Tumgik
#kemuliaan duniawi
birubaru · 4 months
Text
"Dari kemaren sunyi senyap, giliran pada bersuara ngikut ngikut aja lu, fomo ya?"
Dear temen temen. Jangan takut dan jangan berkecil hati kalo dibilang fomo karena ikutan menyuarakan P4l35tina. Karena di yaumul akhir kita akan bertanggungjawab atas diri kita sendiri.
Seharusnya kita mempertanyakan. Apakah bantuan yang kita berikan untuk palestine cukup bisa menyelamatkan kita di yaumul akhir nanti?.
Coba jawab pertanyaan "Memangnya apa yang sudah kita lakukan untuk P4l35tina?"
Ayok bergerak, belum terlambat. Kita bisa memulai dengan mempelajari sejarahnya. Mengetahui akar permasalahannya. Banyak literatur yang mudah dicerna diluaran sana. Jika kita sudah paham sejarahnya dan mengerti "kenapanya" kita bakal bisa lebih peduli dan konsisten untuk bersuara.
Dan mengetahui bahwa Sesungguhnya bantuan yang kita lakukan untuk palestina adalah bantuan untuk diri kita sendiri.
Lalu apa selanjutnya?
Jadilah manusia yang berisik menyuarakan tentang mereka di hadapan Allah (Berdoa) dan dihadapan manusia lain.
Sisikan uang yang kita miliki, donasikan untuk mereka. Barangkali kita buta dan padam terhadap palestina karena selama ini kita terlalu jatuh cinta dengan duniawi. Padahal kita sadar gemerlapnya dunia hanya sementara.
Dan jalan yang bisa kita tempuh lainnya yaitu boikot. Jadilah manusia yang kritis dan selektif dalam menentukan kemana dan kepada siapa harta yang kita keluarkan.
Jangan merasa Aman, mereka saudara kita di sana syahid mendapatkan kemuliaan, sedang kita?
Jadi Apapun itu asal jangan diam.
2 notes · View notes
boliboliku · 6 months
Text
*MENGUBAH SOSOK JIWA*
Suatu ketika mereka berdua, tokoh sufi Rabiah dan Hasan al-Bashri, berdiskusi di bawah pohon membahas hal-hal spiritual di tepi danau tak jauh dari sebuah pasar yang ramai. Hasan al-Bashri terpikat dengan kecantikan Rabiah, sehingga tiba waktunya untuk shalat, Hasan al-Bashri membentangkan sajadah dan meletakkannya di atas air. Sambil berdiri di atas sajadah yang ajaibnya mampu mengambang. Hasan al-Bashri dengan santai mengundang Rabiah untuk bergabung dengannya, berharap membuatnya terkesan. Namun, Rabiah menggelar sajadahnya, bertengger di atasnya, melayang di atas Hasan al-Bashri, dan mengundangnya untuk bergabung dengannya.
Dia menggoda Hasan al-Bashri, “Bukankah ini yang kau inginkan, agar orang-orang di pasar melihat kita dan terpana dengan kemampuan kita?” Rabiah pun melanjutkan, “Hasan al-Bashri, apa yang kau lakukan itu bisa dilakukan seekor ikan. Apa yang kulakukan, bisa dilakukan ngengat. Kau lupa bahwa panggilan hidup kita lebih sulit dan lebih penting: berusaha untuk mengubah sosok kita.”
Pada diri manusia terdapat proses berpikir atau menalar. Al-idrak dalam bahasa Arab. Kata al-idrak berarti naik tangga atau sampai. Berbeda dengan hewan, menalar ini hanya ada pada manusia. Dalam terminologi modern menalar ini adalah suatu kesadaran. Manusia dengan berbagai potensinya bisa bergerak menaiki anak tangga dan sampai pada suatu tujuan. Ada proses sadar yang bergerak terus-menerus menuju kesempurnaan yang hakiki dan menempatkan manusia pada tempat yang mulia. Tetapi, hal ini tidak akan terjadi jika manusia hanya fokus pada motif-motif egois, atau berupaya menutup diri dari fitrah sucinya sebagai manusia.
Pada diri manusia ada kecenderungan-kecenderungan yang bersifat suci dan altruis. Kecenderungan-kecenderungan rohani inilah yang sesungguhnya merupakan fitrah pada manusia sehingga menempatkan manusia pada kemuliaan yang lebih tinggi di hadapan makhluk yang lain. Ada kesadaran kita untuk senantiasa bergerak terus-menerus dari satu anak tangga menuju satu anak tangga kesadaran berikutnya, sehingga hal ini membuat kita berubah menjadi sosok yang lebih mulia. Inilah fitrah kita sebagai manusia. Senantiasa ada dorongan untuk menemukan kesempurnaan yang hakiki. Kecenderungan inilah yang membuat kesadaran manusia terus mengalami metamorphosis dan transformasi pertumbuhan kesadaran diri dengan “Menjadikan manusia sebagai makhluk yang mengetahui, rasional, dan memahami alam indrawi”, kata Ibn Sina. Artinya, mengetahui alam indrawi sebagaimana yang sebenarnya, agar kita menjadi tahu tentang diri kita sendiri, dan tahu tentang alam rasional yang tersembunyi di alam indrawi yang berada di luar dirinya”. Dengan kata lain, saat kesadaran diri kita terus bergerak naik menyempurna, maka akhirnya kita akan bisa mengetahui rahasia alam-alam lain dibalik alam duniawi. Sosok jiwa pun ikut berubah menjadi lebih mulia dan suci.
2 notes · View notes
azmi-azizah · 1 year
Text
Note for me #3
Catatan Taujih Qur'an @Halaqoh Qur'an Online RQI 11/2/23
Urgensi Mengenal Allah By Ustadzah Tika Faiza
Kenapa seorang manusia harus mengenal Tuhannya?
Di awal kitab Al-Iman karya Syaikh Abdul Majid Al-Zindani -> kewajiban terutama seorang mukmin adalah mengenal Allah, agar bisa hidup di jalan yang lurus.
Sebagian besar manusia hidup dalam nuansa duniawi yang kuat. Mengenal Allah adalah kekuatan terbesar untuk bisa hidup di jalan yang lurus.
