#bashoo | Explore Tumblr posts and blogs

nasrudinalhakimi627 · 3 years ago

Text

بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Faedah Hadits Hari ini:

عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اَللَّيْثِي قَالَ: "إِنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: 'إِنَّهَا سَتَكُوْنُ فِتْنَةٌ، فَقَالُوْا: "فَكَيْفَ لَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ وَكَيْفَ نَصْنَعُ؟" قَالَ: 'تَرْجِعُوْنَ إِلَى أَمْرِكُمُ الْأَوَّل'."

Dari Abu Wâqid al-Laitsi Rodhiyalloohu 'anhu, Ia Berkata, “Sesungguhnya Rosuululloohi ﷺ Bersabda: ‘Sesungguhnya Akan Terjadi Fitnah.’ Mereka Bertanya, "Bagaimana Dengan Kami Wahai Rosuulallooh? Apa Yang Harus Kami Lakukan?" Beliau ﷺ Bersabda, “Hendaklah Kalian Kembali Kepada Urusan Yang Pertama Kali.”

KETIKA TERJADI FITNAH HENDAKLAH KALIAN KEMBALI KEPADA URUSAN (AGAMA) YANG PERTAMA KALI

Teks Lengkap Hadits,

عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اَللَّيْثِي قَالَ: "إِنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَنَحْنُ جُلُوْسٌ عَلَى بِسَاطٍ: '(إِنَّهَا سَتَكُوْنُ فِتْنَةٌ)' قَالُوْا: "وَكَيْفَ نَفْعَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟" فَرُدَّ يَدَهُ إِلَى الْبِسَاطِ فأَمْسَكَ بِهِ فَقَالَ: '(تَفْعَلُوْنَ هَكَذَا)' وَذَكَرَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا: '(أَنَّهَا سَتَكُوْنُ فِتْنَةٌ)' فَلَمْ يَسْمَعْهُ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ ، فَقَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ: "أَلاَ تَسْمَعُوْنَ مَا يَقُوْلُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟" فَقَالُوْا: "مَا قَالَ؟" قَالَ: '(إِنَّهَا سَتَكُوْنُ فِتْنَةٌ)' فَقَالُوْا: "فَكَيْفَ لَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ وَكَيْفَ نَصْنَعُ؟" قَالَ: 'تَرْجِعُوْنَ إِلَى أَمْرِكُمُ الْأَوَّل'."

Dari Abu Wâqid al-Laitsi Rodhiyalloohu 'anhu, Ia Berkata, “Sesungguhnya Rosuululloohi ﷺ Bersabda, Sementara Kami Sedang Duduk-duduk Di Atas Sebuah Hamparan (Tikar), ‘Sesungguhnya Akan Terjadi Fitnah.’ Para Sahabat Bertanya, "Apa Yang Harus Kami Perbuat?" Lalu Beliau ﷺ Meletakkan Tangannya Ke Tikar Dan Memegangnya Dengan Kuat Lalu Bersabda, ‘Lakukanlah Seperti Ini!’ Suatu Hari Rosuululloohi ﷺ Menyebutkan Kepada Para Sahabatnya, ‘Sesungguhnya Akan Terjadi Fitnah.’ Tetapi Kebanyakan Sahabat Tidak Mendengarnya, Maka Mu’adz bin Jabal Radhiyalloohu 'anhu Berkata, "Apakah Kalian Tidak Mendengar Perkataan Rosulallooh?" Mereka Bertanya, "Apa Yang Disabdakan Rosuulillaah?" Beliau Bersabda, ‘Sesungguhnya Akan Terjadi Fitnah.’ Mereka Bertanya, "Bagaimana Dengan Kami Wahai Rosuulallooh? Apa Yang Harus Kami Lakukan?" Beliau ﷺ Bersabda, “Hendaklah Kalian Kembali Kepada Urusan Yang Pertama Kali.”

