Text
SENI MENANTI CINTA
Review ala @langitawaan
Sebenarnya buku ini tiba di rumah dengan selamat tepat di hari pertama launching, 26 Februari 2024. Tapi, karena waktu itu aku diharuskan istirahat jadilah bukunya belum terbaca dengan sempurna. Maafin ya, Bu Dok.
Mana nih fansnya @kkiakia , kalian wajib beli yak! Kudu, harus! Buku "Seni Menanti Cinta" ini berisi 3 bab. Yok kita kupas tipis-tipis;
1. Cinta Tak Perlu Tergesa-Gesa
Di bab ini kita akan dapati tulisan Kia yang menekankan betapa berharganya diri kita, jadi sebelum kita akhirnya mencintai manusia lain, yang wajib kita cintai terlebih dahulu ya diri kita sendiri + kelapangan hati jika akhirnya lagi-lagi kita bertemu seseorang yang belum tepat untuk membersamai :).
"Percayalah, kita akan sangat berharga bagi seseorang yang tulus dan menyadari bahwa kita adalah kepingan rasa syukur yang indah, yang selama ini tersembunyi untuk ditemukan" —halaman 24.
2. Berbagai Upaya Memaknai Cinta
Boleh dibilang bab ini yang paling aku sukai. Setelah sebelumnya galau dan patah hati berkepanjangan di bagian ini Kia menuliskan nasihat yang menegaskan bahwa kita harus percaya jika Allah sudah mengatur takdir setiap makhluk-Nya dengan sangat sempurna termasuk perihal si dia yang masih rahasia. Jadi, tunggu, tenang sembari tawakal.
"Di mata seseorang yang tidak tepat, menjadi diri sendiri pun akan tampak salah." —halaman 50.
3. Cinta yang Sedang Tuhan Persiapkan
Pada bab ini aku paling suka bagian "Hati Seorang Ayah Saat Putrinya Menikah". Secara keseluruhan bagian ini berisi tentang nasihat pernikahan yang begitu hangat teruntuk yang telah dan/atau akan menikah. Jadi kalian semua bisa banget baca ini.
"Saat kita bersama orang yang tepat, tanpa kepercayaan diri pun kita akan tetap bersinar". —halaman 88.
Sebagai salah satu teman yang menjadi saksi perjalanan Kia sampai akhirnya menikah dengan pujaan hati ditambah kami pernah konslet bareng pada masanya :(( memang mantap betul temanku satu ini, galaunya dijadikan karya yang insyaAllaah bermanfaat.
Jadi aku mau ajak kalian buat beli dan baca buku ini. Nah kabar baik sekaligus buruk tersisa waktu 1 hari lagi buat meminang buku ini. Aku ulang ya, 1 hari lagi alias cuma sampai besok :") jadi buruan ygy sebelum menyesal karena nggak kebagian ^0^.
Kalian bisa beli di sini atau di sini.
Selamat menyelami dan menemukan kehangatan selama membaca buku ini 🌻.
Rebah, 19.20 | 05 Maret 2024.
100 notes
·
View notes
Text
(Tidak) Takut Berkarya Lagi
Salah satu orang terbaik di dalam hidup saya yang selalu ingin saya kabari setiap kali ada hal baik dan buruk terjadi adalah ibu, sosok orangtua ideologis yang seringkali lebih memahami saya daripada diri saya sendiri. Kemarin, setelah melewati hari-hari yang cukup berat karena sakit, saya akhirnya menemui beliau dan membawakan buku terbaru yang baru saja saya rilis, Mendewasakan Rasa.
Baru saja menyodorkan bukunya, belum cerita apa-apa, saya sudah menangis. Saya bilang, "Ibu doain saya ya, buku ini banyak sekali ujiannya. Dari awal dibuat sampai sekarang, rasanya banyak hal berat sedang terjadi. Saya dan keluarga sedang menjalani hidup seperti judul buku ini."
Iya, awalnya saya pikir Mendewasakan Rasa hanyalah sebatas judul buku yang saya dan suami rilis (benar saya yang menulis, tapi ada banyak sekali proses kreatif, teknis, marketing, strategi ini itu, dsb yang dihandle oleh suami). Tapi ternyata, ia adalah juga tema ujian sekaligus pendidikan dari Allah untuk kami saat ini. Banyak hal qadarullah membuat kami patah, bangkit, patah lagi, bangkit lagi, dst.
Dalam diskusi kami, suami sering mengatakan, "Kayaknya buku ini buat aku, deh." Lalu saya pun menimpali, "Kayaknya memang buat aku juga." Begitulah, saya baru menyadari setelah bukunya rilis bahwa setiap tulisan di dalamnya pertama-tama adalah untuk diri saya sendiri dan keluarga. Mungkin Allah tidak ingin kami sekedar memahami ilmu di balik apa yang dituliskan di buku ini, tetapi juga ingin benar-benar menjadikannya langkah dalam perbuatan.
