Tumgik
#kiriku family
the9jafresh · 2 years
Text
Kiriku Biography - Age, Career, Education, Early Life, Family Comedy Skits, Instagram And Net Worth
Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early Life, Family Comedy Skits, Instagram And Net Worth
Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early Life, Family Comedy Skits, Instagram And Net Worth Let us discuss Kiriku’s Biography in terms of his Age, Career, Education, Early Life, Family, Comedy Skits And Net Worth and much more. Victor Enorense’s biographical sketch is most often known as Kiriku. He was born on the 17th of December, 2014, and is a rising comedian, actor, and brand…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
shydelusionpeach · 1 year
Text
Kiriku and Umbrella Boy bust fake news | Legit Media Literacy Conversations Episode 3| Legit TV
Kiriku and Umbrella Boy bust fake news | Legit Media Literacy Conversations Episode 3| Legit TV The time has come, you can now catch episode 4 of the Legit Media Literacy Conversation! Watch our conversation with star siblings, De umbrella boy & Kiriku! Remember, you can take the media literacy board quiz on our special news site- https://ift.tt/K7g1hwb Share the results of your quiz and use the hashtag #Stopthespread You can also invite family and friends to take part in the quiz by tagging them and sharing the link. Let's join hands to stop the spread of fake news. Tell everyone you know that Episode 4 of the Legit.ng Media Literacy Conversations is now online. If you enjoy watching, share the video link with everyone you care about. ⭐️ ⭐️ ⭐️ Domestic abuse survivors seek your help! Donate to save the lives of women and girls at risk: https://ift.tt/IwW9OoV ⭐️ ⭐️ ⭐️ My Migration Story I Legit TV After being deceived, coerced or forced on illegitimate or irregular trips outside the country by road, Nigerian returnees get a unique opportunity to tell their stories and share their experiences during such horrible trips. This series also provides a platform which gives hope to some of these returnees to get their lives back on track and become reference points for those planning to embark on such trips. The Naija People I TV Nigerians and ingenuity are almost inseparable, as many of them are quick to create, manipulate or improvise by way of critical thinking, and these individuals deserve to be celebrated. In the midst of these, however, are some whose stories must be heard, because of the hardship they're facing. All these and more are presented to our viewer and everyone who comes across our videos The Naija Woman I Legit TV Every Nigerian woman is a hustler in her family and many times, comes across as the breadwinner, yet they are not always celebrated enough. The Naija Woman extols the virtues of the Nigerian woman, her hard work, her resilience, and her passion in helping to knit her family together, no matter what it takes. The Traditionalists I Legit TV Traditional worship in Nigeria is associated with spiritism and is clouded in a lot of mysteries, therefore, this series demystifies many of the mysteries associated with traditional worship or practice in Nigeria. Educated, well-read traditional worshippers unravel every mystery behind certain beliefs about their practice and explain, in clear terms, how the traditional worship works. ___ Connect with Legit TV! Visit Legit.ng website: https://www.legit.ng/ Follow Legit.ng on Twitter: https://twitter.com/legitngnews Follow Legit TV on Facebook: https://ift.tt/73fzipS Follow Legit TV on Instagram: https://ift.tt/mrJ39LP #LegitTV #legitng #Legit #nigerianews
View on YouTube
0 notes
zilamanzil · 3 years
Text
[BUYA PART 2]
Ketika dokter yang laki-laki masih terus memeriksa, salah satu dokter perempuan yang memang satu-satunya perempuan di sekelompok dokter itu mendekati aku, "Kakak apa hubungannya dengan bapak?"
"Saya anaknya dok"
"Ibu kemana kak?"
"Ibu saya udah ga ada dok"
Dokter langsung merangkulku dan bertanya lagi, "Anaknya bapak hanya kakak aja?"
"Saya punya 3 kakak dan 1 adik lagi dok"
"Kakak kuat ya InsyaAllah. Ikhlasnya terus ditingkatkan. Minta pertolongan ke Allah, InsyaAllah dokter-dokter akan memaksimalkan ikhtiar", mendengar apa yang disampaikan dokter air mataku mulai menetes.
"InsyaAllah dok. Makanya aku minta ke dokter tadi untuk periksa mata bapak karena...", aku jelaskan alasan aku meminta dokter untuk memeriksa kondisi matanya Buya.
"Iya benar kak. Saat ini, bapak dibilang sadar tidak tapi dibilang tidak sadar juga tidak. Kalau pandangan medis, meskipun mata bapak melek tapi memang sudah tidak berfungsi, terutama yang sebelah kanan. Tapi pendengarannya masih berfungsi dengan baik kok. Terus dampingin aja ya kak, diajak zikir, diajak istighfar, dibantu talqin, pasang murottal juga boleh. Lebih bagus lagi pakai headset agar suaranya pasti masuk".
"Biar aku aja dok nanti yang ngaji".
"Oh lebih bagus lagi itu kalau kakak sebagai putrinya yang baca".
Ketika sedang berbincang dengan dokter, Buya kemudian memanggil namaku meskipun dengan pelafalan yang tidak jelas, "Zilaaa", telapak tangan kanannya bergerak seakan meminta digenggam.
"Iya Buyaaa Zila di sini terus kok dampingin Buya", sahutku sambil menggenggam tangan kanan Buya. Kemudian Buya pun mengeluarkan air mata, merintih kesakitan, dan genggamannya makin erat sambil terus memanggil namaku. Air mataku pun makin cepat mengalir, "Iya Buya. Di sini ada Zila dan ada banyak dokter juga kok. Zila pasti terus dampingin Buya yah. Zila ga akan kemana-mana kok. Buya ga usah panggil Zila yah, Zila sudah pasti di sini. Buya kalau kesakitan jangan panggil Zila ya Buya, panggil Allah aja. Zila sama dokter gabisa nolongin Buya. Yang bisa nolongin Buya cuma Allah. Mohon pertolongannya ke Allah. Ya Allah tolong Buya Zila Ya Allah, sayangi Buya Zila Ya Allah, hilangkan rasa sakitnya Ya Allah" sahutku dengan kondisi air mata yang sulit dikondisikan. Pada saat yang sama juga, dokter yang perempuan terus mengusap punggungku. Aku lanjutkan dengan membisikkan ke telinga kanan Buya, "Laa ilaaha illallah". Saat itu, aku bersyukur karena para dokter pun membantu mentalqinkan. Sejak siang itu, fokusku memang hanya tertuju ke Buya hingga kakak iparku menelepon, aku biarkan dan akhirnya kakakku berbicara dengan dokter.
Azan ashar pun berkumandang, dokter-dokter pamit meninggalkan ruangan. Sejak siang tadi, Buya tak mau genggamannya terlepas dariku. Aku lepas sebentar saja untuk memperbaiki kursiku, tangan Buya mencari-cari tanganku. Sejak siang tadi pula, hujan di mataku tak kunjung reda. Namun aku harus tetap sholat ashar, jadi terpaksa aku lepas genggamannya. Setelah sholat ashar, aku sholatkan ashar Buya. Sore itupun aku terus ngaji di sebelah kanan Buya.
Menjelang maghrib, Cing Upi video call. Terlihat di kamera, Cing Upi sedang di rumah Enek. Terlihat juga di kamera, ada Enek, Cing Pipit, Cing Dada, Om Cipto, dan sebagian adik-adik sepupuku. Cing Upi memerintahkan aku istirahat dengan kondisi video call masih tetap menyala. Bagiku istirahat pun tak tenang. Di video call, kita tidak begitu banyak interaksi. Tapi aku yakin, meskipun tidak ada interaksi, lidah mereka tak henti mendoakan Buya karena terlihat dari bibir mereka terus berkedip.
"Cing udah adzan maghrib belom?" tanyaku.
"Belom".
"Kalau udah adzan, kasih tau ya. Soalnya di sini ga kedengeran", karena saat itu aku tak ingin Buya terlambat kalau memang sudah waktunya.
Tak lama terdengar suara adzan, "Tuh udah Zil". Aku langsung tayamumin Buya dan sholatkan maghrib Buya. Di pertengahan aku sedang sholatkan Buya, video call mati karena handphone Buya lowbatt. Setelah Buya sholat, aku sholat maghrib. Setelah sholat maghrib, aku terus ngaji, zikir, dan talqin di sebelah kanan Buya sambil menunggu adzan isya.
Ketika sudah masuk waktu isya, aku langsung sholat isya. Setelah aku sholat isya, aku langsung tayamumin Buya dan sholatkan isya Buya. Seperti biasa, setelah semua selesai, aku terus tilawah. Ketika aku tilawah, Cing Upi telepon ke hp aku.
"Ada zoom ga di hp Zila?"
"Ada Cing".
"Iya join ya. Ini Hans Family (keluarga besar Buya) lagi adain tahlil online".
"Iya".
Semua keluarga besar, mengikuti doa dan tahlil bersama secara online. Terlihat semuanya sedih dengan kondisi yang seperti ini, tidak hanya fanafifzilghif. Enek, adik-adik kandung Buya, adik-adik ipar Buya, ponakan-ponakan Buya, cucu-cucu dari ponakan-ponakan Buya semuanya sangat sedih. Zoom pun berakhir pukul sembilan malam.
Setelah zoom, aku langsung video call semua saudara kandungku. Sebenarnya malam itu aku tidak takut lagi. Namun malam itu aku bingung karena Buya teriak-teriak dan tangannya terus bergerak bahkan hampir mencabut kabel-kabel dan selang-selang alat medis. Ketika video call masih dalam proses ringing, aku sudah meletakkan hp ku di atas meja sedangkan aku sudah di posisi sebelah kanan Buya untuk terus membantu talqin di telinga sebelah kanan Buya sambil terus menggenggam erat tangan Buya. Aku terus berdoa mohon pertolongan ke Allah dalam hati. Video call pun tersambung ke seluruh saudara kandungku. Namun aku membiarkan semua saudara kandungku menyaksikan yang terjadi tanpa berinteraksi dengan mereka. Mereka pun akhirnya juga tidak mengajak aku berinteraksi. Terlihat ada rasa khawatir bercampur dengan sedih dari raut wajah mereka. Merekapun terus berdoa dan berdzikir.
Buya masih terus berteriak dan menggerakkan tangannya, hingga membuat badan Buya hampir jatuh dari ranjang rumah sakit. Aku yang sudah berkali-kali memanggil perawat untuk membantuku dalam memperbaiki posisi Buya lebih memilih menahan tubuh Buya dengan tubuhku sendiri. Kepala Buya yang miring dan hampir terjatuh itu aku tahan dengan kepalaku, sedangkan badan Buya kutahan dengan lengan kiri atasku. Ketika tubuhku sudah keberatan untuk menahannya, baru aku pencet bel panggilan ke perawat dan itu terjadi berkali-kali. Seluruh saudara kandungku pun terlihat kebingungan karena mereka hanya bisa membantu lewat doa dan menemani secara virtual melalui video call. Lafadz laa ilaaha illallah terus terucap dari mulutku dan mulut seluruh saudara kandungku.
Tiba-tiba Bang Afif meminta Ghifar untuk sambil memutar murottal dengan speaker diarahkan ke handphonenya agar suaranya terdengar oleh aku dan Buya, "Ghifar, coba kamu bantu pasang murottal biar Ka Zila juga ga kelelahan terus-terusan ucap laa ilaaha illallah sambil jagain Buya. Zila, kamu juga coba ambil posisi nyaman, biar Zila istirahat juga". Aku coba melakukan apa yang dibilang oleh Bang Afif, namun keadaan mengharuskan aku untuk menjaga Buya jangan sampai terjatuh.
Saat itu tanpa sepengetahuanku, ketiga kakakku berdiskusi. Ka Nadia melihatku sudah sangat pucat. Akhirnya Ka Nadia membuka pembahasan ke Ka Fadhi dan Bang Afif. Sewaktu aku masih konsentrasi menopang tubuh Buya, Ka Fadhi menegurku melalui video call, "Zila baca japri Ka Fadhi". Aku pun langsung menahan tubuh Buya dengan tangan kiriku dan memegang hp dengan tangan kananku.
"Zil, tanyain ke perawat. Kalo sudah swab test boleh langsung jaga kah? Atau harus tunggu hasil? Kak Fadhi mau jaga buya. Prosedurnya bagaimana?" begitulah isi japri dari Ka Fadhi.
Aku pun memanggil perawat melalui bel karena Buya benar-benar tidak bisa ditinggal. Perawat pun datang dan aku langsung menanyakan pertanyaan dari Ka Fadhi. Sebelum perawat pergi, aku juga meminta perawat untuk membantuku dalam memperbaiki posisi Buya. Perawat pun pergi. Kemudian Bang Afif bilang, "Zil coba kamu tanya ke dokter atau perawatnya kalau Buya begini harus bagaimana? Harus seperti apa? Apakah tidak ada tindakan? Atau dikasih obat penenang atau yang lainnya?". Kemudian aku memanggil perawat kembali melalui bel. Ketika perawat datang, aku langsung bertanya sesuai dengan yang diucapkan oleh Bang Afif. "Sebentar ya kak saya tanyakan ke dokter dulu", ucap seorang bruder. Ketika perawat itu hendak pergi, aku menghentikannya kembali dan bertanya, "Kalau bapak kondisinya seperti ini dan saya terus-terusan memutar murottal apakah tidak menggangu pasien lain?"
"Kakak tenang aja. Kakak pokoknya tetap dampingi terus bapak aja, biar hal itu urusan kita. Lagian kalau tidak ada yang protes, berarti tidak menggangu pasien lain kak", jawab bruder menenangkan.
"Oh ok. Makasih ya bruder".
Perawat pun pamit meninggalkan ruangan. Tak lama, perawat pun kembali dan kali ini bersama dengan dokter. "Kakak, saya bisa saja memberikan obat penenang ke pasien. Tapi konsekuensinya, pasien akan sangat kesulitan bernapas. Tapi kalo keluarga merestui, kami akan melakukan itu. Kalau terkait ikat tangan, melihat kondisi bapak yang seperti ini memang lebih baik diikat saja tangannya", ucap dokter.
"Oh ok terimakasih dok. Saya mau diskusi dengan keluarga dulu".
Dokter pun mempersilahkan dan perawat langsung mengikat kedua tangan Buya.
Setelah kedua tangan Buya diikat, aku melaporkan ke seluruh saudara kandungku. Usai aku laporan, aku meninggalkan Buya di dalam ruangan bersama dengan putaran murottal. Aku keluar ruangan untuk berdiskusi dengan keempat saudaraku lainnya. Diskusi pun berjalan dalam waktu yang cukup panjang. Inti dari hasil diskusi itu adalah seluruh saudara kandungku melihat aku sudah terlalu lelah. Oleh karena itu, Ka Fadhi mohon izin ke kita semua untuk istirahat lebih awal. Rencananya, esok hari Ka Fadhi akan menjalani tes PCR agar bisa bergantian denganku. Seluruh saudara kandungku ingin aku pulang dan istirahat sejenak di rumah. Di samping aku istirahat, Ka Fadhi yang akan menemani Buya di rumah sakit. Oleh karena itu, yang akan online sampai subuh adalah Ka Nadia dan Bang Afif, karena Ghifar akan melaksanakan ujian esok paginya.
Aku pun kembali ke dalam ruangan. Ketika aku sudah di dalam ruangan, aku dipaksa tidur oleh ketiga kakakku. Aku pun menurutinya. Sebelum tidur, aku posisikan hp ku bisa menyoroti aku yang sedang istirahat dan Buya yang masih terbaring kesakitan di ranjang rumah sakit. Handphone aku letakkan di sebelah kiri Buya, sementara aku tidur di kursi dengan posisi kepalaku menempel dengan kaki kanan Buya.
Kamis, 28 Januari 2021 sekitar pukul setengah dua dini hari, terdengar lantunan ayat suci Al-Quran dan dzikir dari Ka Nadia dan Bang Afif untuk menemani Buya, tak lama pun akhirnya aku mulai tertidur. Pukul setengah empat, aku terbangun dan melihat Buya semakin lemah. Ka Nadia dan Bang Afif pun mulai lelah. Perlahan pun mataku terpejam kembali. Sekitar pukul lima pagi, aku terbangun karena Ka Nadia memanggilku dan mengingatkanku untuk segera sholat subuh. Aku langsung segera berwudhu dan menunaikan sholat subuh. Usai sholat subuh, aku tayamumin Buya dan sholatkan subuh Buya. Setelah selesai, ada video call masuk di hp Buya. Ternyata dari Cing Upi. Cing Upi menanyakan kabar Buya, aku kasih lihat kondisi Buya. "Kalo ada apa-apa atau Zila mau istirahat, video call Cing Upi aja ya. Cing Upi selalu on kok", ucap Cing Upi.
"Iya Cing, alhamdulillah Zila udah tidur kok. Semalem ditemenin sama Ka Nadia-Bang Afif"
"Oh alhamdulillah. Yaudah pokoknya itu ya Zil. Kabarin Cing Upi kalo ada apa-apa. Zila baik-baik aja ya. Assalamualaikum"
"Iya Cing, makasih Cing. Wa'alaikumussalam".
Setelah video call dengan Cing Upi, aku berbicara dengan Ka Nadia karena Bang Afif sudah pamit sejak subuh awal. "Kak, Ka Diah kalo udah mau istirahat, istirahat aja kak gapapa. Buya udah sama Zila, Zila juga udah tidur kan semalaman", kataku mempersilahkan Ka Nadia istirahat.
"Iya, titip Buya ya Zil. Boleh arahin videonya ke Buya? Ka Diah mau ngomong sama Buya"
Ketika aku hendak mengarahkan videonya ke Buya, perawat datang. Ka Nadia pun menunda menutup video callnya.
Perawat datang untuk memeriksa kondisi Buya terutama suhu dan tensi darahnya. Ka Nadia pun menyaksikan pemeriksaan itu melalui video call. Tensi darah dicek sebanyak empat kali, namun hasilnya selalu error. Ketika pengecekan tensi darah kelima, baru terbaca. Namun hasilnya sangat rendah. Usai dicek tensi darahnya, perawat mengecek suhu tubuh Buya. Suhu dicek sebanyak lima kali dan hasilnya error semua. "Astaghfirullah Ya Allah, innalillahi wa innailaihi rojiuun", terdengar suara Ka Nadia dari video call.
"Apa maksudnya ya bruder? Ini alatnya yang rusak atau bagaimana ya?" tanyaku kepada perawat
"Ini karena suhu tubuh bapak sudah sangat dingin. Gapapa kak, nanti sebentar lagi kita cek lagi ya", jawab perawat dan langsung pamit keluar ruangan. Ketika perawat sudah keluar ruangan, aku bilang ke Ka Nadia, "Kak udah nih. Mau pamit?"
"Iya boleh. Mana Buya?"
Ketika aku hendak mengarahkan videonya ke Buya lagi, perawat yang lain masuk ke ruangan. "Kak ini sarapannya tolong dimasukin lewat NGT (selang yang ada di hidung Buya) ya", ucap perawat itu sambil meletakkan secangkir nutrisi untuk Buya di meja kemudian langsung keluar ruangan. "Kak, Zila mau suntikin sarapan buat Buya dulu. Mau pamit sekarang atau abis Zila selesai aja?" tanyaku
"Yaudah Buya sarapan dulu aja", jawab Ka Nadia
Aku pun menyuntikkan cairan nutrisi melalui saluran NGT dengan sangat hati-hati. Ketika aku menyuntikkan cairan nutrisi tersebut, Buya sudah terlihat sangat lemah. Setelah selesai, aku berbicara lagi dengan Ka Nadia, "Kak udah nih kalo mau pamit"
"Mana Buya?" balas Ka Nadia
Aku langsung mengarahkan videonya ke Buya. Ka Nadia pun pamit kepada Buya.
Setelah video call Ka Nadia mati, aku langsung memutar murottal surat Yasin. Kemudian aku memutuskan untuk membalas chat-chat yang masuk karena seharian kemarin aku benar-benar tidak membuka chat sama sekali, sedangkan tiap harinya pasti selalu ada chat yang menunggu kabar Buya dari adik-adik Buya, adik-adik Ummi, dan teman-temanku. Ketika aku baru saja duduk selama 1-2 menit sambil membalas chat-chat tersebut, tiba-tiba aku mendengar seperti ada suara cairan yang mengalir. Aku langsung mencari sumber suara itu. Ternyata sumber suara itu berasal dari Buya. Ternyata Buya muntah. Cairan nutrisi yang aku suntikkan melalui saluran NGT, dikeluarkan oleh Buya. Aku langsung memanggil perawat melalui bel emergency. Seorang bruder pun datang ke ruangan. "Bruder, bapak...", aku belum selesai bicara.
"Oh yaampuuun", perawat langsung paham apa yang mau kujelaskan dan mengambil banyak tisu. Saluran NGT pun dibuka olehnya namun ternyata Buya muntah lewat mulut, NGT ditutup kembali. Berlembar-lembar tisu diambil untuk menahan muntah Buya agar tidak mengalir kemana-mana. Saat perawat sedang sibuk menangani Buya, aku melihat mata Buya sudah terpejam. Aku langsung talqin dengan volume sedikit lebih keras dan berkali-kali. Buya muntah sangat banyak. Dapat dipastikan, cairan yang aku masukkan melalui saluran NGT, sama dengan yang dikeluarkan oleh Buya. Selain disibukkan dengan mengambil banyak tisu, perawat mengecek nadi yang ada di tangan Buya. Nadi di pergelangan tangan kanan sudah tidak ada, perawat akhirnya menemukan masih ada denyutan di perbatasan antara lengan atas dan lengan bawah tangan kanan Buya. "Kak tolong hubungi keluarga untuk segera hadir ya. Bapak kondisinya kritis", ucap perawat.
"Ya Allah. Kritis?" tanyaku untuk meyakinkan sambil mulai chat di grup keluarga, "Buya kritis", isi chatku yang sangat singkat di grup keluarga, chat terkirim pukul 07.05. Selang beberapa detik, Ka Fadhi menanggapi chatku di grup keluarga, "Ka Fadhi otw". Aku melihat info chat, yang baru baca Ka Fadhi. Aku ingin Ka Nadia segera tau karena Ka Nadia ada di rumah, dan rumah letaknya berdekatan dengan rumah nenek, dan disana sebagian adik-adiknya Buya menetap dari hari-hari sebelumnya. Akhirnya aku langsung telpon Ka Nadia. Ternyata yang angkat Ka Hadi (suami Ka Nadia). Ka Nadia sedang tidur karena semaleman menemani Buya. Tanpa banyak basa-basi, aku langsung bilang, "Kak Buya kritis", kemudian langsung mematikan teleponnya. Tak lama kumematikan telepon, Ka Nadia dan Bang Afif video call.
Di sisi lain, ketika aku sibuk memberi kabar ke keluarga, seorang bruder yang memberi tahu bahwa Buya kritis meninggalkan ruangan. Ternyata bruder itu memanggil rekan-rekan perawat lainnya dan mengambil sebuah alat medis yang kutebak itu adalah alat EKG. Beberapa perawat pun menangani Buya dan dipasangnya alat itu ke badan Buya. Ketika itu sedang berlangsung, Ka Nadia dan Bang Afif bantu mendoakan melalui video call sambil mereka bersiap diri hendak menuju rumah sakit. Ketika video call berlangsung, aku tidak peduli dengan kamera menangkap apa, pikiranku hanya tertuju pada Buya. Aku mengelus kepala Buya dan membisikkan lafadz "Laa ilaaha illallah" di telinga sebelah kanannya. Namun aku ditegur oleh salah satu perawat, "Kak jangan disentuh dulu bapaknya, jangan sentuh kasurnya juga ya, lagi diperiksa oleh alat ini". Aku pun menjauh dan tak henti mengucap tahlil. Setelah Buya ditangani oleh banyak perawat, salah satu perawat keluar ruangan kemudian kembali lagi bersama dokter dengan membawa selembar kertas. Ketika dokter datang, aku langsung mematikan video callnya. Dokter yang datang adalah dokter jaga ruang rawat inap, bukan dr. Faizal. Dokter bertanya, "Kakak siapanya Pa Abdullah?"
"Saya anaknya dok".
"Kakak mohon maaaaaaf dan mohon diikhlaskan juga, bapak sudah tiada".
"Innalillahi wa innailaihi rojiuun”.
"Menurut rekam medis, bapak dinyatakan pukul 07.11 sudah tiada dan sekarang pukul 07.15".
"Ya Allah Buyaaa, innalillahi wa innailaihi rojiuun", aku mencium kening Buya. Setelah aku mencium kening Buya, aku diambilkan tempat duduk oleh salah satu perawat. "Kakak tenang aja duduk sini ya, biar kita bantu merapikan semuanya termasuk administrasi", ucap perawat sambil mempersilahkan aku duduk. "Silahkan dikabarkan kak keluarga yang lain", ucap perawat lain mengingatkanku. Aku langsung chat ke grup keluarga, "Innalillahi wa innailaihi rojiuun. Buya nyusul Ummi tadi jam 07.11". Semua anggota keluarga pasti sedih. Bang Afif video call dan akupun langsung mengangkatnya. Tangisku pun makin jadi ketika menerima video call dari Bang Afif. Bang Afif berkata dengan suara agak berat, "Zilaaa, itu udah benar kabarnya? Coba pastikan lagi". "Bener Bang. Buya udah wafat nyusul Ummi. Tadi dokternya langsung yang ngomong sama Zila". "Ok Bang Afif di rumah ya. Nyiapin semua yang di rumah. Ntar yang nyusul ke rumah sakit Ka Fadhi", Bang Afif pun menutup video callnya.
"Ghifar otw RS", begitulah kabar yang aku dapat dari chat Ka Nadia. Sambil kumenunggu kedatangan Ka Fadhi dan Ghifar, murottal tetap kuputar. Perawat-perawat pun membantu merapikan jenazah Buya, sementara aku merapikan barang-barang. Ketika semua sudah rapi, aku duduk kembali sambil mulai memberikan kabar ke teman-teman terdekat. Kemudian aku mendapat chat dari Ghifar, "Kak aku udah di depan. Boleh masuk?". "Kamu tunggu Buya keluar ruangan aja ya Ghif. Yang diizinkan masuk hanya satu orang. Biar Ka Fadhi yang masuk aja ya soalnya sekalian memutuskan paket dan administrasi jenazah", jelasku kepada Ghifar. Ghifar pun paham. Tak lama Ka Fadhi pun mengirim chat, "Ka Fadhi udah di depan ruangan nih Zil sama Ghifar". Aku langsung lapor ke perawat bahwa keluarga yang akan masuk sudah datang. Aku menemui kakak sulung dan adik bungsuku. Sebelum masuk, Ka Fadhi pun memeluk aku dan Ghifar secara berbarengan. Dalam pelukannya, Ka Fadhi bilang, "Allah udah rindu banget ya sama Buya. Zila sama Ghifar kuat ya, sabar ya, ikhlas ya. Ka Fadhi mau bilang makasih ke Zila sama Ghifar yang udah banyak rawat Buya. Makasih juga buat Zila, akhirnya Zila bisa berhasil jaga dan rawat Buya di rumah sakit. Pokoknya doain aja Buya, doain Ummi juga. InsyaAllah kita anak-anak Buya-Ummi diberikan keikhlasan, kesabaran, dan kekuatan sama Allah terutama Zila dan Ghifar". Aku pun sudah tak bisa berkata-kata lagi untuk menanggapi omongan Ka Fadhi. Kemudian suster yang membuka kunci pintu pun menunggu kami selesai berbicara, setelah itu mempersilahkan aku dan Ka Fadhi masuk.
Sebelum mengurus administrasi paket jenazah, Ka Fadhi menemui Buya terlebih dahulu. Ka Fadhi mencium kening dan mengusap kepala Buya untuk melepas rindu. Setelah selesai mengurus dan menunggu surat keterangan kematian dari rumah sakit, jenazah Buya pun diangkut menuju ambulan sekitar jam sembilan pagi. Aku dan Ghifar pun pulang ke rumah bersama Buya menggunakan ambulan, sedangkan Ka Fadhi mengikuti ambulan dari belakang menggunakan mobil pribadi.
Buya disholatkan dan dimakamkan di waktu ashar. Aku sangat berterimakasih kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara/i, dan teman-teman yang telah ikut dalam acara wisuda agung Buya dari Sang Maha Agung.
Buya...
Kau telah menuntun Zila setiap hari. Kau telah menemani masa pertumbuhan Zila untuk tumbuh menjadi anak-anak yang sholihah
Buya...
Kau mengajarkan Zila tentang iman dan islam. Kau tunjukkan tentang arti cinta yang sebenarnya. Kau jelaskan Zila tentang makna kehidupan. Dan kau mendidik Zila dengan sungguh kasih sayang
Buya...
Orang yang selalu tersenyum ketika Zila melangkahkan kaki menuju Allah. Orang yang dapat menahan amarah ketika Zila salah. Panas terik matahari kau tetap bekerja. Hujan deras badai pun kau masih kuat bekerja. Tak kenal cuaca dan halangan kau membanting tulang. Semua itu terlihat di pintu lemari pakaianmu. Kau membuat daftar target demi pendidikan fanafifzilghif, anak-anakmu.
Saat kau sakit pun, kau tetap bertopeng. Kau menyembunyikan berjuta rasa sakit. Padahal anak-anakmu tau kau sedang rapuh dan kesakitan. Sedih hati kami, tak kuasa melihat semua pengorbananmu
Ya Allah...
Betapa durhakanya Zila. Tak sadar Zila selama ini sering tak menghargainya. Zila sering marah, meminta ini-itu padanya, tapi apa balasan beliau kepada Zila? Beliau tetap sabar. Beliau tetap ikhlas mendidik aku dan saudara-saudaraku lainnya menjadi anak-anak yang baik
Buya...
Kini hari-hari Zila tidaklah bersamamu lagi. Akan tetapi memori yang Zila habiskan bersamamu begitu melekat. Maafkan Zila belum bisa menjadi anak baik. Belum bisa jadi seperti yang kau harapkan. Kasih sayangmu takkan mampu tergantikan oleh orang lain. Perhatian yang kau berikan kepada Zila takkan pernah Zila lupakan. Zila akan selalu menyayangimu dengan doa hingga akhir hayat Zila. Tinggallah kami, anak-anakmu di sini melanjutkan perjuanganmu, membangun impianmu, menyalakan kebiasaan-kebiasaan bersamamu untuk taat kepada Allah dan saling mencintai sesama saudara sesuai pesan yang selalu Buya dan Ummi sampaikan. Banyak orang yang menyaksikan kebaikanmu, Buya. Prestasimu di akhir hayat begitu cerah, terlihat banyak orang yang mendoakanmu. Dan itu mirip dengan perkataanmu di rumah sakit, "Buya mimpi bolak-balik dari rumah kita, ke rumah nenek, dan berakhir di masjid. Di masjid Buya sholat berjamaah bareng banyak banget orang, Buya seneng banget rasanya". Karena kebaikanmu sangatlah besar. Hanya Allah Sang Maha Besar yang mampu mengapresiasi kebaikan besar itu.
Selamat atas wisuda agung dari Sang Maha Agung, Buya. Selamat menyusul Ummi. Selamat menjadi pengantin baru bersama kekasih dunia-akhiratmu di surgaNya. Aamiin
Terimakasih Buya atas segalanya
Dari aku yang selalu rindu dan mendoakanmu,
MANZILA
10 notes · View notes
dakkuantan · 5 years
Text
abg adik p1
Aku seorang remaja lelaki yang berumur 20 tahun. Namaku ialah aiman. Aku mempunyai sebuah family yang mengamalkan budaya sosial. Aku mempunyai 3 orang adik beradik dan aku adalah abang yang sulung. Adikku yang kedua adalah seorang puteri yang bernama diana berumur 17 tahun dan adik bongsuku seorang putera yang bernama aidit berumur 15 tahun. Aku mempunyai seorang awex yang bernama maisarah iaitu kawan sekolej aku juga. Kami bercouple hampir 3 bulan tetapi hubungan kami seperti suami isteri. Korang faham kan. Berkepet sana, berkepet sini dan kami pernah menjalinkan hubungan intim, romen r. dah banyak kali sebenarnya. Tetapi bukan itu yang aku hendak ceritakan pada korang.
Hari ini hari ahad dan aku cuti dari pergi ke kuliah. So aku just nak duduk rumah sahaja dan goyang kaki. Sambil-sambil aku bersembang dengan family aku, tiba-tiba ada satu call yang mengatakan nenek aku sedang sakit di kampung. So ayah dan ibu aku perlu pulang ke kampung pada petang itu juga. Mereka Mengajak kami semua pulang ke kampung, tetapi aku tidak boleh kerana aku perlu siapkan tesis, aku berikan alasan. Adikku aidit juga tidak dapat pulang kerana dia ada kelas tusyen yang perlu di hadirinya. Hanya adikku diana sahaja mengikuti ayah dan ibuku pulang ke kampung. So aku hanya tinggal berdua sahaja di rumah dengan adikku aidit.
Pada malam pertama ketiadaan ayah dan ibu, sesuatu perkara telah berlaku. Jam menunjukkan pukul 8 malam. So aku bersiap untuk aku keluar makan. Aku pergi ke bilik adikku aidit untuk mengajaknya keluar makan. Aku terus masuk ke biliknya tanpa mengetuk pintu dahulu. Aku lihat di dalam biliknya tiada orang. Aku terus melihat-melihat keadaan bilik adikku itu kerana aku tidak pergi masuk ke dalam biliknya serta bilik adikku diana. So ,ini first time aku masuk. So aku cuba lihat-lihat sekitar biliknya. Aku mendekati sebuat laptop milik adikku yang terpasang di atas meja. Aku terkejut apabila aku melihat pada skrin laptop milik adikku memaparkan video lucah gay. Aku lihat dalam video itu sepasang gay sedang melakukan seks mereka. Aku terkejut kerana rupanya adikku aidit seorang gay. Aku kebingungan kerana setahu aku, aidit mempunyai seorang awex yang amat cun bagiku. Dan aku rasa adikku itu juga seorang playboy sekolahnya seperti yang diberitahu oleh kakaknya diana kerana dia mempunyai muka yang amat hensem walaupun masih budak mungkin kerana dia baligh awal, fikirku. “Mustahil dia seorang gay”, fikirku lagi. Aku kehairanan. Fikirku, mungkin dia hanya suka-suka sahaja. Tiba-tiba adikku muncul dari arah belakangku. Aku terkejut apabila dia memanggil namaku. Dan aku bertambah tergamang apabila aku berpaling ke arahnya dan mendapati dilehernya mempunyai love bite yang fikirku ia masih baru lagi kerana masih berwarna merah. Aku terus mengeluarkan suara , “aidit, kau tengok video gay? Dan apa di leher kau tu, dari mana kau dapat?” pertanyaan aku yang bertubi-tubi dengan nada suara yang agak tinggi. Adikku hanya terdiam seribu bahasa. Aku terus bertanya lagi, “kau dapat love bite tu dari perempuan kan?” , “jawab la, aku tanya ni” . “ye ,adik suka laki, dan love bite ni dari abang angkat adik” aidit menjawab dengan pantas. “abang angkat?” aku bertanya sambil terduduk di tepi katil. Adikku hanya berdiamkan diri. “ so, kau ni seorang playboy yang gay la?” aku terus bertanya. Adikku masih mendiamkan diri. “kalau mak ayah tahu, macam mana?” aku memarahinya. “abang jangan beritahu mereka, please, please, please” dengan suara yang agak manja. Aku hanya terdiam tanpa berkata-kata. “dah, siap cepat , kita keluar makan” dengan suara yang agak marah.
Kami berdua makan di sebuah kedai tepi jalan milik kawanku. Aku dan aidit masih mendiamkan diri tanpa bersuara dari rumah lagi. Akhirnya kesenyapan itu dimulakan dengan suara aidit. “abang marahkan adik?” tanya aidit kepadaku. “sudah la, lupakan,” aku menjawab. Dalam 3minit kami berdiam,aku mula bersuara semula “patut rr..selalu kau pandang abang semacam ja time abang pakai boxer” beritahuku. Aidit hanya terdiam. Berbual kami terhenti di situ. Selepas makam, kami terus pulang. Dalam perjalanan pulang, aku bersuara, “so kau top ke bottom”. Aku lihat reaksi muka adikku berubah dengan pertanyaan itu. “bottom” jawab adikku. “x sakit ke? Dan berapa lama dah kau main?” aku bertanya. “mula-mula memang r sakit, tapi dah lama,ok r. dah 3 bulan” jawab adikku dengan suara yang perlahan. “abang tahu dari mana semua ni? Abang….” Aidit bertanya. “ape..ape… . kawan aku kat kolej pun gay juga. So kadang-kadang di yang ceritakan pada aku” terangku. “so , dia pernah buat apa-apa kat abg x?” tanya aidit. Aku terkejut dengan pertanyaannya itu. “kenapa kau nak tahu?. Ada la hari tu, kawan aku bagi aku minum air apa tah, so aku pengsan, bangun-bangun aku dah separuh bogel” aku beritahunya. “so, abang buat apa bila bangun?” aidit bertanya lagi. “ nak buat apa? Perkara dah jadi, lepas perkara tu,aku tukar bilik dengan dia, dan aku x jupa dia dah” aku terangkan lagi. “abang nak try main x?” aidit bertanya. “kau gila, aku abang kau tahu x” aku menjawab dengan nada yang tinggi. “boleh adik tanya sikit kat abang?” aidit bersuara. “apa” aku menjawab. “abang romen dengan awex abang , best ?” aidit bertanya. “x payah tahu, dah..dah, jangan tanya lagi” aku menjawab. Kami berdua hanya berdiam sahaja hingga sampai ke rumah.
Dalam 5 minit perjalanan, kami sampai di rumah. Sebaik sahaja aku memberhentikan enjin, adikku terus keluar dan cepat-cepat berjalan masuk ke dalam rumah. Aku hanya membiarkan sahaja. Jam menunjukkan pukul 2 pagi, tetapi mataku tidak dapat ditutup, asyik memikirkan tentang aidit. Aku terus keluar dari bilik untuk menonton tv. 15 minit aku duduk menonton tv, tiba-tiba adikku keluar dari biliknya dan memandangku, tetapi aku buat tidak tahu sahaja kepadanya, dan dia terus turun ke tingkat bawah. Mungkin dia ke dapur agaknya, fikirku. 2 minit berlalu dan aidit muncul semula dengan memegang 2 cawan air nescafe. Aidit menghulurkan kepadaku dan aku just ambil sahaja. Belum sempat aku merasainya, aku teringat kes aku minum air yang diberikan oleh kawan sebilikku yang membuatkan aku pengsan. So aku terhenti minm dan aku menyuruh adikku untuk merasainya dahulu. Dan ternyata sangkaanku silap sama sekali. Air yang dibuat kepadaku tidak mengandungi ubat-ubat untuk memengsankanku. Semasa aku minum, adikku aidit asyik memandang ke arahku. Aku terus memandangnya , dan aku lihat dia sedang memandang bahagian bawahku dengan teliti kerana time itu aku sedang mengangkat kaki sebelah kanan ke atas sofa dan aidit berada di sebelah kiriku. Aku terlupa yang aku hanya memakai seluar boxer sahaja pada ketika itu, kerana itu pakaian aku untuk tidur tadi. Aku terus menegur aidit supaya memandang ke arah lain, tetapi aidit hanya menjawab, “abang dah buat adik stim”. “kau adik jangan macam ni, aku abang kau” aku memesannya. Aidit terus bangun dan berjalan ke sebelah kananku pula dan terus duduk. Dia duduk dengan aku. Aidit terus memegang paha aku yang sudah aku turunkan. Aku menolok tangannya. “abang please, sekali ni sahaja” adikku berkata. “adik jangan macam, kita x boleh buat adik, aku abang kau” aku memberitahunya. Aidit meneruskannya juga. Aidit meraba pahaku yang tanpa kain itu sekali lagi. Boxer yang aku pakai malam itu juga terlalu pendek hingga menampakkan seluruh pahaku dan hanya sedikit sahaja untuk menutup kemaluaanku. Aidit dengan pantas menerkam ke arahku dan tangannya terus berada di dadaku sambil memegang kedua-dua belah tetekku. Aku tergamang dengan perbuatannya itu. Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Lidahki kelu tanpa berkata sepatah pun. Adikku terus mendekati ke arah bibirku sambil berkata, “please abang, kali ini ja”. Aidit terus mencium bibirku. Dalam 3 saat juga aidit menciumku sebelum aku menolaknya jatuh ke lantai. Aidit bangun semula dan duduk bertentangan aku seperti mahu mengulum batangku kerana time itu aku sedang mangangkang. Aku terus merapati pahaku. Aidit dengan pantas naik dan memelukku semula dan terus mencium dan menjilat leherku. Aku tidak dapat menolaknya lagi kerana dia meragut leherku dengan kemas. Dan akhirnya aku mengalah dengan perbuatannya. Aku hanya membiarkan sahaja aidit menjilat leherku. Aku terasa semakin terangsang dengan perbuatannya yang semakin menurun dengan menjilat dadaku pula. Aku terasa stim sangat time itu. Adikku terus menjilat seluruh badanku termasuklah celah ketiakku. Aidit meneruskan kerjanya dengan turun ke bahagian bawah. Dia menjilat-jilat pusatku selama seminit dan terus membuka boxerku dengan pantas. Aku hanya membiarkan sahaja. Aidit membuka pahaku untuk dia mengulum batang pelirku. Aku terasa nikmat sangat time dia menjilat batang pelirku. Dengan pantas dia mengulum dan menjilat buah zakarku dan sekitarnya. Aku hanya merengek kesedapan. Yang membuatkan aku lebih terangsang apabila aidit mengulum seluruh batang pelirku yang panjang kira-kira 6 inci setengah ke dalam mulutnya. Aku cukup terangsang kerana perbuatan itu tidak pernah dibuat oleh awexku. Awexku hanya dapat mengulum separuh batang pelirku sahaja mungkin kerana mulutnya yang kecil. Bertubi-tubi aidit berbuat demikian pada batangku. Aku terus mencium aidit dengan penuh bernafsu dan kami bercium secara nakal. Aku memasukkan lidahku ke dalam mulutnya dan aidit menjilat-jilat lidahku. Kami juga berkongsi-kongsi air liur semasa bercium. Aidit membuka pula t-shirt yang dipakainya dan seluar trek sut.
