yang sempit itu. Sungguh sedap rasanya meliwat dubur perempuan berumur yang berlemak itu. Kain batik kak Esah aku selak lagi hingga seluruh bontotnya yang putih dan lebar itu menampakkan gegarannya. Bagaikan belon berisi air, bontot berlemak kak Esah berayun ketika aku menghayun batang ku. Setiap kali batang ku menujah dubur empuk berselulit perempuan kampung itu, semakin sedap ku rasa. Aku menghayun bagai nak gila.
Kak Esah merengek tak henti-henti. Melentik bontot kak Esah dijolok batang aku. Aku hilang kawalan. Bontot berlemak yang lebar itu semakin membuatkan aku ghairah. Aku jolok bontot tonggek bini orang itu semakin laju. Kak Esah mengerang semakin kuat. Akhirnya aku benamkan batang ku dalam-dalam dan ku lepaskan air mani yang berkhasiat dan subur ke dalam dubur kak Esah. Kak Esah merengek sewaktu dia merasakan air mani terpancut-pancut dari batang ku yang tersumbat sedalam-dalamnya di dalam duburnya. Aku perah seluruh air mani ku agar keluar memenuhi lubang bontot bini orang yang kegersangan itu.
Selepas puas memenuhkan lubang bontotnya, aku tarik batang ku keluar. Serentak itu, tanpa aku duga kak Esah mengeluarkan gas aslinya dari lubang bontotnya yang ternganga. Berkali-kali kak Esah terkentut-kentut hingga anginnya dapat ku rasa kuat menghembus batang ku yang sudah terkeluar dari duburnya. Kemudian mengalirlah benih ku keluar dari duburnya setelah ianya sesat tidak menjumpai lubuk peranakan yang boleh dibuntingkannya, sebaliknya hanya najis-najis yang bakal diberakkan sahaja yang dijumpainya. Kak Esah tersipu-sipu malu. Dia berdiri dan membetulkan tudung serta kain batiknya. Ketika itu kak Esah memanggilku dan mengangkat kainnya. Kak Esah menunjukkan sesuatu kepada ku. Dari kainnya yang diangkat, aku lihat air mani ku mengalir turun dari duburnya ke peha dan betisnya. Kak Esah kata air mani ku banyak dan dia kata aku seakan-akan kencing di dalam duburnya.
Dengan kepedihan, kak Esah berjalan semacam terkangkang pulang ke rumahnya. Sewaktu kami berpisah mengikut haluan masing-masing, aku terdengar bunyi air mani ku tercirit-cirit dari lubang bontotnya. Kak Esah ketawa kecil sambil berlalu dari situ. Aku melihat kain batik kak Esah basah dari bontot hingga ke bawah. Aku tersenyum sendiri. Tak sangka, sedap juga emak orang yang dah kira berumur tu. Paling kelakar adalah sempat juga dia kentut kepada ku. Memang aku tak dapat lupakan kak Esah. Setiap kali terkentut, tiap kali itulah aku akan teringat kepada kak Esah.
selepas affair dengan kak Esah, aku menjalinkan pula hubungan sulit dengan Kak Sue. Dia ni bini orang juga. Lakinya bekerja bawa lori di pekan dan balik 3 hari sekali. Anaknya pun dah besar-besar dan paling sulong sebaya aku dan masih belajar di unversiti. Aku mula main dengan kak Sue semasa kak Sue datang ke rumah aku minta tolong buatkan surat untuk urusan tanahnya. Aku pun sambil buat surat sambil cucuk jarum. Kak Sue ni orangnya biasa-biasa je, tak semontok kak Esah dan Kak Timah, gebu-gebu je lah. Tapi bontot dia membuatkan aku macam nak bawak dia lari dan kawin kat Siam. Dahlah lebar, tonggek pulak tu. Aku yang stim sangat kat dia pun selamba je bangun dari kerusi komputer. Dia punya terlopong tengok aku sampai lalat pun boleh masuk. Nak tahu kenapa. Sebab masa aku bangun tu batang aku tegak menongkat kain pelikat. Kak Sue senyum je kat aku. Aku pun senyum juga kat dia.
Lepas tu aku offer dia pegang batang aku. Kak Sue ni pun berani juga nak cuba. Dia pun pegang. Biasalah, alang-alang dah pegang, aku minta dia lancapkan sekali. Kak Sue pun lancapkan dan aku pun tanggalkan kain pelikat dan baju aku sampai aku telanjang depan kak Sue. Kak Sue pun hisap batang aku lepas aku minta dan seterusnya persetubuhan pun bermula. Aku main dengan kak Sue tak pernah ikut depan. Walau jolok cipap sekali pun, tak pernah ikut depan. Mesti menonggeng sebab aku syok gila dengan bontot dia yang lebar dan tonggek tu. Dah lah pinggang dia slim. Aku beruntung sebab kak Sue dah selalu kena liwat laki dia. Jadi tak ada masalah masa aku jolok bontot dia pertama kali. Memancut air mani aku dalam bontot dia. Kak Sue ni pun jenis suka pakai kain batik ke hulu hilir. Jadi memang senang sangat nak main dengan dia kat mana-mana pun.
Pernah sekali tu aku dah gian gila dengan bontot tonggek dia tu, aku main dengan dia kat belakang reban ayam rumah dia. Masa tu aku sengaja datang ke rumah dia. Tengok-tengok dia tengah berkemban sidai baju kat ampaian. Aku pun ngorat ajak main. Dia pun ok je. Tapi masa tu mak dia ada dalam rumah. Anak-anak dia pun ada juga. Jadi dia pun ajak aku pergi belakang rumah dan kat belakang reban pun jadi. Aku selak kain batik kemban dia dan jolok cipap dia dari belakang. Bila nak terpancut je, aku cabut batang aku dan aku jolok bontot dia. Aku rodok dubur tonggek kat Sue kuat-kuat sampai dia menjerit kecil. Lepas tu macam biasalah, aku kencingkan mani aku dalam bontot dia.