Namanya dididik oleh Allah lewat ujian, rasanya pasti tidak mudah. Saya bahkan sempat berpikir, "Berkarya itu menakutkan banget, ya! Takut banget deh kalau kita harus diuji dengan karya-karya yang kita buat." Tidak hanya itu, selintas tanya pun muncul, "Apa sebaiknya aku tidak perlu berkarya lagi saja?" Ah, tapi tidak! Pasti bukan ini poin kesimpulan yang Allah inginkan dari saya dengan menghadirkan ujian-ujian selepas berkarya. Bukankah saya sudah berkomitmen dengan diri sendiri bahwa saya akan terus berkarya untuk menjadikannya sebagai bentuk tanggung jawab dan bentuk syukur kepada Allah atas dititipi-Nya ilmu, potensi, dan profesi?
Saya takut, tapi saya juga punya harapan untuk punya jiwa yang bersih sebersih-bersihnya. Saya cemas, tapi saya juga tidak ingin kehilangan peluang amal shalih hanya karena saya memilih untuk mengabaikannya. Saya khawatir, tapi saya juga percaya bahwa berkarya adalah ladang ibadah yang dekat dan mudah yang Allah beri sebagai kebaikan untuk saya.
Lalu bagaimana? Atas seizin Allah, semoga Dia masih terus mengizinkan saya berkarya dan berbesar hati untuk mau ditumbuhkan dan disayang oleh-Nya lewat hal-hal yang luar biasa. Iya, saya ingin tetap berkarya, menulis, dan menjadikannya sebagai cara untuk berbagi pesan cinta-Nya.
Maka Ya Allah, setiap kali aku patah, bantulah aku untuk bangkit tanpa harus berlama-lama larut di dalamnya. Setiap kali aku menyaksikan orang-orang yang kusayang melemah, bantulah aku untuk berbagi kekuatan tanpa berakhir menjadi luka yang menyakitkan. Pada akhirnya, aku membutuhkan-Mu lagi dan lagi sebagai tempat dimana aku menyandarkan semuanya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Mohon doanya ya, teman-teman! Kami tidak ingin sekedar selesai dengan ujian ini, tetapi kami ingin bisa menjawabnya dengan benar sesuai kehendak-Nya dan beroleh hikmah dari-Nya yang bisa menguatkan perjalanan-perjalanan kami selanjutnya. Aamiin~
___
Teman-teman Tumblr yang ingin membaca buku ini, bisa cek di Shopee atau Tokopedia: Heal Yourself Official.
51 notes
·
View notes
Text
Mungkin Ini Adalah Salah Satu Tulisan Saya yang Paling Realistis
Di waktu kapan kita menyadari bahwa kita tak sehebat pujian orang-orang terdekat kita?
Ketika ternyata setelah bertemu orang yang lebih banyak dan lingkungan yang lebih heterogen, kita sadar bahwa kita ternyata biasa-biasa saja.
Saat-saat itu bisa jadi adalah patah harapan pertama bagi setiap orang. Terlebih bagi mereka yang di masa kecilnya hidup dengan pujian dan apresiasi yang membanjir.
Kemudian ia menjelajah; berkontes dengan lingkungan yang lebih besar sampai sadar: ternyata aku tak sehebat itu.
Sebagian masih bertahan dengan idealisme dan mimpinya; masih menganggap ia hanya butuh sedikit sentuhan untuk melesat dan jadi seperti yang ia rasakan dulu.
Sebagiannya lagi memilih jadi medioker; dan itu pun pilihan. Makin dewasa, kita tahu tak semua orang harus jadi bintang.
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
387 notes
·
View notes
Text
Perjumpaan yang penuh syukur.
"Nis, akhirnya aku menikah."
dia menangis seraya memelukku erat. Lika liku penantiannya, panjangnya doa yang ia panjatkan kepada Allaah akhirnya menemukan muaranya. Seseorang yang begitu menjaga dirinya, seseorang yang tetap pada pendiriannya, tidak sekalipun menurunkan standard laki-laki yang ia impikan untuk menjadi pendamping hidupnya.
dia seorang perempuan yang sederhana namun begitu dalam keilmuannya. Berkali-kali gagal ta'aruf tak menjadikan baik sangkanya kepada Allaah meredup. Baginya gagal dalam ta'aruf itu gal yang lumrah, sebab untuk mencari seseorang yang memang layak ditunggu memang butuh kesabaran yang luas. aku selalu kagum dengan cara berpikirnya, senyumnya, dan dalamnya ilmunya.
Kalau memang ia orang yang baik agama, akhlaknya, dan ilmunya yang begitu dalam. Mengapa tak jua menemukan pendamping hidup? Pertanyaan itu selalu muncul setiap kali ia gagal dalam proses ta'aruf. Karena memang tidak semua perjumpaan perempuan dan lelaki yang baik akan berujung pada kata sepakat. Tidak melulu kebaikan-kebaikan yang ada pada mereka akan cocok dan berlabuh.
Ada yang memang datang sebagai ujian, ada yang memang datang dan pergi dengan begitu saja. Sebab urusan jodoh terkadang memang terlihat sederhana namun rumit jika harus dijabarkan. Sebab Allaah yang menautkan kedua hati menjadi satu, bukan hanya salah satunya.
Menjadi baik adalah tugas kita, menemukan jodoh yang baik adalah usaha kita. Dan memang hikmah akan kita pahami kala sesuatu itu sudah kita jalani sekalipun itu terasa menyakitkan. Kelak kita akan paham bahwa seseorang akan datang ke dalam hidup kita dan membuat kita sadar. Mengapa perkenalan-perkenalan sebelumnya tidak pernah berjalan baik.