29 notes · View notes
majalahforbes-blog · 5 years
Text
Di Ajak Ngentot Sama Dokter Bohay
Cerita Sex ini berjudul ” Di Ajak Ngentot Sama Dokter Bohay " Ngentot ABG Amoy, ABG Montok Tetanggaku, Ngentot Dengan Olin Anak ABG Yang Memiliki Toket gede, Ngentot Kucoba 3 Cewek ABG Sekaligus,  Forbes -Kata orang, akulah orang yang paling bahagia di dunia, Bayangkan tinggal di Surabaya yang disebut-sebut merupakan kota besar kedua di Indonesia dengan uang banyak, memiliki puluhan perusahaan dan cabang- cabangnya di seluruh Indonesia, isteri cantik dan sexy, dan semua orang mengenalku dengan baik. Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum dikaruniai anak. Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku ganteng dan berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat berhubungan intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun sebelum kami menikah, aku mengalami kecelakaan lalu lintas. Motorku ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang muncul dari arah berlawanan, sehingga untuk menghindari “adu kambing” truk itu membanting activity ke kiri dan menabrak motorku. Aku terjungkal dan terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak cedera. Hanya kedua tanganku sedikit tergores dan pantatku sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir jalan aspal dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan kecelakaan itu segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit terdekat. Sejak itu, jika aku berhubungan intim dengan Lilian, isteriku, aku selalu tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Penisku tidak bisa berdiri. Kadang bisa berdiri tapi sebentar belum juga masuk dengan pas.. eh.. sudah menyemprotkan cairan mani. Beberapa dokter telah kudatangi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar aku mencoba-coba untuk “jajan” di lokalisasi. “Ah..” pikirku lagi, “Nanti malah kena AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan?” Nah, suatu hari aku mendengar dari teman karibku, Hartono, bahwa di Jakarta katanya ada seorang dokter spesialis yang bisa menyembuhkan kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau dan tanpa efek samping. Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana. Karena punya sanak famili yang tinggal di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak malu untuk naik ke sana. Bagaimana kalau dokter itu menyarankan yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati kecilku. Namun bila kuingat raut wajah Lilian yang cemberut dan penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau baru masuk ke permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi. Benar kan? Saat aku sampai di ruangan kantor yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu dan kemudian memandangku dengan ramah. “Mau ikut terapi, Pak?” ia bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil. “Ya, maaf.. Dokternya ada?” tanyaku ragu-ragu. “Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip sedang tidak ada pasien..” ujarnya. “Dokter Amy Yip… Kok kayak nama bintang blur mandarin sih, Mbak… apa ia berasal dari Hongkong?” “Betul sekali… Memang namanya Yip Chi Mei, ia seorang dokter spesialis terapi seksual asal Indonesia lulusan Hongkong Medical College… dan ia lebih suka dipanggil dengan nama Dokter Amy Yip.” katanya memberi penjelasan. Setelah mengisi formulir yang berisi data-data pribadi, aku langsung diantar ke tempat prakter dokter itu. Gadis yang belakangan kuketahui bernama Sally itu kemudian mengetuk pintu ruang praktek Dokter Amy Yip. Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 30 tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata ini dokternya! “Maaf Dok… ini ada Bapak Kuntoro dari Surabaya ingin ikut terapi… ini data-data lengkapnya.” ujar Sally sambil memberikan formulir yang sudah kuisi dan mempersilakan aku masuk ke kantor itu. Sally pun berjalan kembali ke meja kerjanya di depan ruangan itu. “Silakan masuk, Pak…” ujar dokter cantik itu. “Baik, terima kasih.” jawabku singkat. Setelah kami duduk di dalam ruang praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian mulai menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Karena kupikir ia seorang dokter yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks rumah tanggaku, termasuk bagaimana aku berhubungan intim, aku pun membeberkan semuanya. Salah satu pertanyaannya adalah, “Kira-kira Bapak bisa tahan berapa absolutist dalam berhubungan intim dengan isteri?” atau, “Gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan intim dengan isteri?” Mendengar semua jawabanku, ia pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia memandangku serta berkata, “Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa mengadakan terapi seks sekarang juga. Di sebelah sana ada ranjang yang bisa Bapak gunakan untuk itu… Di sana saya akan menguji ketahanan Bapak untuk tidak berejakulasi selama beberapa menit… kalo memungkinkan nanti kita bisa berhubungan intim guna proses penyembuhan lebih lanjut. Gimana Pak.. apa Bapak setuju?” “Wah… ini toh yang namanya terapi seks. Kalau begini sih pasti aku mau sekali,” pikirku dalam hati. Tanpa pikir panjang lagi aku menyahut, “Baiklah… Terserah Dokter saja, gimana baiknya…” Dalam pikiranku tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira bentuk tubuh Dokter Amy Yip ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran seperti ini langsung saja membuat penisku tiba-tiba menegang dan keras. Kemudian kami berjalan menuju ranjang terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk dengan bersandarkan bantal, dokter cantik itu duduk dengan santai di hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya. Akhirnya yang tertinggal hanya BH dan celana dalamnya. “Pak Kuntoro, silakan Bapak meraba-raba saya… terserah Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang mana… nanti kita lihat berapa menit waktu yang Bapak perlukan untuk ejakulasi…” perintahnya. Tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Wong yang di depanku, tubuh dokter itu begitu mulus dan putih. Payudaranya saja begitu menonjol ke depan. Mungkin ukuran 36B, seperti hendak meloncat keluar dari penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter itu, lalu lehernya yang jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan dan kuremas-remas. Lalu tangan kiriku bergerak menuju CD-nya. Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku. tentu saja basah tidak karuan. “Cuma dua menit kurang 25 detik… saya rasa keadaan ini masih bisa disembuhkan, Pak… Sebelumnya ada pasien saya yang lebih buruk keadaannya… asal Bapak mau telaten berobat tiap hari ke sini…” Dokter Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang dikenakannya. Cerita Lainnya: Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya. Ia tidak mau kuajak kencan di luar praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh aku orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter ini, namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan? Keesokan harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak mengenakan BH. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar, kencang dan amat menantang. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot. Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas atau mengulum atau menjilat payudara saya… terserah… saya hanya ingin tahu Bapak bisa tahan berapa absolutist untuk tidak ejakulasi.” Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan nikmatnya payudara itu. Aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Ia tampak merem-melek menikmatinya. Ternyata dua menit berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat. Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai. “Besok kita lanjutkan lagi. Jangan kuatir, Pak… Perkiraan saya pada hari keempat nanti… waktu Bapak untuk tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak.” Lalu hari itu kami pun berpisah. Aku pulang ke auberge tempatku menginap dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap diriku. Hari ketiga… Kali ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dokter Amy kini yang mengambil inisiatif. Ia sengaja yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku benar-benar bugil. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri. Saat ia melakukannya, matanya tak lepas dari memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti saat itu senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CD-nya. Ketegangan dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam merangsang penis yang kumiliki. Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali ini dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang ada di tubuhnya. Setelah kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan telaten ia menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah… hampir saja aku ingin ejakulasi. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku. Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku. Cerita Lainnya: Memperkosa Gadis Cantik Penjaga Toko Swalayan Dan benar.. “Crot.. crot.. crot.. crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan. “Sepuluh menit lebih dua detik… Bapak pasti akan sembuh… Saya rasa pada terapi kita yang terakhir akan benar- benar terbukti bahwa kondisi ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu cepat berejakulasi saat berhubungan intim adalah normal- accustomed saja. Bagaimana, Pak… apa Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir besok?” Tentu saja aku mau melanjutkannya. Wong disuruh berhubungan intim dengan chargeless saat terapi, siapa yang nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu. Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak lagi mengenakan apa-apa di balik baju prakteknya. Aku pun segera membuka semua pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring menantang di atas ranjang. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir, pipi, leher hingga payudaranya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan kupelintir putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun merem-melek. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa menit, ternyata penisku sudah berdiri tegang dan mengeras. Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan penisku ke liang kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah penisku dengan mudahnya. Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa susah payah aku terus menggenjot dan memompa penisku agar bisa benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan harap cemas di Surabaya, pekerjaan di kantor yang menumpuk, dll. Pokoknya kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy Yip terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba untuk mengimbangi serangan gencarku. Sekitar lima belas menit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. “Aku ingin keluar, Dok… sebaiknya di dalam atau…” tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan. “Di dalam saja Pak… biar nikmat…” jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme. Kemaluanku seperti disemprot dalam liang vaginanya. Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang vaginanya. Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata dokter itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia segera melirik arlojinya dan segera membangunkanku. “Lima belas menit sepuluh detik… selamat Pak Kuntoro… kondisi Anda kembali normal… bahkan sangat normal..” ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku. Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu seksnya dengan cara berhubungan intim tentu saja tertegun. Lima belas menit? Wah hebat. Aku sembuh, Lilian! Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat. Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku. Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Menstruasinya sudah terlambat seminggu. Ngentot ABG Amoy, ABG Montok Tetanggaku, Ngentot Dengan Olin Anak ABG Yang Memiliki Toket gede, Ngentot Kucoba 3 Cewek ABG Sekaligus, Read the full article
2 notes · View notes
Text
Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku
Tumblr media
Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek.
Tumblr media
Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku
Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek.
