Tumgik
#gembull
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
ASLI, CONTACT WA 0857-9491-0142, Roti Panas Dari Oven
klik https://wa.me/085794910142, Roti Wonder Bakery, Roti Hajatan Harga Terbaik, Roti Croissant Yang Renyah, Roti Canai Rumahan Enak, Roti Lapis Teman Piknik
Roti ada di profneeds kita nih! harganya murah dan ada macam' diantara lain -Roti Pelangi Grosir -Roti Rasa Pisang -Roti Pancong Hangat -Roti Sobek Empuk -Roti Kering Cemilan Enak tersedia varian rasa!
Silahkan cek citra cakes jl mojorejo rt 06 rw 05 boyolali ngemplak kecamatan boyolali deket lapangan mojorejo dibawah tol 0857-9491-0142
1 note · View note
gizantara · 6 months
Text
Kemarin dapet hikmah waktu nonton Guru Gembul nyeritain Perang Uhud:
Kalau sudah dilebur dalam mufakat, Rasulullah saw. nggak pernah bilang, "tuh kan kata saya juga apa?" ketika ada kegagalan akibat keputusannya tidak dipakai.
Nice, sebuah panduan yang berguna dalam hidup berkomunitas. Mungkin sepele, tapi hati yang sok tahu ini suka sok jago dan sok pinter juga. Sekarang harus belajar lagi bersikap seperti Rasulullah saw. yang bahkan sekalipun kegagalannya mendatangkan kerugian fatal, beliau nggak jadinya ambekan ke para sahabat yang usulnya dipakai dan nggak nyindir para sahabat yang berkontribusi atas kegagalan tersebut.
— Giza, kebersihan hati harus senantiasa diperhatikan dalam hidup berkomunitas
23 notes · View notes
ayuerahmi · 10 months
Text
Tumblr media
Mba Tumblr, entah kenapa hari-hari ini, setiap menggendongnya seketika memori empat tahun silam muncul dalam ingatan. Bayi gembul nan mungil memulai MPASI dengan penuh gairah, aroma tubuhnya khas wewangian manusia tanpa dosa. Kenangan yang indah.
Kalau boleh jujur, aku rindu sekali masa itu. Tapi waktu tak bisa mundur, aku tetap harus menyulam syukur atas kasih sayangNya yang tak terhitung.
Maaf ya Mba Tumblr, aliran rasaku disini masih lebih banyak sedih-sedihnya. Sebenarnya aku sudah di fase “jalani aja”, tapi aku tetap harus memberi hak hatiku untuk melepaskan sesaknya. Aku ternyata tak sekuat itu. Tapi aku tetap menaruh keyakinan bahwa bagaimanapun keadaanya, ini adalah kondisi terbaik yang sudah Allah persiapkan jauh sebelum kelahirannya.
Aku minta padaNya, agar Allah jadikan ia kuat dan bahagia. Kalaupun ada tindakan-tindakan yang harus ia terima, semoga tidak sampai menyakitkan yang teramat sakit.
Kadang ingin aku bertanya, “capek, nak…?”. Tapi urung. Pertanyaan macam apa itu. Allah telah memilihnya, Allah pasti menjaganya. Sangat mungkin aku keliru, karena apa yang tampak baik dalam pandangan dan inginku bisa jadi tidak baik menurut Allah, dan apa yang terlihat tak baik dalam pandangan dan ingin ku, justru itulah yang baik menurut Allah. Allah Maha Mengetahui, sedang aku tidak tahu apa-apa.
10 notes · View notes
galeritumbang · 7 months
Text
Setengah Tahun
Tumblr media
Genap setengah tahun kontak WA milikku diblokir olehnya. Genap setengah tahun kami menjadi asing. Genap setengah tahun aku berusaha dan bertahan untuk tetap baik² saja. Genap setengah tahun dia benar² tak mengetahui apapun tentangku.
Namun.. pada bulan lalu, aku berusaha mencari tau kabar tentang perkuliahannya. Alhamdulillah ku temukan tugas akhirnya di beranda google, lalu ku telusuri bahkan juga ku unduh beberapa file skripsinya untuk memastikan bahwa memang benar itu miliknya. Sampai pada salah satu bagian dimana foto alumni kampusnya pada setiap periode dengan mengenakan setelan jas hitam.. ku temui dirinya ada disana. Pas foto dengan latar belakang merah, masih sama seperti yang sebelumnya.. kamu dengan pipi gembul dan kulit putihmu, hanya saja sekarang tak ada lagi kumis tipis menempel di atas bibir tebalmu itu.
Lalu sebelumnya.. ku temui dirimu pada bukti foto pengiriman paket salah satu kurir JNE. Kamu yang sedang menerima paket dengan celana pendek dan kaos berwarna biru dongker, di sebelahmu ada motor dengan ukuran cukup besar. Aku rasa sudah jelas milikmu, alhamdulillah aku senang sekali melihatmu semakin sukses dan bersinar. Meski aku tak lagi tau menau akan banyak hal tentangmu, nyatanya Allah masih tunjukkan beberapa hal yang mampu memberi jalan untukku mengetahui akan dirimu.
Tak apa meskipun kamu tak mau tau lagi apapun itu perihalku, terima kasih.. kamu sudah semakin sukses dan bersinar terang. Terima kasih sudah baik-baik saja.
Jogja, 20 Februari 2024 | 23.56
2 notes · View notes
lamyaasfaraini · 1 year
Text
Majalah Bobo!
(edisi koleksi terbatas 50 tahun)
Tumblr media
Akhirnyaaaaa setelah hampir sebulan ikut PO ke 2 datang jg paket majalah bobonya. Happy! Oiya PO ke 1 nya ketinggalan lah, telat bgt pas mau order udah keburu tutup lupa bgt bukannya buru2 huft, untung aja ada yg ke 2.
Baru diliat2 aja nih isinya belom dibaca, nanti aja sama nemo bareng2. Biar dia tau jaman ibunya kecil ada majalah bobo yg ilustrasinya ya segitu adanya. Dulu majalahnya lebih tipis, karena ini edisi spesial jadi tebel ceritanya banyak. Bobo beneran jadi langganan wkt kecil wlpn ngga lengkap tp selalu ada aja, skrg gatau dmn majalahnya duh sedih bgt sih. Kalopun ada pasti udah rusak lembab atau dimakan tikus duh! Yasudahlah, setidaknya nemo tau skrg yg edisi spesial ini.
