Tumgik
#dari jingga yang sering gamang
namakujingga · 4 years
Text
Kini aku hanya bisa berandai. Kapan dia akan datang. Kapan tuhan akan berikan. Kapan akan dipertemukan. Kapan kami dipersatukan.
Sungguh, aku lelah mengikuti arus. menyusuri hingga akhir. Bertahan digaris yang sudah ku tahu ujungnya. Zona yang telah ku hafal setiap sudutnya.
Aku ingin pergi. Aku ingin berlari. Pada sesuatu yang belum ku ketahui. Sesuatu yang tak pernah ku sambangi. Sesuatu yang akan terus ku jelajahi. Pada sesuatu yang asing, yang belum pasti tapi dapat segera ku kenali.
Layaknya Jasmine yang menemukan Aladdin, kemudian bersama menjelajahi tempat yang tak pernah dia ketahui. Tempat asing yang Aladdin tuju bersama Jasmine. Dunia baru untuk Jasmine telusuri. Dunianya.
Jingga. 200311.
3 notes · View notes
halawatanhilmah · 4 years
Text
Seharian Bersamaku
Sebelum akhirnya badanku rebah seutuhnya di atas kasur, kuputuskan untuk menuliskan sedikit cerita tentang hari ini. Barusan; tadi adalah hari Senin, hari pertama di hari kerja dalam sepekan, hari ini juga adalah hari di mana aku sudah memutuskan untuk tidak bekerja setelah sebelumnya pergi pagi dan terkadang pulang agak larut malam. Hari ini pun kembali kurasakan diri sebagai entah dan melenggang gamang, sekilas kebodohan dan penyesalan sebagaimana kutuliskan peristiwa di kalimat sebelumnya. Sabtu lalu resmi sudah aku diwisuda, lulus dari universitas terbaik versi perjuangaanku, umumnya mereka yang lulus sudah banyak punya pengalaman kerja, atau bahkan sudah jauh melangkah dalam dunia karir atau apapun yang membuaat dirinya “ada” terus berproses dan menetap sambil terus berlari jauh sampai dapat dan tetap. Namun, yang ada pada diriku adalah keputusan mengundurkan diri dengan alasan yang bahkan terlihat goyah dan tidak berprinsip sebagai seorang dewasa.
Atau menurutmu tidak begitukah mengecewakan diri sendiri dengan keputusan yang dibuat oleh diri sendiri, beserta akal dan pikiran yang seluruhnya sadar? Baik rasanya kucukupkan dulu penyesalannya dalam cerita ini. Sejak pagi tadi aku bangun dengan perasaan senang, bisa jadi karena waktu istirahatku cukup semalaman. Bangun, bersyukur, mendo’a lantas membersihkan diri dan rumah, kurasakan kehangatan melihat dua keponakanku, yang satu sedang semakin bertumbuh seiring gigi ompongnya yang maikin terisi gigi baru, sedang satunya lagi sedang bertumbuh dengan terus menyusu pada bundanya tanpa mau istirahat, banyak rengekan yang menggemaskan memenuhi isi rumah. Selanjutnya, kukocok empat butir telur untuk sarapan bersama di meja makan, dihidangkan selagi hangat dengan nasi putih yang masih mengepulkan asap, disajikan bersama bawang goreng dan sedikit kecap, satu suapan penuh dari tangan ibu mendarat di mulutku. Pagi yang indah, bukan?
Tidak terlena dengan pagi yang hangat walau udara Bogor menggigilkan badan, aku harus mengantar ibu pergi ke kantor, kutunggui beliau sampai selesai pekerjaanya dan lantas pulang, diperjalanan kutatapi ibu yang masih sibuk dengan ponsel pintarnya, akibat sejak Sabtu lalu beliau mengirimi kabar kelulusanku pada kerabatnya, mereka membalas dengan ucapan selamat dan do’a, betapa bahagianya ibu. Tapi tahukah? Sejak hari rencana wisuda kuurusi bolak-balik kampus hatiku terus sedih, mataku terus hangat menjelang tidur, entah apa yang kupikirkann sehingga begitu getir rasanya memikirkan diri sendiri. Urusan antar ibu selesai, bibi kesayanganku datang main ke rumah, kuajak dia pergi membeli kudapan kesukaan; rujak mangga muda. Selama di perjalanan kami wara wiri di atas motor yang melaju santai ditemani rindang pepohonan di kanan kiri, sedikit kuutarakan keresahanku tentang penganggurannya aku dalam sewaktu ini, ia selalu memberikan petuah yang menyenangan dan kuterima dengan tenang.