Kata orang, akulah orang yang paling bahagia di dunia. Bayangkan tinggal di Surabaya yang disebut-sebut merupakan kota besar kedua di Indonesia dengan uang banyak, memiliki puluhan perusahaan dan cabang-cabangnya di seluruh Indonesia, isteri cantik dan sexy, dan semua orang mengenalku dengan baik. Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum dikaruniai anak. Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku ganteng dan berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat berhubungan intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun sebelum kami menikah, aku mengalami kecelakaan lalu lintas. Motorku ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang muncul dari arah berlawanan, sehingga untuk menghindari adu kambing truk itu membanting setir ke kiri dan menabrak motorku. Aku terjungkal dan terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak cedera. Hanya kedua tanganku sedikit tergores dan pantatku sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir jalan aspal dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan kecelakaan itu segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit terdekat. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Sejak itu, jika aku berhubungan intim dengan Lilian, isteriku, aku selalu tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Penisku tidak bisa berdiri. Kadang bisa berdiri tapi sebentar belum juga masuk dengan pas.. eh.. sudah menyemprotkan cairan mani. Beberapa dokter telah kudatangi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar aku mencoba-coba untuk jajan di lokalisasi. Ah.. pikirku lagi, nanti malah kena AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan? Nah, suatu hari aku mendengar dari teman karibku, Hartono, bahwa di Jakarta katanya ada seorang dokter spesialis yang bisa menyembuhkan kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau dan tanpa efek samping. Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana. Karena punya sanak famili yang tinggal di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak malu untuk naik ke sana. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Bagaimana kalau dokter itu menyarankan yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati kecilku. Namun bila kuingat raut wajah Lilian yang cemberut dan penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau baru masuk ke permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mukjizat yang terjadi. Benar kan? Saat aku sampai di ruangan kantor yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu dan kemudian memandangku dengan ramah. "Mau ikut terapi, Pak?" ia bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil. "Ya, maaf.. Dokternya ada?" tanyaku raguragu. "Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip sedang tidak ada pasien.." ujarnya. Dokter Amy Yip kok kayak nama bintang blue mandarin sih. "Mbak apa ia berasal dari Hongkong?" "Betul sekali. Memang namanya Yip Chi Mei, ia seorang dokter spesialis terapi seksual asal Indonesia lulusan Hongkong Medical College dan ia lebih suka dipanggil dengan nama Dokter Amy Yip," katanya memberi penjelasan. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Setelah mengisi formulir yang berisi data-data pribadi, aku langsung diantar ke tempat prakter dokter itu. Gadis yang belakangan kuketahui bernama Sally itu kemudian mengetuk pintu ruang praktek Dokter Amy Yip. Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 30 tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata ini dokternya! "Maaf Dok, ini ada Bapak Kuntoro dari Surabaya ingin ikut terapi, ini data-data lengkapnya," ujar Sally sambil memberikan formulir yang sudah kuisi dan mempersilakan aku masuk ke kantor itu. Sally pun berjalan kembali ke meja kerjanya di depan ruangan itu. "Silakan masuk, Pak," ujar dokter cantik itu. "Baik, terima kasih," jawabku singkat. Setelah kami duduk di dalam ruang praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian mulai menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Karena kupikir ia seorang dokter yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks rumah tanggaku, termasuk bagaimana aku berhubungan intim, aku pun membeberkan semuanya. Salah satu pertanyaannya adalah, "Kira-kira Bapak bisa tahan berapa lama dalam berhubungan intim dengan isteri? Atau, gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan intim dengan isteri?" Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Mendengar semua jawabanku, ia pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia memandangku serta berkata, "Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa mengadakan terapi seks sekarang juga." "Di sebelah sana ada ranjang yang bisa Bapak gunakan untuk itu. Di sana saya akan menguji ketahanan Bapak untuk tidak berejakulasi selama beberapa menit. Kalau memungkinkan nanti kita bisa berhubungan intim guna proses penyembuhan lebih lanjut. Gimana Pak.. apa Bapak setuju?" Wah ini toh yang namanya terapi seks. Kalau begini sih pasti aku mau sekali, pikirku dalam hati. Tanpa pikir panjang lagi aku menyahut, "Baiklah terserah Dokter saja, gimana baiknya." Dalam pikiranku tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira bentuk tubuh Dokter Amy Yip ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran seperti ini langsung saja membuat penisku tiba-tiba menegang dan keras. Kemudian kami berjalan menuju ranjang terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk dengan bersandarkan bantal, dokter cantik itu duduk dengan santai di hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Akhirnya yang tertinggal hanya BH dan celana dalamnya. "Pak Kuntoro, silakan Bapak meraba-raba saya. Terserah Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang mana nanti kita lihat berapa menit waktu yang Bapak perlukan untuk ejakulasi," perintahnya. Tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Wong yang di depanku, tubuh dokter itu begitu mulus dan putih. Payudaranya saja begitu menonjol ke depan. Mungkin ukuran 36B, seperti hendak meloncat keluar dari penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter itu, lalu lehernya yang jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan dan kuremas-remas. Lalu tangan kiriku bergerak menuju CDnya. Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku. Aku berusaha segera membuka celana panjang yang kukenakan. Namun terlambat sudah. Penis andalanku sudah menyemprot dengan derasnya. Aku hanya bisa mengepalkan tangan sambil menutup mata. "Sialan!" ujarku. Celana panjangku terutama di bagian pangkal paha tentu saja basah tidak karuan. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. "Cuma dua menit kurang 25 detik saya rasa keadaan ini masih bisa disembuhkan, Pak. Sebelumnya ada pasien saya yang lebih buruk keadaannya asal Bapak mau telaten berobat tiap hari ke sini," Dokter Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang dikenakannya. Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, "Mohon diingat ya, Pak, apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya." Oh, aku mengerti maksudnya. Ia tidak mau kuajak kencan di luar praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh aku orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter ini, namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan? Keesokan harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak mengenakan BH. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar, kencang dan amat menantang. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Ia berkata, "Silakan Bapak mau meremas atau mengulum atau menjilat payudara saya terserah, saya hanya ingin tahu Bapak bisa tahan berapa lama untuk tidak ejakulasi." Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan nikmatnya payudara itu. Aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Ia tampak merem melek menikmatinya. Ternyata dua menit berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat. Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. "Dua menit lebih 5 detik hari ini ada peningkatan, Pak," jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai. "Besok kita lanjutkan lagi. Jangan kuatir, Pak. Perkiraan saya pada hari keempat nanti waktu Bapak untuk tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak." Lalu hari itu kami pun berpisah. Aku pulang ke hotel tempatku menginap dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap diriku. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Hari ketiga. Kali ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dokter Amy kini yang mengambil inisiatif. Ia sengaja yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku benar-benar bugil. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri. Saat ia melakukannya, matanya tak lepas dari memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti saat itu senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CDnya. Ketegangan dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam merangsang penis yang kumiliki. Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali ini dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang ada di tubuhnya. Setelah kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan telaten ia menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah hampir saja aku ingin ejakulasi. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku. Dan benar.. Crot.. crot.. crot.. crot.. Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. "Lumayan," katanya sambil melirik jam tangan. "Sepuluh menit lebih dua detik. Bapak pasti akan sembuh. Saya rasa pada terapi kita yang terakhir akan benar-benar terbukti bahwa kondisi ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu cepat berejakulasi saat berhubungan intim adalah normal saja. Bagaimana, Pak? Apa Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir besok?" Tentu saja aku mau melanjutkannya. Wong disuruh berhubungan intim dengan tanpa biaya tambahan saat terapi, siapa yang nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu. Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak lagi mengenakan apa-apa di balik baju prakteknya. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Aku pun segera membuka semua pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring menantang di atas ranjang. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir, pipi, leher hingga payudaranya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan kupelintir putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun merem melek. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa menit, ternyata penisku sudah berdiri tegang dan mengeras. Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan penisku ke liang kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah penisku dengan mudahnya. Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa susah payah aku terus menggenjot dan memompa penisku agar bisa benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan harap cemas di Surabaya, pekerjaan di kantor yang menumpuk, dll. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Pokoknya kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy Yip terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba untuk mengimbangi serangan gencarku. Sekitar lima belas menit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. "Aku ingin keluar, Dok. Sebaiknya di dalam atau di luar?" tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan. "Di dalam saja Pak biar nikmat," jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme. Kemaluanku seperti disemprot di dalam liang vaginanya. Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang vaginanya. Terapi Dokter Cantik Memuaskan Sekaligus Menyembuhkanku - Cerita Becek. Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata dokter itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia segera melirik arlojinya dan segera membangunkanku. Agen Poker Online - Agen Domino99 Online - Agen Capsa Susun Online - Agen AduQ Online - Agen BandarQ Online - Agen Bandar Poker Online - Agen Sakong Online - Agen Bandar66 Online "Lima belas menit sepuluh detik. Selamat Pak Kuntoro kondisi Anda kembali normal bahkan sangat normal.." ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku. Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu seksnya dengan cara berhubungan intim tentu saja tertegun. "Lima belas menit? Wah hebat. Aku sembuh, Lilian! Aku sembuh!" Hampir saja aku meloncat-loncat. Judi Poker - Judi Domino99 - Judi Capsa Susun - Judi AduQ - Judi BandarQ - Judi Bandar Poker - Judi Sakong - Judi Bandar66 Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku. Keris99 - Agen Bandar66 Online | Sakong Online | Capsa Susun | Bandar Poker | Judi Domino99 | BandarQ | AduQ | Poker Texas Indonesia Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Menstruasinya sudah terlambat seminggu.
Tumblr media
Read the full article
0 notes
mahayatramalka · 7 years
Text
Mimpi Yang Belom Kesampaian (bikin nopel)
Satu
PERTEMUAN
Hari itu, aku tak ingat kapan tepatnya. Yang jelas hari dimana “Hari Mahasiswa” dilaksanakan. Semua tampak biasa bagiku, saat semua mahasiswa baru sangat antusias melalui rangkaian kegiatan ini, namun bagiku semua membosankan, SANGAT!!!!!
Dengan menggunakan kaos hijau dan kuning, semua mahasiswa baru laki-laki botak, maupun perempuan rambut berkepang semua bergerombol berjalan menuju pusat pertemuan semua mahasiwa dari semua jurusan dan fakultas. Kami semua berjalan dengan membentuk beberapa barisan, berjalan sembari menyanyikan lagu yang jujur saja, tidak menyelerakan sama sekali, yap,,, Family Song, atau yang dikenal dngan Famsong. Kala itu aku merasa konyol, Sangat !!! saat itu pula lah aku merasa menjadi manusia paling konyol sedunia.
Wajarlah, saat itu masa orientasi, sekonyol apapun dirimu, walau risih, kau tak kan bisa berbuat apa-apa. Dan inilah yang paling tidak ku sukai, yang ku benci !!!
Dalam hati aku terus mengutuk, “apa-apaan ini. Konyol, dak guna, siall !!!”
Namun apa hendak mau di kata, semua mesti di jalani, karena memang telah terlalu terjerumus dalam kekonyolan ini. Dan memang tak ada lagi tindakan yang bisa dilakukan. Aku memang bukanlah seorang pengeluh pada dasarnya, namun kekonyolan ini akhirnya menjadikan ku seorang pengeluh dan bahkan pengutuk kegiatan konyol ini.
Katanya sih untuk membentuk karakter. Karakter apa yang ingin dibentuk ? karakter seseorang yang diam saja saat ditertawai ? karakter seseorang yang mau saja dibodohi, walau sudah menjadi seorang mahasiswa ? ah sudahlah…… menurutku ini logika yang absurb.
Semua mahasiswa baru Komunikasi, termasuk aku didalamnya, menyanyikan lagu Famsong dengan lantang, biar semua mahasiswa di fakultas yang kami lalui mendengar gemuruh suara dan derap langkah kami dan melihat betapa solidnya kami.
Bagi mahasiswa, kesolidan antar mahasiswa dalam suatu fakultas merupakan harga yang mahal dan bisa di bilang langka. Makanya kesolidan antar individu dalam setiap fakultas terus digembar-gembor, terutama sewaktu masih masa orientasi. Semacam pencucian otaklah!!
Kami terus berjalan bergerombol, sambil bernyanyi dengan lantang, bagai sekelompok bebek yang diarak ke kandang. Menuju tempat pertemuan, Lapangan Tunggal. kaki dilangkahkan, sembari menyanyi dengan lantang, dengan peluh keringat bercucuran, dan juga sesekali diteriaki dan ditertawai oleh fakultas tetanga, kami terus berjalan.
Sekitar 15 menit di arak bagaikan segerombolan itik masuk kandang, kamipun tiba di Lapangan Tunggal, tempat dilaksanakannya Hari Mahasiswa itu. Setelah berputar mengelilingi lapangan itu,walau sudah capek berjalan sekitar 300 meter kemudian para mahasiswa baru diarahkan menuju tribun yang telah ditetepakan per fakultas. Dan akhirnya, betapa leganya akhirnya bisa melihat rangkaian kursi untuk di duduki.
Sambil melepas lelah, aku berusaha memfokuskan pandangan, berusaha mencari sahabatku Rama, karena semua orang di tribun itu hampir tampak sama, botak dan menggunakan baju hijau.
Setelah menyapu pandangan di tribun itu, aku tak jua menemukannya. Lantas kemudian beranjak dari tempat duduk dan menuruni tribun itu, dan kembali menyapu pandangan ke arah atas tribun berharap bisa menemukan Dante.
Usaha menuruni tribun, dengan bersusah payah menerobos gerombolan manusia yang menghalangi jalan itu ternyata sia-sia,tetap tidak bisa menemukannya. Padahal sebelum menuju Lapangan Tunggal, kami telah berjanji untuk bertemu di sana.
“sialan, kemana kau Rama?” kataku menbatin sembari mengepal tanganku.
Tak lama kemudian, di antara riuhnya suara dalam tribun itu, terdengar sayup-sayup seseorang meneriakkan namaku. “Laan,,,,, Laaan,,,,,”. Segera ku arahkan pandanganku ke arah sumber suara itu. “mana kauuu????” tuturku “Ah, ketemu!!!!!”
Sambil melambaikan tangannya, ia bersorak memanggil namaku, iya Ram. “dasar ingusan, kenapa kau teriakan namaku di tengah lautan manusia ini ?” tuturku membatin seiring ku langkahkan kaki ke arahnya
“Lo kenana aja sih, gue cariin dari tadi. Katanya mau barengan, taunya ilang. Sahabat macam apa sih loe ?” kataku sambil menepuk bahunya.
“panggilan alam bro” tuturnya sambil menunjuk ke arah papan penunjuk yang terpaku di dinding lapangan itu “Toilet”
“ya bilang dong kalo mau ke toilet, lo ilang mulu sih kaya tuyul” kataku
“sorry bro” balasnya
“laper gak loe ?” tanyaku
“tentu lah” jawabnya cepat
“gila aja loe, ospek ini menyiksa gue, mana disuruh kumpul pagi jam 5, mana belom sarapan juga lagi, malah di suruh jalan jauh kayak gini” tambahnya
“yok cari makanan yok” jawabku sambil mengarahkan telunjukku ke stand makanan yang kebetulan berada di bawah tribun.
Kami pun lantas berjalan menuruni tribun itu, menerobos banyak manusia demi mengisi perut kosong yang meronta-ronta sejak pagi tadi.
Baru menginjak tanga terakhir, ujung dari turunan tribun itu, semerbak harum bau makanan mengudara, menerobos dua lubang hidung ini, sehingga perut ini makin mengganas hendak diisi.
Aku dan Sahabatku itu mengitari stand-stand makanan tersebut, berusaha menemukan panganan yang sesuai selera. Baik selera perut, maupun selera kantong. Banyak panganan yang di jual di sana, sosis bakar, hot dog, burger, dan berbagai panganan lain. Wushhh semua aroma makanan menjadi satu kesatuan yang unik, sehingga susah bagiku menentukan pilihan.
Akhirnya, kentang goreng jadi pilihan. Bertabur saos kacang yang kental, ditambah dengan bawang goreng yang harum, juga ditaburi dengn wijen, membuat perut ini tak sabar untuk menyantapnya.
Kembali duduk di tribun setelah mendapatkan makanan dan minuman, kami kemudian menikmati berbagai penapilan dan unjuk kebolehan dari berbagi fakultas, berbagi unit kegiatan mahasiswa dan berbagai komunitas yang ada..
Semua penampilan menarik, tapi yang sangat menarik menurutku adalah penampilan dari komunitas Black Samurai, pertarungan menggunakan samurai yang sangat apik, dengan menggunakan teknik-teknik pertempuran samurai, dan Waw sungguh mengagumkan.
Acara Hari Mahasiswa itu dimulai pada pukul 08.00 pagi dan berakhir pada pukul 04.00 sore. Hari yang panjang, cukup panjang dan cukup melelahkan. Tapi sangat menarik, menarik karena semua pertunjukkan yang disuguhkan sangat menarik. Wajar saja, pertunjukkan itu dillakukan selain untuk memperkenalkan, tetapi juga sebagai ajang promosi unit kegiatan dan juga komunitas yang ada kepada mahasiswa baru, agar nantinya juga bisa ikut bergabung sebagai anggota ataupun member dari unit ataupun komunitas tersebut.
Hari pun beranjak sore, matahari sudah condong ke barat, badan yang ketih dan sudah dipenuhi keringat ini meminta agar segera cepat pulang, mandi dan kemudian beristirahat. Setelah acara selesai, aku dan Rama kemudian memutuskan untuk lansung pulang ke asrama.
Aku dan Rama merupakan mahasiswa penerima beasiswa prestasi yang diberikan oleh pemerintah, sebagai penerima beasiswa, maka kami wajib di asramakan. Dan kami di tempatkan di Asrama 2, yang berada di kompleks rektorat.
Syukurlah, beasiswa ini sangat membantu bagiku dan Rama, karena kami merupakan mahasiswa perantau. sangat membantu karena bisa menyisihkan sedikit uang untuk biaya perjalanan pulang kembali ketika libur menjelang.
Sebelum pulang, ternyata mahasiswa baru fakultas komunikasi dikumpulkan kembali sebelum pulang. Kami diberikan tugas untuk membuat sebuah artikel terkait dengan pelaksanaan Hari Mahasiswa hari ini dari berbagai sudut pandang, baik kelebihan, kekurangan, maupun kritik dan saran bisa dibubuhkan dalam artikel tersebut. Dengan penegasan bahwa tidak ada penjiplakan, harus otentik tulisan sendiri. Diketik dengan format tulisan Calibry 10, spasi 1.5, margin atas,bawah, kiri, kanan 3 dan harus lebih dari 1000 kata.
“merepotkan saja,” tuturku
“iya, dasar tak berperikemanusiaan” tambah Rama
mengeluh lagi memang, bagi mahasiswa baru, kami lantas mengeluh. Karena masih belum terbiasa dengan deadline, tugas mendadak dan berbagai hal lainnya menyngkut dunia perkuliahan.
Tapi disisi lain aku kemudian menyesal karena mengeluh, karena kalau difikir-fikir, ada manfaatnya. Yakni menumbuhkan budaya menulis dan menumbuhkan watak kritis yang kemudian dituangkan dalam kritik dan saran dari artikel yang akan kami buat.
Sorepun mulai beranjak petang, setelah pemberian tugas itu, kamipun dibubarkan dan dipersilahkan untuk pulang ke kediaman masing-masing, dengan catatan untuk wajib hadir kembali pada ospek hari esok pukul 5 pagi dengan tugas yang sudah di print.
“kapan ini akan berakhir Ram?” tanyaku
“doakan saja, sesegera mungkin” Jawabnya pasrah.
Dengan langkah yang malas, kami pun mulai beranjak dari Lapangan Tunggal itu, berjalan menuju pintu keluar. Dengan malas ku ayunkan kaki ini, untuk pulang. Saat hendak menuju pintu tiba-tiba tubuhku di tabrak oleh seseorang sehingga tas yang ku sandang di tangan kiriku terlempar hingga semua isinya kelaur berserakan.
“bruk”
“Heiiii!!!!!!!” teriakku dengan sedikit emosi
“maaf mas” jawabnya
awalnya aku emosi dan sangat ingin marah, karena terlalu banyaknya kekesalan yang ku simpan dalam hati terkait ospek yang menyebalkan ini sedari 5 subuh tadi. Namun emosiku mereda saat ku lihat seseorang yang menabrakku itu
“oh, iya Mbak, gapapa kok” kataku sambil mengambil kembali buku, pulpen, handphone yang terserak akibat tasku yang jatuh
“aduh maaf ya mas, maaf banget ga sengaja” jawabnya, dengan penuh rasa bersalah, seiring membantuku mengemasi barang-barangku kembali ke dalam tas.
“gapapa kok mba, santai aja” kataku sembari menepuk-nepuk tas ku untuk menghilangkan sisa pasir yang menempel.
“aduh, iya mas, saya lagi buru-buru mau balik pulang, takut kemaleman” katanya sambil mengambil ancang-ancang untuk pergi pulang
“oh iya gapapa mbak, santaii… oh iya hati-hari di jalan ya Mbak” kataku
kemudian dengan langkah tergesa-gesa, lantas iapun pergi. Ujung rok panjang menjuntai yang digunakannya terlempar-lemar ke depan, saking cepat langkah kakinya. Kemudian dengan menekukkan kepalanya kebawah ia berlalu, mungkin karena malu dengan kejadian barusan.
Tak lama kemudian iapun hilang dari pandangan setelah melewati pintu keluar Lapangan Tunggal itu, Setelah beberapa saat aku baru menyadari, bahwa ia adalah mahasiswi se fakultas denganku. Baru kusadari bahwa ternyata ia menggunakan kaos kuning berlengan panjang.
“Oooh, dia dari komunikasi juga ternyata” sentakku
“oh iya ya, gue juga baru nyadar” sahut Rama yang hanya melihat diam kejadian drama barusan.
“lo kenal ?” tanyaku
“hmmmmmm” pikir Rana “kalo gak salah sih dia berasal dari daerah yang sama ama kita lho,, tapi gue gak yakin juga sih” lanjut Dante
“oh iya ???” sahutku heran
“ sepertinya” jawab Dante
kemudian kami melanjutkan perjalanan kami menuju asrama, berharap senja menjadi saksi betapa tersiksanya kami menjalani ospek ini. Dan berharap azab ini segera berakhir….
