Text
KISAH AKHIR TENTANG KAMU
Hai, ini aku
Beberapa bulan ini aku kira sudah bisa melupakan kamu
Nyatanya itu hanya angan semu
Hingga sampai kemarin malam
Aku masih berharap kamu tenggelam
Dihujam rasa sakit yang terdalam
Sampai kemarin aku menangis lagi
Kemudian aku berdoa bersujud karena terinsipirasi sebuah postingan, meminta kepada empunya langit
Petunjuk tentang kamu, lagi dan lagi
Aku bahkan menerka Tuhan sudah muak
Tapi Dia Tuhan, tidak bisa muak bukan ?
Tapi sesuatu yang lucu kau tau
Aku meminta yang baik dengan hijau dan putih
Dan yang buruk dengan merah dan hitam
Aku mengikutinya tahap demi tahap, katanya petunjuk itu datang lewat sebuah mimpi
Ya di bagian ini yang membuatku terkesiap
Begitu aku bersiap tidur, dan mengirim jiwaku sejenak ke alam mimpi
Doaku terjabah
Aku melihatmu begitu separuh jiwamu, hitam dan merah
Lalu aku mengingat lagi katanya tidak sampai tujuh hari, InsyaaAllah terjabah, lanjutkan saja terus
Kemudian aku berpikir, lalu tertawa
Untuk apa meminta petunjuk lagi jika sudah tau arah jalannya
Tuhan terima kasih karena selalu mendengarkan ocehan memaksa dan keras kepala Hamba-Mu ini
Sekarang tenang saja
Aku sudah mengerti
Terima kasih senjaku, sekarang dirimu sudah benar benar tenggelam
Kamu tidak akan muncul dimanapun lagi mulai sekarang
Sudah sampai disini saja
Aku tutup ya
Aku sudah ikhlas
12 notes
·
View notes
Text
Senja
Perihal senjaku dan senjamu dalam artian peraduan yang berbeda.
Bisa saja, bahwa apapun yang kamu mau bukan menjadi apa yang aku ingin.
Lalu dimanakah senja yang dulu sering kita ceritakan ?
Hingga lupa bahwa cerita malam kita berbeda.
Ahh sudahlah ini hanya perihal senjaku dan senjumu saja bukan...
16 notes
·
View notes
Text
Sangrindu
Langkahku mungkin semakin jauh
Hatimu mungkin tertutup sudah untuk aq
Namun tetaplah ada dalam bentuk apapun yang kamu inginkan
Biarkan aq tetap tahu tentang mu dan keberadaan mu Sangrindu
Waktu kita semakin senja
Biarkan aku melewati sisa sisa waktu senjaku tetap menatapmu dan mengenangmu dari kejauhan
Aq selalu menyimpan namamu dan hanya namamu dalam hatiku
Meski kamu menganggapku main main
Tapi tak apa Sangrindu
Aq mau kamu selalu bahagia
Jika bahagia mu bukan aku , tak apa
Tapi biarkan aq tetap melihatmu dan tahu keberadaanmu dari jauh dan selalu tahu kamu baik baik saja ...
6 okt 2024
Aq merindumu
0 notes
Text
RAHMAT
Ya Rabb, setelah Engkau memilihku dari milyaran manusia di bumi, menjadi orang-orang yang beriman kepadaMu juga bertauhid, bukan karena usahaku, namun semata karena rahmatMu, jangan biarkan aku dengan kebodohanku dan kelalaianku menceburkan jiwaku ke dalam fitnah dan kubangan dosa, menawarkan diriku sendiri kepada neraka sebagai kayu bakarnya.
Setan datang menakut-nakutiku bahwa aku tidak pantas berada di sini, bahwa aku tidak berhak surgaMu, bahwa aku lebih baik mati daripada terus menerus menambah kesalahanku. Namun aku masih ingin beribadah di hadapanMu. Masih ingin merintih di dalam sujudku. Masih ingin mempersembahkan amalan terbaikku. Aku hendak bertakwa kepadaMu semampuku. Sepenghabisan darahku. Sejauh langkah kakiku. Hingga datang senjaku. Hingga selesai napasku.