Sebelum berubah selera ke majalah Fantasi yg udah mulai fangirling Westlife, Sheila on 7 kayanya kelas 5 atau 6 SD wkt ituu wkwk majalah Bobo mah favorit pisan. Beberapa bacaan yg sering kubaca dan hafal karakter2nya. Paman gembul, Nirmala dan Oki, Bona gajah kecil berbelalai panjang. Sisanya jarang aku baca hahaha. Bacaan jg meni pipilih, ya ngga apa2 dong yaa~
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Nah, kalo ini jarang atau gapernah aku baca. Berikut fotonya
Tumblr media
Deni Manusia Ikan.. Sapaniiihhh? @sagarmatha13 wkwkwk eehhh jan geer ya emangnya nama deni u doang, guru Seni kita wkt SMP jg deni kelesss.. Eits ssstt ah bisi itutea~
3 notes · View notes
mynameisfate · 1 year
Text
males makan malam dan sok-sok an belagak kek orang diet, cuman minum jus belimbing campur stoberi, dan roti kering monde 2 biji, dan air putih yg keknya sih lebih dari 250 ml.
then ini tengah malam lapar dan berencana mau bikin mi instan ya karena itu stok antisipasi kalo kelaparan tengah malam. ini gimana konsepnya, diet abal-abal yang ada.
tapi ya karena tau banget kalo laper ga bisa tidur meanwhile besok maksimal jam 4 pagi harus udah otw bandara soetta, ya udah lah kurelakan pipi gembul ini makin bulet mengembang keesokan harinya akibat asupan mi instan di tengah malam.
2 notes · View notes
miaksulung · 1 year
Text
Hi 🥰
Tumblr media
Edisi lebar-an pertama yang bertiga 💛
ghazza genap 4 bulan. suka bekisah, suka ngeruce, panjang nadanya, panjang kisahnya. Pipi? mirip mamaknya bukan hahaha welkom to keluarga gembul
ada abang yang suka melakukan banyak hal, lebaran tahun ini menyentuh angka 8. ciyeee! Matanya lelah tak bisa bohong. Selalu melakukan banyak hal untuk orang lain (bininya ga termasuk soalnya orang dalam xixixixi) 🤭 Sehatsehat abang
tahun ini pertama kali ndak puasa full sebulan. semoga lain waktu bisa bayar utang puasa tahun lalu dan nazar kemarin. harap perjalanan mengasihi ini dimudahkan selalu. ada aamiin?
6 notes · View notes
salsabilabelaa · 2 years
Text
Cerita Gembor
Perutku sakit. Dia seperti sedang berputar-putar. Aku nggak tau apakah ini karena kopi dari bang juna tadi, atau pecel, atau batagor, atau gembong gembul. Bisa jadi juga karena hujan. Atau karena perasaanku yang meluap-luap. Overwhelming. Aku sepertinya nggak bisa kalau nggak cerita.
Semua ini dimulai dari Kak Zahra dan aktivitasnya untuk mencari tender yang sesuai dengan kompetensi perusahaanku bekerja. Sampailah pada tender pertama yang berhasil kami apply, namun harga penawaran dari kompetitor lainnya lebih rendah sehingga mereka yang berhasil menuju tahap verifikasi dan menang. Selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu, termasuk kegagalan. Kata NKCTHI. Masih inget aja.
Ini kedua kalinya kami apply tender dari pemerintah. Kak Zahra, si ahlul search engine kami, sudah mencari berbagai informasi yang ada supaya kami bisa menang. Ceritanya memang ini soal capacity building, sangat sesuai dengan kapasitas perusahaan kami. Singkat cerita, tibalah masa pengumuman untuk perusahaan yang lolos ke tahap verifikasi. Kami ada! Nomor dua paling atas dengan urutan harga terendah! Beda hanya 650ribuan dengan nomor 1. Kekhawatiran mulai bermunculan, tapi keyakinan itu tetap ada. Berhasil dipanggil untuk menuju tahap verifikasi bersama dengan 2--atau 3, aku nggak tau tepatnya--perusahaan lainnya.
Jumat kemarin itu memang tahap verifikasinya. Aku ke kantor biar bisa menemani Kak Zahra. Memang love language quality time. Tahapan verifikasi ternyata memang sangat ketat. Banyak sekali dokumen yang harus diverifikasi, harus hard copy, menampilkan di layar, dan lain-lain. Aku nggak begitu paham. Intinya, aku siap kalau butuh bantuan. Pada percakapan akhir yang kudengar samar-samar itu, bapak-bapak di sana meminta untuk menunjukkan MoU sebagai pembuktian bahwa kami pernah bekerjasama dengan Puskesmas Gembor untuk agenda Capacity Building. Aku paham sih, memang dibutuhkan verifikasi yang super ketat supaya nggak mudah diakali oleh perusahaan-perusahaan bodong yang ternyata nggak punya kompetensi yang diharapkan dalam menjalankan proyek tersebut. Masalahnya, MoU nya itu nggak ada fisiknya. Bukti pembayaran masuk, fraktur pajak, foto kegiatan, semua ada. MoU nya ada, cuma adanya soft file dan itu hanya berisi tandatangan Bang Juna. MoU waktu itu entah ada di mana karena pelaksanaannya di masa pandemi. Sulit sekali lah untuk merapikan berkas yang berpindah tangan melalui kurir. Apalagi orang-orang yang mengurusnya itu sudah nggak bekerja lagi di sini.
Akhirnya, Bang Juna yang menjelaskan keadaannya. "Kondisinya begitu, kami begini apa adanya," kurang lebih begitu, aku nggak begitu ingat. Lalu, bapak-bapak itu menegaskan bahwa harus ada bukti yang bisa ditunjukkan dari pihak penerima jasa. Mereka akhirnya memberikan kami waktu untuk mencari MoU yang entah di mana itu. "Nanti bisa jam 3 sore ya bapak dan ibu, kalau nanti di jam 3 sore PT ini tidak bisa menunjukkan MoU nya, kami anggap tidak bisa menunjukkan bukti berkasnya untuk verifikasinya ya?" Begitu samar-samar yang kudengar. Kenapa samar-samar? Karena saya memang agak bolot. Apalagi kalau ada suara kereta lewat.