Tu je lah… sampai sekarang aku masih menikmati tubuh empuk mereka. Dari apa yang aku tahu, masing-masing kata puas main dengan lelaki muda. Sebab lelaki dah berumur ni dah tak pandang sangat perempuan montok-montok dan gebu-gebu macam mereka. Lelaki muda je yang boleh bagi mereka kepuasan batin walau pun lubang masing-masing dah longgar. Lebih-lebih lagi lubang bontot yang ada sebilangannya yang sebelum itu tak pernah kena liwat, akhirnya di liwat juga. Bagi mereka, walau pun tak sedap pada mulanya, tapi bila dah selalu kena, sedap gila rasanya hingga menimbulkan kerinduan dan ketagihan pada duburnya untuk diliwat. Malah, itu jugalah satu-satunya lubang yang masih sempit dan sedap ditubuh mereka yang boleh dinikmati dengan penuh nikmat untuk lelaki muda yang memberikan mereka kepuasan batin. Jadi tak hairanlah dia orang semua malas nak jaga badan. Lagi besar bontot dia orang lagi dia orang suka sebab dia orang tahu ada orang yang menghargai bontot besar mereka tu.
By_lanmaxtremesblog
345 notes · View notes
extenler · 2 years
Text
Birthday Wishes
Tumblr media
“Aku ambil baju ganti, sepatu, sama gear box-ku dulu ya sebentar. Kamu mau ikut apa tunggu aku di sini? Ikut aja yuk,” cerocos Orion panjang lebar usai memarkirkan mobil di basement apartemennya.
“Ri.”
Gumaman pelan Orion berikan pada Hazel sebagai tanggapan. Sembari melepas sabuk pengaman, dia menoleh ke sampingnya, tempat Hazel sedari tadi duduk manis di bangku penumpang.
“Apa? Kena — ”
“Happy birthday.” Kalimat Orion sebelumnya terjeda oleh ucapan selamat ulang tahun spontan dari Hazel, lengkap dengan kecupan singkat di bibirnya yang juga bersamaan dia terima.
Selagi Orion memproses keadaan, dia sudah lebih dulu disambut senyuman manis favoritnya sejak dua tahun lalu. Meski keadaan mobilnya kini minim penerangan, semua itu sudah cukup baginya untuk dapat melihat jelas wajah cantik dan berseri milik Hazel.
Tawa kecil lolos dari bibir Hazel. Mungkin gadis itu geli akan tampang konyol yang masih saja Orion tunjukkan lantaran kaget.
Belum sempat dia mengucapkan sepatah kata, Hazel kembali mencium bibirnya. Kali ini, meski singkat, Orion bisa merasakan lembutnya bibir yang dipoles dengan pewarna bibir merah muda itu.
“Selamat ulang tahun, ya,” ujar Hazel, mengulang ucapannya. “I know you must forget about your birthday, kan? Makanya kamu malah santai ngajakin aku ke Bandung. Mana tiba-tiba udah jemput di depan rumah lagi.”
Pukul enam pagi tadi, Orion memang sengaja datang ke rumah Hazel. Tujuannya tentu saja sesuai dengan apa yang dikatakan Hazel barusan. Padahal, acara mendadak mereka ke Bandung pun hanya sekedar untuk mengantar Hazel ke salah satu toko buku impor yang sedang diskon besar-besaran. Tapi itu pun, tidak banyak yang bisa Hazel dapatkan karena ternyata tak banyak pula buku yang menarik perhatiannya. Ujung-ujungnya, mereka berdua hanya mampir sejenak ke toko buku lain, makan di salah satu restoran kesukaan Orion, membeli cheesecake yang jadi kue favorit Hazel di cake shop rekomendasi Selena, lalu berkeliling Bandung sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang berhubung jam sepuluh malam nanti Orion harus berangkat ke Bali untuk mengisi salah satu event musik esok hari bersama rekan satu band-nya.
Hazel yang sebelumnya sudah tahu akan jadwal Orion, terang saja sempat menolak agenda perjalanan dadakan tersebut dan mengatakan kalau mereka bisa pergi lain waktu. Lagi pula, kemarin malam Hazel hanya bicara tanpa betul-betul ingin permintaannya untuk dituruti. Tapi sayangnya, Orion tetaplah Orion. Dia akan selalu konsisten menepati ucapannya, apalagi untuk segala hal yang berhubungan dengan Hazel. Selagi dia memang punya waktu luang di samping segala kesibukannya, dia pasti akan menyempatkan dirinya untuk berusaha memenuhi apa pun yang gadis itu inginkan.
“Thank you for always being such a wonderful person in this life. My boring life, to be precise,” koreksi Hazel sembari terkekeh geli.
Setelahnya, Hazel memberikan kecupan lain di pipi kanan Orion. “And thank you for making me feel loved every single day.” Giliran pipi kirinya yang mendapatkan kecupan dari Hazel. “This one is for the endless things you do to me, even if you don’t realize it.”
Orion tak lagi memasang tampang kaget nan konyolnya. Sekarang wajahnya sudah berseri-seri dengan senyuman lebar khasnya. Terutama ketika Hazel mencondongkan tubuhnya untuk mencium keningnya selama beberapa detik.