langit mulai jingga, matahari terlihat masih ingin menyoroti dunia dengan segala apa yang ingin mereka capai sebelum hari habis. Ia membulat, berwarna oranye terang, berdiam di antara awan yang pupus dan pohon jati yang menjulang di kejauhan. Sedang asyik menikmati buku di dalam kamar, kakak laki-lakiku mengajak menimati sore sambil mencari kelapa muda. Wah... segarnya sudah terasa di tenggorokan sejak motor distarter, di perjalanan kembali lamunanku melayang pada, apakah kehidupan yang sebenarnya kita cari? Apakah cukup kita berilmu dan lantas tidak nampak aktualisasi diri di mana kaki berpijak? Atau cukup saja mencari uang tanpa ilmu dan amalnya asal cukup usia dipenuhi dengan makan dan minum? Ah sudahlah, air kelapa lebih segar diminum langsung dengan penuh nikmat, tidak dicampuri overthingking khas kita di usia seperempat abad-an ini.
Malam kini datang, dia seperti biasa berpenamilan gelap dan sedikit terang dengan lampu-lampu yang dinyalakan oleh masing-masing rumah di kampungku, membawakan angin-angin dingin menyumsum. Peregerakaan mulai melamban seriring kelopak mata yang mulai berat berkedip, ia butuh terpejam dan istirahat, tidak lupa sebelum tidur selalu kusempatkan bercakap di WhatsApp bersama kekasihku. Kami membicarakan banyak hal setiap hari, kadang isinya tukar pendapat, sumbang ide, bertengkar kecil, bercanda garing (dia memang kurang lucu, menyebalkan) bertukar menu makan malam, atau seringnya kutinggal tidur duluan tanpa pamit alias ketiduraan aku pelor, juga meninggalkannya saat sedang membaca. Kali ini ia sedikit kesal karena saat sedang kangen aku malah baca buku cerita dan melupakan percakapan kita, seru sekali! Cerita pendek berjudul “Permen karet yang lengket” yang kupinjam di perpustakaan digital, didalamnya tergambar ilustrasi anak kecil berlarian, bermain, mengunyah manisnya permen karet sambil sesekali melembungkannya menjadi balon yang kemudian pecah mengenai wajahnya sampai lengket semua. Huh, cerita yang sederhana naamun menggambarkan kegembiraan seluruhnya, membaca tanpa interpretasi atau berpikir panjang setelahnya.
Menyenangkan bukan, hari ini? Hatiku penuh dengan kehangatan, orang terkasih membersamai. Jadi maksudnya begini, setelah kutulis lumayan panjang barusan itu, ternyata hanya menikmati hari dengan kegiatan yang sederhan itu tidak apa-apa, saling tertawa dengan orang terdekat, mengakuri masalah kecil, menikmati kesendirian dengan hal yang disukai dan menenangkan, mensyukuri yang sedikit namun bahkan belum tentu yang sudah punya banyak pun terasa bahagiannya. Sering, saat ini kutemukan beberapa akun media sosial yang dibuat sedemikian untuk mengemas keresahan menjadi obat yang menenagkan dengan kalimat-kalimat “tidak apa-apa” beruntunglah kita masih terilhami dengan peringatan yang tidak selalu berbunyi keras. Namun, sering kali aku menafikan makna dari kalimat penenang tersebut, KETIKA... ketika aku sedang tidak berbuat apa-apa padahal banyak yang harus kukerjakan, berpikir lebih banyak dari bertindak yang berarti, bicara melulu soal keresahan tanpa mau cari solusi. Kita ini harus punya mental kuat untuk tidak banyak mengeluh perihal membandingkan diri dengan orang lain, kita tidak lantas menjadi seperti diri yang sekarang dengan usaha yang kita tau sendiri sudah sejauh mana kerasnya.
Masing-masing kita tau apa maunya saat bahagia tercipta, bahkan saat sedih kadang kita menikmatinya dengan bahagia, dengan angan kebahagiaan setelahnya. Kita adalah pelaku atas peristiwa yang dialami oleh kehidupan kita, kita adalah tuan atas segala pikiran yang bermunculan, kita adalah hati yang punya rasa dari dalam nurani. Kita tidak perlu menjadi siapapun yang harus ditempatkan oleh orang lain seperti mereka melihat kita, kita hanya perlu menyadari peran atas apa yang hendak kita amalkan.
Bogor, 31 Agustus 2020
#h
1 note · View note
namakujingga · 4 years
Text
Senja, diluar hujan.
di kamarku juga, sedang turun hujan lokal. dari mataku.
sayangnya, tidak bisa kamu lihat.
sebenarnya aku tidak mau lagi menangisi semuanya, Senja. tapi aku bisa apa? hatiku tak sekuat itu ternyata.
katamu perjuangan itu harus sampai akhir. aku masih berjuang sampai titik ini. aku berjuang menuju akhir, seperti katamu. tapi sampai penghujung ini, aku tak sekali pun menemukanmu. —Senja, apakah ini akhirnya? apakah tanpa kamu adalah akhir dari semuanya?
Jingga. 200131
3 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
saat usiaku bertambah satu angka lagi,
pernah aku membuat resolusi
ingin mencintai diriku sendiri
demi pribadi yang lebih baik lagi.
langkah pertamaku adalah belajar untuk mulai mensyukuri hal yang telah tuhan anugerahi. juga sebagai bentuk menghargai setiap nilai kecil yang ada pada diri.
perlahan aku mulai sadari,
semua hal yang dulu sempat ku inginkan
bukanlah apa-apa saat aku sudah terbiasa dengan yang namanya mensyukuri.
menjelang usia baru lagi,
tuhan membuatku menyadari bahwa segala kegilaan tentang duniawi, juga standar-standar yang tidak manusiawi mampu menyakiti. baik mental maupun hati.
tuhan juga akhirnya membuatku berdamai dengan masa lalu yang harusnya telah ku urai. membuatku akhirnya menerima apa yang telah ia beri, sekaligus merelakan apa yang sudah pergi. hal yang seharusnya sudah lama ku lakui. hal yang pernah teguh ku peluk walaupun aku tahu itu mampu menyakitiku lebih dalam lagi. memori.
kini semuanya telah usai,
terangkat sudah seluruh beban mental dan hati yang selama ini mencederai.
setelah ini aku akan tersenyum kembali
dan memulai semuanya dari awal lagi.
akan segera aku raih mimpi yang selama ini sulit ku gapai. juga akan ku lalui hidup penuh pelajaran yang harus selalu ku pelajari.
bukan hanya aku, tapi ku harap kita semua bisa lalui agar kita terus perbarui diri menjadi versi yang jauh lebih baik dari kita di hari ini.
Jingga. ditulis 191228 teruntuk 191229.
28 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
Benar apa yang ku bilang,
kamu hanya datang untuk kembali menghilang.
datang tanpa salam.
pergi tanpa pamit.
lenyap seperti harap.
melayang seperti angan.
mengabur seperti kabut.
terlalu pekat, sampai tak mampu lagi ku lihat.
akhirnya kamu kembali berkelana,
setelah berhasil membuat aku percaya.
bahwa aku bukanlah apa-apa.
rumah atau apapun seperti yang ku kira.
aku yang lupa bahwa kamu tak terbaca, berakhir patah karena telah salah mengartikan semuanya.
Jingga.191220.
19 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
semua yang aku kira nyata,
ternyata hanya halusinasiku saja.
kamu tak menaruh rasa.
kamu tak pernah cinta.
semuanya benar-benar hanya khayalanku saja.
aku mengenali.
aku menaruh atensi.
aku berhalusinasi.
akhirnya jatuh hati.
sampai aku lupa semua hanya anganku sendiri. aku terbuai oleh ekspektasi sampai aku lupa kapan terakhir kali aku menangis karena dilukai. aku lupa siklus jatuh hati memang selalu seperti ini.
Jingga. 200116.
7 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
bagaimana bisa aku jatuh cinta
padahal tak lagi jumpa.
bagaimana bisa tertaut
salamku saja tak kamu sambut.
bagaimana bisa berbalas
jika kamu saja membangun begitu
tinggi dinding pembatas.
bagaimana mau berjuang
jarak saja jauh membentang.
bagaimana bisa aku rindu
padahal tak berhak atas itu.
bagaimana bisa ku henti segala perasaan
saat didalam sana namamu selalu bertahan.
Jingga. 200106.
11 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
kembali..
lalu pergi.. lagi.
berhenti..
lalu berlari lagi.
menepi..
lalu berkelana lagi.
entah kemana tujuanmu pergi,
ku kira aku tempatmu kembali.
ternyata..
bukan aku ya?
hahaha..
kenapa sangat percaya diri, sih?
terlihatkan siapa yang bodoh disini.