Lalu si ngide ini mengide untuk ke Puskesmas Gembor mengambil MoU yang belum tentu ada di sana. Ternyata yang lain pun berpikiran sama. Dengan babibu, seperti ke kamar mandi dulu, bawa bekel dari bang hendar, dan menyiapkan laptop, akhirnya kami pun berangkat. Aku dan Kak Zahra. Naik Motor. Iya, ke Tangerang antahberantah dari Depok. Kata maps sekitar 2 jam. Ini jam sebelas siang.
Tapi, kami nge-print ulang soft file scan MoU yang sudah ditandatangani Bang Juna itu. Kalau semisal file MoU nya nggak ada, kami bisa minta tandatangan Pak Kepala Puskesmasnya lagi dengan file yang diprint ini, begitu jalan pikiran waktu itu. Beliau kan orang pertama pelaku utama, aliasnya tau pasti kondisi saat itu.
Singkat cerita, sampailah kami ke Puskesmas Gembor sekitar jam 13 lewat dengan bokong mati rasa. Kayaknya aku belum pernah menyetir sejauh itu. Sesampainya di sana, terlihatlah mas-mas yang sedang makan siang di parkiran. Skenario awal di kepalaku, aku akan masuk ke bagian administrasi, lalu menunjukkan kartu nama, lalu menceritakan kejadiannya, lalu mencari MoU bersama atau meminta tandatangan Pak Andi sang kepala puskesmas. Namun, puskesmasnya super sepi. Aku bilang ke Kak Zahra untuk coba tanya ke mas-mas itu. Maksudku, tanya masuknya lewat mana dan ke arah mana, gitu. Tapi dia malah langsung curhat ke mas-mas yang sedang makan itu!! Semua cerita dan kronologisnya!! Aku nggak bisa berkata-kata. Jadi aku diam saja.
Tapi, malah mas-masnya juga langsung cerita juga. Bahkan aku belum kasih kartu namaku. Pak Andi sedang rapat di dinas kesehatan. Pasti nggak bisa dimintai tandatangan. Juga bagian administrasi sudah pulang sejak jam setengah 12 tadi. Btw, mas-masnya ternyata perawat yang bekerja di sana. Sudah jauh-jauh, tentunya kami nggak menyerah begitu aja. Kami bahkan kepikiran untuk menghampiri Pak Andi di diknakes, bahkan skenario di kepalaku sudah membayangkan sampai aku akan ketok pintu ruang rapatnya bila memungkinkan. Tapi aku masih punya akal sehat, aku nggak seberani itu.
Sebenarnya, mas-masnya masih makan. Tapi dia cuci tangan lalu menelfonkan pak supir yang mengantar Pak Andi kemanapun beliau pergi. Kalau nggak salah, namanya Pak Joni. Singkatnya, rapat Pak Andi sudah selesai, beliau akan langsung pulang ke rumah tanpa ke puskesmas lagi. Melihat muka kami berdua yang desperate--bahkan kami sempat bertanya boleh nggak disamperin ke rumahnya untuk minta tandatangan--mas-masnya langsung bilang rumahnya jauh. Lebih dekat ke dinas kesehatan. Akhirnya gimana ceritanya tiba-tiba telfonnya sudah berpindah tangan ke Kak Zahra dan ternyata Pak Andi lagi makan di Rumah Makan Sadeli. Aku langsung search, ternyata 20 menit dari puskesmas. "Ditunggu di sini ya," suara dari ujung telfon kedengarannya begitu. Wah, semesta mendukung! Kami langsung pamit sama mas-mas perawat itu yang kami belum tau namanya, lalu jalan ke RM Sadeli.
Di motor, aku sebetulnya yakin aja tapi sambil mikir, ini orangnya yang mana. Gimana cara kita tau dia yang mana. Bayanganku, tempat makannya model restoran sunda yang agak besar gitu dan mungkin agak sepi. Jadi mungkin bisa langsung kelihatan. Ternyata, itu warteg!!! Rame banget ya Allah!! Aku merasa nggak sopan kalau tiba-tiba langsung telfon karena kami belum kenal sebelumnya (sama mas-masnya kami diberi nomor telfon Pak Andi). Tapi tiba-tiba ada yang keluar, "ini yang tadi ya?" Wah semesta mendukung! "iya betul pak," jawabku. "Itu masuk aja di dalem," kata Pak Joni, sepertinya, karena beliau merefer ke orang lain. Tapi di dalem rameeee ya Allah, yang mana coba orang yang kelihatan perawakannya kayak dokter. Tapi alhamdulillahnya ada yang mendekat dan dengan sok iyenya aku kenalan duluan. Lalu dengan singkat menceritakan kebutuhan, kondisi, dan kejadiannya. Beliau bertanya satu dua hal, melihat file nya, dan bersedia menandatanginya lagi.
Si kocak lagi Kak Zahra dengan materainya, dia malah kasih ke aku buat nempelin ke kertasnya. Lah, aku mana bawa apa-apa. "Lem? jepretan? ada ga?" tanyaku. "Gak ada gak bawa," jawabnya. Sepersekian detik aku berpikir harus memutuskan untuk meminta sebutir nasi di warteg itu atau menjilatnya dengan lidahku. Pilihan kedua nggak banget. Tapi itu lebih cepat dibanding meminta nasi. "Minta air aja," kata Pak Andi cepat setelah melihat kebingungan kita. Ah benar juga! Aku langsung mengeluarkan tumbler-ku dan membasahinya. Fyuh, untung saja. Terlambat dua detik bisa-bisa maskerku sudah lepas dan ilerku ada di MoU itu.
Alhamdulillah. Kami sudah sangat bahagia dapat tandatangan beliau. Beliau bertanya seingatku sampai beberapa kali, "ada lagi?". Soal berkas berita acara kegiatan. Ya intinya, kayaknya kami butuh itu dari puskesmas tapi logikanya nggak memungkinkan di saat itu juga. Kami berpikir untuk bikin draftnya lalu print lalu minta tandatangan lagi ke Pak Andi. Tapi itu juga nggak memungkinkan untuk meminta beliau menunggu lagi. Tapi Pak Andi malah bilang itu cuma perlu untuk penyedia barang, kalau penyedia jasa butuh MoU aja. Oke, setidaknya ada argumen yang bisa kami berikan kalau ditanya. "Ada lagi?" tanya Pak Andi, memastikan. Aku sudah kepikiran ini sejak awal sebelum berangkat. "Pak boleh foto nggak? biar ada buktinya gitu," jawabku cepat sebelum Pak Andi memutuskan pulang. "Haha background nya gini banget ya," jawabnya. Ya Allah, bayanganku juga fotonya bakal di puskesmas yang keliatan logonya gituu bukan warteg. Tapi yaudag memang kondisinya begitu. Mission complete, Pak Andi langsung pulang setelah ketemu kami.
Aku dan Kak Zahra langsung melipir ke KFC untuk sholat dan sudah kelaparan. Sehabis sholat, kita baru mempertanyakan kelakuan kita. Kenapa sangat bersemangat dan berdedikasi. Tapi aku juga nggak menyesal. "Kak yang penting kita usaha dulu, ikhtiarnya, kalau nggak ketemu yaudah kita pikirin nanti sambil tanya Bang Juna, kan kita belum tau jadinya gimana. Yang penting kita jujur dan berintegritas, nggak malsuin tandatangan, ceilah pegang idealisme," sefruit obrolan sok iye yang diulang-ulang di awal perjalanan yang jauh ini untuk menenangkan hati kami berdua.
Habis sholat, Bang Juna langsung telfon. Kami diskusi dan lain-lain. Agendanya sore itu adalah menunjukkan MoU dan live ruangan kantor. Bang Juna yang akan live. Lalu Kak Zahra mau langsung menghubungi bapak-bapak yang tadi pagi karena kami sudah pegang MoU nya. Tapi aku bilang ke Kak Zahra kita duduk dulu, beli makan, yang tenang, baru hubungi bapaknya. Skenarionya sudah pas. Tapi, menit itu juga setelah Kak Zahra menghubungi, beliau langsung meminta untuk join teams.
Ngabrut. Kak Zahra langsung ambil posisi. Aku bantu yang aku bisa. Kondisinya, laptop Kak Zahra nggak mau kooperatif. Akhirnya bisa juga join pake hapeku. Ditunjukkanlah MoU yang jauh-jauh kami dapatkan itu. Pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan. "Itu tuh, kenapa materainya dua?" "Kok nggak ada cap puskesmasnya? Biasanya ada cap ya."
Aku bisa melihat emosi Kak Zahra yang naik ke permukaan. Awalnya Kak Zahra masih bisa menjawab seperti biasanya. Perihal cap yang sudah ditanya, kami nggak bisa berbuat apa-apa. "Bilang aja dari sananya udah begitu kak," jawabku sambil bisik-bisik. Oh, sebenarnya yang ikut meetingnya memang diundang untuk Kak Zahra dan Bang Juna. Jadi waktu di KFC, hanya Kak Zahra yang join. Tapi di poin pertanyaan soal cap itu, runtuh sudah pertahanan emosinya.
"Pak, saya ini sudah jauh-jauh dari Lenteng Agung ke Gembor. Naik motor, capek-capek! Cuma buat ambil MoU. Ini saya masih di tempat makan di daerah Gembor. Ini saya dapet MoU nya dari Pak Andi! Kalau bapak nggak percaya, ini saya ada fotonya! Saya perlihatkan ya pak, sebentar. Ini kelihatan kan ya pak! Saya masih pakai jilbab yang sama, baju yang sama dengan yang sekarang. Terlihat kan pak?! Saya ini beneran ambil MoU, ini Pak Andinya. Kalau bapak nggak percaya, yaudah terserah bapak mau gimana lagi."
Aku kaget tapi ketawa sekaligus terheran dan tidak menyangka, "kak hahaha kak sabar kak sabar hahahaha sabar."
"Iya baik ibu, kalau begitu kita cukupkan di sini ya pertemuan ini, terima kasih ibu zahra." Itu suara bapak terakhir yang kudengar. Makin ngabrut. Langsung diakhiri tanpa jadi live kantor. Aku ngakak sepuasnya. Bisa-bisanya. Tapi memang, kayaknya manusia yang punya hati pasti langsung tau kalau Kak Zahra benar-benar meluapkannya dari hati. Bang Juna juga langsung telfon sambil ketawa. Kak Zahra memang bukan pendendam, jadi dia ungkapkan saja supaya tidak ada residu di hatinya.
Sehabis itu langsung hujan. Tidak lupa di tiap hujan yang kami temui hari itu, pasti langsung berdoa untuk menang tender ini. Pulangnya, kami sudah bersepakat, sampai sejauh ini sudah merupakan pencapaian. Kalau kalah pun, perjalanan ke Gembor nggak pernah sia-sia. Kami belajar banyak untuk kesempatan berikutnya. Tapi menang tetap jadi tujuan kami. Kami nggak ada pernyesalan karena sudah berjuang dan berusaha sampai ujung--sampai Gembor. Udah mentok ikhtiarnya. Tinggal tawakal aja sama Allah. "Jika dia memang bisa untukku sini, dekat dan dekatlah. Dan jika dia memang bukan untukku, tolong buat dia untukku ya Allah!!!" nyanyiku lagu Interaksi sebagai doaku di bawah hujan.
Cerita pulang juga sebetulnya nggak kalah kocak. Gantian, Kak Zahra yang menyetir motorku. Baru 15 menit perjalanan, sudah gerimis. Kak Zahra memutuskan untuk pakai jas ujan. Aku mengiyakan karena perjalanan kami memang jauh. Nggak ada yang tau di depan akan sederas apa. Tapi nyatanya, makin ke sana makin ke sini. Nggak dong. Makin ke sana makin panas. "Kak copot aja gak sih ini jas ujannya?" tanyaku, mulai kepanasan. Kami berdua pakai jaket di dalam jas ujan masing-masing. "Hmm, nanggung gak sih bel?" tanyanya. Jelas-jelas ini belum 30 menit dari KFC.
