Tumgik
#kiriku age
the9jafresh · 2 years
Text
Kiriku Biography - Age, Career, Education, Early Life, Family Comedy Skits, Instagram And Net Worth
Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early Life, Family Comedy Skits, Instagram And Net Worth
Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early Life, Family Comedy Skits, Instagram And Net Worth Let us discuss Kiriku’s Biography in terms of his Age, Career, Education, Early Life, Family, Comedy Skits And Net Worth and much more. Victor Enorense’s biographical sketch is most often known as Kiriku. He was born on the 17th of December, 2014, and is a rising comedian, actor, and brand…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
renovasitorus · 7 years
Text
Aku Belajar,
Aku sudah banyak belajar beberapa bulan belakangan ini. Bukan lagi tentang mata kuliah. Bukan pula tentang romantika cinta. Aku bahkan tidak punya pengalaman apapun untuk kuceritakan tentang itu. Bukan ku tak percaya cinta atau aku terlalu ahli menjaga hati, yang kuragukan hanyalah insannya. Lagian, aku telah terbiasa menikmati kesendirian tanpa takut dibunuh oleh rasa sepi. Sudahlah, aku bahkan tidak tertarik memikirkannya. Di telinga sebelah kiriku mengalun ‘Mekkel Nama Ahu’-nya Viky Sianipar, telinga sebelah kananku berdengung ‘Iridescent’-nya Linkin Park. Aku melepaskan headset-ku yang tidak bekerja sama sekali, padahal sudah jelas-jelas suara antiknya Norah Jones lah yang sedang kudengarkan.
Beberapa kali kucoba untuk menonaktifkan akun facebook yang sebenarnya lebih sering kukunjungi dibandingkan twitter dan blogger yang sudah seperti hidup segan mati tak mau. 2010 adalah tahun pertama kali aku mengenal ketiganya, dan sekarang aku ingin melepas semuanya padahal BBM, Instagram, Path, WA, Line, Snapchat, atau apapun tetek bengek yang berkaitan dengan semua itu pun aku tak memilikinya. Aku memang belum membutuhkannya untuk saat ini. Bukan ingin bersikap apatis apalagi pesimis, aku hanya ingin menjadi perempuan yang merdeka di dunia yang serba hedonis ini, menjadi perempuan kuno dan tidak masuk kriteria karna tidak suka hang out tidak jelas di kafe atau di mall. Aku lebih memilih menggunakannya pada hal yang lebih bermanfaat atau menabungnya daripada terbuang percuma. Bukan karna lebih bermoral atau memiliki pengorbanan yang besar, tapi mungkin setiap orang memang memiliki cara masing-masing dalam menikmati hidup.
Dalam media sosial pun aku tak membagikan apa yang orang lain ingin lihat atau dengar, bagiku itu hanya akan menetaskan konspirasi bisu. Aku belajar untuk membagikan apa yang sebenarnya terjadi walau itu sulit, seperti berbicara bukan hanya untuk sekedar menyenangkan hati saja. Aku mulai mengurangi intensitas keingintahuanku pada berita-berita yang tersiar di berbagai media. Sejujurnya, aku sudah muak mendengar berita kejahatan: pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, korupsi, terorisme, narkoba, dan yang tersisa hanya kejahatan-kejahatan yang semakin parah dan berulang-ulang dengan pelaku yang berbeda. So, I’ve decided to use my smartphone for smarthings, bahkan aku lebih suka membiarkan ponselku istirahat lebih lama ataupun tertidur pulas.
Akupun banyak belajar tentang arti kejujuran, meskipun aku bukanlah makhluk yang paling jujur atau sesuci Bunda Teresa. Setidaknya aku sudah pernah melewatinya dalam berbagai ujian-ujian yang terkecil bahkan Ujian Nasional dari tingkat SD - SMK, Skripsi, ICT, hingga Toefl Kampus. Bukanlah hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Aku harus terbiasa hidup sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip yang kupegang. Akupun sudah banyak belajar tentang pertemanan, meskipun aku tak pantas dianggap sahabat karna aku tidak pernah benar-benar bisa hadir di saat suka maupun duka seperti motto pada umumnya. Tapi aku cukup beruntung dan akan selalu bersyukur pernah mengenal mereka dalam ruang sosial yang nyata, ataupun mereka yang telah menginspirasiku melalui tulisan dan dedikasi mereka terhadap kebaikan. Kerendahan hati dan keberanian mereka telah mengilhami sebagian dari hidupku.
