Tumgik
#melemah
wasiilahalhasanah · 4 months
Text
Saat kekuatan mulai melemah, bukan berarti harus menyerah. Saat kemampuan mulai pudar, bukan berarti harus menghindar. Saat kegigihan mulai rapuh, bukan berarti harus jatuh.
Bentuk kasih sayang Allah tidak selamanya terasa manis, kadang dia hadir dalam bentuk derita yang tragis. Di sinilah proses hidup berjalan, hingga sampai pada puncak kemenangan.
Maka senantiasa mengelola rasa lelah menjadi lillah adalah jaminan Istiqomah di jalan hidayah.
Solo,.
164 notes · View notes
auliasalsabilamp · 8 months
Text
Usia Orangtua Kita itu Terbatas
Semakin bertambah hari, maka mereka semakin mendekat ke titik kematiannya. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin menua dan melemah.
Selagi jantung mereka masih berdetak, maksimalkanlah bakti kepada mereka. Akan ada momen yang sangat kita rindukan kelak tatkala mereka telah tiada.
Minta maaflah, datangi dan peluk mereka. Karena itu hal yang sangat kita rindukan tatkala mereka meninggalkan dunia ini selama-lamanya.
Yakinlah, akan banyak kemudahan hidup yang kita dapatkan dengan berbakti kepada orang tua.
Kemudahan rezeki, kesehatan, peluang yang terbuka, ketenangan hati dan pikiran, dsb.
Bukankah keridaan Allah itu bergantung kepada keridaan orang tua? Maka rida siapa lagi yang harus kita prioritaskan di dunia ini?
Ustadz Farhan Fadilat Syah
207 notes · View notes
gadisturatea · 1 year
Text
Kamu mungkin pernah merasa futur, lelah, dan malas untuk melakukan ketaatan. Malas beribadah. Bahkan ketika adzan berkumandang, kamu masih bermalas-malasan untuk bangkit dan bergegas.
Ya. Kamu tidak sendirian.
Kita semua pernah berada di fase itu. Fase-fase ketika semangat ibadah kita mulai kendor. Atau ketika iman kita mulai melemah. Bukan cuma kita yang merasa demikian. Para Sahabat di zaman Rasulullah juga. Beliau berkata, “jika bersama Rasulullah, imanku benar-benar berada di kualitas yang terbaik. Namun jika kembali ke rumah, bertemu istri dan anak-anak, kembali berdagang, imanku melemah tidak sama seperti ketika bersama Rasulullah.” Begitulah kira-kira curhatan seorang sahabat. Bahkan menganggap dirinya sebagai orang yang munafik.
Namun Rasulullah menjawab, bahwa begitulah hati manusia. Mudah berbolak balik. Karena fitrahnya, iman memang naik turun. Ia bisa naik dengan ketaatan. Dan bisa turun sebab kemaksiatan. Jika ingin iman kita selalu stabil, paksakanlah untuk melakukan ketaatan demi ketaatan.
Satu hal yang ingin aku ingatkan. Bahwa bagaimana pun kondisi imanmu saat ini, jangan pernah berhenti melisankan istighfar. Jangan pernah berhenti memohon ampunan. Sebab untuk itulah kita diciptakan. Allah tahu manusia tempatnya salah dan khilaf. Untuk itu Allah berikan solusinya dengan beristighfar dan bertaubat. 🤎
211 notes · View notes
azmi-azizah · 3 months
Text
Mengambil Ibrah dari Mereka yang Tidak Kenal Lelah bersama Al-Qur'an
by Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al Hafidz
Mereka yang tak kenal lelah berinteraksi dengan Al-Qur’an contohnya adalah Rasulullah serta para sahabat.
“Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Alquran). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” 
Dua golongan itu yang kita patut iri atau berkeinginan menjadi seperti mereka. Bagi aktivis keduniaan tidak akan punya keinginan itu. Barangsiapa yang menjadi aktivis akhirat akan tergiur untuk menjadikan interaksi dengan Al-Qur’an menjadi pengisi siang dan malamnya. Banyak sahabat yang menggabungkan kedua kriteria golongan itu dalam dirinya (menjadi ahlul Qur’an dan ahli sedekah).
Mereka yang tidak lelah bersama Al-Qur'an adalah yang tidak lelah dalam mengimaninya. Sampai akhir hayatnya tidak pernah terlintas sedikitpun untuk meninggalkan Al-Qur’an. Mendengarkannya saja dapat meningkat keimanannya. Apalagi membaca, menghafal, mentadabburinya.
Membaca Al-Qur’an bisa terus meningkatkan keimanan. Orang yang menghafalkan Qur’an itu karena merasa tidak puas hanya dengan membacanya saja. Jika ia sekali khatam per bulan, setahun hanya sekitar minimal 12x. Dia ingin khatamnya ratusan kali.
Jika keinginan itu melemah, recovery secara fisik dan batin dibutuhkan. Ketidaklelahan kita terhadap Al-Qur’an harus ada dalam : tilawah, tahfidz, tafsir, tadabbur, ta’allum, ta’lim, tathbiq.
Mengapa ada manusia yang tidak pernah lelah bersama Al-Qur’an? Sebab mereka orang-orang yang sudah beriman. Keimanan harus terus dipupuk dengan keilmuan. Harus ngaji. Do’a berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat → maksudnya ilmu yang tidak menghasilkan energi.
Ilmu ketika bersama iman akan menjadi ilmu yang sangat memberi manfaat / energi yang besar bagi manusia. Ketika manusia terus menambah ilmu, ia akan semakin yakin terhadap Al-Qur’an. Sehingga hatinya selalu tunduk kepada Allah. Ilmu harus kita jadikan menu harian. Terutama ilmu tentang Al-Qur’an.
Ta’dzim pada Qur’an → memandang Al-Qur’an sebagai sesuatu yang amazing. Merasa rugi sekali jika tidak membacanya, mengamalkan, dsb. Manusia yang memiliki ta’dzimul mal akan melakukan apapun untuk meraih itu. Begitupun pada Al-Qur’an, milikilah ta’dzimul Qur’an. Barang siapa yang mengagungkan lambang-lambang Allah (Al-Qur’an, Rasulullah, syariat Allah), hatinya dipenuhi ketaqwaan kepada Allah.
Al-Qur’an menjanjikan kebahagiaan. Bersama Al-Qur’an sangat membahagiakan dibandingkan memiliki materi / kekayaan sebanyak apapun. Ketika menjauh dari Al-Qur’an, hati akan berubah menjadi dipenuhi kesedihan, kegalauan. Harus kembali pada Al-Qur'an agar bahagia.
Ketika bersama Al-Qur’an kok nggak bahagia, segera istighfar atau bertasbih. Cek : apakah kebanyakan dosa, hubbun dunya, sudah tidak mencintai / dicintai Allah, tidak yakin lagi pada Allah. Tasbihlah saat tidak bahagia bersama Al-Qur’an, sesuai anjuran Rasul. Seseorang yang tidak ada cinta pada Allah di hatinya, Allah tidak mencintainya, sulit merasa bahagia dengan Qur’an.
Salah satu yang membuat orang tidak lelah dengan Al-Qur’an → dia telah membayar keimanannya dengan mujahadah (kerja keras). Misalnya dengan dia atur definitif kapan waktu untuk bersama Al-Qur’an. Bukan hanya ketika sempat, tapi menyempatkan waktu khusus. Kalau berhalangan di jam terjadwal, diqodho waktu lain. Setiap 1 bentuk mujahadah pasti akan menambah keimanan.
Jangan menyerah meski mengalami sisi lemah kemanusiaan. Manusia mungkin mengalami futur, tapi tetap lanjutkan interaksi bersama Al-Qur’an meskipun waktu berkurang. Biasanya sejam, tapi di hari itu (sedang tidak oke kondisinya) cuma setengah atau seperempat jam, tidak masalah. Itu lebih baik daripada menghentikan atau meninggalkan sama sekali.
Mujahadah lain contohnya : ia tetap menyelesaikan waktu bersama Qur’an meski harus ditambah sunnah tilawah lain, seperti tetap menyelesaikan tilawah yang biasanya harian ia kerjakan, ditambah dengan Al-Kahfi di hari Jum’at. Semua bentuk interaksi bersama Al-Qur’an akan punya dampak (sebab keutamaan) masing-masing. Optimalkan setiap bentuk interaksi dengan Al-Qur’an.
SESI QnA:
Bagaimana meningkatkan semangat istiqomah berinteraksi dengan Al-Qur'an?
= Dulu ustadz menghafal selalu membersamakan dirinya dengan orang-orang yang nggak lelah bersama Al-Qur’an. Akan membuat kita mikir, kok saya lelah banget baru sekian padahal beliau masya Allah mujahadahnya. Saya nggak mau kalah sama dia. Ambil inspirasi dari orang-orang sekitar kita, terutama orang-orang yang sudah menghadap Allah dan istiqomah selama hidupnya dengan Al-Qur’an
Bagaimana kiat memutqinkan hafalan Al-Qur’an?
= Ustadz tidak mau mengistilahkan kiat agar mutqin, tapi kiat untuk istiqomah dengan Al-Qur’an. Sebab orang yang istiqomah pasti mutqin. Sedangkan yang mutqin, belum tentu istiqomah. Orang yang istiqomah, sampai usia berapapun, setua apapun, selalu sibuk dengan Al-Qur’an. Seandainyapun kita sudah beristiqomah dengan Al-Qur’an tapi tidak mutqin, tetap mulia dan mendapatkan dampak kemuliaan itu dalam hidupnya. Bisa jadi dalam bentuk rezeki, kesabaran menghadapi ujian, dsb. Jika hanya fokus mutqin, itu hanya parsial. Target yang lebih besar : istiqomah. Istiqomah itu lebih mahal daripada semua materi, semua gelar. Istiqomah juga bentuk ikhtiar totalitas dalam ketaatan / penghambaan kepada Allah. Yang Allah nilai itu keistiqomahannya dalam mujahadah murojaah, bukan mutqin-nya. Allah tidak menilai hasil, tapi keistiqomahan dan kesabaran dalam prosesnya.
Bagaimana menanamkan ruh Al-Qur’an dalam keluarga?
Do’a itu penting. Manusia itu lemah dalam menghadapi keluarganya. Bisa lemah karena dirinya, lingkungannya, atau pembiayaan, dll. Sering-seringlah do’a pada Allah, beri qudwah pada keluarga, ada apresiasi & punishment. Jika dengan semua ikhtiar belum berhasil, kita sudah mulia di sisi Allah sebagai orang yang peduli pada keluarga agar jadi ahlul Qur’an. Berproseslah selalu. Yakinlah, bisa jadi Allah tidak realisasikan yang kita impikan itu di anak kita → barangkali di generasi berikutnya. Bisa jadi Allah realisasikan saat kita telah tiada.
- - -
7 Juli 2024, taujih disampaikan dalam Stadium General Halaqoh Qur'an Santri Non Mukim Rumah Qur'an Inspirasi.
Note : catatan ini saya bagikkan disini dengan sedikit ubahan kata untuk lebih mudah dipahami
26 notes · View notes
tentangtenang · 3 months
Text
(Tidak) Takut Berkarya Lagi
Salah satu orang terbaik di dalam hidup saya yang selalu ingin saya kabari setiap kali ada hal baik dan buruk terjadi adalah ibu, sosok orangtua ideologis yang seringkali lebih memahami saya daripada diri saya sendiri. Kemarin, setelah melewati hari-hari yang cukup berat karena sakit, saya akhirnya menemui beliau dan membawakan buku terbaru yang baru saja saya rilis, Mendewasakan Rasa.
Baru saja menyodorkan bukunya, belum cerita apa-apa, saya sudah menangis. Saya bilang, "Ibu doain saya ya, buku ini banyak sekali ujiannya. Dari awal dibuat sampai sekarang, rasanya banyak hal berat sedang terjadi. Saya dan keluarga sedang menjalani hidup seperti judul buku ini."
Tumblr media
Iya, awalnya saya pikir Mendewasakan Rasa hanyalah sebatas judul buku yang saya dan suami rilis (benar saya yang menulis, tapi ada banyak sekali proses kreatif, teknis, marketing, strategi ini itu, dsb yang dihandle oleh suami). Tapi ternyata, ia adalah juga tema ujian sekaligus pendidikan dari Allah untuk kami saat ini. Banyak hal qadarullah membuat kami patah, bangkit, patah lagi, bangkit lagi, dst.
Dalam diskusi kami, suami sering mengatakan, "Kayaknya buku ini buat aku, deh." Lalu saya pun menimpali, "Kayaknya memang buat aku juga." Begitulah, saya baru menyadari setelah bukunya rilis bahwa setiap tulisan di dalamnya pertama-tama adalah untuk diri saya sendiri dan keluarga. Mungkin Allah tidak ingin kami sekedar memahami ilmu di balik apa yang dituliskan di buku ini, tetapi juga ingin benar-benar menjadikannya langkah dalam perbuatan.
Namanya dididik oleh Allah lewat ujian, rasanya pasti tidak mudah. Saya bahkan sempat berpikir, "Berkarya itu menakutkan banget, ya! Takut banget deh kalau kita harus diuji dengan karya-karya yang kita buat." Tidak hanya itu, selintas tanya pun muncul, "Apa sebaiknya aku tidak perlu berkarya lagi saja?" Ah, tapi tidak! Pasti bukan ini poin kesimpulan yang Allah inginkan dari saya dengan menghadirkan ujian-ujian selepas berkarya. Bukankah saya sudah berkomitmen dengan diri sendiri bahwa saya akan terus berkarya untuk menjadikannya sebagai bentuk tanggung jawab dan bentuk syukur kepada Allah atas dititipi-Nya ilmu, potensi, dan profesi?
Saya takut, tapi saya juga punya harapan untuk punya jiwa yang bersih sebersih-bersihnya. Saya cemas, tapi saya juga tidak ingin kehilangan peluang amal shalih hanya karena saya memilih untuk mengabaikannya. Saya khawatir, tapi saya juga percaya bahwa berkarya adalah ladang ibadah yang dekat dan mudah yang Allah beri sebagai kebaikan untuk saya.
Lalu bagaimana? Atas seizin Allah, semoga Dia masih terus mengizinkan saya berkarya dan berbesar hati untuk mau ditumbuhkan dan disayang oleh-Nya lewat hal-hal yang luar biasa. Iya, saya ingin tetap berkarya, menulis, dan menjadikannya sebagai cara untuk berbagi pesan cinta-Nya.
Maka Ya Allah, setiap kali aku patah, bantulah aku untuk bangkit tanpa harus berlama-lama larut di dalamnya. Setiap kali aku menyaksikan orang-orang yang kusayang melemah, bantulah aku untuk berbagi kekuatan tanpa berakhir menjadi luka yang menyakitkan. Pada akhirnya, aku membutuhkan-Mu lagi dan lagi sebagai tempat dimana aku menyandarkan semuanya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Mohon doanya ya, teman-teman! Kami tidak ingin sekedar selesai dengan ujian ini, tetapi kami ingin bisa menjawabnya dengan benar sesuai kehendak-Nya dan beroleh hikmah dari-Nya yang bisa menguatkan perjalanan-perjalanan kami selanjutnya. Aamiin~
___
Teman-teman Tumblr yang ingin membaca buku ini, bisa cek di Shopee atau Tokopedia: Heal Yourself Official.
51 notes · View notes
enha88 · 4 months
Text
Setiap kali jalanmu menuju Al-Qur'an melemah, setiap kali intensitasmu membersamai Al-Qur’an berkurang dan setiap kali tekadmu berbelok, ingatkan dirimu bahwa kitab ini adalah salah satu yang akan menghibur kesepianmu di alam kubur, yang akan menjadi sarana bagimu menuju surga setingkat demi setingkat, yang akan membersamaimu di saat-saat sulit dimana tidak ada yang dapat menemani dan membelamu.
Ada perasaan di hati yang hanya bisa dihibur oleh Al-Qur’an. Sekeras apa pun kamu mencoba menghibur diri dan menyeka air matamu, kamu tidak akan pernah menemukan sesuatu yang lebih fasih dalam memberikan ketenangan dan mengembalikan semangatmu selain dengan mentadabburi firman Allah.
Tulisan seseorang, semoga Allah senantiasa menjaganya.
23 notes · View notes
sebiruhariini · 3 months
Text
Memaknai kembali
Tiap Mukmin itu Bersaudara
Mush'ab bin Umair tidak menoleh sedikitpun ketika Abdurrahman bin Auf menggiring adik kandung Mush'ab yang belum beriman ke hadapannya saat menjadi tawanan perang. Ia bahkan berkata pada Abdurrahman,
"Kuatkan ikatannya.. Dia memiliki seorang ibu yang sangat menyayangi dan memanjakannya. InsyaAllah, engkau akan mendapat tebusan berharga darinya, Saudaraku!".
Persaudaraan dalam Islam itu.. melampaui hubungan darah. Tiada persaudaraan tanpa iman. Tiap mukmin, bersaudara..
Kedudukan Ukhuwah
Begitu spesialnya kedudukan persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam, bahkan Rabb Semesta membuat relasi linear antara kualitas ukhuwah dan kadar iman.
Dikutip dalam DDU,
"Saat ikatan melemah, keakraban merapuh, bahkan saat salam terasa menyakitkan, kebersamaan rasanya seperti siksaan. Saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai..
Saat itu yang rombeng bukan ukhuwah kita. Bukan ukhuwah kita..
Hanya iman-iman kita yang sedang sakit. Mungkin dua-duanya, mungkin kamu saja. Tentu terlebih sering, imankulah yang compang-camping..."
Maka, jika rasanya muncul diantara kita perselisihan, semoga Allah menyadarkan untuk lekas menginsyafi diri..
15 notes · View notes
arsyadhere · 7 months
Text
"Izinkan dirimu berproses dan jangan menutup kemungkinan untuk suatu hal yang baru"
- Felexandro Ruby
-----------------------------------
Kekuatan ada dalam kebahagiaan
Dengan bahagia dan sabar menjalani proses, itulah yang akan membuat kita kuat. Dengan ketekunan dan melangitkan doa, itu yang akan menuntun kita dalam menjemput hasil.
Dalam suatu proses, waktu dan pengalaman yang kita lalui, serta ilmu yang kita dapatkan bukanlah sesuatu yang bijak untuk kita tinggi dan bangga-banggakan.
Atas segala pencapaian, bukanlah hal yang pantas untuk menjadikan kita merasa lebih tinggi diatas orang lai yang mungkin baru memulai atau minim pengalaman.
"Jika bahagia akan membuat kita kuat, maka kerendahan hati yang akan membuat tenang dan selamat di akhirat"
Bukankah dalam salah satu firman-Nya, Allah memanggil umat yang beriman dengan panggilan penuh kedamaian; "Wahai Jiwa yang Tenang", sebagai ungkapan kepada hamba-Nya yang selamat karena berhasil masuk ke dalam surga-Nya?
Tersadar kembali, bahwa hulu nikmat dan rezeki yang Allah SWT alirkan hingga ajal menanti, semua hanya berhilir pada amanah yang akan kita pertanggungjawabkan nanti.
Maka ujian tidak hanya tertuju pada kesulitan saja. Saat kita diberikan berbagai kenikmatan pun, itu bisa jadi ujian juga.
Semua hanya untuk melihat, di sisi mana kita nanti. Akhirat makin ISTIQOMAH atau akhirat makin MELEMAH?
-----------------------------------
“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik"
(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)
.
Tangerang, 20 Februari '24
28 notes · View notes
fajarsbahh · 6 months
Text
Istirahatkanlah dirimu dengan shalat. Biar tubuh dan jiwamu yang mulai melemah kembali menguat.
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)
22 notes · View notes
miroplasi · 1 year
Text
Ketika Hafalan Perlahan Melemah
Cukuplah satu ayat yang terlupa dari hafalan yang ada sebagai teguran keras dari Allah pada diri seorang penghafal Al-Qur’an.
Cukuplah itu sebagai tanda bahwa ada yang salah dengan perilaku kita, ada yang salah dari manajemen waktu dan kesibukan, ada malam yang mungkin sering terlewatkan dari kegiatan menjaga Al-Qur’an, ada hati yang sering terlenakan, ada frekuensi muraja’ah dan tilawah yang tak berimbang, dan mungkin ada dosa dan kesalahan yang dilakukan. Evaluasi diri dan segera lakukan perbaikan bagaimanapun caranya agar Allah mengembalikan lagi kepercayaanNya pada diri kita.
Sebab.. menghafal adalah sebuah proses perjuangan, ia tidak mungkin bisa diperjuangkan dengan ala kadarnya.
Lalu, Kenapa berjuang itu manis?
Sebab ada niat yang harus senantiasa diluruskan dan diperbarui, ada pengorbanan yang harus terus dilakukan, juga ada cinta yang selalu meminta untuk dibuktikan.
Ya Allah jika nanti telah habis masa kami di dunia ini, ingin rasanya diri ini engkau panggil dalam kondisi husnul khatimah, dengan simpanan ayat-ayat Al-Qur’an yang sempurna, teramalkan, lagi terjaga dengan baik.
@Quraner
41 notes · View notes
langitawaan · 2 years
Text
127.
Kamu sudah sampai mana?
Telah banyak pemandangan perpisahan dengan derai air mata yang ku saksikan.
Pun perjumpaan diliputi rona bahagia yang ku lihat dengan kedua mata. Namun kamu belum tiba juga.
Ini sudah transit yang ke berapa?
Aku agak lelah sebenarnya. Sayap-sayap pintaku mulai melemah.
Aku menanti aroma tubuhmu di pintu kedatangan. Setiap hari.
Semoga penerbanganmu kali ini lekas sampai tujuan—aku.
Ruang Tunggu, 19.19 | 12 Januari 2023
113 notes · View notes
sabaryangindah · 11 months
Text
Perbuatan Dosa Layaknya Racun Bagi Kalbu. Kalaupun Dosa Tidak Membunuh Kalbu, Pasti Akan Membuatnya Lemah
Apabila lemah, kalbu tidak akan mampu melawan berbagai penyakit
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
الذنوب للقلب بمنزلة السُمُوم، إن لم تُهلِكْهُ أضْعفَتْهُ ولا بد، وإذا ضعُفتْ قُوَّتُه لم يَقْدِرْ على مقاومةِ الأمراض.
“Perbuatan dosa layaknya racun bagi kalbu. Kalaupun dosa tidak membunuh kalbu, pasti akan membuatnya lemah. Apabila telah melemah kekuatannya, kalbu tidak akan mampu melawan berbagai penyakit.”
Zadul Ma’ad, jilid 4, hlm. 185
16 notes · View notes
auliasalsabilamp · 1 year
Text
Berbakti Kepada Kedua Orangtua
Usia orangtua kita itu terbatas, semakin bertambah hari maka mereka semakin mendekat ke titik kematian. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin menua dan melemah.
Selama jantung mereka masih berdetak, maksimalkan pengabdian kepada mereka. Akan ada saat-saat yang sangat kita rindukan ketika mereka pergi.
Minta maaf, datang dan peluk mereka. Karena itulah yang sangat kami rindukan saat mereka meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
Yakinlah, akan banyak kemudahan hidup yang kita dapatkan dengan berbakti kepada orang tua. Kemudahan rezeki, kesehatan, peluang yang terbuka, ketenangan hati dan pikiran, dsb.
Bukankah keridaan Allah itu bergantung kepada keridaan orang tua? Maka rida siapa lagi yang harus kita prioritaskan di dunia ini?
- Ustadz Farhan Fadilat Syah -
55 notes · View notes
kuumiw · 1 year
Text
Tumblr media
Jika tidak mengenal kamu.
Jika tidak mengenal kamu, mungkin aku akan kehabisan kata bahkan suara untuk mengungkapkan bagaimana aku dapat menyayangi seseorang.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku tidak akan tahu bagaimana caraku mengatur diri dan waktu untuk bisa mempelajari tentang kita setiap hari.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku akan lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dan merasakan luka-luka kemarin lebih lama.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku masih menjadi orang yang sukar percaya kepada diri sendiri bahwa aku memang layak mendapatkan tempat pada hidup seseorang.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk diriku dan tidak ingin belajar berkenalan dan membuka diri kepada orang lain.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku tidak akan belajar bagaimana melandaikan ekspektasi dan ego yang sering kali menguasai diri lebih dulu.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku tidak akan memiliki alasan baru untuk apa aku bertahan dan terus mencoba.
Jika tidak bersamamu, mungkin aku akan terus melarikan diri dari cerita soal cinta yang rumit dan menggelisahkan.
Jika tidak bersamamu, aku tidak akan ada di hari ini untuk banyak bercengkrama tentang mimpi di masa depan. Bersamamu.
Tapi lebih dari apa-apa yang aku syukuri. Aku bukanlah perempuan sempurna yang dapat memahami segala maksud dengan tanpa bicara. Bukan manusia hebat yang dapat mempelajari segala hal dalam waktu yang bersamaan, begitupun pelajaran tentang dirimu. Bukan pula manusia yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengerti saat ego ingin berbicara dari hati ke hati jika tanpa kata.
Tuan yang aku senangi. Sepertinya akan banyak hal yang perlu kita pelajari lebih jauh setiap harinya. Ego-ego yang kita punya, diri yang seringkali memilih untuk memendam cerita, mata yang sering kali berbicara seolah baik-baik saja, bahkan mungkin soal kaki-kaki kita yang pincang tapi seringnya tak diperlihatkan sebab terlalu takut merepotkan.
Tuan yang baik. Jika untuk mengutarakan sebuah keinginan adalah sesuatu hal yang sulit diungkapkan saat berjauhan. Bisakah kita mencoba menempatkan pada ingatakan dan hati kecil kita tentang apa yang sudah kita pelajari satu sama lain? mungkin memang akan lebih indah dan syahdu saat kita saling memahami. Tapi hey Tuan!! ini sedang kita pelajari bukan?
Tuan yang menyayangiku. Sesuatu yang aku takutkan saat menerima seseorang hadir dalam hidupku yang riuh ini adalah ketidakberdayaanku untuk bisa sendiri. Sebab aku akan merasa jika aku punya sahabat baru untuk segala ceritaku yang lusuh dan berkemelut dengan sedih juga duka-dukanya. Mungkin sebenarnya kamu sudah menyadari bagaimana biacaraku melemah, hatiku menjadi dingin dan selalu ingin dikasihi, kepalaku menjadi lebih berisi, mataku lebih sayu dan sendu saat berhadapan juga berbicara kepadamu. Tapi, aku ingin berterimakasih. Karena kamu sudah belajar bagaimana menghadirkan rumah untuk perempuan kecil yang penuh rapuh dan peluh ini. Bahkan menjadi yang dewasa saat rengekanku terdengar saban hari.
Dari semua hal yang aku sadari. Ada satu hal yang aku tempatkan pada ruangan yang sempat aku kosongkan. Aku ingin mengingatkan jika pada ruangan itu ada kursi-kursi yang sudah aku sediakan. Kamu bebas untuk menduduki kursi mana saja yang kamu suka dan membuat kamu nyaman mendudukinya. Di pojok ruang itu juga aku menyimpan alat komunikasi yang terhubung dengan telinga juga hati yang aku miliki. Kamu bisa menggunakannya untuk mengekspresikan segala isi kepala lewat suara-suara yang ingin kamu bagi. Aku juga menambahkan cermin pada sisi ruang yang lain. Kamu bisa menggunakannya untuk melihat bagaimana mimik wajahmu menyampaikan apa yang kamu rasakan, kamu juga bisa melepas topeng yang kamu pakai setiap hari di luar. Agar kamu tak kelelahan, kamu bebas membukanya dan menjadi dirimu, apa adanya.
Tuan, jika ruangan yang aku sediakan masihlah sangat sederhana untuk membuatmu nyaman. Bisakah kita mengisinya? Bersamaan dengan waktu juga kesempatan yang akan banyak mengajarkan kita untuk lebih mendekat setiap harinya. Aku harap jawabannya adalah iya.
Haturan dari syukur yang aku panjatkan kepada Tuhan tidak akan habis untuk banyak hal yang aku terima. Namun dari hatiku yang sedang senang, aku berterimakasih.
Sampai jumpa pada obrolan-obrolan kecil yang aku harap bisa menjadi besar saat kita usahakannya. :)
Dariku, Upik yang menyayangi Tuan.
Bandung, 12 September 2023
20 notes · View notes
byrenfa · 7 months
Text
Semoga Bukan Terakhir
Tumblr media Tumblr media
Terlalu berprasangka buruk mereka bilang.
Memang. Setidaknya itu yang aku pelajari dari himpunan hijau hitam yang membawaku turun ke jalan. Harus melawan, kanda bilang. Telinga kita harus runcing mendengar tangis, mulut kita harus lantang menentang yang bengis.
Terlalu menggebu sebagian yang lain bilang.
Memang. Kata ayah, "biarkan apinya tetap menyala". Maksud ayah mungkin menyala dengan api sedang, tapi aku terlanjur menyiramnya dengan banyak patah dan kecewa. "Sebelum anginnya bertiup lebih kencang, sebelum hangatnya mulai melemah, sebelum sumbunya dicabut tak tersisa."
Aku sudah diperingatkan mantan temanku, "nanti juga kamu bakal malu sendiri". Aku memilih menjadi tuli. Jika aku keliru hari ini, memang apa salahnya tetap mencari sambil mengekspresikan diri? Jika aku keliru hari ini, memang apa salahnya jika di kemudian hari aku sudah lebih bijak dan mau tak mau menjilat ludah sendiri? Lagipula yang kujilat ludahku sendiri, bukan pantat oligarki apalagi zionis.
Jadi kubiarkan tetap menggebu, setidaknya sampai esok hari.
Ditemani lagu dua lipa dan stray kids, yang sesekali kuselipkan buruh tani dan ayat kursi, malam ini aku akan terjaga lagi hingga pagi. Mencurigai diri sendiri dan tirani, "besok masih mampu gak ya aku kayak ini?"
Boleh jadi esok aku sudah berubah.
Tak lagi meributkan hal yang 'tak penting', tak lagi melibatkan diri pada perdebatan penuh emosi, tak lagi 'sok-sokan' memikirkan negeri. Boleh jadi esok aku sudah berubah, menjadi lebih bijaksana, lebih adil, lebih realistis, lebih oportunis, atau menjelma persis seperti para abangda yang lebih dulu memilih untuk bungkam dan sunyi.
Jadi kubiarkan tetap menggebu, setidaknya sampai esok hari.
Sampai dipadamkan dengan paksa, entah oleh penguasa atau kepentingan perut dan ego yang meronta.
Ciputat, 24 Februari 2024
[Kutulis sebagai arsip, sebelum kelak idealismeku habis digerogoti realita]
7 notes · View notes
ribrid · 1 month
Text
Iman : Sesuatu yang Mempengaruhi Segalanya.
"Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati."
"Karena saat ikatan kita melemah, saat keakraban kita merapuh, saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan, saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai.
Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita. Hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengkerdil. Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja. Tentu terlebih sering, imanku lah yang compang-camping."
-
Aku pernah mendengar, bahwa dalam upaya dakwah Rasulullah selama 13 tahun di Mekkah, apa yang beliau bina adalah hati orang-orang. Hati yang sudah mendapat didikan Rasulullah itulah yang menghasilkan prajurit, ksatria, ulama, pendakwah, dan para penghafal Quran yang tak lagi memiliki ikatan di luar ikatan aqidah Islam. Ikatan yang melampaui segala ikatan yang pernah ada, termasuk ikatan kabilah keluarga yang erat di masyarakat Arab.
Didikan peninggalan Rasulullah pula yang menciptakan panglima dan prajurit di generasi Shalahudin, hingga ke era Muhammad Al-Fatih. Didikan yang membuat para sahabat dan pengikutnya memiliki visi besar, mampu melihat beyond the eyes can see, dan memiliki cita-cita surga.
Jika sulit membayangkan kita mampu menjadi atau menghasilkan keturunan sekelas panglima seperti Umar, Sultan Muhammad Al-Fatih, atau Khalid bin Walid, kita mampu bercita-cita agar mampu sekelas Uwais Al Qarni, yang dengan caranya sendiri mampu menjadi ahli surga, yang namanya dikenal Rasulullah meski tak pernah berjumpa dengannya.
Allah menciptakan manusia dengan adil, karena dalam kondisinya yang beragam, setiap dari kita memiliki kesempatan yang sama untuk meraih surga.
Sekuat itu kekuatan iman yang mampu menggerakkan manusia melampaui zaman, melampaui kekuatan dirinya sendiri.
Ketika bicara surga, aku teringat temanku yang sudah pergi mendahului. Masih bergetar kalau mengingat ayahnya berkisah bahwa temanku masih menyempatkan shalat sebelum ia berpulang. Mungkinkah seperti itu kekuatan iman? Dalam fisik yang tak lagi kuat, keinginannya untuk memenuhi perintah Allah masihlah besar.
Seperti kutipan ucapan di paragraf pertama. Iman, qalbu, akan mempengaruhi semua hal lainnya. Ketika sedang tidak termotivasi melakukan kerja-kerja baik, barangkali ada iman yang tergerus. Ketika tidak muncul sepatah pun rasa rindu pada orang-orang tersayang, mungkin ada iman yang terkikis.
Semoga Allah senantiasa menjaga iman kita. Semoga Allah menjaga motor penggerak kita, agar senantiasa mampu melakukan kerja-kerja baik dan meluruskan niat untuk meraih surga.
Semoga Allah jaga rasa rindu ini. Rasa rindu yang melampaui dunia ini. Rindu pada tempat di mana tak akan ada perpisahan lagi di dalamnya.
Jakarta, 13 Agustus 2024
6 notes · View notes