“Wishing you have the happiest birthday today, even if you have to drive from Jakarta to Bandung terus balik lagi ke Jakarta cuma buat nemenin aku cari buku habis itu jalan-jalan nggak jelas padahal kamu masih ada jadwal besok.” Hazel memasang muka cemberut tak enak selama beberapa saat saat mengutarakan hal tersebut. Tapi sedetik kemudian senyum simpulnya lekas kembali. “I love you in ways I never knew were possible and I hope that never changes.”
Setelahnya, meski senyuman tetap terpatri di wajah tampan miliknya, Orion masih belum membuka mulutnya untuk membalas semua kalimat yang Hazel lontarkan. Tak berapa lama, Hazel segera sibuk berbalik mencari sesuatu di dalam tas yang dibawanya.
“I have something for you!” seru Hazel sembari berkutat dengan tote bag putihnya. “Mana ya…”
“Hazel,” panggil Orion pada akhirnya.
Kontan saja Hazel mendelik galak ke arahnya. Orion tahu kalau pacarnya itu tidak suka setiap kali nama depannya dipanggil dengan benar olehnya. Menurut Hazel, setiap kali Orion memanggilnya seperti itu, artinya Orion sedang marah padanya.
"Panggil kayak biasa aja jangan — ”
“Instead of a gift, can I have a kiss?” Orion menyela ocehan Hazel.
“Right here? Right now?”
Sementara Orion mengangguk singkat, Hazel malah memasang tampang bingung dan serba salah. Seolah lupa kalau beberapa saat lalu dirinyalah yang berinisiatif untuk menghujani wajah Orion dengan kecupan lembutnya.
Orion sempat terkekeh geli sewaktu melihat Hazel melirik ke kiri dan kanan, memastikan kalau keadaan parkiran basement tersebut sepi, sebelum akhirnya menyetujui permintaannya. “Okay.”
Kedua tangan Orion segera menangkup pipi Hazel. Ibu jarinya bergerak untuk mengusap lembut kulit wajah gadis itu. Tanpa mau membuang banyak waktu lagi — berhubung Orion masih cukup sadar kalau dia harus segera mengambil barang-barangnya dan mengantar Hazel pulang sebelum berangkat ke Lucid Records, dia pun segera mencium lembut bibir Hazel. Sebuah senyuman muncul di bibirnya saat Hazel membalas ciuman tersebut.
Kissing has never been so addictive for him before. But since he tasted her sweet lips two years ago for the first time, it really felt different. Especially when his heart always feels so full of love every time he kisses her. And he knows that she feels the same, too. That’s why it’s so addictive for him. So perfect, and of course, amazing.
“Could we go upstairs and kiss all night? I don’t wanna go to Bali right now,” bisik Orion ketika menyudahi ciuman tersebut.
Hazel hanya menanggapinya dengan tawa geli. “Nggak boleh gitu, tau? Itu kan kerjaan kamu, jadi kamu harus tanggung jawab dong. Plus, kamu juga udah janji mau pulangin aku ke rumah, bukannya diculik ke apartemen kamu.”
Decakan sebal lolos dari bibir Orion. “Janjinya nggak bisa aku tarik, ya?” Hazel menggeleng cepat. “Damn it,” rutuk Orion bercanda. “Okay, then,” sambungnya setelah beberapa saat, “I’ll make another promise.”
“Apa tuh?”
“I’ll kiss and hug you all night when I get home.”
Orion langsung mendapat hadiah tinjuan ganas dari Hazel. “Apa-apaan janjinya gitu?!” protes gadis itu dengan nada galak yang Orion pun tahu hanya candaan semata, sekaligus salah satu bentuk dari rasa salah tingkahnya.
“What’s wrong with that? Don’t you like my lips’ taste? Aren’t they taste like cherry?” goda Orion iseng sembari menaikkan sebelah alisnya dan sedikit menelengkan kepalanya.
Dalam penerangan yang seadanya itu, terlihat jelas kalau pipi Hazel bersemu merah. Sekarang, bukan tinjuan lagi yang Orion dapatkan, tapi wajahnya yang didorong kasar oleh Hazel.
Buru-buru Orion menangkap pergelangan tangan Hazel, dan dalam satu gerakan cepat, dia sudah menggenggam tangan kanan gadis itu. Orion pun kembali menyapukan bibirnya, kali ini pada buku-buku jari Hazel. Matanya terpejam selama beberapa detik saat melakukan hal tersebut.
Saat dia membuka matanya, Hazel tengah menatapnya. Masih dengan wajahnya yang memerah karena malu.
“I can’t promise you everything, but I guarantee my feelings for you will never change, Radella. Never.”
Sorot mata Orion berubah serius ketika mengucapkan kalimat tersebut. Dia sadar, mungkin saat ini dia terdengar seperti seorang pembual yang mengucapkan hal tersebut hanya karena sedang merasa bahagia dan dimabuk perasaan cinta yang menggebu-gebu. Tapi, Orion sungguh-sungguh akan ucapannya. Meski tidak ada yang tahu masa depan akan seperti apa, dia sudah lebih dulu mendedikasikan seluruh hatinya untuk perempuan yang seringkali menjadi inspirasi dan memenuhi hampir seluruh halaman songbook miliknya.
Senyuman manis beserta lesung pipi samar muncul di wajah Orion. “I hope I’m good enough for you to stay with me. So that I don’t have to worry about you changing your feelings for me one day. That’s my only wish for my birthday.”
“Are you kidding me?” balas Hazel spontan. Segera ditanggapi dengan kedua alis Orion yang berkerut. “Bukannya aku yang harusnya ngomong gitu? Kamu yang dikelilingin banyak orang yang lebih sempurna dari aku, jadi harusnya aku yang khawatir karena hal itu.”