"nanggung apanyaaaa masih sejaamm perjalanan kita, ini juga baru jalaaan," hadeh nggak ngerti lagi. Kami mencopot jas hujan di tengah terik matahari. Itu sekitar jam 4 sore. "kalau ujan lagi di depan, pokoknya aku gamau pake jas ujan!" kataku. "hahaha aku juga!" katanya.
Soal isi bensin juga. Ramai banget deh sore-sore jam pulang kerja. Tapi, kita malah tiba-tiba cuma antre satu motor di depan kita. Isi bensin cepat, langsung balik ke kantor. Wah, semesta mendukung!
Sesampainya di kantor, jangan tanya. Tulang kami sudah mau copot. Kami akan menginap lagi karena nggak ada tenaga pulang. Selain itu, mau lihat hasil pengumuman kayak model SBMPTN, karena di jadwalnya akan diumumkan malam itu. Tak lupa kami ceritakan seluruh kejadian pada Abel yang mana dia dan juga kami ketawa sampai sakit perut. Bener-bener petualangan ini. Mana Si Abel pake bilang, "abis meeting, bisa-bisanya kamu semangat banget buat langsung berangkat, orang mah aku mikir dulu, buka ga ya puskesmasnya, ada orangnya ga ya, gitu!" "namanya juga memang nekat!" kayaknya aku jawab gitu.
Malamnya, sehabis sholat maghrib kita langsung degdegan mau buka pengumumannya. Ternyata, dia diundur ke hari Senin!! Agak lega tapi agak kecewa. Lalu kami mensugesti yang baik-baik seperti: yaa mungkin Allah pengen denger doa kita dulu, mungkin awalnya bukan kita yang menang tapi karena kita ikhtiar dan doa jadi Allah lagi proses buat ganti hasilnya, dan lain-lain.
Sabtunya, saat perjalanan ke parkiran, aku dan Kak Zahra mulai merencanakan persiapan ketika kami menang. Kami nggak mau mendahului takdir, cuma rasanya lebih tenang ketika dipersiapkan. Kami akhirnya mengakhiri kebersamaan petualangan itu dengan makan bubur garut.
Fast forward, Senin. Hari ini. Hari pengumuman. Aku udah janjian ke kantor dengan Kak Zahra supaya punya vibes SBMPTN saat buka pengumuman. Sore, jam 4. Tapi dari pagi kami sudah standby, sambil bekerja sebaik-baiknya. Bapak-bapak itu menghubungi Kak Zahra, kami lolos mampu membuktikan verifikasi berkas!! Ada file yang harus dikirim dan diisi. Belum pengumuman pemenang. Bisa jadi penentuannya meloloskan beberapa perusahaan. Jadi kemungkinannya: 1) salah satu sudah terpilih jadi pemenang, atau 2) terdapat beberapa perusahaan yang lolos sehingga akan "bertanding" untuk merevisi anggarannya menjadi yang paling rendah--yang paling rendah itu baru akan dipilih untuk menang.
Kami nggak berharap yang kedua. Semakin sore semakin degdegan. Rasanya degdegan yang sama seperti pengumuman SBMPTN. Aku sering gugup dan degdegan, tapi degdegan yang ini memang khusus munculnya hanya saat SBMPTN dan pengumuman tender ini. Aku nggak berani lihat, biar Kak Zahra aja. Aku hanya berharap kami nggak terlalu kecewa ketika bukan kami pemenangnya.
Kak Zahra juga nggak berani lihat. Akhirnya Kak Amel yang mencet. Nama perusahaan kami ada di nomor 1! Dengan tulisan P yang diberi tanda bintang. "Menang! eh menang? kenapa ada bintang di P? apa ini maksudnya bintang?" Lah bukannya P itu maksudnya pemenang?
Bang Juna lalu datang dengan solusi, "itu, buka aja yang bagian pemenang." Ah iya. Benar! Wah, semesta mendukung! Alhamdulillah ala kulli haaal. Semua hikmah atas petualangan ini semakin nyata adanya.
"Ini Allah keren banget. Kalo kita berangkatnya lebih lama dari kantor, telat satu menit aja, bisa jadi kita nggak ketemu mas-mas puskesmas. Kelamaan ngobrol sama mas-mas puskesmas, bisa jadi Pak Andi udah pulang duluan. Bisa jadi kita nggak dapet tandatangannya. Bener-bener ya jalannya Allah tuh!" kata Kak Zahra merangkum semuanya.
Gokil. Ini petualangan seru dan mendebarkan yang lama nggak aku rasakan. Kalau sudah selesai dan diceritakan rasanya begitu nggak masuk akal. Seperti wah, keren banget! MasyaAllah! Padahal susah payah juga waktu melewatinya. Kayak kata-kata Harry Potter di HP5, lupa judulnya.
Aslinya, aku juga mau mengunggah di sini soal video waktu melihat pengumuman itu. Tapi rasanya memang nggak semua hal harus disimpan di tumblr. Yang penting kamu ingat tentang kejadian ini dan perasaanya, bel. Ini aku menulisnya dengan sepenuh hati dan ingatan yang tersisa. Nggak semua percakapan yang diatas begitu adanya. Itu berdasar ingatan yang masih ada ini.
Capek juga ya. Dari jam setengah 11 sampai jam 1 malam ternyata ini baru selesai. Gapapa sih. Mumpung masih ingat dan perasaannya nyata. Good job. Besok kita berlari lagi.
Terakhir. Tulisan ini dibuat untuk mengingatkanmu. Bahwa yang namanya ikhtiar itu memang sampai mentok. Sampai nggak ada lagi yang bisa dilakukan. Baru tawakkal. Dari dulu konsepnya begitu. Cuma kadang banyak keraguan yang tiba-tiba datang ketika ingin mulai melangkah. Memang dasar self assurance yang agak rendah. Tapi ENFP memang perlu orang lain yang menyambut idenya, kalau kata Nada.
