Tumgik
#Rumah ambruk
bantennewscoid-blog · 5 months
Text
Bantah Warga Ambruk, Lurah Bagendung Cilegon Bantah Cuek
CILEGON – Lurah Bagendung, Eha Nursoleha membantah pihaknya tinggal diam dan tak peduli terhadap warga yang rumahnya ambruk rata dengan tanah di Lingkungan Larangan, RT 008/RW 004, Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon. Sebelumnya diberitakan, Rohman (49) pemilik rumah yang kini telah ambruk rata dengan tanah itu mengeluh lantaran tak kunjung ada bantuan perbaikan. Ketiadaan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
borobudurnews · 2 years
Text
Pemkot Magelang Serahkan Bantuan Untuk Warga Kiringan yang Rumahnya Ambruk
Pemkot Magelang Serahkan Bantuan Untuk Warga Kiringan yang Rumahnya Ambruk
BNews—MAGELANG— Pemerintah Kota Magelang memberikan bantuan kepada warga yang rumahnya ambruk akibat hujan deras di Kampung Kiringan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang. Rumah yang memiliki tiga kamar itu dihuni oleh sembilan orang. Bantuan dari Baznas dan PMI itu secara simbolis diserahkan oleh Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz dan jajarannya, Rabu (2/11/2022). Pemilik rumah, Mujidah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
galapos · 2 months
Text
Cerita horor, selamat dari musibah
0 notes
nonaabuabu · 7 months
Text
Meromantisasi Sendirian
Tumblr media
Aku sendirian itu nggak cuma dalam bentuk aku masih single, tapi aku benaran tinggal sendiri. Semua aktivitas di luar pekerjaan sepenuhnya aku lakukan sendirian.
Ini memasuki bulan ke-enam, kalau sebelumnya aku masih punya teman berbagi banyak kegiatan bersama karena dulu tinggalnya bareng teman lain, sekarang semuanya sendiri. Mulai dari belanja, masak, beresin rumah dan sederet kegiatan lain.
Jujur, lima bulan belakangan aku kesepian. Kalau diingat-ingat ini momen paling panjang aku sendirian, meski udah merantau belasan tahun, aku selalu punya teman dan momen sendiriannya hanya sekali dua kali. Jadi bisa dibilang, ini ujian yang susah sekali dipetik hikmahnya.
Berulang kali aku mencoba bersikap bijaksana, tapi pada akhirnya runtuh lagi dan jadi sesenggukan. Kepala rasanya penuh tapi hidup kosong, konon lagi kantong, melompom. Dan barangkali ini usaha kesekian untuk selamat dari rasa kesepian, ya lagi-lagi meromantisasi sendirian.
Aku baca buku mana aja yang mau aku baca, terlepas isinya ngeselin, menyenangkan atau aku nggak paham. Aku baca buku puisi dengan suara nyaring, seolah-olah aku lagi di pentas musikalisasi puisi, nggak lupa pakai penghayatan dan maki-maki. Aku putar musik genre galau untuk ikutan nyanyi, bertingkah kayak yang punya panggungnya sendiri. Ganti ke musik beat atau rock dan kadang bollywood juga kpop, terus joget asik seolah lagi di dancefloor. Aku masak makanan paling mampu yang kubuat, buat minum segar, dan makan sambil videoin diri sendiri (ini parah sih) biar kayak mukbang ala-ala.
Aku melakukan banyak hal yang menciptakan suasana meningkatkan mood sendiri, meski masih sering ambruk dan tiba-tiba melow berkepanjangan. Siklus berulang yang kadang aku yakinkan, nggak masalah jatuh asalkan aku nggak berencana selamanya di sana. Bahkan kalau mau berenang di tempat yang buat tenggelam, nggak apa-apa. Anggap aja lagi syuting mermaid dan kau adalah antagonisnya (ingat ya antagonis itu juga peran utama).
Mungkin satu-satunya yang nggak kulakukan dalam rangka meromantisasi hidupku yang sendirian ini adalah, menuliskan puisi cinta yang manis. Soalnya urusan itu, cintaku selalu terasa pahit, bahkan mungkin lebih pahit dari empedu. Meski, kayaknya aku mulai ngehalu dengan kisah manis dari buku yang kubaca baru-baru ini.
Tapi meski sebanyak itu yang kulakukan untuk meromantisasi kesendirian, aku nggak mau menyebut itu sebagai self love. Karena konon yang aku dengar, perempuan kalau self love menyenangkan dirinya dengan membeli hal-hal yang dia mau, dan aku belum mampu melakukan itu, dan kalau nanti aku mampu aku mau belajar frugal living dan hidup minimalis. Sekarang kan masih kategori miskin, jadi santai dulu nggak si. Kan nggak akan membeli barang yang nggak berguna juga meski suka. Prioritas kebutuhan masih banyak soalnya.
50 notes · View notes
tulisanditaputri · 4 months
Text
Jauhi atau Patuhi
Siapa sih yang tidak tahu dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hampir semua orang mengetahui, tetapi hanya sedikit yang memahami dan mau menurut akan terapi. Semoga tulisan ini dapat sedikit membantu untuk menyelami hipertensi.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 yang diperoleh dengan pemeriksaan sesuai standar yang ditetapkan. Hipertensi masih bertahan menduduki urutan nomor 1, sebagai penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia, menyakitkan bukan. Berikut adalah cerita nyata yang menakutkan:
"Seorang pasien, laki-laki, usia 40 tahun, dibawa oleh keluarga ke UGD puskesmas dengan keluhan penurunan kesadaran. Menurut keterangan, pasien ditemukan ambruk tiba-tiba di kamar mandi. Sebelumnya, pasien sempat mengeluh nyeri kepala dan muntah. Pasien memiliki riwayat hipertensi, jarang minum obat. Pasien adalah perokok aktif. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien 250/130. Status gizi pasien masuk dalam kategori obesitas. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan, pasien dicurigai mengalami stroke hemoragik atau stroke perdarahan. Pasien selanjutnya dipersiapkan untuk dilakukan rujukan ke rumah sakit. Sayangnya, pasien tak selamat dan menghembuskan napas terakhir di perjalanan."
Cerita tersebut hanyalah 1 dari sekian banyaknya komplikasi yang disebabkan hipertensi. Jangan anggap remeh hipertensi, si "silent killer " yang diam-diam melakukan invasi ke organ penting penopang diri. Kebanyakan hipertensi penyebabnya tidak diketahui. Bahkan gejalanya pun tidak ada sama sekali. Jangan sampai lengah, tetaplah waspada dan berhati-hati. Stroke penyumbatan, stroke perdarahan, rusaknya saraf mata, gagal jantung, serangan jantung, gagal ginjal, merupakan komplikasi yang sering mengintai.
Hari ini, tepatnya tanggal 9 Juni, diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia. Semoga momentum ini tak berakhir sampai disini saja. Semoga semua menyadari bahwa hipertensi kelak menjadi tragedi bilamana alpa. Lupa untuk menjauhi dan mematuhinya.
Teruntuk kamu si tekanan darah normal, jangan lengah! Makanlah yang bergizi dan seimbang, rutin berolahraga, istirahat cukup, pola hidup sehat tak boleh lelah. Jauhi faktor risiko hipertensi seperti rokok, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebih, stres, obesitas, serta lingkar perut yang kian bertambah.
Teruntuk kamu si penderita hipertensi. Selain mengubah pola hidup, patuhilah terapi, minumlah obat setiap hari. Kontrol rutin, lakukan pemeriksaan setiap bulan untuk evaluasi terapi. Jangan pernah takut saat harus minum obat seumur hidup, karena terkandung manfaat yang lebih besar dibanding efeknya nanti.
"Selamat hari hipertensi. Jauhi faktor risiko atau patuhi terapi"
2 notes · View notes
kakganta · 8 months
Text
SEMUA DEMI WADAS
Tumblr media
Dahsyat gemuruh hujan menyerbu Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah pada 24 Juni 1988 malam. Hamim kecil tengah bersiap tidur di sebelah adiknya yang sudah terlelap. 
Mereka tengah menginap di rumah neneknya yang menggelar selamatan. Tak jauh dari situ, paman Hamim juga sedang mengadakan acara tahlilan. Setidaknya ada 20 orang yang hadir di kedua acara. Waktu menunjukkan penghujung jam delapan malam, ketika suara tahlil masih terdengar bersahutan dengan deru hujan. Hamim tak bisa menahan kantuk.
“Waktu itu saya tidur,” tutur Hamim yang kini berusia 42 tahun. Tatkala Hamim saya temui di musala Wadas, 17 Desember 2021. Dia tak menyangka, Subuh itu menjadi pengalaman traumatis yang kelak dibawanya hingga dewasa.
Duaaarrr!!!
Suara ledakan–bunyi tanah ambruk karena longsor–terdengar dari jauh. Warga yang khidmat melantunkan ayat-ayat suci dibuat terkejut. Ngatirin bersama warga yang berada di lokasi hanya bertanya-tanya, tetapi tak bergegas meninggalkan rumah tersebut. Jarak jauh dan hujan yang menggila menjadi alasannya.
Tiba-tiba, rumah yang diduduki Ngatirin kejatuhan tetesan air bocor. Sebuah tetesan yang tidak biasa. Sekelebat selanjutnya, rumah itu ambruk diserbu lumpur dari tanah longsor yang menuju ke hilir sungai.
Warga tak sempat bereaksi barang sepatah kata pun. Material rumah berhamburan bersama seisi rumah. Ngatirin hanyut sejauh 50 meter. Dia mencoba menyelamatkan diri lewat sawah. Sayang, hempasan banjir bandang bercampur lumpur alias aliran debris itu kembali mendorongnya tak tentu arah. Gumpalan-gumpalan lumpur ikut tertelan. Hingga akhirnya Ngatirin berhasil menjamah pelepah daun kelapa dan bergelantungan dua jam lamanya.
“Saya sampai luka-luka,” ucap Ngatirin (52) seraya menunjukkan letak luka pada tangan serta antara hidung dan bibirnya yang bekasnya sudah hilang.
Tumblr media
Sekitar pukul 24.00, laju lumpur mereda. Ngatirin dijemput kakak kandungnya untuk pulang ke rumah. Setelah memakan banyak tanah, perut Ngatirin tidak sanggup menelan makanan hingga dua hari kemudian.
Luapan air bah bercampur lumpur itu juga disaksikan Marsono, 63 tahun. Sebelumnya, ayahnya gusar melihat lebatnya hujan di malam tragedi. Hujan tersebut sudah berlangsung sejak sore dan kian lebat kala menginjak jam delapan malam.
“Udaranya kok amis-amis. Hujannya beda,” kata ayahnya malam itu sebagaimana ditirukan Marsono.
Marsono yang mengantuk tak terlalu menanggapi ucapan ayahnya. Tiba-tiba seorang kerabat mendatangi rumahnya dan mengajak pergi. Bersama dua orang lainnya, Marsono bergegas menuju ke arah Sungai Wadas ditemani penerangan seadanya. Arus listrik yang belum masuk ke Wadas ditambah hujan lebat membuat suasana serasa angker.
Dalam perjalanan, mereka bertiga ditahan aliran air riam dari sungai yang sampai ke daratan. Bersamaan dengan itu terlihat bongkahan tanah yang amat besar turut memblokade jalan mereka. Tak hanya mengisolasi jalan, tanah itu juga menahan aliran sungai sehingga berbelok mencapai daratan. Mereka terpaksa mencari jalan lain. Rasa takut dan udara dingin mengusap dada.
Demikianlah bencana berawal dari lonjakan hujan yang disertai angin kencang. Air hujan yang deras menyebabkan kandungan air dalam tanah menjadi jenuh. Terjadi gangguan keseimbangan pada lereng dataran tinggi yang berakibat tanah longsor. 
Bongkahan tanah dari lereng-lereng terjal menyerbu dan menyumbat aliran sungai di bawahnya. Arus sungai membuncah setelah kejatuhan bongkahan tanah. Tumpah ruah bersama lumpur membanjiri daratan. Menyapu tiga rumah, pohon, dan apapun yang dilintasinya. Begitulah kiranya kesaksian sejumlah warga.
Tumblr media
Malam berganti Subuh, ketika Hamim membuka sepasang matanya. Sontak ia terkejut tatkala mendapati dirinya terbangun di bawah atap langit. Hamim baru menyadari ia terbangun di area lahan sawah.
Tubuhnya sedikit lecet dengan pakaian yang basah diguyur air. Hujan belum berhenti, meski tidak sederas semalam. Dari jauh terdengar suara teriakan meminta tolong bergantian dengan seruan “Allahu Akbar”. Hamim mencari asal suara. Ia pun melihat potongan-potongan kaca tajam dari rumah-rumah yang hancur. Tak jauh dari situ terlihat aliran lumpur yang bercampur darah.
Salah satu korban yang terhempas longsor adalah Jalal. Laki-laki berpostur tinggi besar ini dikenal sebagai orang yang kuat seantero Wadas. Para saksi melihat ia tengah berkeliling mencari anak dan istrinya. Langkahnya terseok-seok karena kaki kirinya hancur dihempas aliran debris. Dia terus berteriak memanggil istri dan anaknya tanpa peduli darah terus mengucur dari kakinya.
“Anak, bojoku, di mana?” teriak Jalal sebagaimana didengar saksi malam itu.
Dia tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaan anak dan istri yang tengah mengandung delapan bulan. Ketika tim evakuasi tiba, mereka menemukan Jalal tergolek lemas karena kehilangan banyak darah. Jalal menghembuskan nafas terakhir di atas tandu menuju tempat perawatan. Demikianlah diketahui istri dan anaknya juga ditemukan tewas.
Proses evakuasi dilakukan warga dibantu warga desa lain. Korban yang masih hidup segera ditandu dengan berjalan kaki menuju puskesmas terdekat. Beberapa yang tidak beruntung, menghembuskan nafas dalam perjalanan. Kala itu aksesibilitas transportasi dan jalan di Wadas tidak sebaik sekarang. Perjalanan memakan waktu lama. Belum lagi gelap malam dan derasnya hujan turut menghambat evakuasi.
“Kesana kemari bawa orang,” kisah Marsono yang menyaksikan lalu lalang tandu, sepanjang malam itu.
Longsor dan banjir bandang memakan korban tujuh jiwa dan tiga rumah. Selama seminggu sungai Wadas menjadi keruh akibat banjir lumpur.
Kini, rumah yang dahulu disapu aliran debris telah disulap menjadi hamparan sawah. Serumpun pohon bambu yang masih bertahan dari longsor, kini tumbuh kian subur dan menjadi saksi bisu tragedi malam itu.
Tumblr media
Dulu Jagung, Kini Tambang
Kaca mata saya terlepas jatuh hingga tiga kali. Sandal saya copot ketika menyusuri lereng yang ambles dalam tragedi longsor 1988. Medan kawasan itu lebih curam dibanding dataran tinggi lain di Wadas. Patahan bekas longsor masih terlihat, meski sudah samar dimakan waktu.
Jauh sebelum bencana terjadi, nenek moyang warga Wadas dikenal pembudidaya aren. Dalam perkembangannya, jagung kemudian dinilai menjadi komoditas yang lebih menguntungkan. Bahkan nasi jagung menjadi makanan sehari-hari warga Wadas masa itu. Pembukaan lahan untuk perkebunan jagung pun berlangsung. Warga rela menebas pohon-pohon aren yang banyak bertumbuh di dataran tinggi untuk dijadikan lahan jagung. Selain jagung, ada pula tanaman seperti ketela pohon dan kacang-kacangan.
Tak heran, kawasan dataran tinggi Wadas waktu itu cenderung memiliki tutupan yang lebih jarang. Marsono menyebut dengan istilah gundul karena pohon-pohon perindang tak banyak tumbuh. Padahal vegetasi menjadi faktor pengontrol yang penting bagi tanah. Jika daerah tutupan suatu kawasan baik, maka lereng tersebut juga stabil dari bencana.
Dari sinilah timbul masalah baru. Dengan terjadinya alih fungsi dari lahan aren menjadi lahan perkebunan jagung, kawasan tersebut harus menata ulang aliran air. Apabila tidak ditata, maka akan mengganggu stabilitas lereng akibat tanah yang jenuh. Bahkan satu-satunya keluarga yang mendiami dataran tinggi itu memilih pindah rumah setelah melihat ada retakkan tanah di pekarangannya.
Tak ada yang menyangka, 24 tahun kemudian tanah di kawasan itu mengalami longsor hingga menyumbat aliran sungai. Tak ada yang menduga bencana itu menghilangkan nyawa tujuh orang warga. Pemerintah daerah setempat menduga longsor terjadi karena lahan bagian atas yang gundul.
Tak ingin terus dirundung trauma, warga Wadas berinisiatif mengganti pola vegetasi. Perkebunan jagung mulai ditinggalkan. Tanaman seperti bambu ampel, pohon mlanding, jati lanang dan lain-lain, dipilih menjadi penguat lereng. Pohon-pohon bertumbuh menutupi hampir seluruh areal di atas kaki bukit. Warga memilih pola pertanian multikultural yang sesuai dengan struktur morfologi tanahnya. Usai 1988, longsor besar tak pernah lagi terjadi di Wadas.
“Orang yang baik adalah orang yang belajar dari pengalaman,” kata pakar Manajemen Bencana Geologi Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Nandra Nugroho kala dihubungi via telepon 6 Desember 2021.
Menurut Nandra pemahaman dan kesadaran warga Wadas terhadap persoalan lingkungan sudah amat baik. Warga menanam jenis tanaman endemik Wadas yang relatif cocok dengan morfologi di sana.
“Kejadian itu (longsor) menjadi pembelajaran. Dengan local wisdom-nya, mereka beradaptasi dengan alam. Saya percaya itu,” tutur Nandra.
Pasca-kejadian longsor, warga kembali mencangkul, menanam, dan memanen. Namun rencana penambangan kuari batuan andesit di Wadas untuk membangun Bendungan Bener di Desa Guntur, Kecamatan Bener mengancam aktivitas bertani mereka. Bendungan yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Wadas diperkirakan membutuhkan material kuari dari 114 hektare lahan Wadas. Proyek bendungan itu di bawah prakarsa Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan merupakan proyek strategis nasional (PSN).
Muncul penolakan tambang dari warga Wadas. Memori masa lalu akan tragedi longsor menjadi salah satu alasan penolakan.
“Misal tebingnya ditambang 75 meter, lebih bahaya lagi. Kanan kiri desa bisa hancur. Bahaya sekali. Ini persoalan keselamatan warga juga,” kata Marsono mewanti-wanti.
Saksi mata longsor 1988 ini takut aliran air akan rusak dan menyebabkan bencana yang lebih besar dan mencekam dari sebelumnya.
“Alam itu kalau diganggu manusia akan membalas juga,” ucap Marsono dengan mata bak bara yang berpijar, seraya mengapit rokok di jari-jarinya.
Kawasan Rawan Longsor
Tumblr media
Bukit Menoreh yang didiami Wadas merupakan bekas pegunungan api yang sudah tua. Bukit ini dikontrol struktur geologi yang jauh lebih kompleks. Wajar apabila wilayah sekitar Menoreh memiliki tingkat rawan longsor yang tinggi.
“Pasti semua tahu pegunungan Menoreh rawan longsor,” tutur Nandra tanpa keraguan.
Local wisdom atau kearifan lokal yang dimiliki warga Wadas sudah menata jalan mitigasi untuk menangani longsor. Namun, yang terjadi selanjutnya akan berbeda apabila terjadi alih fungsi lahan untuk pertambangan. Mengingat kawasan tersebut memiliki morfologi yang tidak boleh diubah, apa lagi ditambang. Pembersihan lahan akibat konsekuensi logis pembangunan tambang akan memicu potensi bencana yang lebih buruk. 
“Tidak ada pemicu atau alih fungsi lahan pun sudah rawan longsor. Apa lagi kalo ditambang, pasti akan terjadi longsor,” tegas Nandra.
Sebagai kawasan hulu, Wadas memiliki peran penting untuk menjadi zona resapan. Jika zona tersebut diganggu penambangan, maka bencana ekologi lain akan terjadi. Seperti hilangnya fungsi ruang tangkapan air yang menyebabkan matinya sumber-sumber air. Pada akhirnya debit air akan berkurang dan Purworejo akan menjadi kawasan paling terdampak krisis pasokan air bersih.
Persoalan lainnya, jika drainase Purworejo tidak siap menampung, maka akan terjadi bencana banjir tatkala hujan. Begitu pula kekeringan akan menghantui ketika musim kemarau. Dengan demikian, menurut Nandra, Wadas memiliki posisi penting dalam menata kestabilan ekologi di sekitarnya. Dia menganggap serangkaian penolakan atas proyek tambang oleh warga Wadas sangat beralasan.
Meski pola kehidupan warga Wadas membantu kestabilan ekologi dari bencana alam. Namun, menurut Nandra, upaya tersebut bukan hanya tugas warga Wadas semata.
“Negara juga harus mengambil peran, bukan malah memperburuk keadaan. Proyek pertambangan ini mimpi buruk,” kata Nandra.
Begitu pun yang dirasakan warga Wadas. Sejumlah saksi mata dan penyintas bencana longsor 1988 berulang kali menyebut istilah medeni yang berarti menakutkan. Sebagai satu kata yang menggambarkan kengerian tragedi masa itu. 
Tak terkecuali Ngatirin yang tampak lebih emosional ketika mengisahkan ulang trauma masa lalunya. Amarahnya makin menjadi-jadi kala disinggung ihwal rencana tambang kuari di desanya.
“Saya siap mati untuk melawan (tambang), karena alam lebih serem kalo diganggu. Saya takut sama longsor, (tapi) kalau sama polisi gak takut. Karena saya membela kebenaran,” ucap Ngatirin tegas. 
Rachmad Ganta Semendawai
Tulisan ini pernah terbit di Philosofisonline.id dengan judul: Tambang Datang, Longsor di Wadas Terancam Berulang." Naskah ini saya terbitkan di sini dengan sedikit tambahan dan perubahan narasi
5 notes · View notes
regulusky · 1 year
Text
Tuan Topi.
Enak sekali.
Aku menyesap lagi teh vanilla buatanku untuk kedua kalinya. Aku memejamkan mataku saat rasa hangat menjalar masuk ke tenggorokanku. Teh vanilla dengan poffertjes adalah perpaduan yang pas untuk sarapan.
Mataku terkunci pada bunga-bunga yang menghiasi teras rumahku, kebun kecil-kecilan yang ku buat satu tahun lalu. Aku memilih bunga matahari untuk ku tanam dan ku urus bak buah hati sendiri.
Ternyata, melihat mereka tumbuh sebesar dan seindah ini, membuatku tenang. Ah, rasanya aku betah berlama-lama memandangi bunga-bungaku tanpa melakukan apapun.
Aku berjalan mendekati mereka, ku hirup aroma tubuhnya yang menenangkan, ku bersihkan pelan-pelan dari kotoran atau sekadar daun-daun yang berjatuhan di sekitar bunga-bungaku.
Sembari membersihkan buah hati, pikiranku melayang ke memori satu tahun silam, tepat hari ini, adalah satu tahun aku bertemu sekaligus berpisah dengan seseorang yang masih terus saja ada di ingatanku.
Pertemuan singkat yang sangat berkesan— dan yang paling membuatku bahagia, sepanjang aku menghirup udara gratis di dunia ini. Pertemuan dengan Tuan Topi, sesungguhnya aku tidak tahu siapa namanya, namun wajah dan postur tubuhnya masih teringat jelas. Aku memanggilnya Tuan Topi, karena ketika kami bertemu, ia memakai topi berwarna hitam yang basah karena terkena rintik hujan.
Tuan Topi, aku baik-baik saja di sini. Jika kau masih mengingatku— dan mungkin sedikit penasaran dengan kabarku, aku mulai berkebun untuk mengisi waktu luangku yang semakin hari semakin banyak saja, aku tidak lagi berpindah tempat setelah gempa melanda kota Magnolia Springs tahun lalu, rumahku ambruk, hanya menyisakan sedikit barang, itupun barang-barang yang memang kokoh dan padat, sisanya aku tidak tahu di mana, ada yang hilang, ada juga yang hancur tak terbentuk.
Aku menyewa rumah setelah satu bulan mengungsi di balai kota bersama warga lainnya, ketika keadaan dirasa sudah aman, kami diperbolehkan pergi dari pengungsian untuk melanjutkan hidup.
Nasib hidup sendiri dan tak punya sanak saudara, aku kebingungan, kemana lagi aku harus pulang? Tak ada lagi tempat pulang yang biasa ku sebut rumah, ini artinya, aku harus membangun rumah baru, dan ini artinya, aku harus mengocek tabunganku yang harusnya ku pakai untuk berlibur ke negara lain.
Untungnya, ada pemilik rumah berbaik hati yang rela menyewakan rumahnya untukku dengan harga murah sesuai dengan kantong, rumah ini sempit, tapi cukup besar untukku tinggali seorang diri, jika kau belum punya rumah, bolehlah bergabung denganku suatu hari nanti, Tuan Topi. Masih muat untuk tambah satu orang lagi.
Tuan Topi, aku masih sering menggerakan jemariku di atas piano, memainkan lagi Nocturne Op 9 no 2 yang pernah ku mainkan untukmu. Semua masih sama, yang berbeda tak ada lagi tepukan tangan darimu.
Tuan Topi, aku masih setia membuat susu vanilla hangat untuk menghangatkan tubuh di kala hujan datang, semua masih sama Tuan Topi, yang berbeda tak ada lagi yang berkata bahwa susu vanillaku adalah yang paling enak.
Tuan Topi, semua masih sama, aku masih sendiri dan tak punya suami, mungkinkah kau juga sama? Belum ada perempuan yang mendampingi. Tapi, kalau sudah ada, tidak apa-apa juga, sih. Itu hak mu.
Itu hak mu, tapi hak ku juga bukan, berdoa semoga kau masih sendiri. Maaf ya, aku mungkin sudah mulai gila.
Gila karena rindu.
Tapi, aku ingin berterima kasih kepada Tuhan, sudah memberikanku kesempatan bertemu denganmu walau sangat sebentar, setidaknya, aku diizinkan untuk merasakan kehangatan di dalam hati, Tuhan baik sekali, ya?
Tuan Topi, jika kau masih hidup, ku doakan kau agar selalu sehat dan bahagia, namun jika kau telah mati, ku doakan pula agar kau bisa tenang dan bahagia di kehidupan yang baru. Namun aku yakin, kau masih hidup, setidaknya selalu hidup di dalam pikiranku.
Tuan Topi yang berbahagia, ingatlah aku walau hanya satu detik di setiap waktu yang kau lalui,
kenanglah aku di dalam kotak memorimu yang mungkin mulai memudar karena usiamu tak lagi muda,
pikirkanlah aku di malam sebelum kau masuk ke dalam mimpimu walau sebentar, siapa tahu kita bisa bertemu di sana,
sebutlah aku setidaknya satu kali ketika kau sedang berdialog dengan Tuhanmu, siapa tahu malaikat mendengarnya dan ikut mengaminkan,
Tuan Topi yang berbahagia,
tutuplah rapat kotak kenangan manis kita— setidaknya untukku, simpanlah kotak itu di jiwamu, dan bukalah kembali ketika kita bertemu lagi, jika Tuhan mengizinkan untuk kedua kalinya.
Tuan Topi yang berbahagia,
aku baik-baik saja di sini, dan aku selalu merindukanmu.
9 notes · View notes
silencephile · 2 years
Text
"bagi kamu, aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang-orang yang kamu punya. tapi bagi aku, kamu adalah beberapa orang terpenting dalam lingkar sosialku yang kecil. jadi rasanya, seperti buku tua usang yang tergeletak di lantai kayu berdebu saja saat kamu melupakan aku. padahal seharusnya aku tidak perlu merasa begitu, kan? aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi terima kasih karena pernah menyempatkan waktumu membaca buku tua ini." untuk sepersekian detik kata-kata itu berjatuhan bagai batu-batu yang berat, kesedihan dan kecewa yang dalam bergemuruh di antara sunyi setelah kalimat itu diucapkan.
ruang kecil itu penuh oleh jajaran buku-buku di rak, di atas meja kopi, di lantai. dua orang berdiri di sana, yang satu membelakangi jendela besar dan membuat tubuhnya berbayang sebab memunggungi matahari pukul dua siang, satu lagi bergeming di dekat rak buku-menunduk mencuri pandang pada satu buku yang tergeletak paling ujung dekat rak kayu. teronggok tepat di sudut ruangan yang jarang disapa cahaya.
"aku pamit pergi dulu, kata orang-orang manusia itu datang dan pergi, aku mungkin hanya salah satu di antara manusia yang berlalu lalang di pelataran rumahmu yang suatu hari kamu ajak mampir sebentar. mana tahu, kau aku jadikan salah satu penghuni di gubukku yang kecil. tapi gubuk ini sudah terlalu reyot, sebentar lagi akan ambruk, jadi sebaiknya kau juga harus segera beranjak. aku mungkin akan jadi seorang pengelana lagi sekarang, mencari kata-kata, mengembara sampai ke sudut-sudut kalimat. menyulam buku baru, tapi aku tidak tahu, sepertinya buku baruku tidak akan pernah aku izinkan untuk dibaca lagi oleh orang lain, selamat tinggal."
langkah-langkah pelan yang terasa riuh, sosok yang berdiri di dekat jendela melenggang keluar, meninggalkan yang satu masih bergeming di dalam gubuk itu, saat debuman pintu berayun tertutup dan punggungnya semakin jauh membelakangi gubuk tempat ia tinggal selama ini, rumah tua itu runtuh jadi debu.
seorang pengelana seharusnya tidak perlu rumah bahkan membangun gubuk. seorang pengelana seharusnya terus berjalan saja, dia lupa untuk sesaat ketika seseorang menawarinya tempat singgah. sesaat dia lupa bahwa dia seorang pengembara dan membangun gubuk untuk tempat pulang-mengundang orang-orang datang. sekarang dia akan terus berjalan-sendirian seperti sebelumnya, tidak apa-apa. manusia lahir sendirian dan mati sendirian, di hidup yang singkat inilah mereka belajar soal kebersamaan. tapi dia dan kesendirian adalah kawan lama, tidak apa-apa.
8 notes · View notes
wordsformyworld · 2 years
Text
Tumblr media
Berat rasanya.
Padahal baru juga seminggu lebih dikit. Maksain jalan keluar karena tadi pagi Sofi bilang pengen naik mobil. Dipikir-pikir memang kasihan dia ni, tiap pagi ditinggal, hanya melihat aku dan Fahima dadah2 berangkat. Mungkin dia juga pengen jalan-jalan naik mobil dan lihat bus lewat. Jadi meski seharian moodku terasa ambruk, sore ini kupaksakan ngajak anak-anak keluar. Tapi ya karena berawal dari ide random dadakan, baju pun baju rumah seadanya, mau mampir emol juga nampaknya enggan... lebih ke males jalan jauh juga sih wkwkwk. Jadi cuma muterin buah batu dan batununggal aja.
Sebenarnya rute Batununggal belum Luthfi izinkan kulewati, karena jalannya kecil dan masuk terowongan bawah tol, juga jalan rusak yang naik turun serta beberapa belokan tajam. Tapi tentu saja aku harus memberanikan diri.
Ada khawatir karena aku mengajak anak-anak tapi lalu kuyakinkan diri, anak-anak ini adalah temanku bertumbuh. Sukses tidaknya, berhasil gagalnya aku, biarlah mereka menyaksikannya. Hanya agar mereka tahu bahwa mereka punya Ibu yang selalu belajar dan memilih berani menghadapi yang di depan.
Bukan, aku bukan Ibu yang selalu kuat dan tegar. Karena tadi malam aku menangis di depan mereka, menyatakan aku lelah. Lalu Fahima memelukku dan Sofi berkerut memandang kami sambil memegang mobil-mobilannya.
Tidak apa-apa Nad. Tetaplah percaya, bahwa jika Allah sudah menakdiran, sungguh Ia tidak pernah mendzolimi hambaNya. Laa haula walaa quwwata illa billaah :)
4 notes · View notes
pergimelaut · 2 years
Text
x. mau tidur cepet. XD
kadang, mengambil jalan memutar itu lebih cepat sampai. conan pernah bilang gini di salah satu kasus yang dia tangani untuk mematahkan alibi pelaku yang ngeles kalau dia nggak akan bisa melakukan pembunuhan karena keburu lama di perjalanan saking macetnya. dan conan ambil jalan memutar & terbukti lebih cepat sampai. aku suka dengan kutipan itu dan kuaplikasikan di banyak konteks---misalnya, mendingan kita istirahat daripada memaksakan diri begadang tapi nggak maksimal. atau, mendingan kita menyimpan dulu cita-cita yang kita punya kalau memang banyak hal membuat kita harus menundanya. mengambil jalan memutar. sabar.
tapi, ada kalanya juga kalau kutipan conan itu kumaknai harfiah. kayak hari ini. aku pulang kantor setiap jam empat & sejauh ini aku nggak pernah bisa sampai rumah ketika angka depan jam itu masih menunjukkan angka empat. soalnya jalanan macet banget---banyak yang menjadikan jam empat sore untuk melakukan mobilitas, jadi di mana-mana macet. dan, sejauh ini ya, rute tercepatku tuh ada dua: antara bikin pola segitiga, atau bahkan setengah lingkaran sekalian. intinya sama: ambil jalan memutar. alias: boros bensin.
tadi aku ambil rute yang setengah lingkaran, dan ... aku sampai rumah jam 17:04. udah pindah angka depan sih sebetulnya, tapi, ya, lumayan ini, alhamdulillah. pernah ada hari yang baru sampai rumah jam 17:30 lho. XD
hari ini aku pengin tidur cepet gara-gara kemarin aku bertemu seorang kawan dan dia notis kantung mataku :(( tapi sebetulnya dari dulu aku punya kantung mata(?). tapi itu nggak bisa jadi pembelaan karena dia adalah kawan yang sering melihatku. beda kalau baru pertama kali lihat wajahku & notis kantung mata, ya. kalau yang bilang gitu adalah kawanku ini, maka versi panjangnya adalah, "aku tahu kamu punya kantung mata dari dulu tapi nggak pernah sekelihatan ini lho." gitu.
aku seketika jadi self-aware(???). tapi bukan self-aware yang bikin aku hendak cari tahu gimana caranya menghilangkan kantung mata ya. ini lebih ke ... aku khawatir aja gitu sama diriku sendiri. aku khawatir kalau aku sebenernya capek dan nggak sadar kalau aku capek, lalu tumbang di saat yang nggak "tepat". mohon maaf emangnya tumbang di saat yang tepat tuh kayak gimana ya. soalnya ini pernah kejadian, aku ambruk di kantor, badan panas banget, nggak bisa berdiri sampai-sampai dipapah pakai kursi roda. =w=
tadi pas istirahat aku sudah memanfaatkan waktu yang baik untuk menyegarkan pikiran dengan nonton anime. :D lalu, aku tadi memberanikan diri untuk konsultasi sama atasanku tentang ide yang mau aku pakai di konten yang kubuat---haha biasanya aku langsung aja kasih konten yang udah jadi. aku nekat ngajuin ide buat mengunci kepastian topik aja, biar seenggaknya nggak bakal revisi banyak-banyak. malam ini aku mau ngejar itu. lalu tidur. :D
2 notes · View notes
commemini · 2 years
Text
Tumblr media
Reff : @archillect on twitter
Salatiga dingin, terlebih hujan deras angin kencang sampai pohon durian depan rumah ambruk (sedih sekali di bagian ini). Ga bisa pulang. Jadi orang terakhir yang melek dan harus naik turun tangga gelap setiap mau ke kamar mandi. Overthinking.
But everything is fine. Foto referensinya sarat emosi, sedikit banyak mengungkapkan diri. Mungkin karena itu rasanya senang waktu ngegambar ini meskipun banyak faktor yang biasanya bikin ga tenang.
2 notes · View notes
dinisuciyanti · 2 years
Text
Setelah satu minggu move dari rumah-jakarta-semarang-jogja-jakarta-rumah, akhirnya badan tumbang juga. Hehe lemah. Rabu siang nyampe rumah. Ketiduran sampe sore. Malemnya lupa tidur jam berapa. Kamis pagi mesti meeting. Terus cuma goler-goler kecapean plus pusing gak bisa mikir. Ketiduran. Siang lanjut kerja. Malemnya baru deh berasa ambruk. Off leptopan. Jam 8 minum obat biar tidur. Jam set 11 kebangun. Sakit perut kembung. Ketiduran. Jam 1 kebangun. Pusing, kembung, meler. Tidur ga nyenyak sampe subuh. Abis subuh tidur lagi. Kebangun masih pusing. Jam 10 mandi. Lanjut kerja. Eh ketiduran sampe set 1. Lanjut kerja lagi sambil goler-goler. Malem ini off leptopan lagi.
Badan sedang tidak enak. Kalo dah kek gini pengen sehat aja.
4 Nov 2022
6 notes · View notes
harumnhs · 14 days
Text
mengenang yang tidak dirindukan
sudah 4 tahun berlalu, sejak virus covid pertama kali muncul di bumi ini
alhamdulillah, ternyata kita bisa melewati semuanya atas izin Allah
3 tahun yang terpuruk di segala sisi, ekonomi ambruk, kesehatan terancam, hidup serba was-was, kehilangan orang-orang tersayang, dan segala kejadian yang menguras batin lainnya
covid menjadi awalku melangkah sebagai seorang perawat klinis dan merasakan kehidupan di atmosfer rumah sakit
sedih, saat tau ada yang menyebut covid hanyalah konspirasi dan tidak nyata. sedih, saat ada yang tidak percaya virus ini benar-benar ada dan berbahaya
jujur, kami tidak peduli virus ini dibuat atau bagaimana. karna yang jelas, kondisi saat itu kami benar-benar melihatnya. kami benar-benar bersamanya. hidup di ICU bersama pasien-pasien yang berjuang antara hidup dan mati🥲
bahkan saat covid delta 2021, bisa saja kami ini memandikan jenazah setiap hari, alias ada yang meninggal setiap tanggal. rasanyaa habisss hati ini hey🥲 dan masih aja ada yang bilang covid cuma akal-akalan
berkecamuk rasanya membimbing pasien saat sakaratul maut, tidak ada keluarga di sampingnya, hanya ada suara dari video call yang menangis, syok, ingin hadir tapi tidak bisa, saat kami mengabarkan pasien mulai kritis atau bahkan menjelang kematian
kalo diingat-ingat, mental kaya dicabik-cabik karna harus datang dengan badan bugar, harus sehat, harus tegar di depan pasien.. tapi pulang dengan kepala penuh, badan yang lunglai, dan hati yang cemas, membayangkan besok harus menghadapi kejadian apa lagi💔
virus sekecil itu, bisa memporak-porandakan seisi dunia, membuat banyak kehilangan di seluruh belahan bumi. tapi tentu semuanya terjadi, karna memang Allah izinkan itu terjadi
menjadi perawat mengajarkanku banyak hal.. membuatku mengerti berharganya waktu bersama orang-orang tercinta, membuatku paham bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas, karna pasti akan berdampak pada orang-orang sekitar, dan membuatku meyakini bahwa setiap ujian pasti membawa pelajaran
terimakasih ya Allah, masih mengizinkan aku melewati badai covid, menjadi salah satu yang masih bertahan di bumi sampai hari ini
semoga covid tidak hanya berlalu begitu saja.. melainkan menjadi cambuk agar kami menjadi manusia yang lebih baik seterusnya
Tumblr media
tidak banyak foto yang tersimpan, tapi aku masih ingat engapnya berada di dalam APD itu berjam-jam, bahkan di bulan ramadhan sekalipun🥹 kadang kalo ada kondisi darurat yang bikin gabisa keluar redzone, terpaksa pekerja seperti kami harus rela ngga sahur atau menunda berbuka cukup lama
masyaAllah, semoga Allah berkahi perjuangan ini ya teman-teman❤️
semoga tidak ada pandemi-pandemi selanjutnya di kemudian hari..
cukup untuk dikenang, tidak untuk dirindukan
Depok, 11 September 2024 | harumnhs
0 notes
rasiooid · 22 days
Text
Kota Bogor Diterpa Angin Puting Beliung sebabkan Pohon Tumbang dan Atap Rumah Warga Ambruk
RASIOO.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor mencatat sebanyak 19 kejadian bencana yang terjadi pada 2 September 2024. Peristiwa ini disebabkan oleh hujan deras disertai angin kencang yang melanda wilayah Kota Bogor. Kepala BPBD Kota Bogor, Hidayatulloh, mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi bencana alam, terutama saat hujan deras…
0 notes
himewariii · 1 month
Text
Kalau masih ada yang bilang aku manja, sini berantem aja!!!
Belum pernah kan nyasar di hutan magrib2 malem jumat sendirian? Belum pernah kan dalam sehari motoran 300 km sendirian? Belum pernah kan naik travel tengah malem lewat hutan flores tapi ga ada 1 pun di travel yang dikenal? Belum pernah kan nerobos puing2 rumah yang kalau kena gempa sekali lagi pasti ambruk nimpa kita? Pernah ga kelas 2 SMP bolak balik Jogja-Bandung naik kereta sendirian? Udah pernah baik motor di pantura jam setengah 1 malem?
0 notes
tesyeuxworld · 1 month
Text
Kerjaan banyak, bolak balik rumah sakit ngurus bapak. Alhamdulillah turun 8 kilo, walaupun harus pake ambruk 3 hari dan oleng badannya. Yukk semangat sehat
1 note · View note