Buah dari mengenal Allah : Bertambahnya iman & taqwa. Seorang mukmin melihat Allah bukan dgn mata, tapi dgn hati. Beruntunglah org yang sudah melihat Allah dgn hatinya di dunia sebelum di akhirat nanti. Jika iman tebal -> akan bebas dari cengkraman dunia.
Apa lagi yg didapat dgn mengenal Allah?
-> Hurriyyah. Bebas
Orang yg mengenal Allah akan merdeka dari belenggu2 dunia. Banyak org mau beribadah, tapi masih terbelenggu kecintaannya dgn dunia.
-> Muthmainnah. Tenang Orang yang mencari & mengenal Allah, maka akan tenang. Orang yang healing ke pantai bisa jadi nemu tenang, tapi ga ketemu Allah. Tenang hanya bonus/dampak setelah menemui Allah.
-> Barokaat (berkah yg banyak)
Orang yg mengenal Allah akan mendapat keberkahan hidup yg sgt banyak. Kalo kita merasa hidup kita tdk berkah, mungkin ada kedekatan dgn Allah yg tdk terbangun.
-> Hayatun toyyibah. Hidup yg mulia
Di Qur'an ada logika org2 materialistik. Org2 yg merasa termuliakan dgn harta dan merasa terhinakan saat diberi musibah. Padahal Allah tdk meletakkan kemuliaan hidup dari harta. Tp ada pada mujahadah / kesungguhan seseorang dlm menjadi yg terbaik dgn takdirnya masing2.
Seperti Uwais Al-Qarni, hanya penggembala kambing, bukan pemilik kambing2nya. Tp dia org yg Rasul pilih untuk diwasiatkan ke Umar kalau bertemu org dgn ciri2 yg Rasulullah sebut (uwais), mintalah doa padanya, karena doanya mustajab. Dzohirnya hanya penggembala, tp ternyata dia terhormat di sisi Allah (karena amal spesialnya).
-> Memperoleh jannah & ridho Allah
- - -
Mengenal Allah itu sepanjang hayat
Yg paling dibutuhkan seseorang saat sakarotul maut agar bisa bersyahadat -> iman dan taqwa. Muara kedua hal ini adalah marifatullah.
Ma'rifatullah itu titik pembuktiannya saat sakarotul maut. Org akan diteguhkan lisannya oleh Allah untuk bisa bersyahadat itu kalau tsabat dgn imannya. Maka ma'rifatullah itu penting di awal, akhir, dan sepanjang kehidupan kita.
Seorang mukmin akan terus berproses mengenal Allah dgn ketaqwaan yg haqqon. Apalagi dlm interaksi dgn Al-Qur'an. Penting sekali mengenal Allah.
Para sahabat melakukan ini dulu sebelum mendalami quran. Iman qobla Quran. Paham dulu apa yg Allah suka & tdk suka, apa yg Allah ingin dgn saya berkaitan dgn ayat ini?
Mindset org yg dzikirnya kuat saat bangun tidur sebaiknya "Apa yg Allah inginkan dari saya hari ini?". Bukan hanya "Apa yg ingin saya lakukan hari ini?". Basis kehidupannya akan disponsori dgn iman. Mediatornya mujahadah. Bonusnya dekat dgn Alah.
Kalau punya putra dan putri, mendidik anak itu diawali dgn mengenalkan Allah kepada mereka sejak di kandungan. Sambil menyapa mereka di kandungan dgn diceritakan ttg hadits, ayat2 dsb. Dikenalkan ilmu2 tauhid. Setelah lahir insya Allah lebih mudah diajak mengenal Allah.
6 notes · View notes
helloebby12 · 1 year
Text
Kak Ebby suka baca ya?
Pertanyaan ini tak jarang ditanyakan kepadaku. "Hehehe, enggak juga tapi lumayan sih"
I used to answer it that way. Tapi akhir2 ini jawabannya udah ganti. Udah gak boleh lagi jawab dengan kata2 ambigu seperti itu. Harus firm dan lugas, karena bisa jadi jawaban kita juga memberikan efek kepada yang bertanya. So i have to be clear!
"Sebenarnya gk terlalu suka baca, tapi memang harus baca"
Yang bertanya menjawab, "lah kenapa baca kalau gak suka kak?"
"Soalnya aku banyak gak taunya, jadi kalau mau tau ya harus baca buku. Gitu sih kira2. Meskipun kadang2 aku bosan juga bacain buku, memahami isinya, yg susah itu menerapkannya. Tapi ya terpaksa harus baca, karena perlu pengetahuannya"
Aku jawab seperti itu apa adanya sesuai apa yang aku memang rasakan.
My interest towards reading is not limited to just wanting some fun. But more than that, wanting to know.
Membaca buku enggak harus selalu karena kita suka. Tapi coba ganti alasannya, karena harus. Dunia terus berubah, ilmu pengetahuan terus berkembang. Lalu mengapa mengurung diri dengan bertahan pada pengetahuan lama yang mulai memudar dimakan usia.
Membaca adalah cara membebaskan diri. Dengan membaca kita bebas mengetahui apapun, kita bebas dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan. Makanya membaca menjadi amat penting dan harus didahulukan pada hal-hal apapun yang ingin dipelajari. Baik itu urusan duniawi, dan terpenting urusan ukhrawy.
Allah Maha Tahu dan Maha Teliti. Tidaklah Allah menurunkan ayat pertama berupa "Iqra" yang artinya "bacalah" tanpa ada hikmah dibaliknya. Salah satu hikmah terbesarnya adalah, seberapa penting kedudukan membaca sehingga Rasulullah ﷺ diperintahkan untuk membaca dahulu sebelum memulai kehidupannya sebagai Rasul Allah meskipun kala itu Rasulullah sendiri tidak bisa baca tulis.
Begitu pula kita. Baca, baca, baca dan baca. Meskipun kita belum bisa membaca, maka belajarlah. Meskipun kita belum suka membaca, maka carilah cara agar kita suka. Meskipun kita sibuk, tak punya waktu khusus, maka sediakanlah.
Sebab membaca adalah teman hidup. Allah turunkan Al-Qur'an untuk dibaca dan di amalkan. Supaya kita semangat membaca, Allah bahkan memberi balasan pahala, kemuliaan dan syafaat bagi yang ikhlas membaca Firman-Nya. Salah satu hikmahnyaa adalah agar kita senantiasa membaca, agar kita terus belajar hingga maut memutus kenikmatan itu.