TAKHRIJ HADITS

Hadits Ini Shohîh. Diriwayatkan oleh : ath-Thobroni dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 3307) dan dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 8679). ath–Thohawi dalam Syarh Musykilil Âtsâr (III/221, no. 1184). Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shohîhah (no. 3165), Bashoo-iru Dzawi Syaraf bi Syarhi Marwiyâti Manhajis Salaf (hlm. 146) karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali.

SYARAH HADITS

Yang Dimaksud dengan, “Kembali Kepada Urusan Yang Pertama Kali” ialah Kembali Kepada Al-Qur’ân dan As-Sunnah Menurut Pemahaman Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum. Nabi ﷺ Meninggalkan Al-Qur’ân dan As-Sunnah Kepada Ummat Islam. Namun Setiap Firqoh yang Sesat Mengakui bahwa Mereka Berpegang kepada Al-Qur’ân dan As-Sunnah, baik Syi’ah, Khowarij, Mu’tazilah, Murji’ah, dan Firqoh-firqoh Sesat Lainnya. Maka Harus Ada Tolok Ukur Yang Jelas dalam Pernyataan Berpegang Kepada Al-Qur’ân dan As-Sunnah Tersebut Menurut Pemahaman Siapa??? Karena Kalau Menurut Pemahaman Masing-masing Golongan atau Ro’yu atau Pendapat Para Tokoh, Maka Yang Terjadi adalah Seperti Yang Kita Lihat Sa'at Ini, yaitu Akan Timbul Ratusan Pemahaman bahkan Bisa Ribuan Pemahaman dan Perpecahan Di Tengah Kaum Muslimin, dan Hal Ini Akan Terus Bertambah. Alloohul Musta’ân.

Nabi ﷺ Memberikan Jalan Keluar Dari Fitnah itu, yaitu Dengan Kembali Kepada Agama Islam, Yang Bersumber Kepada Al-Qur’ân dan As-Sunnah Menurut Pemahaman Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum. Oleh karena itu, Kita Berusaha Dalam Dakwah Ini Untuk Mengembalikan Ummat Kepada Al-Qur’ân dan As-Sunnah Menurut Pemahaman As-Salafush Shoolih Yang Merupakan Satu-satunya Pemahaman Yang Benar, Karena di Sa'at Ini bertambah Banyak Pemahaman yang Menyimpang Sehingga Kaum Muslimin Bertambah Jauh Dari Agama Yang Benar. Mereka bertambah bingung karena Banyaknya Pemahaman dan Aliran yang Sesat. Akibatnya, Terjadi Perpecahan, Perselisihan, Pertikaian, dan Malapetaka, bahkan Sampai kepada Pertumpahan Darah. Alloohul Musta’ân nas-alulloohal ‘afwa wal ‘âfiyah!

Jalan Menuju Keselamatan dan Kejayaan Ummat Islam Telah Dijelaskan dalam Al-Qur’ân dan As-Sunnah yaitu Dengan Mentauhidkan Alloohu 'Azza wa Jalla , Menjauhkan Syirik, Melaksanakan dan Menghidupkan Sunnah dan Menjauhkan Bid’ah, Melaksanakan Keta'atan Kepada Alloohu 'Azza wa Jalla dan Rosul-Nya dan Menjauhkan Larangan-larangan-Nya. Dan Tentunya Untuk Dapat memahami Islam Dengan Benar, Mentauhidkan Alloohu تعالى Dengan Benar, dan Melaksanakan Sunnah Dengan Benar, Kita Wajib Kembali Kepada Pemahaman Yang Benar Yang Telah Mendapat Jaminan Dari Alloohu تعالى dan Rosul-Nya. Kita Wajib Berpegang Teguh Dengan Pemahaman As-Salafush Shoolih. Kita Wajib Kembali Kepada Pemahaman Generasi Terbaik Dari Ummat Ini Yaitu Pemahaman Para Sahabat . Kita Wajib Beragama Menurut Cara Beragamanya Para Sahabat, Bukan Beragama Mengikuti Nenek Moyang, Bukan Mengikuti Tokoh-tokoh Masyarakat, Bukan Mengikuti Kyai, Habib, Ustadz, Tuan Guru dan Yang Lainnya.

