Tumgik
#kajian ustadz syatori
desyilmi · 1 year
Text
Tetap dari Allah
Tulisan kali ini masih mengambil momen naik Gunung Prau baru-baru ini. Siapa yang tak tahu jika Desember sedang kelabu? Cuaca tak menentu, bahkan isu badai angin mulai diumumkan. Memanfaatkan momen “mumpung”, rombongan tetap berangkat hehe.
Hari mendaki sudah dimulai dengan gerimis sendu, namun tak menyurutkan semangat kami untuk mendaki. Sesampainya di basecamp jalur pendakian Dieng, kami isi bahan bakar diri dulu. Kemudian, mulai mengencangkan sabuk pengaman. Apa sabuk pengaman yang kami kencangkan? Do’a :) Sambil berdiri melingkar, seseorang mulai memimpin do’a. Dan ada kalimat yang saya ingat, “Kita niatkan perjalanan kali ini untuk tafakkur alam”, memikirkan dan merenungi keagungan Allah lewat fenomena alam. 
Alhamdulillah, hujan turun sebentar saja selama perjalanan. Hanya bekas kobangannya yang cukup licin dan menodai sepatu kami, jadi sepatu celup coklat :D. Semakin malam, angin mulai berisik dan udara mulai kurang bersahabat. Semalaman saya menggigil kurang nyenyak beristirahat, salah sendiri juga kurang persiapan outfit yang benar wkwk. 
Pagi hari kami disambut dengan kabut dan angin ribut :D. Gunung Prau yang terkenal dengan sunrise ciamiknya, sedang malu-malu tak menunjukkan guratan sinarnya. Rasa pendakian yang tak ada Prau Praunya :D. Namun tak apa, mari ingat kembali niat awal perjalanan: tafakkur. Tafakur adalah cara kehidupan mendidik jiwa kita untuk kembali ke watak aslinya. Semoga kita benar-benar semakin mendekat, dan semakin meyakini, 
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلً  "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.” (QS 3: 191)
Saatnya turun, kami kembali kencangkan sabuk do’a. Dan ada satu kalimat yang cukup menyentuh saya, 
“Apapun yang kita dapatkan, itu semua tetaplah dari Allah..”
Tak sampai hati kan jika terbesit kekecewaan karena tak melihat sunrise? Hehe. Segala yang dari Allah itu, mari kita syukuri agar perjalanan jadi lebih dapat dinikmati ^^
Tak semua dalam hidup berjalan sesuai kemauan kita, namun inshaa Allah itu yang Allah mau. Kalimat dalam do’a di atas juga mengingatkan saya pada salah satu pesan Ustadz Syatori di kajian. 
“Senang atau susahnya hidup itu sama-sama rahmat dari Allah, bagian dari kasih sayang-Nya. Jadikan senang/susah tersebut sebagai kesempatan untuk beramal baik.”
Amal baik? Kalau senang ya bersyukur, kalau susah ya bersabar. Begitu hehe. Kata seorang guru juga, pergiliran senang dan susah itu tak lain dan tak bukan untuk mencari pesan cinta-Nya. Semoga Allah karuniai kita kesempatan untuk menangkap pesan cinta itu, ya!
-------------------
Yogyakarta, 30/12/2022 | 7:23 WIB
12 notes · View notes
hbbokto · 2 years
Quote
Di dalam organisasi kadang terjadi miskomunikasi. Kadang bisa ber-hudznudzhon, tetapi kadang tidak.
Kalo orang tidak suuzdhon, dia tidak bisa bisa ber-husnuzhon. Kalo aurat terbuka jangan diperlihatkan, tapi ditutup.
Intinya jika keburukan itu belum nampak, terimalah sebagai kebaikan dari Allah ﷻ. Namun perlu dipersiapkan pakaian-pakaian penutupnya.
Sumber: Tanya jawab kajian - Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُ
0 notes
ardinashulhah · 3 years
Text
Doa Terbaik adalah Kehidupan Kita
Sore kemarin pertanyaanku pada Hilyah dan Ukhda menjadi awal obrolan panjang tentang menerima diri. Memang perlu proses untuk menerima segala kekurangan (khususnya kemampuan diri). Tapi, cobalah untuk menerima semua yang Allah beri, lebih kurangnya kita adalah sempurna. Manusia begitulah adanya. Bersyukur yang banyak atasnya, bersyukurlah yang banyak atasnya. Mungkin tidak mudah tapi belajarlah bersyukur atas semua yang ada, yang Allah berikan pada kita. Berodalah, mintalah dimampukan oleh-Nya, karena toh doa adalah ibadah juga. Berusahalah, karena disitulah Allah menilai manusia, ingatlah terus bahwa Allah tidak menilai hasilnya.
Malamnya, dalam penghujung kajian Ustadz Syatori berpesan sebelum memimpin doa, bahwa “Do’a terbaik adalah kehidupan kita..”. Sibuklah berusaha memperbaiki kehidupan kita sampai-sampai kita lupa berdoa. Allah akan berikan dengan yang lebih utama dari yang diberikannya pada orang-orang yang meminta pada-Nya.
Bukan tak boleh berdoa, karena do’a adalah ibadah seperti yang aku sebutkan sebelumnya. Namun, tadi malam Ustadz mengingatkan kembali bahwa ketika kita berdoa maka disitu kita mengamanahkan diri kita untuk memantaskan diri agar mendapat apa yang kita doakan. Berdoa pula berarti kita memiliki kesadaran untuk merubah diri menjadi lebih baik. 
Orang-orang yang berdoa seharusnya sibuk sekali berusaha. Ia tak hanya merapal kata-kata indah berharap sekejap jadi nyata dengan kuasa-Nya. Padahal, seorang tawakal yang lurus niatnya karena Allah pasti berikhtiar maksimal dan berharap banyak mendapatkan kebaikan dari lelahnya bersusah-susah dalam berusaha.
Nasihat dalam tulisan ini untuk penulisnya, semoga bermanfaat juga bagi yang membaca. Selamat belajar menerima diri dan sibuk dalam berusaha!
Bandung. Ardina, 7 Agustus 2021.
1 note · View note
tovan84 · 4 years
Text
Resume singkat Kajian Perdana Ust Syatori Abdurrouf malam 1 Ramadhan 1441 H
Tumblr media
Alhamdulillah malam pertama Ramadhan tahun ini \bisa menyimak live streaming kajian Ust Syatori. Berikut sedikit resume kami. Kajian ini membahas kitab yang berjudul an-Nashaih ad-Diniyyah Wal Washaya al-Imaniyyah karya Asy-Syeikh Abdullah bin Alawi al-Haddad. Syaikh Al-Haddad adalah sosok ulama yang masa kecilnya sekitar umur 4 tahun terkena penyakit cacar yang berakibat matanya menjadi buta. Walaupun mendapat musibah berupa buta, tidak mengurangi semangat/ghiroh beliau untuk menuntut ilmu dan beribadah, terus istiqomah sepanjang hidupnya. Beliau adalah sosok yang disebut min jumlati waliya-illah (satu diantara wali-wali Allah). Kitab yang dibahas ini adalah karya beliau saat beliau buta. Malam perdana pembahasan kitab ini adalah bagian Mukaddimah. Kalimat pertama dalam bagian mukaddimah adalah  لاحول ولا قوة الابالله العلي العظيم Tafsir kalimat ini adalah tidak ada daya (tidak ada daya kita untuk melakukan amal kebaikan &  tidak ada daya kita untuk meninggalkan maksiat) kecuali karena pertolongan Allah semata. Bukan karena keshalihan diri, kemampuan diri dan lain sebagainya.  Kalimat kedua adalah ayat ke 23 di dalam surat Al-Baqarah yang merupakan ucapan malaikat, yakni  سبحانك لاعلم لنا إلا ماعلمتنا إنك أنت العليم الحكيم (Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana) Setiap ilmu yang ada pada diri kita adalah Allah yang mengajarkannya, bisa melalui guru yang mengajarkan bisa juga langsung dari ALlah, semua terserah Allah. Diajarkan oleh guru yang menarik maupun tidak menarik, tetap hakikatnya ilmu itu dari Allah.   Diakhir ayat diatas disebutkan 2 nama Allah yakni Al-’Aliim dan Al-Hakiim, ini mengajarkan kepada kita bagaiman kita tidak cukup hanya menjadi orang yang berilmu, tapi bagaimana agar ilmu yang kita punya bisa melahirkan kebijaksanaan Dalam mukaddimah syaikh menuliskan ucapan tahmid, pujian kepada Allah. Orang yang punya kualitas adalah orang yang akan terus memuji Allah subhanahu wa ta'ala fi jami'il ahwal (dalam semua keadaan). 3 amalan utama qurbat (amalan yg mendekatkan diri kepada ALlah) :
1. Ad-da'wah ilal huda (mengajak orang kepada petunjuk, petunjuk=agama) 2. Ad-dalaalatu 'alal khair (menunjukkan kepada kebaikan, kebaikan baik dunia maupun kebaikan akhirat) 3. An-nashihatu lilmuslimiin (memberi nasihat kepada muslim) 3 amalan itu bukan cuman min afdhalul qurbat tapi juga amalan yang setinggi-tingginya derajat, tugas penting dalam agama.  Jika 3 amalan diatas tidak ada yang melakukan hal ini, maka agama itu lenyap atau agama itu akan menyimpang. Allah menjaga agama ini melalui 3 amalan ini.   Selain itu ni adalah jalan para nabi dan Rasul, jalan kekasih Allah yang shalih serta ulama yang keyakinan dan ilmunya mendalam. -- Abu Faqih 1 Ramadhan 1441
0 notes
Text
Tumblr media
Ada yang bilang, kamu belum benar-benar ingin sampai kamu sudah gak punya alasan lagi untuk gagal. Terlepas takdir, tapi pasti ada hasil yang berbeda bagi mereka yang sungguh-sungguh dan sekedar ingin. Saya pernah merasakan sebuah perejolakan batin dan pikiran saya sendiri. dalam pikiran saya, saya ingin sekali cepat menghafal al quran, saya ingin punya banyak hafalan. Kemudian pelan pelan saya mulai menghafal, dan tentunya dalam menghafal saya tidak sendiri tetapi berada dalam kelompok Halaqah quran kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Tapi dalam hati saya ingin menghayati setiap ayatnya, memutqinkan (melancarkan) setiap suratnya, dan mampu menjaganya, namun dalam upaya tersebut tiba-tiba saya merasa tertinggal banyak sekali. Teman-teman sudah berlari ,mumtaz (selesai dengan hasil baik,tuntas) hingga berjuz juz....sedangkan saya masih stuck di situ-situ saja...seketika ada gejolak hebat dalam diri. Saya bertekad harus mengejar ketertinggalan, dan saya pun berusaha berlari sekuat tenaga.
Selama 1 bulan saya mencoba nge gas pol ibaratnya, tapi kenapa hasilnya tidak banyak signifikan? Saya masih lambat berprogress.
Kemudian muncul perasaan tertekan, stress, kesal, dan marah sama diri sendiri.
Kenapa saya selambat ini padahal saya harus mengejar ketertinggalan (saya selama di asrama sering meninggalkan asrama karena KL, KKN, dan berbagai kegiatan organisasi maupun beasiswa ke luar kota)
Kemudian pada puncaknya saya setoran sebuah surat yang terdiri dari 50 ayat kurang lebih, tetapi saya tidak lulus lulus di surat tsb. Disuruh ulang berkali-kali karena ada saja ayat yang kurang lancar.
Saat itu saya kesal sekali, saya lelah,jengah,ingin menyerah saja.
hingga pada kali ke 3 setoran surat yang sama, saya masih gagal karena masih harus diingatkan awalan 2 ayat dari surat tsb. Akhirnya saya menangis. Tumpah sudah semua kekesalan,kesedihan,kefrustasian itu. Rasanya saya tidak sebodoh itu untuk gagal menghafal 46 ayat saja tapi kenapa kali itu sulit sekali.
Kemudian saya merenungkan semuanya, bercerita pada Allah, memohon kekuatan dan solusi, akhirnya saya mulai menyadari kesalahan saya. Saya masih mengikuti hawa nafsu. Nafsu yang mengatakan kamu harus cepat menghafal
Kamu harus punya banyak hafalan, kamu tidak boleh tertinggal, kamu harus mampu menyamai temanmu bahkan bila perlu menyaingi mereka.
Semuanya didominasi nafsu. Terburu-buru dan menggebu-gebu biasanya dari setan loh.
Lalu dari nafsu itu perlahan kesabaran itu terkikis, dan sepertinya itulah yang membuat tidak banyak kemajuan.
Ada aspek-aspek kebaikan lain yang terabaikan dalam proses tersebut.
Saya hanya fokus mengejar teman-teman, tidak mau kalah hingga lupa bahwa dalam fastabiqul Khoirot (berlomba dalam kebaikan) yang tidak kalah penting adalah menjaga kemurnian niat, dan keikhlasan. Ikhlas walau tertatih, sabar meski berat
Niat menghafal untuk apa?
Untuk siapa?
Dan apakah kedudukan kita dimata manusia itu penting?
Padahal, ada kisah bahwa seorang yang menghafal al quran dengan sungguh-sungguh pada akhirnya hanya mampu hafal 5 juz, namun ketika dibangkitkan di akhirat, ia berada pada barisan para penghafal quran 30 juz.
Kemudian semua orang bingung mengapa ia bisa ada disana sedangkan hafalannya hanya 5 juz?
Ternyata selama hidupnya ia selalu berdoa dan memohon kepada Allah agar dijadikan ahlul quran, ia senantiasa berdoa untuk dapat menuntaskan hafalannya dan usaha nya pun sangat keras. Hingga akhirnya ia peroleh kedudukan itu, menjadi keluarga Allah.
See?
Selain itu dalam kasus tadi mungkin masih dipenuhi ambisi yang hanya berorientasi pada hasil. keinginan memperoleh hasil mutlak yang terlihat, yang terjangkau akal, yang terukur. Padahal hidup itu untuk mencapai dua hal : hasil dan maqsud
(di bawah adalah sedikit notulensi kajian ustadz Syatori )
Hasil itu memberi kebaikan di dunia. Contohnya: dagang yang menghasilkan keuntungan.
Maqsud adalah segala hal yang mendatangkan kebaikan di akhirat.
Hasil – maksud adalah satu rangkaian yang jangan sampai terpisahkan
Hasil dalam ibadah, artinya ibadah tersebut tertunaikan dengan baik sesuai syarat dan rukunnya. Misalnya dalam solat fardhu. Hasilnya adalah ketika seseorang mengerjakan shalat dengan sempurna tata caranya, yang terlihat secara fisik.
Maqsud dalam ibadah, artinya bagaimana pengaruh ibadah kita dalam kualitas hidup sehari-hari. Orang yang beribadah tapi kualitas hidup tidak berbeda dengan orang yang tidak beribadah, berarti ia hanya mendapat hasil tapi tidak mendapat maqsud.
Dan ternyata tali penghubung yang bisa mengintegrasikan hasil dan maksud itu adalah
Iman kepada Allah swt dengan benar.
Orang yang beribadah tanpa iman, bagaikan makan tanpa lidah, atau pas lidahnya lagi sariawan banyak. Buat ibadah kok kayaknya beban banget, rasa makanannya gak terasa.
Nah. This is the point.
Menghafal quran pun sama, apakah masih ada hal lain yang ingin kamu capai selain mencari kenikmatan di dalamnya? Kalau kita memegang teguh iman tsb, kita percaya dan yakin bahwa Allah menilai semuanya dan tidak ada kekhawatiran atas pencapaian yang sekedar terlihat dan terjangkau akal. Ada yang jauh lebih mulia, bernilai dan berkah dimata Allah, dan siapa yang tahu?
Wallahualam.
Jadi,sesedikit apapun, selambat apapun, jangan menyerah....
Tetap semangat, diri sendiri.
*ngomong ke telinga sendiri
Cara tahunya gampang kok. Liat aja, masih jadi beban gak tuh?
Nah loh 😭😭
Bisa jadi ibadah tadi masih dilakukan tanpa sebenar-benarnya iman
Kok bisa ya ibadah tanpa iman, kenapa?
Karena…
Begitu banyak dosa yang diperbuat dan tidak ditaubati. Hatinya kan kotor tuh, iman gak suka tempat yang kotor. Mana mau dia masuk 😦
Masih menjadikan dunia sebagai kiblat kehidupan. Iman gak mau satu tempat sama bakhil di suatu hati.
Tidak mungkin iman dan bakhil bertemu dalam satu hati yang sama, selamanya.
Belum sepandangan sama Allah atau masih setengah-setengah nerima perintah-Nya. Gak manut deh.Kelalaian yang berketerusan. Udah tau salah, tapi tetep aja dilakukan, tak henti-henti .Tidak menghadirkan Allah dalam tiap peristiwa kehidupan. Contoh sederhananya, kalau kita lagi ngaca, apa yang kita pikirkan? Bajunya kurang rapih? Make-up kurang rata? Memuji dan bersyukur pada Allah?
Iman adalah air dalam kehidupan…
Air yang bening lebih bagus dari pada air keruh. Iman itu tinggalnya di hati yang jernih, bukan di hati yang keruh.Air itu sifatnya mengalir. Air menyesuaikan diri dengan tempatnya. Orang yang beriman menyesuaikan diri juga dengan Allah swt. Allah maunya kayak apa, kita turutin…Air dapat menyadarkan. Kalau ngantuk trus raup kan jadi seger tho. Begitu juga dengan iman, membuat kita selalu dalam keadaan sadar :')
Semoga dapat diambil hikmahnya....
Wallahua’lam.
1 note · View note
harahapdinda · 7 years
Text
Aurat dan Kerinduan Kepada Akhirat
Sore yang cukup mendung ketika Aku dan Nisa berjalan menelusuri jalan-jalan kecil menuju Masjid Nurul Ashri. Jarak yang kami tempuh cukup jauh, membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit dengan berjalan kaki. Kami juga sedang berpuasa sunnah sehingga membutuhkan pertahanan ekstra hingga sampai di lokasi.
Alhamdulillah, tidak terasa kami sudah sampai dan langsung masuk ke dalam Masjid. Suasananya adem, apalagi warna bangunannya bewarna hijau, warna kesukaan Nisa.
Ustadz Syatori memulai kajian dengan mentadaburi QS.An Nur: 58-60 yang bertema besar “Aurat”. Saya ingin membagikan ilmu yang saya dapatkan, semoga pembaca dapat mengambil manfaatnya.
Bahwa sebenarnya aurat tersebut merupakan wujud kesenangan dunia yang bisa digunakan untuk “membeli” cinta dan rindu kepada akhirat.
Membeli? Hayo loh bingung kan? Let me explain first, you’ll know then. Padahal dapat dari ustadznya pun hihi
Bagaimana aurat dapat membeli cinta dan rindu kita kepada akhirat?
Caranya yakni seperti orang membeli pada umumnya. Kita akan menyerahkan sesuatu yang kita sukai untuk mendapatkan sesuatu yang lebih kita sukai. Karena aurat itu sesuatu yang menyenangkan. Allah juga menganugerahkan rasa senang itu kepada manusia dalam wujud wanita, anak-anak, emas, perak, kuda (kendaraan), hewan ternak dan sebagainya (dalam QS Ali Imran:14). Namun Allah menjelaskan hal tersebut merupakan kesenangan yang sifatnya duniawi sesaat dan Allah kemudian mengatakan bahwa, Allah sebaik-baiknya tempat kembali. Artinya kita harus bersedekah di jalan Allah. Jika kita cinta dan rindu kepada akhirat secara utuh, maka kita harus siap melepaskan kesenangan dunia secara utuh pula, tidak setengah-setengah.
Barang siapa yang sengaja menghilangkan kesenangannya terhadap urusan aurat, maka Allah akan karuniakan untuknya segala kelezatan dan kenikmatan akhirat. Masya Allah gak tuh? Kesenangan dunia mah ga ada apa-apanya dibandingkan kesenangan yang kita dapatkan di akhirat.
Terus cara konkritnya gimana dong?
Dengan menundukkan pandangan.
Ikhlas melepaskan segala kesenangan dunia yang datang silih berganti. Dengan itu Allah akan menumbuhkan nikmatnya segala ibadah yang dilakukan di dalam hati.
Karena orang yang masih lebih memilih kesenangan di dunia daripada kesenangan di akhirat adalah orang yang belum menempuh kuliah di Universitas Kehidupan.
Hidup adalah universitas tempat kita ditempa agar bisa diwisuda dengan predikat Husnul Khotimah. Siapa sih yang ga mau meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah?
Di tengah-tengah kajian, ustadz menampilkan video seorang Qori yang meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah, yakni ketika sedang membaca surah Al Mulk. Ya Allah sampai merinding dan pengen nangis rasanya :”
Next time kita lanjut lagi ya
2 notes · View notes
ksolichah · 7 years
Text
Kebaikan Orang Lain
Bismillah.... Semoga Allah selalu memudahkan urusan orang-orang yang mempermudah urusan orang lain. Aamiin.... Tulisan ini diilhami dari ucapan terima kasih yang tidak terkira untuk bapak-bapak yang selalu membantu jamaah perempuan di Masjid Nurul Asri mengeluarkan motor setiap selesai kajian. Apa Nik? Cuma mengeluarkan motor? Iya. Mengeluarkan motor dan membantu parkir. Sesimpel itu tapi darisana ketika kamu merasakan menjadi kami yang terbantu maka insyaallah kalian akan bisa merasakan ketulusan hati mereka saat membantu. Masyaallah.... Nia sendiri punya 2 pengalaman yang belum bisa dilupakan. Pertama, mungkin udah pernah Nia tulis sebelumnya. Saat itu hujan dan Nia pakai jas hujan. Sampai di Masjid Nurul Asri masih hujan. Sampai di parkiran motor,udah parkir motor mau lepas jas hujan lalu ada seorang bapak yang menghampiri, "Mba, lepas jas hujannya disana saja (menunjuk ke arah serambi masjid yang memiliki atap) supaya ga basah, nanti jas hujannya saya taruh di motor Mba." Lalu Nia menuruti kata beliau, dan memang benar Nia ga basah kehujanan dan jas hujan yang Nia lepas diberikan kepada beliau untuk ditaruh di motor. Kedua, ini kejadian kemarin sore. Selepas kajian Abi Ustadz Syatori. Fyi kajian Abi Syatori selalu rame rameee sekali, jadi parkiran motor penuh. Saat Nia mau ambil motor (udah masang kunci motor) lalu seorang Bapak datang, B: "Mba, sini saya saja yang mengeluarkan motornya. N: " Oh iya Pak" (Nia nunggu dibelakang motor. B: "Nunggu disana saja Mba (sambil menunjuk jalan keluar yang tidak sempit dan dekat pagar Masjid)" Akhirnya.... Nia nunggu di tempat yang tidak crowded seperti yang diminta Bapak tersebut. Beliau mengeluarkan motor dan membawanya ke tempat Nia diminta menunggu. Masyaallah.... Hal sekecil ini, sesepele ini ternyata sangat sangat membantu bagi orang lain. Mereka tidak minta dibayar layaknya tukang pakir. Mereka hanya mengharap ridha Allah, memudahkan urusan orang lain maka Allah akan mempermudah urusan mereka. Aamiin.... Terima kasih, Pak🙏
1 note · View note
muslimsay-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
*[ DONASI KARPET MASJID MPD ]* _Dibutuhkan Dana Sebesar 150 Juta Rupiah_ Periode Donasi : 30 April - 23 Mei 2017 (Target sebelum Ramadhan sudah terpasang) --- Apa "point plus" dari Masjid Pogung Dalangan - MPD ? -biidznillah- *1- Juara 1 Masjid Paripurna DBKS se-Provinsi DIY* *2- Masjid tertua di Kampung Pogung* yang sudah memiliki tempat di hati masyarakat *3- Jamaah Ramai* Shalat berjamaah ramai. Pada hari-hari biasa, Shubuh mencapai 180 orang, magrib mencapai 280 orang. Shalat jumat dan tarawih PENUH sampai keluar masjid. *4- Ustadz Ahlus Sunnah* Kajian Rutin diisi oleh Ustadz yang pakar dibidangnya : Ustadz Afifi Abdul Wadud, Ustadz Aris Munandar, Ustadz Ammi Nur Baits, Ustadz Ari Wahyudi, Ustadz Syatori Abdurrauf, Ustadz Ahmad MZ, Ustadz Abdussalam Busyro, Ustadz Didik Purwodarsono, Dst. *5- Majelis Ilmu* Banyaknya majelis ilmu yang diadakan di MPD. Minimal 10 majelis ilmu dalam 1 pekan. _Hadzaa min fadhli rabbiy._ *6- TPA Al Furqan* TPA (Taman Pendidikan Al Quran) Al Furqan. Putra dan Putri. Santri dan Santriwati total lebih dari 200 anak. Alhamdulillah sudah menelurkan beragam prestasi. *7- Program Pembinaan Sistematis* # Pengajian Sabdo Tomo (Tiap 2 pekan sekali diikuti 100 lebih Bapak-Bapak), # Pengajian Kartini (Tiap pekan sekali diikuti ratusan Ibu-Ibu), # Pengajian Iqro "Yaa Abati" untuk Bapak-Bapak dan "Al Wardah" untuk Ibu-Ibu. # Bimbel Ceria (Bimbingan Belajar bagi adik-adik usia sekolah SD, SMP, dan SMA yang akan menghadapi Ujian Nasional) *8- Dakwah ke mahasiswa dengan cara elegan;* # Kampus Ta'jil (Buka bersama Senin Kamis dengan kajian terkurikulum) # Pelatihan Tahsin bekerja sama dengan Kampus Tahfizh # Kursus Bahasa Arab bekerja sama dengan Mahad Umar Bin Khattab # Pengajian Fiqh bekerja sama dengan Ma'had Ilmi *9- Gerakan Cinta Shubuh* Menggalakkan shalat shubuh berjamaah, setelahnya ada Jamuan hangat setiap ba'da shubuh; minum teh dan kopi bersama, Setiap Jum'at, akan ditemani sarapan bersama dengan menu yang berbeda setiap minggunya. Serta bagi adik-adik usia SEKOLAH akan mendapatkan UANG SAKU setiap kali hadir shalat subuh berjamaah di Masjid Pogung Dalangan - MPD. *10- MPD adalah Masjid Kita Semua* Masjid Pogung Dalangan a
0 notes
marufridho · 7 years
Photo
Tumblr media
[ OPEN DONATION - BUKA PUASA RAMADHAN MPD & MPR ] . Dibutuhkan Dana Sebesar 360 juta rupiah (Donasi ditutup : 15 Ramadhan 1438 H) . --- . Siapa yang tak berbunga hatinya, bulan yang selalu dirindu akan segera tiba. . SIAP MENYONGSONG RAMADHAN? . . Panitia Gema Ramadhan 1438 H Masjid Pogung Raya (MPR) dan Masjid Pogung Dalangan (MPD) membuka peluang investasi akhirat selebar-selebarnya kepada seluruh kaum muslimin yang ingin menyalurkan Donasi Buka Puasa Ramadhan di MPR dan MPD. . Kenapa Harus Berdonasi bersama MPD - MPR? . 1- Lokasi Strategis Lokasi MPD - MPR berada di tengah perkampungan yang padat. Berada di lokasi padat mahasiswa. Setidaknya membutuhkan 1.300 porsi menu buka puasa setiap harinya. . 2- Jamaah Ramai Shalat berjamaah ramai. Pada hari-hari biasa, Shubuh mencapai 180 orang, magrib mencapai 280 orang. Shalat jumat dan tarawih PENUH sampai keluar masjid. Bayangkan jika di Bulan Ramadhan... Lebih ramai lagi. . 3- Ustadz Ahlus Sunnah Kajian Rutin dan Penceramah Ramadhan akan diisi oleh Ustadz yang pakar dibidangnya : Ustadz Afifi Abdul Wadud, Ustadz Aris Munandar, Ustadz Ammi Nur Baits, Ustadz Ari Wahyudi, Ustadz Syatori Abdurrauf, Ustadz Ahmad MZ, Ustadz Abdussalam Busyro, Ustadz Didik Purwodarsono, Dst. . 4- Majelis Ilmu Banyaknya majelis ilmu yang diadakan di MPD - MPR. Minimal 10 majelis ilmu dalam 1 pekan. Hadzaa min fadhli rabbiy. . 5- TPA Al Furqan Spesial Ramadhan TPA (Taman Pendidikan Al Quran) Al Furqan. Putra dan Putri. Santri dan Santriwati total lebih dari 200 anak. . Dan, masih banyak lagi. . . Bayangkan betapa banyaknya pahala yang akan mengalir kepada Anda jika Anda turut serta membantu Proyek Kebaikan Masjid Pogung Raya (MPR) dan Masjid Pogung Dalangan (MPD). . Dua masjid; halalain yang hidup dengan ibadah dan selalu menebarkan sunnah. . Sangat menguntungkan? Jelas sekali, Syaratnya adalah ikhlas lillahi ta'ala. . Siap menyongsong Ramadhan dengan Investasi Akhirat? Tentu, saya siap. . . Bersambung ke komentar >>> (at Masjid Pogung Dalangan - MPD)
0 notes
desyilmi · 4 years
Text
Basmallah dalam Makna
Post ini merupakan lanjutan catatan kajian Ustadz Syatori Abdurrauf, sambungan dari post sebelumnya ( https://desyilmi.tumblr.com/post/190784850786/aliran-bening-al-fatihah ). Selamat membaca lagi :)
Ketika kita mengenal Al-Fatihah sebagai inti dari Al-Qur’an, maka sebut saja basmallah sebagai inti dari Al-Fatihah. Sebelumnya kita telah membahas aliran kehidupan berdasarkan Al-Fatihah, yang dimulai dari syukur. Lalu pertanyaannya, bagaimana mengalirkan hulu syukur dalam kehidupan kita? Jawabannya: Mulakan dengan basmallah, karena “Segala urusan yang baik jika tidak dimulai dengan basmallah, maka akan terputus dari rahmat dan barakah Allah SWT”
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah.. Allah.. Allah.. Tak ada nama yang lebih hakiki dibanding nama kita, selain nama Allah. Tak ada isim ma’rifah yang paling ma’rifah, selain Allah SWT. Asma Allah tak tertandingi, berbeda dengan nama kita yang apabila dihilangkan satu huruf akan membuat ambigu dalam proses mengenali.  الله ketika dihilangkan  ا  akan menjadi  لله (lillah), semakin dekat pemaknaannya. Ketika dihilangkan lagi huruf  ل akan menjadi  له (lahuu), lebih dekat. Ketika dihilangkan lagi  ل akan menjadi  ه (huu), menunjukkan Allah SWT. Lalu ketika dihilangkan huruf terakhirnya, apakah asma Allah akan hilang? Tentu tidak, Allah sudah menyatu dalam kehidupan hamba-Nya. Semakin dihilangkan asma-Nya, Allah akan semakin terasa ada dan dekat. Mungkin karena itu dzikir sirriyah lebih terasa dibanding ketika di-jahr-kan (eh atau saya saja). 
Oleh karenanya, barangsiapa yang menginginkan hidup yang hakiki, maka selalu sertakan Allah dalam setiap helai aktivitasnya.
Allah akan selalu hadir bersamaan dengan asma-Nya. Allah itu Ar-Razaq (Maha Pemberi Rezeki), maka saat ada rezeki datang kepada kita, bersama itu pula Allah hadir. Tak akan berbeda rezeki bernilai besar dan kecil, ketika Allah lah yang ada di hati kita, bukan rezekinya. Berikut contoh lain yang mungkin pernah kita alami. Sebut saja Allah sedang berikan ujian sakit kepada kita, kita pun berobat ke dokter dengan biaya yang ‘menurut kita’ cukup mahal untuk waktu yang sebentar dan obat yang sedikit. Di sanalah ujian husznudzon kita kepada Allah, apakah itu berarti kita tidak menyadari bahwa Allah itu Ar-Razaq? Padahal saat itu juga, kita sedang menjadi pintu rezeki bagi si dokter, tapi kita tidak sadar.
Percayakah kita bahwa Allah itu Al-’Aliim dan Al-Bashir, Maha Mengetahui dan Melihat? Mari kita belajar dari kucing. Sebuah piring berisi ikan terpampang di atas meja, si kucing pun naik untuk mengambil ikan. Tiba-tiba pemilik ikan datang. Si kucing langsung terperanjat dan kabur, karena apa? Karena dia takut si pemilik ikan tidak suka. Bagaimana dengan kita saat godaan-godaan maksiat hadir? Apakah kita akan kabur dari maksiat macam yang kucing lakukan? Jika kita tetap berbuat apa yang tidak disukai Allah, padahal kita tahu Allah Maha Mengetahui dan Melihat, maka saat itu juga kita sedang meremehkan Allah (astaghfirullah tertampar T_T).  Kita harus mengenal sisi-sisi yang seringkali kita anggap biasa dan ‘tidak apa-apa’, namun sebenarnya penting untuk kita perhatikan.
Khauf/rasa takut tersebut, Allah ringankan dengan asma Rahman dan Rahim yang termaktub juga dalam lafadz basmallah. Ar-Rahman (syadidurrahman), Allah pemurah terhadap seluruh makhluk, baik yang beriman maupun yang kafir, nikmat beliau terbentang seluas lautan. Ar-Rahiim (daaim rahman), Allah memberikan rahmatnya hanya untuk orang yang beriman. Dalam setiap gundah dan gelisah karena dosa, Allah akan selalu hadirkan kasih sayang karena memang begitulah Dia dengan asma-Nya. Subhanallaah.
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah Allah sudah ada di hati kita? Jika belum, maka tandanya asma-Nya baru muncul di mulut kita. Jika seperti itu, tidak akan ada mata air syukur yang keluar. ( T_T ) Semoga Allah senantiasa merahmati hati-hati kita dengan iman. Dan menjadikan kita hamba yang selalu menyertakan asma-Nya dalam setiap aktivitas kita. Aamiin.
15 notes · View notes
hbbokto · 2 years
Quote
Bagaimana jika keburukan berulang kali, tapi ada keinginan untuk berubah?
Tidak ada kata takdir untuk kata amal, takdir hanya untuk peristiwa. Takdir adalah sesuatu yang tidak bisa kontrol, sedangkan amal bisa dikontrol. Kita ada di sini, ini takdir atau kesengajaan kita? Ini ada faktor kesengajaan kita.
Kesengajaan itulah yang nanti akan dimintai pertanggung jawaban. Siapapun yang berbuat dosa harus bertaubat. Hukumnya itu saja. Apakah taubatnya diterima atau tidak, ada dalam penilaian Allah ﷻ.
Sulit untuk menghindari dosa? Berarti ada keinginan untuk berbuat dosa. Keinginan berbuat dosa itu buruk, tapi itu adalah keburukan yang tidak kelihatan. Maka tutupi dengan mujahadah, untuk berjuang tidak terjerumus kembali. Allah ﷻ nilai tidak hanya saat kita berbuat baik, tapi juga saat kita berjuang.
Sulit akan kembali ke orangnya. Alasan sulit itu akan diminta pertanggung jawabkan, Akan ada pertanyaan kenapa sulit, atau hanya karena tidak berjuang.
Tidak ada kesulitan yang tidak bisa diatasi bagi orang yang mau berjuang. Tanyalah pada diri sendiri, apa yang akan saya jawab di hari akhir.
Persepsi kita terhadap sesuatu itu harus kita luruskan. Banyak orang memahami masalah sebagai penghalang, tapi sebagian menganggap sebagai batu pijakan agar bisa naik kelas. Agar masalah itu selesai, atasi masalahnya. Artinya kita menaikan diri kita di atas masalah. Wallahu a’lam.
Sumber: Tanya Jawab Kajian - Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُاللهُ
0 notes
ardinashulhah · 3 years
Text
Hadiah di Mata Manusia Dewasa
Tumblr media
Niat. Dua kali ikut kajian Dhuha Masjid Nurul Ashri (online) bersama Ustadz Syatori rasanya badannya kayak digoncang-goncang "Sadar woy.. sadar..". Meski pembawaan Ustadz begitu lembut, tapi tetap saja berhasil menggoncang sanubariku. Duh.
Ikhlas, niat semata-mata karena Allah. Bukan yang lain. Bahkan, Kata Ustadz.. jikapun Allah menjanjikan ada banyak kebaikan dari sebuah amalan yang hamba-Nya lakukan lihatlah apa yang ada dibaliknya. Dibalik hadiah-hadiah besar yang menggoda orang beriman ada yang harus kita sadari dan maknai bahwa itu semua adalah 'tanda-tanda' Allah begitu menyukai jika hamba-Nya mengamalkan amalan tersebut.
Dibalik 700 kebaikan dari pahala sedekah, 10 kebaikan di setiap huruf Al-Quran, 100.000x lipat pahala shalat di Masjidil haram, dlsb. Lihatlah ganjaran yang besar itu adalah tanda Allah sukaaaaa (ridho) sekali jika kita melakukannya.
Analoginya seperti seorang anak kecil yang dijanjikan orang tuanya hadiah sepeda senilai empat juta jika berhasil shalat 5 waktu di masjid ketika liburan sekolah. Anak kecil itu pasyi berfokus pada hadiah sepeda yang begitu menarik hati, tapi tidak dengan seorang dewasa. Seorang dewasa dapat melihat ada makna bahwa 'shalat 5 waktu di masjid begitu penting dan berharga jika dilaksanakan' hingga hadiah besar pun rela orang tuanya janjikan.
Begitulah bab niat, halus sekali, tidak diketahui oleh siapapun kecuali diri kita dan Allah saja, tapi begitu penting ia dalam hidup. Dengan ikhlas lah, kita akan diridhoi-Nya. Dan, apalagi memang yang lebih penting dalam hidup ini selain ridhoi-Nya, selain mendapatkan rahmat-Nya?
Karena, kehidupan manusia tak pernah bisa lepas dari Allah SWT, barang sedetik pun, dan di titik mana pun. Maka, hanya pada-Nya lah sebaik-baik tempat bergantung. Wallahualam.
Allahumma inni asaluka 'ilman nafian. Warisqon toyyiban. Wa'amalam mutaqobbalan.
Ardina. Bandung, 17 April 2021. 5 Ramadan 1442H.
1 note · View note
hbbokto · 2 years
Text
Hamba Yang Dirindukan Surga
Catatan kajian Ustadz Syatori Abdul Rauf رَحِمَهُ اللهُ
Kali ini kita diajak mentadabburi QS. Yasin: 25-26 yang berbunyi: إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمْ فَٱسْمَعُونِ "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. قِيلَ ٱدْخُلِ ٱلْجَنَّةَ ۖ قَالَ يَٰلَيْتَ قَوْمِى يَعْلَمُون Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke surga". Ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui."
Kita tahu, semua orang merindukan surga, tapi tidak semua orang yang di-rindukan surga. Ayat ini akan mengajarkan kita bagaimana menjadi hamba yang dirindukan surga.
Ayat 25 tersebut mengisahkan seorang hamba yang dibunuh oleh kaumnya sendiri karena beriman kepada Allah ﷻ. Ketika diperlihatkan surga, ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui".
Demikianlah mereka yang mati membawa iman. Namun, tidak semua orang yg mengaku beriman, tapi begitu dia mati ternyata imannya tidak dibawa.
Lalu, siapa yg membawa imannya sampai mati?
Iman adalah sinar pengertian yang ada pada diri manusia yang membuatnya mengenali seutuhnya ia adalah hamba Allah ﷻ. Sehingga apa yg dilakukannya, dilakukannya sebagai hamba Allah ﷻ.
Perhatikan QS. Al-Furqan ayat 63, 64, dan seterusnya.. (63) Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (64) Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (65) Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal" (66) Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
Seminimalnya keburukan orang kepada kita harus menjadi jalan surga bagi kita, tapi jangan sampai menjadi jalan neraka bagi dia. Untuk naik kelas, kita bantu untuk sama-sama masuk ke surga-Nya.
Ayat di atas mengajarkan kita untuk senang bertaqarrub dengan Allah ﷻ. Seorang hamba Allah ﷻ merasa nyaman ketika merasa dekat dengan Allah ﷻ.
Orang-orang yang senang berdoa. Seorang hamba Allah ﷻ dia menjadi orang yang menjaga diri dari segala sebab yang bisa menjadi sebab masuk jahannam.
Dosa adalah keburukan yang dihadirkan untuk menjadi kebaikan bagi manusia. Apa kebaikannya? Salah satu kebaikan yang nyata adalah doa. Doa meminta perlindungan kepada Allah ﷻ, itu adalah kebaikan.
Bagaimana ada kebaikan jika tidak ada keburukan. Maka logis kalo keburukan itu dihadirkan untuk menjadi pembawa kebaikan.
Kita akan hanya menjadi orang baik saat kita menemukan keburukan. Hanya orang yang menemukan keburukan di dalam dirinya yang bisa menjadi orang baik.
Teman yang baik kita balas dengan baik, ada nilainya tapi tidak seberapa. Namun teman yang buruk datang ke kita–menjadi dongkol, dll–tetapi kita tetap bersikap baik dengan dia, maka itulah orang yang bisa disebut orang baik yang sesungguhnya. Orang yang menemukan kebaikan di dalam keburukan.
Inilah hikmah.
Tidak ada satupun dosa, kecuali diawali dengan keburukan yang tidak nampak. Sebuah dosa dimulai dari keburukan yang tidak tampak. Keburukan tadi dipandang sebagai sebuah kewajaran. Contoh, kita mau parkir motor ternyata motor kita terjebak. Pada saat itu kita jengkel ga? Jengkel. Jengkel itu baik atau buruk? Jengkel kan buruk, tapi nampak tidak? Aslinya tidak, adanya di dalam. Kejengkelan yang tidak nampak ini jika tidak dikelola bisa jadi dosa.
Sebelum marah2, jengkel dulu. Sebelum keburukan diwali oleh keburukan yang tidak nampak.
Adakah orang yang marah-marah jika dihina? Pertama, dimulai tersinggung. Sebelum dosa itu nampak, ada sinyal terlebih dahulu. Ada tanda-tanda, dan tanda-tanda itu hanya dirasakan oleh kita.
Contoh lain, gosip. Ada yang tidak tampak sebelum itu, rasa ingin menyimak. Ada wanita cantik lewat? Ingin melihat itu jadi dosa. Namun jika bisa mengelola, menjadi kebaikan.
Tiada satu pun dosa, kecuali dengan keburukan yang tidak nampak. Yang seringkali dipandang sebagai kewajaran, agar kita menerimanya sebagai kesempatan untuk menutupinya dengan kebaikan.
Setiap keburukan yang tidak nampak dalam hidup–tidak nampak dalam bentuk sikap, tapi dirasakan–Allah ﷻ sudah siapkan pakaian kebaikan untuk menutupinya.
Contoh yang tidak nampak; jengkel, benci, buruk sangka, dendam, kasar, egois, bakhil, sombong, zhalim, malas, dst. Sebagai contoh sombong, Allah ﷻ sudah siapkan pakaian untuk menutupi kesombongan dengan tawadhu’.
Siapa yang bisa mengenakan pakaian tawadhu’? Hanya mereka yang sombong.
Sombong adalah perintah kehidupan agar kita punya kelebihan. Itu alamiah. Justru orang yang tidak punya apa-apa jadinya minder. Maka Allah ﷻ meresepkan pakaian penutup sombong ini dengan tawadhu’. Dan karena kehidupan sudah memutuskan sombong itu buruk, maka siapapun harus menyiapkan pakaian penutup sombong bernama tawadhu’.
Sombong itu harus, artinya setiap orang harus punya kelebihan. Namun kesombongan tersebut jangan ditampakkan. Orang yang tidak ada kesombongan di dalam dirinya, maka dia tidak akan merasakan tawadhu’.
Semua harus didudukkan pada kedudukan yang semestinya.
Contoh lain, riya’. Baik/buruk? Semua sepakat buruk.
Hukumnya selama keburukan itu tidak nampak, tidak apa-apa. Karena setiap keburukan yang tidak nampak, pasti di situ ada kebaikan. Riya’ itu tidak apa-apa, asalkan jangan ditampakkan.
Misal, menutup aurat. Aurat itu tidak dihilangkan, tapi ditutup. Maka riya’ sama dengan aurat.
Riya’ adalah perintah kehidupan agar kita punya keinginan untuk dipuji. Keinginan untuk dipuji penting bagi kehidupan kita? Sangat penting. Keinginan dipuji itu agar kita bersungguh-sungguh dalam beramal.
Dan karena kehidupan sudah memutuskan "ingin dipuji" itu buruk, maka siapapun harus menyiapkan pakaian penutupnya, bernama ikhlas.
Apakah boleh benci? Boleh. Asal kita tidak tampakkan kepada orang yang kita benci. Benci itu dibutuhkan untuk membuat kita berada di tingkat kualitas yang lebih tinggi.
Malas yang tidak ditampakkan, diganti dengan pakaian rajin. Malas baca Quran tidak apa-apa, yang penting tetap baca. Walaupun malas baca, tetapi kita masih baca atau tidak? Mana yang tinggi kualitasnya di sisi Allah ﷻ? Yang tau kita malas siapa? Hanya kita dan Allah ﷻ. Maka malas adalah kebaikan yang Allah ﷻ turunkan kita untuk menaikan kualitas kita.
Lalu bagaimana keburukan yang nampak? Allah ﷻ sudah siapkan kebaikan untuk menutupinya dengan Taubat.
Sebagaimana yang dikatakan Allah ﷻ (At-Tahrim: 8): يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوًا "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)..."
Ustadz رَحِمَهُ اللهُ membacakan :
“Wahai hamba-hambaKu yang sudah melampaui batas, jangan berputus asa dari rahmat Allah ﷻ.”
Walladzina idza anfaquu lam yusrifu wa lam yaqturu wa kaana baina dzalika qawaman. Tawazun dalam semua urusan. Orang-orang yang berinfak tidak berlebihan tapi juga tidak kikir. Batasannya: tidak menyulitkan tapi juga tidak memudahkan urusan. Itulah sikap hamba yang disukai Allah ﷻ.
Tidak berharap kepada siapapun selain hanya kepada Allah Ta’ala. Kalaupun ia berharap kepada manusia, tidak untuk kepentingan dirinya tapi kepentingan yang ia punya harapan kepadanya. Seorang ayah/ibu berharap sesuatu kepada anaknya agar kelak berhasil–untuk membantu hidupnya menjadi berkualitas. Misal ia berharap anaknya mau mencuci, belajar, tujuannya agar ia mandiri.
Atau orang yang mengumpulkan infak datang ke orang kaya. Berharap untuk menerima infak, agar bisa menyelamatkan hartanya pada hal yang bermanfaat untuknya.
Hidup ini ada karena adanya harapan. Dan tidak ada yang kita harapkan dalam ini selain masuk Surga.
Apakah orang yang mengharapkan surga pasti dia hamba Allah ﷻ? Jika kita membayangkan hidup enak, bebas dari kewajiban, bukan harapan seorang hamba Allah ﷻ. Dan tiada yang membuat seorang hamba ingin masuk Surga selain hanya ingin bertemu dengan Allah ﷻ.
Ada yang ingin masuk Surga karena pengen ketemu bidadari? Apakah salah? Tidak juga, cuma itu menunjukkan kualitasnya. Motivasi utama masuk Surga adalah berharap bertemu dengan wajah Allah ﷻ.
Jika karakter-karakter ini ada pada diri kita, maka mudah2an Allah ﷻ muliakan di dunia dan di akhirat.
0 notes