Memasuki usianya yang kata orang-orang tidak lagi muda. Tidak menyurutkannya untuk melangitkan banyak syukur kepada Allaah. Katanya sekali lagi kepadaku sebelum akad, "aku tidak malu ketika aku menikah diusiaku menginjak 36 tahun. Karena memang takdirku sudah Allaah tetapkan jauh sebelum diri ini diciptakan. Meski dalam proses menjalaninya banyak jatuh dan bangun, banyak menangisnya, tetapi memang akan ada manis bila kita terus bersabar dan minta pertolongan Allaah. Dan jika memang kita mau bersabar lebih luas lagi, Allaah akan penuhi janjiNya dengan lebih banyak lagi yang tidak akan pernah bisa kita berhenti untuk takjubi."
Janji Allaah sungguh benar, bahwa seseorang yang baik akan bertemu dengan yang baik pula. Dalam penjagaan dirinya yang penuh dengan perjuangan. Pada akhirnya Allaah pertemukan ia dengan seorang yang memang kualitasnya sama dengannya. Takjub melihat kuasa Allaah menjawab doa-doanya.
Wahai diri, jangan pernah redupkan harapmu, baik sangkamu kepada Allaah, doamu kepada Allaah, dan upayamu untuk terus menuju Allaah. Sebab Allaah Maha Melihat sekalipun engkau menangis sendiri. Sekalipun patah dan remuknya hatimu dan hampir putus asa kau menyatukannya kembali dengan penuh keletihan.
Sebab aku tak pernah kecewa setiap kali mengadu peluh kepada Rabbku. Meski saat itu yang kudapati mata menjadi bengkak sebab airmata tak ingin berhenti.
Sebab aku selalu bahagia setiap kali menangis pilu kepada Rabbku. Meski saat itu yang kudapati upayaku tak sesuai dengan apa yang kuharapkan.
Karna bagaimana mungkin aku akan kalah, bila yang menguatkan dan meyakinkanku adalah Kau yang menciptakan semesta?
Ruang syukur || 17.09
*aku sudah meminta izin kepadanya untuk menuliskan sekelumit kisahnya dalam sebuah tulisan.
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
149 notes
·
View notes
Text
Selama ini kalau ada yang reblog atau komen di tulisanku, palingan cuman ngelike atau skip doang soalnya seringnya bingung mau ngerespon gimana. Terus nemu komenan ini. Ngerasa lucu wkwk. Kek... di tumblr mah orang bebas mah nulis apa aja dan diniatkan/ditujukan untuk siapa aja. Bahkan beberapa tulisan tak ada yang benar-benar diniatkan atau ditujukan untuk siapapun. Nulis tentang cinta bukan berarti lagi benar-benar jatuh cinta. Nulis tentang patah hati bukan berarti memang lagi patah hati. Ada baiknya memang kita tidak usah menebak-nebak untuk siapa tulisan seseorang ditujukan, apalagi merasa geer tulisan tersebut ditujukan untuk kita. Cukup nikmati setiap tulisan di sini. Ambil sebagai pelajaran,nasihat, atau sebuah renungan. Tak ada yang benar-benar tahu isi hati seseorang. Apalagi niat seorang penulis menuliskan sebuah tulisan.
23 notes
·
View notes
Text
"Itulah enaknya dicintai oleh penulis, Vid"
Sebuah pernyataan yang datang setelah diskusi panjang di kolom chat antara aku dan temanku malam itu,
"Antara Enak dan nyeremin sih (ngeri)" ungkapnya lagi.
"Tapi ga juga, karna ketika kita tak sengaja membuatnya patah, kita akan menjadi tokoh utama dalam tulisan luka-lukanya"
"Karna jika puisi cinta yg lahir dari tulisannya, maka kita akan abadi dalam keindahan bait sya'ir yang ia tulis, tapi sebaliknya jika puisi kesedihan, kita akan abadi dalam duka dan kesedihannya"
Setelah diskusi itu berakhir, aku belum pernah berakhir dalam menyesali ketiadaanmu. Aku pernah bilang padamu bukan,
"Aku ingin menjadi Ruh (Sesuatu yang hidup, semangat) dalam setiap tulisanmu, bukan bait nestapa yang justru menikam jiwa, tapi ah malangnya, Aku selalu menjadi duka lara, nestapa, juga anomali rasa, apa aku harus mengatakan maaf berulangkali, atas hadirnya aku yang tak pernah kau syukuri, sekali saja ingin ku bertanya, memilikiku tak pernah membuatmu bahagia, ya? Dari sekian syair yang kau buat, tidakkah ada yang berasal dari bahagiamu? Atau hanya duka lara saja yang kau rasa?"
Baiklah, lupakan tentang rindu dan juga Cinta, mungkin Aku lupa, bahwa puisi-puisi indahmu hanya untuknya saja, sedang Aku hanyalah tulisan receh yang tak pernah kau baca, sedang aku hanyalah halaman usang yang sudah lama kau tutup, lalu kau simpan dalam ruang antah barantah, dan tak akan pernah kau baca, selamanya, sekali lagi, barangkali benar, aku adalah sebuah buku yang sudah lama kau tutup, lalu kau tinggalkan disini, dalam ruang sunyi, dalam ruang gelab yang tak ada sesiapa didalamnya.