Jadiii.... Yuk sama-sama kita mulai membaca. Mulai darimana?
Your closest one, the Holly Qur'an
Lalu segala hal yang berkaitan dengan ibadah wajib; sholat, puasa, zakat, dll
Lalu segala hal yang berhubungan dengan ibadah sunnah
Lalu segala hal yang berhubungan dengan aturan-aturan Allah tentang perkara dunia
Lalu segala hal yang mempermudah kehidupan dunia kita termasuk didalamnya kesehatan, lingkungan, design, bisnis, management, keuangan, dll.
Dan segala hal-hal baik yang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah
Helloebby | 07-06-2023
Dalam gemerlapnya pikiran sebelum lelap
3 notes · View notes
garamterang · 1 month
Text
KETIKA PEMIMPIN BESAR JATUH, BANYAK JUGA YANG IKUT TERJATUH
Renungan Rabu, 14 Agustus 2024 Nas: Yehezkiel 31:10-18
Orang-orang asing, yaitu yang paling ganas di antara bangsa-bangsa, akan menebang dia dan membiarkannya; di atas gunung-gunung dan di semua lembah cabang-cabangnya berjatuhan dan di semua alur sungai negeri itu ranting-rantingnya berpatahan dan semua bangsa di bumi pergi lari dari naungannya dan membiarkan dia. - Yehezkiel 31:12
"Raja Mesir mirip dengan raja Asyur dalam hal kebesarannya: di sini kita melihat dia mirip dengan raja Asyur dalam hal kesombongannya. Dan dia akan menyerupai dia pada musim gugurnya. Dosanya sendiri membawa kehancurannya. Tidak ada satu pun kenyamanan kita yang pernah hilang, melainkan apa yang telah ribuan kali hilang. Ketika orang-orang besar terjatuh, banyak pula yang ikut terjatuh bersama mereka, sama seperti banyak orang yang terjatuh di hadapan mereka. Kejatuhan orang sombong adalah peringatan bagi orang lain, agar mereka tetap rendah hati. Lihatlah betapa rendahnya kebohongan Firaun; dan lihatlah seperti apa kemegahan dan harga dirinya. Yang terbaik adalah menjadi pohon kebenaran yang rendah hati, yang menghasilkan buah bagi kemuliaan Allah dan kebaikan manusia. Orang jahat sering terlihat tumbuh subur seperti pohon aras, dan menyebar seperti pohon salam yang hijau, namun ia segera meninggal dunia, dan tempatnya tidak ditemukan lagi. Mari kita tandai manusia yang sempurna, dan lihatlah orang yang jujur, karena tujuan manusia itu adalah kedamaian." (MHCC:Yehezkiel 31:10-18, Tafsiran Sabda).
Yehezkiel 31:10-18 adalah bagian dari Alkitab yang menggambarkan kejatuhan Raja Mesir dan kebanggaannya yang besar. Dalam bagian ini, Mesir digambarkan seperti pohon besar yang kuat dan megah, tetapi karena kesombongannya, Tuhan menghukumnya dengan menjatuhkannya. Akibat kejatuhan pohon besar ini, banyak bangsa-bangsa lain yang juga terpengaruh dan terjatuh, karena mereka bergantung pada kekuatan dan perlindungan Mesir.
Ayat ini menunjukkan bagaimana kejatuhan seorang pemimpin besar atau bangsa yang kuat dapat membawa dampak besar pada orang-orang atau bangsa-bangsa lain yang bergantung padanya. Ini adalah peringatan tentang bahaya kesombongan dan ketergantungan pada kekuatan duniawi, serta pengingat bahwa segala sesuatu di bawah kendali Tuhan.
Berikut adalah beberapa poin utama dari Yehezkiel 31:10-18:
(1) Mesir, yang diibaratkan seperti pohon yang tinggi dan megah, dihukum karena kesombongannya.
(2) Kejatuhan Mesir menyebabkan banyak bangsa lain juga jatuh, menunjukkan dampak luas dari kehancuran kekuatan besar.
(3) Tuhan mengingatkan bahwa tidak ada yang dapat melarikan diri dari hukuman-Nya, terutama mereka yang sombong dan tidak mengakui kekuasaan Tuhan.
Refleksi: Pesan moral dari ayat ini adalah pentingnya rendah hati dan menyadari bahwa semua kekuatan dan kejayaan berasal dari Tuhan, dan hanya Tuhan yang memiliki kendali penuh atas kehidupan dan nasib bangsa-bangsa. Lebih lagi kebesaran para pemimpin rohani, jangan sampai menyebabkan kesombongan rohani, akibatnya akan sangat fatal. Rendah hati adalah bagian dari buah Roh. (TWP)
0 notes
theartismi · 7 months
Text
Wahai yang Begitu Cekatan Mencari Dunia, Kapankah Pencarianmu Akan Berakhir?
Wahai yang begitu cekatan mencari dunia, kapankah batas impianmu tercapai sehingga pencarianmu akan berakhir?
Kala mencari akhirat, engkau berlamban-lamban, kapan kau akan mengambil keuntungan?
Sungguh ajaib…
Engkau bersemangat mencari sesuatu yang fana, padahal di perjalanannya banyak perampok (menghadang)[1]
Umur adalah amanat, engkau menghabiskannya (masa muda) dalam pengkhianatan[2]
Masa tua dalam pengangguran, dan masa renta dalam tangisan: “umurku telah hilang”.
Bilakah penghianat beruntung dengan apa yang dibeli atau dijualnya?
Kau sehat kala mengejar dunia, tetapi sakit kala mengejar akhirat[3]
Betapa sering engkau berpaling dari jalan taqwa, wahai yang pincang cita-citanya[4], wahai yang tinggal didasar jurang
Wahai pemilik malam-malam kealpaan, uban telah muncul, bergabunglah dengan kaum yang bertaubat sebelum kau terputus bersama yang lain!
…  Al Hafidz Ibnul Jauzi (w. 597 H) dalam kitabnya: Bahrud Dumu’ (Lautan Air Mata), hal 34, berikut teks aslinya, mohon koreksi kalo kurang pas (yg diatas terjemahan bebasnya).
يا من رواحله في طلب الدنيا لها اسراع، متى تحل عنها نطاق الأمل، فيكون الانقطاع؟ اذا طلبت الآخرة، تمشي رويدا، فمتى يكون الانتفاع؟ عجبا كيف تشدّ الرحال في طلب الفاني وفي طريقه قطاع! العمر أمانة أتلفت شبابه في الخيانة، وكهولته في البطالة، وفي الشيخوخة تبكي ونقول: عمري قد ضاع. متى أفلح الخائن فيما اشترى أو باع؟ أنت في طلب الدنيا صحيح الجسم، وفي طلب الآخرة بك أوجاع. كم تعرج عن سبل التقوى يا أعرج الهمة، يا من يبقى في القاع. يا من على عمره ليل الغفلة طلع الفجر المشيب بين الأضلاع. رافق رفاق التائبين قبل أن تنقطع مع المنقطعين
[1] Banyak orang mengejar dunia, namun apa yang didapatkannya justru dinikmati orang lain, baik ia suka atau tidak
[2] Termasuk menghianati amanah umur adalah dengan melakukan perkara sia-sia, juga lalai mencari bekal untuk yang kehidupan yg kekal karena sibuk mengejar target duniawi
[3] Untuk dapat gaji yang tidaki seberapa kita bisa bekerja 8 jam sehari atau lebih, namun untuk mengaji yang sebentar saja dan beramal kadang kita malas, atau asal-asalan
[4] Untuk menggapai cita-cita duniawi/materi kita rela bersusah payah, sedang untuk meraih kemuliaan akhirat kadang malasnya  minta ampun
1 note · View note
dinaest · 8 months
Text
Menjadi Penjala Manusia: Markus 1:14-20
Dalam buku Ikigai, seni Jepang menemukan makna hidup dalam kerja dan keseharian, saya membaca bahwa Steve Jobs, sang Dirut Apple pernah ke Jepang dan terpana ketika menyaksikan seorang seniman porselen membuat cangkir. Cangkir ini masuk ke biografi Jobs sebagai sesuatu benda seni yang mengingatkannya soal hidup. Jobs mengagumi karya seni dan falsafah kerja dari si perajin cangkir. Sebuah cangkir, tapi bisa menerbitkan kekaguman betapa kebahagiaan bisa dirasakan dari hanya membuat cangkir dan menikmati pekerjaan.
Markus membuka kisah pemanggilan murid pertama dengan berjalannya Yesus ke Danau Galilea. Kenapa Danau? Karena Danau memiliki arti teologis yang tak biasa. Danau adalah persimpangan antara darat dan laut, hidup kini dan hidup setelah mati. Di danau itu semua pelaut mencari ikan dan kehidupan dengan memasuki sebuah ruang yang penuh misteri dan bahaya. Danau itulah tempat para penjala ikan berada, berdiri.
Secara teologis kita memahami bahwa keberanian, kewaspadaan, pengetahuan dan keberuntungan adalah sesuatu yang biasa diperjuangkan oleh 4 muridnya yang pertama, Andreas, Petrus Yakobus dan Yohanes. Ketika dia memanggil Andreas dan Petrus, keduanya langsung meninggalkan jalanya dan mengikut Yesus. Mereka tak menoleh ke belakang, dan ini mengingatkan kita pada Elisa yang dipanggil Elia dan langsung meninggalkan kerbaunya. Juga mengingatkan kita pada Musa yang langsung meninggalkan dombanya untuk menggembalakan ISrael.
Pemanggilan murid-murid mengingatkan kita apa itu kerajaan Allah yang dibawa Yesus? Yohanes Pembabtis memberitakan pertobatan, bahwa jika tidak bertobat maka kita akan binasa. Tapi Yesus kelihatannya memiliki cara pandang yang lebih lembut soal kerajaan Allah. Kerajaan Allah versi Yesus adalah sebuah panggilan untuk memperluas kerjaan dan melayani sesuatu yang terkait kemuliaan Allah.
Jadi, Markus menggambarkan sikap Andreas dan Petrus yang langsung meninggalkan jala mereka, dengan langsung. Mereka menjadi simbol mereka yang tak lagi memandang kerja hanya secara duniawi atau sebagai upaya membuat perut kenyang atau menimbun harta. Yakobus dan Yohanes langsung berpamitan pada ayahnya sebagai simbol bahwa bagi Kerajaan Allah, kita diangkat bukan hanya sebagai anak ibu bapa kita di dunia melainkan putra putri Allah. Yang diutus bekerja untuk kemuliaanNya.
Setiap saya makan enak, saya selalu berpikir betapa tukang masak itu beda-beda, ada yang masak dan jual makanan hanya sekadar laku. Tapi ada yang sangat memikirkan kesehatan dan perasaan yang makan. Beda ya? Demikian juga ketika saya berkendara dengan online, ada yang bawa kendaraan sekenanya yang penting sampe, ada juga yang berhati-hati karena sangat menghargai penumpang. Di dunia ini, kita melihat bahwa Kerajaan Allah bekerja dengan cara sendiri pada diri orang-orang yang melihat kerja dan keluarga dengan cara pandang yang berbeda. Itulah artinya menjadi penjala manusia.
Nah, bagaimana Tuhan memanggil kita menjadi penjala manusia saat ini? Dalam Mazmur 62 kita mengakui bahwa Allah adalah sumber ketenangan dan keselamatan. Kepada jemaat Korintus Paulus menyampaikan urgensi dari kewaspadaan hidup dan pertobatan dengan menyadari arti hidup dan kerja serta pelayanan kita, dan dari Yunus kita melihat bahwa sebagaimana pun kita melawan Tuhan, tetap Tuhan menginginkan yang terbaik dari kualitas hidup kita. Maka, jangan jadi orang yang sembrono dengan kehidupan!
Seperti Andreas, Petrus, Yakobus dan Yohanes yang dipanggil dari pinggir danau, kita pun dipanggil melalui waktu dan kekekalan untuk memberikan uluran tangan dan menyelamatkan setiap orang yang dilanda air bah sampai pada bibirnya. Kepada mereka yang mendamba pertolongan untuk diselamatkan. Keempat orang ini tetap dalam pekerjaannya. Memberitakan keselamatan melalui danaunya sendiri, hidup dan kerja kita. Itulah pertobatan sesungguhnya.