Jingga. 200115.
3 notes · View notes
namakujingga · 5 years
Text
mengapa seperti ini lagi?
kamu datang kembali,
aku bodohnya seolah menanti.
kamu kembali seakan menemukan setelah lama mencari. padahal aku selalu disini.
haruskah tingkahmu ini ku tertawai?
jika memang tak menaruh hati,
mengapa harus sampai sejauh ini.
bertingkah seolah-olah kamu mencari-cari.
membuatku berfikir-fikir lagi.
kembali menepi atau tetap pergi.
sungguh ingin ku tertawai.
aku selalu disini.
kamu yang terus-menerus pergi.
tapi kamu malah repot-repot mencari.
jika akhirnya akan pergi lagi,
lebih baik tidak usah kembali.
karena aku tak mau jika hanya kamu jadikan sebagai destinasi, yang akan kamu tinggal berkelana lagi.
Jingga. 191206.
9 notes · View notes
namakujingga · 5 years
Text
Hai, apa kabar?
25 dari 100% hidupku,
masih terselip kamu. namamu.
tanpamu semua memang kembali berjalan normal seperti biasa.
namun entah mengapa semuanya terasa seperti mengikuti arus sungai, juga arah angin. hampa, penuh kekosongan.
sama halnya dengan reda hujan tanpa pelangi. juga senja tanpa rona jingga.
Saat aku mulai terbiasa dengan keadaan,
kamu kembali terkenang diingatan.
namamu yang sering ku lafalkan.
dirimu yang selalu ku nantikan.
pada akhirnya, kamu memang tak pernah bisa tergantikan.
sekeras apapun telah ku usahakan.
Aku pun lelah mengelak segala rasa,
toh rasa pun tak bisa memilih akan jatuh kemana dan pada siapa.
jika memang begini skenario-Nya,
aku ingin tuhan mengembalikanmu padaku.
jika bisa. jika memang begini alur dari segala kisah cinta yang ada.
kamu akan kembali pada saatnya.
Jingga.191117.
8 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
aku lelah menanti.
aku ingin semuanya berakhir.
aku ingin rasaku segera terbalas.
jika memang rasa ini hanya dihadirkan,
bukan untuk dibalaskan. bantu aku untuk mematikan, segala yang tak seharusnya dibiarkan.
aku ingin berhenti menulis segala tentangmu, rasaku untukmu, dan seberapa lama penantianku menunggumu.
kini menulis segala hal tentangmu, hanya akan menjadi luka bagiku. hati terus terlukai, tapi jari tak mau berhenti.
aku tak mau lagi perduli, tapi bagaimana bisa tak perduli kalau aku saja masih menaruh atensi. eksistensi mu seakan menjadi alasan kenapa terus kutuliskan kata demi kata penuh duka. luka.
bagaimana aku bisa hentikan, saat namamu masih jadi hal yang kucari diantara semua nama dibarisan. seperti diambang garis kewarasan, disatu sisi aku seperti masokis yang malah menikmati luka-luka yang telah kamu beri dan bertambah karena ku sayati. dilain sisi, aku ingin berhenti, tak ingin lagi mencintai, bahkan sekedar menaruh atensi.
tapi aku terus-terusan kembali padamu lagi.
jangankan orang lain, aku pun rasanya mulai membenci diriku sendiri.
Jingga. 200119.
3 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
teruntuk dia yang jauh dari pandang, juga terhalang jarak yang membentang.
2 notes · View notes
namakujingga · 4 years
Text
tak ada yang akan siap dan terbiasa dengan kehilangan. jadi, tolong bisakah kamu untuk tidak lagi meninggalkan?
Jingga. 191230.
1 note · View note
namakujingga · 4 years
Text
Seperti sudah hakikatnya,
hati manusia bisa berubah secepat ini.
Baru saja kemarin patah hati,
kini aku sudah jatuh cinta lagi.
Pada imajinasi yang penuh ekspektasi, yang aku sendiri tak bisa penuhi.
Bahkan meski aku temukan seseorang yang mengisi penuh kekosongan di hati.
Salah ku yang besar menjadi pemimpi.
Salah ku yang terlalu memupuk ekspektasi. Salah ku yang menentukan standar terlalu tinggi.
Sampai tak ada yang sanggup menetap disisi, karena tingginya imajinasi.
Sekarang apalagi yang bisa ku lakukan selain menanti, yang bahkan tidak pernah pasti.
Jingga.190804.
0 notes