#ad darqawi

[raisongardee]

“Ne craignez pas les suggestions psychiques lorsqu’elles vous assaillent et qu’elles veulent envahir votre cœur en vagues sans cesse renouvelées, mais abandonnez intérieurement toute volonté à Dieu et restez calmes ; ne vous agitez pas, détendez-vous et ne vous contractez pas, et dormez, si vous pouvez, jusqu’à ce que vous soyez rassasiés, car le sommeil est bénéfique à l’heure des détresses ; il comporte des bienfaits merveilleux, puisqu’il est en lui-même un abandon à la volonté divine. Or, quiconque abandonne sa volonté à son Seigneur, Dieu le prendra par la main.”

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823)

[farhanjamil89]

Shaykh Abul-Hasan Shadhili ق said:

“Flee from the good of people more than you flee from their evil because the good of people strikes your heart while their evil only strike your body. It is better to be struck in your body than in your heart. The enemy who brings you to Allahﷻ is better than the friend who cuts you off from Allahﷻ. Consider their turning to you at night & turning away from you in the day. Do you not see that when they turn to you, they tempt you?”

The Darqawi Way│Letters from the Shaykh to the Fuqara│Moulay al-‘Arabi ad-Darqawi│Translated by Aisha Bewley

[sidiabdullah]

Bismillah. Guru kami Shaykh Moulay Hashim Al Belghiti as Shadhili ad Darqawi di Meknes, Maroko menginstruksikan bagi murid (fuqara) dan mereka yang sedang menghadapi wabah Covid 19, selain membaca Miftah al Wirid pagi dan petang, menambahkan dzikir di bawah ini:

Hasbunaallah wa’nimal wakil (313 kali)

Cukuplah Allah sebagai penolong kami

Sesudah itu berdzikir sebanyak mungkin yang kamu mampu:

Laa Ilaha illa anta. Subhanaka, innii kunna minazh dzhalimin.

Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.

Dalam sejumlah riwayat, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menyampaikan sejumlah manfaat membaca doa tersebut. Di antaranya riwayat Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasaai dan al-Hakim dalam Nawadir al-Ushul. Bahwa, Rasulullah shallallahu alaihi wassal menyatakan barang siapa membaca doa ini maka permintaannya akan dikabulkan.

Membaca doa ini juga tak terbatas pada permintaan ketika ada hajat tertentu. Rasulullah shallallahu alahi wassalam sebagaimana dinukilkan dari riwayat al-Hakim dari Sa’ad bin Abi Waqash menyebutkan membaca 40 kali doa ini ketika sakit, lalu kemudian dia meninggal, maka dia akan mendapatkan pahala orang yang meninggal syahid. Riwayat ini diambil dari kitab ad-Durr al-Mantsur. 

Shaykh Sayyid Muhammad bin al-Alawy al-Maliky al-Hasani, dalam kitab Abwab al-Faraj, mengungkapkan para ulama dan wali kerap membaca ayat ini. Ada yang membacanya 40 kali setelah shalat Subuh tanpa terputus sama sekali. Ada yang membaca tiap hari 1.000 kali untuk tujuan akhirat dan duniawi tertentu.

[rest-in-being]

Allah Almighty will ask from everyone on the Last Day;

"What did you bring today,oh My servant?

Did you bring Qalb us Saleem,a pure heart,a golden precious heart?"

Allah Almighty is asking from everyone to have a clean heart.You may make it pure only through Tariqah (Sufi Orders).Those who are not in a Tariqah (Sufi Order) they are only occupying themselves with the outer aspect of rituals whilst leaving out the heart.

There are 41 Tariqahs (Sufi Orders).40 of them  springing from the heart of Imam Ali (radIAlahu anhu) and 1 is the Naqshabandi Order,coming from the heart of Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu ).The Prophet Muhammad (ﷺ) had 124000 companions.

Who was the Grand companion? It was Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu).The Prophet Muhammad (ﷺ) said;

"The whole of what Allah entrusted to me on the Night Journey I put into the heart of Abu Bakr."