Kita pun tak diminta meninggalkan apa yang sudah kita pilih untuk kita kerjakan, kita harus tetap dalam pekerjaan kita: pendeta, penatua, bisnisman, pekerja, pedagang, tukang masak, driver ojol. Hanya saja, dimensi profesi kita diperluas dengan keterkaitan dengan manusia. Kita tetap perlu sabar, tekun, berani, waspada memiliki pengetahuan dan keberuntungan dari penyertaan Tuhan, namun Tuhan akan memberkati hidup dan kerja sebagai bakti di hadapanNya sebagai pertobatan hidup!
Doa Ignatius de Loyola soal kerja
Ajari kami, ya Tuhan,
Untuk melayaniMu sebagaimana sepatutnya;
Memberi dan tidak menghitung risikonya;
Untuk melawan dan tidak mengindahkan luka;
Bekerja keras dan tidak mencari istirahat;
Bekerja dan tidak meminta imbalan apa pun
Kecuali mengetahui bahwa kami melakukan kehendak-Mu.
Semoga kita kuat bekerja dan mengerjakan pertobatan kita di hadapan Allah, Sang Empunya Tuaian!
0 notes
ruanguntukku · 1 year
Text
Hari ini aku dan anakku belajar akan betapa mengerikannya dampak dari hasad yang ada pada jiwa seseorang.
Ketika seorang yang gemar melakukan manipulasi demi mencapai keuntungan pribadi kedustaannya dititipkan kepada kami, maka kami harus bersiap dengan serangan balik dari pihak yang merasa terusik dan terancam.
Apapun akan dilakukan yang penting namanya kembali bersih dan bebas dari kecurigaan.
Ketakutan selalu menyelimutinya, sehingga merasa harus menghancurkan orang yang mengetahui kedoknya sehancur-hancurnya.
Tak peduli jika pihak yang harus dia fitnah adalah seorang anak kecil yang bahkan belum genap berusia 7 tahun.
Betapa mengerikannya pemandangan sebuah peradaban yang dibangun oleh seorang ibu yang mendidik dan membesarkan buah hatinya dengan banyak kedustaan.
Kerusakan demi kerusakan jelas tak dapat terelakkan. Meskipun dia mencoba menunjukkan sisi kehormatan dan kemuliaan.
Sebuah kotoran tetap kotor meskipun dipoles sedemikian rupa. Kebenaran tetap akan bernilai sama, meskipun kebenaran itu tersembunyi atau disembunyikan di tempat yang paling jauh dan gelap sekalipun.
Ketika seseorang memiliki tujuan yang tidak lillah, maka dipastikan apa-apa yang dilakukannya menjadi tidak berkah.
Kebohongan demi kebohongan dan kepalsuan demi kepalsuan terus dia tanam berharap bisa memanen hasil buah kemuliaan. Maka hanyalah sebuah kegilaan dan kehinaan yang akan mereka dapat.
Sekeras apapun seseorang mencoba mengambil hati orang-orang yang Allah berikan ilmu, sejatinya ilmu itu akan membentengi mereka. Tipuan itu akan terpental keluar, meskipun ada yang berhasil diracuni olehnya.
Sungguh ironi melihat betapa hinanya cara yang ditempuh hanya demi eksistensi, validasi, apresiasi dan keuntungan duniawi.
Secara dzhahir mereka terlihat seperti orang-orang yang beriman, tapi hati-hati mereka rusak dengan berbagai kebohongan.
Sungguh, tidak akan merugi orang-orang yang dijatuhkan dengan dusta, justru inilah wasilah agar semakin kokoh di dalam iman dan taqwa.
Bahwa kembali diingatkan, yang berhak menilai hanyalah Allah semata. Kita berbuat baik, beramal, belajar ilmu syar'i hanya untuk menjadi yang dipilih sebagai golongan manusia yang dicintai oleh Allah, bukan untuk menjadi manusia yang paling tersohor dan dicintai oleh makhluk.
Tugasku saat ini adalah kembali menata diri, fokus pada proses perbaikan diri, perihal ucapan-ucapan di luar sana itu urusannya Allah al-Aziz yang akan menyelesaikan semuanya.
—SNA, Ruang Untukku #120
Jum'at, 08-09-2023 | 23.57
Venetie Van Java,
Dengan segala ketenangan dan kelapangan yang Allah beri.
0 notes
tanganterbukamedia · 1 year
Text
Umat Milik-Nya Sendiri
Sabda-Mu Abadi | 27 Agustus 2023 | Tit. 2:11-14 ”Sebab, sudah nyatalah anugerah Allah yang menyelamatkan semua manusia dan mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan seleh di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh berkat dan penampakan kemuliaan Allah Yang Mahabesar dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
zhengruli · 1 year
Text
Minggu, 9 Juli 2023
Beberapa hari lalu ada adik seorang temanku yang di panggil Tuhan. Masih muda dan waktu yang sangat cepat.
Membayangkan kesedihan yang dialaminya membuatku ikut sedih yang mendalam. Ternyata secepat itu jika Tuhan sudah berkehendak. Hidup hanya sementara dunia ini fana.
Kembali Tuhan ingatkan untuk tetap setia kepadaNya. Aku yang lemah ini sangat sulit melawan kedaginganku.
Jika waktu ku sudah dekat apa yang akan aku katakan kepadaNya yang menciptakan aku dengan tujuan.
Tuhan menolong aku yang lebah, mengajar aku yang bodoh ini untuk bisa setia sampai akhir.
Seperti renungan ku di malam ini.
Santapan Harian
Bertekun Sampai Akhir
Ibrani 12:1-17
Ada yang berkata bahwa hidup ini bagaikan perlombaan. Digambarkan bahwa semua orang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan hidup. Ketika banyak orang bekerja keras demi tujuan itu, di manakah kita?
Penulis Surat Ibrani juga menggambarkan kehidupan orang beriman sebagai suatu lintasan lomba. Kita perlu berlari di lintasan itu karena sejak dahulu sudah banyak orang percaya yang melewatinya.
Supaya kita dapat berlomba dengan baik seperti mereka, kita perlu menanggalkan beban dosa dan mengarahkan fokus hidup kita kepada Yesus (1-2a).
Mengapa Yesus? Ialah yang memimpin dan menyempurnakan iman kita, memikul salib sekalipun dihina, tekun menanggung perbantahan orang-orang berdosa, serta yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (2b-3).