Rosuulullloohi ﷺ Memerintahkan Kita Untuk Mengikuti Pemahaman dan Cara Beragama Para Sahabat . Beliau ﷺ Bersabda:

... فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْـخُلَفَاءِ الْـمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ،

تَـمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُـحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُـحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

… Maka Wajib Atas Kalian Berpegang teyguh Kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafâ-ur Roosyidîn Yang Mendapat Petunjuk. Peganglah Erat-erat dan Gigitlah Dia Dengan Gigi Geraham Kalian. Dan Jauhilah Oleh Kalian Perkara-perkara Yang Diada-adakan (Dalam Agama), Karena Sesungguhnya Setiap Perkara Yang Diada-adakan Itu adalah Bid‘ah, dan Setiap Bid‘ah Itu adalah Sesat.[1]

Sabda Beliau ﷺ di atas terdapat Perintah Untuk Berpegang Teguh dengan Sunnah Rosuululloohi ﷺ dan Sunnah Khulafâ-ur Roosyidîn Radhiyalloohu 'anhum Sepeninggal Beliau ﷺ. Sunnah adalah Jalan Yang Dilalui, Termasuk Di Dalamnya Berpegang Teguh Dengan Keyakinan-keyakinan, Perkataan-perkataan, serta Perbuatan-perbuatan Nabi ﷺ dan Para Khulafâ-ur Roosyidîn Radhiyalloohu 'anhum. Itulah Sunnah Yang Paripurna. Oleh karena itu, Generasi Salaf Dahulu Tidak Menamakan Sunnah, Kecuali Kepada Apa Saja Yang Mencakup Ketiga Aspek Tersebut. Hal ini Diriwayatkan dari al-Hasan, al-Auzâ’i, dan Fudhoil bin ‘Iyâdh.[2]

Keempat Kholifah Tersebut disebut Roosyidîn karena Mereka Mengetahui Kebenaran dan Memutuskan Segala Perkara Dengan Kebenaran. Perintah Nabi ﷺ Untuk Mengikuti Sunnah Beliau ﷺ dan Sunnah Khulafâ-ur Roosyidîn Setelah Perintah Mendengar dan Ta'at kepada Ulil Amri adalah Bukti bahwa Sunnah Para Khulafâ-ur Roosyidîn Harus Diikuti Seperti Halnya Mengikuti Sunnah Nabi ﷺ . Ini Tidak Berlaku bagian Sunnah Para Pemimpin Selain Khulafâ-ur Roosyidîn Radhiyalloohu 'anhum.[3]

Ini Menunjukkan bahwa Kita Wajib Berpegang Kepada Al-Qur’ân dan As-Sunnah Menurut Pemahaman As-Salafush Shoolih. Seseorang –Siapa Pun Dua– Tidak Boleh Mengatakan, “Ya, Boleh-boleh Saja Orang Berpegang Dengan Pemahaman Apa Saja.” Sebab, Nabi ﷺ Memerintahkan Kita Untuk Berpegang Teguh Kepada Sunnah Beliau ﷺ dan Sunnah Khulafâ-ur Roosyidîn. Kewajiban Kita adalah Mengikuti Manhaj (Cara Beragama) Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum, Karena Alloohu 'Azza wa Jalla Menyebutkan Dalam Al-Qur’ân Tentang Wajibnya Kita Mengikuti Mereka.

Alloohu 'Azza wa Jalla Berfirman :

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.