Seharusnya semuanya sudah berakhir bukan? benar-benar berakhir, tapi ah ya Tuhan, mengapa jemari ini masih menulis tentangnya.
#JourneyVie
Oktober, 2024.
7 notes
·
View notes
Text
Menyerah Juga Nggak Apa-Apa Kok!
Hai, lelah ya?
Sama.
Tapi ini bukan untuk mengadu nasib, bukan juga sebagai kalimat motivasi yang bisa membakar api semangatmu kembali. Ini hanya tulisan yang akan menemani lelahmu malam ini.
Orang sering bilang, katanya jangan pernah menyerah, hanya dengan itu kita bisa mencapai apa yang kita inginkan. Tapi coba kita beri satu kondisi, di mana dalam pelarian yang nggak henti untuk mimpi itu, kita udah mengorbankan banyak hal, yang nterlewati untuk disyukuri karena ia terlanjur disembelih.
Kayaknya urusan menyerah kita juga harus kembali ke situasi dan kondisi yang terjadi.
Kalau harus jujur, aku pernah menyerah kok, sering malah. Bukan karena aku menyerah makanya aku kasih pembelaan, ya meski kamu bakal anggap demikian. Hanya saja aku merasa ada hal-hal yang nggak mampu aku korbankan meski itu untuk mendapatkannya yang lebih besar.
Contoh sederhananya, mengabaikan yang aku anggap benar untuk materi yang hilang sekejap mata.
Jadi kalau kamu mau menyerah sekarang, nggak apa-apa. Menyerah lah kalau itu udah nggak memberi lebih banyak hal baik untuk kamu. Menyerah akan suatu hal bukan berarti menyerah akan hidup, menyerah akan suatu mimpi bukan berarti berhenti memberikan harapan untuk terus melanjutkan mimpi lain.
Aku nggak akan berakhir sama patah hati di cinta yang lama kalau aku nggak menyerah sama takdir yang ada, dan menyerah di sini membuka kesempatan untuk masa yang baru, nggak harus dengan cinta baru tapi dengan kehidupan baru lainnya.
Tapi gimana kita tahu kondisi ini layak untuk menyerah?
Mungkin dalam semua aspek kita harus mengenali diri kita lebih banyak lagi, biar tahu mana yang banyak negatifnya dan mana yang banyak positifnya. Hanya dengan itu kita bisa membuat keputusan untuk menyerah di waktu yang tepat.
Nggak apa-apa kalau mau menyerah, kalau itu emang nggak memberikan kita daya hidup yang kuat. Hanya terus berjuang tanpa menilik lagi apa yang dilalui dan apa yang diyakini.
Tapi kalau kamu masih kuat, masih sepenuh daya untuk terus berjuang, dan itu untuk hal atau nilai yang diinginkan tanpa mengorbankan banyak hal, teruslah di sana, sampai titik mana kamu nanti melihat apa hasil dari semuanya.
tulisan dari aku yang sedang menyerah soal harapan untuk Indonesia hehehe.
31 notes
·
View notes
Text
Meluaskan Jangkauan
Pengalaman baru hari ini, membuka pemahaman dan harapan baru bagi kebermanfaatan diri.
Selama ini kukira, teman-teman menganggap tulisanku bagus, ya, karena mengenalku secara langsung. Mereka tahu sebagian besar tulisan berdasarkan pengalaman. Mereka bisa lihat dan menebak kisah mana yang sedang aku ceritakan. Mereka teman yang baik, selalu mendukung langkah kecil satu sama lain.
Tapi malam ini terasa berbeda, patah sudah yang selama ini kukira. Setelah mencoba langkah baru untuk meluaskan jangkauan, aku tahu bahwa tulisanku pun berharga.
Jika hanya sebuah angka, mungkin itu sedikit saja. Tapi bayangkan jika bertemu mereka dalam satu waktu lalu membacakan tulisan itu, jelas akan terasa berbeda.
Kemarin-kemarin, aku cukup senang ada satu dua orang bertandang setelah berlalu beberapa hari. Rasanya seperti, merasakan keabadian tulisan. Bahwa meski kita tak disana, masih ada orang yang membaca tulisan kita.
Ternyata sayang sekali, jika pemahaman baik ini kita simpan sendiri. Ada banyak orang yang mungkin, akan merasa lebih baik saat membaca tulisan kita. Sesederhana, ia tak lagi merasa berjuang sendirian.
Seperti aku yang tak pernah menyangka, akan ada sebanyak itu orang yang ikut menyimpan tulisanku. Mungkin akan dibaca berulang kali, mungkin hanya disimpan saja tanpa ditengok kembali. Namun yang pasti, disimpan untuk jadi pengingat diri di kemudian hari.
Atau aku yang tak pernah mengira, akan ada yang membagikan tulisan itu dari berbagai kacamata. Mungkin kalimat pertama, atau paragraf kedua, dan bahkan kata terakhirnya. Ada bagian kecil dari tulisan itu yang sesuai dengan perasaan mereka.
Meluaskan jangkauan, akan menambah kebermanfaatan.
📝 18/30
(20-07-2024) selesai ditulis di kraton's sambil menunggu adik berenang bersama teman dekatnya.