Sekarang aku pun tak lupa untuk mengerti arti kesehatan. Akibat keseringan begadang dan mandi malam, beberapa kali aku jadi mudah jatuh sakit. Ternyata kita akan tetap menjadi seorang bocah bagi keluarga. Jika orang dewasa adalah seorang anak kecil yang bertubuh besar, aku menganggap keponakanku-ocy sebagai orang dewasa bertubuh kecil. Kata mereka kami takan pernah menyatu dan selalu bertengkar karna memiliki zodiak dan bulan kelahiran yang sama. Aku tak perduli, aku malah lebih mengerti dia dan selalu senang ketika dia berkunjung ke rumah.  Aku suka kepolosannya, seperti ketika berdoa saat makan, dia akan menyebutkan semua nama-nama yang ada di atas piringnya:
“Ya Tuhan, berkatilah nasiku, tahuku, ikanku, wortelku, brokoliku, sendokku,  minumku, dan berkatilah makanan dan minum bouku. Terimakasih Tuhan, Amin..”
Bocah 4 tahun ini sangat hobi bertanya dan menuntut penjelasan lebih:
“Bou, kenapa kalau sore langitnya warna kuning (baca: jingga)?”
“Bou, kenapa tahi nyam (baca: ayam) ada yang warna hijau?”
“Bou, kenapa bapakku yang duluan lahir tapi bapakku paling pendek dari orang uda?”
“Bou, kenapa opung itu udah besar tapi masih digendong?”
“Bou, kenapa senternya bisa hidup?”
“Bou, kenapa badannya masih segini tapi uda wisuda  (-____-)?”
“Bou, kenapa, kenapa, kenapa, kenapa????
Terkadang aku kesulitan memberikan jawaban yang bisa dicernanya dengan mudah, dan bisa kupastikan setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, akan lahir pertanyaan berikutnya. Semoga kau tabah kawan memuaskan dahaganya yang selalu haus untuk bertanya. Aku suka berpikir, kenapa setelah dewasa kita berhenti untuk bertanya?
Aku tidak lupa belajar tentang toleransi-SARA, apalagi yang paling krusial – Agama. Meskipun aku sedikit kecewa dibalik peristiwa aksi ini aksi itu, gunjang-ganjing konspirasi dalam konspirasi, yang minoritas merasa didiskriminatifkan yang mayoritas merasa berhak menuntut. Aku belajar untuk menutup mata dan telingaku pada berita-berita yang menebar kebencian. Aku harus lebih banyak belajar memperbaiki tingkah lakuku yang mungkin telah melukai sesama yang berbeda. Aku belajar menahan diri untuk lebih mendengar nurani ku berbicara. Toh, dalam hati yang murni fanatisme terbunuh, karna iman yang akan menyelamatkan kita. Sangat sedikit orang yang bisa menerima kebenaran keras, apalagi jika mendengarnya bukan dari orang yang diharapkan, sehingga menimbulkan tumbuh suburnya sentimen, kemarahan, kebencian, menghasilkan sifat munafik, menutupi  ketidakberesan dan mencabik-cabik kebaikan.  Seandainya ketulusan dan kewibawaan moral yang kita gunakan mungkin semua pertikaian ini takan terjadi. Toleransi mengajarkanku untuk menghormati perbedaan dan tidak mudah untuk diprovokasi. Mari berdoa untuk kebaikan bangsa.
Aku belajar pula dari tiap-tiap buku yang pernah kubaca. Menarik pesan-pesan moral dari tiap-tiap tulisan yang ada. Membaca mengajarkanku untuk memandang dari berbagai perspektif. Buku bagiku sudah seperti Mercusuar, suluh di tengah lautan yang gelap. Tulisan-tulisan tersebut menjadi semen yang menyatukan batu bata untuk membangun jembatan yang menghantarkanku ke pintu gerbang pengetahuan. Alampun turut menjadi tempat ku menimba ilmu secara cuma-cuma, rasa terimakasih yang sedalamnya kepada Sang Pencipta dan menjadi kewajiban kita untuk memelihara kelestariannya.
Aku sudah banyak bergumul, membisu, berdiam diri, merenungkan berbagai hal dengan semesta dan membungkam suara untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Lebih banyak bertindak daripada berkata-kata meski pikiranku masih suka mengembara kemana-mana. Setidaknya aku harus lebih baik dari hari kemarin. Akupun sudah terbiasa menahan gejolak-gejolak dalam sanubari, sampai aku sulit membedakan yang mana keinginan dan kebutuhan.
Dalam berbagai banyak hal, sekarang aku akan belajar untuk melupakan apapun, termasuk orang-orang sebagaimana aku ingin dilupakan. Aku akan belajar untuk melepas yang tidak bisa kugenggam, menghormati apa yang telah kuterima dan melanjutkan hidup dalam pertumbuhan. Aku akan lebih banyak mendengar intuisi mengimbangi logika, memandang jauh ke dalam jiwa, merasakan setiap udara yang kuhirup, menikmati harmonisasi kehidupan, berdamai dengan hari-hari yang ada, menyingkirkan segala jenis fantasi semu, membakar ego dan lebih bersikap proaktif tanpa merasa menjadi korban.