"Maka Jika Mereka Ber-Iman Kepada Apa Yang Kamu Telah Ber-Iman kepada-nya, Sungguh, Mereka Telah Mendapat Petunjuk; Dan Jika Mereka Berpaling, Sesungguhnya Mereka Berada Dalam Permusuhan (Dengan Kamu). Maka Allooh Akan Memelihara Kamu Dari Mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui". [al-Baqoroh/2:137]

Alloohu 'Azza wa Jalla Berfirman :

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.

"Dan Barangsiapa Menentang Rosul (Muhammad) Setelah Jelas Kebenaran Baginya, Dan Mengikuti Jalan Yang Bukan Jalan Orang-orang Mukmin, Kami Biarkan Dia Dalam Kesesatan Yang Telah Dilakukannya Itu Dan Akan Kami Masukkan Dia Ke Dalam Neraka Jahannam, Dan Itu Seburuk-buruk Tempat Kembali. [an-Nisâ’/4:115]

Kholifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rohimahullooh Mengatakan, “Rosuulullohi ﷺ dan Para Pemimpin Sepeninggal Beliau ﷺ Telah Menetapkan Sunnah-Sunnah. Mengambil Sunnah-Sunnah Tersebut Berarti Berpegang Teguh Kepada Kitabullooh dan Kekuatan Di Atas Agama Alloohu تعالى. Siapa pun Tidak Berhak untuk Mengganti Sunnah-Sunnah Tersebut, Merubahnya, dan Melihat Perkara-perkara Yang Bertentangan Dengannya. Barangsiapa Berpetunjuk Dengan-Nya, Ia Mendapatkan Petunjuk. Barangsiapa Meminta Pertolongan Dengan-Nya, Ia Akan Ditolong. Barangsiapa Meninggalkannya dan Mengikuti Selain Jalan Kaum Mukminin, Alloohu 'Azza wa Jalla Menguasakannya Kepada Apa Yang Dia Kuasakan Kepadanya dan Memasukkannya Ke Dalam Neraka Jahannam Yang Merupakan Tempat Kembali Yang Paling Buruk.”[4]

Imam Ibnu Abi Jamroh rohimahullooh Mengatakan, “Para Ulama Telah Berkata Mengenai Makna Firman Alloohu 'Azza wa Jalla , “Dan Mengikuti Jalan Yang Bukan Jalan Orang-orang Yang Ber-Iman,” Yang Dimaksud adalah (Jalan) Para Sahabat Generasi Pertama Karena Mereka adalah Orang-Orang Yang Mengambil Kitab Wahyu Langsung Melalui Diri-diri Mereka dan Mereka Mengobati Musykilah (Ketidakjelasan) Yang Terjadi Dalam Diri Mereka Dengan Bertanya (Kepada Rosuululloohi ﷺ) Secara Baik, Maka Beliau ﷺ Menjawab Pertanyaan Mereka Dengan Sebaik-baik Jawaban dan Menjelaskan Kepada Mereka Dengan Penjelasan Yang Paling Sempurna, Sehingga Mereka pun Mendengarnya, Memahaminya, Mengamalkannya, Memperbaikinya, Menghafalnya, Menetapkannya, Menukilnya, dan Membenarkannya. Mereka Memiliki Keutamaan Yang Agung Atas Kita. Sebab, Karena Merekalah, Tali Kita Dihubungkan Dengan Tali Nabi Muhammad ﷺ dan Dengan Tali (Alloohu تعالى) Penolong Kita 'Azza wa Jalla.”[5]

Ayat Ini Menunjukkan bahwa Menyalahi Jalannya Kaum Mukminin sebagai Sebab Seseorang Akan Terjatuh Ke Dalam Jalan-Jalan Kesesatan dan Diancam dengan Masuk Neraka Jahannam. Ayat Ini juga Menunjukkan bahwa Mengikuti Rosuululloohi ﷺ adalah Sebesar-besar Prinsip Dalam Islam Yang Berkonsekwensi Wajibnya Ummat Islam Untuk mengikuti jalannya kaum Mukminin. Jalan Kaum Mukminin Pada Ayat Ini adalah Keyakinan, Perkataan, dan Perbuatan Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum. Karena, Ketika Turunnya Wahyu Tidak Ada Orang Yang Ber-Iman Kecuali Para Sahabat, Seperti Firman Alloohu 'Azza wa Jalla :

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ.

"Rosul Telah Ber-Iman Kepada Al-Qur’ân Yang Diturunkan Kepadanya Dari Robbnya, Demikian Pula Orang-orang Yang Ber-Iman". [al-Baqoroh/2:285]

Orang-orang Mukmin Ketika Itu Hanyalah Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum, tidak ada yang lain. Ayat Di Atas Menunjukkan bahwa Mengikuti Jalan Para Sahabat dalam Memahami Syari’at adalah Wajib dan Menyalahinya adalah Kesesatan.[6]

Alloohu 'Azza wa Jalla Berfirman :

ِ وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

"Dan Sungguh, Inilah Jalan-Ku Yang Lurus. Maka Ikutilah! Janganlah Kamu Ikuti Jalan-Jalan (Yang Lain), Yang Akan Mencerai-beraikan Kamu Dari Jalan-Nya. Demikianlah Dia Memerintahkan Kepadamu Agar Kamu Bertakwa.[al-An’âm/6:153]

Abdullooh bin Mas’ûd Rodhiyalloohu 'anhu Berkata :

خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيْلُ اللهِ مُسْتَقِيْمًـا، وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَذِهِ سُبُلٌ ]مُتَفَـِرّقَةٌ[ لَيْسَ مِنْهَا سَبِيْلٌ إِلَّا عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ، ثُمَّ قَـرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَـى: وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

"Rosuulullloohi ﷺ Membuat Garis Dengan Tangannya Kemudian Bersabda, ‘Ini Jalan Allooh Yang Lurus.’ Lalu Beliau ﷺ Membuat Garis-garis Di Kanan Kirinya, Kemudian Bersabda, ‘Ini Adalah Jalan-Jalan Yang Bercerai-berai (Sesat) Tak Satu Pun Dari Jalan-Jalan Ini Kecuali Di Dalamnya Terdapat Setan Yang Menyeru Kepadanya.’ Selanjutnya Beliau ﷺ Membaca Firman Alloohu 'Azza wa Jalla,

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Dan Sungguh, Inilah Jalan-Ku Yang Lurus, Maka Ikutilah! Jangan Kamu Ikuti Jalan-Jalan (Yang Lain) Yang Akan Nencerai-beraikan Kamu Dari Jalan-Nya. Demikianlah Dia Memerintahkan Kepadamu Agar Kamu Bertakwa.” [al-An’âm/6:153][7]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullooh Berkata, “Apabila Orang Berakal Yang Menginginkan Perjumpaan dengan Alloohu Azza wa Jalla Memperhatikan Permisalan Ini dan Memperhatikan Keadaan Semua Kelompok Dari Kalangan Khowârij, Mu’tazilah, Jahmiyyah, Roofidhoh, serta Ahli Kalam Yang Mendekati Ahlus Sunnah seperti Karromiyyah, Kullâbiyyah, al-Asy’ariyyah, dan Selain Mereka, bahwa Setiap Dari Mereka Memiliki Jalan Yang Keluar Dari Apa-apa Yang Telah Ditempuh Oleh Para Sahabat dan Ulama Ahli Hadits, Dan Setiap Dari Mereka Menyangka bahwa Jalan Merekalah Yang Benar, Niscaya Orang Yang Berakal Akan Mendapati Bahwa Merekalah (Firqoh-firqoh Tersebut) Yang Dimaksud Dalam Permisalan Ini, Yang Diumpamakan oleh al-Ma’shûm (Rosuululloohi ﷺ ), Yang Beliau ﷺ Tidak Berbicara Dari Hawa Nafsunya, Melainkan Wahyu Yang Diwahyukan Kepadanya.”[8]

