Tumgik
#30 hari bercerita
phyloshofia · 1 year
Text
Ramadhan dan Aku yang hepi
Tumblr media
Kalian tahu judulnya sangat tidak KBBI sekali ya haha, tapi mari kita tidak usah risaukan dulu tentang judulnya. Bagaimana dengan isinya?
Mari kita berceritaaaaaa ,cihuy
MasyaAllah tabarakallah, ramadhan ini insyaallah penuh dengan suka cita rasa bahagia ya. Entah kenapa sih, tapi hati ini terasa ringan sekali, begitu pun dompetnya *bercanda haha
Ya qadarullah, semua sudah Allah atur. Ketika kita tidak mentautkan ekspektasi apapun selain kepada Allah, insyaallah Allah akan selalu beri kemudahan dan keringanan.
Ramadhan ini terasa hangat di hati dan pikiran. Tanpa ada sesuatupun yang berdasarkan logika ku "loh ini sangat spesial ", tapi aku merasa bahagia tanpa alasan. Mungkin juga pengaruh hormon ya kalau secara medis.
Ada beberapa funfact sebenarnya. Ramadhan tahun ini aku lebih fokus terhadap diri sendiri. Mungkin tahun kemarin agak salfok ya haha. Sahur ada yang bangunin, buka ada yang ngucapin, and some of that kinda stuff.
Apapun itu yang terjadi, yang sudah-sudah, meskipun pada hakikatnya memang aku sendiri tahu itu hal yang tidak baik tapi mari tahun ini berbenah diri, merefleksikan tingkah laku ku yang diluar kendali itu.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, bukan aku menyalahkan orang yang bersangkutan. Tapi aku rasa dia pun sedikitnya mengerti kalau apa yang dia lakukan itu adalah hal yang salah, hanya saja mungkin lingkungan/circle pertemanannya menormalisasi hal-hal demikian, dalam tanda kutip "pacaran ".
Yang lalu biarlah berlalu, mari kita menyongsong ramadhan yang penuh ampunan ini hehe.
netijen-netijen ku apa kabar?
Aku harap kalian ada dalam state yang sehat dan juga happy yaa
Aku menulis ini pukul 12.02 malam, belum mengantuk karena terlalu Happy
Pesanku untuk kita semua
Aku harap kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari kemarin,dari hari ini. Kalau melakukan kesalahan jangan sungkan memohon ampunan kepada Allah ya, mumpung kita masih ada di panggungnya, mumpung tirai ampunan belum Allah tutup pada masa nya. Aku yakin kita mampu menjadi sebaik-baiknya insan di bumi ini.
Jangan malu, jangan ragu untuk menjadi baik. Jangan tergelincir, terlena, terbuai menjadi manusia yang kekinian tapi tanpa syariat islam.
Aku? Akupun masih berusaha
Tapi ya, mari saling mengingatkan yaa
Selamat malam, selamat menunaikan ibadah puasa.
Dari aku yang 10/10 hepi beuttt
Bandung, 28 Maret 2023 (6 Ramadhan 1444 H)
7 notes · View notes
unimiff · 1 year
Text
Dua Puluh Delapan dan Pertanyaan-Pertanyaan "Kapan"
Tumblr media
Namanya Malika, tapi bukan kedelai hitam yang dirawat seperti anak sendiri. Usianya dua puluh delapan, jelang dua puluh sembilan tahun. Dia lulusan sarjana kampus kota gudeg dan magister kampus terkenal di negeri kanguru. Anaknya cerdas, wajahnya manis, perangainya baik. Cita-citanya tinggi. Rasa-rasanya kualitas perempuan yang oke hampir semua ada padanya. Namun, nasibnya tak seelok paras dan sel-sel otaknya. Apalagi semenjak dia memutuskan untuk pulang dan tinggal di kampungnya.
Dua tahun yang lalu, ayahnya sakit keras. Saat itu, Malika sudah memiliki karier yang bagus di ibu kota. Sebagai anak semata wayang, ibunya memintanya untuk pulang. Kata Ibu, Ayah menyebut-nyebut nama Malika terus. Jadilah Malika pulang, melepaskan kariernya yang cemerlang, teman-teman, dan sebagian kehidupannya di kota. Demi menjadi anak yang berbakti, dia menuruti saran ibunya untuk menemani ayahnya, sembari bekerja di kantor kecamatan di kampung mereka. Dua tahun berlalu, ayah Malika meninggal dunia. Dua tahun berlalu, Malika tidak pernah merasa terbiasa. Kampung yang dahulu dia rindukan tiap libur semester, rasanya sekarang berbeda.
"Ka, Ibu ke rumahnya Bu Tati dulu, ya. Rewang nikahan si Ranti, anaknya. Eh, kamu mau ikut?"
Pertanyaan Ibu di akhir sekadar basa-basi buat Malika. Toh, Ibu juga tahu, jawabannya pasti nggak. Namun, ternyata jawaban Malika kali ini berbeda.
"Tunggu sebentar, Bu. Pakai jilbab dulu."
Malika segera bersiap-siap. Desas-desus tentang dirinya yang dicap sombong karena jarang datang ke rewangan sampai juga di telinganya. Padahal, bukan karena itu Malika malas ikut kegiatan-kegiatan sosial di kampungnya.
"Hmm, si Ranti yang usianya lebih dari satu dekade di bawahku sudah mau nikah." pikir Malika. Begitulah. Lulus SMA, anak-anak gadis di kampungnya akan dinikahkan oleh orang tua mereka. Katanya, daripada jadi fitnah atau beban keluarga. Sungguh berbeda dengan dunia yang Malika kenal di luar sana, di mana kakak-kakak seniornya bahkan masih banyak yang belum menikah. Dan itu sungguh baik-baik saja. Namun, hal itu tidak akan berlaku di kampung ini.
Terbayang oleh Malika, dia hanya akan jadi bulan-bulanan pertanyaan orang-orang. Pertanyaan yang itu-itu lagi. Dan pertanyaan yang sama, yang tidak bisa dia jawab. Pertanyaan yang acap kali ditambah dengan pernyataan yang nyelekit. Daripada makin sakit hati, Malika meminimalisasi interaksi yang tidak perlu. Namun, kali ini dia memutuskan untuk ikut dengan ibunya.
Di kampung kecil ini, urusan pribadi seseorang akan menjadi urusan orang sekampung. Perkara si Joko kemarin maling ayam, anaknya Pak Mahmud jadi pengedar narkoba, istrinya Pak Ucup main serong dengan tetangga, hingga kucingnya Tania baru lahiran, beranak tujuh, semuanya dibahas. Entah itu di pasar, di pengajian ataupun arisan. Dan, perkara Malika sudah sering pula menjadi topik pembahasan.