Sebagai pelari, kita harus sungguh-sungguh melawan dosa (4), menghargai didikan Tuhan sekalipun keras (5-11), menjaga iman kita tetap kuat (12-13), serta hidup dalam damai dan mengejar kekudusan (14). Janganlah kita seperti Esau yang tergoda oleh "nafsu yang rendah" sehingga pada akhirnya tidak mendapatkan berkat yang telah disediakan (16-17).
Perjalanan kerohanian kita adalah lintasan lomba yang tak jarang terasa melelahkan. Keinginan duniawi dan ejekan dari dunia dapat membuat kita berhenti berlari. Namun, ketika kita berpikir demikian, dengarkanlah kesaksian di sekeliling kita dari para tokoh Alkitab, tokoh sejarah gereja, dan yang terutama, Yesus.
Selama perlombaan panjang ini, kita perlu bertekun seperti Yesus. Ia menjalani misi-Nya sesuai dengan kehendak Bapa. Dengan cara yang berat, Ia tiba di garis akhir dan menerima kemuliaan yang telah ditetapkan bagi-Nya. Yesus telah menang, dan kini Ia menyediakan kemenangan itu bagi setiap orang percaya.
Ada kemenangan di garis akhir bagi mereka yang bertekun. Oleh karena itu, teruslah hidup benar sekalipun mendapat cemooh; teruslah hidup kudus sekalipun disebut "aneh" oleh dunia. Senikmat-nikmatnya nafsu dunia, itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Allah sediakan. Bertekunlah sampai akhir! [JMH]
Kiranya Tuhan menolong aku
1 note · View note
perahuneptunus · 1 year
Text
Jum'at, 2 Juni 2023
Makna Islam by Ust Abu Haidar As-Sundawy @Masjid Al Ukhuwah, Bandung
Tumblr media
Kajian bada Ashar. Ibadah jabaliyah (ibadahnya malaikat), ibadah syar'iyah (ibadahnya manusia dan syaiton). Jabaliyah dia diciptakan untuk melakukan itu tanpa adanya dua hal, keinginan untuk menolak dan tidak diberikan kemampuan untuk menolak.
Malaikat beribadah tanpa halangan dan gangguan, namun mereka tidak dipahalai dengan surga sebagaimana Allah berikan kepada manusia. Jadi, manakah yg lebih mulia? Manusia ataukah malaikat? Apabila dibandingkan dengan manusia kafir, malaikat jelas lebih mulia. Namun apabila dibandingkan dengan manusia yg mukmin dan taqwa, manusia lebih unggul daripada malaikat, karena manusia tsb mampu menjaga dirinya, mampu mengendalikan dirinya.
Beribadah kepada Allah namun niat karena duniawi. Buat apa? Astaghfirullah. Sesuatu yg mulia digunakan sebagai alat untuk meraih yg lebih rendah atau hina. Dunia bukan wujud kemuliaan, bukan bukti cinta dan kasih sayang Allah kepada manusia. Wujud cinta Allah yaitu memberikan kawan yg shaleh shalehah, memberikan lingkungan yg baik, memberikan semangat dalam beribadah.
Seseorang menginginkan dunia dengan amal ibadah yg dilakukannya, adalah wujud rusaknya AKIDAH dan TAUHID.
Ayat yg mengiming imingkan dunia agar beramal. Bagaimana? Boleh saja, tapi tidak boleh dilupakan aspek keikhlasan.
Semua manusia yg lahir, fitrahnya adalah islam. Tidak ada bayi yg lahir, kecuali diatas fitrah. Apakah fitrah itu? Yaitu adalah ISLAM. kemudian, kedua orangtuanyalah yg menjadikannya kafir.
7 tahun disuruh shalat, dididiknya sebelum 7 tahun. 10 tahun gamau, pukul.
0 notes
boliboliku · 6 months
Text
*MENGUBAH SOSOK JIWA*
Suatu ketika mereka berdua, tokoh sufi Rabiah dan Hasan al-Bashri, berdiskusi di bawah pohon membahas hal-hal spiritual di tepi danau tak jauh dari sebuah pasar yang ramai. Hasan al-Bashri terpikat dengan kecantikan Rabiah, sehingga tiba waktunya untuk shalat, Hasan al-Bashri membentangkan sajadah dan meletakkannya di atas air. Sambil berdiri di atas sajadah yang ajaibnya mampu mengambang. Hasan al-Bashri dengan santai mengundang Rabiah untuk bergabung dengannya, berharap membuatnya terkesan. Namun, Rabiah menggelar sajadahnya, bertengger di atasnya, melayang di atas Hasan al-Bashri, dan mengundangnya untuk bergabung dengannya.
Dia menggoda Hasan al-Bashri, “Bukankah ini yang kau inginkan, agar orang-orang di pasar melihat kita dan terpana dengan kemampuan kita?” Rabiah pun melanjutkan, “Hasan al-Bashri, apa yang kau lakukan itu bisa dilakukan seekor ikan. Apa yang kulakukan, bisa dilakukan ngengat. Kau lupa bahwa panggilan hidup kita lebih sulit dan lebih penting: berusaha untuk mengubah sosok kita.”
Pada diri manusia terdapat proses berpikir atau menalar. Al-idrak dalam bahasa Arab. Kata al-idrak berarti naik tangga atau sampai. Berbeda dengan hewan, menalar ini hanya ada pada manusia. Dalam terminologi modern menalar ini adalah suatu kesadaran. Manusia dengan berbagai potensinya bisa bergerak menaiki anak tangga dan sampai pada suatu tujuan. Ada proses sadar yang bergerak terus-menerus menuju kesempurnaan yang hakiki dan menempatkan manusia pada tempat yang mulia. Tetapi, hal ini tidak akan terjadi jika manusia hanya fokus pada motif-motif egois, atau berupaya menutup diri dari fitrah sucinya sebagai manusia.