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَیۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنۡ هَمَزَ ٰتِ ٱلشَّیَـٰطِینِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن یَحۡضُرُونِ
0 notes
Text
Bumi ini aku sementara langit itu kamu, Samudra. Aku habiskan senjaku dengan secarik kertas yang temani hanya untuk tulis sajak tentangmuㅡhingga kepulan asap di cangkirku habis tertiup oleh angin lantaran jemariku terlalu sibuk beradu dengan pena. Sedangkan kamu habiskan senjamu dengan teman-temanmuㅡsemakin perjelas tapak si iri lantaran aku tak mampu buatmu tertawa sebagaimana yang mereka lakukan. Aku ini bukan apa-apa kecuali si budak cinta yang tengah belajar mengais kata untuk curi hatimu. Berlatarbelakangkan jingga, siapa tahu inspisari berkawan. Hampir mati dalam keheningan yang tak berujung, manakala tak bisa ciptakan apapun kecuali garis yang sukses gulung kewarasan. Samudra, katakan padakuㅡjikalau bukan dengan ‘aku cinta kamu’, lantas bagaimana aku harus mengakhiri sajak ini?
0 notes
Text
Senja, diluar hujan.
di kamarku juga, sedang turun hujan lokal. dari mataku.
sayangnya, tidak bisa kamu lihat.
sebenarnya aku tidak mau lagi menangisi semuanya, Senja. tapi aku bisa apa? hatiku tak sekuat itu ternyata.
katamu perjuangan itu harus sampai akhir. aku masih berjuang sampai titik ini. aku berjuang menuju akhir, seperti katamu. tapi sampai penghujung ini, aku tak sekali pun menemukanmu. —Senja, apakah ini akhirnya? apakah tanpa kamu adalah akhir dari semuanya?
–
Jingga. 200131
#jingga#tulisan jingga#tentang jingga#dari jingga yang sering gamang#tulisan#tulisan patah lagi#kata#kata kata#katacinta#kata luka#halu berujung pilu#halusinasi#tentang aku#tentang cinta#tentang kamu#tentang dia#pada senja yang membawamu pergi#tentang senja#senja#bukan senjaku#puisi cinta#puisiindonesia#puisi hati#puisi patah hati#sajak patah#sajaksendu#sajakrasa#patah hati#sajakcinta#sajakrindu
3 notes
·
View notes
Text
Dunia Dengan Waktu Seperti Lingkaran
Di dunia itu, waktu bergulung dan mengulang setiap peristiwa. Tak ada yang benar-benar berlalu, semuanya kembali memutar seperti bianglala di taman bermain. Ya, kita seperti sedang bermain, senang, tertawa, bahagia, takut, tangis itu terulang kembali berkali-kali.
Ada yang menyangka dirinya mengalami Dejavu, tetapi sebenarnya ia mengulang cerita di waktu yang lalu. Samar-samar ingatan itu muncul dipermukaan, seperti kecambah, ia menampakkan diri setengah wujud.
Segala bentuk sumpah serapah antara dua pasangan yang akhirnya berpisah, persekongkolan, kebohongan, upaya saling membantu dan segala bentuk interaksi dengan orang lain, hanya berakhir, tapi bukan berarti ia tak akan terjadi lagi. Sementara kita lupa, lalu kejadian itu kembali.
Seperti lingkaran, waktu itu berputar, kita menikmati satu kejadian yang sama namun dengan perasaan yang berbeda.
.
.
@nidzomizzuddien
5 notes
·
View notes
Text
28 September -
# Tentang janji.
Jika memang alasannya tidak bisa berjanji karena suatu hari akan ingkar. Maka, terima kasih jadi gagal.
Orang - orang berjanji karena yakin suatu hal. Tapi yakinnya bukan berarti sesuatu yang pasti. Mereka akan yakin karena percaya bahwa dengan janji mereka tetap akan berusaha menepati.
Kalau memang menunggu kepastian diri untuk dapat berjanji, maka selamat tenggelam dalam keraguan abadi. Kamu tak akan menemukannya.
