Tumgik
#bangun rumah 2020
herricahyadi · 8 months
Note
Bang Heri, minta pendapatnya.
Saya ingin memutuskan melanjutkan kuliah S2 di LN. Tapi mengingat ibu saya yang membutuhkan kehadiran saya rasanya sedih dan memikirkan ulang keputusan saya tersebut. Dan, teman-teman saya tidak henti-hentiny memberikan masukan untuk kuliah di LN. Jadi ada 2 opsi, tetap kuliah di LN dan kuliah di Indo. Menurut mas Heri pertimbangan yang bijak dan matang seperti apa kak?
IBU ATAU LANJUT KULIAH?
Ini berat sih, ya. Saya pernah berada di posisi ini. Saya ceritakan kisah saya sedikit ya.
Jadi, sewaktu kuliah di Turki untuk S3 saya kemarin itu, kurang lebih saya sudah tinggal selama 4 tahun dari 2014 ke 2017-2018. Memang setiap tahun saya pulang ke Indonesia. Tapi, ada satu momen di mana sekitar tahun 2017-2018, sewaktu pulang dan biasa bertemu dengan ibu saya, saya lihat uban di rambut ibu saya makin mendominasi. Itu momen yang tidak akan saya lupa di mana akhirnya saya merenung: saya ke mana saja selama ini baru sadar kalau ibu sudah setua itu?
Dulu, saya berpikir akan menghabiskan hidup saya setidaknya sampai 10-15 tahun lagi di Turki. Mungkin baru akan balik sekitar 2030an. Tapi, setelah perenungan itu, saya memutuskan untuk balik segera. Saya sudah terlalu lama melewatkan waktu bersama ibu. Awal 2020 kemarin saya balik dan berhenti dari kuliah.
Tahun 2020-2021, ternyata saya baru tahu kalau ibu selama ini sakit. Ternyata kanker rahim dan sudah menyebar. Selama 2020 sampai 2022 itu saya menemani ibu operasi dua kali dan kemo dua kali. Bolak-balik RS Fatmawati hampir setiap minggu. Dulu saya tidak mau bertanya sudah stadium berapa, karena saya berpikiran positif saja itu kanker jinak yang bisa hilang dari operasi dan kemo. Di tengah tahun 2022 baru saya lihat dokumen RS, tertulis di situ Stadium 3C. Kesempatan hidup lama untuk pengidap kanker stadium ini hanya 25%.
Desember 2022 harusnya jadwal ibu operasi besar angkat kanker. Semua sudah siap, sudah anestesi, cek ini, cek itu. Hingga pas di pengecekan terakhir kondisi ibu ternyata makin parah. Sudah susah bangun dari tempat tidur. Dan, waktu dibawa ke RS, pas keluar rumah badannya kuning semua. Sampai RS untuk pengecekan persiapan operasi, tapi ibu minta dirawat UGD karena kondisinya sudah tidak kuat. Masuk IHC, hari ketiga jam 10 malam ibu menghembuskan nafas terakhir setelah 3 hari di IHC.
Sebelum ibu operasi ini, sebenarnya saya sudah mengajukan lanjut kuliah S3 dengan program AF dari pemerintah Turkiye, alhamdulillah diterima. Rencananya setelah selesai ibu operasi, tahun depannya saya bisa mulai kembali kuliah dengan bolak-balik Indo-Turki. Februari 2023 tahun lalu adalah momen keputusan besar saya ambil: saya tidak melanjutkan dan berhenti total S3. Padahal tinggal ujian sedikit dan masuk disertasi. Kondisi ini dampak dari kepergian ibu dan rasa yang sudah lagi tidak bergairah untuk lanjut kuliah.
Tapi, saya sama sekali tidak memiliki rasa penyesalan karena berhenti kuliah. Karena ternyata saya bisa menemani ibu sampai akhir hayatnya. Keputusan besar yang tepat yang saya ambil.
Itu pengalaman saya. Bagi kita masing-masing mungkin ada pertimbangnya sendiri. Tidak harus sama dengan orang lain.
Kamu bisa membaca masa depan di tiap keputusan yang kamu ambil. Jika kehadiranmu untuk ibumu jauh lebih bernilai, saranku pentingkan ibumu. Jika usiamu masih jauh di bawah 30, kamu masih banyak kesempatan. Namun, jika ibumu masih bisa berkompromi dengan ketidakhadiranmu, kamu masih bisa mengusahakan agar balik ke Indo serutin yang kamu bisa. Bisa jadi perkuliahanmu itu jadi kebahagiaan ibumu juga. Perbanyak komunikasi. Sekarang sepertinya sudah tidak sulit untuk komunikasi jarak jauh.
Apalagi jika ternyata perkuliahanmu karena beasiswa. Itu kesempatan emas yang tidak semua orang bisa menikmati. Jika tidak ada keringanan untuk penundaan keberangkatan, sebaiknya kamu bisa segera melihat kemungkinan-kemungkinan. Ini hanya bisa kamu lakukan sendiri, karena kamu yang lebih tahu situasinya. Orang-orang luar seperti saya ini hanya bisa memberikan insight dan pertimbangan yang mirip-mirip.
Semoga kamu mengambil keputusan yang tepat ya.
37 notes · View notes
tindrianto · 1 year
Text
Tumblr media
This ramadhan! ✨
Entah ya ramadhan tahun ini tu rasanya ada semacam leverage ke relung batin yg sudah lama hilang, aku kehilangan semuanya btw. Flashback singkat, aku mengalami demotivasi, ga cuman secuil tapi seutuhnya hehe, nah loh. Pernah ga ngira kalau masa depan akan se nano-nano itu? Yang kita pikir semuanya normal tapi ternyata banyak menimbun perasaan. Sampai akhirnya hal itu membuncah dan membanjiri sekitar dengan riuh kesahnya. Well, itulah yang kurasakan sejak 2020 akhir sampai dengan sekarang. Bukan aku, tapi aku terkena imbasnya, dan itu meruntuhkan apa yang aku bangun selama ini.
Aku bersyukur Allah pertemukan dengan insan baik yang senantiasa membersamaiku saat-saat diriku sedang terpuruk, mengenalnya memberiku perasaan bahwa aku tidak sendiri, latar belakang kita sama, dan banyak kesamaan lain yang mengantar kita pada kecocokan satu sama lain, but aku terlalu khawatir.. Akan banyak hal, apakah diriku pantas? Apakah aku akan sanggup? Akan sejauh mana perasaan ini kubawa. Itu semua menyisakan perhitungan ruang hening yang tiada habisnya. Ada banyak hal yang harus aku persiapkan, terutama untuk peningkatan kualitas diri, sesederhana beberes taman, menyapu rumah, memandikan kucing, mengepel lantai, dan banyak hal lain. Bisakah ini aku lakukan semua? Bisa! Tapi setelah capek kerja, yg mostly fisik, rasanya memang butuh uluran bantuan, but nyatanya orang terdekatku bisa, jadi aku hanya kurang motivasi saja hehe. Agak aneh memang ketikanku yang ga bermuara dan ada kejelasan ini, tapi ya gapapa maklum, aku masih harus banyak belajar. Semoga following ku bisa membantuku dalam mewujudkan ini semua. Aamiin
Semarang, 6 April 23
Totok Indrianto
3 notes · View notes
chalisley · 2 years
Text
Kilas Balik, Life Review, Weakness, Strength
23/365 of 2023 (23/1)
Tumblr media
Awal-awal tahun kemaren gue sempat rajin bikin postingan tiap hari dan ngasih judul 1/365, 2/365 dan seterusnya, tapi belakangan kayanya banyak bolong karena journaling ternyata doesnt even make me better. Kayanya sudah saatnya gue improve dan nyari cara untuk memperbaiki kehidupan gue ini.
Nulis segala detail aktivitas dari bangun hingga malam kaya postingan awal2 tahun 2023 kemaren mungkin cukup sampai disitu, kayanya kedepannya gue bakal jarang ngelakuin itu apalagi tiap hari. Karena pernah pada suatu titik, lagi di perpus gue nyadar, "anjir, gini2 doang nih hidup gue? Nulis diary gini doang di working space dah kaya serius banget?"
Akhirnya gue mulai berhenti seiring dengan gue yang juga ga pergi ke perpus. Mungkin kedepannya gue hanya akan nulis hal-hal penting kaya apa yang perlu yang perlu diperbaiki, gimana kekurangan gue dan kesalahan gue hari ini bisa gue minimalisir esok harinya, intinya hal-hal yang jelas point-pointnya, punya makna yang lebih general untuk perbaikan diri dan refleksi kehidupan beberapa hari sebelumnya yang dirasakan, daripada pure nulis pagi bangun jam berapa, makan apa, gimana macet hari ini atau semacamnya, kayanya its enough for now.
--
Kilas balik kehidupan gue beberapa tahun belakang, yang bisa dikatakan banyak rebahan dan scroll tiktoknya aja. Meskipun ada sedikit pencapaian dan perubahan yang gue lakukan, tetapi kegiatan rebahan kayanya tetap mendominasi hidup gue sejak tahun 2020 sehingga dalam 3 tahun terakhir (2020,2021,2022) itu gue banyak membuang waktu, tertinggal dari teman-teman sebaya yang dulu satu proses hidup dengan gue, trus juga terjadi beberapa perubahan karakter dan kemampuan otak pada diri gue. Anjay, serem sebenarnya kalo dipikir-pikir tuh. Tapi ya gimanapun juga, gue berharap bisa terus memperbaiki diri dan jadi lebih baik lagi esok harinya.
Disini gue mau nulis point point kilas balik, life review, weakness dan strength gue selama 3 tahun belakangan (2020-2022). Mungkin kita mulai dari strength/good things dulu kali ya.
STRENGTH/GOOD THINGS:
Berhasil lulus kuliah - Jan 2022 Mengingat gimana hal ini pernah menjadi mimpi buruk terbesar sepanjang hidup gue, ketakutan terbesar, quarter life tersulit rasanya saat ini, depresi yang cukup akut, padahal posisi gue saat itu tinggal di kota tercinta Yogyakarta, punya motor, uang jajan cukup, kosan bagus, intinya dari segi kenyamanan hidup aman tapi emang mungkin kekurangannya dulu itu dari segi teman, support system dan dorongan buat lulus yang mungkin ga genting2 banget di tahun 2020 dan 2021. Berarti intinya 2020 itu gue stuck di rumah, berantem2 sama ortu, broken home, corona pertama kali, ngerasa dunia bakal gelap, trus berharap ada keajaiban biar skripsi diilangin wkwk, and then pas balik ke kos dari Juli-Desember 2020 di kos tingkat itu tuh, yang bagus, ternyata gue tetap ngerasain depresi yang luar biasa pemirsah. Gue masih ingat dulu gimana gue udah bangun pagi, udah jogging subuh2, cari udara segar, makan pagi, tapi balik ke kos gue ngerasa sangat-sangat hampa dan leher gue rasanya ada yang cekik. Padahal itu masih pagi anjir, jam 7 pagi, saat gue balik Jogging. Kesel ga sih? Karena I thing I've already doing well in my life, I already start a good morning tapi masih se depresi itu sampe gue ga ngerti banget sama keadaan gue waktu itu. Akhirnya November 2020 gue ngekos 1,5 bulan lebih di Jakarta dan ngekos di dekat abang gue. Tapi ternyata, ah sudahlah, ternyata keadaan tetap sulit saat gue udah balik ke Jogja. Trus gue Maret-Mei 2021 juga balik ngekos di Jakarta lagi, lagi2 ngerepotin abang gue (mungkin akan ada chapter khusus deh kayanya nyeritain soal abang ini tuh wkwk) dan ternyata progres di Jakarta saat itu ga terlalu membuahkan hasil. Jujur kalo ingat hal ini ngerasa guilty banget sama abang gue :( (Ya Allah tolong lancarkan rezeki abang ku, semoga tahun ini ada kejutan menarik soal gaji dan karirnya, semoga ia bahagia selalu, AAMIN) Sekitar September-Desember 2021 baru kayanya gue terbantu banget dengan kehadiran teman berjuang dalam menyelesaikan skripsi, thanks to my friend, dan Finally awal tahun 2022 gue dapat hadiah yang sangat melegakan, beban hidup hilang setengah, kaya life changing banget, Januari 2022 kemaren itu. Sekali lagi gue sangat-sangat berterima kasih dengan kehadiran teman gue saat itu, mungkin kalo bukan karena dorongan dari dia, belum tentu gue bisa gigih dan segera lulus saat itu. End
Have a power to start living in Jakarta and visit new place often Keberanian gue untuk kemana-mana sendiri dan memperjuangkan kekepoan gue, keinginan gue untuk mengunjungi suatu tempat, explore2 dan solo travel tipis-tipis sebenarnya adalah suatu keahlian yang sangat membanggakan pada diri gue, tetapi sayangnya gue suka lupa sama kelebihan gue yang satu ini dan begitu juga dengan orang2 terdekat gue. Menurut gue, ini termasuk prestasi yang bagus sih, karena ga semua orang mampu dan berani, apalagi cewek. Bahkan cowok aja belum tentu bisa menikmati asiknya me time dan ngebolang sendiri. Dan tentu saja gue ingat teman-teman gue yang ga bisa kemana2 sendiri, da punya power kaya gue sehingga banyak mimpi2nya yang tertunda, sampe2 dia se-iri itu sama gue dan kaga mau temanan lagi sama gue karena dia se-insecure itu sama gue wkwk. Semakin dia insecure, rasanya semakin gue pengen panas-panasin HAHA. Btw: salah satu kesengan baru gue kali ini adalah, visiting place I never visit before. Asli itu mesmerizing banget loh. Sering-sering deh. Apalagi pas stuck dan stress, just go for it ajaaa. Dan jujur, sendiri kadang lebih seru sih daripada musti make appointment dulu sama teman dan nyari2 waktu yang cocok, bakal keburu kering tuh hastrat healing gue. Jadi makanya power Independent yang gue miliki ini adalah sebuah hal yang sangat gue syukuri. Tanpa gue sadari, power gue sebesar itu loh. Saat gue less connection tuh, gue still able to go anywhere. Jadi ga usah bandingin hidup, energy dan kesenangan yang didapat dengan teman2 gue yang sering hanya baru bisa hangout pas ada temannya, gitu sih ya.