Pada diri manusia ada kecenderungan-kecenderungan yang bersifat suci dan altruis. Kecenderungan-kecenderungan rohani inilah yang sesungguhnya merupakan fitrah pada manusia sehingga menempatkan manusia pada kemuliaan yang lebih tinggi di hadapan makhluk yang lain. Ada kesadaran kita untuk senantiasa bergerak terus-menerus dari satu anak tangga menuju satu anak tangga kesadaran berikutnya, sehingga hal ini membuat kita berubah menjadi sosok yang lebih mulia. Inilah fitrah kita sebagai manusia. Senantiasa ada dorongan untuk menemukan kesempurnaan yang hakiki. Kecenderungan inilah yang membuat kesadaran manusia terus mengalami metamorphosis dan transformasi pertumbuhan kesadaran diri dengan “Menjadikan manusia sebagai makhluk yang mengetahui, rasional, dan memahami alam indrawi”, kata Ibn Sina. Artinya, mengetahui alam indrawi sebagaimana yang sebenarnya, agar kita menjadi tahu tentang diri kita sendiri, dan tahu tentang alam rasional yang tersembunyi di alam indrawi yang berada di luar dirinya”. Dengan kata lain, saat kesadaran diri kita terus bergerak naik menyempurna, maka akhirnya kita akan bisa mengetahui rahasia alam-alam lain dibalik alam duniawi. Sosok jiwa pun ikut berubah menjadi lebih mulia dan suci.
1 note · View note
kisahkinah · 2 years
Text
Kala kerinduan belumlah usai
Cahaya Ramadhan kian semakin mendekat
Allahumma baligna ya Ramadhan
" Ya Allah sampaikanlah kami di bulan Ramadhan"
Dalam bulan kemuliaan, Bulan suci penuh ampunan.
Tanpa sadar waktu berjalan sangatlah cepat.
Melewati hari demi hari, menapaki lajunya perjalanan yang tiada henti
Dalam gerimis yang masih terus merinai, dan hati yang mulai remang remang.
Sudah sejauh mana persiapan kita? Siapkah kita menyambutnya?
Menyambut bulan yang penuh kemuliaan,keberkahan,perlipat gandaan pahala.
Sedang diri yang masih terbelenggu dengan keindahan duniawi.
Yang dengan sengaja menutup telinga ketika dikumandangkan.
Mari kita mengintropeksi diri!
1 note · View note
prasetyopeuru · 2 years
Photo
Tumblr media
Makna memikul Salib 🙏 Jangan katakan " saya mau ikut Tuhan Yesus" kalau Anda tidak siap menyangkal diri dan memikul salib. Karena untuk mengikut Yesus tahap pertama adalah menyangkal diri. Tak peduli seberapa pintar saudara, hebat, berpengalaman, berpengaruh, berkedudukan, kaya raya.. itu semua tidak bisa diandalkan dan tidak bisa menjadi dasar untuk setia dan mampu mengikut Yesus.  Tidak ada jaminan sampai saudara  melakukan penyangkalan diri tiap tiap saat bertekuk lutut merendahkan diri di hadapan Tuhan dan berharap hanya kepada Tuhan bukan diri sendiri, orang lain atau organisasi. Setelah menyangkal diri berikutnya adalah rela memikul salib. Banyak tantangan, pergumulan dan persoalan. Tapi Anda harus menghadapi itu dengan iman, kerelaan dan ketaatan sesui prinsip kebenaran Firman Tuhan. Bukan dengan cara cara sendiri atau gaya duniawi yang menghalalkan segala cara. Kalau sudah menyangkal diri dan memikul salib saudara bukan hanya mampu mengikut Yesus. Tetapi saudara akan melihat bagaimana Tuhan menuntun saudara dari satu tanda heran ke tanda heran lainnya, dari satu mukjizat ke mukjizat lainnya, dari satu keberhasilan ke keberhasilan lainnya. Dan salib itu sudah menjadi lebih ringan dan penyangkalan diri itu sudah membawa kemuliaan. Tuhan memberkati 🙏 #Salib ✍️ mengikut Yesus. Penulis: (Ev. Zandy YW Keliduan, SE, MABS) https://www.instagram.com/p/Cp4x6M2veDs/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
garamterang · 1 month
Text
JANGAN IRI HATI KEPADA ORANG BESAR
Renungan Selasa, 13 Agustus 2024 Nas: Yehezkiel 31:1-9
"Hai anak manusia, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir dan kepada khalayak ramai yang mengikutinya: Di dalam kebesaranmu siapakah yang dapat menyamai engkau? Lihat, Aku menyamakan engkau dengan pohon aras di Libanon, penuh dengan cabang yang elok dan daun yang rumpun sekali; tumbuhnya sangat tinggi, puncaknya sampai ke langit. - Yehezkiel 31:2-3
"Kejatuhan orang lain, baik ke dalam dosa maupun kehancuran, memperingatkan kita untuk tidak merasa aman dan tidak sombong. Sang nabi harus menunjukkan sebuah contoh tentang seseorang yang kebesarannya mirip dengan raja Mesir, yaitu orang Asyur, dibandingkan dengan pohon aras yang megah. Mereka yang mengungguli orang lain, menjadikan dirinya sendiri sasaran kecemburuan; tetapi berkat-berkat surga surgawi tidak dapat digabungkan dengan hal tersebut. Keamanan tertinggi yang dapat diberikan oleh makhluk apa pun hanyalah seperti bayangan pohon, perlindungan yang tipis dan tipis. Tapi marilah kita lari kepada Tuhan untuk perlindungan, di sana kita akan aman. Tangan-Nya harus dimiliki dalam kebangkitan orang-orang besar di bumi, dan kita tidak boleh iri pada mereka. Walaupun orang-orang duniawi kelihatannya mempunyai kemakmuran yang besar, namun kenyataannya hanya demikian." (MHCC: Yehezkiel 31:1-9, Tafsiran SABDA).
Yehezkiel 31:1-9 membahas perumpamaan tentang kebesaran Firaun dan kebesaran bangsa Mesir yang digambarkan sebagai pohon aras yang besar dan megah di Lebanon. Pohon ini tinggi, rindang, dan tumbuh subur di antara pohon-pohon lainnya. Dalam konteks ini, iri hati terhadap orang besar berarti iri terhadap kekuasaan, kekayaan, atau kedudukan tinggi yang dimiliki oleh bangsa atau individu yang memiliki kemegahan seperti yang digambarkan dalam perumpamaan tersebut.