Perkataan Syaikhul Islam Ini Menjelaskan bahwa Setiap Firqoh (Golongan) Yang Menyimpang dan Menyempal Dari Shirothol Mustaqim, Mereka (Setiap Golongan Itu) Mendakwahkan Dirinya Di Atas Kebenaran dan Setiap Golongan Berbangga Dengan Golongannya. Sesungguhnya Mereka Pada Hakikatnya, Jelas-jelas Tidak Berada Di Atas Jalan Kebenaran Karena Prinsip ‘Aqidah, Ibadah, dan Manhaj Mereka Berbeda Dengan Prinsip dan Manhajnya Para Sahabat .

Sebagaimana Disebutkan Dalam Atsar Di Atas Ketika Menjelaskan Ayat Di Atas bahwa Setiap Jalan Yang Telah Ditempuh Oleh Setiap Golongan Mesti Ada Setan Yang Mengajak Kepadanya. Rosuulullloohi ﷺ Menjelaskan Hanya Ada Satu Yang Selamat, Yang Kita Wajib Mengikutinya yaitu Jalan Yang Telah Ditempuh Oleh Rosuululloohi ﷺ dan Para Sahabatnya Radhiyalloohu 'anhum. Itulah Jalan Golongan Yang Selamat.

Kita Wajib Kembali Kepada Urusan Pertama Kali, yaitu Kita Wajib Beragama Menurut Cara Beragamanya Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum. Mereka adalah Para As-Salafush Shoolih Yang Dijamin Surga Oleh Alloohu تعالى. Kalau Kita Ingin Masuk Surga Maka Wajib Mengikuti Jejak, Pemahaman, dan Pengamalan Para Sahabat Radhiyalloohu 'anhum.

Mengikuti Pemahaman dan Cara Beragama Para Sahabat Merupakan Jalan Keluar (Solusi) Dari Berbagai Macam Fitnah, Perpecahan, Perselisihan, Pertikaian, dan Permusuhan Di Antara Kaum Muslimin.

Mudah-mudahan Kita Dijauhkan Dari Berbagai Macam Fitnah dan Mudah-mudahan Alloohu تعالى Memberikan Kepada Kita Hidayah Taufiq Dan Istiqomah Di Atas Manhaj As-Salafush Shoolih.

_______

Footnote

[1] Shohih: HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dâwud (no. 4607, ini lafazhnya) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Dârimi (I/44), al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah (I/205), dan Dishohihkan oleh al-Hâkim (I/95) serta Disepakati oleh adz-Dzahabi, dari Shohabat ‘Irbâdh bin Sâriyah Radhiyalloohu 'anhu. Lihat Irwâ-ul Gholîl (no. 2455).

[2] Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam(II/120).

[3] Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam (II/121).

[4] Tafsiir Ibni Abi Hâtim ar-Roozi (III/140, no. 6002) cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah dan ad-Durrul Mantsûr(II/393).

[5] Dinukil dari Da’watunâ al-Kitab was Sunnah ‘ala Manhajis Salaf (hlm. 45), karya Syaikh al-Albâni rohimahullooh, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi.

[6] Lihar Bashoo-ir Dzawii Syarof bi Syaroh Marwiyyati Manhajis Salaf (hlm. 54).

[7] Shohih : HR. Ahmad (I/435, 465), ad-Dârimi (I/67-68), al-Hâkim (II/318), dan al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah(no. 97), Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Zhilâlul Jannah fî Takhrîjis Sunnah libni Abi ‘Âshim (no. 17). Tafsir an-Nasa-i (no. 194).Adapun tambahan (Mutafarriqatun) Diriwayatkan oleh Ahmad (I/435).

[8] Naqdul Mantiq (hlm. 49).

والله تعالى أعلم بالصواب،

والحمد لله رب العالمين.

Semoga Bermanfaat. Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.

0 notes