9 notes
·
View notes
Text
Sepertinya aku beneran sedih dan patah hati. Aku kan mutualan sama si teteh di Tumblr ini, aku follow karena suka baca tulisan dia yang seru. Suka ceritain kegiatan apa aja yang dilalui tiap harinya. Terus, menurut aku tuh si teteh keren, soalnya nikmatin hidupnya banget deh.
Nah kayanya udah beberapa Minggu ini aku ngga lihat postingan dia, biasanya tulisan dia suka muncul di Tumblr. Terus aku iseng-iseng dong cari akunnya, ternyata ngga ada. Aduh teh, mana aku ngga sempet ajak ngobrol lewat fitur pesan di Tumblr ini, belum berani ajak ngobrol duluan. Kalau gitu mah, mending ku tanya user Instagram teteh biar kita mutualan Instagram aja.
Semoga akunnya cuma istirahat sementara, semoga juga bukan karena akunku yang diblokir. Aaaa aku sedih pisan, padahal belum nanya-nanya ke teteh soal kerjaan yang sama kaya aku, terus aku juga ngga sempet nanya soal kelanjutan kuliahku yang sepertinya si teteh udah berpengalaman pisan. Ayok teh balik lagi.
- 12 Mei 2024
18 notes
·
View notes
Text
e p i s o d e
terbiasalah, berbahagialah.
Begitulah 2 kata yang tertulis di salah satu story whatsapp seseorang. Entah orang itu menulis untuk siapa atau sedang dalam keadaan bagaimana. Yang pasti kata tersebut sangat relate dan membuatku sedikit tersadarkan kembali.
terbiasalah.
Ternyata, aku hanya membutuhkan banyak waktu untuk membiasakan kembali semuanya. Terbiasa tanpa seseorang, terbiasa untuk selalu sendirian, terbiasa untuk menceritakan semua kegundahan melalui tulisan. Hampir satu tahun terlewati, ternyata masih belum cukup. Aku masih belum bisa membiasakan diri untuk lebih mengenal diri sendiri lagi.
Lucu. Padahal sebelumnya aku merasa baik-baik saja. Ibaratnya, dia hanya orang yang numpang lewat untuk berperan sebagai "support system" dalam beberapa episode cerita. Meski sebelumnya aku sempat memikirkan berbagai kemungkinan terburuk, agar aku tidak terlalu terkejut saat kemungkinan buruk itu benar-benar terjadi. Tapi bagaimana? ternyata hanya gampang diucapkan saja, menjalankannya amat sangat susah.
Kalau sudah begitu, aku mana mau lagi membiarkan orang lain terduduk di kursi kosong yang ada dalam ruang sudut hati ini.
Cerita yang kemarin saja masih belum usai, tidak jelas akhirnya bagaimana dan seperti apa. Tidak ada kata "selesai" atau hal lain didalamnya. Akhirnya, aku hanya dihantui oleh perasaan-perasaanku sendiri. Bingung, takut akan merasakan kehilangan (lagi). Takut akan terlalu berharap kepada manusia (lagi).
Tapi, aku punya keyakinan untuk tidak pernah menyesali keputusan yang aku buat. Maksudku, ketika aku memutuskan untuk mencintai seseorang berarti aku harus siap untuk merasakan patah hati oleh orang tersebut, bukan? Iya, bagaimanapun inilah resiko yang harus kuterima saat aku memutuskan berjalan di "ranah" sana.
Tidak tahulah. Entah aku orangnya naif atau memang bodoh, biar kau saja (para pembaca) yang memutuskan.
Tapi, tidak masalah, ia juga tidak salah.
Aku jadi banyak belajar banyak hal karenanya. Serius. Hal ini benar-benar dijadikan pelajaran penting dan paling berharga dalam hidupku.
Maka dari itu, aku membutuhkan banyak waktu untuk menata kembali semuanya. Tentu harus dimulai dari diri sendiri. Aku, sedang berusaha untuk memulai episode yang biasa-biasa saja, mengalir tanpa ada orang istimewa didalamnya.
berbahagialah.
Dengan begitu, aku bisa menciptakan sendiri episode yang ingin kujalankan. Kebahagiaan ini akan kuciptakan sedemikian rupa dengan cara sederhana. Sesederhana membeli eskrim di toko kelontong, membeli buku novel di toko online, makan bakso di pinggir jalan, menonton film semalaman, bermain bersama anak tetangga yang lucu dan menggemaskan, atau bahkan mengelus "si mimin" kucing hitam liar kesayangan.
Sial. Pintu kebahagiaan ada banyak, tapi kenapa harus menunggu pintu yang bahkan tidak terbuka?
Baiklah. Pembaca sekalian yang sama sekali tidak kukenali, do'akan aku. Episode kali ini akan ku jalankan dengan sebaik-baiknya.
Sketsa, 27 April 2024
13 notes
·
View notes
Text
Aku menemukan sebuah tulisan, katanya
"Belajarlah menulis nak, agar kelak kalau kamu patah hati, kamu bukan menangis melainkan menulis"
Lalu aku langsung bergumam, apa ini sebabnya aku sudah tak menangis lagi? Karena sudah kuluapkan semuanya dalam bentuk kata dari luka yang paling pedih.
Tapi, nyatanya airmata itu selalu hadir untuk melegakan kepayahan yang kita miliki sebagai manusia.
23 notes
·
View notes
Text
Untuk A. Seseorang dari Planet lain.
Aku nggak pernah tau gimana perjuangan dia sampai titik ini.