Aku akan mencintai kehidupanku, sebagaimana aku mencintai setiap aroma kopi yang kusesap walau mungkin aku hanya bisa menjadi barista bagi diriku sendiri, atau sebagaimana aku menikmati hujan di balik selimut atau kaca jendela karna aku tak begitu suka dengan kehadirannya yang berduyun-duyun. Aku akan tetap belajar menikmati setiap guratan pensil dalam kertas imajinasiku yang menari-nari, atau  sebagaimana aku ingin tetap mencoba untuk menyulut api yang menyala dalam jiwaku.  
So many things happened in this year. Happiness and sorrow had completed my age. Graduation was also indeed one of the most important day in my life, a day which has changed the whole course of my life. On the other hand, my grandparents had passed away and left us in this world. I will never be sad anymore. I want to stand on my way however I ever feel lost inside. No matter how far, I’ll see the road and find my really home. I will relive the dreams, thus accomplish them.  I will not compare myself with other people’s life who walked far ahead. No regret. No blame. No condemned. Coz’ who knows how the  time flies? My life ever filled with pressure and stagnation without progress like I want. But I can out of the frustration and fear cause I’ve found the reason I live. Like the wise men who followed the stars, I’ll also follow my heart and lead me to the miracles.
Ketika Dewi Fortuna dan manusia memandang aib padaku, Seorang diri aku meratapi pengasinganku, Menggucang surga yang tuli dengan tangisan sia-siaku Dan menatap diriku sendiri serta mengutuki nasibku, Berharap seperti orang yang lebih berharta, Menonjol seperti dia, seperti dia yang banyak berteman, Mendambakan kecakapannya,  keleluasaannya Dengan yang paling kunikmatipun ternyata tak memuaskanku: Meski begitu, dalam pikiran yang nyaris kubenci ini, Tiba-tiba aku memikirkan-Mu, lalu keadaanku (seperti burung yang bangkit saat fajar dari bumi yang gelap) Aku menyanyikan kidung suci di gerbang surga, Karena cinta manis-Mu mengingatkan kekayaan yang dibawanya Hingga aku tak mau bertukar nasibku dengan para raja.
~ W. Shakespeare, Soneta ke-29
1 note · View note
gotojobin · 6 years
Photo
Tumblr media
#SOULCALIBURVI #SOULCALIBUR6 #SOULCALIBUR #ソウルカリビルVI #ソウルキャリバー6 #ソウルキャリバー #Kilik #キリク #Bandai #BandaiNamco #バンダイナムコ #バンダイ#gotojobin #Namcos #ナムコ #Namco #KingDevinJoseph #キングデビンジョセフ #otaku #オタク #ごとじょびん #デヴィンジョセフ王 General Kilik's epithet is Destiny Awakened. Kilik's name is a palindrome. Kilik's weapons are named after the four stages of development in the Hinduism culture, Kali-Yuga "Age of Vice" being the last, while Dvapara-Yuga is the third. Kilik shares many attacks with Seong Mi-na, although who "copies" who is a lot harder to answer than it first appears. On the one hand, in all games that have contained both Mi-na and Kilik as characters, Kilik has been one of the starting characters, while Mi-na has been an unlockable character, thus giving the impression that she is the "clone" character. However Seong Mi-na was introduced in Soul Edge which was released before Kilik's debut game Soulcalibur meaning he is the clone character. On the other hand; most of the attacks that Mi-na has that makes her similar to Kilik were given to her after Soulcalibur - furthermore they were taught to her by people who had previously trained Kilik, meaning that they were his attacks originally. Kilik's name is the Japanese pronunciation of the Sanskrit "Hrih," a seed syllable representing the Buddha of the Western Quarter, and the qualities of meditation and compassion. It comes from the Buddhist mantra he speaks in his Soulcalibur ending and his Critical Finish: "Om vajra dharma hrih" (JP: "On basara darama kiriku"). Why names like Xianghua, Seong Mi-na and Yun-seong were transcribed properly into English, and Kilik's wasn't, is a mystery. Looking at the characters used to write Kilik's name in the Chinese ports of the games; 齐 (Verb: Be Level With) 力 (Noun: Power) 克 (Noun: Gram; Weight), it is possible that his name was to mean "Balancing the Weight of Power", but this is just speculation. https://www.instagram.com/p/BqbSJmPlDl5/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=aiilm8qn341c
0 notes
the9jafresh · 2 years
Text
Young Comedian Kiriku Biography - Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth
Young Comedian Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth
Young Comedian Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth We at The9jafresh will be discussing on all you need to know about Young Comedian Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net WorthGetting to know more about Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth Enorense’s biographical sketch Victor is most…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes