Tumgik
#belajarmalam
aiyasmina · 4 years
Text
Seperti Ustadzah, Bukan?
Ini cerita lama. Teringat karena terjaga. Malam belajar, di belakang gedung bersebelahan dengan kantin santri. Usai berkuliah, menanggal sepatu menyimpan buku dan tentu mencuci tangan, merapihkan diri yang lusuh lelah berfikir. Andai aku egois, mungkin lebih baik bercanda dengan bantal dan gegulingan, otak perlu istirahat. Tapi, mari berkreasi dengan sapaan dan candaan mereka.
Satu-dua berkeliling, sesekali berhenti, bahkan mungkin lebih banyak berhenti, mendengar celotehan, salam, tawa, hingga pintaan mereka yang terkadang nyeleneh, hingga mungkin tak masuk akal, tak sedikit tawa terurai tiap malam. Dengan tongkat sakti yang selalu mengusir setan pembawa kantuk, kembali aku menjelajahi dunia mereka.
Hingga ada satu hal unik kala itu. Anak dengan satu kata nama saja. Unik memang, tapi mungkin itu membuatnya mudah dikenali banyak kawan. Ia datang ceria mengulurkan tangan, membawa buku pelajaran Tarikh Islam kala itu, usai cium tangan, dengan bangganya ia menunjukkan satu hal
“Ustadzah, lihat apa yang beda dari ana”, pintanya merajuk. Bak anak beradu pada sang ibu
Aku tersenyum, sedikit menaikkan kedua alisku. Bergumam, ada apa?
Tentu aku lirik dirinya yang masih menunggu jawabku. Tak ada yang aneh darinya. Jilbab baruka? Bersih kah? Alhasil, aku tak bersua jawabnya
Dia tersenyum bangga, menyipitkan matanya, layaknya bangga aku tak mampu menebak akal uniknya. Lantas dia bersorai seraya merapihkan jilbabnya,
“Ustadzah, lihat, himar (jilbab) ana sudah panjang, kayak ustadzah, bukan? Banyak jarumnya sampai bawah, jadi tertutup, sudah kayak ustadzah, bukan?”
Aku terdiam, lantas tersenyum lebar. Hebat.
Sontak kawan-kawan yang datang hendak menyapaku pun ikut menyorakkannya. Bahkan menggodanya, cukup menyenangkan.
Tanpa kusadari, hal itu masih terngiang. Benar apa kata nasehat tetua kyai dulu, kita memang akan selalu menjadi contoh, tauladan, tidak hanya itu, melebih daripada tujuan. Bukankah lebih baik mereka menjadi lebih baik dari kita?
Aku tertawa menimpali, lantas bersendau gurau sembari melanjutkan keliling malam kala itu. Terima kasih, Nak..
0 notes
diajeng-yulie · 7 years
Photo
Tumblr media
Ijah dandan pake kerudung. Mau pre-test kyk mau ke emoooool 😂😂😂 . #penyegaranInstrukturNasionalPKB #sesimalam #belajarmalam #belajarterusbiardapetpiala #pupuranbenketokayu #pupursingkandelmenunjukkanjiwayangsetrooong (at P4TK Bahasa Jl.Gardu Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan)
0 notes
hmuyassar · 9 years
Text
Tawadhu
“Apa itu Tawadhu? silakan tuliskan jika perlu” begitulah guru tersebut mengawali pelajaran.
murid yang mendengarnya termenung. dan baru bergerak kemudian ketika diintruksikan untuk berdiskusi. 
setelah kemudian berdiskusi, masing-masing kelompok mengutarakan hasil diskusinya.
seorang murid terpekur dari sejak pertanyaan itu terucap hingga kemudian guru tersebut sendiri menjelaskan. Benaknya berputar.
Tawadhu? Rendah hati. what else?
“Menurut Hasan Bashri, tawadhu itu adalah ketika seseorang  keluar dari rumahnya, kemudian ia bertemu dengan tetangganya dan sudaranya, kemudian ia menganggap orang tersebut lebih mulia daripada dirinya.” guru tersebut tersenyum arif, kemudian menambahkan, “Dihadapan Allah.”
semua murid di kelas tersebut bungkam. mendengarkan dengan seksama. dengan penjelasan panjang lebar, guru tersebut melanjutkan, salah satu yang berhasil ditangkap dan ditulis oleh murid yang sedari tadi terpekur itu;
“Tawadhu itu tidak mungkin tanpa husnudzhan. Dimana husnuzhan sendiri adalah;
Ketika tidak membuat ‘bingkai’ terhadap orang lain.
Ketika mencari seribu satu alasan untuk memahami dan memaklumi orang lain.
Dengan begitu tidak akan tercipta perasaan lebih baik daripada orang lain di hati.”
Karena kita selalu berprasangka akan kebaikan bagi orang lain, bahwa orang lain lebih mulia daripada kita. DihadapanNya.
“Dan itu sungguh tidak mudah. Sangat tidak mudah.” 
“Tapi kita belajar. Bersama-sama. “
suasana kelas masih hening, dengan tenang guru tersebut masih melanjutkan, “Tidak ada yang tahu kebaikan manakah yang akan diterima. Sebagai manusia yang banyak kesalahan dan dosa, maka kita perlu melakukan hal-hal yang bisa mengakselerasi doa kita.”
Maka lakukanlah sebanyak mungkin kebaikan. baik itu untuk hubungan vertikal, maupun hubungan horizontal.
“Membaca quran, mengingatkan, dan yang paling mudah namun besar pahalanya adalah....
terus mendoakan meskipun orang yang didokaan tidak tahu tentang doa tersebut... menyebutkan sederet nama dalam setiao doa meskipun tidak ada yang tahu”
Dan terakhir, seperti biasa, yang menjadi khas guru tersebut adalah menggunakan kata-kata ajakan dalam kata-kata penutupannya. “Jadi, ayo... kita sama-sama belajar, merendahkan diri dalam rangka mendekatkan diri...
ayo... sekarang... kita sama-sama berdoa, menuundukkan hati dan merendahkan diri di hadapanNya. Silakan Do’akan apapun yang paling kalian inginkan... “
Pelajaran ditutup. murid-murid bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat isya. sementara murid tadi berjalan gontai, benaknya masih termenung.. seolah mengambang dalam lautan kata-kata dri sang guru. kemudian sambil melangkah, ia pun memantapkan diri,, menyiapkan sederet doa berisikan nama-nama untuk ia lantunkan sehabis shalat. menyiapkan hati untuk merunduk setiap bertemu dengan saudaranya.
1 note · View note
aliyahani-blog · 9 years
Photo
Tumblr media
Saya nikah waktu belum lulus dan sangat mendadak bagi keluarga saya. Lantas apa yang membuat Papa akhirnya ngizinin saya nikah. Saya sodorin hadis ini. Alhamdulillah ampuh. Hehe Tidak sepatutnya seorang wali atau orangtua menghalangi putrinya untuk menikah ketika sudah ada pemuda saleh yang meminangnya. #menikah #hadis #belajarmalam #bacabuku #hadishadispilihan #refreshing #metime
51 notes · View notes