Yang 'cuma' aku tau, aku yang merasa patah sendiri. Padahal bisa jadi dia yang lebih bergelut dengan hatinya, kan?
Aku nggak pernah tau apapun, karena dia nggak berusaha menjelaskan apapun.
Aku ingin bertanya, tapi sepertinya Tuhan menakdirkan untuk tidak perlu bertanya.
Ya sudah, mungkin baiknya memang begini.
Seorang menyarankan,
"carilah kesalahannya, kekurangannya. Nanti itu bikin kamu ilfeel dan akhirnya lebih mudah buat melupakan"
Aku nggak pernah ingin membuat seseorang tampak buruk dimataku. Apalagi untuk kesan terakhir dia. Aku pengen mengingat baik-baiknya saja. Toh, sudah pernah ku coba untuk mengingat keburukannya, selalu saja hatiku bilang, "namanya Makhluk, mana ada yang sempurna". Lagi pula, pengalihan dengan cara itu menurutku belum bisa dikatakan melepas dengan seikhlas-ikhlasnya lepas. Aku pengen melepasnya dengan memori baik, ya karena memang dia orang baik --lantas kenapa dicari buruknya?
Jalan kami mungkin terlihat lebih terjal. Pun begitu jalannya, ku kira. Apalagi setelah dia hadapi kisah yang membuatnya melewati lorong panjang gelap itu selama bertahun-tahun. Hanya doa terbaik yang bisa ku berikan saat itu dan saat ini.
Meski sepertinya percakapan terakhir kita tidak terlalu baik untuk menjadi penutup semua ini, tapi nggak papa, ending cerita suatu kisah nggak perlu harus selalu jelas, kan? Kalo emang jalannya dibuat gantung, ya gpp aja. Gak semua harus ada jawaban di dunia ini. Dunia memang tidak seideal yang kita harapkan.
Jadi, sekarang mari kita lanjutkan perjalanan kita masing-masing.
Sebetapa inginnya kita ada di jalan yang sama, kalau Yang Maha Kuasa nggak ijinkan, kita nggak bisa maksa, kan?
Aku berdoa semoga banyak hal baik yang menyambutnya di depan sana. Banyak hal baik yang makin mendekatkannya pada Allah. Banyak kebahagiaan yang akan dijemputnya, hingga dia lupa rasa sakit yang pernah dia rasakan. Semoga Allah beri kebaikan, kebahagiaan dunia-akhirat untuknya.
If he reads this, i just want to say:
Sampai jumpa lagi yaa! --eh, ntah mungkin baiknya malah tidak perlu berjumpa lagi. Kenal kamu tuh bikin aku makin kagum sm Allah, punya skenario yang luar biasa buat hambaNya hehe. Padahal ya mungkin, kisah kita banyak juga dilalui oleh orang lain.
Baik-baik, kamu! jangan ngajak orang lain lompat ke jurang yaa wkwk meski itu cuma kiasan, tp jangannn. Ada banyak hal baik yang bisa dikatakan, dibayangkan, dan disemogakan. Berdoalah agar takdir-takdir baik yang mendekatkan dan dijauhkan dengan takdir-takdir yang buruk.
Sampai sekarang aku penasaran gimana kabar 'Pesawat Alien' yang pernah kau jumpai ketika masih kecil. Apakah masih ada, atau udah balik ke planetnya? Hehe
Oh ya, maaf sempat buat penasaran kamu berulang kali. Itu caraku membatasi semuanya. Soal tulisan-tulisan itu, ya memang takdirnya tidak sampai ke kamu aja. Gpp ya, baiknya memang gitu, apalagi setelah ngeliat gimana takdir di depan kita sekarang.
Jadi, ya mungkin cukup ini saja. Jangan panjang-panjang, meski ngobrol denganmu, nggak pernah bisa singkat, kan?
Lagi-lagi biar Takdir Allah saja yang menentukan tulisan ini dibacanya atau tidak. Porsi ikhtiarku udah kulakukan semampuku, meski mungkin masih banyak kurangnya --tapi inilah yang mungkin terbaik.
Glenmore, 18 Mei 2023 - 09.39
21 notes
·
View notes
Text
Ada apa buk?
serius sekali raut wajahnya, tumben (monolog ku) "diingat-ingat sudah lama sekali ngga ada interaksi apa-apa lagi bu" awal mula percakapan ku pada pertanyaan ibuk kala sore itu, tatapan mata ibuk yg sangat jelas ada garis kesedihan terpancar kala menatap mata kecil putri keduanya ini,
ibuk lanjut bercerita dan menjelaskan banyak sore itu, dan dari setiap sisi penjelasan ibuk yg runut ibuk jelas sekali sangat hati-hati dalam memilih kata agar aku tak menangkap penjelasan nya dengan pandangan yg buruk, namun aku tetap paham dengan baik apa maksud kalimat ibuk, yg menjadi kegelisahan dan kegundahan ku kala malam terjawab lewat lisan lembut ibuk. alhamdulillaah.
