BENGAWAN SOLO, MENGALIRKAN SEJARAH KEUTAMAAN...
.
.
A. Cokro Pengging Kali Larangan
Umbul Cokro dan Umbul Pengging merupakan mata air yang sangat baik. Airnya jernih mengalir sepanjang masa. Berguna untuk pengairan sawah yang subur.
Daerah Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo ini mendapat limpahan air dari Cokro Pengging. Maka sejak dulu daerah ini menjadi lumbung padi.
Gumrojog banyu bening. Tuking gunung Umbul Cokro Pengging.Mili ngetan tumuju Kali Larangan. Kartasura Surakarta. Sakbanjure mili neng Bengawan Gedhe.
Kali Larangan yang legendaris ini airnya bertumpah di bengawan Solo. Dikatakan kali Larangan berarti kemewahan. Larang dalam bahasa Jawa berarti mahal, mewah, elit, lux, bagus, hebat , istimewa. Betapa tidak. Mewahnya kali larangan, terbukti dipelihara, dirawat, dan digunakan untuk keperluan Karaton Surakarta Hadiningrat dan pura Mangkunegaran.
Maka tiap 500 M dijaga dan diawasi. Mirip dengan merawat tirta perwita sari dalam lakon Dewaruci.
Hulu bengawan Solo sungguh mengagumkan. Di sekitar umbul cokro Pengging ini hidup tokoh besar dalam sejarah Jawa. Sebut saja Sri Makurung Handayaningrat, Ki Ageng Pengging, Joko Tingkir, Syekh Siti Jenar, Ratu Pembayun, Kyai Yasadipura, Tumenggung Padmanagara dan Ranggawarsita.
Semua raja Mataram menjalankan laku ritual siram jamas di Umbul Cokro Pengging. Tempat ini pusat sarjana dan bangsawan utama.
Air umbul Cokro Pengging mengalir ke arah timur. Bertemu di Kartasura. Aliran disambung di Kali Larangan menuju kota Solo.
Dulu aliran sepanjang 20 KM ini dijaga ketat oleh petugas. Kordinatornya KRT Tirtonagoro,pejabat Karaton Surakarta Hadiningrat yang mengurus irigasi. Kebersihan kali Larangan terjaga betul. Orang bisa langsung minum di kali. Malah minum di kali larangan dipercaya sebagai obat.
Mencari jodoh dan ingin punya anak pun, orang mau minum langsung di Kali Larangan.
Sejak dulu sampai sekarang peradaban tumbuh subur di daerah ini. Kuliner, batik, gerabah, gamelan, industri, kerajinan bisa tampil di tingkat dunia.
Bangsa manca banyak yang belajar beragam ketrampilan.Kesenian pedalangan, kerawitan, kesusasteraan, gendhing, tari berkembang pesat. Gambaran tentang kebajikan dan keindahan mudah ditemukan.
Jagad gumelar dan jagad gumulung berjalan dengan baik. Mereka bisa menunjukkan keagungan dan keanggunan.
Sumber mata air yang tak kalah pentingnya adalah Kaliworo di kaki Gunung Merapi.
Airnya menampung dari daerah kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Prambanan, Gantiwarno. Berubah aliran menjadi sungai Dengkeng.Mengalir sepanjang kaki bukit gunung ijo, ke arah timur. Meliputi daerah Wedhi, Bayat, cawas, Juwiring, Karangdowo dan bergabung di Sukoharjo dengan bengawan Solo.
Kanan kiri aliran ini banyak insan yang suwita kepada Karaton Surakarta Hadiningrat sebagai abdi dalem.
B. kahyangan Dlepih Kali Keduwang
Mata air yang mengalir ke bengawan Solo berasal dari sumber kahyangan Dlepih Tirtomoyo Wonogiri.
Tempat ini menjadi pesanggrahan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul. Maka kerap dijadikan untuk lelaku. Orang percaya bahwa doa di sini akan terkabul. Calon Lurah, Bupati, Gubernur dan Presiden melakukan ritual di kahyangan Dlepih.
Orang Jawa mantab menggunakan cara nenuwun...
Air di pegunungan sewu punya khasiat prima. Semua wanita yang terkena percikan banyu gunung sewu, pasti mukanya berseri dan bersinar. Mata air bengawan Solo ini terlebih dulu melewati kali Keduwang.
Sinuwun Paku Buwono lX sering tapa ngeli di kali keduwang. Kali keduwang menjadi sarana angkutan kayu jati dari Alas Donoloyo. Kayu jati Donoloyo ini bahan utama bangunan Karaton Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran.
Cara menebang kayu jati Alas Donoloyo menggunakan sesaji dan ritual khusus. Sesaji dari Kraton Surakarta Hadiningrat dipersiapkan oleh abdi dalem Purwo kinanthi. Lantas diselenggarakan wilujengan yang dipimpin ulama Kraton.
Semua peserta harus berbusana kejawen jangkep. Nyamping, beskap, blangkon, samir, keris, sabuk wala, sabuk timang untuk pria. Sanggulan, kebaya hitam dan nyampingan untuk putri.
Khusus abdi dalem Purwo kinanthi berbusana kemben. Wilujengan selesai lalu kayu jati boleh ditebang. Dilakukan dengan hati-hati, Jangan sampai sembrono. Bisa kuwalat. Ini pekerjaan yang diawasi oleh para leluhur.
Penebangan kayu jati selesai. Ada ritual baku. Sebelum diangkut lewat kali keduwang, harus tayuban. Tayub, ditata supaya guyub. Ledhek terpilih diundang untuk unjuk kebolehan.
Mereka ledhek terpilih yang terampil nembang dan njoged. Hadirin mendapat kesempatan ngibing. Lagunya diawali dengan gendhing talu.
Ayak srepeg sampak laras slendro pathet manyura berkumandang. Dilanjutkan dengan lagu ganda mastuti. Ketua panitia membawa sapu dan obor. Pengiring membawa sesaji makanan sambil berjoged. Diiringi gendhing kalaganjur.
Satu per satu hadirin mendapat sampur kehormatan. Suasana regeng seneng nggayeng.
Bengawan Solo memiliki ritual yang menarik. Karena berkaitan dengan eksistensi pusat kekuasaan Jawa. Raja Paku Buwono, berarti penguat dan pengikat jagad raya.
Keberadaan air bengawan Solo juga dipasok dari Grojogan sewu bawah gunung Lawu. Air ini selalu digunakan untuk sesuci oleh Sinuwun Prabu Brawijaya, raja Majapahit.
Kayu kentir atau hanyut di kali keduwang. Terus bersambung ke bengawan Solo. Tiba di Langenharjo Sukoharjo. Abdi dalem siap menjemput. Kayu diambil dan ditumpuk di Pelataran pesanggrahan Langenharjo yang megah indah dan mewah.
Diselenggarakan ritual kesenian dengan nanggap wayang. Lakonnya Babad Wonomarto. Dalang,wiyaga dan waranggana diberi atribut mastis, yakni sumping gajah oling.
Atribut ini berfungsi untuk menolak balak dan gangguan makhluk halus yang tidak kasat mripat. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini berlangsung meriah. Baru kayu diangkut dengan gerobak. Kusir gerobak didampingi tukang gerong yang pintar ura-ura dan rengeng-rengeng.
C. Diapit Gunung Kendheng dan Gunung Renteng
Bengawan Solo, riwayatmu kini. Sedari dulu jadi perhatian insani. Musim kemarau tak seberapa airmu. Di musim hujan air meluap sampai jauh. Mata airmu dari Solo. Terkurung gunung seribu. Air meluap sampai jauh. Dan akhirnya ke laut. Itu perahu riwayatnya dulu. Kaum pedagang selalu. Naik itu perahu.
Komponis Gesang dengan tepat menggambarkan keadaan bengawan Solo. Lagu langgam keroncong ini telah mendunia. Di negeri Jepang, Korea, taiwan lagu ciptaan Gesang amat populer.
Liriknya sederhana, tapi maknanya mengena. Karya asli anak bangsa yang menghadirkan rasa hormat dan bangga. Bisa digunakan sebagai kaca benggala buat generasi muda. Agar mau berusaha, bekerja dan berkarya.
Sebelah kiri aliran bengawan Solo terdapat jajaran pegunungan Kendheng.
Gunung ini kaya tambang semen, kayu jati, minyak tanah, padi gogo dan burung perkutut. Serat Centhini karya Sinuwun Paku Buwono V membahas dengan rinci kekayaan gunung Kendheng.
Sebelah kanan aliran bengawan Solo adalah jajaran pegunungan Renteng.
Ada lagu anak-anak yang terkenal pada tahun 1950 an. Cepu Bojonegoro, lor Rembang kidul Blora.Mengetan Tuban. Babad lan Lamongan, Gresik, Surabaya.
Lagu ini sebagai bahan ajar untuk siswa SD. Cocok untuk pengenalan lingkungan dan geografi. Penyajian bahan ajar cocok dengan jiwa anak yang memerlukan nuansa estetis. Learning by playing, belajar sambil bermain. Konsep makarya sinambi ura-ura.
Jumlah air yang ditampung bengawan Solo berasal dari berbagai Kabupaten : Sukoharjo, Boyolali, Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten atau SUBOSUKO WONOSRATEN.Di luar Solo raya menampung air dari Kabupaten Grobogan dan Blora. Lantas sebagian karesidenan Madiun, Ngawi, Ponorogo, Magetan. Masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya. Terakhir bengawan Solo bermuara ke selat Madura.
Ternyata bengawan Solo menjadi penyangga kehidupan, kekayaan, kebudayaan dan kebajikan. Inilah ganjaran dari Tuhan.
Semoga membuahkan kebahagiaan bagi sekalian umat manusia.
Tanah Jawa ngejayeng jagad raya....
#AFR
0 notes