Tumgik
#pergima
Text
very happy today because I got @quohotos to read the little story they wrote me out loud at craft night. they do the best voices! i need a professional recording lol
0 notes
quohotos · 1 month
Note
how's the godot?
Tumblr media
Lots of progress but very little of it actually visible. I've worked consistently every day since my classes ended. Some days I do more than others, but I always open it and I always scratch off some of my TODOs
(that being said, one of those TODOs is going to be to make an actual Trello or something for this project)
Tumblr media
That line shows the path found using the path manager I wrote. I just finished setting up the basics of an action list which I'll use to move the thing around, but it hasn't been tested yet so I'm sure there will be hours of debugging. I made a system that can dynamically load obstacles like those black blocks into the A* representation at runtime so it should be very easy to iterate and make levels.
Really putting off any actual 3d pipeline or art stuff, those shaders nearly killed me, but I have a tutorial bookmarked for when that comes (It'll probably just be a bunch of colored cubes for a few more weeks).
There's not much design done for it beyond just daydreaming. I'm trying to replicate the gameplay of Massive Chalice, but what kind of game it will actually end up being is still up in the air. I've been tempted by ideas to make it into a Bionicle fangame and in a fever dream even a Galidor fan game. I considered making a video game adaptation of the Underland Chronicles TTRPG that I was working on but it didn't really translate well. I'm not sure if this tech is suited for a Pergima themed game, and even then I kinda want my first Pergima game to come after I've got some expertise.
It'll likely be something original if it even makes it that far. I don't want to make any promises until there's something more concrete to show. I am very much focusing on the tech and architecture right now and using it as a learning exercise
8 notes · View notes
jsaniah · 5 years
Text
Tumblr media
10.58 (Telepon WhatsApp)
"dimana mko?"
"rumah"
"nda ke bandara ko?"
"nda, ndada kutemani"
"deh aih apaji, iyo pae pergima nah"
"iyo jangan mko telponka deh"
Untuk Pallang—yang dengannya nda bisa sekalika bertutur romantis.
Bismillah, hahahahaha.
Pernah suatu pagi di 2016 kebetulan saja waktu itu saya habis kena marah di rumah hingga saat sampai di sekolah saya mandek di dalam kelas dan menangis (sembunyi-sembunyi tentunya) hingga akhirnya tidak ikut apel pagi. Pallang yang hari itu bertugas menyisir sekolah dan mengamankan siswa nakal yang tidak ke lapangan mendapati saya menangis, pemandangan yang jarang sejak saling mengenal dari kecil. Saya sudah siap untuk beralasan kalau tidak tahan sakit perut hingga menangis, tapi Pallang—yang tanpa sepatah kata melihat saya waktu itu tidak bertanya apa-apa, dia bahkan mencegat seorang kawan yang hendak masuk dan melihat ke dalam kelas. Sebelum menutup kembali pintu dia bilang "kututup semua jendela dan gorden nah, nalihatko nanti orang lain menangis." Pallang tahu betul kalau saya tidak suka terlihat lembek.
Atas dasar itu pula, Pallang. Hari ini saya tidak ikut melepas ke bandara, kendati kemarin kubilang ingin. Tidak mungkin teman gagahmu ini mau terlihat ambyar di depan mukamu, apa lagi dengan kehadiran Bapak Acca dan Mama Ia, pasti akan menjadi bahan gosip untuk Etta dan Ibuku juga.
Sebenarnya bukan sekali dua kali kau tinggalika, atau saya pergi dari kau. Cuma kali ini rasanya beda, selepas dari bandara, saat kau menginjakkan kaki di tempat jauh itu yang akan kau sebut kantor, duniamu akan berpusat di sana saja. Meninggalkan orang tua, sahabat, dan lainnya. Kau mungkin akan disibukkan dengan perintah atasan, jam kerja tambahan, dan serangkaian rentetan kerjaan. Kemudian kau akan menjelma menjadi laki-laki dewasa dan membunuh jiwa anak kecil dalam dirimu—sesuatu hal yang menjadikan kau Pallang yang menyenangkan.
"Terima kasih" dan "maaf" adalah tiga kata favoritku apabila itu diucapkan dengan tulus. Meskipun saya banyak merepotkan tapi jarang sekali kubilang terima kasih, mungkin karena terbiasa dengan kebaikan yang kau buat sehingga hal-hal baik itu menjadi pudar nilainya di mataku. Terima kasih karena selalu siaga dan merawat kebaikan-kebaikan itu. Dan untuk urusan asmaramu yang selalu belepotan kalau sang puan sudah cemburu, minta maaf ini ces hahahaha.
Seharian ini kucoba hibur diri sendiri dengan hal tidak penting yang ternyata sia-sia dan semakin membesarkan penyesalan: kenapa tadi tidak datang saja?! Setidaknya di gerbang keberangkatan saya bisa teriak "hati-hati di jalan bangsat!" sambil membekali dengan doa yang tulus di perjalanan, "semoga pallang banyak uang tapi tidak kikir dan tidak mati kiri."
Padahal kata Hindia, "di kehidupan kita singgah dan pergi", tapi sampai sekarang belum kutemukan cara untuk berdamai dengan kepergian. Tetap sehat dan baik selama jadi abdi negara, semoga saya nda punya alasan untuk demo ko di kemudian hari hahaha.
Selamat sukses, Pallang!
Sepertinya temanmu ini juga harus segera beranjak.
23.30 || 14 Desember 2019
0 notes