Sayyidina Ali (radIAlahu anhu) was connected to Abu Bakr (radIAlahu anhu) in such away as to make Ali (radIAlahu anhu) the entrance of the City of Knowledge.This is well known among the real Tariqah Saints.They respect the Naqshabandi order as the first one I am talking about the real Sheikhs the Saints, not those giving titles to themselves.

All of the Great Saints,Jilani,Rumi,Darqawi,Rifai (may Allah sanctify their secrets.),knew the real station of the Naqshabandi Sufi Order.If a person is following one of the other Tariqahs they may take the Tariqah Naqshabandiya also and remain free to follow those exercises or follow the Naqshabandiya exercises.If also they follow only the Naqshabandi exercises it's enough.It does not matter whether you are coming from another Tariqah into the Naqshabandi Tariqah.Some fear that their first Sheik will hear they have joined a second Tariqah and be angry with them.If he is a real Sheik how can he be angry? A real Sheikh must know if his murid was given to him on the Day of Promises or not.A shepherd knows his sheep even one from a thousand and even if they are all white.He has light in his eyes and recognises them without mistake.

In Tariqah there is no sorrow or anger if any murid goes to another Sheikh.We are thankful to the first Sheikh for training him until he reaches his real Sheikh.

Abu Yazid al Bistami (may Allah sanctify his secret.) said;

"During my search I met 99 Sheikhs before reaching my GrandSheikh." You may meet many Sheikhs and take exercises but you may not find satisfaction until you find your GrandSheikh and then it is like a river meeting the Ocean.So many Sheikhs are only trainers but finally a GrandSheikh must call you.Not by letters but from heart to heart. There are ways.If a Naqshabandi Sheikh is giving training he must tell the Murid who the GrandSheikh of the Naqshabandi Tariqah is at that present time and point him out to the Murid.

So many people from the West are coming now invited by the way of the hearts to our GrandSheikh.The chain of Sheikh ends is one.Our GrandSheikh is the last link in the Golden Chain and he is holding that position.I am only his servant.As for the other Naqshibandi Sheikhs we are waiting for them to renew their Bayyah with us or else they are only putting on titles for themselves.

In our time they maybe one thousand Naqshabandi Sheikhs but there is only one GrandSheikh bringing them all together and he is the Imam.If you bring the 124000 Sahabas (Companions) together who is the Imam? It is Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu). Each Sheikh must appoint one  Deputy.

All Tariqahs teach people humbleness and to accept the truth.

Who accompanied the Prophet Muhammad (ﷺ) when he made his migration from Makka to Madina? Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu) and what did the Prophet Muhammad (ﷺ) say about Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu)?;

"Everything My Lord put into my heart I have put into the of Abu Bakr."

Which Sheikh can come to argue with us saying "Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu) is our father in Tariqah?" Only the Naqshabandi Tariqah traces its lineage back to the Prophet Muhammad (ﷺ) through Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu),the rest of the Tariqahs came through Sayydina Ali (radIAlahu anhu).

GrandSheikh Abdullah Faiz ad Daghistani (may Allah sanctify his secret.) is the inheritor of Abu Bakr as Siddiq (radIAlahu anhu) however much people may try to deny this.

-Sheikh Nazım Adil Al Haqqani (may Allah Almighty sanctify his secret.)

[bijikopi-bijilogam]

Do what you like, but you will regret every hour that you have not remembered God. (Shaykh Moulay Hashim Al Belghiti as Shadhili ad Darqawi)

[hatisenangdotcom]

Tentang Al-Quran 005 Syaikh Husain Asy-Syadzili Ad-Darqawi

Pesannya Qur’an, satu tujuan, Nafsu hapuskan, esakan Tuhan, Qalbu bersihkan, dzikir lantunkan, Rasa manisan, Oh! berterusan.

~Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi

hatisenang.com

[dherdina]

ISTILAH DAN SEJARAH TASAWUF (5) BY YAMAS · Oleh: Ust. Hj. Hussien Bin Abdul Latiff iii. Baiat Murid itu mestilah berjanji setia kepada mursyid atau syeikh atau guru Tarikat itu. Janji setia ini di panggil Baiat. Ikrar ini diambil sambil berjabat tangan ataupun memegang hujung tasbih ataupun sal/kain ataupun dengan lain-lain cara di antara mursyid atau syeikh atau guru Tarikat itu. Prof Aboebakar Atjeh telah juga menulis: Melakukan sumpah setia … kepada gurunya: Aboebakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasauf, 49 (1977). iv. Latihan Setelah itu, mursyid atau syeikh atau guru Tarikat itu akan memberi amalan tertentu untuk di amalkan dibawah bimbingan mereka. Prof Aboebakar Atjeh telah menulis: Syeikh atau mursyid… memberi pertunjuk mengenai riadah-riadah atau latihan dalam melakukan zikir dan wirid: Aboebakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasauf, 49 (1977). Kebanyakan Tasawuf Tarikat mempunyai 3 taraf zikir. Taraf zikir yang paling rendah ialah zikir secara lisan. Daripada situ, zikir itu akan meresap ke qalbu murid itu dan dengan itu dia akan berzikir dengan zikir qalbu. Akhir sekali zikir qalbu ini akan meresap ke minda mereka dan menjadi zikir sirr. Ada Tarikat mempunyai zikir-zikir atau cara zikir tertentu, baik merupakan zikir yang berbunyi yang mereka namakan zikir lisan, maupun yang hanya diucapkan di dalam hati, yang dinamakan zikir qalb, maupun yang diingat secara langsung, yang mereka namakan zikir sirr: Aboebakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasauf, 50 (1977). v. Diam & Menunggu Apabila zikir sirr mereka tidak berbunyi lagi di dalam minda mereka maka hendaklah murid itu berdiam sahaja serta bersabar menunggu turunnya ilham yang membawa kepada pencapaian kepada Makrifatullah. Imam Ghazali ada menulis: Bagi anda diperkenankan berusaha sampai pada batas-batas itu sahaja dan setelah itu anda tidak diperkenankan berusaha kecuali dalam hal menolak gangguan-gangguan yang menyimpangkan. Setelah usaha anda terbatas pada keadaan tersebut maka bagi anda tinggal menanti “terbukanya hati” yang mana macam ini juga dinampakkan kepada para wali Allah: Imam Ghazali, Timbangan Amal, 52 (1983). vi. Pencapaian Marilah kita lihat contoh mereka yang mencapai Makrifatullah secara sebegini: Syaikh Moulay Al Arabi Ad Darqawi – Beliau telah menerima daripada Gurunya zikir “Allah”. Beliau dikehendaki apabila berzikir mengadakan kalimah “Allah” itu di dalam minda beliau. Beliau telah menjalankan riadah ini selama sebulan dan beberapa hari, apabila beliau diilhamkan, “Aku yang Awal dan yang Akhir; Aku yang Zahir dan yang Batin.” Walaupun beliau tidak menghindarkan ilham itu tetapi ia mendesak. Kerana tidak tertahan dengan desakkan itu maka beliau menjawab bahawa beliau faham Dia yang Awal, yang Akhir dan yang Batin tetapi beliau tidak faham Dia yang Zahir kerana apa yang beliau lihat yang zahir adalah benda-benda yang berbentuk. Maka datang pula ilham kepada beliau bahawa yang dimaksudkan ialah yang terzahir iaitu Yang Batin terkeluar bukan dimaksudkan yang diluar. Serta merta beliau faham maksud ayat itu dan dengan itu beliau berjaya mencapai Makrifatullah. Beliau mencapai Makrifatullah setelah menunggu sebulan dan beberapa hari: Martin Lings, A Sufi Saint of the Twentieth Century, 85 (1973); Abd Qadir Al Sufi, The Way of Muhammad, 169-179 (1997). vii. Ijazah: Setelah si-murid itu mencapai Makrifatullah maka