Tumgik
#pengamen kursi roda
Text
0 notes
skrnadia · 4 years
Text
Semakin kamu berumur, pasti kamu semakin sadar.
Ternyata benar.
Bukan masalah 'kemana nya'.
Tapi, 'sama siapa nya'.
Saya ngga masalah, entah itu makan potongan daging berdiameter 10cm dengan harga 120ribu per porsi
atau sekedar makan bebek madura ditemani genjrengan gitar para pengamen di pinggir jalan -- di perempatan lampu merah
asal saya bisa denger dia bilang
'diabisin ya makanannya.. '
Saya nggak masalah, minum kopi di balkon cafe lantai 5 di mall tengah kota
atau cuma minum minuman panas dengan pemandangan jalan raya ditambah tukang nasi goreng beserta pelanggan pelanggannya yang antri supaya bisa denger cerita dia seharian, tapi masih bela-belain jemput saya biar bisa nyeruput kopi sama saya.
mau roda empat,
atau cuma dua,
sama saja.
seru emang, ngerecokin dia dari kursi samping sambil cium bahu kirinya pas dia lagi sibuk perhatiin jalan,
tapi kamu udah pernah belom ngerasain liat2an dari spion kiri pas lagi becanda sambil meluk dr belakang?
atau dengkul dielus pas lagi lampu merah?
nah itu. pacar saya gabisa naik motor hehehe
jadi ya kalau bisa, jangan terlalu menuntut ini itu
kalo emang dia udah bisa ngasih waktunya buat kamu, ya bersyukur
soalnya uang bisa di cari
tapi waktu gak bisa kembali.
saya mah gapapa nggak bisa ngeliat aksinya mas Tom Hardy di bioskop, asal saya bisa ngeliat dia ketawa karna becandaan saya.
saya nggak masalah kok duduk di ruang tamu dengan bekel martabak, dengerin dia ngeluh capek pengen tidur tapi malah nemuin saya karna kangen saya.
karna buat saya,
bukan masalah kemananya
tapi selama sama dia, saya udah bahagia
dia aja itu udah cukup.
seribu kali lipat cukup.
Tumblr media Tumblr media
6 notes · View notes
ismedahalia · 4 years
Text
Tak Pernah Ada Ujung
Di satu waktu, ada seorang pejalan kaki yang tengah memperhatikan kendaraan melintas di depannya, memandang takzim, penuh harap ingin menjadi salah satu pemiliknya. Kakinya yang kuat dan kokoh menjadi tempatnya bergantung, membawa dirinya kesana kemari karena hanya itu yang dimiliki. 
Di lain sisi, ada seseorang yang tengah memandang langit dari balik kaca hitam. Dirinya sangat ingin naik pesawat, terbang kesana kemari, dari satu destinasi ke destinasi lainnya. Betapa menyenangkannya bukan? Tanpa ada kemacetan, tanpa ada bunyi bising klakson dan pengamen jalanan. 
Di detik yang sama, ada orang yang tengah memandang syahdu dari balik jendela burung besi, menilik ke bawah sana, memperhatikan lalu lintas, berharap dapat berjalan santai sambil menikmati udara segar. Tapi, segera tatapannya berganti sendu, saat menyadari kedua kakinya yang tak bisa berbuat banyak di atas kursi roda. Dirinya disibukkan menjalani pengobatan kesana-kemari. Betapa uangnya yang banyak menjadi tak bernilai karena tak bisa mendatangkan kebahagiaan yang dia inginkan.
---
Jika dianalogikan seperti itu, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa rasa ingin tidak akan pernah habis. Selalu ada keinginan lain setelah satu keinginan terpenuhi. Tak pernah puas dan tak pernah ada habisnya. Ingin menjadi seperti ini, itu, yang jika dituruti tanpa diiringi rasa syukur pada keadaan yang sekarang, akan membawa perjalanan yang tak pernah bertemu ujungnya. 
selalu ada kekurangan jika memandang orang lain, tapi selalu cukup jika mau bersyukur.
Hiduplah di masa sekarang, dengan kesadaran penuh akan kenyataan. Bersyukur terlebih dahulu atas segala yang dipunya, lalu jadikan apa-apa yang ada di atas menjadi pelecut untuk menjadikan diri lebih baik. Jangan memadangan ke atas jika belum sepenuhnya sadar posisi diri dan memandang ke bawah. Karena sekali memang ke atas tanpa melakukan itu, maka kita akan lupa dimana tempat kita berpijak seharusnya. 