Refleksi: Iri hati ini bisa berarti seseorang atau bangsa merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki dan ingin memiliki kebesaran dan kemuliaan seperti yang dimiliki oleh orang atau bangsa yang lebih besar atau lebih kuat. Dalam konteks rohani, peringatan ini mengingatkan agar tidak terperdaya oleh kekayaan atau kekuasaan duniawi yang bisa membuat seseorang atau bangsa merasa angkuh dan lupa akan Tuhan. (TWP)
0 notes
blogalloh · 2 years
Text
Alhamdulillah Alloh Merahmati Pencari Ilmu Dengan Banyak Kemudahan, Ampunan, Pahala, Hidayah, Barokah Dunia & Akhirat #Dakwah #Islam
Tumblr media
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Dan untuk melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari pengakuan bahwa kita sudah berIslam, itu membutuhkan ilmu. Menuntut Ilmu Itu Wajib Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913) Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan firman Allah Ta ‘ala: إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ  “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur [24]: 51). Sebagaimana kita meluangkan waktu kita untuk shalat. Ketika waktu sudah menunjukkan waktu shalat pasti kita akan meluangkan waktu untuk shalat walaupun misal kita sedang bekerja dan pekerjaan kita masih banyak. Kita akan tetap meninggalkan aktivitas kita dan segera mengerjakan shalat. Maka begitupun sebaiknya yang harus kita lakukan dengan menuntut ilmu. Ilmu Itu Apa? Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan. Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam Ahmad mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.” Jika kita ingin menyandang kehormatan luhur, kemuliaan yang tak terkikis oleh perjalanan malam dan siang, tak lekang oleh pergantian masa dan tahun, kewibawaan tanpa kekuasaan, kekayaan tanpa harta, kedigdayaan tanpa senjata, kebangsawanan tanpa keluarga besar, para pendukung tanpa upah, pasukan tanpa gaji, maka kita mesti berilmu. Namun, yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan” (Fathul Baari, 1/92). Dari penjelasan Ibnu Hajar rahimahullah di atas, jelaslah bawa ketika hanya disebutkan kata “ilmu” saja, maka yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Oleh karena itu, merupakan sebuah kesalahan sebagian orang yang membawakan dalil-dalil tentang kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dari Al Qur’an dan As-Sunnah, tetapi yang mereka maksud adalah untuk memotivasi belajar ilmu duniawi. Meskipun demikian, bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu duniawi. Karena hukum mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya. Apabila digunakan dalam kebaikan, maka baik. Dan apabila digunakan dalam keburukan, maka buruk. (Lihat Kitaabul ‘Ilmi, hal. 14). Keutamaan-Keutamaan Ilmu Dan Pemilik Ilmu Hal yang disayangkan ternyata beberapa majelis ilmu sudah tidak memiliki daya magnet yang bisa memikat umat Islam untuk duduk di sana, bersimpuh di hadapan Allah untuk meluangkan waktu mengkaji firman-firman Allah ‘Azza wa Jalla d
an hadist nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita lebih senang menyia-nyiakan waktu bersama teman-teman, menghabiskan waktu di instagram, twitter, atau media sosial lain dibandingkan duduk di majelis ilmu. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya adalah karena umat Islam belum mengetahui keutamaan dan keuntungan, mempelajari ilmu agama. Kita belum mengetahui untungnya duduk berjam-jam di majelis ilmu mengkaji ayat-ayat Allah. Kalau kita tidak mengetahuinya, kita tidak akan duduk di majelis ilmu. Karena fitrah manusia memang bertindak sesuai asas keuntungan. Faktanya, kalau kita tidak mengetahui keuntungan atau manfaat suatu hal maka kita tidak akan melakukan hal itu. Begitu juga dengan ibadah. Maka dari itu, semakin kita belajar dan mengetahui keuntungan-keuntungan salat, puasa, zakat, maka kita akan semakin semangat menjalaninya. Ini yang seharusnya kita sadari. Oleh karena itu, kita harus mengetahui keutamaan dan keuntungan menuntut ilmu. Terdapat banyak dalil dari kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya terkait keutamaan ilmu dan pemilik ilmu. Di antaranya adalah: Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Ilmu Adalah Warisan Para Nabi Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits, اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ “Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297). Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun Dia Telah Meninggal Disebutkan dalam hadits, إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim). Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta Tambahan Apa Pun Selain Ilmu Allah berfirman: وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا “Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu“. (QS. Thaaha [20] : 114). Ini dalil tegas diwajibkannya menuntut ilmu. Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang Yang Dikehendaki Kebaikan Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037). Yang dimaksud faqih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i, tetapi lebih dari itu. Dikatakan faqih jika seseorang memahami tauhid dan pokok Islam, serta yang berkaitan dengan syari’at Allah. Demikian dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi (hal. 21). Yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang Berilmu Hal ini bisa direnungkan dalam ayat, إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan b
aik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 308). Para ulama berkata, من كان بالله اعرف كان لله اخوف “Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah”. Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya Allah Ta’ala berfirman: …يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.. “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11). Allah Subhanahu wa Ta ‘ala berfirman, وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ “Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al-Mulk : 10). Allah telah memberikan banyak kenikmatan, jika tidak kita gunakan untuk mempelajari firman-firmannya maka kita akan menjadi salah satu orang yang menyatakan dan Allah abadikan dalam surat Al-Mulk ayat 10 di atas. Semoga Allah memberikah taufiq dan hidayah-Nya kepada kita untuk bisa menuntut ilmu dan mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Aamiin. Penulis: Fatharani Fariha Referensi Tips Belajar Agama Di Waktu Sibuk, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dan Dr. Ubaid Bin Salim Al-Amri, Penerjemah, Arif Munandar, Lc, Kiswah Media, Solo. Menebar Ilmu Menuai Pahala, Syaikh Abdul Aziz Bin Abdillah Bin Baz, Fawwaz Ahmad Zamarli, Media Hidayah, Yogyakarta. Setiap Muslim Wajib Mempelajari Agama, Muhammad Saifudin Hakim, 2013, https://muslim.or.id/18810-setiap-muslim-wajib-mempelajari-agama.html Artikel muslimah.or.id Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/10472-keutamaan-menuntut-ilmu-agama.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Alloh Merahmati Pencari Ilmu Dengan Banyak Kemudahan, Ampunan, Pahala, Hidayah, Barokah Dunia & Akhirat
0 notes