"Eh itu si Malika, anaknya mendiang Pak Malik, udah hampir kepala tiga, kok belum kawin-kawin, ya?" Ada yang membuka pembicaraan.
"Biasalah, Bu. Terlalu pilih-pilih." Ada yang menimpali.
"Makanya, jadi perempuan tuh, jangan terlalu pintar. Yang ada laki-laki jadi takut." Ibu-ibu yang lain menanggapi.
"Ah, emang dasarnya nggak laku kali, Bu. Udah tua begitu siapa yang mau. Sok-sokan lulusan luar negeri segala, lagi. Orang kerjanya juga di kantor kecamatan doang. Masih mendingan anaknya kita-kita. Nggak usah sekolah tinggi-tinggi, dapat laki banyak duit. Lagian sombong amat. Nggak mau pacaran, pula. Mau dapat suami dari mana, coba. Seumuran dia, mah, harusnya sudah beranak tiga. Ini masih ngurusin kucing belang tiga."
Tawa ibu-ibu itu pecah. Mereka tidak sadar, Malika dan ibunya yang baru sampai mendengar semuanya. Sekuat hati Malika berusaha agar air matanya tidak tumpah. Perlahan, dia mengambil langkah mundur. Tujuannya hanya satu sekarang, pulang ke rumah.
"Tuhan, tolong aku," batin Malika.
Timbul rasa benci dalam hati Malika. Dia benci orang-orang kampungnya yang terus bertanya "kapan"? Mulai dari atasan dan teman-teman di kantornya, tetangganya, paman, tante, sepupunya, semuanya hanya bertanya-tanya, sembari menambahkan kata-kata
"Eh, perempuan itu, kalau sudah di atas 30 tahun, sudah habis masa berlakunya, sudah tidak singset lagi."
Dia benci nasibnya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat dan harus menghadapi kegilaan ini setiap harinya.
"Apakah mereka kira perempuan itu seperti barang yang ada masa kedaluwarsanya? Atau produk jualan yang dinilai dengan laku atau tidaknya?"
Malika takut lama-lama dia tidak kuat, dan menjalani hidup yang bukan sebenarnya hidup. Hidup yang tidak dia inginkan, bukan dengan orang yang dia inginkan. Hidup yang dijalani karena perkataan orang-orang. Orang-orang yang akan terus berkomentar, tanpa memberikan solusi dan jalan keluar. Malika takut dengan rasa benci yang muncul dalam dirinya. Perlahan, dia mulai menangis. Terisak, lama dan menyayat hati.
20230117
Bukan #30HariBercerita
7 notes · View notes
pergimelaut · 1 year
Text
xxix. bahagia dibagi.
kayaknya akan banyak capslock. SOALNYA SAYA SENANG. HEHE.
tuh kan.
pagi ini saya bikin cookies. saya nggak jago bikin cookies sebetulnya, saya suka lupa bahan-bahannya walaupun udah lumayan sering bikin. kemarin saya udah mampir ke toko bahan kue dan beli yang muncul di kepala: mentega, choco chip, perisa vanila, gula ... dan pas besoknya (alias hari ini) masak, baru sadar kalau lupa gula aren! D: untungnya masih ada stok gula aren di rumah, tapi itu pun udah tinggal dikit ... dan gula aren yang tersisa itu adalah bekas bikin cookies sebelumnya yang waktu itu lupa ngestok gula aren juga ;w;
terus, karena saya bikinnya telat & jadwal janjian udah semakin dekat, saya melompati satu tahap super penting di tutorial bikin cookies, yaitu ... mendiamkan adonan di kulkas selama +-1 jam sebelum dimasukin ke oven. saya lupa memperhitungkan itu HAHAHA pas baca itu saya langsung, "euy mana sempet 1 jam didinginin dulu, skip ajalah," dan langsung saya bentuk bulet-bulet & masukin oven. ITU KAYAKNYA PENTING BANGET DEH. XD
ya tapi rasanya enak-enak aja ... ALHAMDULILLAH YA. parameter "enak" buat saya sesederhana "bisa dimakan", jadi ... yah. XD hasilnya muat untuk tiga toples kecil-kecil, yang dua toples saya hidangkan buat orang rumah & satu toples saya kasih ke seseorang. hehe. saya jarang masak buat orang kecuali orang rumah & keluarga besar, DAN saya nggak pede pol sama masakan saya, jadi ini hal yang masih saya biasakan(?) tapi sejauh ini memang menyenangkan melakukannya.
menjelang jadwal janjian, hujaaaaaaaan. saya, seperti biasa, begitu dengar suara hujan langsung berpikir, "mampus, batal ketemuan. ya sudah, mau gimana lagi, haih, yah, baiklah, nggak papa, nggak dalam kendali siapa pun." dan ternyata cuma +-30 menit lalu hujannya berhenti alhamdulillah yaallah :'D
saya pun akhirnya bisa memenuhi jadwal ketemuan, dan sampai sana seseorang sudah datang, salah satu percakapan awal adalah saya tanya, "nunggu lama?" yang dibalas, "satu jam." suka bercanda memang ya. kami ketemu di toko es krim. dan beli es krim. di tengah-tengah makan es krim, hujaaaaaaaaaaan. JAUH lebih deres dibandingkan sebelumnya. toko es krimnya mati lampu. XD nyala lagi, lalu mati lagi. beberapa kali kayaknya ada deh, tiga-empat kali gitu.
kami nunggu hujan reda sambil cerita-cerita. tanya-jawab. cerita-cerita lagi. tahu-tahu, toko es krimnya nyetel lagu mars partai perindo. RANDOM BANGET HADEH. XD saya komentar kalau lagu mars partai perindo itu catchy. lalu kami jadi ngobrolin soal iklan-iklan yang sekarang ini jadi banyak yang pakai konsep lagu---mungkin ada hubungannya sama tren tiktok/reels/shorts. dia komen soal lagu di iklan lazada, tapi saya lupa, jadi saya minta dia nyanyiin. MAU. XD diem-diem saya seneng banget---beberapa jam kemudian, saya masih menyenandungkan iklan lazada di rumah.
di toko es krim itu juga kami mainan action figure yang dia bawa. saya tanya, "apa pose yang bisa dia lakukan yang menyalahi teori kelenturan fisik manusia?" dia langsung bikin action figure-nya split ... BAIKLAH.