1 note · View note
kharinnap · 7 years
Text
Kamu.
[ taken from my sister, thank you for made this ]
Semakin kamu berumur, pasti semakin sadar. Ternyata benar. Bukan masalah 'kemana nya'.Tapi, 'sama siapa nya'.
Saya ngga masalah, entah itu makan potongan daging berdiameter 10cm dengan harga 120ribu per porsi atau sekedar makan bebek goreng ditemani genjrengan gitar pengamen asal saya bisa dengar dia bilang 'diabisin ya makanannya..'
Saya ngga masalah, minum kopi di lantai 5 mall tengah kota atau cuma minum minuman panas dengan pemandangan jalan raya ditambah tukang nasi goreng beserta pelanggan pelanggannya yang antri supaya bisa dengar cerita dia seharian beraktivitas, tapi masih bela-belain jemput saya.
Mau roda empat atau cuma roda dua, sama saja. Seru emang, ngerecokin dia dari kursi samping pas dia lagi sibuk perhatikan jalan, tapi lebih seru ngerasain liat-liatan dari spion kiri pas lagi bercandaan atau dengkul dielus pas lagi lampu merah. Nah itu.
Jadi ya kalau bisa, jangan terlalu menuntut ini itu kalo emang dia uda bisa ngasih waktunya buat kamu, ya bersyukur soalnya uang bisa di cari tapi waktu ngga bisa kembali.
Saya mah gapapa ngga bisa ngelihat aksinya mas Raditya Dika di bioskop, asal saya bisa ngelihat dia ketawa karna bercandaan saya
Saya ngga masalah kok duduk di ruang tamu dengan bekal air mineral cleo, dengerin dia ngeluh capek pengen tidur tapi malah nemuin saya karna kangen saya.
karna buat saya, bukan masalah kemananya tapi selama sama dia, saya udah bahagia dia aja itu udah cukup. seribu kali lipat cukup.
CC:kakaknya tmnkuu
14 notes · View notes
kelanabelumusai · 6 years
Text
Kota di sudut gang kecil malam ini.
Episode 2: 20/4/2018/kaumi
Puan berjalan gontai. Menyeret kaki malasnya yang terpaku seharian.
Perutnya mulas, kepalanya pening, matanya sembab. Ia habis dihajar kerinduan mamak dan bapaknya, lewat suara dari pulau di seberang sana.
Menjelang isya, suara adzan bersiap di masjid besar gang sebelah.
Gang kecil di sudut Margonda, makin terang dengan lampu crane dari proyek tiga apartemen di depan sana. Tidak satu, tapi lima crane sekaligus. Berdiri menghujat langit dan menjuntai ke segelas arah. Bersiap tahun depan, menampung siapa mau bayar berapa.
Aku teringat temanku melukis di malam minggu, anak anak gang ini.
Mereka mungkin berpikir, crane ini seperti monster monster di buku cerita di sekolah. Tidak ada gambaran yang lebih nyata dari ini bukan?
Lapangan bermain mereka didesak, langit mereka sebentar lagi hanya serupa kaca, dan tidak lama, orang orang makin ramai di sini, mereka mesti main ke dalam rumah. Terpenjara (?) Makanya, hiburan buatan taman impian dan dunia fantasi, ramai betul di akhir bulan. Disesaki anak anak yang selama ini main dengan aman di dalam rumah.
Semacam: mereka didesak, lalu dibuatkan tempat main berbayar. Selesai perkara.
***
Di pengkolan, gerimis makin bulat. pemulung dengan dua anak balita, diseret segera berteduh. Karung di punggung, topi ember, dan kaus serba gelap. Sepanjang jalan, mereka bertiga tidak menengadah. Menunduk terus, meratapi kaki kaki telanjang tanpa alas kaki di atas aspal gelap.
Puan sempat melihat, anak paling kecil si pemulung, setidaknya punya bandana luka di kaki mungilnya. Bandana itu setidaknya ada di sana. Aih. Dunia sebegitunya padamu nak, pikirnya.
Tak jauh, puan lalu berhenti di depan rumah mewah bertaman luas dengan pagar tinggi tak terintip biar sesenti. Katanya cuma ada pembantu, sesekali saja tuan rumahnya mengunjungi. Sama seperti rumah besar lainnya di gang kecil sudut Margonda ini. Kalian pernah lihat rumah mewah macam ini? Dibuat saja, tidak dihuni.
Nah.
Ada abah di depan pagar. Abah dengan gerobak dan somai paling lezat. Tulisan stiker kuning khas kaki lima menghias kaca gerobak "Somai Bandung Abah". Somai Bandung ini tidak asal jual. Kental bumbu kacang, perasan jeruk purut, kecap, dan yang tak kalah dari lainnya: somai dikukus dengan bara kayu dari tungku di dasar gerobak. Niat betul menyajikan makanan.
Puan menyapa Abah yang duduk di kursi plastik biru. Abah sedang memelintir kretek di tangan, dan seingatku pernah Abah menegaskan, kretek ini dengan cengkeh di dalamnya. Aih Abah, setua itu, kretekmu di saku kemeja tidak pernah alpa.
Biasanya, saat ada Ambu yang berjaga, Abah bisa mengisap kretek macam Philips Morris. Berdiri dekat gerobak, berkemeja, bercelana kain, bertopi koboi gelap andalannya, lalu bercakak pinggang, satu tangan menjepit cerutu, menghembuskan asap kretek dari mulutnya. Bergaya sekali di usianya. Apalah, di kota yang sedemikian bising, mencari damai memang mesti pintar pintar di sini.
Hmm, Ambu sedang tidak berjaga.
Abah menyelipkan kretek, mengurungkan ritualnya. Langsung mengambil piring dan membuka tudung besar kukusan somai. Puan merasa, ritual khidmat memelintir kretek Abah di tengah gerimis, tersela dengan kedatangannya.
***
Sisa tenaga membawa puan pulang ke kosan. Gang kecil, dengan banyak mobil parkir paralel, ojek daring berjaket hijau melintas tidak berhenti, pengamen biola di warung tenda, geroba roti cane, bakso, cilok dan tahu bulat yang bertransformasi dari pick up berganti motor tiga roda triseda, semuanya, bersesak di sini.
Manusia kota: puan rantau yang rindu mamak bapaknya, pemulung dan bandana di kaki anak anaknya, Abah yang menghisap kretek di samping gerobaknya.
Kita punya ruang kecil masing masing yang ingin tetap bertahan di sini. Bersenang, mengenang, bersedih, mengumpat, memaki dan membisukan diri.
Semua memilih memaki diri dari pada mesti undur diri.
sekian, kota di gang kecil malam ini.
***
Sehabis itu, Bapaknya menelepon lagi. Katanya anak perempuan boleh pulang kalau mau. Besok lusa dibelikan tiket.
Ia makin jadi. Kali ini anak gadis lupa, kapan terakhir kali seberani itu menangis di telepon.
Sekali lagi bapak bilang, kalau mau pulang, besok lusa bapak belikan tiket.
Aih, tapi anak gadis itu tidak percaya. Tidak percaya kalau dirinya mesti undur diri sekarang dari kota. Tidak kuasa membayangkan dirinya menghambur ke peluk Bapaknya yang gagah, di depan pintu kedatangan bandara.
Aih, Bapak mana yang tega. Tangis anak perempuan memang pilu sekali.
Tapi lebih tega mana dengan anak gadis yang ijin pamit enam tahun lalu dengan sok berani berbekal menyontek buku jualan penuh bualan, nekat sekali, merantau. Keputusan yang bodoh.
Di ujung telepon 10 menitan itu, yang isinya cuma sesenggukan dengan tidak lebih dari kata iya dan tidak, sekenanya menjawab di tengah isaknya.
Bapaknya paham, anak perempuannya benar benar habis dihajar kerinduan.
Esok, hidupnya normal kembali.
Esok, ia macam tak pernah menangis semalam suntuk
Esok, kota berjalan tanpa tahu apa dan bagaimana manusianya.
Karena esok, kota bangun kembali, kota tidak peduli lagi.
Begitu hidup meraih mimpi di sini.
Sekian.
Gang Mangga, Margonda Raya
19 Maret 2018
0 notes
bybiobi-blog · 6 years
Text
Semakin kamu berumur, pasti kamu semakin sadar. Ternyata benar. Bukan masalah 'kemana nya'. Tapi,  'sama siapa nya'. Saya ngga masalah, entah itu makan potongan daging berdiameter 10cm dengan harga 120ribu per porsi atau sekedar makan pecel lele ditemani genjrengan gitar para pengamen di perempatan lampu merah sebelum taman kota asal saya bisa denger dia bilang 'diabisin ya makanannya.. ' Saya nggak masalah, minum kopi di balkon cafe lantai 5 di mall tengah kota atau cuma minum minuman panas dengan pemandangan jalan raya ditambah tukang nasi goreng beserta pelanggan pelanggannya yang antri supaya bisa denger cerita dia seharian kerja, tapi masih bela-belain jemput saya biar bisa nyeruput kopi sama saya. mau roda empat, atau cuma dua, sama saja. seru emang, ngerecokin dia dari kursi samping sambil cium bahu kirinya pas dia lagi sibuk perhatiin jalan, tapi kamu udah pernah belom ngerasain liat2an dari spion kiri pas lagi becanda sambil meluk dr belakang? atau dengkul dielus pas lagi lampu merah? nah itu. jadi ya kalau bisa, jangan terlalu menuntut ini itu kalo emang dia udah bisa ngasih waktunya buat kamu, ya bersyukur soalnya uang bisa di cari tapi waktu gak bisa kembali. saya mah gapapa nggak bisa ngeliat aksinya mas Channing Tatum di bioskop, asal saya bisa ngeliat dia ketawa karna becandaan saya saya nggak masalah kok duduk di ruang tamu dengan bekel teh gelas, dengerin dia ngeluh capek pengen tidur tapi malah nemuin saya karna kangen saya. karna buat saya, bukan masalah kemananya tapi selama sama dia, saya udah bahagia dia aja itu udah cukup. seribu kali lipat cukup. [kiriman dari orang tak dikenal di 'line' bernama 'anyil']
0 notes
nittasu · 7 years
Text
Semakin kamu berumur, pasti kamu semakin sadar.
Ternyata benar.
Bukan masalah 'kemana nya'.
Tapi, 'sama siapa nya'.
Saya ngga masalah, entah itu makan potongan daging berdiameter 10cm dengan harga 120ribu per porsi
atau sekedar makan pecel lele ditemani genjrengan gitar para pengamen di perempatan lampu merah sebelum taman kota
asal saya bisa denger dia bilang
'diabisin ya makanannya.. '
Saya nggak masalah, minum kopi di balkon cafe lantai 5 di mall tengah kota
atau cuma minum minuman panas dengan pemandangan jalan raya ditambah tukang nasi goreng beserta pelanggan pelanggannya yang antri
supaya bisa denger cerita dia seharian kerja, tapi masih bela-belain jemput saya biar bisa nyeruput kopi sama saya.
mau roda empat,
atau cuma dua,
sama saja.
seru emang, ngerecokin dia dari kursi samping sambil cium bahu kirinya pas dia lagi sibuk perhatiin jalan,
tapi kamu udah pernah belom ngerasain liat2an dari spion kiri pas lagi becanda sambil meluk dr belakang?
atau dengkul dielus pas lagi lampu merah?
nah itu.
jadi ya kalau bisa, jangan terlalu menuntut ini itu
kalo emang dia udah bisa ngasih waktunya buat kamu, ya bersyukur
soalnya uang bisa di cari
tapi waktu gak bisa kembali.
saya mah gapapa nggak bisa ngeliat aksinya mas Channing Tatum di bioskop, asal saya bisa ngeliat dia ketawa karna becandaan saya
saya nggak masalah kok duduk di ruang tamu dengan bekel teh gelas, dengerin dia ngeluh capek pengen tidur tapi malah nemuin saya karna kangen saya.
karna buat saya,
bukan masalah kemananya
tapi selama sama dia, saya udah bahagia
dia aja itu udah cukup.
seribu kali lipat cukup.
-unknown-
0 notes
am-rnt · 7 years
Text
Unknow
Semakin kamu berumur, pasti kamu semakin sadar.Ternyata benar.
Bukan masalah 'kemana nya'.
Tapi, 'sama siapa nya'.
Saya ngga masalah, entah itu makan potongan daging berdiameter 10cm dengan harga 120ribu per porsi atau sekedar makan pecel lele ditemani genjrengan gitar para pengamen di perempatan lampu merah sebelum taman kota
asal saya bisa denger dia bilang
'diabisin ya makanannya.. ' atau menyuapini saya makanan yang ada di piringnya.
Saya nggak masalah, minum kopi di balkon cafe lantai 5 di mall tengah kota atau cuma minum minuman panas dengan pemandangan jalan raya ditambah tukang nasi goreng beserta pelanggan pelanggannya yang antri supaya bisa denger cerita dia seharian kerja, tapi masih bela-belain jemput saya biar bisa nyeruput kopi sama saya.
mau roda empat, atau cuma dua,
sama saja.
seru emang, ngerecokin dia dari kursi samping sambil cium bahu kirinya pas dia lagi sibuk perhatiin jalan,
tapi kamu udah pernah belom ngerasain liat2an dari spion kiri pas lagi becanda sambil meluk dr belakang? atau dengkul dielus pas lagi lampu merah? dan dorong-dorong motor malem cuma buar cari tukang tambal ban berdua?
nah itu.
jadi ya kalau bisa, jangan terlalu menuntut ini itu semua sudah ada porsinya 
nikmati, kebersamaan dan bahagianya
kalo emang dia udah bisa ngasih waktunya buat kamu, ya bersyukur
soalnya uang bisa di cari, tapi waktu gak bisa kembali.
saya mah gapapa nggak bisa ngeliat aksinya mas Channing Tatum di bioskop, asal saya bisa ngeliat dia ketawa karna becandaan saya atau sebaliknya.
saya nggak masalah kok duduk di ruang tamu dengan bekel teh gelas, dengerin dia ngeluh capek pengen tidur tapi malah nemuin saya karna kangen saya.
karna buat saya,
bukan masalah kemananya
tapi selama sama dia, saya udah bahagia
dia aja itu udah cukup.
seribu kali lipat cukup.
0 notes
crazylittlesworld · 7 years
Text
Semakin kamu berumur, pasti kamu semakin sadar.
Ternyata benar.
Bukan masalah 'kemana nya'.
Tapi, 'sama siapa nya'.
Saya ngga masalah, entah itu makan potongan daging berdiameter 10cm dengan harga 120ribu per porsi
atau sekedar makan pecel lele ditemani genjrengan gitar para pengamen di perempatan lampu merah sebelum taman kota
asal saya bisa denger dia bilang
'diabisin ya makanannya.. '
Saya nggak masalah, minum kopi di balkon cafe lantai 5 di mall tengah kota
atau cuma minum minuman panas dengan pemandangan jalan raya ditambah tukang nasi goreng beserta pelanggan pelanggannya yang antri
supaya bisa denger cerita dia seharian kerja, tapi masih bela-belain jemput saya biar bisa nyeruput kopi sama saya.
mau roda empat,
atau cuma dua,
sama saja.
seru emang, ngerecokin dia dari kursi samping sambil cium bahu kirinya pas dia lagi sibuk perhatiin jalan,
tapi kamu udah pernah belom ngerasain liat2an dari spion kiri pas lagi becanda sambil meluk dr belakang?
atau dengkul dielus pas lagi lampu merah?
nah itu.
jadi ya kalau bisa, jangan terlalu menuntut ini itu
kalo emang dia udah bisa ngasih waktunya buat kamu, ya bersyukur
soalnya uang bisa di cari
tapi waktu gak bisa kembali.
saya mah gapapa nggak bisa ngeliat aksinya mas Channing Tatum di bioskop, asal saya bisa ngeliat dia ketawa karna becandaan saya
saya nggak masalah kok duduk di ruang tamu dengan bekel teh gelas, dengerin dia ngeluh capek pengen tidur tapi malah nemuin saya karna kangen saya.
karna buat saya,
bukan masalah kemananya
tapi selama sama dia, saya udah bahagia
dia aja itu udah cukup.
seribu kali lipat cukup.
-from unknown-
0 notes
catatanperjalananjf · 7 years
Text
Transportasi Umum di Bremen
Hal yang paling aku banggakan di Bremen selain kebersihan adalah transportasi umum-nya. Hari pertama aku sampai di Bremen, aku dijemput oleh asisten Ingrid, 
Dan Helen yang kebagian tugas untuk mengantar aku. Kami semua naik strassebahn atau tram No 6 arah Universitat, lalu berpisah di Domsheide. Lalu kami naik tram No 3 arah Gropelingen. Kata Helen, kami harus turun satu halte sebelum halte terakhir, namun karena koperku besar dan ada orang dengan kursi roda di pintu tram, akhirnya kami harus kelewatan satu halte. 
Kalau dalam bahasa inggris, tram itu disebut juga street car, semacam kereta light rail. Menggunakan jalan raya namun diatas rel. 
Aku sangat suka dengan jenis transportasi umum ini. Tepat waktu dan bukan di bawah tanah. Walaupun tidak secepat metro, tram sudah sangat memenuhi kebutuhan di perkotaan.
Selain tram, di Bremen juga ada bus dan kereta api heavy rail. Biasanya bus beroperasi untuk kawasan pinggiran kota dan jalanan yang tidak di lalui tram. Kereta api heavy rail untuk perjalanan arah ke luar kota. Semuanya terintegrasi dalam satu tiket angkutan umum yang berlaku 1 jam.
Meskipun memiliki sistem angkutan umum yang baik, beberapa orang jerman lebih suka menggunakan sepeda. Bisa dikatakan, sepeda adalah kendaraan pribadi mereka.
Menurut beberapa orang jerman, naik tram itu kelamaan menunggu dan mahal. Padahal ada jadwal per 10 menit atau 6 menit bahkan 3 menit pada jam sibuk. Tergantung waktu dan kawasannya. Aku gak bisa membayangkan kalau merka ke Indonesia, apalagi naik angkot. Ngetemnya gak ketulungan. Panas. Berdebut. Bau. Lama. Macet. Bahkan ada tukang copet dan beberapa pengamen yang maksa.
Aku sangat berharap kota-kota di Indonesia bakal ada sistem transportasi yang baik dan masyarakatnya mau menggunakan angkutan umum.
0 notes
myshap · 7 years
Text
Pertemuan
Sudah hampir angka 2 umur saya, saya semakin sadar akan sesuatu, dan sepertinya benar. Bukan “kemana nya”, atau “materi apa yang dipunya” tapi dengan “siapa” dan “sempatkah”.
Saya pribadi tidak masalah, entah itu makan sushi dengan menghabiskan ratusan ribu untuk sekali makan atau hanya duduk di pinggir lapangan gsp sambil membawa snack kesukaan dan air putih isi ulang. Asal saya bisa ngobrol hingga terdengar celetukan seperti “udah makan dulu” atau “habisin makannya, baru ngobrol” “hehehe” “ha” 
Saya gak maslah, minum kopi di mall ternama atau hanya minum teh panas dipinggir jalan sembari mendengar pengamen yang selalu datang dan pergi bergantian agar mendengar keseharian dan keluh kesah tentang tugas yang tak kunjung selesai, tapi masih saja dibela-belain setelah sore berakhir bukannya istirahat malah jemput saya untuk berbagi cerita.
mau roda empat
atau cuma roda dua
atau bahkan jalan kaki pun sama saja
seru emang gangguin dia dari belakang kursi nyanyi nyanyi dengan kencang sementara dia sibuk merhatikan jalan. bergandengan menyusuri jalan setapak hanya untuk mencapai tempat nyaman untuk berbagi cerita
pernah tidak merasakan kebahagian kecil hanya diam melihat langit malam membayangkan hal hal indah sembari melihat seriusnya muka dia yang serius memperhatiakan  lewat kaca spion atau dengkul yang ditapok ketika lampu merah?
Jadi ga perlulah menuntut ini itu, kalau memang sudah disempatkan untuk ditanyakan, memberikan kabar sembari mengirim pesan yang lucu bersyukurlah, apalagi jika disempatkan untuk bertemu ditengah kesibukan dan kepenatan ya bersyukur
uang bisa dicari
materi bisa datang sendiri
tapi, waktu? bisakah ia kembali? 
Saya sih gak pp gausah melihat taeyang konser padahal saya begitu menyukainya. Asal saya bisa bercanda dan kamu ketawa karena tebakan recehan saya.
Saya juga ga masalah cuman minum teh panas di burjo padahal dengerin dia ngeluh capek  tapi lebih milih ketemu saya karena kangen
Karena ini bukan masalah kita kemana, seberapa banyak materi yang dipunya tapi selama sama dia, dia menyempatkan mengingat saya memberikan saya kabar. saya senang dan saya bahagia. cukup kok. lebih dari cukup. 
Yogyakarta, 10 Oktober 2017
nb : terinsipirasi atas postingan di line, yang membuat saya sedikit berpikir sebuah kebutuhan sebenarnya. 
0 notes