ku jelaskan padanya dengan sedikit meyakinkan nya "tidak apa buk, memang sudah jalannya.. Allaah yg menghendaki apa yg Dia kehendaki" (menahan agar tak menangis di hadapan ibuk sangat menguji krna kan sudah gede moso nangis ehehe😄 padahal mungkin ngga apa-apa😊)
ibuk usap jari jemari ini sambil berkata lembut "ngga apa-apa yaa nduk? semoga ini adalah sebuah bentuk penjagaannya Allaah untuk mba",
aku mengangguk patuh, "ngga apa-apa dong buk (sambil ku usahakan senyum riang itu muncul), hidup selamanya dengan ibuk pun mba sangat senang (candaku)", ibu mulai tertawa namun sedikit pilu (ekspresi ibuk yg lucu😄)
aku mengerti kenapa ibuk sesedih itu, krna selama ini aku sudah banyak sekali bercerita mengenai satu nama yg begitu baik itu, dari kepribadian maupun kehidupan nya aku bisa mengenalnya lewat orang² yg mengenalnya dengan baik dan lewat tulisan² yg kerap ia tulis lengkap bersama perjalanan sederhana nya, bukan waktu yg sebentar bagiku untuk bisa meyakini rasa.
kenapa ibuk menatap ku dengan sendu? krna ibuk tahu aku adalah perempuan yg tak mudah menaruh rasa, ibuk mengerti akan prinsip yg ku jaga, tidak menoleh kesana kemari bila sudah dititipkan sebuah amanah, ibuk tahu aku selalu mempertimbangkan hal-hal yg sangat berpengaruh dalam hidup ku dan mungkin ibuk merasa dari jawaban yg ibuk berikan sore itu membuat ku merasa jatuh, sedih, dan patah.
mungkin memang benar, tapi aku kembali paham bahwa bersama dengan waktu, yg sakit kelak akan sembuh. aku bertanggung jawab atas setiap retak yg terlanjur hadir agar bisa kembali utuh.
"ibuk minta maaf ya nduk, selama ini kita sudah berusaha, sisanya biarlah Allaah yg bergerak, Allaah tidak mungkin meragukan do'a, usaha, dan keyakinan nya mba", diciumnya pipiku.
aku membisik, "mba yg minta maaf ya buk"
ibuk yg selama ini menemani langkah ku ternyata ikut juga merasakan goresan ini. nyatanya ibuk tetap bisa merasakan hati yg patah itu walau aku cengengesan cengar-cengir. aku cuma ngga mau ibuk merasa gagal dalam menjaga hati putrinya, padahal aku sendiri penyebabnya yg jelas tahu bila menaruh rasa sebelum datangnya kehalalan itu akan kecewa.
lengang; aku menerawang kembali kebelakang dipaksa membuka memori kenangan.
memang sudah lama sekali tidak komunikasi lewat apapun itu, pesan yg terkirim singkat dan sebentar itu bisa terhitung hanya sedikit dalam kurun waktu 4 tahun dan itu menjadi sesuatu yg ku syukuri, jeda berkepanjangan pun sudah aku rasakan, bahkan ingin hanya sekedar tanya kabar lewat pesan singkat itupun tidak aku lakukan apalagi telfon yg kebanyakan sudah lumrah di lakukan namun lagi-lagi aku tak pernah berani melewati batas itu.
egoku ingin sekali, hatiku memekik keras ingin melakukannya, pikirku kala malam yg seringkali menuntut untuk sebuah jawab yg pasti akan rasa itu selalu ku kubur dalam-dalam sebab aku tak ada keberanian melawannya.
entah krna takut akan jawaban yg mengecewakan, atau krna hatiku masih menginginkan satu nama itu menemani hari dalam hari ku meski hanya tipis sekali keinginan itu bisa terwujud sebab aku masih misteri sekali di depan sana, namun lagi-lagi pertolongan Nya menolong ku, tidak ada nya jawaban ternyata itulah sebenarnya jawaban.
menghadapi kesakitan lalu melewatinya di temani doa sang ibuk.
2 notes
·
View notes
Text
Here is a letter that i write for you ✨
Semoga saja tulisan ini berkenan untuk diterima.
Teruntuk Ka Musliha, hai ka muse! Bagaimana perasaannya setelah beberapa menikah? Semoga menyenangkan ya hihi. Gak kerasa ya ka, kita udah kenal dari tahun 2018. Lama juga ya. Ternyata, sudah selama ini kita saling kenal. Nail tau, kakak in syaa Allah adalah perempuan sholehah yang keyakinannya atas kuasa Allah tuh tidak perlu diragukan lagi. Terima kasih ya ka, selama ini sudah menjadi panutan Nail dari segala macam sisi; keimanan, keislaman, kehidupan, bahkan pendidikan. Jujur, banyak hal yang pengen Nail tulisin tentang kakak, tapi kata-kata aja gak mampu menggambarkan betapa beruntungnya Nail bertemu, kenal, bahkan dekat dengan kakak. Makasih ya ka, selama ini sudah menjadi figur kakak perempuan yang Nail dambakan :”
Di hari akhirnya kakak menggenap ini, Nail cuman mau bilang, barakallah ka Muse. You finnaliy find your new home. You finally found him. Nail harap, pernikahan kakak menjadikan kakak semakin dekat dengan Allah, semakin menjadikan kakak sebagai muslimah yang berdaya baik sebagai istri dan kelak sebagai ibu (aamiin). Semoga Allah merahmati permikahan kalian ya ka. Serta, apa apayang kalian impikan bersama, bisa terwujud. Aamiin.
Teruntuk Ka Mualim!