Still good at money management 8/10
Tau cara menyembuhkan luka dan frustasi yang dialami dengan cara sendiri meskipun kadang butuh waktu lama untuk sembuh
Anak baik di keluarga, termasuk yang rajin silaturahmi, sopan, aktif, inisiatif buat dekat dan cari topik pembicaraan meskipun kadang masih aja dicari-cari cela dan kekurangannya (padahal menurut gue, posisi gue diantara keluarga besar tuh, aktif berkomunikasi dan ngomong itu lebih baik daripada anak orang lain yang cuma di kamar dan ga ada intensi untuk menjalin komunikasi saat kumpul keluarga), pure heart, tetap usahain membantu meskipun kadang kondisi lagi sulit, kadang ga tegaan sama keluarga sendiri makanya punya rasa 'gak enakan' dan agreeableness yang tinggi sama keluarga dan sepupu2, which some times I think this is a good point of me. Meskipun emang kadang gue jadi harus mengorbankan diri gue dan mundur beberapa langkah untuk kepentingan gue. Bisa bisanya nih si anak baik mendahulukan kepentingan orang dan lebih mikirin orang lain. Salut. Kurang baik apa coba. I know, this is not the lack of you to be that agreeableness to your family, but still this is the good things about you.
Apa lagi ya, ntar deh kalo ada tambahan
WEAKNESS/BAD THINGS ABOUT YOU:
Mental block, short minded, overthinking
Rebahan dan tiktok-an mulu
Berlebihan soal kpop
Sholat Lalai, nunda mulu, gimana da terlambat nih proses hidupmu 3 tahun ini. Ingat buk!
4 notes · View notes
lepatites · 2 years
Text
aku mau menulis tentang hal yang akan aku bicarakan dengan psikolog nanti. setelah berpikir berpuluh-puluh kali, sepertinya berdiskusi dengan psikolog adalah hal yang patut dicoba lagi. aku menulisnya karena aku kesulitan untuk mengutarakan apa yang ingin aku katakan dengan baik.
ini akan jadi pertemuan kedua kalinya. pertemuan pertama tahun 2020, ketika aku mengalami sakit kepala yang terlalu sering terjadi beberapa tahun ke belakang. sebelumnya aku pergi ke dokter umum, dan pertanyaan pertama dokter itu adalah 'apa kamu bahagia?' membuatku tertegun. sakit kepala itu sering aku alami sejak sekolah menengah atas, tapi tidak pernah terpikir bahwa penyebabnya hanya karena aku tidak cukup bahagia. pertanyaan dokter itu pun hanya aku jawab dengan kekehan bingung, karena aku rasa aku baik-baik saja. tapi setelah coba dipikirkan kembali, memang sakit kepala itu sering muncul ketika aku khawatir tentang sesuatu, terutama ujian kalkulus atau fisika. sakit kepala, jantung berdegup kencang, keringat berlebih, lemas, dan lain sebagainya. akhirnya, aku memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikolog. saat itu dia menjelaskan kinerja otak yang terhambat ketika kita merasa panik dan khawatir berlebih. singkatnya, aku mulai belajar untuk mengidentifikasi hal yang membuatku tertekan, mengatasi rasa panik, dan mengantisipasi jika hal tersebut terjadi lagi. setelah satu kali konsultasi itu, dan dengan kepercayaan diri pada kemampuanku untuk mengendalikan diri, sakit kepala itu mulai berkurang dengan baik.
tapi tubuhku memang selalu bereaksi lebih cepat dari pikiran dalam mengidentifikasi masalah yang membuatku stress. bulan oktober sampai desember 2022 lalu, aku kembali merasakan kehidupan yang berwarna abu-abu.
memasuki tahun terakhir sebagai mahasiswa, aku mencoba menjalaninya dengan santai. aku merasa sudah memberitahu diri ini bahwa rintangan di depan cukup sulit. aku harus menyelesaikan tiga mata kuliah sambil menyusun tugas akhir. aku sering mengatakan pada diri sendiri, "kamu bisa melakukannya perlahan, sedikit demi sedikit", kemudian aku juga sering mengingatkan diriku sendiri "jangan bermalas-malasan, kamu akan menyesal nantinya seperti yang pernah kamu alami dulu. ingat betapa sedihnya kamu jika gagal dalam ujian dan menyadari kamu bisa melakukannya lebih baik jika saja tidak membuang waktu?"
setelah dipikir, aku tetap mencoba menonton video pembelajaran yang berdurasi panjang itu meskipun lelah, aku tetap mencoba mengerjakan tugas dengan kemampuanku sendiri, mencoba mengerti mata kuliah meskipun tertatih-tatih, dan tetap datang untuk bimbingan skripsi setiap hari rabu meskipun tidak ada progres apapun. aku senang karena sekarang aku menyadari bahwa aku tidak pernah lari dari tanggung jawabku.
tapi saat itu, aku sama sekali tidak bisa mengapresiasi sendiri. aku sering mengkritisi dan mengkritik diriku sendiri dengan kejam lebih dari siapapun. aku merasa sangat lambat dan tertinggal. aku sadar masih banyak waktu yang aku buang, bangun siang, atau sekedar melamun dan memikirkan hal-hal buruk. saat itu aku merasa aku kurang berusaha, tapi tidak sanggup untuk mengeluarkan lebih banyak tenaga. banyak pelajaran yang tidak bisa aku mengerti, sampai kesal dengan diri sendiri.
di sisi lain, saat itu aku memikirkan kabar ayahku yang semakin sakit dan keluarga yang mengurusnya. dia sudah sakit stroke sejak aku kelas 2 sekolah dasar. kondisinya saat ini kembali seperti anak kecil yang tidak stabil, segala kemauannya harus dituruti, pemarah, tapi juga seorang kakek yang lemah dan tidak berdaya. dia menghabiskan setiap harinya di depan tablet untuk mengaji, tapi sisanya mungkin hanya menatap halaman rumah dan langit-langit. tidak banyak, bahkan hampir tidak ada yang mengajaknya mengobrol. interaksi kami hanya sebatas membawakan air, mengantar ke toilet, atau mengisi daya tabletnya. aku terus terusan membayangkan betapa melelahkan, membosankan, dan menyedihkan menjalani hidup seperti itu bertahun-tahun. tapi aku juga memikirkan ibuku yang setiap hari menghadapi dan mengurusnya bahkan di sela pekerjaannya yang sibuk dan umurnya yang juga sudah semakin menua. aku juga memikirkan kedua kakakku yang terus bekerja di rumah karena harus membantu mengurusnya, meskipun mereka punya keinginan yang kuat untuk menjalani hidupnya sendiri dengan bebas.
pikiranku saat itu terasa membingungkan. aku merasa aku lari dari tanggung jawabku mengurus ayah sendiri, aku merasa egois karena menjalani hidup di jakarta sambil hura-hura, aku merasa aku tidak banyak mempedulikan ibuku yang sudah tua dan kelelahan itu. kemudian aku berpikir lagi, 'oh aku harus membalasnya dengan prestasi, dengan belajar yang baik'. tapi juga aku tidak melakukan itu, dan aku diliputi dengan perasaan bersalah terus menerus. aku merasa semakin takut gagal, aku merasa semakin takut mengecewakan keluargaku sendiri.
aku menjalani hari sambil terus menghukum diri sendiri jika melakukan kesalahan sekecil apapun, atau bermalas-malasan, tapi tidak juga membuatku berhenti bermalas-malasan, tapi aku jadi marah akan itu, dan aku marah pada diri sendiri, tapi juga tidak membuatku menjadi lebih baik. aku merasa kesal dengan diri sendiri, aku tidak mau melihat diri sendiri, dan aku sering merasa sangat kecil. aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya, aku hanya merasa sangat kecil dan buruk. aku tidak mau terlihat.
dengan tugas yang menumpuk, kuis setiap minggu, juga sambil menyusun skripsi, aku tidak sering merasakan sakit kepala. jadi aku pikir aku baik baik saja sejauh ini. sampai aku menyadari keadaan tangan dan wajahku yang tiba-tiba amat kering, sampai skincare harga ratusan ribu itu pun tidak mengatasinya dengan baik. keadaan tanganku lebih buruk lagi, muncul bintik-bintik kecil berair yang amat gatal, berujung luka, dan memerah semuanya. menyentuh sesuatu pun perih, apalagi jika terkena air dan sabun. bintiknya semakin banyak di setiap ruas jari dan telapak tangan, semakin gatal, semakin perih. aku berpikir itu alergi, dan aku pergi ke dokter umum untuk meminta obat alergi, berhenti makan makanan yang bisa memicu, dan lain sebagainya. tapi keadaan tidak kunjung membaik.
di samping itu, aku sering merasa panik setiap mau berangkat kuliah, atau saat mengerjakan tugas. jantung berdegup lebih kencang dari biasanya, terkadang sampai kesulitan bernafas dan mual. ini anomali yang aku sadari. kemudian, dengan sedikit pengetahuan tentang mindfullness, aku mencoba beristirahat setidaknya lima menit. mengatur nafas, merasakan apa yang bisa aku sentuh, melihat sekitar, mencoba mendengar suara sekecil apapun. aku bertahan dengan melakukan hal itu. aku menyadari aku memang mengkhawatirkan banyak hal, bahkan yang sebenarnya tidak terjadi sekalipun.
tapi kondisi kulit tidak kunjung membaik. aku sering mengelupas kulitku sendiri tanpa sadar, dan sulit untuk berhenti, memperburuk keadaan. akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke dokter umum. dokter umum bilang, hal ini bisa terjadi karena allergen atau iritasi sabun. tapi aku tidak pernah alergi makanan selama ini, dan juga aku memakai sabun yang sama sudah bertahun-tahun. kemudian aku pergi ke dokter kulit, beliau bilang lagi bahwa karena imun yang menurun, bisa jadi lebih sensitif, tapi ini bukan disebabkan oleh makanan. hal ini bisa disebabkan juga oleh stress dan pola hidup yang buruk.
setelah konsultasi itu, aku masih tidak mau berpikir bahwa aku stress. aku hanya berpikir bahwa kondisiku sedang sedikit tidak baik, dan aku bisa mengubahnya dengan mengatur makanan, berolahraga, dan tidur yang teratur. aku terus mengatakan itu pada diri sendiri karena aku tidak mau mengatakan bahwa aku stress. tapi usahaku untuk mengubah gaya hidup tidak maksimal, dan aku tetap kembali menyalahkan diri sendiri, dan aku menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal kecil yang membuatku kesal, aku lebih mudah marah, tersinggung, dan menangis padahal aku merasa aku tidak sedang ingin menangis. aku sulit tidur, aku tiba-tiba menangis, apalagi ketika melihat langit-langit kamar dan teringat ayah sendiri.
aku merasa aku tidak pantas mengatakan kalau aku stress. aku membuat temanku khawatir sampai dia harus datang dan membersihkan kamar kosku yang berantakan. temanku selalu mengajak melihat sunset setiap sore, juga memastikan aku makan dengan baik. semua dosenku baik, tidak ada yang membuatku sulit. keluargaku semua mendukung, keadaan finansialku baik. aku memiliki teman-teman yang ada untukku setiap saat. aku tidak sendirian sama sekali. jadi aku merasa tidak pantas dan kurang bersyukur, tapi aku juga kesulitan mengendalikan diriku sendiri. ditambah, suatu hari salah satu temanku bilang, 'kamu merasa depresi karena kamu mengamini itu'. padahal dia tidak tahu betapa aku menolak untuk mengatakan aku depresi.
sedikit demi sedikit aku mencoba membuat diriku bahagia. aku pergi ke tempat yang aku inginkan, mencoba makanan yang aku inginkan, dan melupakan diet yang sering membuatku khawatir. aku mencoba lebih sabar dan sering tersenyum. aku meyakinkan diri sendiri dengan mengatakan 'semua akan baik baik saja saat semua ini selesai'. aku selalu percaya bahwa diriku sendiri yang bertanggung jawab atas semua yang aku rasakan, dan hanya aku sendiri yang bisa membuatku merasa lebih baik.
setelah aku melalui semester 7 bulan lalu, kondisiku benar-benar membaik bahkan jika aku tidak meminum obat. terkadang ada luka kecil atau iritasi, karena kulit yang masih sensitif, tapi secara keseluruhan semuanya sangat membaik. tapi, aku takut semester yang akan datang, hal ini akan terjadi lagi. aku yang panik atau kondisi kulit memburuk. aku ingin lebih bijaksana dan bisa mengendalikan diriku sendiri.
bahkan saat menulis ini, aku merasa sedikit menyalahkan diri sendiri karena bereaksi berlebihan dengan penderitaan yang tidak seberapa. aku merasa setiap orang menderita lebih buruk daripada aku. aku sering merasa aku melebih-lebihkan keadaan, dan aku jadi sering menyalahkan diri sendiri. tapi bagaimanapun, mungkin memang aku harus mengutarakan ini dan berdiskusi. jadi aku menulis dan membulatkan tekad untuk bertemu dengan psikolog. tulisannya akan aku update nanti setelah bertemu psikolog.
oh iya, aku menulis ini setelah melanjutkan buku 'i want to die, but i want to eat topokki'. aku merasa, mungkin memang seharusnya aku juga berdiskusi dengan professional untuk membantu mengidentifikasi dan mencegah hal ini terjadi kembali. yah, semoga aku beruntung.
5 notes · View notes
kianaja · 2 years
Text
STORY BIRTH *Hanum Nefertari* 🤗
flashback ke 2 tahun yang lalu ya 😆..
Hari itu Selasa tepat tanggal 26 Mei 2020 pas banget lagi lebaran Ied Fitri hari ke tiga. Pagi itu seperti biasa aq mengerjakan pekerjaan rumah, soalnya mba g datang ya secara lah ya pas lebaran 😄. Harusnya ied Fitri agendanya silaturrahmi ya tapi apalah daya Pandemi ini telah merubah segalanya (cailah 😆)
Idul Fitri terasa sepi, padahal jajanan ala lebaran dimeja sudah terkengkapi, hari yang dinanti- nanti untuk mempererat silaturahmi terpaksa diganti dengan gaya virtual salah satunya dengan sending foto selfie 😅. Semakin tambah galau hati ini, sebab signal dari si kecil tak kunjung hadir, sudah h- 5 dri tanggal HPL nampaknya adek masih betah bersemedi 😆, ahh apa daya ku lanjutkan hari ku dengan bersih diiringi doa tiada henti.. (eaak) 😙 malah ngepantun wkwkwk lanjot ya..
Jadi pagi itu tumben banget aq nyapu plus ngepel sambil mbrangkang (merangkak) serumah full sampe kamar2 juga ku sikat abis wkwkw alhamdulillah abis itu selang beberapa jam aq masih kuat olga squad dan yoga pake gymball 😎 sambil leyeh2 beerharap ada signal datang tpi ternyata sama adek g di calling2 😂 ya syudah lanjut ku tertidur daan sorenya ku pulang ke rumah malo..
Yaa seperti biasa, ketika bontot dirumah g ada kerjaan selain ngerjain dia. Entah ndusel2 ngejekin dan lain- lain, ini demi menghilangkan pikiran ttg signal cinta tadi si wkwkw karna puyeng juga nunggu2 tapi ta k kunjung datang. DiPHPin bayik sendiri kan juga bisa patah hati yekan 🤣
Tibalah malam hari, seperti biasa tengah malam sekitar jam set 12 malam mamak- mamak perut buncit ini pasti ke toilet untuk BAK, nah pas buka pintu kamar tiba2 mas suami (asek mas suami 😆 biasa juga yah yah manggilnya, tpi demi konten g papa lah ya 😂✌️) dia negor aq dan bilang "yeng kok ada bercak darah itu dibaju" sontak kutengok lah baju kebangsaan mamak2 sejuta umat (read daster 😆) wooh iyaaa ternyata adalah itu sibercak darah. Belum slesai disitu ternyata dikakiku ada seperti air mengalir campur darah dan ada juga 2 gumpalan darah jatoh kelantai.. 🫣
Mulailah serumah bangun dan heboh, "ini harus segera ke bidan ini, ayo siap2 berangkat sekarang", g ibuk bpk misua semua sama omonganya, tapi tahukah sahabat 😆 saya keukeh tak mau berangkat saat itu 🫣 alasanya memang karna saat itu aq g merasakan kontraksi apapun juga g merasakan sakit, kan kata pak dr sama bu dr online (jiaakhh, kakean teori online 🤣) kalo blm merasakan kontraksi sebaiknya tunggu dirumah untuk meminimalisir rasa takut saat melahirkan.
Akhirnya setelah debat lama, ya mengalahlah saya, jam 12 lebih dikit berangkatlah kita ke klinik bidan yang harusnya bisa ditempuh waktu 5 menit ini malah jadi 20 menit karna kebetulan jalan dilockdown semua 🫣 dan inilah alasan saya kalah debat 🤣 (kan katanya kalo g ngeyel g emak2🤭).
Saat perjalanan ternyata kontraksi dimulai tapi masih yang biasa aja blm yg intens, pas sampai diklinik kebetulan ibu bidanya baru istirahat dan klinik tutup. Untungnya ibuku tau dan kenal asisten bidanya akhirnya dijemputlah asistenya kerumahnya soalnya ibu bidanya uda disalamin tak kunjung pula dibukain pintunya. Tepat jam 1 malam barulah aq masuk klinik lanjut pemeriksaan Vt dan alhamdulillah ternyata sudah pembukaan 2. Kemudian disarankan untuk nunggu diklinik atau pulang saja, ya otomatis pilih tunggu diklinik karna mengingat jalanan dilockdown semua..
Pasca jam 1 itulah signal cinta mulai intens berdatangan, okaay mulai atur nafas sambil dzikir sambil afirmasi dan olga diatas gymbal biar g tegang2 amat, ehh tengah2 kontraksi sempet2nyaa aq laper ya Allah 🤣 langsung lah cus ayah pulang ngambil nasi plus lauk seadanya dirumah. Setelah makan, kontraksi masih berlanjut malah semakin intes per 10 menit mamak2 ini tiba2 ngantuk sahabatt, ya Allah ibuku sampek istighfar, mana ada lagi kontraksi malah ngantukkk 🙄🤣 ( maapkan anakmu ini ya buk🤣). Aq bilang lah ke ibuk "buk g bisa yaa tidur sebentar gitu lima menittt ajaa", "lhoo jangaan lek kamu tidur kontraksimu berhenti" kata ibuk. "Bukk pleas yaa 5 menitt aja ya Allah ngantuk pooll ini matanya lengket banget, in syaa Allah g berhenti ko, tdi dah bilang sama adik bayi klo mau istirahat bntr biar nnti g capek2 bgt" (ciailaaah sok sok an bgt ngobrol ama bayik dalem perut 😂😂), "ya wes 5 menit yooo" kata ibuk, alhamdulillaaah bisa tidur ya Allaahh 😆.
Waktu bangun, kebetulan sudah subuh dan datanglah ibu bidan untuk cek vt lagi, alhamdulillah bukaan berlanjut sampai pembukaan lima😚. Terimakasih adekk sudah mau dengerin bunda untuj g berhenti kasih signalnya walaupun bunda bobok 5 menit 🤣. Alhamdulillah masih sempet subuhan dan kontraksi semakin intens per 5 menit hmmm mulai tegang tapi tetap dipandu ibuk sama suami buat atur nafas perut...
Jam 6 mulai dibawa ke ruang bersalin, karna sebelumnya kan hanya ruang biaasa untuk rawat inap, cek vt lagi alhamdulillah pembukaan 9 udah lah itu g karuan rasanyaaa 🫨 mulai sedikit berteriak dan meremas baju suami 😆 (maap ya yah karna memang itu harus dilakukan 🤣) bidan and team bilang "sbntr mbak jangan mengejan dlu mbaaa" "gimaa too buu ini sudah mau kluar ko g boleh mengejaaan" protes ku. Jam 8 kurang dikir cek vt alhamdulillah pembukaan lengkap yaitu pembukaan 10, mulailah prosesi melahirkan, dibantu 3 asisten plus satu bidan tak lupa misua juga mendampingi tepat jam 08.06 pagi anak cantik, baik, sholihah ini alhamdulillah lahir dalam keadaan sehat, normal tanpa kurang suatu apapun... 🥰🥰
Naah, jadi seperti inilah birth story yg penuh drama ini, dengan ini lunas yaa sahabaat... 😂 sebenarnya ada cerita lucu pasca lahiran ini tapi kapan2 ajalah..🤭 tunggu waktu yg pas ehehe.
Sekian sahabat, semoga bermanfaat yaaa, see yaa.. 🤗
2 notes · View notes
Text
Tumblr media
I posted 86 times in 2022
That's 12 more posts than 2021!
69 posts created (80%)
17 posts reblogged (20%)
Blogs I reblogged the most:
@asrisgratitudejournal
@hellopersimmonpie
@babblingpipit
@untoldmind
@rubahlicik
I tagged 1 of my posts in 2022
#youtube - 1 post
Longest Tag: 7 characters
#youtube
My Top Posts in 2022:
#5
Worthwhile
Ngga apa2 kok, lagi sehat InsyaAllah mentally, ngga ada suicidal tendency or habis breakdown or anything tapi tadi came across this tweet on my timeline terus ngerasa relatable banget.
https://twitter.com/Pradewitchy/status/1508496560526487552?s=20&t=Eh80ZivE7mqZctH-7nIUsg
Jadi keingetan, 25 Feb kemarin entah kenapa posisi mental lagi serendah-rendahnya terus berujung minta testimoni ke ex mahasiswa-mahasiswa kesayangan: Iqbal, Arif, dan Ishaidir.
Terus yaudah akhirnya pengen mengarsipkan komen-komen warga ini yang super bikin cri pas baca pertama kali... intinya sayang banget pokoknya sama Iqbal Arif Idir. Terima kasih YaAllah udah dikasih kesempatan buat ketemu mereka-mereka ini...
Tumblr media
See the full post
10 notes - Posted March 29, 2022
#4
Teman (2)
4. Senin ke office… literally ga kerja lol. Kerja sih dikit benerin abstract setelah dikasih feedback oleh Tamsin dan Hugh. Terus tapi most of the time ngecekin tiket pesawat! Lol, udah kaya punya uang aja Non balik Indo… terus plan awalnya mau bukber di Robert Hooke karena diajakin Bu Rara yang diajakin Pak Harmin (katanya ternyata tiap Senin, makanan iftar di Robert Hooke adalah Pak Harmin yang masak). Terus tapi jam 14 ku-chat Bu Rara jadi apa nggak, katanya beliau belum bisa karena masih packing (hari ini Bu Rara juga balik Indo buat lebaran). Yasudah. Akhirnya ku-chat si anak baru ini lah (namanya Fidkya) buat masak-masak dan bukber di rumah. Ku balik jam 18 pm mampir M&S beli salmon sama sayuran. Jam 19.30pm-an kami mulai masak. Jam 22pm Fidkya pulang. Seru banget tapi kami ngobrol buanyak bangettt. I think karena ku punya banyak reference juga tentang dunia kedokteran dari Abi, jadi ngobrolnya bisa mayan nyambung. Sayang banget tapi dia hari ini pulang Indo for good huhu. Semoga sukses terus pokoknya Fidkya!
Ok kembali lagi ke niat awal ngepost ini: mau bilang aja ku sesungguhnya sangat senang bertemu orang baru! (walaupun lagi-lagi depends on siapa juga orangnya). Tapi betulan kayanya sejak 2020 di Oxford ini udah kenalan sama 50+ orang baru dan sangat senang. Kayanya kalau nge-stuck di UI ya yaudah gaksi gitu-gitu aja? Palingan ya nambah teman dari mahasiswa, tapi kan bosen ya. Nggak memperkaya diri karena backgroundnya juga sama-sama aja.
Terus terharu banget kemarin Fidkya nanya ku angkatan berapa. Ku jawab “11”. “Loh seumuran dong sama kak xxx?” terus ku yang “…. iyaa” terus responnya dia: “hah tapi kok beda banget kak, kakak vibenya lebih muda” LOL. lalu hanya kujawab “iya dia kan sudah ada anakkk, pasti jadi lebih dewasa, responsibilitynya udah beda. Aku mah sehari-hari yang dipikirin cuma ‘hmm makan apaya hari ini’ haha” terus tapi beneran kerasa banget sih. Kayanya sebelumnya Iqbal gt(?) juga pernah cerita temen sekantor dia atau klien dia gitu angkatan 2011 tapi vibenya bapak2 ibu2 banget, sangat beda dengan w ceunah. Yah intinya mah disyukuri saja lah ya Hamdalah kalau masih kelihatan muda YaAllah terima kasih.
Beres Fidkya pulang w langsung chat Abi cerita kalau w baru aja ketemu juniornya di Oxford. Oh, si Fidkya ini FKUnpad 2016 jadi juniornya Abi banget di Unpad. Eh tiba-tiba malah Abi ngajak telponan doi cerita ketemu geng teman game baru di Discord. Senang sih dengarnya. Ku juga curcol panjang lebar tentang how (still) upset I am with my mom. Terus beres telponan sejam itu langsung tidur sih.
Bangun-bangun sahur jam 3.30 am Kalina belom pulang ke rumah bingung banget. Langsung w chat make sure kalau emang dia masih ngelab bukan karena ada apa-apa. Dibales jam 7.30am kalau dia baru aja sampe rumah dan emang dari lab. Doi minta maap juga nggak ngabarin karena lupa. Sebetulnya bukan w posesip apa gimana sih, cuma lebih ke kan sama-sama anak rantau ye kite, jadi ada baiknya ya saling take care aja kalo ada apa-apa.
Pagi mandi, nyuci piring, terus langsung ke office. Sampe office ada Ian, baru balik dari demonstrating fieldtrip di Assynt doi. Setelah sebelumnya dari Australia juga ketemu orangtuanya di Melbourne. Paling kocak adalah si Ian ternyata satu bimbingan sama mas Felix terus mas Felix taunya kan nama w Noni ya, sedangkan Ian taunya nama w Asri. Jadi terjadi kebingungan lah di situ. I had to explain myself deh ke Ian kalau Noni adalah my nickname.
Intinya dari tulisan sepanjang-panjang ngalor ngidul ini adalah: ternyata enak juga berinteraksi dengan manusia lain after a while. Dan mau bersyukur juga karena tahun ini Romadon kayanya udah mayan sering bukber, while tahun lalu sebulan full beneran yang buka di rumah sendirian doang? (tapi karena waktu juga sih, kan tahun lalu bukanya jam 20-21 pm-an jadi keburu malem), tapi emang gapunya teman muslim juga sih selain itu pun tahun lalu… jadi, terima kasih YaAllah atas berkah teman-temannya tahun ini.
Dah itu dulu aja kali ye. Panjang banget tulisan. Minggu ini bukber tinggal formal OUISOC di Worcester Jumat sama Interfaith Iftar di Exeter House Sabtu. Lebaran juga Alhamdulillah udah diundang ke Bu Yani sama ke Wian’s.
Selamat menjalani 10 hari terakhir teman-temanku semua! Jangan lupa juga zakatnya!
Best,
Noni
14:50 pm 26/04/2022 @ 30.18 Earth Sci Oxford
13 notes - Posted April 26, 2022
#3
Counselling
Oh wow udah lama banget gak nulis. Mulai ga nulis rutin gini sejak… 2022? Tiba-tiba memutuskan untuk nggak ngejurnal dan melakukan recap mingguan lagi. Mungkin itu juga kah yang bikin mental health condition memburuk?
Cek dulu. Terakhir ngepos adalah… 24 Februari 2022 yang adalah hampir sebulan lalu. Betul-betul jauh berbeda dengan 1 tahun 2021 lalu yang setiap minggu selalu nulis! Wow…. payah banget Non…
Btw look at me menghardik (lol gatau kata kerja yang benar di Bahasa Indonesia ataupun in English)/ being mean to myself karena ga seaktif dulu lagi nulis di tumblr! Betul-betul yang habis dibahas sama konselor aku kemarin: that I should have more self-compassion.
Long story short, dalam 2 minggu kemarin, ku berhasil melakukan sesi konseling pake servis gratisan dari uni! Lumayan lama sih ngantrinya… sebulanan(?). Per sesi itu 50menit. Di sesi pertama ditanya: udah pernah konseling sebelumnya? Ada prescription obat nggak? Terus nggak ada kan. Ini betul-betul pertama kalinya konseling (makanya super nervous). Turns out it’s really good!
Di sesi pertama lebih ke metode timeline: menjelaskan dengan runut gimana kehidupan kita dari sebelum lahir sampai sekarang. Ini tujuannya lebih ke mencari root cause atau ada pengalaman hidup/habit apa yang bikin kok sekarang sampai bisa mengalami prokrastinasi akut seperti ini. The whole time counsellor aku super kaget karena she found out how COMPETITIVE OUR EDUCATION SYSTEM IS in Indonesia. Pas dipikir-pikir, emang parah banget sih. Dan super gak bagus untuk perkembangan mental anak! Ngeranking sekolah, ngumpul-ngumpulin anak-anak yang pinter di top school, ngasih idea bahwa being good in academic is everything, itu semua betul-betul detrimental sih ke mental orang pas udah gede.
Sesi pertama ini ku berhasil menjelaskan sampe ku masuk S1. I realized A LOT of thing. Bahwa most of the time, I was VERY HAPPY. Bahkan kuliah S1 pun, I literally studied what I was interested in. Nggak ada masalah hidup yang berat-berat banget. Punya teman main banyak. Bisa menyalurkan interestku di art via KPA. Intinya senang lah ya.
Sesi kedua lebih ke conclusion sih. Si counsellor ku merasa udah cukup banyak dapat informasi, jadi kita mulai menyimpulkan aku ini kenapa dan alasannya apa. Di sini mulai kelihatan bahwa aku nggak biasa menulis selama tumbuh besar, sistem edukasi kita di Indonesia nggak melatih kita untuk bisa nulis (bisa baca dan menghitung dan ngerjain soal pilihan ganda iya bisa, but not writing a whole argumentative essay). Jadinya, writing ini comes as a “threat” for myself. Ku pengen avoid terus. Kesadar juga bahwa I have felt this before pas ngerjain TA S1 dan tesis S2. Cuma waktu itu kedua hal ini punya firm deadline yang mewajibkanku untuk menyelesaikan mau nggak mau. Beda banget dengan PhD.
Terus jadinya di sesi kedua ini hal-hal yang dibahas lebih “sciency”. Dibahas bahwa di diriku ini sekarang ada 3 inner self yang berkonflik:
1. the child, yang used to be very good academically, being top 3 in the whole school, goes to the best school in the city, won medals in olympiad, intinya this person yang identify herself as this “smart, intelligent” girl
2. the mature self, yang afraid of writing, therefore avoiding it. Terus beating myself up for not being the “star child” anymore
3. the more mature self, yang trying to avoid the problem by being nice to other people
Terus seberes sesi, si counsellor mengemail link article dan beberapa self-help guide. Dia bilang ya gaakan easy sih, tapi memang harus diakalin dan dicoba. Salah satu caranya dengan ngasih struktur to our day/week, bikin artificial deadline.
Salah satu artikel yang bagus banget: https://www.nytimes.com/2019/03/25/smarter-living/why-you-procrastinate-it-has-nothing-to-do-with-self-control.html
Sama satu lagi yang harus diperbaiki juga adalah: for me to have more self-compassion. Sekarang yang terjadi adalah: setiap ku melakukan hal yang menurutku I could’ve done better (contoh paling gampang ada di earlier part of this post: to write more regularly in tumblr), I will just beat myself. Ku langsung react: “HADEH non, kenapa sih, you should’ve done better. You could’ve done that! Apa susahnya sih nulis rutin seminggu sekali!!!”. Yang mana doing this to myself didn’t make anything better. Kayak… I was just being mean to myself. I criticised myself. Si counsellorku bilang: “would you do that to your friend? Would you say that? No, right? So, please treat yourself how you’d treat your friend.” Dia bahkan sampai bilang yang “I can tell you treat all of your friends nicely. Please do that to yourself as well.”
Ku tapi jadi kepikiran sih: dapet dari mana ya sifat beating myself too hard ini? Well, ini harus research dan look deep lagi sih ke belakang. Anyway, iya, tapi itu.
Terus apa lagi ya. Oh, kami juga bahas how being in Oxford itself doesn’t help at all. It just makes things worse. The pressure of being under the name “Oxford”. Hhhh. Ku bilang kayak: how people would think of me as this brilliant woman while most of the time I just spent myself avoiding writing. What a fraud. ßSEE???? I should stop saying mean things to myself!!! Help.
Anyway, tapi itu lah ya intinya. Ini sengaja ku tulis di sini supaya kupunya archive aja dan kalau lupa bisa ingat lagi sesi konseling ngapain aja dan apa yang didapat.
OOT tapi senang belakangan abis nyelesein nonton AOT sampai episod terakhir, terus nonton Turning Red (relatable banget if you grow up in Asian family, especially JAVANESE!!!), sama semalam nonton Raya – ceritanya baru subscribe Disney+ ehehe. Raya bagus! Ku suka. Agak kw version dari Avatar the last airbender sih ya, tapi tetap bagus kok.
Dah, sekian itu dulu deh ya. Bye-a~ Oh iya mau nargetin deh: minimal seminggu sekali nulis di sini!!!
30.18 16:21 pm 17/03/2021
15 notes - Posted March 17, 2022
#2
Impostor
Ini... belum pernah dibahas di mana pun sih... kayanya yang tahu ini cuma counsellor aku doang, mungkin pernah sekelebat ku curhat di sini (di tumblr) dan twitter. Dan teman-teman geng sampah sama safespacegea11 juga tau. Sama Mita juga. Tapi intinya mau bilang kalau selama hampir 2 tahun di sini, ku betul-betul merasa aku fraud banget. Kayak... yaudah sampe bisa keterima PhD program di Oxford tuh ya karena luck aja. 100% karena kebetulan tahun itu lagi gaada yang banyak peminatnya ke labnya Tamsin, terus juga Jardine kebetulan tahun itu nggak terlalu kompetitif peserta-peserta lainnya. Dibantu juga sama doa mama papa lah ya. Tapi beneran kalau dipikir-pikir apakah diri ini worth dan capable untuk menjadi doctoral candidate di universitas nomor 1 di dunia (versi siapa dulu ini ye), jawabannya sungguh tidak.
Dimulai dari betapa parahnya procrastination aku (terutama terhadap writing ya). Teman-teman di sini di tumblr pasti udah tahu lah ya, betapa seringnya ku nulis nggak ngapa-ngapain dan ga berprogres research dan kerjaan selama 2 minggu penuh. Literally korea-an doang. Bangun jam 9 terus youtube-an, nonton ini itu, tiba-tiba udah jam 4 sore terus akhirnya decide to do some work tomorrow dan gitu lagi setelahnya. Ku sampai mendaftarkan diri di Can't Work workshop punyanya Oxford tapi disuruh counsellorku drop out dari workshop karena instrukturnya adalah dia dan gaboleh ada conflict of interest.
Kebayang nggak sih, seumur hidup (anggeplah dari SD sampe kuliah S2: 15 tahun) selalu berprestasi, dianggep pinter sama orang-orang, selalu produktif, terus tiba-tiba zonk aja hidupnya. Udah kayak hidup segan mati tak mau. Ngerasa bersalah banget tiap ga produktif terus makin bego-begoin diri sendiri. Akhirnya ya supaya bisa feel better, ku beraktivitas di luar research kan: macem ikutan ppi2-an biar bisa berteman dan berguna dikit, ngajar kelas olim weekend, ngajar pelatnas, ngomong di webinar-webinar (ini paling hypocrite sih: nyemangatin orang dan di-look up sama orang lain padahal sendirinya ga berguna). Tapi terus ya udah... secara skill di writing ga bertambah.
Barusan banget berhasil kirim draft ms ke co-authors lagi. SETELAH 3 BULAN tertahan di saya. Lega banget. At least, sekarang jadi bisa fokus ngerjain yang lain. Terus kemarin Trinity term kan ada Graduate Supervision Reporting ya. Sebetulnya udah gatau lagi apa yang mau ditulis karena ngerasa ga produktif banget 3 bulan terakhir, tapi yaudah bikin list aja kan udah ngapain aja, issue yang dihadapi apa, terus future plan gimana.
Nah karena itu udah lumayan lama (sebulan selalu kira-kira), ku akhirnya males kan baca feedback supervisors dan graduate directors (dan mostly karena belum siapa dikritisi juga sih). Barusan ku-cek dan komennya baik-baik banget dong bikin terharu:
T: Asri gives an excellent summary of progress above. The next key step is to get her first paper submitted. If the delays with the propane prove longer than hoped then she has the Eagleford samples to analyse while waiting for progress there. S: Asri continues to make good progress and it was great to do some lab work with her earlier in the term. She picked up the techniques very quickly and I was very happy for her to work independently. I have no concerns. H: Asri is making excellent progress on a variety of fronts.. She has produced a potentially publishable account of part of her work, which she aims to submit next month. This paper has been vetted and revised by her supervisors and will be a good start to her academic trajectory. I look forward to reading further work.
DAH GILA YE LU SEMUA. Menangis bombay banget. What is this?! What are all of these compliments? Jujur ga paham banget. Kalau dibilang ku adalah salah satu orang yang paling gabisa menerima compliments, itu adalah sangat benar adanya. Most orang Indonesia nggak sih? Kayak... kita tu di-raise TOO HARD. VERY HARD. Kayak... ya kalau mau dapet apa-apa tuh harus KERJA KERAS banget dulu. Harus di-ospek, ada prajab, dilatih hidup susah, dimarah-marahin biar sukses. DAH GILA LU SEMUA, capek.
Jadi kerasa banget, oh gini ya kalau lo di-raise with love and appreciation, plus dikasih freedom buat being independent, try to figure things out yourself, set your own pace. Nanti curiosity-nya juga muncul sendiri (rada berhubungan sama tweet yang lewat tadi pagi tentang anak yang Unschooling? -- jujur ini ku tertarik banget buat baca-baca dan pelajar hal ini).
Tapi jujur kalau boleh di-runut, ku bisa se-mandiri dan se-"strong" (as in selalu mau pergi ke tempat baru, belajar hal baru) ya karena dikasih freedom yang AMAT SANGAT BESAR juga sih sama Mama Papa dulu. I was raised hard (very hard, they wouldn't bother to congratulate me or give me any appreciation for my achievement -- therefore I'm looking for self-validation elsewhere), but in terms of freedom to learn and do whatever I want to do, my parents are the best. Thank you again, mama dan papa.