## Tentang Hati
Tuhan itu maha membolak-balikkan hati. Apa yang menyenangkan hati hari ini, mungkin besok akan berbeda lagi. Tapi, selepas berjanji satu akan ingat bahwa satu harus menepati dan berusaha perlahan-lahan kesana.
Kalau memang menunggu hati merasa pasti, maka itu tak akan terjadi. Setiap sesuatu butuh komitmen, tidak ada sesuatu yang pasti.
Seorang seniman tetap melukis karena ia berjanji, seorang perempuan tetap setia karena ia berjanji, Seorang ayah tetap bekerja karena ia berjanji. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi mereka berjanji dengan tekad agar berporos pada usaha menepati.
Anyway, Selamat Pagi, dan selamat menikmati kehilangan atas cita-cita, atas orang-orang, atas kebahagiaan karena kamu gagal untuk berjanji — bahwa walaupun hati penuh ragu, akan tetap berusaha menepati.
# Ini Berdua
Jangan janji sendiri. Jangan janji kepada seseorang yang tidak bisa berjanji.
Dan jangan, jangan sekalipun berusaha mendapatkan hati mereka yang menyampaikan penuh ragu bahwa ia akan berusaha menepati.
Memang manis cerita tentang perjuangan untuk mendapatkan seseorang. Tapi ini bukan permainan, ini tentang kesepakatan dua orang manusia. Untuk saling berjanji.
Tidak semua perjuangan akan berakhir manis, beberapa cerita justru berakhir lebih perih dari luka dan jeruk nipis.
Jangan janji sendiri kalau itu hubungan. Karena hubungan tidak pernah tentang sendiri, tapi tentang dua orang yang berjanji.
# Di Lain Hari
Dan iya, hubungan berakhir putus. Bukan karena putus, tapi kamu yang selalu percaya bahwa semua hubungan akan berakhir putus.
Sudah kubilang, ini rasa, bukan kafe. Kau tak bisa pergi sebegitu saja seperti tamu, memesan hati untuk menemukan kenyamanan, dan selepas itu memutuskan pergi mencari kafe baru lagi.
Sayangnya, kalau memang hanya singgah sebentar dan menjadi bagian dari sebuah perjalanan, itu tidak apa-apa. Hati dengan sebegitu beratnya akan berusaha mengikhlaskan untuk pergi.
Tapi di lain hari, jika ada seseorang yang berusaha menyentuh inti jantungmu. Kau harus belajar bahwa setiap hubungan bukan hanya tentang perasaan, tapi tentang kesetiaan dan usaha untuk tetap bersama — walaupun badai menyerang dan mencintai terasa menyakitkan.
Tidak apa-apa, rokok di jariku sudah padam. Ini batangan terakhir sebelum kuputuskan untuk berhenti menghirup sebatang lagi. Tentang senjaku, bulanku, matahariku biarkan sekarang kukerjakan sendiri.
Jika suatu saat kau temukan aku sendiri di persimpangan jalan, anggap saja aku orang asing yang hanya pernah kau lihat di layar tivi. Tidak usah menyapa, tidak usah bercerita bahwa aku dan kau pernah adalah kita.
9 notes
·
View notes
Text
Selaksa Niskala
Entah harus darimana aku memulai kisah ini. Kisah yang kemarin sudah aku kubur dalam-dalam. Berharap cerita itu tidak akan pernah muncul dan menggangguku lagi. Namun semesta berkata lain. Ia kembali memunculkan kenangan lama yang sudah mati-matian aku berusaha lupakan. Selaksa peristiwa. Bermacam-macam jenisnya hingga aku lupa, sudah sampai mana aku berhasil melewatinya?
Pengirim dialog senjaku yang dulu selalu aku nantikan. Sudah lama sekali tidak aku dapati lagi satupun pesan senja itu mendarat di ruang obrolan. Lama sekali sampai ronanya berubah jadi langit mendung dengan tumpukan tebal awan-awan. Namun, semesta selalu punya cara untuk tidak memberikan langit mendung terus-menerus di dalam lembar kehidupan. Senja itu kembali menyala, tapi belum tentu akan jadi sebuah harapan. Menyapaku, lalu kembali memantulkan sinar yang sedikit menggetarkan sukma. Tapi senja itu berbeda. Bukan dari orang yang sama.
Dia. Dia datang lagi.
Setelah dunianya terpenuhi dengan dahaganya yang selalu haus untuk diisi, mengelilingi gunung dan lembah, langkah demi langkah. Menapaki hutan belantara dengan penuh rasa penasaran yang membabi-buta. Setelah ia lelah berjalan mengarungi samudera mencari apa yang sebenarnya tidak patut dicari, yang ternyata pada akhirnya tak kunjung jua mendapati rumah. Kamu berhenti tepat di lembar kehidupanku yang baru saja aku berusaha bangun sendiri setelah sebelumnya runtuh berantakan, aku merapikannya sekali lagi meski sudah berkali-kali rasakan lelah.
Apa kabar? Lama tidak bersua. Aku berharap kamu baik-baik saja.
Seperti yang aku lihat. Kamu tidak berubah. Kebiasaanmu. Dan caramu memperlakukanku dengan sangat hati-hati. Pertanyaan sama yang itu-itu saja selalu mendarat tepat di kepala, menimbulkan tanya membekaskan lara. Dan aku? Masih seperti dulu. Menganggap semua yang kamu katakan hanya sebagai candaan belaka yang tak pernah punya makna apa-apa.
“Aku boleh tanya?” Sambil membenarkan posisi duduk, aku menopang dagu.
“Silahkan ..” Katamu dengan penuh semangat menanti pertanyaanku selanjutnya, menyeruput secangkir kopi hitam kesukaanmu lalu meletakkannya dengan hati-hati datas meja.
“Ah, nggak jadi.” Kataku melepas tumpuan tanganku.
“Ayolah ..” Kamu melipat kedua tanganmu lalu menyilangkannya di depan dada sambil bersandar menatapku penuh harap.
“Ya, nggak papa. Cuman mau tanya kegiatanmu apa saja selama berkelana?”
“Seperti yang kamu lihat. Aku menapaki gunung demi gunung, menyebrangi lautan pun kulakukan, menjelajahi hutan dan bersenang-senang dengan teman sambil mempelajari maksud semesta yang telah memberikan pesan.” Katamu dengan semangat ditemani mata yang berbinar. Ah, mata itu. Mata yang selalu aku harapkan muncul di mimpiku. Dulu.
Lalu kamu kembali bertanya. “Kenapa?”
“Aku hanya sekadar melempar tanya.”
“Kamu mau?”
“Mau apa?”
“Mau aku atau hasil jepretan-jepretanku?” Lagi-lagi kamu menggodaku. Namun aku terlalu polos untuk sedikit saja bisa memahaminya.
Aku tidak menginginkan apa-apa darimu lagi. Sejak terakhir kali, kala aku memutuskan apa yang seharusnya tidak aku mulai bersamamu. Aku tidak yakin. Kamulah orangnya atau bukan. Yang aku tahu pada saat itu, aku dan kamu tidak bisa melanjutkan kisah bersama.
“Ah, ada-ada saja. Boleh aku lihat foto senja kalau ada?” Pintaku padamu yang masih bersemangat menunjukkan potongan-potongan petualanganmu. Kamu menunjukkan beberapa video dan foto alam, termasuk gunung yang kau daki, laut tempat ketenanganmu berada, serta cantiknya senja pada negeri diatas awan.
Kamu tersenyum penuh girang. Sampai kita sama-sama kembali diam membisu. Lalu kamu dengan tanpa rasa bersalah melontarkan pertanyaan yang tidak bisa masuk di akal pikiranku.
“Kalau ada yang mau melamar kamu, apa kamu sudah siap?”
“Jangan ngawur. Siapa yang mau melamarku?”
“Aku!”
Seakan waktu berhenti berdentang saat itu juga. Aku berusaha memusatkan pikiran dan fokusku pada satu pertanyaan yang menyeruak di dalam kepalaku.
“Kamu habis kerasukan hantu apa di hutan? Atau kamu ketempelan makhlus halus di gunung?”
“Aku tidak bercanda.”
Kamu menoleh ke arahku. Menatapku dengan tatapan serius nan dinginmu. Ah tatapan itu. Lagi-lagi aku bernostalgia saat dimana aku sangat mengagumi tatapanmu. Dulu.
“Kapan kamu kembali dan tidak berniat pergi lagi?” Tanyamu kemudian.
“Memangnya kenapa?”
“Aku ingin melamarmu.” Untuk sekali lagi kamu menghentakkan keadaan yang ada disekitarku saat itu. Fokusku limbuung, mulai menjadi tidak seimbang.
“Ah, dasar orang gila.” Umpatku tepat dihadapanmu.
Kamu terseyum penuh makna. “Akan aku tunggu.” Katamu tetap kekeuh dengan apa yang sudah kamu ucapkan.
“Apa yang mau kamu tunggu?”
“Keajaiban.”
“Keajaiban apa?”
“Ya aku akan tunggu keajaiban kamu bilang ‘iya’.”
“Jangan bermimpi.” Kataku tegas bermaksud mematahkan semua harapanmu.
“Bisa jadi semesta mendukung.”
“Terserah kamu. Aku tidak ingin tanggung jawab.”
“Kamu mau atau tidak?” Tanyamu sekali lagi.
“ Aku belum yakin. Aku nggak bisa ngasih harapan ke orang sementara diriku sendiri belum bisa yakin. Jadi jangan berharap. Tidak. Sebaiknya, berhenti saja berharap.”
“Baiklah. Aku akan tetap menunggu.”
Kamu menanyakan alasan kenapa aku terus berusaha menolak ajakan itu. Sejak lima tahun yang lalu. Namun jawabanku tetap sama. Tidak. Tak ada yang bisa masuk ke dalam duniaku sebelum aku benar-benar menemukan dan mengijinkan orang yang tepat itu mengisi lembaran dalam ceritaku. Aku hanya tidak ingin memberikan hati yang sejak lama telah aku berusaha jaga dengan penuh perjuangan untuk orang yang salah. Entah salah atau memang benar. Aku berhasil menyelamatkan hatiku sendiri sampai saat ini, karena aku hanya ingin memberikannya untuk seseorang yang benar-benar tulus denganku tanpa adanya sebab. Yang benar-benar menghargai semua usahaku. Yang benar-benar mau tumbuh bersama denganku. Dan orang itu bukan kamu.
Selaksa niskala. Berbagai macam peristiwa abstrak yang tak berwujud itu menghampiri kehidupanku. Sampai aku benar-benar tidak bisa membedakan mana yang benar-benar serius atau yang memang hanya sebatas singgah, menitipkan sebuah kisah rumpang yang tidak akan pernah bisa berakhir dengan bahagia.
“Aku menunggu seseorang yang juga ternyata sedang menunggu seseorang. Entah apa yang aku lakukan ini benar atau memang harus dihentikan. Tapi aku akan terus berharap dan menunggumu, sampai orang yang kamu tunggu itu datang menjemputmu lalu membuat aku menyerah untuk bisa bersanding denganmu. Pada saat itu juga, aku akan benar-benar berhenti berharap padamu.”
Kamu mengatakan pernyataan itu terakhir kali kita bersama sebelum kita mengakhiri obrolan ditemani hujan rintik mengguyur Kota Bandung. Hujan yang ternyata tidak ingin bertemu denganmu kala sore hari itu.
Ah, Bandung. Lagi-lagi kamu berulah.
Semarang, June 16, 2021
- Sendu di Senja, in her memories.
9 notes
·
View notes
Text
Maaf, Bintangku Terlalu Redup
Apa kabar senjaku? Kali ini tulisanku tentang kamu. Tentang manisnya bersama tapi tidak bersatu. Juga tentang hal-hal indah yang selalu kita lewati berdua.
Kenalin, aku ini pengagum senjamu yang paling dekat. Kamu gak tahu kan selama ini aku memyimpan rasa yang terlalu dalam untuk kamu yang terlalu tidak mungkin. Atau mungkin kamu sudah tahu. Tapi kamu sedang pura-pura tidak tahu agar aku tidak begitu sakit. Terserah bagaimaana angin membawanya saja ya.
Aku ini manusia paling bodoh perihal menutupi rasa. Aku terlalu tidak ada apa-apanya untuk kamu yang memiliki segalanya. Maaf rasa ini terlalu lancang. Tapi aku hanya manusia biasa yang tidak tahu kapan rasa ini akan datang, dan sampai kapan rasa ini tidak terbalaskan. Semuanya kubiarkan liar sejadi-jadinya. Aku biarkan dia tumbuh. Tapi aku tidak ingin dia terlalu cepat berlalu.
Aku ingin dibutuhkan setiap kali kamu butuh seseorang. Aku ingin dilihat setiap kali kamu ingin melihat seseorang. Aku ingin menjadi satu-satunya bintang yang kamu tatap. Tapi aku sadar tidak ada bintang yang muncul sendirian. Jadi sepertinya aku bukan yang satu-satunya. Mungkin aku hanya satu diantaranya. Baikmu terlalu kesemua orang. Sampai semua orang bingung & merasa teristimewakan. Itu bukan salahmu. Akunya saja yang terlalu banyak mau.
Memilikimu adalah angan yang terlalu egois. Tapi melupakanmu adalah ketidakmungkinan yang terlalu aku paksakan. Rasaku ini dalam, kamu yang membuatnya semakin tidak karuan. Sejauh ini kamu terlalu jahat kalau aku hanya dianggap teman. Nyaman seperti ini tidak wajar kalau hanya disebut teman. Semuanya ada di kamu. Terserah bagaimana baiknya saja. Yang jelas aku tidak mungkin mulai duluan. Kar'na aku tahu diri. Aku bukan siapa-siapa. Aku juga tidak layak menjadi siapa-siapa.
Kenapa mencintai harus serumit ini? Hati selalu bilang; "aku mau kamu", tapi logika kadang menjawab; " hha jangan bodoh". Siapa juga yang mau dengan aku yang payah ini? Mudah rapuh. Mudah rindu. Bahkan mudah jatuh. Contohnya kali ini. Sudah jatuh terlalu dalam. Lalu rindu yang paling lancang. Tapi memang senjamu layak untuk dirindukan. Kamu hangat, tapi sayangnya ke semua orang. Egoiskah jika senjanya aku bawa pulang? Biar bisa aku tatap sendirian. Kar'na aku sudah lelah menjadi pengagummu yang ke sekian. Bolehkah aku menjadi pengagum terdekat dan hanya satu-satunya? Kurasa tidak mungkin. Maaf, bintangku terlalu redup. Kar'na setiap malam selalu mendung.
Terimakasih ya senjanya. Kalau malam ini bintangku tidak muncul lagi. Itu tandanya malam ini akan turun hujan. Hujan berkepanjangan dari mata seseorang. Yaitu aku.
24 notes
·
View notes
Text
waktu lama tak bersua, dengan kabarmu pun rinduku padamu. hari-hari berat sepertinya berjalan lurus mengikuti arus, tanpa bayang-bayang yang menyorotinya.
Apa kabar dirimu? aku yakin baik-baik saja. Sebab sejak dulu, hanya aku yang selalu tidak baik-baik saja bukan dirimu. bukankah begitu?
Namun, kali ini berbeda. sepertinya perihal sembuh sedikit demi sedikit menghampiriku. mengusir secara perlahan patah yang sudah beberapa lama melekat pada rasa. buktinya, frekuensi merindukanmu tak sehebat dulu lagi, bahkan sudah hampir tidak.
apakah ini kekuatan dari waktu? membuat puan nya terbiasa oleh keadaan kemudian perlahan merasa sudah bukan apa-apa lagi. kurasa begitu, sebab rindu juga tak bisa bertahan pada tuan yang tak memihaknya.
walau begitu, segala rasa yang pernah terasa pun yang sempat terangkai kuucap terima kasih sudah memberi kenangan serta pelajaran. Kuharap Tuan-mu tetap jadi orang baik yang kukenal, dan selalu jadi pemaaf jika rinduku tiba-tiba tertuju padanya lagi:))
-Kini, senjaku tak lagi menampakkanmu didalamnya.
40 notes
·
View notes
Text
Haiii, ini aku seseorang yang bersyukur karena hampir memilikimu dan hampir bersamamu.
Biarpun bumi sedang kacau-kacaunya jikala kamu disini mungkin akan reda segala risau, dunia mungkin sedang hancur tapi duniaku tetap utuh, senang rasanya jika hidup di bumi terus bersamamu.
Pintaku hanya satu pada semesta; semoga aku bisa melihat tawa cantikmu di usia senjaku. Meski bukan aku pemilik tawa cantik itu.
-Rivqil Umar
#sajak rindu#tentang rindu#sajak#sajakcinta#patah hati#patah#sajak patah#sajak galau#galauberat#kata galau#galauquotes#galau#tulisan#sajakpendek#sajak puisi#sajakrasa#sajakhati#sajakrindu#puisi rindu#rindu dalam hati#senjaku#sakit hati
21 notes
·
View notes
Text
SEDUHAN KOPI AKHIR TAHUN
Secangkir kopi yang ku seduh dengan luka
Tanpa air mata
tapi pahitnya begitu terasa menerpa indra
meninggalkan rasa tak mau hilang
Menjadi aura atas segala rasa tertinggal
Deritanya menari,
yang disenandungkan dengan nada lirih
bersama senja yang beranjak dan kini terganti wulan
senjaku beranjak,
detiknya perlahan meninggalkan,
senyap dan riuh beradu derita tak terlupa
sudah di lembaran akhir ternyata
Akhir tahun semua kenangan terpatri
membuat semua jejak kita jadi kian berarti
membingkai gejolak rindu di langit hati
seolah luka dan bahagia kini tersisi
Di teras rumahku,
Kita pernah menghirup secangkir kopi
Dengan perbincaangan abstrak tanpa topik jelas
pada akhirnya kita tak akan bisa memungkiri
bahwa kita tak akan menjadi abadi
Pada kelam sepi
Kita melarutkan serpihan gundah itu di pekat kopi
lalu menyaksikan langit malam berpendar riuh oleh kembang api
dan lengking terompet tahun baru bagai merintih
Dan kitapun harus berpisah tanpa kata “tapi”
jika memang tak ada jalan untuk kembali
selalu ada alasan jumpa lagi dengan kata”demi”
Apapun itu, bahkan untuk secangkir kopi..
meski bukan disini,
kita akan kembali
2 notes
·
View notes
Text
semua yang aku kira nyata,
ternyata hanya halusinasiku saja.
kamu tak menaruh rasa.
kamu tak pernah cinta.
semuanya benar-benar hanya khayalanku saja.
aku mengenali.
aku menaruh atensi.
aku berhalusinasi.
akhirnya jatuh hati.
sampai aku lupa semua hanya anganku sendiri. aku terbuai oleh ekspektasi sampai aku lupa kapan terakhir kali aku menangis karena dilukai. aku lupa siklus jatuh hati memang selalu seperti ini.
–
Jingga. 200116.
#jingga#tulisan jingga#tentang jingga#dari jingga yang sering gamang#tulisan#tulisan patah lagi#kata#kata kata#katacinta#kata luka#halu berujung pilu#halusinasi#tentang aku#tentang cinta#tentang kamu#tentang dia#pada senja yang membawamu pergi#tentang senja#senja#bukan senjaku#puisi cinta#puisiindonesia#puisihati#puisi patah hati#sajak patah#sajaksendu#sajakrasa#patah hati#sajak galau#kata galau
7 notes
·
View notes
Text
Other Set of Us
Di pantai ini aku kembali. Kembali dengan sejuta janji yang belum sempat aku tepati. Janji yang sulit ku lupakan.
Hari ini aku kembali menabur janji. Bukan kepadamu, tapi dengan yang lain.
Wanita itu terus memandangku. Melihat kesedihan yang masih ku ratapi. Ternyata kehilanganmu sesulit ini rasanya.
Wanita itu sadar, pantai ini bukanlah panggungnya. Dia hanyalah seorang pemeran pengganti.