Mursyidnya akan menyampaikan kepadanya segulung ijazah. Murid itu juga akan diberi Silsilah (Salasilah) bersama Khirqah (secebih kain atau tulisan berkenaan cara-cara riadah atau zikir atau wirid). Prof Aboebakar Atjeh ada menulis: Apabila seorang murid itu sudah dianggap lulus daripada latihan-latihan Tarikat itu, maka oleh gurunya diserahkanlah kepadanya semacam surat keterangan, ijazah namanya, begitu juga sebuah silsilah bersama dengan khirqah, ada yang berupa sepotong pakaian, khirqatul tabarruk, maupun berupa keterangan mengenai wirid dan wazifah, khirqatul wirid : Aboebakar Atjeh,Pengantar Sejarah Sufi dan Tasauf, 50 (1977). viii. Talqin: Upacara perpisahan ataupun Talqin akan diadakan oleh guru murid itu. Dengan upacara ini, Si murid pun dibebaskan oleh gurunya dengan beberapa nasihat ataupun wasiat. Syeikh Abdul Qadir Al Jilani ada menulis: Apabila seorang murid mencapai keadaan kerohanian yang ada pada gurunya maka dia disuruh menceraikan dirinya dari gurunya. Dengan lain perkataan, dia sekarang telah setaraf dengan guru. Murid itu pun tercerai dari guru itu dan Allah sahaja menjadi penjaganya dan Allah akan menceraikan dia dari segala makhluk: Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Pembukaan Kepada Yang Ghaib, 51 (1990). Prof Aboebakar Atjeh ada menulis: Dalam suatu peringatan perpisahan, yang dinamakan talqin, guru itu memberi wasiat dan nasihat yang menjadi pegangan bagi murid itu untuk selama-lamanya: Aboebakar Atjeh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasauf, 50 (1977). Namun begitu hanya sedikit dalam Jalan ini berupaya mencapai Makrifatullah, banyak yang tidak kesampaian. Shaykh Ahmad Sirhindi menulis: Sedikit yang dapat kejayaan cara ini … cara ini adalah lambat serta ramai terbengkalai di perjalanan:Muhammad Abdul Haq Ansari, Syariah and Sufism, 214 (1986). Ramai dalam perjalanan Tasawuf Tarikat hanya memperolehi amalan zikir sahaja walaupun sudah bertahun-tahun dalam penuntutan ini. Shaikh Ahmad Al Alawi pernah di Tanya bekenaan ini: Soalan: Adakah kesemua mereka berjaya (mencapai makrifatullah)? Jawapan: Tidak, hanya sedikit sahaja yang berjaya. Hanya sedikit yang mampu mencapainya. Soalan: Bagaimana pula bagi ramai yang tidak berjaya. Tidakkah mereka berputus asa? Jawapan: Tidak, dengan berzikir mereka akan mendapat ketenteraman: Martin Ling, A Sufi Saint of the Twentieth Century, 22 (1973). Daripada jumlah yang banyak yang masih belum mencapai Makrifatullah ramai juga terjerumus ke dalam alam khayalan kerana terlampau lama menunggu dan tidak tahu apa yang ditunggu. Kebanyakan menunggu kewalian bukan kemakrifatan. Mereka menunggu sesuatu keajaiban, keanihan ataupun keluar-biasaan bukan menunggu kepada pengenalan kepada Allah swt yang mendatang kearifan. Ini yang membuat Imam Ghazali menulis: Di tengah-tengah perjuangan ini, kadang-kadang tabiat menjadi rosak, akal menjadi kacau dan badanpun sakit. Apabila latihan dan pendidikan nafsu tidak mendahului datangnya hakikat segala ilmu, maka akan maharajalela di hati khayalan-khayalan yang merosakkan, di mana nafsu akan puas dengan khayalan-khayalan tadi pada masa yang lama sehingga habislah umurnya padahal apa yang dikhayalkan itu belum pula diperoleh. Banyak orang-orang sufi yang menempuh jalan ini, kemudian ia sentiasa berada pada satu khayalan dalam masa 20 tahun. Dan apabila dari dulunya ia sudah mempunyai suatu ilmu yang kukuh tentu terbukalah baginya segi kepalsuan khayalan tadi seketika. Imam Ghazali, Keajaiban Hati, 47 (1979).

http://yamasindonesia.org/

https://telegram.me/joinchat/Ci7Rlj502jYMH_K7cS6Hqw

[ariefinlee]

Pesannya Qur'an, satu tujuan, Nafsu hapuskan, esakan Tuhan, Qalbu bersihkan, dzikir lantunkan, Rasa manisan, Oh! berterusan. ~Syaikh Husain asy-Syadzili ad-Darqawi hatisenang.com

[raisongardee]

“La contemplation (shuhûd) est intuition, et l’intuition ne peut être fixée que par le sensible, et ne dure que par la conversation spirituelle (mudhâkarah), la visite des saints et la rupture des habitudes. Dès qu’il y a stagnation, la contemplation cesse inévitablement. N’arrêtez donc pas vos mouvements, j’entends les actions par lesquelles s’intensifie la contemplation. Notre maître (que Dieu soit satisfait de lui) me répétait toujours :"L’intuition est très subtile et fugitive ; si l’homme n’est pas sur ses gardes, elle échappera de ses mains sans qu’il s’en aperçoive."

[En d’autres termes, l’intuition ne peut être fixée que par le symbole, et ne peut être maintenue que par la fréquentation des hommes spirituels (en sanskrit satsânga), l’influence émanant des saints vivants ou des tombeaux des saints, et le combat contre les habitudes passives de l’âme.]”

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823).

[raisongardee]

“Si tu désires t’affranchir de ton âme passionnelle (nafs), rejette ce qu’elle essaye de te suggérer et ne t’occupes point d’elle, car certes, elle ne cessera pas de t’assaillir et ne te laissera pas en paix ; elle te dira par exemple : tu es perdu ! Que ses insinuations ne te troublent ni ne t’effrayent, quoi qu’elle dise, mais restes assis, si tu étais assis, ou debout, si tu étais debout ; continue de dormir, si tu dormais, de manger, si tu mangeais, de boire, si tu buvais, de rire, si tu riais, de prier, si tu priais, ou de réciter, si tu récitais, et ainsi de suite.”

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823).

[raisongardee]

“Les hommes de la connaissance de Dieu ne fuient pas les choses comme les autres les fuient, car ils contemplent leur Seigneur en toute chose. Les autres les fuient parce que la vision des choses existantes les empêche de voir Celui dont l’existence découle […] Et sachez (que Dieu vous soit miséricordieux) que rien ne nous empêche de contempler notre Seigneur sauf le fait de nous occuper des désirs de nos âmes. Ne dites pas que c’est l’existence qui voile l’existentiateur, car par Dieu, ce n’est que l’imagination (wahm) qui nous le voile, l’imagination qui produit l’ignorance. Si nous savions, elle nous conduirait à la science de la certitude, et la certitude arracherait nos cœurs et nos consciences intimes de la vision des choses éphémères…”

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823).

[raisongardee]

“Quant à ce professeur dont tu m’as parlé et qui ne trouve pas l’état de présence dis lui qu’il ne regarde ni vers le passé ni vers l’avenir, qu’il soit le "fils de l’instant", et qu’il prenne la mort pour cible de ses yeux ; alors il le trouvera, si Dieu le veut.”

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823).

[raisongardee]

“Il n’y a pas de chose plus propice à la concentration du cœur sur Dieu que le silence et le jeûne, comme il n’y a pas de chose plus propice à sa dispersion que l’excès de nourriture et de paroles, même sur ce qui nous concerne…”

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823).

[raisongardee]

Car celui qui ne croit pas à une réalité transcendante, ne peut pas être "éprouvé" ; il se trouve à l’aise dans son rêve terrestre.

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823).

[raisongardee]

Malheur au faqîr, malheur à lui, s’il voit la forme de sa propre âme (ou de son "moi", nafs) telle qu’elle est, et qu’il ne l’étrangle pas jusqu’à ce qu’elle en meure !

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823). 

[raisongardee]

De même, fuis toujours la sensualité, car elle est l’opposée de la spiritualité, et les opposés ne se rejoignent pas. A mesure que tu renforces les sens, tu t’affaibliras en l’esprit, et inversement.

Al-‘Arabî ad-Darqâwî, Lettres d’un maître soufi, trad. Titus Burckhardt, (1737-1823)