Tapi iya intinya itu. Aneh banget. When you have impostor syndrome (dulu selalu ga paham sama Abi karena selalu ngerasa gini dia, tapi akhirnya w kualat dan ngerasain sendiri), your world really does feel very dark and sad. But then, people starts to validate your work, and then you started thinking "wah mereka ketipu sodara-sodara" LOL... Iya intinya jelas impostor syndromenya gaakan hilang semudah itu. Tapi minimal, nggak ngerasa akan ketahuan soon, bahwa ku adalah anak yang dari 3rd world country yang sangat payah bahasa inggris writingnya, dengan analytical skill pas-pasan, dan motivasi belajar sangat rendah hanya ingin KPOP-an aja tiap hari tapi stuck menyamar menjadi PhD student di salah satu uni top dunia. We'll wait and see how long until I got caught. Semoga setelah lulus PhDnya, Aamiin.
30.18 27/07/2022 20:40pm belum pulang masih di office hadeh
23 notes - Posted July 27, 2022
My #1 post of 2022
Sejarah
Lucu banget habis baca tweetnya dokday di twitter terkait lulus PPDS di-attribute-kan hanya ke COGNITIVE and ATTITUDE. Ku gatau detail masuk PPDS kek gimana tapi banyak dengar dari Abi terkait proses menjalani PPDS yang intinya: susah kalau nggak established ekonominya. Karena mereka di-expect bayar SPP, kemudian sekolah sambil praktek tapi digajinya kecil(?)/malah gak digaji(?) -- CMIIW warga-warga tumblr semua.
Terus he went on to explain how HIS PARENTS managed to school 4 (aka all) of their children to MED SCHOOL??? Di tahun segitu??? Dan dia bisa-bisanya bilang masuk PPDS butuh cuma perkara cognitive and attitude... Pusing.
Kemarin habis nonton NOPE di Curzon. It's ok... Not the best Jordan Peele's movie I watched, tapi cukup menghibur. Beres dari situ jadi baca-baca lagi artikel tentang Us terus nemu ini di articlenya Vox:
... Sophie carries the burdens of decisions made millennia before she was born, back on the massive spaceship that brought her ancestors from Earth to this new planet. Those ancestors were shaped by the decisions that you and I are making right now, even as we’re shaped by decisions made hundreds of years ago, and so on. And many of those decisions are now half-remembered dreams.
It is hard to really deal with this, maybe all but impossible. To really sit and think about all of the ways that you are a product of human history, floating through the immense sweep of time and space, rather than someone who can take control of their life and make a difference, is so dispiriting.
Dear dokday... We are all a product of human history... Bagus kalau kita bisa take a leap dan ngejar apa yang kita udah ketinggalan: case-nya dokday, dia bisa managed to be a kaprodi di FKUI despite grandfathernya dia bukan orang angkatan atau mahasiswa kedokteran di STOVIA. Tapi berapa persen sih yang gifted, supported, lucky enough to be those people yang managed to jump high kayak dia gitu? 1% dari 270juta orang Indo aja udah angka yang optimis banget kayanya.
I managed to go to Oxford despite nenekku gapernah liburan di Paris (mostly ku-amati anak-anak Indo di sini yang pake duit sendiri neneknya pasti pernah ke luar negeri -- keingetan fotonya Sandiaga Uno dan Erick Thohir gaksi yang ini). Did I make it karena ku secara "cognitive and attitude" lebih bagus dibandingkan puluhan juta orang lain di usia yang sama sepertiku di Indonesia? Sayangnya I did not. I managed to do this ya karena ku lucky enough punya network yang bikin ku bisa ke-ekspos dengan info terkait Jardine, yaitu teman-teman SMA-ku sendiri. Imagine kalau ku ga pernah di 8... di mana ku akan berada sekarang? Only God knows.
Gimana juga ku bisa sampe 8? Karena Mama Papaku memutuskan untuk merantau dari rumahnya di Jawa Tengah sana ke Jakarta. Gimana mereka bisa ke Jakarta? Karena mereka sekolah sampai sarjana dan orangtua mereka membolehkan (mensupport) mereka untuk merantau. Kenapa mereka bisa disupport buat merantau? Karena apparently, Mbahku dua-duanya nggak butuh anaknya bantuin mereka kerja di rumah -- they somehow were quite well-off di jaman itu. Intinya what I became now: it all can be traced back to every single decision my Mom and Dad made, my Grandpas and Grandmas made, my Great great grandparents made. Yaelah kalau mau ditarik jauh juga akan sampai at what the Dutch decided for us.
Yaudah intinya mau nyampein aja kalau insensitive banget orang-orang yang menihilkan privilese tuh. Jadi kesel sendiri. Jangan jadi kaya dokday ya teman-teman. Boleh ngerasa proud of ourselves, of our efforts, of how far we've come. Tapi tetap inget juga where we came from. Fenomena apapun yang terjadi di dunia ini, it didn't happen because of ONE single factor. It never was. Pasti multiple factor played role in that. And they accumulates, intersects each other, gimana caranya pokoknya berkolaborasi sampai akhirnya jadi end-product yang salah satunya itu adalah kita.
Radcam, 24/08/2022 12:24 pm
68 notes - Posted August 24, 2022
Get your Tumblr 2022 Year in Review →
2 notes · View notes
nurulzahro22 · 7 months
Text
Rasanya berkali kali ngalamin kehilangan bener bener ancur ya. Kek lemes gaada semangat untuk melakukan apapun.
Kehilangan yang begitu sangat menyakitkan adalah kehilangan mamaku, di 8 Desember 2020. Bener bener seperti mimpi, duniaku ancur dan gaada tujuan kedepannya.
Lalu kehilangan lakilakiku, bukan karena meninggal, tp karna hubungan kita ancur karena selalu ada kebohongan didalamnya. Apakah aku seseorang yang mudah sekali dibohongi?
Lalu kehilangan kucingku, gemoy (mamanya moci). Pdhl kita berjanji untuk bareng terus sampe besar. Tp suatu hari gemoy ditabrak orang, aku menemukan dia dikolong meja dengan penuh darah dari kakinya. Sekitar seminggu gemoy tidak mau makan dan tidak minum. Lalu gemoy ilang 3 harian, dan akhirnya dia pulang kerumah lg, tp galama kemudian gemoy lemes dan meninggal.
Lalu hari ini, 13 maret 2024. Moci menyusul mamanya. Subuh hari tadi bapa memanggilku dengan wajah sedih dan membawa kresek putih dan kain putih, aku yg baru keluar kamar mandi langsung bertanya 'kenapa pak?' bapa jawab 'hayu liat dulu keluar'. Pas aku keluar liat moci terbaring dipinggir jalan dekat tanaman, moci lemas, kepalanya miring dan matanya melotot hampir keluar karna mungkin ditabrak kena bagian kepala. Aku nangis kejer karna tida menyangka kucing kesayanganku, kucing yg kuanggap seperti adiku sendiri, kucing yg kurawat dari bayi, terbaring lemas tewas didepanku. Aku tidak berhenti nangis walaupun suda kubungkus menggunakan kain kerudung warna putih dan sudah kumasukan dalam kardus, saat lelah menangis aku ketiduran. Mudah mudahan tidak batal puasaku karna menangisi moci. Aku bangun sekitar jam 11, lalu aku meminta timin untuk menemeniku mengubur moci di makam keluarga kita. Aku menguburkan moci tepat disamping mamanya.
Moci, semoga suka rumah barunya✨
Lalu mengapa harus selalu merasakan kehilangan ya Allah?
0 notes
nararyacetta · 3 years
Text
Dan Maret adalah Sebab-Akibat
Pertengahan November, 2020 “Sekarang buka e-mail kamu”
Percakapan itu merupakan awal dari segala kebingungan yang akan kulalui hingga bulan Desember nanti. Pasalnya, dengan kalimat sekaligus pemberitahuan tanda e-mail masuk itu, dia dengan semena-mena mengajakku memainkan sebuah permainan yang aturannya dirumuskan secara sepihak olehnya. Mulai saat itu aku membenarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang di tanah ini sekitar satu hingga dua abad yang lalu, bahwa selain penguasa, dokter — dan seluruh tenaga kesehatan — bisa bertindak semaunya pada manusia lain.
Novemberku benar-benar dipenuhi olehnya, beserta segala e-mail yang seenaknya masuk berisi perintah-perintah tak masuk akal. Baik, aku berikan satu contoh permainan tidak masuk akal yang diberikan olehnya: ia memberikan sebuah koordinat di google maps, lalu dalam sepetak peta yang ditunjuk oleh koordinat tersebut, aku diminta mencari satu nama lokasi, dari nama lokasi yang hanya diketahui oleh Tuhan, perempuan itu, dan dua kucingnya, kemudian akan dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah kalimat untuk membuka sebuah akun e-mail yang telah ia siapkan. Entah apa yang ia pikirkan, apakah ia pikir aku Nabi Sulaiman?
4 Desember, 2020 Sejak bangun tidur aku sudah sadar bahwa hari ini aku berulang tahun. Orang-orang di rumah memberikan ucapan dan doa-doa terbaik untukku, tak lupa doa cepat lulus juga disisipkan di antara doa-doa baik itu. Aku mengamini saja. Toh, doanya baik. Tak ketinggalan, perempuan Bandung bermata manis itu juga ikut mengucapkan dan mengirim doa-doa baik. Seperti biasa, aku mengamini dan mengucapkan terima kasih telah mendoakan.
Hari berjalan biasa saja. Tiba di kantor aku menyeduh kopi, membakar berbatang-batang rokok sambil memutar lagu-lagu kasmaran picisan dari berbagai grup band lokal atau interlokal — luar negeri maksudnya. Aktivitas di kantor berjalan biasa: berbincang, merapikan dokumen-dokumen, makan siang, merokok lagi, tertawa, melamun, hingga siang yang secara tiba-tiba telah berubah menjadi sore. Seperti yang telah kuceritakan di atas, aku hampir selalu pulang larut malam. Karena menurutku orang-orang di kantor ini sangat menyenangkan untuk diajak membicarakan apapun.
Maghrib hampir datang saat tukang paket memarkir motornya di halaman depan kantor. Sudah menjadi hal lumrah di kantor ini tukang paket datang dan pergi, yang tidak wajar adalah kali ini tukang paket yang kelihatannya sudah beberapa kali datang ke sini berteriak memanggil namaku
“Gak salah?” Batinku
Aku membaca nama penerima serta alamat yang tertera di muka paket, benar namaku dan benar alamatnya di sini. Aku membuka kotak yang tidak benar-benar kotak itu dengan sangat hati-hati, bersamaan dengan itu sebuah pesan masuk di ponsel ku, dari perempuan yang menganggap ku Nabi Sulaiman, begini pesannya:
“Selamat ulang tahun, ya! Buka paketnya pelan-pelan!”
Setelah menganggap ku sebagai Nabi Sulaiman, kali ini dia menganggap ku sebagai apa? Tim Gegana POLRI?
Aku membukanya dengan pelan. Ada berbagai macam barang di dalamnya, ternyata dia tidak benar-benar menganggap aku Tim Gegana. Isi dari kotak yang sebenarnya tidak benar-benar kotak itu adalah: amplop-amplop kecil berisi kertas-kertas bergambar barcode, beberapa makanan dan minuman ringan yang sudah disulap sedemikian rupa sehingga merek dagang asli dari makanan dan minuman tersebut berubah menjadi kata baru, tablet-tablet vitamin C, hand sanitizer, sebuah boneka yang berbau parfum sangat wangi, dan foto-foto paling manis dirinya yang dicetak begitu saja.
Hari yang aku pikir akan berjalan biasa saja ternyata tidak benar-benar biasa. Entah aku yang sedikit berlebihan atau memang aku yang berlebihan, namun isi paket itu berhasil membuat hari ku berubah lebih cerah. Tak hanya hari ku, suasana kantor pun tampak langsung riuh saat melihat hal-hal yang aku dapatkan sore itu,
“cieee…”
“dari siapa ni?”
“Aw aw aw aw”
Tipikal muda-mudi pada umumnya saat tau seorang lain dari mereka sedang kasmaran.
Tak lama setelah satu kantor mendadak mengucapkan ucapan selamat ulang tahun, aku beranjak pulang. Sepanjang perjalanan, aku hanya memilih lagu-lagu yang membuat dadaku makin terasa penuh untuk menemani selama perjalanan pulang. Deretan lagu-lagu itu berhasil menyihir Jalan Raya Bogor yang biasanya terasa sangat liar dan kacau menjadi penuh suka cita. Orang-orang terlihat tersenyum, wewangian yang dipakai para muda-mudi yang bergantian melaju sepanjang jalan tiba-tiba saja berbau sama, sama seperti wewangian yang ada di badan boneka dalam kotak yang aku buka di kantor tadi.
Perempuan ini benar-benar berhasil memengaruhi duniaku — yang seharusnya sesuka hatiku, hari ini dibuat sesukanya. Hebat. Sebagai seseorang yang mudah ragu pada apapun, aku benar-benar kebingungan atas segala hal yang telah ia lakukan. Pasalnya, bukan hal yang mudah, setidaknya menurutku, melakukan sesuatu untuk sesuatu yang masih tidak jelas sama sekali, dan apa yang telah ia lakukan benar-benar suatu usaha yang tidak semua orang akan lakukan pada orang lain, bahkan pada orang terdekat mereka sekalipun. Aku kehabisan akal untuk menebak-nebak, hingga akhirnya aku memasrahkan seluruh keraguan itu pada setiap lampu jalanan yang berbaris sepanjang Jalan Raya Bogor.
Sementara itu, Ryann Darling benar-benar tau cara membuatku makin terbawa suasana ini
You’re my reality
You’re my sunshine
You’re my best times
You’re my anomaly
Sisa Desember, 2020 Aku benar-benar membenci Desember selepas minggu pertama. Hal-hal yang tidak aku inginkan hampir terjadi. Aku benar-benar membenci sisa dari bulan ini. Aku sudah berusaha mati-matian mencari kontak Presiden Republik Indonesia ke banyak orang, namun hasilnya nihil. Meskipun banyak tertimpa hal buruk pada sisa bulan ini, namun satu hikmahku tangkap dengan cermat: wajar jika Presiden Republik Indonesia tidak pernah mendengar suara rakyat, wong telepon genggam yang saat ini dimiliki oleh hampir seluruh rakyat saja dia tidak punya. Jadi, harap maklumlah dengan kondisi ini. Atau kita mau patungan untuk menghadiahkan Bapak Presiden sebuah atau beberapa telepon genggam agar Beliau bisa bermain mobile legend dan mendengar suara rakyatnya? Tapi syaratnya, sebutkan 5 nama ikan dulu, ya!
Januari, 2021 Cucu paling manis dari Dyah Pitaloka Citaresmi ini tidak benar-benar pergi ternyata hehe. Aku jelas senang! Bohong jika aku bilang aku tidak senang dia mengurungkan niat perginya. Aku sudah terbiasa dengan hadirnya. Senyumnya lucu, matanya tetap manis, air wajahnya tetap sempurna, dan kucingnya tetap dua.
Namun, Januari berisi kesibukan-kesibukan gila yang benar-benar tak pernah aku bayangkan sama sekali sebelumnya. Aku harus pergi jauh ke daerah pelosok minim sinyal di akhir bulan ini. Jadi, sampai jumpa cucu paling manis Dyah Pitaloka, aku pergi sebentar.
Awal Februari, 2021 Tugas pergi ke lapangku sudah usai, 10 hari ternyata waktu yang lama. Aku tak pernah sadar hal itu. Secara bergantian, kini perempuan paling manis se-Bandung Raya itu yang sibuk dengan beragam tugas yang datang silih berganti. Baiklah, kini giliran aku yang harus mengerti, kan?
Pertengahan Februari, 2021 Kepalaku sudah hampir meledak saat semua sumpah serapah mengalir keluar begitu saja dari mulutku. Mulai kini, aku akan benar-benar memasukan Bandung ke dalam daftar kota yang akan paling aku hindari seumur hidupku setelah Purwokerto. Perempuan Sunda, perempuan Bandung memiliki perangai yang sama saja. Aku tidak jadi menghubungi Presiden Republik Indonesia, karena sudah pasti dia tak akan pernah bisa diharapkan.
Aku sangat yakin bahwa hidupku jelas tak akan stabil untuk beberapa saat. Persis seperti kerja atom, guna mencapai titik stabilnya, ia akan menambah atau melepas elektron. Ketika ada yang terlepas, tentu akan ada yang menempel, sialnya yang menempel hanya aktivitas-aktivitas kantor yang jauh lebih banyak dari biasanya. Sialan.
Maret, 2021 Melarikan seluruh perhatianku pada pekerjaan yang amat sangat menggila ternyata tidak benar-benar membuatku sembuh dengan cepat. Kegilaan nyaris bersarang di kepalaku, lagi. Namun, beruntung dunia maya menyelamatkan hidupku. Aku harus menjalani lagi takdir statis pada percakapan sosial media yang jelas-jelas memuakkan. Aku masih benar-benar membenci perempuan Bandung, dan kini aku mulai sepakat dengan yang dilakukan Gadjah Mada dulu.
Aku sudah katakan, kan, kalau aku nyaris gila?
April, 2021 Tak Sepadan (Chairil Anwar, Februari 1943)
Aku kira: Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros
Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak ‘kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka
Mei, 2021 Wabah ini benar-benar betah hinggap di Bumi Pertiwi, belum juga terlihat tanda-tanda ia akan pergi meninggalkan tanah yang serba sengsara ini. Segala sumpah serapah sudah dilontarkan melalui platform apapun. Terlebih lagi, bulan ini terdapat satu hajat tahunan maha megah yang biasa dirayakan oleh umat paling dominan di tanah ini; lebaran. Setelah lebaran tahun sebelumnya dipaksa untuk tetap diam di tempat masing-masing, kelihatannya untuk lebaran tahun ini orang-orang akan menolak diam. Siapa yang tak rindu rumah? Siapa yang tak rindu tanah asal? Siapa yang tak rindu bahasa ibu? Tak ada yang tak rindu, maka dari itu segala upaya tetap dilakukan oleh banyak orang untuk mengelabui para petugas untuk menunaikan ibadah sakral hablum minannas satu tahun sekali a la keluarga-keluarga di tanah ini. Keluargaku menjadi satu dari sekian banyak keluarga yang malas untuk menunaikan ibadah mudik. Sehingga lebaran direncanakan tetap di rumah, ya rumah.
Ketidak-taatan keluargaku menjalani ibadah sakral tahunan ini berbuah hal buruk bagiku. Pasalnya, perempuan yang secara habis-habisan kuhindari sejak akhir Februari lalu tiba-tiba saja datang. Memang aku yang mencari gara-gara awalnya, aku mengirimkan kembali boneka yang pada bulan Desember lalu ia kirimkan padaku. Aku mengirimkannya kembali bukan tanpa alasan, aku ingat betul apa yang ia katakan bahwa boneka itu merupakan boneka spesial dengan segala kisahnya. Aku rasa jika boneka itu spesial, tentu harus berada pada orang yang ia anggap spesial juga, bukan pada orang buangan sepertiku.
Semakin intens ia mengangguku, semakin ku ketahui alasan sebenarnya dari ungkapan bosan yang pernah ia ucapkan tempo waktu lalu. Ternyata itu semua karena ia baru saja diberi vaksin, efek samping dari vaksin ternyata cukup menyeramkan, dan sepertinya aku tau kenapa ia datang lagi, efek vaksin sudah hilang.
Juni, 2021 Juni ialah puisi-puisi yang berguguran dari langit. Sapardi yang harus bertanggung jawab atas ini semua. Tidak juga, deng, Jason Ranti juga ikut-ikutan ingin menjadikan sakral Juni, dengan perayaan puisi, dengan keinginannya ngopi dengan sangat sederhana bersama murid cantik Sapardi di UI. Juni ialah metafora, ia hanya hitungan waktu. Yang fana itu Juni, senyum manisnya abadi.
Saat Sapardi mengkultuskan Juni dalam karya-karya sastranya, Jason Ranti yang ikut-ikutan, dan barisan Nasionalis yang melabeli Juni sebagai bulan Bung Karno. Aku terpaksa membuat aliran sendiri, yang menganggap Juni ialah bulan kelahiran puisi tanpa bait dan kata. Penghujung Juni ialah puncaknya, saat Juni yang sakral hampir ditutup, puisi tanpa kata dan larik itu lahir dan hadir di bumi yang sangat fana dan rapuh ini. Aku benar-benar tak pernah memberinya sebait puisi, tentang dirinya atau tentang kisah ini, karena dirinya dan segala hal yang menyertai hidupnya ialah puisi hidup yang selalu saja bisa dinikmati oleh semua orang di sekitarnya, bukan hanya aku. Betapa banyak manusia yang bersyukur atas kehadirannya di bumi ini, jelas aku hanya satu bagian terkecil dari banyaknya manusia itu.
Dia adalah Idayu sekaligus Annelies, sedangkan aku bukan Pramoedya. Namun, tanpaku dan para pembaca karya Pram, Idayu dan Annelies tidak akan pernah hidup dan ada. Percayalah, cerita ini makin tak karuan.
Juli, 2021 — Turki “Sesuatu yang pasti di dunia ini hanyalah ketidakpastian, dan Tuhan menjaga ketidakpastian itu agar manusia terus belajar, berusaha, bekerja, dan berdoa.” Aku selalu mengingat sebaris kalimat yang ditulis oleh Donny Dhirgantoro dalam novel ciamiknya berjudul 5cm. Sejujurnya, aku selalu membenci ketidakpastian, aku adalah sosok yang benar-benar memastikan semua hal berjalan sesuai dengan keinginan. Saat bersama Cucu Paling Manis dari Dyah Pitaloka Citaresmi ini, aku banyak berlagak seakan-akan segala hal berjalan sesuai takdirnya. Padahal, di balik itu semua aku sedang merancang rencana-rencana yang terlampau banyak untuk memastikan semua hal berjalan sesuai keinginanku. Ya, dan salah satu keinginan terbesar saat bersamanya hanyalah satu, tak ingin ia pergi lagi, sama sekali.
Aku benar-benar ingin menghadapi segala ketidakpastian hingga sampai ke Turki dengan satu hal yang sangat pasti: bersama perempuan yang sejak awal tulisan ini dibuat terus saja memenuhi kepalaku yang sudah sesak dengan tugas kuliah, tugas kantor, dan skripsi.
Aku rasa perpisahan telah memperlakukan kita dengan cukup baik; mendewasakan masing-masing dari kita, melihat titik lemah dari masing-masing, dan merasakan kesakitan yang seharusnya bisa dihindari. Benar, kan?
***
Aku kirim cerita ini sekaligus untuk dua orang yang dengan ceroboh menyia-nyiakan manis dan lucunya perempuan tanah Pasundan, Gadjah Mada dan Hayam Wuruk.
***
Maret 2022 Harusnya, aku tidak berhenti melanjutkan tulisan ini pada bulan Juli 2021. Terlampau banyak permasalahan dan persoalan yang datang silih berganti setelah bulan tersebut. Dan kita berdua telah benar-benar banyak melalui perubahan.
Saat aku menulis paragraf ini, yang ditunjukkan oleh tanggal yang dicetak tebal, aku tidak sedang berada di Turki, tidak juga bersama cucu paling manis dari Dyah Pitaloka Citaresmi. Tidak. Kini, aku berada dalam sebuah ruangan di salah satu bangunan di kota Bandung, ya, benar, Bandung adalah Kota yang merawat perempuan itu hingga bisa membuatnya menjadi sangat indah dan terlampau sempurna. Aku tidak melebih-lebihkannya, karena aku menemuinya lagi semalam, dan ya, aku benar-benar kehabisan kata untuk melukiskan betapa teduh tatap matanya, air wajah, dan sudah tentu senyumnya.
Bercakap dengannya selama kurang lebih sembilan puluh menit terasa benar-benar seperti sembilan puluh menit. Namun, selama sembilan puluh menit tersebut, aku tidak pernah ingin kehilangan satu momen kecil dari apa yang ia lakukan. Setiap gerak kecil dan lirikan matanya adalah alasan kenapa aku harus lebih lama duduk di sana, berhadapan dengannya. Dia benar-benar memiliki mata yang sangat indah. Aku berani bersumpah atas nama apapun. Mata paling indah, setidaknya se-Warung Surabi Cihampelas, malam tadi.
Aku tidak bisa melukiskan betapa menyenangkan bisa bertemu dengannya. Kehadirannya di bawah payung kayu reot malam tadi adalah obat dari segala pesakitan yang kualami hampir selama 1 bulan penuh. Baru kali ini aku menemukan obat yang tidak pahit dan tidak getir, hanya manis.
Waktu hampir menunjukkan pukul setengah 2 pagi saat secara tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel milikku,
“Kamu masih sayang aku nggak?”
Lalu, selanjutnya berangkai-rangkai kalimat kukirim untuk membalasnya, begitupun dia, begitupun aku, dan seterusnya, dan seterusnya hingga pagi hampir saja tiba, barulah kita memutuskan untuk menyudahi percakapan udara pagi buta tersebut.
Aku benar-benar ingin menutup kisah ini dengan sangat baik, seperti saat aku pertama kali mengenalnya, seperti saat aku pertama kali merasa menjadi Nabi Sulaiman, seperti saat aku pertama kali merasa menjadi bagian dari tim Gegana POLRI, seperti saat aku pernah menjadi satu orang sangat spesial baginya.
Begini akhirnya:
Dunia tercipta dari banyak sebab-akibat yang terhubung secara langsung ataupun tidak langsung. Kekacauan sebab-akibat yang sulit dimengerti membuat hidup benar-benar terasa seperti hidup. Dari banyak sebab-akibat yang telah aku lewati sepanjang hidupku, aku sangat berterima kasih atas pertunjukkan sebab-akibat yang kumainkan setidaknya setahun ke belakang.
Tuhan benar-benar tau, dan Dia benar-benar menunggu. Terima kasih.
0 notes
michassie · 9 months
Text
Tumblr media
Hello, wa'alaykumussalam Cappadocia. "it's my dream! my dream, mas!" hahahaha, malah jadi scene Layangan Putus, yang nonton pasti tahu hahaha.
Aku kira tahun 2023 tidak akan sechallenging 2020-2022 tapi maasyaa allah ternyata sangat seru!
Aku mau cerita tentang perjalanan aku berdamai dengan beberapa penyakit.
Awal tahun tepatnya Februari aku harus sakit tipes, campak dan ISPA; tak hanya itu masih drama sakit tipes lagi selama Juli sampai dua kali kambuh; selesai dengan itu November dokter menyatakan ada batu empedu di dalam tubuh aku. huuuh, panik? jelas awalnya panik, tapi alhamdulillah everything is okay. Jujur sih tak seperti tahun-tahun sebelumnya, sakit tahun ini tuh beneran aku yang cuma tidur, bangun hanya untuk makan, sholat, mandi, dan ke toilet.
Emang ga dirawat ke rumah sakit? engga! panas naik turun, alhamdulillah Allah masih kuatkan untuk ke dokter dan ke rumah sakit buat cek lab, tapi ga ada satu dokter yang bilang aku harus rawat inap, padahal aku mau gerakin pergelangan tangan aja sakitnya minta ampun.
Lanjut, rambut aku mulai rontok parah dan terasa nyeri di perut bagian atas, yang akhirnya aku harus bolak-balik rumah sakit untuk ketiga poli : poli kulit, poli dalam, dan poli jiwa. Dilakukan lagi pemeriksaan lab, USG, dan hasilnya ada batu empedu. huh, apa ini. Untungnya, aku periksa di satu rumah sakit yang sama, jadi dokter-dokter di poli yang berbeda ini punya track record lengkap tentang riwayat penyakit dan hasil lab rutin yang aku lakukan selama satu tahun terakhir. ya gitu lah, tahun depan semoga lebih baik ya. ih ngambang ceritanya, gapapa aku cuma pengen nulis ngasal aja si.
Ganti, Juni akhirnya aku resign dari tempat kerja yang lama. Akhirnya setelah maju mundur dari tahun 2021, Allah berikan waktu terbaik Nya. Ini salah satu keputusan yang sangat aku syukuri. Allah ganti dengan pekerjaan yang lebih baik, lingkungan dengan teman yang lebih supportif, dan aku belajar banyak hal baru. Meskipun aku dibayar sama dengan tempat yang lama, but they treat me well, dan fasilitas yang disediakan jauh lebih memadai dari tempat lama. ya begitulah ya selalu ada hal baik yang Allah sediakan.
Well, 2024 ini aku ga ada resolusi apapun. Lantas? Ya sudah hahaha.
Terimakasih ya Icha, terimakasih juga untuk semua yang telah hadir dan pergi di tahun 2023 semoga Allah ridho atas hidup kita. Semoga bisa ke Cappadocia juga hehehe.
#newyear#tahunbaru
1 note · View note
mejakerani · 11 months
Text
Ia Mengaku Sudah Mati
ia mengaku sudah mati dikepung gaung dari batok kepala sendiri. kuucapkan, "selamat! kukira para dokter dan filsuf itu gagal mengobati kebebalan diammu, mengurai lembek jantung, juga memecah bolamata beku.”
mereka ganti pita suaramu dengan gonggong anjing yang akrab kukenal saban melintas pulang malam. Tuhan tak di sini bila lolong penyambutan hanya gertak gulita yang mesti dihadapi dengan denting lelah tak berkesudah.
gelap, gaungkan apapun tentang luka! bila tak mengering ditawar jenuh waktu, awetkan ia dalam tabung kata-kata. tapi, jangan di beranda rumahku! kediamanku rumah biru. bersedih telah jadi perayaan tiap tahun. maka, pergilah mengaduh pada rumah-rumah yang belum diakrabi kematian. cari pelukan dari para algojo berwajah seribu, yang pura-pura mengajarimu tentang kehilangan. apa mereka juga ‘kan mengajarimu bersopan santun dalam berairmata?
uang selalu menua dalam kantong seorang kawan. tapi, kebahagiaan macam apa yang tak memaklumi kelahiran dari indung telur malam yang dihamili biru lebam reruntuhan mimpi? kata-kata dari mulut siapa? menulis manifesto adibangsat tentang keagungan duka
dan sumpah serapah silet, maju-mundur di lengan seorang pengecut dan cengiran el-maut?
kau sudah mati? sudah dimandikan, dikafani, disalatkan, lalu diusung menuju kepulangan paling sederhana ini? maaf, aku bangun saja. kembali hidup sebagai puisi atau seeekor hantu, menakuti tanpa basa-basi. aku tak ingin beristirahat dengan jasad dukamu berbaring di tanah pemakaman yang sama.
sebab, dukamu maha: sebuah elegi pagi. dukaku sederhana dan airmata menggantung serupa celana katung para pelayat yang terpaksa datang mendoakan keringanan bagi balasan dosa-dosa kita.
Banjarmasin, Juni 2020
1 note · View note
Text
Oleh-Oleh dari Instagram Lagi 😅
Pontianak. 11:42. 14092023.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Sungguhlah dunia itu tidak berputar mengelilingi kita, kan? Salah satu obat kesedihan adalah ketika meluaskan pandangan. Alih-alih membandingkan kesulitan, rasanya lebih mudah untuk menghitung nikmat tak hingga yang Allah SWT berikan.
Akibat muhasabah tentang kebermanfaatkan media sosial saya, jadi lihat-lihat lagi postingan yang dulu. Salah satunya adalah highlights yang pernah saya buat. Akhir Desember 2020 masih masa-masa covid, salah satu titik terendah kita, disadarkan lagi tentang pentingnya orang-orang tersayang. Saat itu saya tanyakan kepada follower, apa kata-kata baik orang tua yang berupaya diingat, agar dibagi sebagai upaya melanggengkan dan memanjangkan pesan baik tersebut.
Semoga bermanfaat yaaa, karena terlepas dari segala kekurangan, tentu orang tua ingin yang terbaik untuk kita. Laa hawla walaa quwwata illa billah.
Bonus pesan dari Ibunya saya: "Bersiap-siap dan ikhlaslah, kodrat perempuan itu adalah yang bangun paling awal dan tidur paling belakangan di rumah."
🌱✨✨✨
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Salam,
ayuprissakartika.
0 notes
farahkamalia · 1 year
Text
3 Tahun Lalu
Ngga terasa udah mau 3 tahun semenjak berpulangnya bapak. Rasanya hari ini mau ceritain waktu itu, saat bapak meninggal. Karena ngga mudah pura-pura tegar di depan orang lain. Dan ngga mau dianggap cengeng dan mellow juga, yang padahal ngga apa2.
20 Oktober 2020
Pagi itu aku pamit untuk berangkat kerja. Karena bapak baru dirawat di rumah sakit karena pembuluh darah di otaknya pecah, bapak masih keliatan tidur di ranjangnya. Agak aneh sebenarnya karena kemarin2 bapak masih ngangguk pas aku pamit, tapi pagi ini bapak diam aja. 
Siangnya tiba-tiba adekku telpon, ngabarin kalau bapak dibawa ke rumah sakit lagi. Aku udah ngga konsen kerja. Padahal hari itu diminta lembur karena ada banyak orderan. Setelah dimarahin sama spv ku, akhirnya aku coba untuk fokus lagi. Pas aku lagi kerja, tiba2 ada wa masuk dari kakak sepupuku..
“Om aziz udah ga ada, yang sabar ya dek...”
Aku bingung. Masih kayak “apa sih ini” di otakku. Langsung aku telpon adekku, marsa, dan nanya benarkah infonya. Pas dengar marsa nangis, aku langsung nangis plus teriak juga. Sedih dan nyesel, karena aku tau bapak sayang banget sama anak-anaknya tapi pas bapak meninggal kami ngga ada di sana. 
Aku diizinin pulang duluan. Udah berusaha tegar tapi pas nyampe rumah oleng juga. Banyak tetangga nunggu di depan rumah, sepupu juga ada beberapa yang udah dateng. Yang pertama aku cari itu marsa. Aku liat dia masih bingung dan setelah liat aku kita sama2 nangis. 
Ibu sama adekku juga, zahra, belum dateng. Ibu ikut ke rumah sakit sama bapak, zahra masih di tempat kerja. Pas jenazah bapak dateng aku liat ibu lemes banget dan jadi ikut nangis lagi. Zahra baru sampai rumah dan wajahnya masih kebingungan. Langsung aku ulurin tanganku dan dia meluk aku sambil sesenggukan. 
Banyak orang yang dateng untuk sholatin dan doain bapak. Aku berharap ini jadi tanda kalau meninggalnya bapak husnul khotimah. Sampai malam itu kepalaku rasanya berat dan sakit. Aku bener2 capek malam itu. Jadi aku memutuskan untuk tidur, sambil berharap kejadian hari itu cuma mimpi.
21 Oktober 2020
Sebelum subuh aku bangun dan lihat masih ada jenazah bapak di ruang tamu. Oke, berarti ini bukan mimpi, pikirku. Aku deketin jenazah bapak dan ibu juga ikut deketin. Kami sama2 mau lihat wajah bapak untuk terakhir kali. Wajahnya bersih, kayak orang yang lagi tidur. Kami nangis lagi sambil doain bapak.
Saat dikubur jadi momen yang sedih, karena udah ngga bisa liat fisiknya bapak lagi. Dan rasanya sedih ya liat orang yang kita sayang dikubur ke dalam tanah. Aku elus2 tanah kuburnya dan berat banget mau ninggalin. Tapi hidup harus terus berjalan, kan?
Ngetik ini sambil sesenggukan jadinya. Sekarang kalau kangen cuma bisa doain dan lihat fotonya aja. Emang bener, manfaatin momen pas ortu masih ada. Karena ngga akan bisa diulang lagi.
0 notes
suatuharinanti · 1 year
Text
"Kayaknya kita lebih banyak jalan-jalan ke rumah sakit daripada ke mal deh."
Jokes yang nyatanya bener. Dark. Aku yang dari Januari ke dokter kulit-bedah-jiwa. Suami yang sekarang fokus ke dokter paru karena batuknya yang bertahun-tahun belum sembuh juga.
Kenapa ke dokter kulit?
Karena hampir setiap hari alergi-gatal. Sebabnya? Ga tau, dingin alergi, nggak dingin alias cuaca panas pun alergi. Panas, harus minum ctm atau pakai bedak yang obat ctm efeknya ga enak. Bisa jadi karena keturunan karena bapakku punya riwayat alergi yang sama. Tapi kenapa hampir setiap hari, lalu dokternya bilang bisa jadi karena stress. Oke, dikasih obat dan alhamdulillah efek obatnya ga seekstrem ctm :") oke, aku kira membaik, karena setelah itu aku ga pernah alergi lagi. Masalah lanjut ke payudara.
Kenapa ke dokter bedah?
Sama seperti alergi bisa dalam sebulan aku merasakan sakit. Jujur parno karena pernah ada tumor jinak dan dioperasi. Sebenarnya di kanan dan kiri (2020) di kanan 2 benjolan tapi kecil, di kiri yang diangkat. Karena takut kalau ada masalah lagi jadi periksalah dan juga usg di tahun ini karena takutnya kista. Rasa sakitnya nggak enak banget setelah bangun tidur bisa juga sampai seharian. Ketika di usg kaget juga karena ternyata yang di kiri ada benjolan baru, di kanan juga. Tapi dokter radiologi ini masih kecil dan aman. Lanjut analisis ke dokter bedahnya, dan... Sama alhamdulillah hasilnya baik, sama seperti dokter kulit kalau bisa jadi pemicunya stress, kayaknya baru kali ini ke dokter disaraninnya buat fokus berbuat baik ke orang lain yang tujuannya ya.. kebaikan supaya lupa sama rasa stress dan sakitnya.
Dari kedua dokter ini udah menyadari kalau ternyata tanda stress yang muncul di tubuhku begitu beragam. Sampailah di keputusan untuk ke psikiater.
Hari ini jujur jadi kontrol paling capek. Dosis obatnya juga dinaikin karena rasa yang ga bisa ini ga bisa. Kenapa? Karena setelah hampir dua bulan alergiku ga pernah kambuh. Sekarang kambuh parah banget berhari-hari :") begitu juga nyeri di payudara.
Setelah cerita ini dan itu dan ternyata lebih pilu hiks sambil aku bertanya "jadi gimana caranya saya bisa menghadapi situasi seperti itu?" Maka di hadirkan 2 solusi, menghadapi atau menolak.
Keinget "kenapa nggak ke psikolog aja?"
Sama seperti tulisan sebelumnya karena aku merasa aku ga bisa. Buku self improvement, pernah kuliah satu semester di psikologi, aku tahu tips dan trik harus apa, journaling juga udah, olahraga juga udah ya walaupun hehehhehe jalan kaki tiap hari. Tapi kayak semua yang dikasih solusi dari psikolog tuh mental. Ya Allah kayaknya aku harus berdoa dilembutkan hatinya. Kayak "iya aku tau harus itu terus apa?"
Jadi selama kontrol-kontrol ke psikiater ini aku menyadari sepertinya butuh bantuan dari obat juga meskipun pas awal cemas ga ketulungan, jadi lebih ekspresif sampe suami bingung ni orang napee, ga ada capenya, setiap bangun tidur pusing, kadang mual. Tapi... Kayaknya aku juga butuh.. selain menulis list obrolan sebelum ke psikiater
Jadi gelas kosong yang kalau dokter bilang "kamu hanya bisa mengontrol dirimu. Afirmasi diri. Counter pikiran negatif.
"Jangan disangkal emosi negatifnya. Jangan dibuang emosi negatifnya. Ga apa-apa nangis, di sini kita belajar untuk berproses. Memproses itu semua"
Dan aku berusaha menjalaninya, mungkin bisa jadi efek obat.. jadi doaku agar dilembutkan hatinya sama allah dikabulin :")
Terus aku menyadari oh, iya, aku bisa. Meskipun jujur inginnya aku kabur aja kalau ada hal yang ga menyenangkan tapi sayangnya meskipun aku kabur alergi dan rasa sakitku masih ada.
"Rasa marahmu pas masih kecil mungkin persentasenya 100. Sekarang?"
"..."
"Masih tetap sama 100."
Aku ingin menangis tapi kenapa aku hanya berkaca-kaca. Padahal aku udah bawa tisuuuuuu. Jujur. Prosesnya pasti panjang. Capek kadang sedih. Tapi.. ga apa-apa, aku harus berusaha. Kadang momen perjalanan dari rumah ke psikiater jadi momen yang.... Banyak refleksi. Karena aku tahu kalau yang berjuang buat pulih bukan cuma aku aja.
Kontrol ketiga jadi momen yang setelah keluar ruangan "ah gila sesak bet" 🥲
0 notes
eagletree · 2 years
Photo
Tumblr media
🏠 Dijual Rumah di Graha Raya, Serpong Akses bisa melalui Bintaro Jaya, Alam Sutera, dan Ciledug Dekat dengan perumahan Alam Sutera, BSD, Gading Serpong, dan Bintaro 🎯 2 menit ke Trans Mart Graha Raya 🎯 3 menit ke Pasar Modern 🏠 Dijual dengan seluruh Furniturenya dan beberapa barang elektronik termasuk 4 AC. Kamar Tidur 3 Kamar Mandi 3 (2 pakai Water Heater) Dapur + Kitchen Set Area Cuci Baju Area Jemur Gudang Kolam Ikan dan Air Mancurnya Carport bisa 3 mobil AC 4 Listrik 3500Watt Ukuran 7m x 12m LT 84m2 LB 90m2 Atap Rangka Baja Lantai Bawah Granit 80cm x 80cm SHM *Rumah selesai bangun 2020.* *Ditempati tahun 2021.* *Dijamin tidak banjir!* 💰 HARGA : Rp. 1.550 M Nego _________________________ Info : Pram 081932458445 #rumahbebasbanjir #rumahdijualbintaro #rumahminimalismodern #rumahdijualjakartaselatan #camarbintaro #cucurbintaro #bintarosektor9 #rumahbintaro #rumahdijualgraharaya #dijualrumahgraharaya #kabarbintaro #rumahdijualkuricangbintaro #rumahdijualpinguinbintaro #rumahdijualmandarbintaro #rumahdijualpisokbintaro #rumahdijualputerbintaro #rumahdijualperkicibintaro #rumahtangerangselatan #rumahdijualdpuyuhbintaro #rumahdijualbintarosektor9 #rumahdekatstasiun #rumah2lantai #bintaroregency #jualrumahmurahdivillabintaroregency #rumahmurahbintarosektor9 #perumahanmurahbintarosektor9 #jualrumahmurahbintarosektor9 #rumahmurahdaerahbintarosektor9 (di Bintaro Tangsel) https://www.instagram.com/p/CpZRAMPrOyZ/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
alcaristia · 2 years
Text
Kandungan
24 Septermber 2020. Aku akan selalu ingat dengan pagi hari yang mengharukan itu. Terhuyung aku ketika bangun pagi. Rasanya pusing dan mual. Kuistirahatkan lagi tubuh yang baru saja selesai dari tidur. Mas mengambilkan air putih hangat untukku. Kemudian aku teringat kalau hari ini seharusnya sudah memasuki fase datang bulan. Apa mungkin ini memang tanda dari fase itu?
Setelah mendingan, aku ke kamar mandi untuk mengecek. Ternyata tidak ada bercak darah. Padahal tiga hari lalu aplikasi “My Calender” sudah memberikan notifikafi siklus haid. Iseng lalu aku mengambil test pack. Seketika tangis pun pecah di rumah itu.
Bayi ini sudah kami tunggu selama dua tahun pernikahan. Sekarang perutku sudah mulai membesar, memasuki trimester ketiga. Seiring dengan itu, pipi kiri Mas juga ikut membengkak. Malam ini aku tersungkur di sampingnya yang tertidur sambil bersimpuh, “Tuhan, mohon kuatkan suami hamba agar segera pulih pasca kemoterapi ini.”
-alcaristia- 260123 Semarang
Writting and Publishing Workshop Challenge by @kurniawangunadi and @careerclass
1 note · View note
nararyacetta · 3 years
Text
Yang Fana Itu Mitos, Kucingmu Abadi (Bagian 2)
Awal September, 2020 Dunia beranjak menggila. Orang-orang telah jemu dikurung di dalam rumah tanpa kepastian apapun dari yang berhak mengatur kelangsungan negara. Orang-orang yang bergelut di dunia seni menangkap momen, mereka ciptakan puisi, lagu, apapun untuk menggambarkan suasana ini. Orang-orang melakukan beragam upaya untuk tetap berinteraksi dengan manusia lain. Beragam platform yang sebelumnya terdengar asing, kini ramai digunakan oleh kebanyakan manusia. Siapa pernah menyangka manusia akan secara intens bertatap wajah secara jarak jauh melalui berbagai platform yang bahkan terkadang sulit untuk dilafalkan.
Bagi beberapa orang, wabah ini merupakan aufklarung. Bagi sebagian yang lain, wabah ini sebuah kutukan. Bagiku, wabah ini entahlah. Aku sudah benar-benar hampir meneriaki setiap orang yang lewat di depan rumah. Rasanya, aku dan dunia benar-benar berada dalam satu sifat yang sama: menggila. Sebagai orang yang sangat menyukai interaksi secara langsung dengan banyak orang, aku merasa bahwa inilah akhir dari dunia. Aku berharap Tuhan harus sesegera mungkin menyetujui proposal kiamat yang telah lama diajukan oleh Isrofil sejak Nabi terakhir umat Islam hadir, agar segala penderitaan ini segera berakhir. Untuk sedikit membantu menyehatkan jiwa yang mulai sedikit tidak waras ini, aku mencoba beragam sosial media, dari yang paling populer hingga yang amat sangat tidak populer. Namun, tetap saja, isolasi ini benar-benar membuatku nyaris gila.
Penggalan kalimat dari Hannah Arendt lalu-lalang di lini masa sebuah sosial media, begini isinya: isolation and loneliness are not the same. I can be isolated — that is in a situation in which I cannot act, because there is nobody who will act with me — without being lonely; and I can be lonely — that is in a situation in which I as a person feel myself deserted by all human companionship — without being isolated. Hannah benar-benar harus mencoba rasanya terisolasi sekaligus merasa kesepian. Itu menyebalkan, Hannah. Benar-benar menyebalkan.
Pertengahan September, 2020 Tuhan belum juga menyetujui proposal kiamat. Kali ini aku benar-benar bersyukur tidak menjadi gila seutuhnya. Berselancar di dunia maya benar-benar menolongku agar tak mati gantung diri. Melalui dunia maya, aku bertemu beberapa orang — entah mereka benar-benar orang atau hanya mesin yang bisa diajak berbicara — ya, meskipun masih melalui perantara, hal itu cukup membantu. Ditambah lagi, ada sebuah kantor yang dengan murah hati menerima orang baru untuk membantu meringankan pekerjaan mereka di situasi seperti sekarang. Dengan jumawa, aku beranggapan setengah dari masalah hidupku mampu terselesaikan. Aku merasa kembali hidup, setidaknya untuk sekarang.
1 Oktober, 2020 Aktivitas rutin yang biasa terlihat dalam film kini benar-benar menjadi kenyataan: berangkat kerja, mengejar deadline, tiba di rumah cukup larut, beristirahat, bangun, berangkat, mengejar deadline, tiba di rumah, dan seterusnya, dan seterusnya. Alih-alih kelelahan dan memilih diam di rumah saja, aku malah keranjingan melakukan segala hal yang bisa dilakukan di kantor.
Wabah masih berlangsung di dunia yang tak kunjung kiamat, begitupun aku yang masih betah berselancar di sosial media, berkenalan dengan orang-orang baru, melakukan percakapan intens, berhenti, menghilang, memulai lagi percakapan dengan orang baru. Beberapa hal dalam kehidupan ini sepertinya ditakdirkan berjalan secara statis, termasuk orang-orang aneh yang datang dan menghilang seenaknya sendiri itu. Walau aku termasuk orang yang enggan percaya pada konsepsi takdir, tapi untuk urusan ini, aku benar-benar percaya bahwa percakapan di sosial media ditakdirkan untuk berjalan secara statis.
2 Oktober, 2020 Aku pikir dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan akan membuat hidup berjalan lebih baik, nyatanya tidak. Seperti matahari yang memiliki tempat khusus tepat di atas garis khatulistiwa — titik zenit, yang dinamakan titik kulminasi, begitupun manusia. Kesibukan yang berlebihan membawaku pada titik stress lain yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Persoalan kepala yang hampir mendidih ini, mungkin, bisa diselesaikan jika dan hanya jika terdapat ruang untuk menumpahkan — atau berbagi cerita, dan aku sadar tak memiliki ruang tersebut. Maka sampailah aku pada titik kulminasi.
Semua aktivitas dan kesibukan berjalan sangat lancar. Tiada satu tugas terlewati atau mendapat hasil buruk. Semuanya berjalan sangat baik. Namun, bukan di situ masalahnya. Masalah terjadi saat aku benar-benar merasa sendirian, dengan perasaan yang demikian itu, beberapa aktivitas bisa tersendat bahkan tak jarang ritme kerja ikut berubah menjadi lebih lambat. Sejujurnya, aku membenci rasa kesepian.
3 Oktober, 2020 Kepalaku sudah sedikit mendingin saat secara tiba-tiba berkenalan dengan seseorang dari sosial media. Kami berkenalan dengan cara manusia pada umumnya berkenalan, bertukar informasi satu sama lain dan bercakap-cakap seperlunya, dan seterusnya, dan seterusnya. Selanjutnya, kepalaku dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan aneh seperti, "dengan cara apa dia menghilang nanti", atau "apakah dia manusia atau mesin", atau "berapa banyak gula yang diperlukan seorang Ibu untuk melahirkan anak semanis ini?"
Sisa-sisa Awal Oktober, 2020 Satu hal yang langsung menarik perhatianku adalah kenyataan bahwa dia seorang yang bergelut di bidang kesehatan. Ya, aku memiliki trauma mendalam dengan orang-orang, khususnya perempuan, yang bergelut di bidang tersebut.
“Bodo amat, lah. Interaksi begini bertahan berapa lama, sih?” Batinku berkata saat mengetahui dia berkuliah di salah satu kampus kesehatan ternama di Jawa Barat.
Sudahlah di bidang kesehatan, Sunda pula. Sudahlah membangkitkan trauma lawas, menentang mitos pula. Sejujurnya, Aku sudah begitu siap jika sekuel lanjutan dari Perang Bubat harus dijalankan. Setidaknya, aku memiliki alasan kuat untuk menyurati Presiden Republik Indonesia — yang ajaibnya selalu saja ber-etnis Jawa — untuk memisahkan Tanah Pasundan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan alasan yang sangat kuat: Jawa dan Sunda ialah dua entitas yang berbeda dan tak akan pernah bisa disatukan, bahkan sebuah utopia sekalipun tak akan pernah mampu membayangkan bagaimana jadinya jika peranakan dari kedua suku itu disatukan. Kamu ingin protes? Protes saja, aku tak peduli.
Sisa Bulan Oktober, 2020 Oktober adalah roda gerigi yang tidak pernah lelah berputar, meskipun kadang bunyi aus mesin terdengar nyaring, roda gerigi harus tetap berputar di dalam sebuah sistem maha-besar yang terus berjalan ke arah yang entah. Pekerjaan benar-benar menggila di sisa-sisa bulan ini. Nyaris segala macam hal yang ada di depan mata berubah menjadi pekerjaan. Bahkan jika aku secara tidak sengaja melihat monas, mengecat monas bisa menjadi salah satu pekerjaan yang tidak akan terlewatkan.
Beruntung — tidak, belum beruntung. Untungnya, perempuan yang tempo hari saya temui di sosial media masih betah mendengarkan keluh-kesah seorang pekerja amatir yang kaget akan ekosistem kerjanya di bulan Oktober. Dia berhasil memberikan respons dengan takaran yang sangat pas: tidak berlebihan, tidak juga acuh. Aku begitu yakin dia tak sepenuhnya memahami apa-apa yang kuceritakan padanya. Namun, respons menyenangkan yang dia berikan benar-benar sangat berarti.
Awal November, 2020 “Kok orang ini betah, ya? Kok ngga ilang juga? Wah kalah taruhan dong kalo gini ceritanya?”
Aku tidak pernah mengetahui kapan terakhir kali manusia kalah bertaruh dengan dirinya sendiri. Sejujurnya aku merasa sangat malu. Rasa malu itu makin menjadi-jadi saat namanya makin rajin memenuhi notifikasi ponselku.
Oiya, perempuan ini memiliki dua ekor kucing, satu berwarna putih bersih, satu lagi berwarna oranye. Aku menyukainya. Dua kucingnya.
Tumblr media
0 notes