"apakah kau masih terus memikirkannya?"
"maafkan aku, masih terlalu sulit rasanya untuk melupakannya. Dia adalah cinta pertamaku"
"aku sadar hal itu, ku harap aku juga bisa membuat dirimu jatuh cinta setiap hari, sama halnya seperti Arini."
Dengan Hati-hati kau genggam tanganku erat, melupakan kesedihan yang selalu meratapiku. Ku tatap bola matamu yang berbinar di terpa cahaya matahari yang masih malu-malu menanampakkan sinarnya. Kau semakin cantik saja. Bibirmu yg lembut mulai menyatu dengan bibirku yang selalu penuh dengan janji-janji manis.
Dibawah awan yang semakin pekat ini, kita berdua duduk di tepi pantai menanti senja yang hanya menunjukan semburat kemerahannya dibalik kisi-kisi awan. Jaketmu yang tebal nyatanya belum bisa menutupi rasa dinginmu. Gelombang yang kian membuncah, ditambah dengan angin yang semakin kencang membuatmu membutuhkan lebih kehangatan. Aku melepaskan jaketku, mengenakannya untukmu. Sontak kau terkejut.
" Apakah senja yang kalian selalu saksikan berdua lebih hebat dari ini?"
Hening
"aku berharap kalian tidak pernah menyaksikan pemandangan seperti senjaku saat ini. Semburat kemerahan yang malu-malu, mungkin seperti hatiku padamu.
Menjadi nomor satu di hatimu adalah tujuanku"
1 note
·
View note
Text
Kamu Pergi Waktu Aku Sedang Berlari
Selamat malam seseorang, masih ingat senjaku? Yang dulu sering kau tunggu indahnya. Aku pernah memiliki seseorang yang kukira selamanya. Dan ternyata aku salah. Aku hanya sedang mempertahankan seseorang yang sementara. Sementara itu, waktu sepertinya menertawakan kita. Bagaimana tidak, waktu kamu pergi itu aku sedang kencang-kencangnya berlari. Hampir semua yang kamu minta aku ada. Tapi kamu tidak pernah melihat usahaku memenuhimu. Apa salahku? Rasanya yang kuberi hanya sia-sia. Padahal kamu tak tahu aku hampir saja kehilangan diriku sendiri demi menjadi seseorang yang kamu minta. Sesosok bayangan sempurna yang sepertinya manusia dibumi tidak ada yang bisa memenuhinya. Aku ini manusia biasa. Masih punya airmata. Masih punya nama. Maaf, aku tak bisa jadi seperti yang kamu mau. Kar'na maumu terlalu banyak. Aku tak sanggup. Sejauh ini sepertinya kisah kita bukan tentang kamu dan aku. Tapi tentang kamu dan sesosok bayangan indah yang selalu kamu impikan.
Aku hanya ingin menitip pesan. Kalau mau mencari yang terbaik, maaf ini dunia bukan negeri dongeng. Disini semua manusia punya salah dan punya kurang. Tapi disini manusia juga punya jiwa. Dan kamu tak bisa merubah jiwa seseorang. Hanya demi memenuhi ekspektasi kamu yang terlalu tinggi. Kamu egois tidak punya rasa. Coba kamu bayangkan besarnya usahaku untuk berubah. Maaf, itu bukan diriku yang sebenarnya.
Aku hanya ingin kamu tahu, aku sakit saat kamu mengatakan; "tolong berubah demi aku". Itu aku tak bisa. Aku mundur, kar'na aku sudah terlalu lelah berlari. Kamu tidak bisa dikejar. Dan tugasku dibumi bukan hanya mengejar kamu. Masih banyak yang harus aku lakukan. Seperti menjadi sosok aku misalnya. Kar'na sebenarnya aku ini istimewa. Dan aku harap akan ada seseorang yang bisa menerima istimewanya diriku sendiri.
Terimakasih sudah mengajarkanku bagaimana berjuang tanpa dilihat. Kalau misalnya berlari dan mengejar sudah tidak dianggap, cukup !!!
16 notes
·
View notes