Dah, mari kita akhiri. Cerita petualangan ini sekali lagi ditulis dalam rangka menebar kebahagiaan dan tentunya cerita petualangan. Seperti yang disebut di Surat Ad-dhuha, kalo nggak salah, bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Nikmat petualangan! Semoga selalu dilindungi Allah dan dilimpahi rahmat-Nya!
4 notes · View notes
nadasilvia · 2 years
Text
Dari semua tempat di dunia ini, dengan radius 5km (karena terbatas kendaraan)
Aku memilih menginjakan kaki di MCD.
Disini rasanya seperti "rumah", rumah orang lain yang begitu hangat.
Banyak keluarga yang mampir sekadar makan bersama, ini malam minggu rupanya.
Ada seorang ayah yang menenteng belanjaan karena mcd tempat aku berteduh bersebelahan dengan swalayan. Sang ibu menggandeng kedua anak mereka, merencanakan kepergian mereka dengan memesan taksi online.
Ada keluarga yang terlihat saling akrab dan dekat, ayah yang gembul berkemeja putih, dua anak perempuan berhijab yang ayu, dan seorang wanita paruh baya yang begitu keibuan, mereka memasuki mobil yang terparkir di depan sambil bercerita sambil lalu.
Hahahahah
Seumur hidupku, tidak pernah aku merasakan momen seperti itu, apalagi saat aku kecil.
Saat ini, ketika hatiku riuh,
Aku yang melarikan diri ini, berharap pulang.
Pulang dengan diminta.
Namun nyatanya.. tidak ada ucapan apapun di kotak masuk pesanku.
5 notes · View notes
tyassiyess · 2 years
Text
hai, gimana kabarnya di kota orang? katanya panas ya disana? gimana kerjaannya? lebih nyaman? atau nyaman disini dekat sama anuannya? tetap jaga kesehatan ya, kalau bisa makannya jangan telat dan harus tetap banyak biar tetap gembul.
3 notes · View notes
rosadilaaq · 13 days
Text
Seminggu ini BM donat kentang gembul gembul gitu.
Tapi kalo bikin pun kadung capek banget soalnya.
Tapi kalo beli ga hemat jadinya. Apalagi akhir-akhir ini suka ga ngotak beli makanan di luar. Jadinya uang gajiku yg udh disisihin untuk belanja buat sebulan ludes buat jajan dan bayar kasbon seminggu.
Wkwkwkwkwkwkwkkwkwkw TT
0 notes
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
TERGURIH, CONTACT WA 0857-9491-0142, Roti Kering Cemilan Enak
klik https://wa.me/085794910142, Roti Roma Kelapa Vanilla, Roti Roma Kelapa Sandwich, Roti Kacang Rasa Terenak, Roti Sobek Empuk, Roti Kering Cemilan Enak
Roti ada di profneeds kita nih! harganya murah dan ada macam' diantara lain -Roti Pelangi Grosir -Roti Rasa Pisang -Roti Pancong Hangat -Roti Sobek Empuk -Roti Kering Cemilan Enak tersedia varian rasa!
Silahkan cek citra cakes jl mojorejo rt 06 rw 05 boyolali ngemplak kecamatan boyolali deket lapangan mojorejo dibawah tol 0857-9491-0142
0 notes
gizantara · 7 months
Text
Penolakan
Ada cerita lucu dan menyentil dari anak ajarku. Dia anak kelas 8 dan disuruh buat laporan tentang bazaarnya, jadi kami kerjain lah bareng. Awalnya dirinci seperti biasa, kaya modalnya apa aja, pembagian tugas tiap anggota gimana, apa aja yang kejual, dan untungnya berapa. Sampailah kita ngerjain poin, "apa pengalaman paling berkesan?" Jawaban dia adalah,
"Jadi tau rasanya ditolak."
Gak ada penjelasan lain di kolom itu. Cuma satu kalimat yang kami isi. Sangat unik, asal ceplos, jujur, lucu, dan dewasa untuk ukuran anak seumurannya. Padahal aku nanya, "ada lagi?" Dan dia jawab, "enggak kak, udah itu aja." Singkat, padat, dan jelas.
Sementara itu, anak-anak seumuran dia, notabenenya bakal pada jawab pengalaman berkesannya mungkin saat dagangannya laris, saat denger review pembeli, saat untung sekian, saat menyiapkan dagangan, dll.
Dan respon anak itu tetap biasa aja saat ngejawab poin pengalaman ditolak itu. Nggak sedih, nggak kecewa, dan nggak kehilangan percaya dirinya. Dia juga nggak nyalahin temen-temennya yang minim kontribusi. Pas aku lihat poin kontribusi anggota kelompok, dia paling banyak tapi dia gak baper dan marah-marah ke anggotanya, beneran santuy. Padahal dagangannya cuma laku tiga biji dengan pendapatan kotor Rp30.000,00. Memang sih, aku lihat-lihat anak ini punya self awareness yang bagus untuk ukuran anak SMP. Vibesnya sama kaya Zoro yang mengatakan sesuatu tentang Luffy, "aku tak perlu percaya dia. Dia percaya diri sendiri."
Jadi keingetan ceramahnya Guru Gembul tentang Nabi Yunus. Konteksnya beda, tapi masih tentang penolakan.
Tumblr media
"Kalau kita merasa gagal, putus asa, marah, lalu pergi, maka di sanalah kita berdosa dan akan mendapat musibah. Maka kalau kita ingin mengenalkan sesuatu, mengajak kepada sesuatu, terbiasalah dengan penolakan, ketidaksukaan, kemarahan pihak lain." (Guru Gembul)
— Giza dan beberapa rangkaian hikmah dari kejadian sehari-hari, tontonan, dan bacaannya
18 notes · View notes
grateful-journal · 1 month
Text
Inggit Garnasih
Bakal namaku sebelum pada akhirnya 'kaya borong nama satu kecamatan'
Dulu, Bapak pernah bilang, kalau 'Inggit Garnasih' nama yang seharusnya jadi namaku, sebelum akhirnya 'Dwiratna Armeylina Mustikadini' itu tersemat dan terukir paten di Akta Kelahiran.