2 notes · View notes
the9jafresh · 2 years
Text
Young Comedian Kiriku Biography - Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth
Young Comedian Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth
Young Comedian Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth We at The9jafresh will be discussing on all you need to know about Young Comedian Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net WorthGetting to know more about Kiriku Biography – Age, Career, Education, Early life, Family and Net Worth Enorense’s biographical sketch Victor is most…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
soesi-blog1 · 7 years
Photo
Tumblr media
Di sebelah kiriku adalah ibu terhebat dalam hidupku yang di belakangnya berdiri lelaki terhebat pula. Di sebelah kiri ibu ku adalah perempuan terhebat bagi kekasihku @iandarwis yang di belakangnya berdiri lelaki terhebat pula. ~ Entah dengan kalimat apa aku harus berucap atas kepenuhan rasa dalam dada. . . . 👨‍👩‍👦 #family #fam #mom #dad #toptags @top.tags #brother #sister #brothers #sisters #bro #sis #siblings #love #instagood #father #mother #related #fun #photooftheday #children #kids #life #happy #familytime #cute #smile #fun (at Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan)
0 notes
Text
New Life ; Kwon Soo Jae #pt2
sekarang aku sedang belajar bahasa inggris,acapkali aku mendengar keluhan teman sekelasku bahwa betapa sulitnya bahasa ini.
Aku sama sekali tidak merasa bahwa bahasa internasional ini sulit,bukannya merasa sombong. Guruku mendadak menatapku,sepertinya ia baru saja memberiku sebuah notice.
“Oh jadi kalian kedatangan murid baru?” Ucap guru lelaki itu Aku hanya memasang tampang datar seperti biasa dan sedetik kemudian guru itu menunjukku
“Can you speak english?”
“Yeah,i can”
“So,where do you come from?”
“Spain,” jawabku lalu semuanya kaget
“Oh,did you born in spain?”
“No,i’m not,”
“Can you tell us about yourself,please,”
Aku menarik nafas panjang, “uh uh,so i am Kwon Soo Jae,my international name is Deanne Brianna i was born in south china and when i was 7 years old, me and my little family moved to spain causes my father bussiness. And why i can stand here, because my father is a korean. So,that’s all,”
Aku menatap seluruh temanku mereka menatapku dengan binar,aku merasa seperti seorang seleb yang sedang speech diatas panggung.
Guru itu langsung menepuk tangan, “she’s so good in english,since when you learn this languange?”
“Ohm,my father speaks english to me since i was in kindagarten,”
Dan…
“Woah!” “Heol,daebak!” “Aku harus meminta Soo Jae-ya mengajarkanku,ah~” “Wah swag!”
Aku hanya tersenyum sejenak,lalu ketika guru itu memberiku isyarat untuk duduk akupun segera melakukannya.
Lalu bel berdering sepertinya tanda istirahat,beberapa dari teman kelasku langsung menghampiri bangkuku.
“Apakah kau mau bergabung bersama kami?” Tanya salah satu cewek Aku hanya mengangguk, “kantin?” Lalu aku mengikuti mereka.
Saat berjalan di koridor,aku berpapasan dengan Hwon Jin,ku likir ia tak melihatku namun saat ini aku telah diculik olehnya.
“Wae?” tanyaku
“Mwo?” Jawabnya
Kami berdua ada di kantin tetapi aku terpisah dari rombonganku.
“Hwon jin-ssi,wae? Aku ingin sekali bergaul dengan mereka,” ucapku dengan nada kesal
“Dimana kesopananmu,aku ini kakakmu,dan kau dengan entengnya memanggilku hwon jin-ssi,huk!”
Heol,dia mulai berani membentakku. “Mianhae,”
Ia meminum jusnya lalu menyugar rambutnya,“kau tahu kan seorang kakak laki-laki dipanggil apa?”
Aku mengangguk,“ne oppa,”
Selama istirahat aku terus-terusan menemani hwon jin oppa,dan sekrang aku sedang menemaninya tidur di perpustakaan.
Kalau diliat-liat,hwon jin oppa seperti model,badannya tegap dan sangat tinggi.aku hanya sampai di lengannya saja. “Ahh,aku mau tinggi seperti dia,” ucapku tidak sadar membuat dia terbangun.
“Kau ingin memiliki tinggi sepertiku?” Tanyanya dengan mata makin sayu
Aku mengangguk, “ne oppa,”
“Itu gampang!”
“Heol,bagaimana?”
“Kau hanya harus terlahir seperti ini,”
Aku langsung memasang raut kesal dan membuang muka.
“Hey,apakah kau melakukan operasi pada kedua matamu?” Tanyanya membuatku terlonjak kaget
“Heol,aku mending menggunakan biaya operasi seperti itu untuk makan hingga aku memiliki berat 60 kg,” jawabku
“Kau mempunyai dua kelopak mata,” ucapnya dengan nada menjengkelkan
“Aku tidak operasi,” jawabku
“Mana mungkin? Sudahlah operasi plastik bagi gadis sepertimu itu hal yang lumrah,” ucapnya lalu bersandar pada kursi.
“Anio oppa,” ucapku
Dia tertawa, “aku ingin bukti,”
Aku pun mendekatkan wajahku padanya memberikan sorot mata andalanku,aku ini bisa dibilang mempunyai sisi kepercayaan diri yang biasa tinggi.
“Oppa bisa menyentuhnya,menariknya dan apapun itu,jika aku melakukan operasi itu akan membuat mataku menjadi buruk. Silahkan,” ucapku
Aku bisa melihat ia sedikit kaget dengan perlakuanku,lagipula ia sangat menjengkelkan. Aku memilih jajan tiket konser daripada melakukan operasi.
Sedetik kemudian ia menyentuh kelopak mataku,lalu ia seperti mencubit kelopakku tapi dengan lembut lalu ia mengelus-eluskan ibu jarinya pada kedua kelopakku.
Wajahnya memerah aku tidak tahu mengapa seperti itu. “Terbukti kan?” Ucapku lalu mengakhiri jarak yang terlalu dekat ini.
“Ayo kembali ke kelas,” ucapnya dengan pandangan kosong,ia mulai bertingkah aneh.
Ia berjalan didepan dan aku mengekorinya.
*skip*
sekrang pelajaran olahraga,karena aku belum mendapatkan seragam aku disuruh duduk di kursi yang ada di lapangan. Oh iya,lapangan sekolah ini terlihat seperti mini stadium.
Tak lama aku merasa seseorang mencolek lenganku dan ku temukan Yeong Jin telah duduk disamping kiriku. “Hai noona,” Aku tersenyum, “yeongjin-ah,kau juga sedang berolahraga?”
Ia mengangguk,lalu mengeluarkan dua bungkus roti.ia menaruh satu bungkus keatas pahaku,lalu kami pun makan bersama.
*pulang sekolah*
“Aissh aku lupa meminta katalk hwonjin oppa dan yeongjin,” ucapku. Sekarang kelas mulai sepi, “Soo jae-ya,kami pulang dulu ya,” ucap teman kelasku dan aku mengangguk.
“Noona!” Panggil yeongjin dari depan pintu kelas lalu berlari menghampiriku yang masih duduk. “Ne,yeong jin”
“Hyung sudah menunggu di parkiran,mari kita pulang,” ucapnya dengan riang.
Kami pun berjalan menuju parkiran sekolah. Sekitar 10 menit berjalan akhirnya kami sampai dan melihat hwon jin oppa berdiri disamping mobil hitam legammnya.
“Mianhae,” ucapku berbarengan dengan yeongjin. Ia menyuruh kami masuk ke dalam.
0 notes
peonijingga-blog · 7 years
Text
Dengan sedikit rasa takut aku menaiki tangga rumah besar ITU, sangat gelap di dalamnya. Aku langsung ke sudut rumah dimana aku lihat ada rak piring dan peralatan lainnya, dengan meraba-raba aku mencari sabun untuk mencuci gelas" dan piring kecil yg kubawa bekas minum dibawah tadi. Kusingkap sedikit Kain jendela yg ada disebelah rak piring dan diatas sebuah meja yg penuh entah dgn APA aku ga bisa melihatnya. Perlahan aku melakukan pekerjaanku, kunyalakan air disebelah kiriku sambil melirik kesudut ruangan yg lain dimana sangat gelap sekali. Seperti ada yg memperhatikan aku dari sana, bulu kudukku berdiri. Gerak tanganku makin kupercepat menggosok peralatan di depan ku........Haaa....aku kaget setengah mati ketika berpaling mau membilas gelas" itu, disana disamping ember air berdiri seorang gadis hanya mengenakan handuk. Gadis itu berkulit putih bersih dengan wajah yg sedikit sendu. Setelah menguasai diriku, aku menyapanya, aku pikir dia adalah salah seorang karyawan yg memang banyak tinggal di lingkungan ini... "Hai...." Dia hanya tersenyum "Siapa yg tinggal disini? " tanyaku Lagi" dia tersenyum sambil menjawab " tidakkah kau lihat tak ada barang laki" dirumah ini? " "Semua yg tinggal dirumah ini adalah wanita" Dia bergerak menyalakan lampu, Dan aku takjub sekali ternyata sebagian lantai rumah itu transparan dan dibawahnya ada kolam ikan dgn ikan" yg lumayan besar dan indah. Dia lalu berjalan ke kamar mandi dibelakangku dan mulai mandi tanpa menutup pintunya. Aku bisa melihat rajah yg diukir di beberapa bagian tubuhnya. Untuk seorang karyawan bagiku gerakannya begitu anggun. Sambil menggosok tubuhnya, dia bercerita.. " dulu dirumah ini tinggal seorang wanita, dia tak punya sanak famili, orang tuanya juga sudah meninggal. Tapi dia punya anak buah yg banyak" Dan dipikiranku mulai membayang seorang wanita yg cantik, berwajah lembut dan anggun. Aku seperti melihat dia di ujung ruangan dekat dipan yg dikelilingi kelambu. Gadis tadi meneruskan ceritanya "Tapi nasibnya sangat tragis, dia dikhianati dan dihabisi oleh orang" yg ingin menguasai dan ingin memiliki semua harta yg dimiliki dan dikuasai oleh Ning" Jd pemilik rumah ini namanya Ning atau itu gelarnya? Aku tk tahu, yg jelas dia dipanggil Ning. "Suatu hari dia dipanggil untuk menghadiri sebuah majlis dan Ning dan anak buahnya dihabisi diperjalan ke majlis yg sebenarnya tak ada" " Ning... " desahnya Dan aku tebangun. Fuuh.....mimpi ini membawaku kemana saja.....
0 notes