Tumgik
#asiknulisbareng
akurin-du · 4 years
Text
Anak Rantau
Atas nama sejumput asa, aku di sini. Di ruang dimana belum pernah aku jumpai sebelumnya. Pun di sini demi bisa mengarungi luasnya samudera nantinya. Tapi, saat ini aku pun tak tahu apakah kapal yang kunaiki ini akan bisa mencapai pelabuhan tujuanku di ujung sana atau akan karam di tengah jalan nantinya. Atau malah, ternyata aku salah menaiki kapal ini sedari awal. Tapi, kalau kupikir kembali, bukankah di sini aku nakhodanya? Yang memilih untuk memulai perjalanan dan berpindah dari kota sebelumnya. Perlahan bias itu seringkali terjadi. Lelah akibat harus berulang kali mencari arah mata angin sendiri karena tidak lagi mengekori kapal-kapal besar sebab tujuannya sudah berbeda dengan sebelumnya. Ya, demi sebongkah ilmu untuk kubawa pulang dan kuharap bisa meringankan beban dipundaknya di kemudian hari lalu berbahagia bersama.
-akurin.du
Langit Semesta Berirama, 13 Mei 2020 | 13.00
1 note · View note
akurin-du · 4 years
Text
Write About Your Parents!
Masa kecilku memang lebih sering dihabiskan bersama mama asuhku ketimbang mamaa. Bahkan Asri kecil lebih sering disuapi makan oleh bapak ketimbang mamaa, lebih sering diajak jalan-jalan sore keliling komplek sama mbak, dan lebih sering diajak keluar perum sama teteh. Mamaa selalu berkutat dengan segala pekerjaannya. Tapi mamaa tetap wanita terhebat yang ada di dunia. Menurutku mamaa juga wanita paling tegar. Kalau dipikir, mana ada seorang ibu yang rela melewatkan masa kecil putrinya demi meniti karir dan kehidupan layak ke depannya? Tapi mamaa bisa. Mamaa hebat. Paling hebat. Di sela letihnya itu, mamaa bisa menjadi orang pertama yang membuatku bisa membaca. Umur tiga setengah tahun. Aku masih ingat betul kala mamaa mengajarkanku mengeja di atas tempat tidur dengan menggunakan media yang sangat sederhana, hanya sebuah krayon dan lemari kecil yang ada di kepala ranjang. Ya, mamaa sangat memahami apa yang disuka oleh balita, mencoret-coret tembok dan lemari. Ah, aku juga punya sosok malaikat lain selain mamaa. Bapak, Abah, Baba, entah apa sebutannya itu. Cinta pertamaku. Sosok yang selalu memberiku hadiah, mainan-mainan kecil, dan mengajak jalan-jalan keliling kota. Ah, Bapak! Aku jadi teringat hadiah sepeda yang kau berikan kala aku bisa membaca Al-Qur'an. Padahal kalau dipikir, seharusnya aku yang memberikan hadiah kepada bapak karena bapak yang dengan telaten mengajariku alif-ba-ta, sukun-tasydid-dhommah, lalu ikhfa-idzhar serta waqaf dan washal. Tapi bapak orang yang keras-sangat bertolak belakang dengan mamaa. Mana boleh aku keluar mengunjungi komedi putar di lapangan sebelah saat malam hari. Ah, mengingatnya selalu membuatku merasa bahwa aku adalah satu-satunya orang yang paling beruntung di dunia ini. Terima kasih telah memberiku kehidupan yang bahagia. Kumohon Tuhan, bahagiakan selalu kedua orangtuaku di dunia dan akhirat seperti mereka membahagiakanku. Sehat selalu dan panjang umur Maa, Pak.
-akurin.du
Langit Semesta Berirama, 11 Mei 2020 | 11.25
0 notes
akurin-du · 4 years
Text
Relationship
Gelap. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkanmu. Tepat? Ah, pasti salah. Mungkin, kita? Atau masih salah? Karena sebenarnya tidak ada kita yang benar-benar kita. Kalau begitu, mari kita perjelas! Kita itu, apa? Kamu sangat mengenal semestaku. Teramat sangat. Tapi aku? Aku bahkan sama sekali tak mengenal duniamu. Mungkin kamu benar, ini bukan tentang jarak antara kota hujan-mu dengan kota berirama-ku. Ini tentang kepercayaanku terhadap duniamu. Tapi, Kasih, percayalah untuk sampai di sini aku harus berkali-kali menginjak ratusan bibit keraguan yang perlahan tumbuh. Kamu, pulang, kan?
-akurin.du
Langit Semesta Berirama, 12 Mei 2020 | 21.38
0 notes