Bapak suka namanya. Diambil dari nama istri kedua Bung Karno. Tanpa dimodifikasi sama sekali. Hihi
Entah, lupa alasannya apa, akhirnya bukan nama itu yang tersemat untukku. Pada akhirnya, nama layaknya borongan warga sekecamatan itu, yang jadi rezekiku, dan menjadi identitasku. Menjadi harapan dan doa untuk kehidupanku.
--- Apa hubungannya 'Inggit Garnasih' dengan 'Dwiratna Armeylina Mustikadini?'' -tidak ada, sih.- hanya tiba-tiba teringat, lalu, karena aku sebenarnya suka nama lama itu, sempat berfikir, ''bagaimana, ya, kalau dulu namaku pendek gitu?'' Yasudah. Tiba-tiba teringat, tiba-tiba pengin mengulas nama.
---
Dengan namaku yang sekarang, tentu aku suka. Tapi rasanya bingung tiap ketemu orang, lalu terheran dengan nama sepanjang itu. Belum lagi perkara pelafalannya yang susah. Apalagi setelah pindah ke tanah Arab yang jelas-jelas akan makin menyusahkan pelafalan lidah orang Arab. Pernah mau ganti nama rasanya, pakai satu suku kata Arab aja. Hehe. Kadang iri juga sama orang-orang China yang punya dua nama, Arab dan Chinesee (saking lebih susahnya nama mereka dilafalkan).
Angkat topi buat orang Arab yang sekali sebut nggak belibet-libet. Sekalian dikasih sertifikat penghargaan untuk kemahirannya melafalkan nama Jawa yang katanya susah ini.
Nama yang diperoleh dari -banyak orang- dari Bapak, Mbak, Bu Bidan, Anaknya Bu Bidan, Nenek sesepuh. Haduh. Pantesan panjangnya ngalahin kereta api. Dulu pun, namanya 'Dwi Armeylina Mustikadini' sewaktu Akta Kelahiran pun sudah jadi. Pas Nenek sesepuh tahu, malah ditambahi 'Ratna' dibelakang 'Dwi' akhirnya, harus buat Akta lagi. Haduh.
Dan pada akhirnya, 'Ratna' itu termasuk yang paling enak masuk ke telinga. Selain masih dibagian depan, nggak susah buat dipake kenalan.
Dulunya dipisah-pisah 'Dwi Ratna Armeylina Mustika Dini' karena dirasa kepanjangan, akhirnya disambung semuanya, lalu jadi 'Dwiratna Armeylina Mustikadini' lebih kelihatan ringkas, walaupun tetap panjang.
Artinya cukup multitafsir. Tapi dari multitafsir tadi, rasanya doanya juga jadi dobel-dobel.
Panggilannya juga sudah bermacam. Nggak cuma pakai satu bagian. Orang mengenalku dengam berbagai bagian dari nama sepanjang itu. Masih lagi dapat julukan khusus. Oh ya Allah. Betapa panjangnya bentuk transisi dari satu bagian nama ke bagian lainnya.
Saking banyak nama panggilan, sampai setiap bagian punya ceritanya sendiri. Punya kenangan. Punya ciri khas, sepanjang perjalanan bertumbuh. Itu kenangan.
'Dini' itu nama kecil. Nama Rumah. Bapak, Ibuk, Mbak, dan semua keluarga besar mengenalku dengan nama itu. Orang mengenalku dengan nama itu. Walaupun saat Ujian Nasional, penulisan nama hanya sebatas 'Dwiratna Armeylina M' saking sudah tidak ada kotak untuk menuliskan hurufnya. Waktuku mengerjakan ujian pun jadi terpotong lumayan lama, karena harus mengarsir huruf perhuruf dari nama yang sepanjang itu.
Sampai masuk di Pesantren, masih mengenalkan diri dengan nama 'Dini', lalu banyak yang bertanya dimana 'Dini' nya? (karena mereka-mereka belum tahu nama asliku lebih panjang dari yang mereka lihat diatas kertas)
Mulailah aku kesusahan menjelaskan dimana letak nama 'Dini'. Mana yang bertanya tentu nggak cuma satu. Bayangkan setiap berkenalan, bertanya keheranan dari mana pangilan 'Dini' itu, diambil dari nama bagian mana? sudah bak ahli sejarah, yang menceritakan latar belakang dipanggil ''Dini'' :( Oh Allah... aku kesusahan lagi. Haha...
Inginku bawa papan nama yang menuliskan nama lengkapku besar-besar, khususnya saat perkenalan pertama dengan orang baru. Tapi ya tetap saja, sudah terlanjur nama itu yang menjadi identitasku saat masuk Pesantren. Malah bertransformasi ke panggilan-panggilan lain, 'Dibul' salah satunya. Singkatan dari 'Dini gembul', saking dulu udah mirip ikan buntal. Dasar anak pondok, emang ada-ada aja akalannya.
Kelas 2 SMP, dapat nama panggilan baru, 'Armey' karena ada 2 nama 'Dini' di dalam kelas, dan Ustadzah tidak mau kesusahan membedakan. Sampai seterusnya, masih pakai nama itu, karena selalu satu kelas sama 'Dini' yang lain. Dan Ustadzah tidak memanggilku dengan nama panggilanku, kebetulan. Haha. Jadi ya, antara dua, 'Armey' atau 'Dibul', kemudian meluas menjadi bonch, bonchy, bunch, dibs, dibsy, dan sesuka mereka memanggilku. Dan aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu.
Belajar dari kesulitan-kesulitan saat berkenalan semasa memakai nama 'Dini', sekaligus mengingat, kalau dulu, Mbak -kakak kandungku- juga memakai nama bagian depan ketika sudah masuk kuliah, padahal nama kecilnya juga diambil dari belakang sama sepertiku. Mungkin alasannya sama juga, biar nggak nyusahin diri pas kenalan.
Setelah lulus Pesantren, aku berfikir untuk berkenalan pakai nama panggilan lain. 'Ratna'. Awalnya karena supaya gak ada yang nanya 'Ratna' dari mana namanya? jelas itu terpampang didepan. Tapi lama kelamaan, itu nama yang paling 'menyenangkan' untuk dijadikan identitas. Selain itu, nggak makan banyak energi saat berkenalan dengan orang baru.
Sejak saat itu, 'Ratna', 'Dwi' bahkan 'Dwiratna' , ''Rat'' ''Na'', itu jadi nama 'dewasaku', nama yang membersamai transisi remajaku menuju dewasa muda, dan mungkin sampai nanti, entah sampai kapan. Yang jelas batu nisanku akan tertulis nama lengkapku, kan? atau jangan-jangan, malah nggak ada namanya?
Setelah melewati transformasi nama yang lumayan panjang -sepanjang usia-, yang sebenarnya satu kesatuan, jujur sensasinya pasti berbeda. Setiap transformasi, ceritanya ada-ada aja yang unik, dan mudah diingat. Seperti selalu punya dunia baru, identitas baru, dan cerita baru, tiap kali berganti panggilan. Dalam proses 'journaling' sering kupanggil diriku dengan nama-nama sesuai masanya, terlebih kalau sedang memutar waktu ke belakang.
Percaya atau tidak, rasanya seperti mengitari dunia refleksi, kalau berhadapan dengan nama yang berbeda tadi. Seperti menemui diriku, dengan pecahan-pecahannya yang berbeda bentuk. Seperti amoeba. Seperti membelah diri dan memainkan peran yang berbeda.
Sungguh nama sepanjang ini, banyak sekali lika-likunya.
Belum lagi saat sudah masuk masa kuliah, dengan lingkungan yang -sudah bukan lidah Indonesia saja- ada yang memanggil 'Dwiratna' one shoot, sempurna, tanpa bingung dan mengulang-ngulang, itu rasanya, huaa! keren yaa, gak kepleset-pleset. Begitu batinku. Ya bagaimana tidak? 'Dorina, Duwayratna, Duwayratana, Radna' dan entah apa lagi -lama-lama jadi 'Dori' temennya Nemo, atau jadi kripik Doritos juga itu kali ya? sudah pernah kudengar dari mereka-mereka yang baru mengenalku.
Dan aku selalu 'up to you' panggil sesuka dan sebisamu. Gak pengen nyusahin orang aja. Hehe
Belakangan malah alih-alih dipanggil Ratna. Tetangga flatku menggati namaku jadi 'Christine' hahaha. Saking dia maunya mengingatku dengan caranya. Terserah deh ate (nama lain ''mbak'' dalam bahasa Filipina). Karena bagiku tidak mengganggu. Hanya sekedar panggilan sayang. Beliau kebetulan non muslim, dan kami seperti saudara aja. Dekat. Dan hidup kami menyenangkan, termasuk momen dipanggil 'Christine' dan menjawabnya dengan tawa terbahak-bahak...
Huah, sebuah nama, yang 'cuma nama' aja jadi banyak cerita, banyak kenangannya. Nama sepanjang itu memikul banyak memori, ya...
---
You grew up, Dwiratna...
Semoga kamu selalu sehat, direzekikan umur yang cukup untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan kebaikan sebelum waktumu habis, dikaruniakan keberkahan dan membawa berkah untuk sekitar,
Kamu hidup dengan baik, sejauh ini. Dan terus hiduplah dengan baik. Terima kasih sudah sudi menyelami diri sedalam itu, menemukan versi terburuk juga terbaik, terkuat juga terlemah, terumit juga tersederhana. Dan banyak hal yang masih kamu harus pahami lagi tentang dirimu. Terima kasih, ya, sudah mau belajar jujur, berlapang dada, meluaskan sabar, terima kasih sudah mau masuk dalam dimensi rekosone urip, dan bentuk keprihatinan hidup, serta tirakatnya, untuk tetap hidup; dan akan terus hidup lebih baik kedepannya.
Hari ini, Jum'at terakhir di UAE, tahun ini. Semoga kamu bisa mengenang apa yang bisa dan harus dikenang, mengingat yang bisa dan harus diingat. Entah kapan akan kembali, tapi, semoga ini bukan yang terakhir kali. You won't say good bye right?.
Sekali lagi, have a good life...
Semoga kamu bahagia menjalani fase kehidupan keduamu, setelah lulus...
Semoga kamu menemukan 'kebahagiaan' yang kamu cari, bersama dengan waktu.
Jumat, 09 Agustus 2024 Uni Emirat Arab, 08.47 GST
0 notes
bhanurasmi · 2 months
Text
Kita Ke Sana.
"Aku mau temani Cahya, selamanya!"
Seru bocah berpipi gembul dengan lantang empat tahun lalu, di belakang gedung sekolah setelah dua sejoli itu raih penghargaan pertama mereka.
Ucapan Atlas kala itu tumbuhkan tunas kebahagiaan dalam lubuk diriku, meski kalimat itu kian lama kian .. angkuh? Atlas, kau tak tau berapa lama selamanya yang baru terucap dari bibirmu itu, kau tak tau berapa banyak kutukan dari partikel selamanya dan berapa berat kau harus pikul beban demi selamanya.
Atlas, seberapa fatal takarmu bagi neracaku, kau masih jadi manusia yang terlintas dalam bayang ketika kata selamanya dikumandangkan.
Tapi apa kau juga membagi perasaan yang sama larasku?
Apakah bagimu aku adalah sebuah planet yang berjalan beriringan denganmu, ataukah hanya bintang beredar remeh yang bisa dengan mudah kau paksa berotasi di duniamu?
Tumblr media
0 notes
edomedia · 3 months
Text
Bahar Smith vs Rhoma Berseteru, 99 Pengacara Siap Dikerahkan
Jakarta, EDITOR.ID,- Habib Bahar bin Smith alias HBS kembali mencuri perhatian publik. Pasalnya, Bahar kini kembali berseteru. Setelah sebelumnya berpolemik dengan Ustadz Gembul, kali ini “musuh” Bahar Smith adalah Rhoma Irama. Kisruh perseteruan ini dipicu perang argumen antara Bahar Smith dengan Bang Rhoma. Bahar tak terima cerita Rhoma soal nasab atau keturunan Rasulullah yang tidak mesti…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes