Tumgik
#fotograf amator
extenler · 2 years
Text
Backstage
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Semua orang kelihatan sibuk di belakang panggung. Masing-masing punya urusan dan alasan tersendiri untuk mondar-mandir atau meneriaki satu sama lain. Atau lebih tepatnya, Mbak Didi lah yang sekarang kelihatan stres karena harus memastikan semua hal sudah sesuai dengan rencana supaya tidak ada yang kurang lagi ketika Bu Rosa melakukan final check.
Setengah jam lagi pagelaran busana untuk New Year Collection Rosalina Amerta akan segera dimulai. Jadi, hiruk-pikuk seperti ini adalah hal yang amat sangat normal. Make-up artist yang berlarian ke sana kemari untuk mengecek dan last touch up make up masing-masing model, fotografer yang sibuk menabrak orang di sana-sini untuk dokumentasi persiapan di backstage, dan masih banyak lagi yang sibuk dengan jobdesk-nya masing-masing.
“Axel, ambil accessories box yang ada di atas meja saya. Cepet ya,” titah Mbak Didi yang langsung dituruti Axel. Dalam sekejap teman seperjuangan magangnya di tempat ini pun langsung melesat menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya.
Genaya sendiri sedari tadi sibuk membantu salah satu model bernama Celia. Perempuan berumur dua puluh lima tahun yang sudah menekuni profesi sebagai model sejak usia muda. Oleh karenanya, Genaya tidak begitu kesulitan ketika membantu Celia. Justru dia malah agak tidak enak hati karena Celia lah yang banyak memberitahunya ini-itu berhubung dia masih merasa kagok karena ini adalah kali pertamanya bergabung dalam pekerjaan ini.
“Genaya,” panggil Mbak Didi dengan suara nyaring.
“Go. Before she gets mad and starts yelling,” ucap Celia penuh pengertian pada Genaya yang kemudian buru-buru menghampiri Mbak Didi.
“Iya, Mba—“
“Kamu susulin Axel sana. Lama banget gini,” potong Mbak Didi sebelum Genaya sempat bicara. Dan sama seperti yang Axel lakukan tadi, Genaya pun langsung ngacir secepat kilat tanpa menunggu Mbak Didi memerintahkannya dua kali.
Ketika langkah Genaya hampir mencapai pintu menuju kantor Mbak Didi, pintu tersebut lebih dulu terbuka dan sosok Axel pun muncul. “Minggir, Ge, gue udah mau mati nih lari-lari. Awas sebelum ibu tiri ngamuk!” teriak Axel sambil berlari melewatinya.
Mau tak mau Genaya jadi tertawa karena ucapan sembarang Axel. Sudah genap satu bulan mereka magang di kantor Rosalina Amerta, dan selama itu pula sudah banyak omelan aplagi teriakan yang mereka terima dari Mbak Didi. Sampai-sampai, Genaya dan Axel diam-diam memanggil Mbak Didi dengan sebutan ibu tiri. Meski begitu, semua omelan Mbak Didi tidak pernah mereka ambil hati, lantaran mereka sadar kalau memang begitu lah cara Mbak Didi menegur. Dan lagi, setiap Mbak Didi mengomel pun, beliau pasti memberitahu apa yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya.
Karena apa yang diminta oleh Mbak Didi sudah dalam perjalanan, Genaya pun memutar balik arah tujuannya untuk kembali membantu Celia. Meski sudah tak berlari seperti tadi, dia tetap berjalan cepat. Mana bisa dia bersantai kalau acara belum selesai. Apalagi hanya tersisa waktu lima belas menit lagi sebelum kesibukan yang sebenarnya dimulai.
Namun saat dia mempercepat langkahnya, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya untuk masuk ke dalam salah satu ruangan yang digunakan untuk menyimpan manekin dan barang-barang lain. Dia nyaris berteriak kalau saja mulutnya kini tak ditutup rapat-rapat oleh si pemilik tangan yang juga menariknya tadi.
Sewaktu melihat sosok Jules di hadapannya, Genaya langsung melotot. Dengan cepat dan ganas dia memukul-mukul tangan Jules yang masih menutup mulutnya.
“Kamu ngapain di sini?!” seru Genaya.
Tapi Jules malah membalasnya dengan meletakkan telunjuk di depan bibir. Isyarat bagi Genaya untuk tidak berisik.
“Kamu ngapain di sini?” tanya Genaya lagi, kali ini sambil berbisik.
Lagi-lagi Jules tak menjawab. Lelaki itu cuma tersenyum dan menyerahkan sesuatu padanya.
Kening Genaya berkerut. Kepalanya tertunduk untuk melihat bungkusan yang kini ada di tangannya. “Snack bar?”
“Aku tau kamu belum makan.”
“Memangnya aku bakal kenyang cuma makan snack bar?” balas Genaya bercanda. Namun segera berterima kasih pada Jules.
Dia memang belum makan sejak siang tadi. Selain karena tidak sempat, entah bagaimana ceritanya, perutnya pun tidak merasa lapar sama sekali. Mungkin karena terlalu bersemangat akan acara tersebut, sekaligus terlalu nervous lantaran takut membuat salah.
“I have bubblegums too if you want,” ucap Jules lagi.
“Kamu mau aku diomelin sama Mbak Didi ya?”
Jules langsung terkekeh. “Hari ini udah dimarahin berapa kali sama Mbak Didi?”
“Dua!” Genaya berseru, namun kemudian menutup rapat mulutnya karena teringat kalau dia tidak boleh berisik karena mereka sedang bersembunyi. Dipikir lagi, sejak kapan dia setuju dengan acara ngumpet bersama pacarnya ini yang seharusnya ada di luar dan bersiap untuk pagelaran busana tersebut.
“Capek nggak?”
Genaya meringis sambil mengangkat jari telunjuk dan jempol, membuat sedikit ruang di antaranya sebagai tadi ‘sedikit’. “Eh, mau ngapain?” tanyanya buru-buru saat melihat Jules mengambil satu langkah maju dengan kedua tangannya yang terbuka.
“Giving you a hug,” jawab Jules santai. Siap untuk kembali maju mendekatinya.
“Nggak usah macem-macem! Kalau baju kamu jadi kusut, yang diomelin nanti semua orang termasuk aku!” Jules pun diam di tempat, dan tak lama menurunkan kedua tangannya. Genaya jadi tertawa melihat hal itu. “Kamu harus balik sekarang sebelum semua orang nyariin.”
“Can I take you to a dinner after this?”
“Kalau beres acara dan nunggu aku kelar sih bukan dinner lagi namanya, tapi makan tengah malem.”
Jules tersenyum lebar. “Ya, nggak apa-apa. I have to make sure kalau kamu tetep makan sebelum pulang ke rumah. Daripada sakit. Aku tunggu ya nanti?”
Setelah diam dan berpikir selama beberapa detik, Genaya pun mengangguk. “Tapi nanti tunggu—“
“Mas Jules! Ada yang liat Mas Jules nggak?” teriak seseorang dari luar sana. Refleks membuat Genaya dan Jules sama-sama melirik ke arah pintu. Genaya tahu betul kalau itu suara Mbak Oliv, asisten model yang membantu Jules bersiap sedari tadi.
“Di toilet kali, Mbak!” timpal seseorang lagi, yang kemudian kembali disahuti oleh Mbak Didi dengan, “Tolong lihatin ke toilet dong saya kan nggak mungkin masuk toilet cowok. Aduh, ini orang ke mana sih, bisa mati gue digorok Bu Rosa.”
Dari suaranya yang terdengar begitu dekat dan jelas, Genaya yakin kalau Mbak Didi ada tepat di balik pintu tersebut. Jantungnya jadi berdegup kencang, takut kalau tiba-tiba saja Mbak Didi membuka pintu dan mendapati dirinya sedang ngumpet di dalam dengan Jules. Bisa-bisa Genaya diomeli habis-habisan. Jules sih jelas tidak akan dimarahi. Paling mentok-mentok hanya dipelototi oleh Mbak Oliv.
“Mbak Oliv, Mas Jules di depan kayaknya!” seru seseorang lagi, dan derap langkah pun terdengar mengisi lorong, menandakan kalau Mbak Oliv sudah pergi menuju sosok yang berseru tadi.
Setelah diam beberapa saat, memastikan kalau tidak ada lagi orang di balik pintu tersebut, Genaya pun kembali menoleh pada Jules yang ternyata malah tengah memperhatikannya. “Gih sana. Kasian Mbak Oliv sedikit lagi stres.
Jules pun mengangguk. Tapi masih diam di tempatnya berdiri. Baru saja Genaya hendak mengusirnya lagi, tahu-tahu saja kedua tangan Jules menangkup pipinya dan sebuah ciuman singkat mendarat di bibirnya.
“I love you,” ucap Jules sembari tersenyum. Lalu kembali menciumnya selama beberapa detik, sebelum akhirnya tersenyum dan bicara, “Bye, Genaya. Gonna miss you, and kiss you again when I can.”
155 notes · View notes
lamyaasfaraini · 7 months
Text
Day 15 - Silhouettes
30 days photography challenge
Sempet bingung emang punya foto siluet? Lalu di ingat2 kembali kayanya yaa foto 3 ini deeeh. Kebetulan ada 3 foto dan tiap foto mewakili tiap fase kehidupan haha.
Tumblr media
Foto undangan pernikahan online, fisik ada jg cm beda design lg. Kayanya dulu belom musim bikin undangan web wlpn udah ada aja yg pake cuma belom marak gt. Jadi kami dibikinin foto undangan buat temen2 yg ngga dpt undangan fisik karena keterbatasan ina inu. Simple aja, ini karya kawan kami skaligus yg jd fotografer prewedd kami jg, alhamdulillah bnyk yg bantuin. Itu adalah foto siluet dari foto prewedd kami. Yaa begitulaah~
Tumblr media
Sebenernya ini ngga siluet2 amat yah, lebih ke back light tp mirip lah dikit2 wkwk. Karena gapunya dan ngga niat bikin maternity fotoshoot sebagai kenang2an saat itu usia kandungan 8 bulan. Iyak begitulah aku hamil ngga besar perutnya padahal bayi didalem selalu cukup bb nya terbukti lahirannya jg bb nya 3,0 tp perut si ibu gapernah keliatan gede bgt bahkan sampe 9 bulanpun hehe. Lokasi pemotretan di kamar saat lagi staycation sama persepupuan di villa dago atas. Oiya fotonya ngga sama bapaknya, lagian spontan jg fotonya gapake niat haha.
Tumblr media
Nah fase 3 dalam kehidupanku setelah nikah, hamil lalu punya anak deh ituuu bocil masih bayiikk 1,4 tahun piyik amat yaampun. Kayanya ini foto paling keliatan siluetnya yah. Before sunset (kek judul sequel drama romansa deh). Ini di pantai pangandaran, desember 2019 bbrp bulan sebelum pandemi disuruh liburan dulu lsg lockdown beuhhh.. Pertama kali nemo ke pantai~
3 notes · View notes
alfinamusfira · 2 years
Text
Tumblr media
Minggu ini terasa cukup berat untukku setelah melewati beberapa kejadian yang membuatku ditegur oleh Bu Dyah dan Pak Dedi. Mulai dari kejadian stok makanan yang kurang, vendor dekorasi yang telat sampai keluarga pengantin protes, vendor yang membatalkan sepihak, sampai pembatalan pernikahan karena calon pengantin wanitanya meninggal. Sebenarnya hal seperti ini biasa aku alami, namun tetap saja, ternyata tidak mudah untuk aku jalani.
“Duduk dulu Ra.” Suara seseorang mengagetkanku. Rupanya Ghiffari sudah berdiri disebelahku sembari menyodorkan kursi.
“Eh, Far. Udah lama disini?” Jawabku menerima uluran kursi darinya.
“Baru 5 menit kok. So far aman kan Ra? Nggak ada miss lagi?”
“InsyaAllah sih aman. Pasca kejadian MUA dan Fotografer kemarin, aku lebih cerewet ke vendor lain haha. Memastikan mereka nggak melakukan kesalahan. Kalau nggak bisa-bisa Ibumu nanti kasih bintang satu ke WO ku. hahaha” Candaku
Ghiffari ikut tertawa.
“Ra……”
“Ya??”
“Emm bentar deh aku ambil minum.” Ghiffar kemudian berdiri dan berlalu mengambil minum. Aku memandang punggungnya dari belakang, sekelebat kenangan masa SMA muncul kembali. Ditembak di lorong SMA sambil dinyanyikan lagu Club Eighties – Dari Hati, memenangi kompetisi Duta Sekolah bersama, menjadi couple of the year di prom night pula. Tapi sayangnya tak lama setelah masuk kampus, kami sepakat untuk berpisah, karena alasan klasik, mau fokus kuliah, padahal bisa jadi karena kami yang tak bisa berhubungan jarak jauh.
“Mbak Ra, ada masalah nih di dekor. Ikut aku yuk.” suara Nira mengagetkanku.
“Oiya? Apa? Yuk.” Aku bergegas mengikuti Nira, menyisakan kedua mata Ghiffar yang menatapku dari kejauhan.
-------------------------------------oo---------------------------------------
Pagi menjelang, acara pernikahan mbak Sonya sudah ada di depan mata, entah mengapa aku sangat bersemangat hari ini, serasa aku ingin membuktikan kemampuanku di depan keluarga Ghiffar.  Setelah selesai memeriksa semua persiapan, aku mencoba melihat ke sekeliling berharap bertemu dengan Ghiffari dan menanyakan apa yang ingin dia bicarakan semalam.
Namun aku tak menemukannya pagi ini, mungkin dia sedang bersiap. Batinku. Tapi ngomong-ngomong kenapa pipiku terasa panas sih kalau mengingat Ghiffar. Ah tidak tidak, tidak mungkin kan aku masih ada perasaan dengannya? 
Aku baru menemukan Ghiffar sesaat sebelum prosesi akad dimulai. Tentu, bukan waktu yang memungkinkan untukku mengobrol dengannya karena waktunya aku bekerja. Syukurnya, prosesi akad berjalan dengan khidmat sesuai rencana. Karena waktunya yang padat, seusai foto bersama kami langsung bersiap untuk prosesi selanjutnya. Tidak ada kendala berarti sampai pada waktu kirab resepsi. Aku melihat Ibu mbak Sonya juga banyak tersenyum sepanjang acara, beliau terlihat puas.
Semua berjalan amat lancar, sampai aku melihat Ghiffar menggandeng tangan seseorang saat acara kirab. Aku tertegun sejenak. Pikiranku memproses segala rasa tidak nyaman yang datang tak terduga. Pandangan kami beradu sejenak, Ghiffar seolah ingin menjelaskan sesuatu, namun aku mengalihkan pandangan tak memberinya kesempatan. Aku berjalan sejenak ke meja air mineral, mengambil segelas air untuk sedikit menenangkan diri.
Aku mencoba profesional sampai acara berakhir, berulang kali aku mencoba mengendalikan diriku agar tak mencuri pandang ke arah Ghiffar dan wanita itu. Mereka terlihat amat mesra. Sampai acara selesai pun, aku benar-benar mencoba menghindar dari Ghiffar. Sayangnya saat berpamitan, mau tak mau aku harus berhadapan dengannya.
“Duh makasih ya Nduk, berkatmu acaranya Sonya lancar.” ucap Ibu Ghiffar dan mbak Sonya menghampiriku sembali memelukku.
“Wah, ndak nyesal Ibu percaya untuk pakai WO mu nduk. Ibu bakal promosi ke teman-teman Ibu.” Lanjutnya sumringah.
“Alhamdulillah bu, senang sekali bisa membantu keluarga Ibu.” Jawabku.
“Raaaa, makasih ya. Kamu dan tim udah mewujudkan pernikahan impianku. Semua lancar dan aman banget. Lega banget rasanya.” Mbak Sonya bergantian memelukku.
“Sama-sama mbak Sonya, seneng deh kalau mbak Sonya dan keluarga happy hari ini.” Jawabku membalas pelukan mbak Sonya.
“Nah ini, selanjutnya ibu langsung mau pesan WO mu lagi ya nduk buat si Ghiffar. Itu tiba-tiba kemarin si Ghiffar katanya minta nikah juga. Hahaha coba ngomong dari awal, kan enak sekalian ya nduk.”
Deg! Aku melihat ke arah Ghiffar yang terlihat sedikit canggung, berbanding terbalik dengan pasangannya yang tersenyum lebar dengan melingkarkan tangannya di lengan Ghiffar
“Siap bu, boleh sekali. Asal jangan ditawar harga adik kakak ya, langsung saya terima nih!” Candaku
Kami tertawa dan mengobrol sejenak sebelum mereka pamit untuk berganti pakaian.
Namun Ghiffar masih berdiam diri, “Ra, nggak papa kan kalau kamu yang urus pernikahanku?” Tanyanya kemudian.
“Haha ya nggak papa lah. Kebetulan kan ya kita temenan, tapi sorry gak ada diskon temen ya!” Jawabku.
Ghiffar tertawa. “Oiya, semalam aku mau tanya, kamu beneran belum nikah? Belum ada calon?”
“Belum Far. Serius. Jomblo..sejak..kuliah. Kan emang fokus kuliah.” Jawabku sedikit menyindir.
“Kalau ada yang nanyain kamu gimana Ra? Ngajak kamu nikah gitu, tapi bukan aku sih. Hahaha”
Sial, bisa-bisanya Ghiffar biasa saja menanyakan hal itu. Rasanya aku ingin menghilang dari hadapan Ghiffar, apakah tidak terlihat sedikit raut wajah kecewaku? Eh tapi, kalau dipikir-pikir kenapa juga aku kecewa ya? Ah entahlah.
“Nggak tau ya, coba aja kirim CV taaruf.” Jawabku asal.
Ghiffar ingin bertanya lagi, namun gawainya berdering dan ia pun buru-buru pamit untuk mengangkat panggilan.
“Ra, sorry, aku duluan ya. Tapi pertanyaanku tadi serius. Ada yang nanyain kamu.” Ucapnya.
Aku mengela napas melihat Ghiffar menjauh. Lalu kebetulan apa di dunia ini yang kamu maksud Far?
Aku duduk dan menutup mata sejenak, menyesali mengapa sempat sedikit berharap. Saat kubuka mata, tatapan mataku beradu pada sesosok pria berkacamata didepanku.
“Assalamualaikum, Hai Ra.”
“Loh! Mas Raka! Kok disini? Masih saudara sama mbak Sonya?” Tanyaku.
Dia mengangguk dan tersenyum. “Betul Ra. Saudara jauh sih, tapi kami cukup dekat. Sering main bareng”
“Oh gitu.. Lah di SMA dulu perasaan nggak pernah keliatan saudaraan sama Ghiffar?” Tanyaku.
“Hahaha, iya, kita sepakat ngga saling kenal di sekolah.” Jawabnya.
“Pantesan! Hahaha, gimana kabar mas? Terakhir kita ketemu di wisuda mas Raka bukan sih?”
“Kabar baik Ra. Iya betul.”
Aku melihat lambaian tangan dari salah satu timku, “Eh maaf mas, aku kesana dulu ya.” Pamitku.
“Oh iya silakan.”
Aku melangkahkan kakiku dan melempar senyum ke Mas Raka.
“Ra…. senang ketemu lagi, bagiku ini bukan sebuah kebetulan biasa.” Ucapan Mas Raka membuatku menoleh.
Ha? Bukan kebetulan biasa? Apa maksudnya?
4 notes · View notes
spaceship00 · 25 days
Text
Gegara pembahasan klenik tom riddle mulyo vs harry potter baswed dan hoolocrust dari pov yang bisa ngulik, w baru tau ternyata mereka pun dikasih batasan buat ngasih tau orang² yang awam sama dunia yang ngga kliatan ini. Demi stabilitas katanya.
Awalnya pas denger alesan itu w yang lah kok gitu? Bukannya kesempatan ikut andil ngebenerin yak?
Terus tiba² w keinget fotografer atau kameramen dokumenter kehidupan alam. Mereka ngga boleh ikut² biar ekosistem ngga keganggu.
Ya mereka yang diizinin ngintip² ini macem fotografer atau kameramen lah. Cuman boleh spill tipis² tanpa ngerusak tatanan.
Random amat ini yak 😅
Senewen sendiri gegara kondisi negara yang ngga kunjung membaik, masih akan berkelanjutan, partai tersedikit case korupsi kudu merapat ke koalisi demi masih bisa ikut andil dalam perumusan kebijakan. Asli sih mau kesel tapi cara maennya emang gitu.
Ampuni kami yaa Allah. Banyak dosa² kami, sampai parlemen kami Engkau izinkan dipenuhi oleh orang² yang tak hati² mengemban tugas. Tolong kami yaa Allah. Berikan kami pemimpin dan orang² yang cukup kuat untuk mengemban amanah, juga mudahkanlah kami menjalankan sistem yang mmperkecil ruang gerak ketamakan, serta memperbesar kemanfaatan. Aamiin
0 notes
dominykasius · 3 months
Text
Negara Day One: Swedia
Negara Day Two: Finlandia
Budget: $100.000
Transport: Walk
Karena gue berjalan kaki, gue membutuhkan banyak sekali waktu, tenaga, usaha dan biaya yang banyak karena kaki gue sudah lemas gak berdaya. BAYANGIN JAKARTA SWEDIA, total yang harus gue keluarkan selama perjalanan panjang ini sekian :
Tumblr media
Kemudian gue gak mungkin dong bawa tanga kosong aja di tengah tengah perjalana yang sangat amat jauh ini, gue membawa beberapa peralatan :
Tumblr media
Ketika gue sudah sampai di Swedia dengan selamat, gue sudah menentukan kegiatan yang akan gue jalani selama disana. Gue tau gue capek tapi sayang banget kan kalo gue gak jalan-jalan? So ini jadwal gue dan biaya yang gue keluarkan :
Tumblr media
andirus memulai petualangannya dari jakarta dengan tekad kuat untuk menaklukkan perjalanan jalan kaki menuju swedia. tiba di stockholm pada pagi hari, ia segera merasakan kehangatan mentari musim panas yang membelai wajahnya saat ia menginjakkan kaki di grand hotel stockholm. di sana, kenyamanan khas hotel mewah menyambutnya dengan interior klasik yang megah dan pelayanan yang tiada duanya. setelah istirahat sejenak, andirus melanjutkan petualangannya dengan menjelajahi gamla stan, di mana royal palace dan jajaran bangunan bersejarah memukau dengan arsitektur yang anggun. makan siangnya di restoran gastrologik tak hanya memuaskan perut, tetapi juga lidah dengan degustation menu yang lezat, menampilkan cita rasa skandinavia yang autentik.
Tumblr media Tumblr media
setelah makan siang, andirus melanjutkan perjalanannya dengan tur alam ke stockholm archipelago, di mana alam yang indah dan tenang memberinya kedamaian dan kebahagiaan. sore hari, ia mengunjungi fotografiska, museum seni fotografi yang menawarkan pandangan unik tentang dunia melalui lensa para fotografer terkemuka. malamnya diakhiri dengan makan malam di restoran oaxen slip, di mana suasana mewah dan hidangan skandinavia modern yang dipersembahkan dengan indah membuatnya merasa seperti di surga kuliner.
Tumblr media Tumblr media
Dan, ternyata satu hari di swedia itu CEPET BANGET? buset dah! Gak kerasa apa-apa dan gue harus jalan lagi dari Swedia ke Finlandia? Kaki gue masih kuat haha- `nangis`
<Aslinya 7 hari tapi kita timeskip ya anggap aja 7 menit>
Tumblr media
JENGJENG, IUS UDAH SAMPE DI FINLANDIA! Foto-foto ganteng dulu dong di tempat kesukaan mamah. Padahal mamah kalo kesini naik PESAWAT, anaknya malah jalan kaki lho. Ius udah nentuin hal apa aja yang mau dia lakuin di Finlandia. Gue juga udah siap untuk spa karena besok akannada perjalanan panjang lagi.
Tumblr media
keesokan harinya, perjalanan andirus melintasi perairan menuju helsinki dengan kapal feri memberinya kesempatan untuk menikmati pemandangan laut baltik yang menakjubkan. tiba di helsinki, ia merasa langsung terhubung dengan atmosfer kota yang ramah dan modern. kunjungannya ke helsinki cathedral memberinya pengalaman spiritual yang mendalam, sementara makan siang di restoran savoy dengan pemandangan kota helsinki dari atas menambahkan sentuhan elegansi pada petualangannya. setelah menjelajahi uspenski cathedral, andirus melanjutkan dengan sesi pijat yang menyegarkan di spa hotel kamp, menyembuhkan kelelahan dari perjalanan jauhnya. malam terakhirnya di helsinki dihabiskan dengan makan malam istimewa di restoran palace, di mana masakan finlandia berkualitas tinggi dan pelayanan yang hangat menciptakan pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
dengan setiap langkahnya, andirus tidak hanya menaklukkan jarak yang jauh dari jakarta ke swedia dan finlandia, tetapi juga merasakan keindahan budaya, sejarah, dan kuliner dari setiap tempat yang dikunjunginya. petualangannya bukan hanya tentang mengunjungi tempat-tempat ikonik, tetapi juga tentang menikmati setiap momen dalam perjalanan hidupnya
Dan satu hari sudah berlalu di Finlandia, sudah saatnya aku pulang. Sudah saatnya kembali ke Jakarta yang jauhnya bikin mengelus dada. Meskipun jauh, tapi bamyak negara yang bisa aku lewati- jadi selagi membawa kenangan dari Swedia dan Finlandia aku bisa liat liat negara lain juga.
Tumblr media
Sekian perjalanan dari Ius, STOP AKU GAMAU JALAN KAKI LAGI PLIS. AKU MAU NAIK PESAWAT AJA BOLEH GAK YA?
0 notes
gigigerigi · 8 months
Text
Scene : Welcome to Samdalri
Hari ini menamatkan drama "Welcome to Samdalri" drama on going yang sedang aku ikut. Entah mengapa aku melihat diriku di drama ini.
Menceritakan Cho Sam dal, seorang photografer yang menghadapi skandal kemudian pulang ke kampung halamannya, Samdalri pulau jeju.
Samdal, bermimpi menjadi seorang naga, sukses di daratan utama a.k.a Ibukota Seoul. Samdal memiliki keinginan kuat untuk sukses di Seoul dan meninggalkan kampung halamannya. Dan akhirnya, samdal berhasil sukses di Seoul namun kemudian menghadapi skandal dan pulang ke kampung halamannya. Di kampung halamannya, meskipun pada awalnya Samdal menjadi bahan gosip tetangga di sekitarnya, namun pada akhirnya merekalah para tetangga, teman kecil di lingkungannya yang selalu ada, membeda, dan mendukung Samdal.
Seperti Samdal, saat remaja, aku juga memiliki keinginan kuat untuk pergi dari kampung halamanku. Aku sangat ingin sukses di daratan utama a.k.a ibukota Jakarta. Ketika SMA, jarak rumahku dengan sekolah sekitar 30 menit menggunakan angkuta umum dan aku masih harus berjalan 10-15 menit dari jalan raya menuju rumahku. Perjalanan dari jalan raya menuju rumah, melewati jembatan peninggalan Belanda dan juga makam. Masih teringat dalam ingatkan, setiap melewati jembatan itu, aku selalu merencakan bagaimana caraku untuk mewujudkan keinginanku merantau, meninggalkan kampung halamanku hehehe entah apa yang membuatku memiliki tekad kuat untuk meninggalkan kampung halamanku, seperti Samdal. Aku bukan seseorang yang pandai berinteraksi, kepasifanku mengikuti kegiatan remaja di kampung menjadi salah satu alasanku ingin merantau. Sama kan seperti Samdal, bedanya Samdal sukses jadi fotografer, kalo aku ngga hehehehe
Hingga akhirnya, saat kuliah aku berhasil merantau. Namun, jarak kota dengan kampung halamanku begitu dekat. Alhasil aku selalu pulang tiap minggu hehehe lupakan ambisiku yang seperti samdal tp pulang tiap minggu wkwkwk heee tunggu, kuliah boleh dekat namun tidak untuk pekerjaan bukan?
Dan yap, aku berhasil merantau saat bekerja, bukan di daratan utama seperti yang aku inginkan, tapi di daratan yang amat jauh dari kampungku. Tuhan mengabulkan doaku. Selamat hahaha.
Tuhan mengabulkan doaku, namun aku tidak merasa senang. Saat merantau tiba-tiba aku merindukan kampung halamanku. Merindukan jembatan yang dulu aku berpikir untuk pergi, merindukan pemandangan sungai yang dulu aku benci, merindukan jalanan dari rumah hingga jalan raya yang dulu membuatku merasa muak. Merindukan kamar berantakan yang dulu membuat aku sesak.
Dan sekarang aku kembali ke kampung halamanku. Merasakan kembali jembatan yang kini kembali dibangun lebih gagah, sungai yang tidak jernih namun masih nyaman dipandang, jalanan yang masih sama dan tidak banyak berubah, kamar yang tidak lagi berantakan karena aku memiliki finansial cukup untuk mengubahnya.
Namun, kembaliku ke kampung halaman ini tidak lama. Aku terikat visa terbatas. Dan aku ingin kembali, aku ingin berada di kampung halamanku, seketikan tekadku untuk sukses di daratan utama menguap begitu saja. Begitu mudahnya Tuhan membolak-balikkan hati seseorang termasuk hatiku. Doaku yang dulu menginginkan kehidupan merantau, kini berbalik.... "Ya Allah, sudah cukup aku merantau, aku ingin kembali" :"
Drama "welcome to samdalri" menyadarkanku betapa berharganya lingkungan halaman kampung kita :"
Yogyakarta, 22 Januari 2024
0 notes
domenicosolimeno · 9 months
Text
Vivian Maier, oltre 100 fotografie da vedere a Bologna
Fino al 28 gennaio 2024 si possono ammirare le fotografie di Vivian Maier a Bologna, a Palazzo Pallavicini. Vivian Maier – Anthology è una straordinaria esposizione di quasi 150 fotografie originali e Super 8mm di una delle fotografe più amate e apprezzate di questo secolo. Oltre 100 foto di Vivian Maier da ammirare a Bologna […] L’articolo Vivian Maier, oltre 100 fotografie da vedere a Bologna…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
pikasus-artenews · 1 year
Text
Tumblr media
VIVIAN MAIER – Anthology
Una mostra antologica dell’artista statunitense considerata una delle fotografe più amate del suo secolo, la cui professione di una vita era stata la bambinaia
1 note · View note
d-in-disguise · 2 years
Text
inisial AI
mau cerita deh.. dulu pas SMA kelas 3, I have a crush on this one guy. anaknya termasuk anak "cool" di sekolah. di mataku waktu itu dia tuh keren karena suka fotografi, pokoknya cool abiezzz dan anaknya ramah untuk ukuran "cool kid" lagi-lagi judgment ini berdasarkan pendapat pribadi ku ya. I can't really recall how, yang aku inget cuma... I'm pretty straightforward towards him heu.. karena aku sadar there's not even a slightest chance for him to like me back. jadi I was like "bodo amat lah". I think I told one of my guy friend yang termasuk circle cool kid juga, kalo I have a crush on that guy. wkwkwk
yang aku inget cuma, after I told that to my friend followed by he jokingly told the guy about me having a crush on him, the guy become super friendly to me. he was always greeting me whenever we crossed path. ofcourse I'm happy but again i know my place, i don't even dare to dream about him liking me back.
and then comes the day when we have to took picture for our year book and somehow he was the photographer for my class. I bought a chocolate bar for him, thinking that "ah udah lah ga akan ketemu lagi kan abis ini" wkwkkwk. dengan berani aku kasih coklatnya "buat dhigun"
dibalas dengan senyum ramahnya dia bilang
"makasih" sambil meluk aku.
aku ga inget berapa kali dia meluk aku sepanjang masa-masa terakhir di SMA itu setiap kita papasan dan saling sapa. terus yaudah lulus SMA. ga ketemu lagi..
sampai suatu hari ketemu di open housenya itb sebelum masa masuk kuliah deh seingetku.. aku dan temenku lagi keliling-keliling di sana dan aku liat dia. sendirian (waktu ketemu dia lagi sendirian ngga tau deh kalo dia ada temen).
aku ragu buat nyapa karena.. yaa.. idk. I guess because we never really being "friends" iykwim. selama fase nge crush in doski di sekolah, kita kan cuma saling sapa + dipeluk dia kadang.
tapi somehow mata kita ketemu, dan dia senyum super super hangat sama seperti di sekolah beberapa bulan sebelumnya.
"devyyyy"
terus dia peluk. juga sama seperti pelukan dia dulu..
abis itu udah. ga pernah ketemu lagi..
i followed his ig btw. pernah sekali berbalas dm. but that's it. hehe. he still this cool guy as I remember him back then but even cooler dia beneran jadi fotografer.
idk sometimes he crossed my mind. dan bikin wondering... bakal awkward ngga ya kalau kita ketemu lagi?
0 notes
pkrathingkha · 2 years
Text
Pulang
Tay Tawan x Lee Thanat
fluff
Lee Thanat hampir membanting pintu dan meremukkan hidung Tay Tawan, dan bahkan setelah lelaki yang lebih tua berteriak bahwa dia bukan tamu mesum seperti yang disangka Lee, Lee tidak merasa bersalah sudah salah mengenali kekasihnya. Dia menggenggam erat-erat handel pintu di dekat dada, siap menjeblakkannya lagi kapan saja diperlukan.
“Kau bukan Tawan.”
Tay tercengang. “Aku bukan Tawan? Lalu siapa? Ayolah, orang asing tidak mungkin punya akses untuk naik, kan?”
“Terus kenapa kau harus mengetuk pintu? Tay Tawan punya kunci sendiri.” Sekali lagi Lee menelusuri tampang lelaki di depannya, mulai dari rambut yang memanjang dan kering hingga cambang acak-acakan. Kulitnya gelap karena kotor, bukan saja terbakar matahari, dan pakaiannya yang terdiri dari celana kargo serta kaus hitam yang lusuh sampai terkesan compang-camping. “Tidak, Paman. Kembalilah ke jalan. Percuma kau mencuri KTP pacarku; kau bukan dia.”
“Lee, ini tidak lucu.”
“Memang.”
“Kalau begitu, biarkan aku masuk.”
Lee mendesah dan akhirnya melepaskan pegangan dari handel. Saat Tay menyerbu untuk menciumnya, bagaimanapun, dia mengangkat kedua telapak tangan di depan dada. “Jangan sentuh aku. Mandi dulu sana.”
Tay memutar bola mata, satu lengannya berayun ke balik pundak Lee, meraih belikatnya dan mendorongnya mendekat hingga dia bisa menanamkan ciuman di pipi. Setiap bulu kuduk Lee berdiri; dia mendorong Tay keras-keras sampai yang bersangkutan menubruk kosen.
“Jenggotmu menggelitik kulitku,” kata Lee, tanpa maaf, dan melekatkan punggung ke dinding selasar, memberi ruang bagi Tay. “Segeralah masuk, lepas semua bajumu di sini, termasuk tas dan kamera.”
Diperkankan masuk saja sudah patut disyukuri, jadi Tay menurut untuk melepas kaus serta celananya di selasar pendek yang menghubungkan pintu depan serta ruang tengah. Ada noda tanah yang tercecer saat dia menendang sepatunya sampai terlepas dan itu, tentu saja, tidak terlewatkan Lee. Tay mendongak saat mendengar lelaki itu mengesah keras.
“Kenapa lihat-lihat?” sentak Lee, lubang kepala kaus tidurnya sudah diangkat menutupi hidung. “Cepat masuk kamar mandi.”
“Aku yakin sepatuku bersih sepanjang perjalanan tadi,” gumam Tay, lebih pada diri sendiri. Kemudian dia menyadari itu bukan tanah dari batas utara Pakistan, apalagi dari kaki pegunungan Himalaya, melainkan genangan bekas hujan yang diinjaknya ketika turun dari taksi di depan gedung apartemen mereka.
Sekilas saja dia melihat Lee mendorong-dorong semua gumpalan pakaian serta tas duffel-nya ke pintu sebelum dia masuk kamar mandi. Kalau tidak disortir kemudian didisinfeksi, semua benda itu pasti dimusnahkan. Berkebalikan dari penampilannya yang cenderung santai dan cuek, Lee secara konstan berperang dengan benda-benda kotor di sekitarnya. Kemunculan dadakan Tay pasti mirip serangan fajar bagi Lee yang baru saja terjaga dan belum dipersenjatai apa-apa.
Lee berjalan setengah berjingkat kembali ke pangkal selasar, menyadari Tay masih memperhatikannya di pintu kamar mandi. “Bagian mana dari kata-kataku yang tidak kau pahami?”
“Sedang menunggu airnya panas. Galak amat.”
Lee sekadar melengos, mengikat rambut depannya menggunakan karet gelang yang selalu berada di pergelangan tangan. Sekarang dia siap memilah barang bawaan Tay dengan ketelitian seorang penjinak bom. Tay praktis diabaikan, jadi dia menutup pintu kamar mandi, mengurung diri di antara uap hangat yang semakin membubung di sekitarnya.
Genap delapan belas bulan dia meninggalkan sarang nyaman mereka demi berjibaku dengan iklim Himalaya yang ganas: mendaki, mencari dan mengikuti macan tutul salju, tapi sebagian besar waktu sekadar berusaha bertahan hidup. Sebuah kehormatan bisa dilibatkan dalam proyek konservasi binatang langka itu, dan Tay merasa ini telah menjadi salah satu pencapaian terbesarnya sebagai fotografer alam liar, tapi tak pelak reaksi Lee sedikit membuatnya kecewa. Sedikit saja tapinya, tidak usah banyak-banyak.
Tay masih tengah-tengah berkeramas saat pintu terjeblak lebar. Lee berdiri di ambang pintu dengan ekspresi datar, dan tetap tampak seperti itu saat berjalan masuk sambil melepas kausnya. Dadanya yang telanjang dengan cepat ikut terciprat air. Perlahan Tay menurunkan tangan dari kepala, matanya memelotot.
“Woah, sekarang juga?”
“Tidak, Tay. Aku akan mengeramasimu,” desah Lee, raut prihatinnya kembali. Dia menunjuk lantai. “Duduklah.”
Jadi Tay duduk bersila di lantai, sedangkan Lee menggeret keranjang baju kotor dan mengalihfungsikannya sebagai dingklik. Tak lama hingga jari-jemari Lee terbenam di antara helaian rambut Tay.
“Demi Tuhan.”
“Aku bakal potong rambut secepatnya,” Tay berkelit, mengetahui makna helaan napas Lee. “Mungkin besok atau lusa. Aku masih harus mengunjungi studio.”
“Yang penting cukur cambangmu dulu,” Lee sedikit menengadahkan kepala Tay, kemudian mengernyit, “Paman.”
Tay tergelak. “Bagaimana dengan baju-bajuku? Bisakah aku melihat mereka lagi, atau kau sudah mengeksekusi semua?”
“Tidak, aku hanya memasukkannya ke kantong plastik sebelum kucuci nanti. Tasmu, sayangnya, tidak bisa diselamatkan.”
“Tidak masalah.” Tay berpikir-pikir sebentar, lalu sedikit melonjak. “Tunggu, di dalamnya ada—”
“Kartu pos? Aku sudah lihat.”
“Oh, ya sudah.” Tapi bukan hanya kartu pos yang mestinya dilihat Lee, melainkan coretan pena di baliknya. Tay malu sendiri jika mengingat bagaimana dia mencoba menulis surat paling romantis yang bisa dipikirkannya di antara lolongan angin dan semburat cahaya bulan. Untung saja lokasinya selalu cukup jauh dari kantor pos, sehingga kartu-kartu itu tidak pernah terkirim.
“Kau semakin kurus,” kata Lee sambil membilas rambut Tay, aliran hangat berlarian di kulit kepala dengan tekanan menenangkan. Tay membuka sebelah mata yang tadinya ditutup agar tidak kemasukan air.
“Masa’?”
“Atau aku sekadar lupa bagaimana wajahmu sebelum ini.”
“Berarti aku semakin kurus. Kau kan tidak mungkin melupakanku.”
“Ha ha,” sahut Lee datar, memijat-mijat kulit kepala Tay dan menyisir rambutnya, menghilangkan sisa busa sampo terakhir. “Nah, sudah selesai. Lanjutkan sendiri, aku mau cuci baju.”
Tay agak tergeragap saat Lee mendesakkan kepala pancuran ke tangannya dan buru-buru berdiri. “Lah, kau tidak memandikanku sekalian?”
“Jangan harap.” Kemudian Lee menutup pintu keras-keras, langkahnya sedikit berdebum di luar, ke selasar lalu menyeberangi ruang tengah, mungkin ke balkon tempat mesin cuci berada. Tay baru melanjutkan mandinya sesudah pergerakan Lee tak lagi bisa dideteksi inderanya, tanda tanya di dalam kepalanya kian bertambah.
Lee bukan orang yang mudah disetir emosi, tapi dia juga bukannya pemendam perasaan. Biasanya dia akan membahas apa pun yang sedang dipikirkannya dengan Tay, tidak untuk memancing pertengkaran melainkan mencari penyelesaian. Apakah delapan belas bulan cukup untuk menutup pintu hati seseorang rapat-rapat? Mungkinkah di salah satu pertukaran pesan yang sangat jarang terjadi selama kurun waktu tersebut, ada satu tanda SOS dari Lee yang dileburkan oleh jarak dan waktu?
Tay hampir ingin keluar saat itu juga untuk menanyai Lee, atau memeluknya, jika memang itu yang diperlukan kekasihnya, tetapi dia ingat syarat mencukur rambut di wajahnya terlebih dulu. Jujur saja dia tidak suka jika rencananya dihalang-halangi, tapi dia akan lebih tidak suka jika Lee mendorongnya keras-keras lagi. Lee tidak mencoba menggurui ketika dia berhenti sebagai akuntan dengan bayaran tinggi demi mengejar mimpinya sebagai fotografer alam liar, Lee juga tidak keberatan sewaktu tahu pekerjaan barunya mengharuskan dia menghilang selama berbulan-bulan tanpa akses komunikasi. Lee hanya tidak bisa menerima ketika dia kotor dan berantakan.
(Serta mungkin, ini masih kemungkinan, Lee juga tidak suka karena Tay sudah pergi terlalu lama kali ini. Mereka berdua harus membicarakannya.)
Hanya berlilit handuk, tapi setidaknya sekujur tubuh bersih kesat, Tay keluar dari kamar mandi dan celingukan. Sudah tidak ada onggokan pakaian dan tas di selasar, kecuali sepatu yang dibungkus plastik dan dengan pasrah menantikan nasib akhirnya. Tay berjalan menyusuri ruang tengah, merasa takjub dengan semua bantal sofa yang ditata tanpa cela, meja kaca tanpa noda, pigura-pigura serta cendera mata dari berbagai negara disusun apik di rak pajangan. Ini bukan kondisi yang sengaja dipersiapkan untuk menyambut tamu, memang beginilah cara Lee hidup tanpa Tay yang senantiasa mengacau dan menjatuhkan benda-benda ….
Ouch, itu terdengar lebih menyakitkan dibanding dugaan Tay semula.
Tay tidak melihat Lee di mana pun dalam apartemen mereka yang tak disaput debu, hingga dia melabuhkan pengamatannya di balkon. Di sanalah lelaki itu berdiri, menyandar di pagar balkon yang bersisian dengan mesin cuci. Dia tidak menyadari keberadaan Tay, sebab seluruh fokusnya tercurah pada benda bujursangkar yang dibungkus plastik di pegangan kedua tangannya. Tay segera mengenalinya sebagai kartu pos yang tidak pernah dikirimkannya.
Sebelum Tay sempat merasa malu dan ingin merampas kartu pos dari Lee, lelaki itu mendadak mengusap pipi, lalu membuang muka ke arah jalanan. Hanya satu tetes air mata, tidak ada kelanjutannya, tapi itu sudah lebih dari cukup. Tay membuka pintu lebar-lebar, membuat Lee terlompat kecil.
“Maaf,” katanya, menderu bersama napasnya yang sedari ditahannya.
Lee menatapnya tak berkedip. “Kenapa?”
“Karena kau menangis.” Tay menuding tumpukan kartu pos yang masih berada di tangan Lee. “Ini bakal terdengar seperti alasan, tapi aku tidak punya kesempatan untuk mengirimnya. Aku ingin mengobrol denganmu lebih lama, Lee, sungguh, sampai-sampai rasanya aku hampir gila. Walaupun perlu berminggu-minggu untuk tiba, aku benar-benar ingin mengetahui keseharianmu—”
“Yah, aku akan menganggap diriku beruntung,” potong Lee tenang, menarik karet gelang dari rambutnya dan membiarkan helaian itu berjatuhan ke dahi. “Kau bukan penulis puisi terbaik. Apa-apaan dengan ‘aku ingin melihatmu lebih daripada macan tutul mengintai ibex’ ini. Aku bukan mangsa dan kau jelas-jelas bukan macan tutul.”
Ujung bibir Lee terangkat saat sekali lagi mengamati kartu pos, membuat Tay melongo. “Tunggu, kau tidak menangis karena aku pergi terlalu lama?”
“Tidak, itu karena kau kembali.”
Tay semakin terheran-heran. “Kau tidak suka aku kembali?”
“Aku suka,” jawab Lee tanpa pikir panjang, kedua sikunya disandarkan ke pagar balkon, matanya menerobos milik Tay begitu dalam. Baru disadari Tay ada sebutir air mata yang masih menggenangi kelopak mata Lee, membiaskan binar-binar cemerlang di baliknya. “Aku sangat suka, makanya aku tidak tahu harus berbuat bagaimana. Tahu-tahu aku sudah menangis.”
Tay masih tidak mengerti, tapi dia lega. Dia meraih kedua pinggang Lee dan menariknya sampai torso mereka bertemu. “Jadi, kau senang aku kembali, kan?”
“Yah …”
“Syukurlah.” Tay memeluk Lee lebih erat. “Aku tidak akan mencoba mengirim kartu pos lain kali.”
“Tidak apa-apa, kirim saja.”
Tay sedikit memundurkan kepala, mencengir. “Jadi, boleh ada lain kali? Aku sedang mengusahakan pergi ke Amerika Selatan dalam waktu dekat.”
“Terserah saja, aku tahu konsekuensi pacaran dengan kutu loncat sepertimu.” Lee balas tersenyum. “Yang paling penting bukan berapa lama kau pergi, tapi saat kau kembali.”
Tay yakin dia tidak akan menemukan pacar seperti Lee meskipun membelah hutan belantara di pedalaman desa tak bernama—Lee merupakan temuan paling berharga, melebihi semua binatang langka dan momen tak terulang yang tersimpan dalam kameranya. Dia mengusap sisi wajah Lee, kemudian memotong jarak di antara mereka perlahan-lahan …
Dan Lee menahan dagunya menggunakan telunjuk. “Kau melewatkan titik ini saat bercukur.”
Antiklimaks, tapi Tay hanya bisa tertawa. “Jadi aku tidak mendapatkan ciuman yang sudah delapan belas bulan tertunda?”
“Delapan belas bulan atau delapan belas tahun tidak ada bedanya bagiku.” Lee meraih kedua pundak Tay dan dengan tegas memaksanya berbalik. “Ayo, biar kubantu bercukur, Paman.”
Tay jelas-jelas tidak akan mendapatkan orang seperti Lee lagi di mana pun.
0 notes
kuebeludrumerah · 4 years
Text
Jauh sebelum ada riuh Wisuda LDR, saya sudah merasakan lebih dulu. Bukan lebih ke membanggakan diri sendiri sih, tapi emang pengen sombong aja. Dan yang paling penting, bagi saya Wisuda LDR jauh lebih keren ketimbang Wisuda Reguler. Hellawww?
Jadi gini, waktu wisuda, tidak ada keluarga yang datang sama sekali, karena memang saya yang meminta demikian, khususnya orang tua. Kalau Mas atau Mbak sih silahkan, tapi ternyata pada sibuk. Tapi ya tidak apa-apa, saya juga tidak terlalu berharap, malah emang sama sekali tidak berharap sepertinya. Toh sudah terbiasa juga harapanku tidak berbalas apa-apa ketika sudah repot-repot hadir menyapa.
Bapak Ibuk memang saya larang untuk datang ke wisuda. Kasian, repot, jauh, belum lagi biaya lebih untuk transportasi dan menginap. Mengingat saya dulu masih gembel, masih hidup di bawah uang pensiunan Bapak. Kalau dipikir lebih jauh, malah lebih menyiksa lagi dengan situasi dan kondisi di kota tempat saya wisuda itu, panas dan macet, ditambah lagi supir angkotnya yang sombongnya tinggi banget melampaui UMR Karawang.
Setelah direnungkan lebih dekat, rasanya egois banget kalau untuk sekadar merayakan kelulusan saya yang nggak seberapa ini harus dibayar dengan capek dan repotnya Bapak Ibuk, mana uda sepuh, nggak bisa pake Android, dan suka ngomel pula tiap liat handuk basah ditaro di kasur, padahal baru bentaran doang.
Akhirnya setelah peleburan gejolak hati yang begitu kuat, saya memutuskan untuk melarang Bapak Ibuk untuk datang ke wisudaan. Selesai, dan tidak ada yang boleh membantah.
***
Sebelum wisuda, saya bekerja lepas di salah satu Lembaga Survey Politik di daerah Jakarta Selatan, yang hasil hitung cepatnya kemarin dituduh hoax dan tipu-tipu itu lho .. eh ternyata bener, kan.
Tapi tidak apa-apa, toh sejak 2018 negara kita memang terbukti 55% warganya rendah literasi secara fungsional. Argumen fully loaded by data disanggah dengan sekadar mengingatkan, cupu kali kapasitas berpikirmu, bro.
Waktu itu saya merasa uang paruh waktunya lumayan banget, makanya kusikat. Seminggu tepat sebelum wisuda, pas masih di kantor tiba-tiba Ibuk nelpon. Kurang lebih begini ..
Percakapan telah dikonversi ke dalam bahasa Indonesia Raya.
Ibuk : Dek, yakin ini Ibuk nggak usah dateng ke wisuda nggak apa-apa?
Saya karena emang udah teguh tidak perlu didatangi Bapak Ibuk, ya berusaha meyakinkan kalau saya baik-baik saja. Tapi tidak dengan tutur bahasa yang baik seperti kebanyakan anak-anak berbaqti di luar sana. Melainkan seperti bahasa anak tongkrongan, "halah udah selow", "udah gapapa santuy, gausah dipikir!".
Kemudian Ibuk membalas ..
Ibuk : Nggak, Ibuk tuh cuma takut kalau kamu ntar sedih gitu Ibuk nggak dateng.
Makjegagik! Sempet tersentak. Tapi saya kembali meyakinkan kembali ke Ibuk.
Aku tetap baik-baik saja, Bukkkk.
***
Saat wisuda, nangis donkkk pas sesi nyanyi-nyanyi lagu bertema orang tua. Anjay lah. Beres keluar gedung, wah lega rasanya. Tapi entah kenapa biasa aja. Nggak bahagia-bahagia amat.
Saya nggak tau persis kenapa kok biasa aja, apakah karena memang tidak ada orang tua atau hal lain. Mungkin karena emang di dalam gedung sumpek, sesak dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang sama sekali tidak bisa aku rasakan. Uwiwuwiwuwiw.
Bersyukurnya aku, eh saya maksudnya, ada saja hal-hal tak terduga. Seperti ternyata banyak yang ngajakin foto bareng, maklum saat itu saya lupa kalau pernah terkenal, cquakzzz.
Apalagi ada adek kelas yang cantiq-cantiq sambil bilang "Kak Seto foto barenggg!!" uwuwuw gemes banget sampai rasanya ingin meninggal. Lupa kalau pernah terkenal di kampus.
Di tambah lagi, ada teman semasa siaran di Megaswara dulu yang juga sering jadi fotografer wisudaan mau fotoin saya secara gratis. Sayangnya hanya satu foto, karena saya juga udah takut telat masuk upacara wisuda waktu itu.
Cekrek!
Tumblr media
Gilasih, kamera mirrorless emang tiada lawan. Saya sih mampu-mampu aja beli. Paling nanti gantinya nggak makan tiga bulan. Lalala.
Sayang bertemunya hanya sebelum upacara wisuda, setelahnya dia sibuk fotoin klien. Untung beliau emang jago fotografi, karena kebanyakan orang cuma modal kamera mahal dari nyusahin orang tua, tapi skill nggak ada, alias banyak gaya.
Alhamdulillah juga hadiahnya banyak, meski ada bunganya. Tolong ya, kalau ada teman kalian yang wisuda jangan dikasih bunga. Gunanya apa, ngab? Dipajang nggak bisa, dimakan apalagi. Kasih kek sesuatu yang bermanfaat, bisa dipajang, bisa dikenang, atau dikonsumsi. Lah bunga? Biar keliatan romantis? Aduh, laki-laki yang suka ngasih bunga ke perempuan pasti jalannya letoy kaya kangkung lupa diangetin. Kasih tuh kaya sepatu running, masker peel-off, atau tupperware isi 2 liter gitu.
Ya kecuali kalau menghadiri wisuda hanya karena 'nggak enak aja kalo ngga dateng', kasih bunga sepuluh ribuan juga saik, ewh.
Perlu diketahui, bunga-bunga yang kalian beri itu berakhir di tempat sampah.
Tapi tidak apa, dari hadiah-hadiah wisuda itu saja jadi ketahuan mana yang selama ini teman kalian sungguhan dan mana teman biasa banget yang datang menghampiri kalau ada butuhnya doang, minta desain gratis misalnya, serius.
Agak sedih, ya? Suatu waktu, kita dikenal sebagai seseorang yang paling jago di satu bidang. Dan ketika orang lain mengalami kesulitan di bidang itu mereka dengan ramahnya datang menghampiri kita untuk meminta tolong. Tadinya kupikir temanku akan bertambah. Ternyata nggak juga.
Kayaknya, kita semua punya sifat nggak enakan yang membuat kita pernah diperlakukan seenak udel, jidat, dan dengkul.
Tapi nggak usah dibawa ke hati, sayang energinya, cukup untuk diketahui saja, lalu jangan lupa suatu hari nanti kalau sudah sukses wajib pamer kekayaan kepada orang-orang itu.
Dari poin ini, ya lebih baik untuk tidak menerima hadiah sama sekali. Lebih baik Wisuda LDR to? Hadiahnya pun lebih tulus. Bisa minta Ibuk buat bikinin nutrisari dingin, terus malemnya minta punggungnya dipijetin Bapak.
***
Beberapa hari berikutnya usai wisuda, sesuai rencana saya pulang. Dan tentunya membawa barang wajib, yakni toga. Harus cepet, soalnya status toganya adalah nyewa, nggak bisa dibeli. Konsepnya saya emang nggak mau repotin Bapak Ibuk, maka dari itu toganya saya bawa ke rumah. Lebih enak Wisuda LDR, kan? Toganya dipaketin sama pihak kampus.
Akhirnya pas pulang, kita foto di salah satu studio foto di daerah Prawirotaman. Fotonya bentar banget, nggak nyampe sejam. Tapi bahagianya permanen cuy kaya bekas jerawat abis jatuh cinta sama anak Fakultas Pertanian.
Cekrek!
Tumblr media
Pas udah kembali ke Bogor langsung saya cetak dengan kertas bahan krungkut, saya pin di dinding kosan. Sampai hari ini, detik ini. Sebagai pengingat aja, kalau suka tiba-tiba panik, deg-degan kenceng, sampai khawatir takut tiba-tiba hilang akal sehat, trus nangis. Semoga bukan apa-apa. Saya juga gamau bayar mahal-mahal cuma buat konsultasi ke psikiater. Aamiin.
***
Akhirnya saya sedikit tau, (barangkali) yang membuat saya biasa aja sewaktu wisuda ya karena emang nggak ada orang yang saya sayangi hadir di sana, berdiri di sana, menunggu, lalu menyelamati seraya memeluk. Teringat waktu di lapangan tiap liat yang lain foto bareng orang tuanya, kaya ada sedih-sedihnya gitu.
Tidak terasa hari ini tepat 2 tahun wisuda, 2 tahun pula punya gelar yang paling keren di antara semua gelar yang beredar di muka bumi ini, huh. Alhamdulillah sudah tidak gembel, sudah tidak makan kebab yang sudah 5 menit mendarat di tong sampah, dan yang penting sudah tidak ngutang hanya demi makan dan ongkos interview.
***
Kesimpulannya, mau wisuda sekeren apapun, pasti nggak asik kalau tidak ada orang yang disayangi, rasanya tuh kaya reunian tapi orang-orangnya pada sibuk maen hape, basi banget.
Apakah saya punya orang yang disayangi di kampus? Ya ada. Hanya saja waktu itu kami berbeda keyakinan. Saya yakin, dianya nggak yakin. Uwawww.
Maka dari itu, kepada Kiki yang mengenakan warna kerudung serupa matahari terbit .. ah, sudahlah. Saya mah apa atuh dibanding laki-laki privileged dan rupawan sejak lahir.
Untung aku jelek, coba kalo aku punya muka yang glowing charming shining shimmering splendid, barangkali sudah tergila-gila kau kepadaku. Tapi tidak apa, meski saya jelek, saya punya perut yang bagus.
***
Pokoknya, Wisuda LDR lebih keren, jangan sampai karenanya membuat hati jadi minder. Karena Wisuda LDR, pasti bisa langsung merayakan di rumah bareng orang tua, termasuk Mas, Mbak, Adek, dan ponakan yang luthu-luthu. Dan seandainya bisa memilih, saya nggak usah ikut upacara wisuda, saya langsung pulang bawa toga rayain sendiri di rumah. Bisa foto di Alun-alun Kidul, Malioboro, atau pergi ke tempat lain yang lebih jauh dari langit.
Akhirnya dengan modal kamera nyewa di Amoeba ..
Cekrek!
Tumblr media
***
Gaperlu sedih ya, ngab. Wisuda Reguler itu biasa aja, bahagianya sebentar. Masih jauh lebih bahagia selepas Seminar Hasil, serius. Apalagi kalau skripsinya bisa bermanfaat, nggak cuma otak-atik angka pembuktian teori yang bikin audiens dari jurusan lain bingung ini orang penelitian apaan. Bias sih, karena opini ini menurut saya. Mau disanggah silahkan, tapi rasional. Jangan pake sekedar mengingatkan ya, ngab.
Tapi kalau pun sedih, rasanya tidak perlu. Lebih baik siap-siap aja buat nyari kerja, nyiapin ongkos buat menghadiri wawancara dan mental yang kuat karena bakal ada HRD yang bilang lolos atau tidak lolos akan kami kabari.
Padahal mah Ya Allah kita teh nunggu ampe Raffi Ahmad miskin juga ga bakal dikabarin.
Tolong ya, kalau nanti sudah sukses kemudian jadi HRD plis konsisten dengan apa yang pernah diucapkan, termasuk membalas surat elektronik yang berisi konfirmasi meminta kejelasan. Jadi kita tau nih mau berharap atau nggak. Kalau emang nggak, jadi kita bisa menerima perusahaan lain yang mau menerima kita. Sampai sini paham, ngab?
Oh iya, saat wisuda, saya ditemani oleh sahabat saya yang hingga saya punya penghasilan tetap saya telah berhutang ke dia menginjak nominal 9 juta rupiah. Meski saya separuh Iblis, tetap saja saya bertanggung jawab, sekarang udah lunas. Uang yang dihutang, ya buat makan dan ongkos wawancara selama jadi gembel.
Keras sekali pascawisudaku. Itulah pentingnya bersiap-siap untuk pascawisuda ketimbang sibuk merayakan wisuda.
Alhamdulillah kelulusan SMP SMA tidak pernah ikutan norak coret-coret baju, untung juga pas kuliah lulusnya nggak norak.
Tapi tetep aja lebih norak pasutri yang bangga pamer tidak cakapnya istri dalam memasak mie, pun sudah satu rumah komunikasinya masih lewat kolom komentar Instagram, itu pun yang dibicarakan ternyata hal tidak penting dan kampung.
***
Semangat untuk para wisudawan angkatan corona. Sekali lagi, perayaan saat wisuda itu biasa aja. Saya wisuda di Bogor, tapi wisuda yang terasa lebih nyata saat wisuda di Jogja. Uwiwuwiw.
Tenang, saya menyemangati Wisuda LDR dengan memberikan foto Wisuda LDR juga, saya juga merasakan. Bukan dengan memberikan foto perayaan wisuda yang ramai di kampus. Ibarat ada anak-anak kurang gizi dan kesulitan mendapat pangan di daerah konflik, tapi disemangati pake foto-foto makanan mewah. Apaan coba maksudnya?
Tapi nggak apa. Sebenarnya nggak ada yang salah di antara itu semua, yang salah Tukang Rujak, udah tau akuarium buat ikan malah dipake buat tempat buah-buahan.
Apalagi Tukang Gorengan, saringan kipas angin malah dipake buat tempat tiris minyak gorengan.
***
Dan untuk kalian yang memiliki rumah namun tidak terasa seperti rumah, aku tidak akan menyemangati, apalagi mengumbar kata-kata motivasi murah. Hanya berharap semoga selalu dikuatkan di kemudian hari, lebih lagi bisa menemukan sendiri jawabannya suatu saat nanti di masa depan.
Rumah memang tidak selalu menjadi tempat paling nyaman untuk pulang. Tapi, saat kita pulang ke tempat yang menurut kita paling nyaman, itu pasti rumah.
Kita semua punya masalahnya masing-masing, semua merasa paling menderita, pun merasa paling lelah.
Tapi kita bisa tetap bertahan untuk berjuang di lain hari, kan?
336 notes · View notes
futianz · 3 years
Text
Tentang Foto
Tumblr media
Di waktu luang, pernah saya tanyakan sesuatu kepada Nenek.
"Nek, atuk (kakek) itu bentuk orangnya macam mana?" Masa dak ada 1 foto atuk yang tersisa sih Nek.
"Mana ada sayang. Dulu mana ada HP. Yang punya kamera orang-orang kaya. Nenek mana ada.
Beberapa waktu lalu, kisah tentang Alex Mendur dan Frans sebagai fotografer pada masa pembacaan proklamasi lewat di timeline YouTube saya. Membuat sejenak berkontemplasi banyak hal tentang harga sebuah foto yang benar-benar dipertaruhkan. Dua pemuda sulawesi yang sempat dikejar oleh penjajah Jepang karena menyimpan dokumen foto proklamasi. Untung saja mereka segera menguburkan data foto tersebut dalam tanah, dan berhasil mengelabui tentara Jepang. Andai saja berhasil dirampas, maka takkan pernah ada rekam jejak yang tersisa dari berharganya moment puncak kebahagiaan rakyat Indonesia kala itu. Takkan bisa dinikmati tentunya oleh kita saat ini.
Termenung, kadang terpikir bagaimana mungkin tak ada satupun foto nenek yang tersisa zaman dahulu. Apa yang tersisa? Nyatanya memang tak ada. Selama ini nenek hanya mendeskripsikan kakek berdasarkan modal ingatannya saja. Kalau rindu bagaimana? Ya rasakan saja sendiri. Jauh berbeda tentunya dengan masa sekarang. Rindu sedikit bisa pandang foto, sharing foto, bahkan video call yang sangat accessible saat ini, menjadi platform pelampiasan rindu tertinggi yang tak terpikirkan sebelumnya mungkin dengan orang-orang hidup di masa lawas.
Pun, foto sangat erat kaitannya dengan sejarah, apapun itu. Walau bagaimana usang seutas foto, nilainya tak bisa diukur dengan apapun. Dapat amat berharga dan berarti bagi banyak orang. Di mana beberapa kisah dapat berbicara walau sudah begitu lampau lamanya. Seorang reporter dapat terancam keselamatan dan nyawa. Meliput, mengambil gambar dalam suasana genting. Sebagian jenis penelitian kadang harus mencantumkan dokumen foto sebagai bukti wajib. Lagi, atas nama mengabadikan momen penting. Momen langka. Bernilai, berharga.
Dalam scope yang lebih kecil, foto sudah sepatutnya menjadi hal yang bernilai bagi diri kita sendiri. Saya cukup gemar terhadap dunia perfotoan. Entah dalam memotret random seperti alam, lingkungan sekitar, orang lain, atau potret terhadap diri sendiri. Saya senang-senang saja melakukannya. Nothing to lose, terlebih pada moment-moment yang tengah berkumpul bersama teman, saudara-mara, keluarga, dan lain sebagainya. Namun disisi lain, mungkin banyak sebagian orang memandang sebelah mata orang yang sangat gemar berfoto. Negatifnya lagi hobi berfoto kerapkali dilekatkan dengan label narsisme. Padahal, andai kita coba latih diri sendiri untuk lebih luas memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang, banyak hal yang begitu bernilai lahir dari sebuah foto yang kerapkali kita anggap sekadar foto biasa. Gemar berfoto, mengabadikan berbagai moment sekarang bahkan menjadi seserius itu bagi saya, sejak dengan mudahnya aneka barang digital yang lekas memproses foto dengan kualitas bagus walau hanya lewat ponsel pribadi. Arti sebuah foto sekarang menjadi tak sederhana lagi, semenjak sedikit sekali ternyata kenangan yang terabadikan bersama Alm. Bapak saya, contohnya. Beliau bukanlah orang yang suka berfoto, ditambah dahulu zaman belum secanggih sekarang. Walau sempat dulu sudah memiliki handphone dengan kamera seadanya, dan pernah mengambil beberapa gambar bersama Bapak, entah mengapa saya selalu menghapus foto beliau. Setelah kepergiannya akhir-akhir ini baru saya sadari, bahwasanya saya ternyata tak cukup kuat selama ini menyimpan fotonya di ponsel saya. Bagi saya kenangan bersama Bapak cukup saya simpan rapat-rapat dalam memori, dalam hati.
Tapi sepertinya saya keliru. Manusia menua, berikut seluruh kerja memori otak yang tentu kian hari kian melemah. Maka jejak foto adalah satu-satunya yang sampai kapanpun bisa kita buka kembali ketika mengingat momen-momen indah dengan orang terkasih. Bahagia sekali rasanya melihat anak zaman sekarang dapat dengan mudahnya merekam aneka cerita dengan orang tua, keluarga, dan teman-teman. Pelan-pelan saya pahami di tengah gaya hidup era industri revolusi 4.0 ini, mengapa banyak orang tua zaman sekarang juga meng-upload foto anak-anaknya dengan caption "simpan di sini", bahkan telah dibuatkan akun sosial media sedari bayi. Karena nyatanya platform sejenis sosmed itulah yang memang menyediakan space untuk menaruh kenangan demi kenangan tumbuh kembang anak mereka yang aman dan tak mudah hilang. Sebagian mungkin mengatakan berlebihan sekali, padahal toh bisa disimpan di laptop pribadi, ada hardisk? Dan mari kembali jangan memaksakan pola pikir orang agar sejalan dengan kita. Manusia tentu berbeda, berekspresi dengan cara yang beda pula. Namun yang penting adalah harga sebuah foto itu sendiri. Bertaruh atas waktu, atas momen-momen berharga yang takkan mungkin diputar kembali. Terjadi hanya pada saat itu saja.
Karena terkadang ketika kita berfoto, ya foto saja. Kelak mungkin baru disadari, satu gambar yang berbicara banyak hal dengan kisah di belakangnya. Momen-momen berharga dengan orang-orang yang sangat kita sayangi, yang pernah kita jumpai, pernah membersamai cerita hidup kita. Yang mungkin satu per-satu telah pergi mendahului.
Maka berfotolah, abadikan momen terbaik dalam hidup.
Sebanyak dan dengan sesiapapun yang kita mau.
April,2021
20 notes · View notes
lamyaasfaraini · 1 year
Text
Finally, PacaRUN! Wkwk
Curcol dulu ah, kerjaan domestik selalu terbengkalai deh karena selalu berkegiatan di sekolah. Bulan agustus hectic amat emang, belom di selipin lari yakan biar balance sama jajan wkwk. Tiap weekend ada aja ngga diem dirumah. Tiap hari kek males bgt menatap setrikaan dan cucian, tp di cicil dikit tp ko ya numpuk terus. Rumah semakin berantakan aja pula. Fiuhhh.. Tenang.. Tenang.. Jangan dipikirin tp kepikiran wkwkwk. Yodah tadinya hari ini mau beberes rumah tp tergoda pgn lari sama suami tapi, kutanya dulu jadwal di sekolah gmn? Aman masuk siang. Ya oke gaskeun? Ngga mandi kita melesat meluncur dalam keadaan udah pake outfit lari nganter nemo dulu baru ke saparua. Badami dulu mau di track atau City run? Bapak @sagarmatha13 maunya city run. Ya oke tracknya kaya minggu kmrin aja pas sama mama dyra.
Stretching dulu di taman.. Jalan dikit kemudia easy run, pertama kali lari sama blio haha langkahnya besar cuy aku gabisa sekenceng itu. Ya gitu kita jadi kejar2an sepanjang jalan. Happy olahraga sama suamikuuu, qtime juga anak aman di sekolah haha. Lewatin dago ada street fotografer cuy gatau muke w kaya apaan dah malu bettt, btw nama ig nya apa mau tengok biar kek pro runner wkwkwk.
Sepanjang jalan disuruh cepet2 mulu sama blio, huuuuh sebel. Poto2 dikit dulu laah dari hp sendiri ini mah haha. Akhirnya finishhhh
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Alhamdulillah segerrrrr rek! Selalu seneng pas abis olahraga wlpn ada pegel sedikit tp seger bgt badan.
Bingung nyari sarapan dimana, sambil nunggu jemput nemo jam 12 msh lama, setelah jalan lg mengitari seputaran saparua tydac ada yg menariccc yodah ke kopi moyan lagi haha. Ngeengg aja pake motor. Ngantuk bgt w, smalem gabisa tidur dari jam 3, biasalah overthinking memikirkan yg sudah2. Kemudian tahajud jam4an lanjut subuhan trus tidur lg kaya cm 40 menit krn resah takut kesiangan nyiapin persiapan sekolah nemo. Double combo cuy abis cape olga, ya kurang tidur sama dengan lungse.
Tumblr media
Abis pacaRUN, literally pacaran pagi2 awww sesuatu yg langka pemirsaaaa.. Semoga suamiku ada wkt lg kaya tadi yaaah dan jg bnyk rejekinya buat jajan setelah olga dan semoga kalorinya ngga masuk bnyk2 tadi setelah dibakar hahaha bnyk maunyaaa!
Ahhh eskupinya enaaaak~
3 notes · View notes
chiicameo · 3 years
Text
Di  Balik Kamera 9
Museum
Carissa dan Gill sering kali,  mendiskusikan konten dan ilustrasi mana saja yang cocok untuk episode berikutnya. Bahkan tak jarang, mereka harus membahas pekerjaan saat makan siang. Membosankan bukan. Tapi mereka tetap menyukai pekerjaan ini.
Hingga hari berganti tahun Kami semakin akrab, bahkan banyak beredar, selayaknya gosip kantoran. Banyak  yang mengucapkan jika Carissa dan Gill sangat cocok, dan dapat menuju hal yang  lain. Namun, tak sedikitpun pikirannya terbesit tentang hal yang dimaksud.
Memikirkan konsep setiap episode saja, sudah membuat kepala ini penuh. Jadi, tidak akan ada ruang, untuk  memikirkan hal lain.
Ya, semuanya nampak normal  dan biasa saja, berjalan pada umumnya. Terasa berbeda ketika
"Hay Carissa, temanku sedang mengadakan pameran foto, di museum.  ia merupakan fotografer terkenal disini, jika kau berkenan, apakah kau  ingin ikut kesana? singkirkan saja dulu soal pekerjaan, anggap saja kita pergi mencari refrensi?"
"Gill, layout untuk halaman ini harus kita bereskan hari ini, Bella pasti akan mengomel, jika kita terlambat untuk memberikan preview padanya."
"Lupakan saja Bella,  aku bisa mengatasinya, sekarang kemasi barangmu dan...." Gill memaksa Carissa membereskan mejanya serta membantunya.
"Nah begini, selesai" sembari membereskan dokumen dimeja.
Gil, menatap  Carissa,meraih  tangannya untuk mempersilahkan masuk ke mobilnya.Ia mengemudikan mobil itu kearah museum yang dituju.
Potret Masa Lalu
"Akhirnya kau datang juga, apakah menganggu pekerjaanmu?" utas lelaki yang menemui kami dilobby. Carissa masih belum terlalu fokus selepas turun dari mobil.Karna harus merapikan Pakaian dan barang yang ia bawa, agar terlihat  rapi.
"Aloysius, ini gadis yang aku ceritakan padamu, kenalkan Carissa"
tunggu, Gill? Aloysius?.. Carissa masih tak paham dengan situasinya dan memberanikan diri untuk bertanya
"Gill, kau bilang teman mu sedang mengadakan pameran foto?" "Yaa benar, Aloysius, fotografer terkenal disini, kolega dan kerabatku selalu melibatkannya dalam berbagai kesempatan"
"Oh hay Carissa, kami memang cukup akrab, Gill kawan lama ku saat kuliah, namun kami berpisah negara. ya karna pekerjaan dan orang tua kami,hingga Gill menemukan tambatan hatinya dan...."
"Carissa mari masuk, dilobby cukup dingin" ujar Gill memotong  perkataan Aloysius. Keadaan berubah menjadi kikuk dan terhening, namun Gill berhasil mengalihkannya..
Mereka bertiga, menyusuri koridor demi koridor, menerjemahkan tiap sudut yang dihiasi potretan Aloysius.. Sambil bercengkrama membahas makna demi makna yang dia potret..Melukiskan cerita tanpa nada, disetiap bingkainya.