pertanyaan saya yang rasanya paling bermutu tentang action figure adalah, "berapa kemungkinan kalau aku bikin suatu komponen lepas, itu adalah komponen yang harusnya nggak lepas (alias aku merusakkannya)?" dan dia jawab setelah mikir lama, "30%." saya kayaknya udah bikin 2-3x komponen lepas & alhamdulillah-nya itu memang bagian yang bisa lepas-pasang. karena saya punya 30% kemungkinan bikin rusak, alias lebih dari rasio 1:4, jadi ... GAWAT. saya udah memaksimalkan keberuntungan di pertemuan pertama dengan action figure. XD
hujannya masih agak gerimis, tapi karena udah banyak pengendara motor yang nggak pakai jas hujan, akhirnya kami terabas aja. di tengah jalan, karena motor saya di belakangnya & saya lihat salah satu lampu motor dia mati, jadi saya coba cari celah untuk jejerin dan teriak untuk ngasih tahu kalau salah satu lampu motor dia mati.
beberapa jam kemudian, melalui pesan chat, ternyata lampu motor dia nggak mati sih wkwk tapiiii itu sesungguhnya IMPROVE buat saya karena saya sebelumnya nggak berani nyoba ngajak ngobrol di tengah jalan selain di lampu merah. :'D habis, karena itu cukup bahaya, jadi seenggaknya topik percakapan yang dipilih harus percakapan yang cukup 1-2x berbalas aja kan, dan nanti kalau nggak denger gimana? kalau timing-nya nggak pas gimana? EMANG NI ANAK OVERTHINKING TERUS. jadi ketika saya melakukan itu & ternyata dia denger teriakan saya & ternyata saya juga bisa denger balasannya, rasanya lega banget itu terjadi. XD
saya pulang, di rumah cuma ada adik saya. kami beraktivitas sendiri-sendiri, lalu beraktivitas bareng, dan sendiri-sendiri lagi, lalu orang tua saya pulang. di depan laptop yang layarnya masih mati, saya senyum-senyum sendiri mengingat hari yang saya lalui, dan ternyata ibu saya lihat HAHA, lalu ibu saya bilang hal yang jadi judul post ini: "bahagia dibagi."
done. :3
pengiriman cepat, gratis ongkir~
---stop.
anyway on a serious note. i used to appreciate life (and believe that my sadness/happiness rely on that, like when i'm unhappy it would be due to whether the lack of appreciation to life, or the lack of, well, life) but with you i easily absorbed in the day. the moment. the present. i learn to appreciate today.
5 notes · View notes
aliiiiif · 1 year
Text
Tumblr media
Allahu musta'an. Insyaa Allah. Move on, move Up. Grow and glow up, bismillah bisaaaa 💐
3 notes · View notes
itsddeew · 1 year
Text
Tumblr media
Bahagia atau rasa sakit yang tidak terukir ..
2 notes · View notes
jumatengahari · 1 year
Text
#Semester Akhir
Hari terus berlalu, detik jadi menit kemudian berjam-jam, berhari-hari. Bosan. Kata yang Jean alami hari ini. Setelah lewat beberapa hari semenjak hari ujiannya itu. Menunggu hasil.
Katanya orang-orang "usaha takkan mengkhianati hasil". Itu merupakan kebohongan publik yang terlanjur dipercaya banyak orang, entah kenapa demikian populer kata-kata manis itu. Siapa kita yang mampu mendikte hasil? Siapa yang mampu mengatur usaha-usaha yang sedemikian rupa dilakukan itu tidak akan mengkhianati, toh bagi Jean usahanya selama ini tak berbuah apa-apa. Usahanya sudah berkhianat.
Kekhawatiran ku sepele ya, masalah nilai yang tak kunjung tuntas. Disaat yang lain sudah berada di pos-pos kehidupan masing-masing.
"Aku bodoh, barangkali salah jalan terlalu jauh, seharusnya bukan disini" suara hati Jean bila datang perasaan rendah dirinya.
Buru-buru dihapusnya lintasan pikiran itu. Sekarang, Jean teringat pesan mengenai mindset, yang baru ini dibacanya. Dasar, Jean stop dong ah fixed mindset nya, kapan sih kamu bisa growth mindset! Sekarang pikirannya ramai sekali, dengan dua istilah yang lagi happening dibahas dimana-mana. Jean, memang menyadari kalau dirinya tak seharusnya demikian, tapi untuk merubah nya, memabg tak cukup semalam.
"Sabar Jean, bersabarlah, setidaknya kamu belajar menata kekhawatiran, memperjuangkan yang bisa diperjuangkan. Hasil, bolehkah tak usah pedulikan? mungkin terlalu lama fokus dengan hasil, ku tak lagi menikmati hidup ku."
Jean menghentikan, kontemplasinya.
Just do it. Be Better Every Day
Tulisan sebuah stiker yang ditempel di cermin lemari kamarnya itu. Menatap orang didalam cermin itu, "maaf ya, aku minta maaf. Maaf kan aku" Air mata Jean menetes di sudut matanya. Terasa hangat, juga di dadanya.
Kekhawatiran atas masa depan dan penyesalan terhadap masa lalu benar-benar menyiksa mu selama ini, ya?
Menangis saja, apa salahnya air mata? tak perlu dihakimi..
Jean, kamu sampai lupa bahagia ya, padahal Jean, bahagia itu pilihan.
Bersambung...
6 notes · View notes
kuumiw · 2 months
Text
Pelukan yang Hilang
Beberapa hari belakangan banyak yang meminta waktu untuk bisa didengarkan. Mereka cukup banyak bercerita tentang apa yang mereka temukan.
Meskipun masih belajar buat jadi seorang konselor, tapi aku rasa untuk menjadi pendengar yang baik memang berlaku untuk semua orang. Aku cukup banyak menemukan cerita yang garis besarnya hanya soal butuh perhatian, validasi perasaan, pengakuan, dan lain hal semacam itu.
Mereka butuh didengarkan dengan khidmat, disentuh hatinya untuk sesuatu yang dirasa sulit. Terlebih untuk mereka yang cukup keras akan sesuatu, pendengar yang baik akan menjadi ruang tenang bagi segala yang seolah sempit diperjalanan. Tuntutan yang beragam, kepala yang penuh dengan banyak keinginan orang lain hingga bertarung dengan ego diri sendiri, mereka kebingungan mana yang perlu didahulukan.
Kebahagian mereka yang sederhana dan kewajiban akan tanggung jawab yang mewah harganya jelas sulit sekali untuk disetarakan. Akan ada yang menjadi prioritas, perlu didahulukan. Sebab jika tidak, maka keduanya tak akan berhasil mereka dapatkan.
Kegagalan yang beberapa kali dilontarkan dari beberapa kisah menjadi gambaran dan pelajaran, bahwa memang benar adanya jika setiap manusia akan bertemu dengan apa-apa yang dia usakan tepat saat Allah rido dengan dia. Tidak akan ada yang dapat memaksa Allah untuk mengabulkan hajat seseorang jika nyali untuk mencapai keinginannya saja selalu urung untuk dilakukan. Aku belajar lagi tentang arti sebuah kepantasan.
Kebahagian yang sering diinginkan banyak orang ternyata bisa menjadi pelajaran yang paling berharga. Bahwa ternyata memang benar jika yang bahagia tidak akan ada yang selamanya, syukur yang harus selalu menjadi patokan untuk segala keadaan dan tak perlu senang hati yang terlalu karena semua memang bukan kepunyaan manusia. Allah yang memberi, maka Ia juga yang akan mengambilnya sewaktu-waktu.
Kita yang selalu ingin dipeluk dengan ketenangan ternyata sedang kehilangan.
Bandung, 30 Maret 2024. 22.47 WIB
14 notes · View notes
wedangrondehangat · 1 year
Text
Tumblr media
MENJAGA PEREMPUAN
Manusia diciptakan dengan sangat unik; penampilan fisik, suara, gerak-gerik bahkan karakter begitu berbeda-beda.
Setelah menikah, setiap laki-laki dengan karakter yang melekat pada dirinya memiliki caranya masing-masing dalam menjaga pasangan mereka.
Hari ini laki-laki yang menikahiku mengirimkan sebuah pesan, "Fii amanillah ya kemanapun kamu pergi.."
Caranya menjagaku adalah dengan tak sekadar menemani kemanapun tempat yang kutuju—tetapi juga mempercayaiku ketika aku pergi seorang diri, mengizinkanku melangkah kemanapun, dan menungguku pulang kembali, serta mendengar seluruh cerita di perjalananku.
Dalam perjalanan, aku bertemu seorang kawan lama, kini ia telah menikah. Ia bercerita bahwa sejak menikah ada banyak hal yg berubah dalam hidupnya, seperti; suaminya tak membolehkannya naik ojol lagi karena kebanyakan ojol itu laki-laki, bukan mahrom, hingga bahkan ia tak diizinkan melepas jilbabnya saat kami menginap bersama meski dalam satu rumah semuanya perempuan.
"Suamiku memperlakukan aku seperti itu, tapi aku nyaman," ucapnya dengan mata berbinar bahagia.
Ya, kawanku ini sebelumnya pernah menikah tetapi kemudian berpisah. Kini akhirnya dipertemukan lagi dengan laki-laki lain yg membuat ia merasa sangat dihargai dan dijaga sampai sebegitunya.
Lagi-lagi kita tak pernah tahu tentang hidup orang lain. Orang yg kadang kita kasihani karena perlakuan pasangannya terhadap dirinya, nyatanya ia bahagia dan nyaman dngn cara pasangannya itu menjaganya.
Menurutku, perempuan itu tak perlu terlalu digenggam hingga ia kesulitan bergerak, tetapi jangan terlalu dibiarkan sebab khawatir ia lupa dengan batasan. Ya.. sedang-sedang saja.
Setiap laki-laki memiliki cara masing-masing dalam menjaga perempuannya, tetapi cara terbaik adalah dgn apa yang Allah sukai serta tak mengundang murka-Nya.
_
Jatinangor, 30 Mei 2023
73 notes · View notes
bagus-adikarya · 10 months
Text
Anak Sejuta Cerita
Saya dan Piti dipertemukan melalui tulisan.
Piti hobi menulis, saya rajin membacanya. Saya hobi menullis, piti juga rajin membacanya.
Kami menikah, lalu lahirlah humayra. Pelajaran penting pertama, tulisan bisa melahirkan anak manusia.
***
Dasar menulis adalah bercerita. Meski setelah menikah kami jarang menulis. Tetapi di rumah, kami tidak berhenti bercerita.
Kami membawa kebiasaan bercerita dalam perbincangan sehari-hari. Jika ada satu hal menarik yang terjadi di hari itu, kami akan tambahkan struktur cerita, sedikit analogi, lalu jadilah cerita. Mungkin ini yang menyebabkan, humayra juga sangat suka dengan cerita.
Memang selain itu, Piti sangat boros dengan buku anak-anak. Bersyukurnya, humay juga mendukung keborosan itu dengan membaca dan mendengarkan cerita dari buku yang Piti beli.
Lalu apa saya mendukungnya? Jawabnya antara ya atau tidak.
Ya, karena membaca buku adalah aktivitas yang baik untuk humay,
Tidak, karena saya merasa tersaingi.
Saya memiliki impian untuk memiliki perpustakaan pribadi. Sudah lewat umur 30 tahun saya belum berhasil mewujudkan cita-cita tersebut. Tetapi, Humay yang berusia 5 tahun sudah berhasil memiliki 3 buah rak buku dengan variasi buku anak-anak yang bermacam-macam: pop up, soundbook, touchbook, dan berbagai macam jenis buku lainnya.
Bagi humay, buku-bukunya adalah harta karun. Seperti bajak laut yang cinta harta karun, humay tidak ingin bukunya tersebut dibagi. Contohnya baru kemarin terjadi, TK tempat humay bersekolah menyelenggarakan program donasi buku.
Dan si Bajak Laut, tidak ingin satupun bukunya disumbangkan. “Nanti kalau humay sudah SD, baru boleh.”
Sampai dengan tulisan ini ditulis, kami berdua masih melakukan lobying dengan Humay.
***
Karena cerita itu butuh bumbu, kami perlu mendramatisasi beberapa hal yang sebetulnya  biasa saja. Dan mungkin itu yang membuat, keluarga kami cukup punya drama ….. dalam arti yang positif.
Pernah pada suatu malam, saya bercerita.
“Kak Humay, sini, ayah punya cerita.” Setelah saya berpikir ada satu kejadian yang menarik di hari itu.
“Apa yah?” humay mulai duduk menyimak
“Ayah tadi habis makan bakso. Di depan meja ada satu mangkok bakso dengan kuahnya, lalu ada satu mangkok lagi berisi saus kecap dan sambal, dan terakhir ada satu gelas es jeruk. Karena ayah lupa ambil sedotan, Ayah pergi ke meja dekat kasir mengambil sedotan. Trus ayah taruh sedotannya, eh, ternyata ayah naruh sedotannya di mangkok bakso.” Sebetulnya, ini cerita yang sangat biasa.
“Hahahahahahaha. Ibu sini ibu. Masa Ayah naruh sedotan di mangkok bakso.” Sambil lari-lari kecil ke ruang tamu menghampiri Piti.
Saya sebetulnya agak khawatir dengan selera humor humay.
***
Kebiasaan kami bercerita ternyata punya dampak yang sangat positif bagi Humay.
Pada suatu pagi menjelang siang, Piti menjemput Humay di TK. Wali kelas Humay menyampaikan ke Piti bahwa dia cukup terkejut dengan kosakata yang Humay sering gunakan saat berbincang.
“Ibu guru, ini tadi humay sudah memilah-milah tugasnya untuk dikumpulkan” kata Ibu Guru menirukan kalimat humay.
Kata memilah-milah menurut Ibu guru bukan kosa kata yang umum digunakan oleh anak di usia TK.
Saya dan Piti jadi ingat, sepertinya kata ‘memilah-milah’ humay kenali dari buku yang dia baca. Ada satu buku yang menjelaskan aktivitas memilah buah dan humay sering membaca buku tersebut.
Jadi jika digambarkan proses humay bercerita di sekolah adalah seperti ini: humay mendapatkan cerita dari rumah,  lalu menceritakan cerita tersebut di sekolah.
Saya berharap, semoga humay tidak menceritakan ‘sedotan dalam mangkok bakso’ pada teman-temannya.
Atau semoga teman-teman humay punya selera humor yang sama dengan Humay.
Dan jika selera humor mereka sama, saya yakin saya bisa berteman baik dengan teman-teman humay.
Mungkin kita bisa mulai dengan membentuk grup whatsapp.
Karena cerita punya dampak yang sangat positif bagi kami bertiga. Sangat disayangkan jika cerita tersebut tidak memiliki bentuk tertulis.
Akhirnya, saya beride untuk kembali aktif menulis. Dengan harapan, semoga kelak tulisan ini bisa humay baca dan mengingatkan dirinya bahwa humay adalah anak dengan sejuta cerita.
21 notes · View notes
mamadkhalik · 3 months
Text
Marathon
Setelah berkutat di challenge 30 hari bercerita, nyelesain naskah buku, sepertinya perlu untuk nulis di platform ini selama puasa. Oke gas? oke gas!
Ngomongin puasa, saya selalu bilang ke para santri, binaan, dan tentu kalian yang sedang baca tulisan ini, mempersiapkan puasa analoginya seperti lari marathon.
Ibaratkan kita nggak pernah lari setiap hari, besoknya kita harus lari marathon 10 k misal, jelas tepar.
Sama kaya puasa, kalau kita tidak terbiasa senin-kamis, tilawah 1 juz perhari, qiyamul lail, jelas bakalan tepar. Atau mungkin semangat di awal-awal, terus energinya habis pas tengah-tengah.
Maka pentingnya kita untuk mempersiapkan apapun, terkhusus bulan berkah seperti ramadhan ini.
Kalau kata James Clear, setidaknya kita harus lebih baik 1% setiap harinya, kalau kata Ust. Felix butuh 30 hari untuk membentuk habbit baru. Practice makes perfect.
Sama halnya dengan memandu, ngementori, membina juga perlu latihan. Kadang di lapangan banyak orang yang belum siap dengan hal itu.
Merasa belum siap, kurang ilmu, dan keraguan lainya. Sederhananya sih sebenernya cukup saling mengingatkan dalam kebaikan, rajin ngajak makan dan tentu ngajak ke majelis ilmu.
Ya intinya sih mulai aja dulu, nggak usah mematok target yang terlalu berat, kalau gagal bisa jadi pelajaran.
Jadi, semangat memulai hal-hal baik ya!
Surakarta, 02 Ramadan 1445 H.
Tumblr media
*) Dapet kiriman foto dari pemandu shoyyub. Orang-orang biasa (nggak deng keren semua) yang sedang belajar untuk memandu generasi gen z. Mengerikan og.
19 notes · View notes
cahyadina · 2 months
Text
Tumblr media
#7/30 : HARI ITU : KAMIS, 23 JANUARI 2020
Sepekan sebelum hari menyedihkan itu, Bapak masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit RS.Sardjito Jogja. Oksigen terpasang rapi, suara sesekali masih bisa kudengar, masih sempat bercerita banyak hal. Termasuk suatu pesan yang sampai hari ini masih selalu terngiang di kepala.
Intinnya, "Saya nuntun kamu naik sepeda sampai kamu bisa mengayuhnya sendiri. Maka, kalau suatu saat nanti saya melepas itu, saya percaya kamu bisa mengayuhnya sendiri dan memilih jalanmu tanpa bantuan saya. Saya tidak mungkin selalu ada."
Tentu saja tidak sama persis, kurang lebih begitulah pesan yang tersampaikan. Bapakku memang begitu filosofis, cerdas dan berwawasan luas, banyak orang mengakui itu. Maka, untuk urusan ngobrol saja bisa sambil belajar dan mendapatkan pencerahan.
Oke lanjut bercerita, singkatnya sepekan aku lalui dengan waktu yang terasa lebih lama. Aku setia menemani Bapak yang kian hari kian melemah, yang tadinya masih bisa diajak bercanda atau mengobrol ini itu, masih bisa minta disuapi minum, masih minta dibenarkan selang infus, diantar ke kamar mandi dan lainnya. Mendadak terdiam, sejak malamnya tubuh bapak melemah, kian detik kian menit suarannya menghilang.
Aku berusaha menggoyangkan tubuhnya pelan, tidak ada respon.
Aku memanggil-manggil, tidak ada respon.
Nafas masih ada, tubuh masih hangat. Tapi nihil. Bapak tidak bisa diajak komunikasi.
Aku masih sendirian saat itu, keluargaku semuanya sedang berada di perjalanan begitu aku mengabari bahwa Bapak dinyatakan dalam kondisi kritis.
Dadaku sesak, nafasku tidak teratur, pikiranku kalut. Aku menggenggam tangan bapak, merapalkan semua doa yang kubisa. Aku minta kesempatan pada-Nya, meminta dengan sungguh.
Beberapa menit setelahnya, suster memintaku ke ruangan konsultasi dekat pusat perawat ruangan. Disana, tampak dokter jaga, seorang wanita muda yang menatapku nanar, dia memintaku melihat ke layar monitor yang memperlihatkan paru-paru, Iya. Milik bapakku.
"Mbak, kondisinnya sudah makin parah. Sel kanker sudah menyebar hampir ke seluruh paru-paru bapak. Mohon banyak didoakan, kami bisa melakukan tindakan bantuan, tapi itu hanya akan menyiksa bapak, Mbak. Sekarang keputusan di tangan Mbak, jika diizinkan kami akan melepas semua alat. Mbak, menunggu sembari didoakan semoga proses bapak cepat,"
Badanku lemah, tubuhku bergetar, mataku perih sekali sampai buram dan air mata itu menetes begitu saja. Makin deras, makin sesak juga dadaku. Aku tahu maksdunya.
Iya, Bapakku sudah akan selesai.
Perlahan dengan langkah gontai, aku mencoba kembali ke kamar inap, belum sampai di pintu dan membukannya, Mbak Isti. Bulikku dari keluarga bapak, datang. Dia yang setia menemaniku merawat bapak.
Aku tidak bisa membendung apapun lagi, tangisku pecah. Mbak Isti memelukku erat, aku menangis sejadinnya.
"Aku belum siap kehilangan Bapak," kataku.
"Ikhlas ti, ikhlas. Kasihan Bapak," Jawab Mbak Isti, seingatku.
Waktu berjalan, aku sholat dan berdoa supaya proses bapak tidak dipersulit. Aku minta pada-Nya, bapak dipanggil dengan cara yang baik.
Aku ikhlas.
Hari itu, Kamis, Malam Jumat sore. 23 Januari 2020.
Semua keluarga berkumpul. Termasuk Mama dan Adik perempuanku yang baru akan lulus SD. Aku sesekali menatap mereka, sedih. Tidak tega.
Dokter mulai bicara, "Dengan ini kami nyatakan Bapak Mutohar telah meninggal dunia." Kurang lebih begitulah.
Tidak, aku mencoba kuat. Aku tidak boleh kebanyakan menangis. Kasihan Bapak.
Singkatnya, kami semua mengantar Jenazah Bapak ke rumah simbah di desa pucanganom, kecamatan rongkop, gunungkidul. Simbah kakung, saat itu masih ada. Lemah tatapannya kosong. Simbah putri tampak lebih kuat, meski aku paham betapa menyakitkannya ditinggalkan anak lebih dulu. Omku, beliau pendiam, tapi aku yakin omku lebih dari sedih kehilangan kakak satu-satunnya.
Sahabatku, Umu Hani @haniumu-blog Bahkan dia setia menemaniku di Jogja saat semua ini terjadi, menjadi bagian penting dan salah satu penguatku.
Jumat siang, Bapak dikebumikan. Sesuai impiannya, dikuburkan di tempat kelahiran.
Di hari baik itu, Jumat.
Aku ikhlas. Aku hanya sesekali merindukan obrolan apapun itu dengan Bapak.
[Ditulis di rumah simbah, Senin, 15 April 2024]
5 notes · View notes
unimiff · 1 year
Text
Tandan-Tandan Berkelindan
Tumblr media
"Nggak bisa dinaikin lagi, Pak, harganya?" Dari balik dinding papan tipis kamar tidurku, kudengar suara Bapak hampir putus asa, tawar-menawar dengan Pak Abidin, juragan tanah di kampungku berlangsung alot. "Wah udah nggak bisa, Pak. Ini saja harga tertinggi, lho. Coba aja Bapak tawarkan ke Pak Jati, pasti nggak bakalan mau setinggi saya." Bapak menghela napas, berat. "Tolong beri saya waktu untuk berpikir, ya, Pak." Akhirnya Bapak menyudahi pembicaraan, yang diiringi dengan kepergian Pak Abidin setelahnya.
Aku termangu. Terbayang obrolan antara aku, Emak, dan Bapak beberapa hari yang lalu. Aku mau kuliah, ke pulau seberang yang sistem pendidikannya jauh lebih baik daripada di kampung atau bahkan kota kami. Sementara itu, kami bukan orang berpunya. Untuk transportasi dan lain-lainnya, pasti butuh dana. Meskipun rencananya nanti aku akan mencari beasiswa, atau kerja sambilan, apa sajalah, yang penting halal untuk membantu Emak dan Bapak, tetap saja berat rasanya. Untuk keberangkatan pertamaku, Bapak bertekad untuk menjual sepetak tanah kami.
Sebenarnya, aku kurang setuju. Tanah itu sudah menghidupi keluarga kami bertahun-tahun. Ada banyak kenangan di sana. Saat musim hujan, tanah itu dijadikan sawah. Saat musim kemarau, ladanglah jadinya. Bapak dan Emak terampil sekali mengolahnya.
"Sudahlah, Nak. Kamu sekolah saja yang rajin. Di kampung ini susah untuk mencari kehidupan. Kamu cari ilmu setinggi-tingginya. Jadi orang berguna. Biar Bapak dan Emak yang mikirin biayanya."
Kata-kata Bapak mengiris-iris hatiku. Beberapa tahun belakangan ini, perlahan kulihat sawah dan ladang mulai berkurang. Tanaman padi dengan ikan mina padinya, belut yang kupancing bersama teman-teman, perlahan mulai menghilang, digantikan dengan tanaman dari keluarga palem-paleman, kelapa sawit. Tanah tidak bisa lagi ditanam dengan sistem rotasi tanaman. Wong tanahnya udah jadi keras karena akar-akar sawit. Parit-parit tempat kami memancing ikan sudah tidak berair. Entahlah ke mana perginya hewan-hewan penghuninya. Sekarang yang ada hanyalah kawanan nyamuk. Atau ular.
Aku berpikir keras bagaimana caranya menyelamatkan tanah kami. Jangan sampai dijadikan kebun sawit juga oleh Pak Abidin. Apa yang bisa kulakukan?
***
Aku berada di dunia antah berantah. Pandanganku gelap. Tiba-tiba, ada cahaya yang menyilaukan. Tunggu, dan panas! Oh, tidak, itu api! "Tolong, tolong, selamatkan aku!" Aku berteriak sekencang-kencangnya, tapi yang keluar dari mulutku hanyalah suara lirih. Siapa yang akan mendengarku kalau begini? Aku melihat sekitar. Aku dikelilingi oleh perkebunan sawit. Tandan-tandan yang berkelindan di dahan pohon-pohon di sekitarku mulai dilalap si jago merah. Batangnya, dahannya, daunnya, dan buahnya, semuanya mempercepat jalaran api. Aku megap-megap. "Tolong aku. Tolong." kataku lagi. Kali ini lebih lirih. Suaraku menghilang. Namun, aku yakin, akan ada yang mendengarku.
Tiba-tiba, kulihat ikan-ikan yang dulu kupelihara di petak-petak sawah. Lalu, muncul pula belut, belalang, capung, semuanya tersenyum padaku. Muncul pula padi, lalu jeruk, lalu kakao yang dulu ditanam tetanggaku. Ah, ada pula sayur-mayur, entah apa lagi. Mata dan otakku sudah tidak kuat menangkapnya. Mereka semua berkata,
"Tolong kami, ya! Hanya kamu yang bisa menolong kami."
Bah, apa-apaan pula ini? Jelas-jelas aku sedang terjebak api. Mereka pula yang meminta tolong. Mereka perlahan menghilang. Kobaran api semakin mendekatiku. Aku takut, takut sekali. "Toloooooong!" Aku kembali berteriak sekencang-kencangnya.
"Nak, bangun, Nak. Bangun! Sudah subuh"
Emak mengguncang-guncang tubuhku. Aku perlahan membuka mata. "Mak, bilang sama Bapak, jangan jual tanah kita, Mak. Aku takut, aku takut!" Kataku sembari mengusap keringat. Aku takut dengan mimpiku. Namun, aku lebih takut lagi dengan kenyataan yang akan kuhadapi kalau aku tidak berbuat apa-apa. Aku takut tandan-tandan yang berkelindan itu akan menghabisi teman-temanku; ikan, capung, belalang, sayur, buah, dan masa depan Ibu Bumi.
20230116
Bukan #30HariBercerita
Sumber gambar: unsplash
8 notes · View notes
pergimelaut · 1 year
Text
i. intro & bebersih.
selamat tahun baru. di bulan ini, januari 2023, saya pengin ikutan kegiatan 30 hari bercerita di mana saya rutin menulis blog selama satu bulan berturut-turut (semoga bisa). apa pun hasilnya, ini akan jadi atribut saya yang pertama: keberhasilan pertama, atau kegagalan pertama. haha.
suram amat sih saya.
saya mengawali awal tahun dengan bersih-bersih rumah sekeluarga. ibu saya menyortir pakaian, ayah saya angkut-angkut perabotan (kami mau memindah meja makan yang semula dekat dapur jadi dekat ruang keluarga). adik saya bagian manjat-manjat. dan saya sudah klaim peran dari h-1: buku-buku.
menyortir buku-buku ternyata bukan hal yang mudah. ketika pertama kali saya mengeluarkan semua buku dari dalam lemari, menjadikannya satu, dan selesai mengelap rak-rak buku, saya bingung mana-mana yang harus dikategorisasikan lebih dulu. di salah satu buku yang berserakan, ada bukunya marie kondo yang berjudul---tentu saja---the life-changing magic of tidying up: the japanese art of decluttering and organizing.
saya membaca-bacanya sejenak dan melompati bab ke bagian cara menyortir buku-buku. sebagai buku yang seutuhnya berkisah tentang gimana caranya bersih-bersih yang baik & benar, buku itu tentu adalah buku yang paling tepat di situasi sekarang. tapi sayangnya terlambat, karena saya nggak mungkin menamatkannya di tengah buku yang berserakan dan ketika anggota keluarga saya sudah mulai bersih-bersih. jadi, saya baca cepat dan mengingat dua poin penting: jangan menyendirikan buku khusus kategori "buku-akan-dibaca" & ingatlah bahwa "aku akan membacanya kapan-kapan" adalah "aku takkan pernah membacanya". haha. cari motivasi atau tamparan diri?
anyway.
Tumblr media
saya mulai dari yang paling gampang buat saya, yaitu komik. saya mengategorisasikannya berdasarkan judul yang ternyata lebih banyak dari yang saya kira. selanjutnya saya pindah ke bagian buku-buku lawas, warisan dari kakek-nenek yang jenis kertasnya masih bagus, buku hard cover, dan masih ada label harga yang rata-rata berkisar belasan ribu---cuma di mimpi rasanya, kalau di jaman sekarang saya bisa nemu buku isinya kertas foto berisikan gambar-gambar berwarna dengan harga 14 ribu.
begitu saya pindah ke buku-buku anak, saya sadar kalau banyak yang sudah nggak saya baca lagi. ada buku-buku anak yang membekas di hati dan itu sudah saya sendirikan, tapi sisanya ... apa disimpen buat keponakan/anakku di masa depan nanti ya? tentu saja saya kepikiran kayak gitu, tapi, belum tentu di masa depan buku masih relevan. jadi saya memasukkannya ke dalam kardus. untung pixar nggak kepikiran bikin film dengan tokohnya buku-buku anak, soalnya kalau iya, pasti akan jadi pertimbangan untuk tetap menyimpannya sebagaimana boneka-boneka saya.
novel adalah bagian yang harusnya paling susah, tapi, saya sudah capek BANGET, jadi saya buru-buru. apalagi anggota keluarga saya lainnya sudah pada istirahat & menyudahi sejenak, jadi saya nggak mau berlama-lama lagi. padahal akan keren (sekaligus kurang kerjaan) kalau saya bisa menyortir buku-buku yang saya punya kayak seorang tokoh di rumah kertas-nya carlos maría domínguez: berdasarkan keakraban antara penulis buku yang satu dengan yang lainnya. kalau itu saya lakukan, mungkin saya tergerak buat menjejerkan buku hanum rais dengan buku asma nadia saja daripada sama buku salman aristo. cuma nebak-nebak aja ya.
sampai saya memutuskan buat menyudahi bersih-bersih, sebetulnya ada satu rak lagi yang belum saya apa-apakan. tapi saya ingat kalau saya pernah mengurusi rak itu beberapa bulan lalu dan bahkan menata buku-bukunya jauh lebih niat dibandingkan saya menata buku-buku lainnya hari ini, jadi, ya kapan-kapan saja.
demikian postingan intro 30 hari bercerita, semoga ke depannya bisa saya ikuti seterusnya sampai akhir.
4 notes · View notes
benangcerita · 7 months
Text
Sendirian : Tidak Apa-Apa
Berharap pada sesuatu yang memang belum masuk ke dalam jatah rezeki saat ini memang sangat melelahkan, maka akhirnya aku mulai belajar untuk lebih mengilhami konsep rezeki dengan lebih dalam. “Kalo memang sudah rezekinya, insyaAllah jalannya akan terbuka.”
Baiklah. Daripada aku harus terus bersedih tentang kesendirian, maka hari ini aku menutuskan berdamai dengan kondisi ini. “Memang sekarang merasakan kesendirian masih menjadi garis rezekiku.” Mari kita mulai membuat rencana untuk diri sendiri yang bisa dilakukan seorang diri. Kehadiran teman adalah rezeki tambahan yang Allah berikan.
Awal tahun depan, aku akan menginjak kepala tiga. Mari tidak usah membahasa banyak kegagalan yang belum bisa dilakukan, namun mari mencoba membuat apa yang bisa dilakukan untuk membuat diri lebih merasa utuh dan bahagia. Tidak boleh ada keinginan bergantung pada manusia, hanya kepada Allah setelah ini kita bisa bergantung.
Yuk kita mari kita mencoba mengukir prestasi untuk diri sendiri. Pesertanya hanyalah diri kita sendiri, jurinya juga kita sendiri, serta pemenangnya juga kita sendiri. Jika lelah, tak usah risau mencari kawan untuk bercerita, mulai bergantunglah bercerita pada Allah. Tak usah menanti orang lain peduli, mari kita mulai peduli pada diri kita sendiri.
Tidak papa jika memang kita harus berbeda, karena rezeki kita memang tidak sama dengan rezeki yang (diharuskan oleh) orang lain. Mari kita berfokus menyongsong usia 30 dengan lebih baik dan hati yang lebih bahagia.
Jika suatu hari nanti, Allah masih berikan aku rezeki untuk menikah dan memiliki pasangan, semoga di waktu itu aku memang sudah siap secara utuh untuk menerima keberadaan orang lain di dalam hidupku. Jika memang suatu hari, hal ini masih menjadi rezeki untukku, maka Allah akan tau kapan waktu yang paling tepat.
Jogja, 29 Oct 2023
9 notes · View notes
hanamaulida · 2 years
Text
Baru aja tadi pagi scrolling YouTube dan nemu topik TEDx tentang berapa pentingnya conversation bagi perkembangan anak.
Siangnya langsung dihadapkan pada situasi yang menampilkan secara real betapa membuat percakapan dengan anak adalah cara yang ampuh dalam menumbuhkan trust anak pada kita.
Jadi tadi, rekan kerja saya bawa anaknya ke kantor. Dua laki-laki.
Ketika temen saya ini mau ninggalin mereka dulu sebentar, anaknya dikasih HP (like almost people nowadays do).
Bereksperimenlah saya. Ngajak mereka ngobrol. Menggali topik apa yang mereka sukai, mendengarkan cerita (fantasi) mereka.
Fokus tanpa distraksi.
Mata menatap mata, gesture tubuh menghadap mereka. Sesekali juga mengusap kepala.
Cuma kurang dari 30 menit. Mereka berhasil saya taklukkan.
Mereka manggil2 saya terus. Ngajak ngobrol terus. Sampe HP nya nggak digubris.
MasyaAllah kata saya dalam hati.
Betapa anak2 itu sebenarnya cuma butuh satu dari kita: perhatian penuh, utuh, dari kita sebagai orangtua.
***
Ini juga jadi salah satu hal penting yang patut saya syukuri dalam perjalanan parenting saya, tentunya ditengah banyak kekurangan saya sebagai orangtua. Saya nggak pernah absen ngajak anak ngobrol. Tentang apapun! Hasilnya, anak2 menjadi terikat secara emosional dengan saya, merasa butuh bercerita setiap hari yang akhirnya itu jadi media mereka dalam belajar menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Sampai akhirnya, rasa trust itu muncul. Yang menurut saya, itu adalah capaian tertinggi yang bisa didapatkan seseorang dalam sebuah hubungan.
***
Merasa didengar,
Merasa diperhatikan,
Merasa dirinya dianggap penting dan berharga...
Bukankah, kita sebagai orang dewasapun, senang dan punya kebutuhan untuk diperlakukan seperti itu?
***
Ya Allah, semoga Engkau senantiasa memberikan kami pemahaman yang lurus.. Kekuatan dan kemampuan untuk membersamai tumbuh kembang anak-anak kami... Rabbi habli minssholihin...
111 notes · View notes
itsnaboo-blog · 27 days
Text
Tentang Al-kahfi
Sepertinya sudah banyak yang kini paham keistimewaannya.
Rasanya ia viral belum begitu lama, bukan karena aturan baru, tapi kita saja yang baru tahu.
Beberapa menandingkannya dengan yasin, aku tak mengerti kenap harus begitu.
Keduanya bermakna sama bagiku di hari jumat. Kuncinya jika mampu, kenapa harus satu?
Sekali lagi, ini bagiku yang lahir di keluarga NU tapi besar dan belajar di lingkungan baru.
Kuncinya lagi mencari tahu, tidak puas diri berhenti di titik kenyamanan.
Bukankah kewajiban belajar sampai ke liang lahat? Siapa yang bilang hanya 9 tahun?
Sudahlah, 30 tahun sudah sangat menyerap energiku untuk memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu.
Tapi dimana ada ilmu, sepertinya bisa dicoba satu dua melangkah
Al kahfi tidak hanya cerita tentang hari
Ia juga bercerita tentang pemuda yang tertidur beratus tahun
Yang harus hijrah dari negeri yang melarang mereka beriman kepada Allah ta’ala
Kemudian datanglah mereka ke gua, yang dengan perhatian-Nya Allah rawat raga pemuda pemuda ini tetap utuh setelah ratusa tahun kemudian
Yaa Rahmaaan, Yaa qayyum dan hanya Engkau sebaik-baiknya pengurus kami
Kisah lainnya yang menarik perhatianku adalah kisah Musa as dan khidr.
Sebelum mendalami al kahfi, nama khidr tidak asing bagiku.
Beberapa kalo ia muncul sebagai tokoh magic di buku cerita atau beberapa film religi seingatku.
Dan ketika aku menemukannya di kitab yang selama ini aku baca tanpa mengerti artinya, sangat mengesankan.
Ia datang sebagai tokoh yang tidak banyak bicara, tapi mengajari dengan contoh. Dan Musa as yang kita tahu adalah seorang nabi dan rasul, dan bahkan ulul azmi hadir meminta status murid oleh beliau.
Secara lahir, kami citizen yang judgmental ini menganggap paling tahu siapa statusnya harus di atas siapa. Kadang mudah juga melontar komentar “wah keren Musa mau menunduk pada khidr yang bukan seorang rasul” “wah bisa-bisanya Khidr diam saja saat diprotes musa”
Dan ternyata ini adalah ujian. Dan ternyata ini juga sarat hikmah bagi kita yang merasa berilmu merasa lebih tahu. Dan sekali lagi setidaknya bagiku ini sangat menampar.
Musa sudah diperingati aturan main menjadi murid khidr, tapi sayang sekali Musa tidak bisa lulus ujian ini. Terlalu lancang mengatakan kalau Musa merasa sok pintar sehingga tidak bisa diam dan memprotes tindakan khidr. Tapi jika dicerminkan kepadaku, jika aku memiliki peran seperti Musa, rasanya benar meskipun secuil kadang rasa merasa lebih puntar lebih berilmu menghantiui sehingga protes dilayangkan bertubi-tubi. Dan inilah mengapa ilmu harus disandingkan bersama adab, satu agar lulus ujian kedua yaa terlihat lebih indah kataku.
Beberapa waktu lalu kasus perceraian public figure semoat menjadi bahasan kami. Kami coba intropeksi rumah tangga kami. Kami melihat ujian merasa lebih tinggi bisa terjadi dimana saja.
Entah hartanya lebih tinggi, entah ijazahnya tertulis lebih tinggi, atau bahkan sertifikat kelulusan hafalan qurannya lebih tinggi. Aturan mainnya tetap ada. Saat-saat harus sami’na waatho’na itu nyata, tapi menahan ego rasanya tidaklah mudah.
Bukan patriarki, memang suami itu harus dihormati. Memang istri posisinya harus lebih menunduk. Dan catatan untuk kami agar bisa lulus ujian ini sama-sama, menelan anggur yang lebih manis dari shine muscat bersama, meminum air dari telaga kautsar bersama, ucap kita harus dijaga. Manusiawi merasa letih merasa tersakiti, tapi instropeksi dan memperbaiki diri agar Allah limpahkan kasih sayangnya lagi.
Hari ini hujan lagi, Alhamdulillah.
Tokyo, 13 Mei 2024
3 notes · View notes