Hai mas bro! Selamat ya, anda sudah menemukan berliannya Handil Bakti. Kamu keren lho, bisa memenangkan hatinya Ka Muse yang sulit ditembus ini. Ka Mualim sangat beruntung bisa jadi partner menuju Syurga-Nya Ka Muse, meskipun beliau ini cengeng, tapi masakkannya ENAK BANGET wkwkwkk. Btw, udah denger bacaan Qur’annya Ka Muse kah? Gimana? Makin terpesona kah? Hahahaa. Nail yakin, akan selalu ada hal yang membuat kakak bersyukur menikahi Ka Musliha setiap harinya.
Di tulisan kali ini, Nail mau berpesan aja, jangan galak galak ya sama Ka Muse, hatinya terlalu lembut. Kalau ada hal hal yang kurang disukai, tolong sampaikan secara halus, biar Ka Muse gak nangis mulu :(. Jaga kakakku baik baik ya ka, bimbing dia, kalau mau ngajarin satu ilmu, jangan dikarasi dulu, kena patah; hatinya, harapannya, tulang rusuknya. Paham ai lo pian apa jar ulun nih huhu. Intinya, jaga akan Ka Muse lah. Ulah sidin bahagia dan bersyukur bisi pian sebagai laki sidin :D. Titip ka Muse lah ka. Maap nah, timbul bahasa banjar hahaha.
Pesan terakhir untuk kalian berdua:
Semoga, bersatunya Ka Mualim dan Ka Musliha menjadikan kalian semakin dekat dengan Allah, makin dekat dengan syurga-Nya Allah, semakin membari manfaat, besar, dan bestari tuk sekitar.
Semoga, kelak Allah berikan kalian keturunan yang sholeh dan sholehah, keturunan yang membawa kebahaiaan, ketentraman, kenyamanan, kegembiraan dunia dan akhirat.
Terakhir, selamat bertumbuh, menua, dan mendekati-Nya bersama ya ka…..
With luv
Ading pian nang paling bungas hihihi
3 notes
·
View notes
Text
Kok akhir-akhir ini tulisannya tentang cinta, patah hati, memilih berheti, dll. yang berkaitan cinta Mi?
Wkwkwk. Kebetulan selain kuliah profesi, mendadak di curhatin temen-temen lagi setelah sekian lama memilih untuk menutup diri, release emosi yang telah lama di tumpuk. Eta malah jadi tulisan.
Jadi, ketika seseorang menulis tentang galau belum tentu benar-benar galau. Begitu juga tulisan lainnya.
Terus kenapa tulisan ini seolah klarifikasi?
Ngga sih, cuma pengen ngeluarin isi kepala aja. Ini sudah kebiasaan nulis essay ttg pendidikan. Anggap aja penyegaran. Yg penting, tulisan itu mengajak diri sendiri dan orang lain berefleksi bahwa Allah adalah segalanya, yang membantu, yang menjaga dan mengingat Allah. Udah cukup, sekian😂
2 notes
·
View notes
Text
Tidak diperbolehkan untuk menyalin & membagikan segala tulisan di sini tanpa izin atau tanpa menyebutkan credit ⛔
Beli buku "Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa" di sini
Review pembaca bisa liat di sini
Archives tulisan:
How writing saves me a lot
Second memory
Kekuatan sebuah tulisan
Marry & love things
It's okay to wait long than to marry wrong
If it's the right time, everything will be easy
A letter for someone I'll call "Mas" in the future 💌
I believe you'll find it
Falling in love at this age feels so heavy
Self awareness
Life taught me a lot
Marriage talk
Kok iso?
Fall in love without any reason
Aku gak perlu bilang sayang
What kind of marriage is that i want
Dear parents, You get what you teach
Pasti ada
Gentle reminders
Bertahanlah. Setidaknya untuk dirimu sendiri
Berdoa itu gratis
Life lessons
Ujian yang tak kunjung selesai
Berteman dengan kesepian
Belajarlah untuk mati rasa
Everything happens for reasons
Yang lebih berat
I hate being poor
Grieving
Menerima penolakan
Penggugur dosa
Dilema seorang kakak
It's okay to ask for help
Perjalanan menemukan diri sendiri
Ketersediaan telinga
Krisis jati diri
Mengenal batas cukup
Jangan-jangan
Deactivated
Life gets better
Anak
Oh ternyata ini maksudnya...
Pertemanan di usia dewasa
Kita dan duka kita masing-masing
Terima kasih telah jadi orang baik
Rumus bermedia sosial
Mempertanyakan ulang mimpi-mimpi
Heals journeys
How depression feels like #part1
Aku ingin hidup lebih baik
Relapse
Quotes
Pray in silence
Prosa
Tentang jatuh cinta, patah hati, dan mengikhlaskan
Kalau aku tidak cantik lalu kenapa?
Night
Buku paling rumit
Menuju 23
Tak semua kebaikan perlu dibalas
Gak semua orang harus tau kita lagi kenapa
Ketenangan itu mahal
Less friends less problems
Some people won't stay
We suffer more often in our mind than in reality
Sama manusia secukupnya saja
How to fix our life
Gak semua hal harus kita tau jawabannya sekarang
Be okay with being understood
We never can change people
No need to prove anything
Cerpen
Antara perasaan dan realita
33 notes
·
View notes