Carissa memutuskan, untuk berpisah dengan mereka, Karena ia pikir, membiarkan oranglain yang lama sekali tidak berjumpa, pasti membutuhkan waktu dan ruang, untuk membicarakan apa yang selama itu tertinggal.
Menemukan satu sudut, dimana semua orang terkagum melihat bingkai potretan itu.. Carissa pun tertarik dan menghampirinya.. "Bukankah ini Gill? wanita yang disebelahnya, siapa?  amat sangat elok nan cantik dengan mata berwarna biru terang, dan kharismanya begitu tenang, oh mungkin  saja  Gill dan wanita ini hanya model untuk Aloysius" gumamnya
"Carissa, sudah terlalu  larut mari kita pulang" terdengar suara Gill yang melangkahkan kaki untuk menuju ke arahnya kemudian terhenti, dan ikut memandangi potret bingkai yang Carissa pandangi juga.
"Hei apa apaan  ini, Aloysius Aloysius tunggu apa maksudnya ini" iya hanya berdiri sejenak, dan langkahnya memburu Aloysius yang berada disisilain,sedang melakukan perbincangan dengan koleganyaa..
"Ada apa Gill aku sedang berbicara dengan tamu ku" ujar Aloysius "Mengapa beraninya kau meletakkan potret itu dipameranmu, mengapa?" Para pengunjung melihat mereka berdua, karna sedikit terjadi keributan argumen,sedangkan Gill  sedang membara..
Carissa memiliki firasat tidak enak dan menghampiri mereka.. "Ada keributan apa ini?  ingat acara ini sedang berlangsung, ada apa"
"Carissa kita pergi"..
Carissa tak bermaksud ingin tahu, hanya melerai Namun sepertinya  situasi tidak bersahabat, mereka pun pergi. Gill menginjakan pedalnya kembali dan menghantarkan Carissa ke apartemen...
"Maaf soal hari ini, aku yang mengajakmu ke acara itu namun aku pula  yang merusaknya" "sekali lagi, benar benar minta maaf"
Sebenarnya memang terasa disituasi yang aneh dan sulit namun Carissa tak mau menambahnya "Tak apa Gill, sekarang pulanglah terima kasih, sudah mengantarkan ku, hal itu tidak masalah"..
Carissa menyuruh Gill untuk segara pulang. ketika sudah di bahu jalan apartemennya. Berharap dia bisa merasa lebih baik ketika dirumah.
2 notes · View notes
Text
Jual Payung Reflektor Ô896·3Ô12·3779 {WhatsApp}
Tumblr media
Pembahasan jual payung reflektor ini mampu kami jumpai pada web halaman. Laman yg dituju merupakan website / alamat website yang terdapat pada online. Konten artikel dapat beraneka-ragam sesuai dari keinginan pembuat situs halaman. Yang harapannya kita bahas saat berikut ini adalah website laman yg berisi tulisan mengenai suatu barang. Adanya tulisan yang dibuat akan berfaedah bagi seorang insan yang membutuhkannya, sebab tumbuh hulu wawasan guna mampu digunakan guna material penelitian, mengerjakan mandat pendidikan atau bagi mendapatkan referensi dan informasi yg baru. Tulisan tulisan dapat dibaca dg praktis oleh karenanya, jadi akan amat mengampu untuk seorang insan yg menggali data / wawasan dg gesit. Wawasan bisa diakses darimana sekedar, karena dengan terdapatnya tehnologi kali ini yg kian kedepan serta tumbuh. Dengan tehnologi yg semakin rumit dg perkakas penemu sendirinya seorang insan yg di metro, di kelurahan ataupun pada pedalaman mampu menemukan pembahasan ini. Untuk dapat dapat menemukan sebuah pembahasan perlu adanya network. Network adalah suatu cara dimana esa dg yang lainnya bisa terhubung. Dengan mudahnya serta canggihnya ilmu pengetahuan, maka dikau dapat menemukan web berikut ini bila serta dimana aja yg kau mau. Pabila anda memiliki ide, komentar atau pandangan yang lain tentang ulasan berikut ini dikau mampu berkontribusi / menyampaikan lebih lanjut di dalam kotak pendapat. Pada dalam website website berikut ini telah disediakan tabel bagi ide-ide, serta atau dapat men-japri dengan nomor yang sudah tercantum di artikel berikut ini. Payung dg belahan pada yang reflektif difungsikan oleh fotografer sebagai perangkat difusi ketika memakai pencahayaan buatan, dan sebagai pelindung silau dan naungan, ter acap pada situasi potret. Beberapa payung ialah payung tembus pandang, artinya sinar menembus payung dan menyebar, alih-alih memantulkan bagian pada payung.
jual payung lipat esprit
Di abad ke-18, wanita di inggris mulai mengenakan payung, meskipun kaum prianya masih enggan menggunakan apa yg dia-dia pandang untuk pernak-pernik yang feminin. Pengecualiannya adalah para owner kedai kopi, yang menyadari manfaat mendapatkan payung yg siap digunakan guna melindungi para langganan dari cuaca buruk sewaktu mereka melangkah dari kereta kuda mereka. Beriringan majunya orde, kebutuhan akan informasi-informasi ke arah aspek kebutuhan / eksistensi semakin gesit. Salah satunya adalah produk jual payung renda. Kita faham bahwa hasil-hasil kini berikut ini kian lanjut dan bervariasi. Oleh sebab itu, artikel saat berikut ini akan menjunjung tema mengenai jual payung renda alasan mengapa artikel ini dibutuhkan karena berikut ini adalah salahsatu unsur utama sebagai sebagian kelompok. Sehingga wacana tentang aneka ragam barang dan faedahnya diinginkan dapat menyokong menolong banyak manusia yang sedang mencari informasi / referensi baru terkait perihal yang sudah disebutkan. Dapat juga menyokong para mahasiswa atau siswa yg sedang mencari bahan bagi penelitian, mandat pendidikan atau sekedar menggali hiburan sebagai yg senang membaca. Nah manfaat lainnya juga agar pembaca lagi pesat memiliki wawasan yang dicari. Karna di orde tehnologi kali berikut ini sangat praktis mengakses pengetahuan tentang yg mana saja sampai terhadap pedalaman desa pun, asalkan mampu terhubung dg jaringan www serta mempunyai alat bagi menemukan www. Dg begitu para pembaca dapat menghadiri website ini kapanpun dan dimanasaja kamu berkehendak. Pengamat juga dapat membuat berkembang / berkontribusi lebih lanjut jika mendapatkan ide-ide, pandangan, atau opini gila ataupun ide-ide beda mengenai artikel yg kami ketik. Pengamat mampu membuat sampai atau menginput pandangan, bantahan, ide-ide opini dan semacamnya pada tabel yg sudah tersedia. Dapat juga men-japri kami melalui nomor yang telah termaktub di web berikut ini, yg dapat kita muat serta kami kembangkan dalam penulisan tulisan berikutnya agar pula bermacam serta sesuai dg selera pemirsa.
contoh payung promosi
Mampu dibilang payung sebagai souvenir ini mendapatkan biaya yg bersahabat bila dibandingkan souvenir-souvenir lainnya. Meskipun harganya hemat namun tidak bermakna mutu payung imut yang kita jual buruk / biasa-biasa saja. Karna kita senantiasa menyerahkan payung dengan kualitas yg bagus. Anda tiada butuh khawatir payung akan gesit rusak. Payung oleh-oleh hemat buatan kita mempunyai daya tahan yg bagus serta warnanya tidak praktis pudar.
1 note · View note
Text
Harga Payung Softbox Ô896_3Ô12_3779 (whatsApp)
Tumblr media
harga payung softbox ialah tulisan yg mungkin sedang dikau cari. Amatlah wajar, karena harga payung softbox adalah pengetahuan yg sangat penting supaya dipahami. Selain kakak, mungkin ada banyak insan yg mana turut membutuhkan informasi ini. Kita berharap, artikel ringkas yg ada di sini dapat membantu anda. Jangan lupa supaya kamu meninggalkan komentar seputar harga payung softbox di bagian bawah ini. Jalan keluarnya, kakak dapat mendatangi ke situs iklan yang terdapat di sebelah yg adalah toko via internet grosir di indonesia. Ribuan jenis harga payung softbox yang ada di lapak link yg terdapat di sebelah bisa kamu peroleh langsung via web itu ataupun mengunjungi ke lapak offlinenya. Apabila kamu tidak dapat berkunjung, anda tentu bisa melakukan order dengan cara internet yang selanjutnya barang itu di kirim ke tempat kakak.. Tapi, masalahnya adalah payung seperti apa yg dibutuhkan guna kebutuhan iklan. Beliau menyarankan, seyogyanya pakailah payung dg materi yg kuat: kain yg lebih tebal, layer silver yang tebal, tulang hitam anti karat yg dipadu dengan pegangan elegan nan mewah.
jual payung untuk souvenir
Payung promosi adalah barang payung yg design khusus dengan aneka tampilan dengan pembahasan / logo suatu kayak contohnya logo perusahaan atau brand barang yang sengaja dicetak di payung yg bertujuan untuk difungsikan untuk media promosi via payung. Payung promosi mampu pada design dg design dan logo cocok demand anda. Dan fasad payungnya sekalipun beraneka-ragam. Payung tersebut difungsikan untuk mengenalkan baik perusahaan ataupun produk tentang industri yang sudah disebutkan. Jika kau tengah mencari tulisan mengenai bikin payung promosi, kamu berada pada titik yang tepat. Tentu saja, karena bikin payung promosi ialah pengetahuan yang amat penting supaya diketahui. Selain kau, mungkin ada banyak orang yg mana turut membutuhkan pengetahuan ini. Kita berharap, informasi ringkas ini dapat bermanfaat bagi kakak. Jangan lupa supaya dikau memberi opini seputar bikin payung promosi di bagian bawah ini. Jalan keluarnya, kamu dapat berkunjung ke laman web iklan yang ada di sebelah yg adalah pen jual via internet grosir di indonesia. Ribuan jenis bikin payung promosi yg tersedia di lapak iklan yang ada di sebelah bisa kakak beli tanpa halangan via web itu ataupun datang ke lapak offlinenya. Andai kakak tidak dapat berkunjung, anda juga dapat melakukan order dengan cara online yang selanjutnya produk itu di antar ke tempat kakak..
bikin payung serang
Payung dengan bagian pada yang reflektif difungsikan oleh fotografer untuk perangkat difusi ketika memakai pencahayaan buatan, dan untuk pelindung silau dan naungan, ter sering dalam situasi potret. Beberapa payung adalah payung tembus pandang, artinya sinar menembus payung dan menyebar, alih-alih memantulkan bagian dalam payung.
1 note · View note