“Don’t be.” Orion mengeratkan genggaman tangannya. Begitu pula dengan jemarinya yang tak henti mengusap punggung tangan Hazel. “They are not you. I don’t want them. I only want you. The one and only Radella in my life.”
“Okay, that’s it.” Hazel menarik paksa tangannya dan bergegas membuka pintu mobil Orion. “Stop this cheesy conversation karena kamu harus buru-buru ambil barangmu kalau nggak mau didemo semua orang terutama Daniel.”
Sembari terkekeh, Orion pun lekas mengikuti pergerakan Hazel untuk keluar dari mobil. Ketika mereka menunggu lift, Orion kembali menggenggam tangan Hazel, seakan takut kalau-kalau gadis itu akan pergi begitu saja ketika lepas dari pengawasannya.
“Wanna hold your hand,” sahut Orion jujur saat Hazel memprotes karena tangannya digenggam terlalu erat.
“You’re gonna break my wrist, Orion.”
“Nggak bakalan.” Orion terkekeh dan menuntun Hazel masuk ke dalam lift.
“Nih.” Sebuah notebook berwarna putih — persis dengan songbook miliknya — disodorkan oleh Hazel menggunakan tangannya yang bebas. “Terakhir aku liat songbook kamu udah mau habis, jadi ini aku beliin yang baru.”
Orion menyambut notebook tersebut dengan tampang berseri-seri. “Makasih ya,” ujarnya. “Gonna use this to write a lot of love songs for you.”
Kedua bola mata Hazel yang merotasi malas membuatnya tertawa. “Dasar musisi!”
Tawa Orion pun langsung meledak mendengar ejekan tersebut. Genggaman tangannya pindah menjadi rangkulan pada pinggang Hazel.
“You have no idea how much I love you, Radella.”
“Oh, shut up, Genio. I know that cause you'll start writing a song about me right after this.”
“Bingo,” tukas Orion bangga dengan cengiran lebarnya, berikut ciuman singkat yang dia berikan pada pucuk kepala Hazel. “I love you, so fucking much.”
136 notes · View notes
diahuha · 7 months
Text
Jalan panjang mencerdaskan bangsa dan dakwah sudah diuji bahkan di pintu gerbang rumah sendiri.
Adakah kita lelah??
Adakah kita cape dan menyerah.
Melingkarlah dengan org org yg optimis dan punya harapan.
Sebab pesimis pun dan apatis menular.
Bisa jadi kamu terlihat kuat tapi diem diem mengoyak2 akar pertahanmuu.
Kami hidup tapi kami nyaris tersengal sengal menghadapi hidup yang menghitam dan babak belur.
Akarku mulai tidak menghujam bumi.
Inikah rasanya jalan di gelap malam dengan penerangan hanya dari mata.
Tuhan,,aku belum usai.
10 notes · View notes
tangerangraya · 7 days
Text
Warga Mengeluh Tempatnya Kerap Angker, Pemkot Tangsel Jemput Bola, Sisir PJU yang Minim
Tangerang Selatan – Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui Dinas Perhubungan menargetkan pemasangan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) sebanyak 3.000 di tahun 2024. Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie mengatakan pemasangan ribuan PJU yang menyasar jalan-jalan di sudut perkampungan ini bertajuk “Tangsel Terang”. “Program ini sudah berjalan sejak 2022 lalu. Pada 2022 sudah terpasang 600,…
0 notes
apitrabble · 1 year
Text
i. “It’s not too late, let’s go.” // first kiss
Steve ingat betul ciuman pertama mereka: di senja hari di jalan setapak di taman belakang gedung kampusnya, dengan suara bass musik terdengar dari kejauhan dan lampu remang-remang sebagai penerangan.
Akhirnya. Setelah permainan tarik ulur sepihak yang panjang. Setelah bolak-balik berkirim pesan dengan penuh kehati-hatian. Setelah Steve sudah berada di ambang memupus harapan untuk bisa bersama dengan cowok impiannya itu.
Akhirnya.
“Yep, sudah pasti bukan straight,” kata Adam tiba-tiba, tanpa ada aba-aba, yang membuat Steve melupakan rasa gugupnya dan langsung melepas tawa.
Jantungnya masih berdegup kelewat kencang dan telapak tangannya terasa basah, tapi Adam kembali menariknya dalam ciuman, dan apa yang bisa Steve lakukan selain balas menciumnya? Kalau dia sedang berada di dunia mimpi, Tuhan, jangan biarkan dia terbangun.
Semenit. Dua menit. Mungkin sepuluh menit? Steve tidak tahu; dia kehilangan orientasi waktu. Yang dia tahu hanyalah Adam, tangan Adam di pinggangnya, bibir Adam di bibirnya.
“Hei, hei,” kata Adam, melepas ciuman. Alisnya tertaut. “Jam berapa sekarang? Kita janjian ketemu Fina jam tujuh buat cari makan malam.”
Right. Fina. Salah satu alasan kenapa Adam ada di tempat ini, di kampusnya ini. No offence, tapi Fina ada di urutan paling bawah di daftar hal-hal yang Steve pedulikan saat itu.
Steve menariknya untuk kembali mengecupnya. “Lupakan Fina. Kita masih ada waktu, Adam.”
“No, no, no—” cowok di depannya itu mencoba beringsut menghindar, meski ucapan dan tindakannya tampak berlawanan, karena saat Steve melingkarkan lengan di pundaknya untuk memperdalam ciuman mereka, Adam kembali luluh.
Semenit. Dua menit. Dan—
“Steve,” Adam mengerang kecil, melepaskan diri dan menjauhkan wajahnya dari Steve. “Kalau kita gak datang, nanti si Fina nyariin, Steve.”
Steve ragu Fina akan ingat dengan mereka saat teman baiknya itu sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Tapi wajah Adam terlihat sangat merah di bawah lampu redup taman, bergerak membenahi celana jeansnya dengan tidak nyaman, dan ah,  mungkin—mungkin mereka memang butuh waktu untuk menenangkan diri.
Steve berdehem, menyisir rambutnya dengan tangan, sebelum kemudian menepuk-nepuk bagian depan kemeja untuk mencoba merapikan penampilannya.
“Fine,” katanya akhirnya. “It’s not too late, let’s go. Kita bisa pergi ke kamar mandi kosong di lantai tiga untuk melanjutkan, but sure, kamu pilih untuk ketemuan makan sama Fina malam ini."
Dari sudut matanya, dia lihat jakun Adam bergerak naik-turun saat menelan ludah. Steve menundukkan kepala untuk menyembunyikan senyumnya yang terkembang. Setelah berhari-hari perasaannya tercabik tidak karuan, kali ini, Steve merasa hati kecilnya membumbung; terbang tinggi ke langit ketujuh.
.
(Kalau Adam menciumnya lagi di balik pohon setelah bertemu Fina, kemudian lagi di ruangan kosong yang mereka lalui, dan lagi di tempat parkir sebelum Adam pulang, well, anggap ini permulaan karena mereka masih akan punya banyak kesempatan kedepan.)
7 notes · View notes
milaalkhansah · 2 years
Text
Lingkungan.
Katanya, untuk bisa membuatmu bertumbuh lebih cepat. Temukanlah lingkungan yang bisa membuatmu semakin berkembang ke depan.
Lingkungan yang diisi oleh orang-orang yang mempunyai mimpi yang sama, dan value yang sejalan. Sebab, begitu melelahkannya berjalan sendirian, tanpa penerangan dan sokongan bantuan dari lingkaran terdalam.
Namun, jangan berharap lingkungan yang tepat itu bisa berdiri dengan sendiri. Kamu yang harus mulai untuk membangunnya. Kamu yang harus mulai mendatanginya.
Caranya dengan terlebih dahulu mengenali apa mimpi dan tujuanmu, sehingga lebih mampu menemukan orang-orang yang tepat akan hal itu. Dan hal ini akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebab terkadang di pertengahan jalan, kamu bisa saja mengenali orang yang kamu kira sejalan. Ternyata memiliki pemikiran yang bersebrangan. Kamu akan lelah dalam membangun pertemanan karena teralu sering menemukan orang yang tidak setujuan.
Dan itu nggak papa. Selama kamu telah mengenal betul apa yang menjadi impianmu ke depan. Lingkungan yang tepat itu akan terbangun perlahan.
Selamat menemukan.
- chapter 02 in 2023
30 notes · View notes
kantorberita · 2 months
Text
Peningkatan Penerangan di Kota Bengkulu: Dishub Pasang 305 Lampu PJU Tahun 2024
Peningkatan Penerangan di Kota Bengkulu: Dishub Pasang 305 Lampu PJU Tahun 2024 KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bengkulu terus melanjutkan pemasangan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) untuk meningkatkan penerangan di kota ini pada malam hari. Langkah ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu untuk menciptakan lingkungan yang lebih terang dan…
0 notes
bantennewscoid-blog · 6 months
Text
Lampu Penerangan Jalan di Jalur Wisata Pantai Bagedur Malimping Mati Total
SERANG – Jalur Pantai Bagedur Malimping, gelap gulita. Pasalnya, lampu penerangan jalan umum (PJU) di jalur utama menuju Pantai Bagedur, tepatnya di Jalan Malingping-Gunung Kencana, mengalami kerusakan dan mati total. Kondisi ini semakin memprihatinkan karena dua PJU yang mati total ini berada tak jauh dari Kantor Kecamatan Malimping. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi para wisatawan dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kakganta · 8 months
Text
SEMUA DEMI WADAS
Tumblr media
Dahsyat gemuruh hujan menyerbu Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada 24 Juni 1988 malam. Hamim kecil tengah bersiap tidur di sebelah adiknya yang sudah terlelap. 
Mereka tengah menginap di rumah neneknya yang menggelar selamatan. Tak jauh dari situ, paman Hamim juga sedang mengadakan acara tahlilan. Setidaknya ada 20 orang yang hadir di kedua acara. Waktu menunjukkan penghujung jam delapan malam, ketika suara tahlil masih terdengar bersahutan dengan deru hujan. Hamim tak bisa menahan kantuk.
“Waktu itu saya tidur,” tutur Hamim yang kini berusia 42 tahun. Tatkala Hamim saya temui di musala Wadas, 17 Desember 2021. Dia tak menyangka, Subuh itu menjadi pengalaman traumatis yang kelak dibawanya hingga dewasa.
Duaaarrr!!!
Suara ledakan–bunyi tanah ambruk karena longsor–terdengar dari jauh. Warga yang khidmat melantunkan ayat-ayat suci dibuat terkejut. Ngatirin bersama warga yang berada di lokasi hanya bertanya-tanya, tetapi tak bergegas meninggalkan rumah tersebut. Jarak jauh dan hujan yang menggila menjadi alasannya.
Tiba-tiba, rumah yang diduduki Ngatirin kejatuhan tetesan air bocor. Sebuah tetesan yang tidak biasa. Sekelebat selanjutnya, rumah itu ambruk diserbu lumpur dari tanah longsor yang menuju ke hilir sungai.
Warga tak sempat bereaksi barang sepatah kata pun. Material rumah berhamburan bersama seisi rumah. Ngatirin hanyut sejauh 50 meter. Dia mencoba menyelamatkan diri lewat sawah. Sayang, hempasan banjir bandang bercampur lumpur alias aliran debris itu kembali mendorongnya tak tentu arah. Gumpalan-gumpalan lumpur ikut tertelan. Hingga akhirnya Ngatirin berhasil menjamah pelepah daun kelapa dan bergelantungan dua jam lamanya.
“Saya sampai luka-luka,” ucap Ngatirin (52) seraya menunjukkan letak luka pada tangan serta antara hidung dan bibirnya yang bekasnya sudah hilang.
Tumblr media
Sekitar pukul 24.00, laju lumpur mereda. Ngatirin dijemput kakak kandungnya untuk pulang ke rumah. Setelah memakan banyak tanah, perut Ngatirin tidak sanggup menelan makanan hingga dua hari kemudian.
Luapan air bah bercampur lumpur itu juga disaksikan Marsono, 63 tahun. Sebelumnya, ayahnya gusar melihat lebatnya hujan di malam tragedi. Hujan tersebut sudah berlangsung sejak sore dan kian lebat kala menginjak jam delapan malam.
“Udaranya kok amis-amis. Hujannya beda,” kata ayahnya malam itu sebagaimana ditirukan Marsono.
Marsono yang mengantuk tak terlalu menanggapi ucapan ayahnya. Tiba-tiba seorang kerabat mendatangi rumahnya dan mengajak pergi. Bersama dua orang lainnya, Marsono bergegas menuju ke arah Sungai Wadas ditemani penerangan seadanya. Arus listrik yang belum masuk ke Wadas ditambah hujan lebat membuat suasana serasa angker.
Dalam perjalanan, mereka bertiga ditahan aliran air riam dari sungai yang sampai ke daratan. Bersamaan dengan itu terlihat bongkahan tanah yang amat besar turut memblokade jalan mereka. Tak hanya mengisolasi jalan, tanah itu juga menahan aliran sungai sehingga berbelok mencapai daratan. Mereka terpaksa mencari jalan lain. Rasa takut dan udara dingin mengusap dada.
Demikianlah bencana berawal dari lonjakan hujan yang disertai angin kencang. Air hujan yang deras menyebabkan kandungan air dalam tanah menjadi jenuh. Terjadi gangguan keseimbangan pada lereng dataran tinggi yang berakibat tanah longsor. 
Bongkahan tanah dari lereng-lereng terjal menyerbu dan menyumbat aliran sungai di bawahnya. Arus sungai membuncah setelah kejatuhan bongkahan tanah. Tumpah ruah bersama lumpur membanjiri daratan. Menyapu tiga rumah, pohon, dan apapun yang dilintasinya. Begitulah kiranya kesaksian sejumlah warga.
Tumblr media
Malam berganti Subuh, ketika Hamim membuka sepasang matanya. Sontak ia terkejut tatkala mendapati dirinya terbangun di bawah atap langit. Hamim baru menyadari ia terbangun di area lahan sawah.
Tubuhnya sedikit lecet dengan pakaian yang basah diguyur air. Hujan belum berhenti, meski tidak sederas semalam. Dari jauh terdengar suara teriakan meminta tolong bergantian dengan seruan “Allahu Akbar”. Hamim mencari asal suara. Ia pun melihat potongan-potongan kaca tajam dari rumah-rumah yang hancur. Tak jauh dari situ terlihat aliran lumpur yang bercampur darah.
Salah satu korban yang terhempas longsor adalah Jalal. Laki-laki berpostur tinggi besar ini dikenal sebagai orang yang kuat seantero Wadas. Para saksi melihat ia tengah berkeliling mencari anak dan istrinya. Langkahnya terseok-seok karena kaki kirinya hancur dihempas aliran debris. Dia terus berteriak memanggil istri dan anaknya tanpa peduli darah terus mengucur dari kakinya.
“Anak, bojoku, di mana?” teriak Jalal sebagaimana didengar saksi malam itu.
Dia tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaan anak dan istri yang tengah mengandung delapan bulan. Ketika tim evakuasi tiba, mereka menemukan Jalal tergolek lemas karena kehilangan banyak darah. Jalal menghembuskan nafas terakhir di atas tandu menuju tempat perawatan. Demikianlah diketahui istri dan anaknya juga ditemukan tewas.
Proses evakuasi dilakukan warga dibantu warga desa lain. Korban yang masih hidup segera ditandu dengan berjalan kaki menuju puskesmas terdekat. Beberapa yang tidak beruntung, menghembuskan nafas dalam perjalanan. Kala itu aksesibilitas transportasi dan jalan di Wadas tidak sebaik sekarang. Perjalanan memakan waktu lama. Belum lagi gelap malam dan derasnya hujan turut menghambat evakuasi.
“Kesana kemari bawa orang,” kisah Marsono yang menyaksikan lalu lalang tandu, sepanjang malam itu.
Longsor dan banjir bandang memakan korban tujuh jiwa dan tiga rumah. Selama seminggu sungai Wadas menjadi keruh akibat banjir lumpur.
Kini, rumah yang dahulu disapu aliran debris telah disulap menjadi hamparan sawah. Serumpun pohon bambu yang masih bertahan dari longsor, kini tumbuh kian subur dan menjadi saksi bisu tragedi malam itu.
Tumblr media
Dulu Jagung, Kini Tambang
Kaca mata saya terlepas jatuh hingga tiga kali. Sandal saya copot ketika menyusuri lereng yang ambles dalam tragedi longsor 1988. Medan kawasan itu lebih curam dibanding dataran tinggi lain di Wadas. Patahan bekas longsor masih terlihat, meski sudah samar dimakan waktu.
Jauh sebelum bencana terjadi, nenek moyang warga Wadas dikenal pembudidaya aren. Dalam perkembangannya, jagung kemudian dinilai menjadi komoditas yang lebih menguntungkan. Bahkan nasi jagung menjadi makanan sehari-hari warga Wadas masa itu. Pembukaan lahan untuk perkebunan jagung pun berlangsung. Warga rela menebas pohon-pohon aren yang banyak bertumbuh di dataran tinggi untuk dijadikan lahan jagung. Selain jagung, ada pula tanaman seperti ketela pohon dan kacang-kacangan.
Tak heran, kawasan dataran tinggi Wadas waktu itu cenderung memiliki tutupan yang lebih jarang. Marsono menyebut dengan istilah gundul karena pohon-pohon perindang tak banyak tumbuh. Padahal vegetasi menjadi faktor pengontrol yang penting bagi tanah. Jika daerah tutupan suatu kawasan baik, maka lereng tersebut juga stabil dari bencana.
Dari sinilah timbul masalah baru. Dengan terjadinya alih fungsi dari lahan aren menjadi lahan perkebunan jagung, kawasan tersebut harus menata ulang aliran air. Apabila tidak ditata, maka akan mengganggu stabilitas lereng akibat tanah yang jenuh. Bahkan satu-satunya keluarga yang mendiami dataran tinggi itu memilih pindah rumah setelah melihat ada retakkan tanah di pekarangannya.
Tak ada yang menyangka, 24 tahun kemudian tanah di kawasan itu mengalami longsor hingga menyumbat aliran sungai. Tak ada yang menduga bencana itu menghilangkan nyawa tujuh orang warga. Pemerintah daerah setempat menduga longsor terjadi karena lahan bagian atas yang gundul.
Tak ingin terus dirundung trauma, warga Wadas berinisiatif mengganti pola vegetasi. Perkebunan jagung mulai ditinggalkan. Tanaman seperti bambu ampel, pohon mlanding, jati lanang dan lain-lain, dipilih menjadi penguat lereng. Pohon-pohon bertumbuh menutupi hampir seluruh areal di atas kaki bukit. Warga memilih pola pertanian multikultural yang sesuai dengan struktur morfologi tanahnya. Usai 1988, longsor besar tak pernah lagi terjadi di Wadas.
“Orang yang baik adalah orang yang belajar dari pengalaman,” kata pakar Manajemen Bencana Geologi Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Nandra Nugroho kala dihubungi via telepon 6 Desember 2021.
Menurut Nandra pemahaman dan kesadaran warga Wadas terhadap persoalan lingkungan sudah amat baik. Warga menanam jenis tanaman endemik Wadas yang relatif cocok dengan morfologi di sana.
“Kejadian itu (longsor) menjadi pembelajaran. Dengan local wisdom-nya, mereka beradaptasi dengan alam. Saya percaya itu,” tutur Nandra.
Pasca-kejadian longsor, warga kembali mencangkul, menanam, dan memanen. Namun rencana penambangan kuari batuan andesit di Wadas untuk membangun Bendungan Bener di Desa Guntur, Kecamatan Bener mengancam aktivitas bertani mereka. Bendungan yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Wadas diperkirakan membutuhkan material kuari dari 114 hektare lahan Wadas. Proyek bendungan itu di bawah prakarsa Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan merupakan proyek strategis nasional (PSN).
Muncul penolakan tambang dari warga Wadas. Memori masa lalu akan tragedi longsor menjadi salah satu alasan penolakan.
“Misal tebingnya ditambang 75 meter, lebih bahaya lagi. Kanan kiri desa bisa hancur. Bahaya sekali. Ini persoalan keselamatan warga juga,” kata Marsono mewanti-wanti.
Saksi mata longsor 1988 ini takut aliran air akan rusak dan menyebabkan bencana yang lebih besar dan mencekam dari sebelumnya.
“Alam itu kalau diganggu manusia akan membalas juga,” ucap Marsono dengan mata bak bara yang berpijar, seraya mengapit rokok di jari-jarinya.
Kawasan Rawan Longsor
Tumblr media
Bukit Menoreh yang didiami Wadas merupakan bekas pegunungan api yang sudah tua. Bukit ini dikontrol struktur geologi yang jauh lebih kompleks. Wajar apabila wilayah sekitar Menoreh memiliki tingkat rawan longsor yang tinggi.
“Pasti semua tahu pegunungan Menoreh rawan longsor,” tutur Nandra tanpa keraguan.
Local wisdom atau kearifan lokal yang dimiliki warga Wadas sudah menata jalan mitigasi untuk menangani longsor. Namun, yang terjadi selanjutnya akan berbeda apabila terjadi alih fungsi lahan untuk pertambangan. Mengingat kawasan tersebut memiliki morfologi yang tidak boleh diubah, apa lagi ditambang. Pembersihan lahan akibat konsekuensi logis pembangunan tambang akan memicu potensi bencana yang lebih buruk. 
“Tidak ada pemicu atau alih fungsi lahan pun sudah rawan longsor. Apa lagi kalo ditambang, pasti akan terjadi longsor,” tegas Nandra.
Sebagai kawasan hulu, Wadas memiliki peran penting untuk menjadi zona resapan. Jika zona tersebut diganggu penambangan, maka bencana ekologi lain akan terjadi. Seperti hilangnya fungsi ruang tangkapan air yang menyebabkan matinya sumber-sumber air. Pada akhirnya debit air akan berkurang dan Purworejo akan menjadi kawasan paling terdampak krisis pasokan air bersih.
Persoalan lainnya, jika drainase Purworejo tidak siap menampung, maka akan terjadi bencana banjir tatkala hujan. Begitu pula kekeringan akan menghantui ketika musim kemarau. Dengan demikian, menurut Nandra, Wadas memiliki posisi penting dalam menata kestabilan ekologi di sekitarnya. Dia menganggap serangkaian penolakan atas proyek tambang oleh warga Wadas sangat beralasan.
Meski pola kehidupan warga Wadas membantu kestabilan ekologi dari bencana alam. Namun, menurut Nandra, upaya tersebut bukan hanya tugas warga Wadas semata.
“Negara juga harus mengambil peran, bukan malah memperburuk keadaan. Proyek pertambangan ini mimpi buruk,” kata Nandra.
Begitu pun yang dirasakan warga Wadas. Sejumlah saksi mata dan penyintas bencana longsor 1988 berulang kali menyebut istilah medeni yang berarti menakutkan. Sebagai satu kata yang menggambarkan kengerian tragedi masa itu. 
Tak terkecuali Ngatirin yang tampak lebih emosional ketika mengisahkan ulang trauma masa lalunya. Amarahnya makin menjadi-jadi kala disinggung ihwal rencana tambang kuari di desanya.
“Saya siap mati untuk melawan (tambang), karena alam lebih serem kalo diganggu. Saya takut sama longsor, (tapi) kalau sama polisi gak takut. Karena saya membela kebenaran,” ucap Ngatirin tegas. 
Rachmad Ganta Semendawai
Tulisan ini pernah terbit di Philosofisonline.id dengan judul: Tambang Datang, Longsor di Wadas Terancam Berulang." Naskah ini saya terbitkan di sini dengan sedikit tambahan dan perubahan narasi
5 notes · View notes
galeritumbang · 11 months
Text
Malam ini tiba-tiba mata dan jemariku tergerak untuk memilih mendengarkan lagu Nadin. Dan ternyata, lagu ini manis, hangat, penuh akan makna doa. Selain bahagia, terharu juga tak ingin beranjak begitu saja. Sampai akhirnya mata meneteskan airnya. Tak mengapa, rasanya jauh lebih lega.
Nadin, aku benar-benar sedang berupaya senantiasa percaya, tidak khawatir, dan berprasangka baik dengan Tuhan. Semoga segala niat baikku diberi jalan, penerangan, kemudahan juga kekuatan dalam menerima segala sesuatunya.
Jogja, 23 Oktober 2023 | 22.53
2 notes · View notes
goresantintaa · 1 year
Text
Mahasiswa : Proses Pembentukan Manusia
Jujur saja,
Ada kredo yang menggerogoti otakku selama menjadi mahasiswa, pahaman yakni uang, laba dan keberhasilan tidak lagi dipandang sebagai imbas, tetapi menjadi tujuan utama dalam hidup.
Secara tak sadar aku diajarkan bahwa keuntungan materi yang ku dapat harus sejajar dengan usaha keras yang ku rintis, semua kegiatanku musti berujung pada laba dan kesuksesan materi.
Tapi kata nenek moyangku..
Hidup ini singkat, seperti bertamu di rumah yang aneh, jalan yang kita tempuh remang-remang dibawah kesadaran yang berkelap-kelip, carilah penerangan dari oranglain, walaupun hanya kecil setidaknya itu bisa memandumu. (Einstein)
Maka dari situ muncullah beberapa pengetahuan baru yang berasal dari guru-guru ajaibku yang berprinsip hidup : bahwa kita layak hidup dengan sederhana (harmonis tanpa kesengsaraan) sebab alam senang dengan kesederhanaan begitupun dengan Pemilik Semesta. Jangan mau dikendalikan oleh egomu dan ego-ego manusia lain disekitarmu. Sebab egolah yang membentukmu menjadi manusia yang sengsara.
------------------------------------------------------------------
Seperti halnya berkebun, tanaman tidak bisa tumbuh hanya dengan ambisi dan niat baik saja, tanaman tumbuh hanya ketika kita mengeluarkan usaha untuk mereka. Dan pada akhirnya proses penanaman itulah yang sangat berharga.
Kuyakini, akan kutemukan keindahanNya walaupun menjadi golongan yang langka tapi diam-diam tumbuh sebagai benih yang dirawat sekaligus disudutkan oleh pihak yang meyakini kegiatanku akhir-akhir ini tak ada manfaatnya. Cuaks
#kitajisessadirita
3 notes · View notes
archronova · 1 year
Text
Baca - Baca aja
29 Maret 2023
Sambil menghabiskan waktu mengetik apapun yang terlewat dibenak. Yang indikasinya adalah untuk mencari jalan yang lurus, ditengah kesemrawutan rencana, ketidakpastian esok hari, dan keburaman intuisi. 
Berjalan didalam gelap, seakan mengutuk diri. kenapa tak siapkan penerangan sesaat sebelum memasuki terowongan. 
Masih merangkai kata-kata. Untuk siapkan diri menghadapi pagi mendatang. 
...
30 Maret 2023
Hari yang sepi, sehingga dapat mengalokasi kan lebih ke hal hal yang sebelumnya belum selesai. Seperti kepribadianku tentunya..
...
31 Maret 2023
Cara pandang yang memuakkan, hampir hampir terseret arus yang tak terelakkan. Kini menerima kenyataan bahwa semua berkembang secara eksponensial.
3 notes · View notes