Tumgik
#rumah tempat tinggal
Text
MILIKI INVESTASI RUMAH 0821-4212-5500 Jual Rumah di Cemorokandang Malang: Tempat Tinggal Ideal
Tumblr media
0821-4212-5500 (MILIKI INVESTASI RUMAH), Jual Rumah di Cemorokandang Malang: Tempat Tinggal Ideal
Hubungi Kami KLIK WA http://wa.me/6282142125500, Jual Rumah di Cemorokandang Malang: Tempat Tinggal Ideal, Beli Rumah Malang, Jual Beli Kost, Kost Malang Ac, Kost Full Furnished, Rumah Kos2an, Rumah Kost Kost An, Sewa Rumah Kost, Kost Dekat Uin Malang
BEST SELLER! 200 UNIT SOLD DALAM 1 TAHUN! RUMAH KOST PREMIUM dan HUNIAN MEWAH DI MALANG
Sedang mencari rumah dijual di Malang yang tidak hanya menawarkan kenyamanan, tetapi juga potensi investasi luar biasa? Anda berada di tempat yang tepat! Dengan rekam jejak penjualan 200 unit dalam 1 tahun, kami mempersembahkan Rumah Kost Premium & Hunian Mewah di Dinoyo, Lowokwaru, yang berada di kawasan bisnis strategis Malang. Properti ini menjadi pilihan sempurna untuk Anda yang mencari rumah dijual cepat di Malang dengan lokasi strategis dan fasilitas lengkap.
Keunggulan Lokasi: Jantung Kota Malang
Rumah ini terletak di lokasi strategis, tepat di pusat rumah dijual Malang kota yang sangat diminati. Berada di kawasan bisnis dan pendidikan, properti ini dikelilingi oleh kampus-kampus ternama seperti:
2 Menit ke Pasar Modern
- 3 Menit ke Kampus UIN, UNISMA, dan GAJAYANA
- 3 Menit ke RSI & Mall Dinoyo Ramayana
- 7 Menit ke Kampus UMM
- 8 Menit ke Kampus UB & ITN
- 10 Menit ke Kampus UNM, Mall Matos, & Transmart
Yuk, Survey Lokasinya sekarang juga!
di www.grahaagunghighland.id
Telp. 0821-4212-5500
Ini adalah lokasi ideal bagi siapa pun yang mencari rumah dijual di Malang dekat kampus, dengan akses cepat ke berbagai pusat pendidikan dan fasilitas umum. Bagi Anda yang ingin berinvestasi, lokasi ini sangat strategis, cocok untuk investasi rumah di Malang dengan nilai yang terus meningkat.
Hunian Asri dengan Pemandangan Pegunungan
Selain strategis, properti ini menawarkan konsep hunian asri yang dikelilingi oleh pemandangan pegunungan yang menawan. Sangat cocok bagi mereka yang mencari rumah minimalis dijual di Malang dengan suasana tenang namun tetap dekat dengan pusat kota. Properti ini memberikan kenyamanan ekstra bagi Anda yang ingin tinggal di lingkungan yang tenang dan hijau, namun dengan akses yang mudah ke berbagai fasilitas umum.
Fasilitas Premium untuk Kenyamanan Maksimal
Tidak hanya lokasinya yang unggul, properti ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas premium, menjadikannya pilihan sempurna bagi siapa pun yang mencari rumah siap huni dijual di Malang:
Security 24 Jam untuk keamanan maksimal
- 1 Gate System yang memberikan privasi ekstra
- CCTV untuk keamanan tambahan
- Akses jalan lebar 8-10 meter untuk kenyamanan mobilitas
- Club House untuk tempat berkumpul bersama keluarga dan teman
- Kolam Renang sebagai fasilitas rekreasi
- Masjid Megah untuk tempat ibadah yang nyaman
- Commercial Area yang menyediakan berbagai kebutuhan harian
- Taman dan Playground untuk area bermain anak
- Jogging Track bagi Anda yang aktif berolahraga
- Communal Parking dan mobil golf untuk kemudahan parkir
Rumah Kost dengan Jaminan Penghuni Penuh
Bagi Anda yang mencari rumah kost dijual di Malang untuk investasi, properti ini menawarkan Rumah Kost Premium dengan garansi penuh penghuni. Dilengkapi dengan 14 kamar tidur dan 14 kamar mandi dalam, setiap kamar sudah diisi dengan fasilitas lengkap seperti:
TV LED
- AC
- Spring Bed
- Almari
- Meja Belajar
- Kursi
- Token Listrik per Kamar
- CCTV 3 Titik
- Pagar Depan
Dengan fasilitas ini, properti ini sangat cocok bagi siapa pun yang mencari rumah kost strategis di Malang, yang siap memberikan passive income stabil. Selain itu, lokasi dekat kampus-kampus besar membuat properti ini menjadi pilihan utama bagi mahasiswa, sehingga rumah kost di Malang ini selalu terisi penuh.
Harga Kompetitif untuk Investasi Terbaik
Dengan semua fasilitas dan keunggulan tersebut, rumah dijual murah di Malang ini ditawarkan hanya dengan harga 2 Miliar. Ini adalah kesempatan emas bagi Anda yang ingin berinvestasi di properti yang memiliki nilai jual tinggi di Malang. Bukan hanya untuk hunian, tetapi juga untuk investasi properti di Malang yang menjanjikan keuntungan besar di masa depan.
Jangan sampai melewatkan kesempatan ini! Jika Anda sedang mencari rumah dijual di Malang dekat mall, rumah dijual di Malang akses tol, atau rumah dijual dekat pusat perbelanjaan di Malang, inilah jawabannya! Hubungi kami segera dan dapatkan unit impian Anda sebelum terlambat!
Alamat Kantor:
GRAHA AGUNG MALANG PT. TOMOLAND INTI GAJAYANA
Jl. Chili, Joyogrand Blok Graha Utama A01 NO.146,
Merjosari, Kec. Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur 65144
Website: www.grahaagunghighland.id
#JualRumahdiCemorokandangMalang:TempatTinggalIdeal, #BeliRumahMalang, #JualBeliKost, #KostMalangAc, #KostFullFurnished, #RumahKos2an, #RumahKostKostAn, #SewaRumahKost, #KostDekatUinMalang
0 notes
Text
CS 0817-323-882, Mau Beli Rumah Rp 1,5 Miliar, Berapa Seharusnya Penghasilan Anda? Pilih PRG
HARGA TERBARU Call 0817-323-882, Investasi Rumah PRG Untuk Kos Dekat Kantor Kecamatan Pakis Jl Raya Pakis No 69 Malang, dan Investasi Rumah PRG Untuk Rumah Hunian Dekat Kantor Desa Pakisjajar Jl Ledok Dowo Malang, serta Investasi Rumah PRG Atau Kantor Dekat Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan Kecamatan Pakis Jl H Mustofa No 189 Malang
Tumblr media
Permata Royal Garden
Sejarah perkembangan usaha developer dimulai dari pengembangan perumahan di daerah kampus seperti kampus ITN, UIN dan Unibraw di daerah Sigura-gura. Setelah unit rumah sold out, maka pengembangan diarahkan ke daerah yang berkembang yaitu wilayah Pakis, dimana adalah wilayah primadona untuk daerah kabupaten Malang, karena lokasi sangat strategis yaitu dekat bandara Abdul Rachman Saleh Malang dan dekat dengan interchange tol Malang - Pandaan.
Di dalam menyediakan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) , PT Graha Intan Kreatif selaku pengembang Permata Royal Garden telah menjalin kerja sama dengan beberapa bank baik bank pemerintah maupun bank swasta.
Dalam menjalankan bisnis property telah dibuatkan akta Pendirian PT dengan Akta No. 147 tertanggal 19 Februari 2010 dihadapkan Notaris Paulus Bingadiputra.
Visi & Misi Permata Royal
VISI Menjadi developer perumahan yang terdepan dalam memberikan tata lingkungan yang prima serta berkomitmen terhadap kualitas produk demi kepuasan konsumen.
MISI Tujuan utama kami adalah menjadi developer properti yang menyediakan produk-produknya dengan kualitas terbaik, ketepatan waktu dan biaya yang efektif.
Legalitas Usaha Developer
Data Lengkap Developer Nama Perusahaan : PT. GRAHA INTAN KREATIF Bidang Usaha : Pengembang / Developer Alamat Kantor : Jl. Raya Ampeldento 1087 Malang Telepon : 0341 794181 Akte Pendirian : 147 Akta Perubahan Anggaran Dasar NPWP : 02.666.379.9-657.001 TDP : 13.11.1.52.00468 SIUP : 503/506/419.43/2010 Keanggotaan APERSI : 027/IN/DPD-04/III/2012 Keterangan Domisili : 96/421.629.014/11/2012
INFO LENGKAP G-Maps : https://maps.app.goo.gl/aL9ai53cAaUkMpbu7 Permata Royal Garden Jl. Raya Ampeldento No. 1087, Boko, Bunut Wetan, Kec. Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65154
Instagram https://www.instagram.com/permataroyalofficial/
Tiktok : https://www.tiktok.com/@permataroyalmalang/
Website : https://permataroyal.com/
Marketing : ASEP, 0813-3411-2000, [email protected] PURNOMO, 0812-5930-7769, [email protected] IWAN, 0822-4490-6385, [email protected] SULIST, 0878-5663-2626, [email protected] YANTI, 0813-3318-5634, [email protected]
PT Graha Intan Kreatif Marketing Office Permata Royal Garden Jl. Raya Ampeldento 1087 – Kav. A1 MALANG, Jawa Timur, 65154 (0341) 79 66 33
Marketing Office Permata Royal Manisa Jl. Manisa, Perumahan Permata Royal Manisa Blok A3 MALANG, Jawa Timur, 65135 (0341) 750 77 55
InvestasiRumahPRGAtauRukoDekatKantorPosPakisKomplekRukoPertigaanPakisjajarBlokBNo3JalanRayaPakisPakisjajarPakisMalang,
InvestasiRumahPRGDiMalangDekatKUAKecPakisJlHMustofaNo189Malang, #InvestasiRumahPRGDekatKantorDesaPakisKembarJalanRayaPakisMalang
0 notes
Text
TERLARIS 0821-4212-5500 Cari Jual Rumah Kost Malang Pakis
Tumblr media
0 notes
Text
PALING DICARI, 0812-9515-5300 Jual Rumah Hunian Malang Solusi Tepat untuk Kebutuhan Tempat Tinggal Anda
Tumblr media
PALING DICARI, 0812-9515-5300 Jual Rumah Hunian Malang Solusi Tepat untuk Kebutuhan Tempat Tinggal Anda
Ingin Rumah Kost & Hunian Mewah di Malang dekat Kampus? Cluster Urban Resort Graha Agung, Lokasi Strategis. Bonus & Fasilitas Lengkap. Info: bit.ly/RumahHunian. Hub: 0812-9515-5300
Jual Rumah Hunian Malang Solusi Tepat untuk Kebutuhan Tempat Tinggal Anda
#JualRumahHunianMalangSolusiTepatuntukKebutuhanTempatTinggalAnda
0 notes
cikguazmi · 2 days
Text
KHAIRANI
Walau pun nafsu berahi Khairani terhadap Jenal semakin meluap-luap, namun demikian dia tidak berupaya memenuhi kehendak nafsunya dan orang kesayangannya. Dia sudah tidak bermaya selepas melepaskan kehendak Jenal buat kali pertama.
Setelah selesai persetubuhan pertama, keinginannya untuk bersetubuh kali kedua, ketiga, keempat masih meluap-luap tetapi dia sudah tidak bertenaga. Ia berasa hairan kerana sudah kurang tenaga untuk melayan kehendak Jenal yang sentiasa berkobar terhadap dirinya. Walaubagaimana pun dia tidak pernah menolak kehendak Jenal, malah layanan yang diberi terhadap kekasihnya tidak sehangat seperti yang dia beri kepada Mat Jodi.
“Kenapa ni Nani, awak tidak macam dulu? Dulu awak macam harimau lapar,” tanya Jenal setelah mereka selesai melakukan persetubuhan kali kedua.
“Entahlah bang. Nani hairan kenapa jadi macam ni. Nani masih sayangkan abang, cuma Nani rasa macam tidak ada tenaga nak layan abang.”
“Agaknya Nani masih belum percaya abang akan kawin dengan Nani,” kata Jenal.
“Nani jangan risau, bila Jodi ceraikan Nani, kita kawinlah,” sambungnya lagi sambil mengusap buah dada Khairani yang masih kental.
“Bukan gitu bang. Nani percaya cakap abang tu. Cuma Nani tidak upaya nak main dengan abang lebih sekali. Nani masih nak main dengan abang, tapi tenaga Nani tak ada bang. Nani lesu bang lepas abang balun Nani tadi. Tak macam dulu,” jelas Khairani. “Abang nak lagi ke?”
“Kalau Nani mahu?”
“Nani mahu bang. Nani mahu. Cuma kalau Nani tak macam harimau, abang jangan marah ya.”
“Tak apa. Nani longlai pun tetap kerjakan Nani. Cuma abang minta Nani tidak tolak kehendak abang.”
“Perempuan mana yang nak tolak kote abang yang sedap ni,” jawab Khairani sambil mengurut zakar Jenal yang sudah keras sejak tadi.
“Kesian kote abang ni dah lama keras tapi masih belum dapat apam Nani,” sambung Khairani.
“Tak apa kote. Lapas ni kau kerjakan apam perempuan ni sepuas-puas sampai dia lepak,” kata Jenal sambil meniarap atas badan kekasihnya.
“Ikut cakap tuan kau tu kote. Kerjakan apam ni sesuka hati kau,” balas Khairani sambil menghalakan zakar Jenal ke mulut lubang kemaluannya.
“Kalau badan ini dah longlai, kau jangan berhenti sampai kau pancut. Masuk sayang…” tambahnya lagi.
“Betul ke?” Tanya Jenal sambil menolak masuk zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani
“Betul tu kote,” sampuk Khairani.
“Boleh ke sayang?” Tanya Jenal pula sambil mula menghayun zakarnya di dalam lubang kemaluan Khairani yang mula mengemut.
“Tak boleh pun, Nani tetap layan abang. Nani nak bukti Nani percayakan abang.”
Ketika Jenal mengahadiri Persidangan Pengetua-pengetua seluruh Malaysia di Pulau Langkawi, Khairani mengambil kesempatan untuk pergi ke rumah seorang bomoh yang pernah dia dengar ceritanya dari rakan-rakan di sekolah. Khairani pergi tanpa pengetahuan sesiapa walaupun teman karibnya.
Pak Itam adalah bomoh yang dimaksudkan itu. Pak Itam tinggal di kampung orang-orang asli, kira-kira sepuluh kilometer dari tempat tinggalnya. Kampung tersebut agak terpencil. Lima kilometer dari jalan besar. Khairani berharap orang-orang kampungnya tidak akan tahu rahsia dia berjumpa dengan bomoh itu.
Khairani pergi ke rumah Pak Itam setelah tamat waktu persekolahan. Katika Khairani sampai ke rumah Pak Itam, bomoh itu sedang berehat di anjung rumah. Pak Itam bersendirian. Tidak ada pesakit pada masa itu.
Khairani berasa lega kerana tiada siapa yang tahu dia mengunjungi Pak Itam. Khairani yang kali pertama mengenali Pak Itam agak tergamam melihat Pak Itam yang masih segak. Wajahnya tampan. Pakaiannya kemas walau pun hanya berkain pelikat dan baju kemeja batik. Khairani agak gugup juga apabila melihat ketampanan Pak Itam. Dadanya berdebar apabila Pak Itam menjemputnya masuk. Dalam rumah itu hanya mereka berdua sahaja yang ada.
Ruang tamu rumah Pak Itam yang juga merupakan tempat dia merawat, hanya dilengkapi dengan tikar mengkuang, sebuah tilam dan sebuah pemidang untuk melindungi pesakit yang dirawat kalau ada pesakit lain yang menunggu. Hari itu, olehkerana tiada pesakit lain Khairani berasa agak selesa.
"Tutup pintulah Pak Itam. Saya tak mahu ada orang lain tahu," kata Khairani.
Pak Itam membawa kasut Khairani ke dalam sebelum dia menutup pintu. Dia berasa senang hati dengan permintaan Khairani. Dia juga tidak mahu diganggu ketika merawat pesakit, lebih-lebih lagi pesakit perempuan macam Khairani.
"Apa masalah cikgu?" Tanya Pak Itam setelah dia bertanya sedikit sebanyak latar belakang Khairani.
Khairani tunduk kerana malu hendak menceritkan masalahnya itu.
“Saya malulah Pak Itam.”
“Kenapa mesti malu. Kalau cikgu malu macam mana nak merawat cikgu. Lagi pun Cuma kita berdua sahaja. Bukan ada orang lain.”
“Janji ya Pak Itam jangan beritahu orang lain.”
“Isy! Buat apa saya beritahu orang lain. Saya ada etika kerja saya. Rahsia pesakit tidak boleh diberitahu orang lain. Kalau saya tak ikut etika in, ilmu saya tak akan menjadi.” jelas Pak Itam. “Cakap dengan saya berterus terang. Jangan selindung-selindung kalau cikgu nak berubat dengan saya.”
“Gini Pak Itam. Sejak akhir-akhir ini saya dah tidak bertenaga bila bersama ‘suami’ saya.”
“Maksud cikgu.”
“Dulu saya boleh bertahan kalau ‘suami’ berkendak saya walau berapa banyak kali pun…”
“Berapa kali suami cikgu berkendakkan cikgu dalam satu malam?” Pak Itam memotong.
“Lima enam kali,” Khairani berbohong.
Sebenarya lebih dari itu Jenal berkehendakkan tubuhnya. Paling kurang sepuluh kali. Itu pun hari sekolah. Kalau hari cuti lebih dari itu sampai dia tidak larat!
“Tiap-tiap malam?”
“Ya Pak Itam. Tiap-tiap malam. Tujuh hari seminggu.”
“Hm! Ganas juga laki cikgu ni. Boleh tahan cikgu ni. Boleh layan suami macam tu.”
“Itulah yang membimbangkan saya Pak Itam. Sekarang saya dah larat. Baru sekali saya kena, badan saya terus lesu,” Khairani semakin berani berterus terang walau pun Pak Itam baru kali ini dia kenal.
“Lepas awak lesu, kalau dia nak lagi cikgu layan?”
Kairani menganggukkan kepalanya.
“Hm! Kalu gitu nanti saya tengok apa masalah cikgu. Besar kemungkinan in mainan orang yang cemburukan cikgu. Ada cikgu tahu orang yang cemburu atau orang yang ada rasa tak puas hati pada cikgu?”
“Entahlah Pak Itam itu saya tak tahu. Saya pun kalu boleh tak mahu tahu. Saya hanya mahu sakit saya ini dipulihkan.”
“Tengok tapak tangan cikgu.”
“Yang mana? Kiri ke kanan?”
“Dua-dua.”
Khairani menghulurkan kedua tapak tangannya. Pak Itam memegang kedua-dua tangan Khairani dengan tangan kiri. Dia mengusap kedua tapak tangan Khairani yang lembut dengan tangan kanannya. Kemudian dia membaca sesuatu. Setelah itu Pak Itam menghembus tapak tangan Khairani. Pak Itam membelek tapak tangan sambil mengelus tapak tangan Khairani.
“Betul jangkaan saya. Cikgu dah terkena buatan orang. Bukan calang-calang orang yang buat ni cikgu. Dari cara dia masukkan barang dalam badan cikgu, saya nampak dia gunakan makhluk ghaib. Dia buat ni masa cikgu tengah main dengan suami cikgu. Biasanya yang buat kerja ini bomoh orang asli,” jelas Pak Itam.
“Boleh dirawat ke Pak Itam?”
“Boleh tu boleh. Tapi cara rawatan tu berat sikit.”
“Berat macam mana tu Pak Itam?”
Pak Itam diam seketika. Dia tidak yakin Khairani akan sedia menerima rawatan yang akan dia reka sendiri. Bukan kehendak rawatannya. Dia mereka rawatan kerana dia tidak tahan melihat kejelitaan Khairani. Kesediaan Khairani menjawab segala soalannya juga semakin memberangsangkannya untuk menikmati tubuh segar cikgu yang cantik ini.
“Saya rasa cikgu tak akan setuju,” Pak Itam cuba berdiplomasi.
“Berat macam mana pun Pak Itam saya kena setuju. Saya takut suami saya Pak Itam. Kalau saya berterusan begini, nanti dia cari perempuan lain. Cakaplah Pak Itam. Apa cara yang berat tu.”
Pak Itam tersenyum. Dia mula yakin hasratnya mungkin akan tercapai. Khairani macam terdesak. Orang yang terdesak akan membuat apa sahaja yang disuruh.
“Begini cikgu. Kalau ikut rawatan saya, cikgu kena jadi bini saya tiga malam berturut-turut.”
Khairani bagai tersentak apabila mendengar penjelasan Pak Itam. Dia tidak menjangka inilah maksud rawatan yang berat.
“Boleh cikgu?” Pak Itam dalam debaran apabila Khairani masih membisu.
“Tak apalah Pak Itam. Demi rumah tangga saya, saya setujulah dengan cara rawatan Pak Itam.”
Mendengar jawapan Khairani, hati Pak Itam melonjak begitu tinggi. Dia tidak menduga malam ini dia akan mendapat menikmati daging kental dari seorang perempuan yang paling jelita yang pernah dia rawat.
“Kalau gitu cikgu masuk bilik hujung tu. Lepas tu cikgu lucut semua baju cikgu.”
“Yang dalam pun?”
“Ya! Semua sekali. Jangan ada seurat benang pun yang tinggal.”
Khairani segera bergerak ke arah bilik yang ditunjukkan oleh Pak Itam. Apabila Khairani ditelan bilik itu, Pak Itam segera mengunci pintu dan tingkap rumahnya. Dia menjeling jam di dinding. Baru pukul lima petang.
“Hm! awal lagi. Puaslah aku kerjakan badan cikgu yang solid ini,” bisik hati Pak Itam.
Setelah semua pintu dan tingkap ditutup dan dikunci, Pak Itam terus melangkah ke bilik yang dimasuki oleh Kharani dengan membawa jug berisi air masak dan sebiji gelas. Apabila daun pintu dikuak terpandanglah Pak Itam akan tubuh Khairani yang indah itu terdedah seratus peratus. Tidak ada seurat benang pun yang menutup tubuh Khairani yang berkulit putih melepak kecuali seutas rantai yang tergantung di lehernya.
Pak Itam terpegun melihat tubuh Khairani yang sudah terdedah. Sungguh cantik. Sungguh menawan. Sungguh mengghairahkan. Tubuh paling indah yang pernah dilihatnya. Batang balak Pak Itam mula bangkit apabila memandang tubuh Khairani yang sangat cantik itu.
Buah dada Khairani kenyal menegang. Puting buah dadanya merah kemerahan macam belum pernah diusik. Kemaluannya putih bersih dengan dihias bulu roma yang halus dan jarang-jarang. Alur kemaluan masih bertaup rapat macam alur kemaluan anak dara sunti. Balaknya terpacak di sebalik kainnya. Namun demikian Pak Itam tidak perlu terburu-buru. Khairani sudah tidak membantah. Malah tidak banyak soal seperti perempuan-perempuan yang lain.
Pak Itam terus memandang tubuh Khairani yang bertelanjang bulat tanpa mengelipkan matanya. Dia terpegun.
“Patutlah suaminya kerjakannya lima enam kali satu malam, tujuh hari seminggu pulak tu,” bisik hati Pak Itam.
Khairani berasa malu bila tubuhnya yang berbogel itu dilihat oleh Pak Itam. Khairani menutup buah dadanya dengan tangan kiri dan kemaluannya dengan tangan kanan.
“Jangan malu. Kalau nak rawatan Pak Itam tak boleh malu. Bukan awak sorang yang kena telanjang depan saya,” pujuk Pak Itam.
Pak Itam menyalakan lampu dalam bilik itu. Cahaya lampu yang terang itu menyebabkan tubuh Khairani semakin jelas dilihat. Pak Itam duduk di hadapan Khairani yang kelihatan tenang. Pak Itam mencurah air masak ke dalam gelas. Kemudian mulutnya kumat kamit membaca sesuatu. Air itu dihembus. Pak Itam menyuruh Khairani meminum air penawar untuk membuang sihir dan memulihkan tenaga serta nafsu berahi wanita tersebut.
“Bila cikgu minum air ni, tenaga cikgu akan bertambah sedikit. Bukan sahaja tenaga, kemahuan cikgu juga akan tinggi macam gunung,” jelas Pak Itam untuk meyakinkan Khairani.
“Lepas ni cikgu kena terima air penambat. Air ini untuk mengelak serangan seterus,” sambungnya sambil menghulurkan segelas air penawar.
"Air penambat tu air apa?"
"Susah saya nak cakap. Cikgu minum air penawar ni dulu, nanti saya terangkan," kata Pak Itam.
Khairani menyambut gelas itu dan meneguk air dalam gelas tersebut hingga tiada setitik pun yang tinggal. Pak Itam tersenyum puas apabila Khairani meneguk habis air yang diberinya. Dia merenung tubuh Khairani yang terdedah itu tanpa mengelipkan matanya. Puas hatinya kerana berpeluang menikmati tubuh indah wanita cantik ini tanpa bersusah payah.
Khairani sedar tubuhnya sedang diperhati dengan penuh berahi oleh bomoh yang baru dikenali. Tetapi dia sudah tidak ambil peduli. Yang penting penyakitnya dapat dipulihkan.
Selepas lima minit meminum air penawar tersebut kepala Khairani menjadi ringan. Dada Khairani mula berdebar. Kemaluannya mula mengemut dan perasaan ghairah yang tidak dapat dibendung melanda secara tiba-tiba.
Rasa malu berbogel di hadapan Pak Itam mula hilang malah dia mula berasa selesa dapat berbogel di hadapan orang tua yang baru dikenalinya itu. Dia berharap agar orang tua itu dapat melepaskan rasa ghairah yang semakin meningkat.
“Sekarang cikgu boleh baring. Telentang ya cikgu,” kata Pak Itam setelah melihat perubahan pada keadaan Khairani.
Mata Pak Itam mula menjamu tubuh indah yang berbaring telentang di hadapannya bagai orang yang sudah menyerah. Matanya liar melihat buah dada dan kemaluan Khairani yang tidak dilindungi. Semuanya jelas kelihatan. Batang zakar Pak Itam semakin keras terpacak dalam kain sarung yang dipakainya.
“Boleh saya tahu tempat-tempat yang suami cikgu suka usik?” Tanya Pak Itam pula setelah Khairani berasa selesa berbaring dengan bertelanjang di hadapannya.
“Kenapa Pak Itam nak tahu? Itu rahsialah Pak Itam. Malu saya nak cakap.”
“Jangan malu cikgu. Saya perlu tahu kerana di situlah tempat orang itu meletakkan barangnya. Saya nak buang. Lepas itu saya nak masukkan pendinding pada tempat itu. Lepas ini orang lain tak boleh pekenakan cikgu lagi,” jelas Pak Itam.
“Semua sekali Pak Itam?”
“Yang paling dia suka dan cikgu pun suka.”
“Apam saya.”
“Itu mestilah. Semua lelaki suka usik tempat itu. Lagi?”
“Lubang belakang.”
“Itu pun awak beri?”
“Saya sayangkan dia Pak Itam. Jadi apa dia nak saya beri.”
“Untung laki cikgu ni dapat isteri macam cikgu.Cikgu suka?”
“Mula-mula tak. Sakit. Tapi lama-lama sedap pulak. Sekarang saya dah gian.”
“Tempat lain?”
“Tetek saya cikgu. Dan yang tempat yang mesti dia usik ketiak saya.”
“Dua-dua ketiak cikgu?” Tanya Pak Itam lagi.
Khairani mengangguk.
“Cikgu suka?”
“Mula-mula tu memang tak suka. Geli. Tapi lama-lama sedap pulak.”
“Sukalah tu,” kata Pak Itam.
“Cikgu nasib baik, hari ini tak da orang. Kalau tidak kena tunggu sampai malam,” kata Pak Itam dalam berdebar apabila Khairani sedia menjawab segala soalannya dengan tenang.
Tubuh Khairani yang putih melepak itu sangat mengghairahkan. Wajah Khairani yang cantik lagi menawan menyebabkan Pak Itam sudah tidak dapat menahan gelora berahinya. Khairanilah perempuan paling cantik yang bertemu Pak Itam untuk mendapat rawatan. Tidak sabar rasanya Pak Itam hendak melapah mahkota Khairani yang cantik tanpa bulu itu.
“Pak Itam sentuh badan cikgu ya?” Pak Itam meminta izin.
“Sentuhlah Pak Itam. Buatlah apa yang patut asal ‘suami’ saya tak cari perempuan lain,” Khairani memberi lampu hijau kepada Pak Itam.
Berkocak nafsu berahi Pak Itam apabila mendapat izin dari Khairani. Ini petanda air penawarnya sudah berkesan. Mudahlah urusannya selepas ini. Apabila air penawarnya sudah berkesan, Khairani bagai lembu dicucuk hidung.
Dada Khairani masih berdebar. Kemaluannya masih mengemut dan tiba-tiba rasa berahi kepada lelaki mula meningkat. Dia patuh pada arahan Pak Itam. Pada masa itu juga rasa ghairahnya sudah tidak dapat ditahan. Mahu sahaja dia peluk Pak Itam. Namun demikian Khairani cuba bertahan.
Pak Itam sudah dapat membaca gelodak nafsu pesakitnya. Dia pasti tubuh indah Khairani akan dapat dinikmati sebentar lagi tanpa tentangan. Pak Itam melutut di sebelah kiri Khairani berhampiran dengan dadanya. Pak Itam memegang kedua-dua tangan Khairani dan dibawa ke atas. Tangan Khairani seperti tentera mengaku kalah dalam perang. Kedua-dua ketiak Khairani yang putih gebu terdedah. Ketiak Khairani yang putih gebu tanpa bulu ini akan menjadi sasaran pertama Pak Itam.
Dia mula membacakan sesuatu yang tidak Khairani tidak faham. Pak Itam menghembus berulang kali pada ketiak Khairani. Selepas itu Khairani berasa agak khayal dan antara lena dan terjaga. Rasa ghairah Khairani sudah sukar hendak ditahan. Rasa malu dengan Pak Itam sudah tidak ada lagi dalam dirinya.
“Bersih ketiak cikgu ni. Siapa yang cabutkan bulunya?”
“Suami sayalah.”
“Untung cikgu dapat laki macam tu.”
Tidak lama kemudian Khairani berasa tangan Pak Itam berada di kedua-dua ketiaknya. Khairani mula berasa kedua-dua ibu jari Pak Itam bermain di ketiaknya yang putih gebu. Mujur Jenal baru mencabut bulu yang tumbuh di ketiaknya.
Inilah lelaki kedua yang suka mengusik ketiaknya. Kali pertama ketiaknya diusik dia baru berusia dua belas tahun ketika bersama cikgu Jenal. Khairani rasa geli dan rasa sedap apabila kedua-dua ketiaknya diusik jari-jari Pak Itam. Lama juga jari-jari Pak Itam bermain di ketiak Khairani sehingga Khairani menjengketkan kakinya kerana mula berasa geli yang amat sangat.
“Gelilah Pak Itam,” Khairani mula ketawa manja. Nafsu berahi semakin meningkat.
“Tahan cikgu. Saya tengah buang barang yang dimasukkan pada ketiak cikgu ni,” jelas Pak Itam yang mula berasa seronok mengusap ketiak Khairanai yang bersih itu.
Memang Pak Itam pantang melihat ketiak perempuan cantik yang putih bersih. Nafsunya pasti mendidih. Pak Itam mengusap ketiak Khairani sepuas-puasnya. Semakin lama Pak Itam mengusap ketiaknya, semakin geli Khairani rasa. Dia mula menggeliat. Kakinya terjengkit-jengkit menahan kegelian yang amat sangat.
“Geli Pak Itam… geli Pak Itam … geli… saya tak tahan ni,” Khairani menggeliat sambil ketawa manja.
Rasa geli kali ini merupakan rasa geli yang luar biasa. Jenal pun selalu buat macam itu, tetapi tidaklah segeli ini. Oleh kerana terlalu geli Khairani rasa nak terkencing.
“Saya tak tahan Pak Itam… saya nak terkencing… tak tahan Pak Itam.. tak tahannnnn….” Jerit Khairani sehingga terpancut air kencingnya kerana terlalu geli.
“Maaf Pak Itam saya terkencing.”
“Tak apa. Itu tanda benda tu dah keluar. Dia keluar ikut bawah,” jawab Pak Itam sambil meneruskan kerja mengusap ketiak Khairani.
“Geli lagi?” Tanyanya lagi.
“Tak Pak Itam.” Jawab Khairani.
“Apa rasa?”
“Sedap.”
“Tanda benda tu dah keluar. Tapi sementara sahaja.”
“Macam mana nak hilang terus Pak Itam?”
“Kena buat tiga hari tiga malam,” balas Pak Itam.
“Satu hari sahaja tak boleh ke Pak Itam?”
“Boleh tu boleh. Tapi besok dia datang balik,” jelas Pak Itam. “Kenapa? Cikgu tak suka ke?”
“Gelilah Pak Itam.”
“Itu tadi. Sekarang geli lagi?”
“Tak Pak Itam. Lama lagi ke?”
"Sikit lagi cikgu... " balas Pak Itam yang gemar pada ketiak perempuan-perempuan yang cantik.
"Saya nak masukkan seri pada ketiak cikgu," sambungnya untuk memberi alasan supaya Khairani tidak sedar akan kegemarannya itu
“Sekarang tetek cikgu pulak.”
Tidak lama lepas itu Khairani berasa kedua-dua buah dadanya diusap-usap. Kemudian diuli. Kemudaian diramas. Khairani terasa buah dadanya amat tegang. Putingnya terasa semakin menonjol. Nafsu syahwat semakin membara. Celah kemaluannya terasa hangat dan mula berair.
Khairani dapat merasakan Pak Itam mengangkat kepalanya ke atas bantal. Dia membetulkan kedudukan tubuh Khairani sambil mengusap kemaluan Khairani yang sudah berair. Kemudian Pak itam mula menjilat bahagian dada Khairani dahulu seterusnya mengulum puting teteknya dengan rakus. Ketika itu Khairani terasa amat berat untuk membuka mata.
"Gelilah Pak Itam.. " Kata Khairani sambil menggeliat. Tangannya mula memaut bahu Pak Itam.
Pak Itam terus menghisap puting tetek Khairani. Puting tetek Khairani semakin keras. Pak Itam hisap lagi.... dan lagi... dan lagi... dan lagi sehingga akhirnya terkeluar susu dari puting tetek Khairani. Dia mula mengelepar. Sudah lama tidak menyusukan anak, tiba-tiba susunya terpancut setelah dihisap berulang kali oleh Pak Itam.
“Dah lama saya tak susukan anak. Macam mana susu saya boleh keluar?” Tanya Khairani setelah Pak Itam berhenti menjilat.
“Mainan sihir. Kalau tak keluar susu ini, nafsu cikgu boleh mati,” kata Pak Itam.
“Sekarang sebelah lagi,” sambung Pak Itam sambil meramas tetek kanan Khairani yang sudah pun menegang.
“Kalau geli, tahan. Macam tadi. Biar sampai terpancut susu cikgu.”
Khairani mengangguk lesu. Dia menyerahkan teteknya untuk dihisap oleh Pak Itam. Seperti orang baru kahwin, Pak Itam mengerjakan tetek Khairani semahu-mahunya dengan alasan untuk membuang sihir.
Khairani merelakannya asalkan penyakitnya yang disihir itu dapat dipulihkan. Nafsu berahinya semakin memuncak apabila puting tetek kanannya diuli bibir Pak Itam dengan berbagai cara. Dia terlalu ingin menikmati zakar lelaki menusuk lubang kemaluannya. Dia memaut tengkok Pak Itam bagai Pak Itam itu suaminya. Dia lupa Pak Itam itu baru dikenali hari ini.
“Pak Itam.. saya tak tak tahan…” Khairani merengek manja.
Pak Itam terus menguli putting tetek Khairani semahu-mahunya hingga akhirnya terkeluar susu dari puting itu. Sebaik-baik susu itu keluar barulah Khairani berasa lega. Namun demikian badai nafsu berahinya masih belum reda. Keinginannya untuk menikmati zakar lelaki semakin meluap-luap.
“Apa cikgu rasa sekarang?”
“Lega sikit Pak Itam.”
“Tak ada rasa lain?” Tanya Pak Itam sambil tersenyum.
“Rasa apa Pak Itam?”
“Apa-apa rasalah.”
“Entahlah Pak Itam,” Khairani berasa malu hendak menyatakan rasa dia mahukan batang zakar Pak Itam.
“Tak apalah. Sekarang saya nak buang sihir kat lubang ni. Boleh ya cikgu?” Kata Pak Itam sambil mengusap kemaluan Khairani.
“Buatlah apa yang patut Pak Itam. Yang penting penyakit saya sembuh.”
“Pintu inilah tempat saya nak masukkan air penambat tu, cikgu,” kata Pak Itam sambil menguit pintu kemaluan Khairani.
Apabila Khairani mendengar kata-kata itu, dia membuka matanya sedikit untuk memandang wajah Pak Itam. Pada masa itu kepala Pak Itam sudah pun di celah kelengkangnya tidak berapa jauh dari kemaluannya. Dia tidak dapat berfikir macam mana air penambat itu hendak dimasukkan kerana pada masa itu Khairani berasa sangat ghairah apabila pintu kemaluannya mula disentuh lidah Pak Itam yang basah. Kesan air penawar yang diminumnya tadi sudah menguasai nafsu syahwatnya. Kemaluannya sudah mula banjir.
“Masukkanlah Pak Itam,” balas Khairani sambil menggerakkan tangannya dan terus mencapai kepala Pak Itam yang sedang berada di celah kelengkangnya.
Dia menekan-nekan kepala Pak Itam dengan agak kuat supaya jilatan lidahnya masuk lebih dalam lagi. Khairani mengerang sambil membuka matanya yang lama terpejam. Khairani cuba bangkit. Dia memandang Pak Itam yang sedang asyik menjilat kemaluannya. Menyedari yang Khairani sedang memandangnya Pak Itam mengangkat kepalanya dari celah kelangkang pesakitnya.
“Cikgu dah sedia untuk menerima air penambat?” Tanya Pak Itam sambil jarinya mengulit-ulit dan menggosok kemaluan Khairani yang basah becak. Sebelah lagi tangannya digunakan untuk menolak semula kepala Khairani ke bantal.
Khairani menganggukkan kepalanya. Khairani seperti orang yang sudah kena pukau terus baring semula dan membesarkan kangkangannya tanpa disuruh. Khairani memejamkan mata semula.
Pak Itam mengangkat kedua-dua kaki Khairani dan diletakkan ke atas bahunya. Apabila dia menegakkan bahunya punggung Khairani juga terangkat sekali. Pak Itam mula menghalakan zakarnya ke bibir cipap Khairani. Pak Itam meletakkan kepala zakarnya pada bibir kemaluan Khairani sehingga bibir terkuak. Sebaik sahaj bibir kemaluan Khairani terkuak, Pak Itam terus menolak masuk zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani yang sudah becak.
“Pak Itam, mana air menambatnya?” Tanya Khairani apabila dia berasa zakar Pak Itam sudah berada dalam lubang kemaluan.
“Saya sedang masukkanlah ni,” jawab Pak Itam sambil menolak dan menarik zakarnya di dalam lubang kemaluan Khairani dengan rakus.
Barulah Khairani tahu maksud pintu lain yang dikatakan oleh Pak Itam itu. Namun dia sudah bersedia untuk menerimanya. Kehendak syahwatnya tertunai sudah. Tambahan pula nafsunya sedang menggila untuk menerima zakar lelaki. Khairani merasa geli serta nikmat yang amat sangat.
“Cikgu, ni rawatan pertama..” kata Pak Itam kepada Khairani sambil melajukan ayunan zakarnya di dalam kemaluan Khairani.
“Goyang ponggong cikgu,” sambungnya lagi
Khairani seperti lembu dicucuk hidung terus mengikut arahan Pak Itam. Khairani terus menggoyangkan ponggongnya ke kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah sambil mengerang halus.
Pak Itam rasa seronok apabila Khairani menggoyangkan ponggongnya. Suara Khairani yang mengerang halus menyebabkan nafsunya memuncak dengan cepat. Dia melajukan ayunannya.
Khairani dapat merasakan Pak Itam sudah hampir sampai ke penghujung. Seperti yang dijangkakan Pak Itam terus memancutkan air penambat dalam lubang kemaluan Khairani. Pada masa itu Khairani belum lagi sampai ke puncak nikmat. Khairani tidak ambil kisah kerana tujuannya berjumpa Pak Itam bukan untuk memenuhi tuntutan nafsunya.
Khairani bangun sambil sebelah tangan menutup buah dadanya yang tegang dan sebelah lagi mencapai pakaiannya yang berterabur untuk menutup bahagian kemaluannya yang terdedah. Setelah mencapai kain kebarungnya, Khairani tutup bahagian pinggang ke bawah. Kemudian Khairani mencapai tudungnya untuk menutupi buah dada.
“Ada rasa lesu lagi?” Tanya Pak Itam.
Khairani merenung Pak Itam. Dia tersenyum.
“Kalau boleh nak lagi.”
“Saya boleh beri kalau cikgu mahu. Tapi kena ikut aturan dulu,” jelas Pak Itam sambil tersenyum.
Kemudian Pak Itam menerangkan kaedah rawatan kedua sambil mencuri pandang ke arah dada Khairani yang dilitupi tudung tetapi berbalam-balam kelihatan buah dadanya di bawah tudung tersebut.
“Sekarang Cikgu sila meniarap.”
Khairani seperti lembu dicucuk hidung terus mengikut arahan Pak Itam. Khairani terus meniarap di atas tikar mengkuang itu. Pak Itam menarik kain baju kebarung Khairani lalu dilempar ke sisi. Tubuh Khairani terdedah lagi. Pelahan-lahan dia mengurut punggung Khairani yang pejal putih berisi dengan minyak.
“Ni saya nak bagitahu ada sihir yang dah terkena pada lubang dubor Cikgu. Punggung Cikgu dah terkena penutup nafsu dan perlu dibuang. Kalau tak buang nanti cikgu langsung tak ada nafsu nak layan laki cikgu. Sekarang cikgu hanya tak bertenaga,” jelas Pak Itam.
“Boleh buang ke Pak Itam?”
“Boleh. Kena buat macam tadi lah. Cikgu sanggup?”
“Alang-alang menyeluk pekasam…. Pak Itam buatlah apa yang patut. Saya ikut sahaja. Janji saya pulih,” balas Khairani.
“Lagi pun lubang ini pun dah kena tebuk. Tentu tak sakit kalau saya masukkan balak saya ya cikgu?” Kata Pak Itam.
"Sekarang Cikgu tonggeng sikit," sambung Pak Itam
Khairani pun terus menonggeng di atas tikar mengkuang itu. Pak Itam bangkit dan melutut di belakang ponggong Khairani yang sedang menonggeng itu. Dia membetulkan kedudukan ponggong Khairani.
Pelahan-lahan dia mengurut punggung Khairani yang pejal putih berisi dengan minyak. Khairani berasa khayal semula. Punggung Khairani terkemut-kemut menahan kesedapan lumuran minyak Pak Itam. Kemudian Khairani berasa tangan Pak Itam menarik bahagian pinggangnya ke atas sehingga menghampiri batang balaknya. Khairani memandang kearah Pak itam yang melutut di belakang punggungnya.
Pak Itam menolak kedua-dua kaki Khairani agar berjauhan dan mula melumurkan minyak ke celah-celah bahagian rekahan punggungnya yang terbuka. Tanpa dapat dikawal satu erangan kesedapan terkeluar dari mulut Khairani.
Pak Itam menambahkan lagi minyak ditangannya dan mula bermain di bibir dubur Khairani yang masih terkemut-kemut. Khairani meramas bantal kesedapan. Sambil itu jari Pak Itam cuba menyucuk lubang dubur Khairani.
"Jangan kemut cikgu biarkan sahaja," terdengar suara Pak Itam yang terlekat di rongga.
Khairani cuba merilekskan otot duburnya dan dengan ini jari Pak Itam yang licin berminyak dengan mudah masuk ke dalam lubang dubor Khairani sehingga ke pangkal.
Setelah berjaya memasukkan jarinya Pak Itam mula menggerakkan jarinya keluar masuk lubang duburku seperti yang pernah dilakukan oleh Jenal semasa mula-mula dia hendak masukkan zakarnya dari lubang itu. Khairani cuba membuka matanya yang kuyu kerana kesedapan. Khairani berasa satu macam keseronokan pula apabila jari Pak Itam menyocok lubang dubornya.
Setelah perjalanan jari Pak Itam lancar keluar masuk duburku dia mula berdiri di belakangku sambil jarinya masih terbenam kemas dalam duburku. Dia memandang Pak Itam yang sekarang memegang pedangnya yang panjang dan bengkok ke atas itu.
"Sekarang saya nak masukkan air penambat dalam lubang ni ya cikgu," kata Pak Itam.
"Jangan risau ni nak buang sihir dan elak disihir lagi," katanya lagi sambil melumur minyak ke padangnya yang agak besar bagi seorang yang kurus dan agak rendah.
Selesai berkata-kata Pak Itam menarik jarinya keluar dan terus menusuk pedangnya ke lubang dubur Khairani.
"Arrgggggghhh…" Khairani menjerit kengiluan sambil mengangkat kepala dan dadaku ke atas. Inilah batang kedua yang menusuk lubang duburnya setelah diceroboh oleh batang Jenal beberapa minggu yang lalu.
"Jangan kemut teran sikit," arah Pak Itam yang sedang merenggangkan daging punggung Khairani.
Setelah Khairani meneran sedikit hampir separuh pedang Pak Itam terbenam ke dalam duburnya. Setelah berjaya memasukkan setengah zakarnya Pak itam menariknya keluar semula dan memasukkan kembali sehingga semua zakarnya masuk kedalam rongga duburku. Dia berhenti disitu. Kemudian dia masukkan kembali zakarnya ke dalam lubang dubur Khairani.
“Mujur laki cikgu dah tebuk lubang ni dulu. Kalau tidak susah juga,” kata Pak Itam. “Selalu ke dia buat macam ni?”
“Selalu juga Pak Itam. Kadang-kadang sampai dua kali semalam,” jawab Khairani.
“Ganas juga laki cikgu ni. Lepas ini saya yakin dia akan lebih ganas.”
“Kenapa pulak Pak Itam?”
“Air penambat ini akan menjadi dubur cikgu semakin mengghairahkan.”
“Ya ke Pak Itam?”
“Cikgu tengoklah nanti.”
Sambil berbual sesekali Pak Itam menarik senjatanya keluar dan menujah dengan ganas. Setiap kali menerima tujahan Pak Itam setiap kali itulah Khairani mengerang kesedapan.
Mereka berhenti berbual dan Pak Itam mula melakukan pergerakan tujahan dengan laju. Sebelah tangan memegang pinggang dan sebelah lagi menarik rambut Khairani ke belakang seperti peserta rodeo. Khairani menurut gerakan Pak Itam sambil menggayak-ayakkan punggungnya ke atas dan ke bawah kerana berasa sedap.
Tiba-tiba Khairani rasakan sesuatu yang panas mengalir dalam rongga duburnya. Banyak sekali Khairani rasakan cecair tersebut.
Khairani yang masih belum sampai ke puncak nikmat, memainkan kelentitnya dengan jarinya sendiri untuk sampai ke puncak, sambil Pak Itam merapatkan badannya memeluk aku dari belakang. Dia sudah memancutkan air pekat hangatnya sedangkan Khairani belum mencapai kepuasan seperti mana yang diberikan oleh Jenal.
Khairani tak kisah kerana tujuannya bukan nak dapatkan kepuasan dari Pak Itam. Khairani terus mengemut-ngemut zakar Pak Itam dan bekerja keras untuk mencapai klimaks.
"Arghhhhhhhrgh" Khairani klimaks setelah menggentel kelentitnya sendiri sambil tertiarap di atas tikar mengkuang.
Pak Itam segera mencabut zakarnya dan melumurkan cairan yang melekat dizakarnya ke atas punggungnya.
"Jangan basuh ni sampailah waktu maghrib,” katanya sambil melondehkan kain pelikatnya.
Khairani masih lagi tertiarap dengan keadaan bertelanjang bulat. Dia merasakan bibir duburnya sudah longgar dan berusaha mengemut untuk meneutralkannya semula. Setelah itu aku bangun dan mencapai pakaiannya yang bersepah satu persatu.
“Jangan pakai baju dulu.”
“Kenapa Pak Itam?”
“Lepas ni cikgu kena mandi air bunga untuk pulihkan tenaga cikgu sepenuhnya,” kata Pak Itam. “Cikgu tunggu dalam bilik ni. Saya nak ambil tujuh jenis bunga kat luar tu.”
Sebaik-baik sahaja Pak Itam bangkit, Khairani mula berasa seram sejuk. Bulu romnya mula meremang.
“Pak Itam! Nanti dulu.”
“Kenapa cikgu?”
“Saya rasa seram cikgu. Saya takut.”
Pak Itam pandang keliling sambil membaca sesuatu.
“Benda tu masih ada di sini. Dia nak masuk balik dalam badan cikgu.”
“Tolong Pak Itam. Jangan biarkan benda tu masuk lagi.”
“Jangan takut cikgu,” kata Pak Itam sambil merenjis baki air dalam jug sekeliling tempat duduk Khairani.
“Cikgu jangan bergerak dari sini. Benda tu tak akan masuk dalam kawasan renjisan ini,” jelas Pak Itam.
“Bacalah apa-apa ayat yang cikgu hafal,” sambungnya lagi sambil bergerak meninggalkan Khairani bersendirian.
Tidak berapa lama kemudian Pak Itam memanggil Khairani supaya keluar dari bilik itu. Khairani bangkit tanpa memakai baju lalu bergerak ke arah suara Pak itam yang sedang menunggunya di dapur. Pak Itam tersenyum apabila melihat Khairani yang bertelanjang bulat itu menghampirinya.
“Dah masuk waktu maghrib. Cikgu kena mandi air bunga sekarang,” kata Pak Itam sambil menarik tangan Khairani dan dibawa ke dalam bilik air yang tidak berapa jauh dari dapur.
“Cikgu siram badan cikgu. Saya akan gosok badan cikgu,” jelas Pak Itam.
Khairani menceduk air bunga itu lalu menyiram ke badannya.
“Jangan siram lagi,” kata Pak Itam sambil menggosok kedua-dua bahu Khairani yang dibasahi air bunga itu. “Angkat tangan cikgu. Saya nak gosok ketiak cikgu pulak.”
Khairani patuh pada arahan Pak Itam. Kedua-dua tangannya diangkat ke atas untuk mendedahkan kedua-dua ketiaknya. Pak Itam terus mengusap kedua-dua ketiak Khairani serentak dengan kedua-dua ibu jarinya. Khairani berasa sedap apabila kedua-dua ketiaknya diusap. Tidak seperti ketika mula-mula ketiaknya diusap tadi.
“Ada rasa geli?”
“Tak ada Pak Itam. Saya rasa sedap pulak.”
“Dah hilanglah benda tu. Lepas ni teruklah ketiak cikgu dikerjakan suami cikgu.”
“Tak pa saya dah sedia Pak Itam.”
“Ganas juga cikgu ni ya?”
“Suami saya lagi ganas.”
“Sama-sama ganaslah tu. Sekarang jirus lagi.”
Khairani ikut arahan Pak Itam. Selepas Khairani jirus kali kedua, tangan Pak Itam melekap pada kedua buah dadanya yang masih tegang. Kedua-dua tangan Pak Itam mula menguli dan meramas buah dada Khairani dengan lembut. Khairani mula berasa sedap yang luar biasa. Matanya bagai tidak larat dibuka akibat rasa sedap akibat buah dadanya diuli dan diramas oleh Pak Itam.
“Sedap ke?”
“Sedap sangat Pak Itam. Tak pernah saya rasa sesedap in.”
Kemudian Pak Itam memaut pinggang Khairani dan terus dihisap puting buah dada kirinya. Khairani terkejut, tetapi dia tidak membantah. Dia berasa sedap yang amat sangat apabila puting buah dadanya dihisap sehingga dia dapat berasa susunya keluar lagi.
“Masih ada saki bakinya lagi cikgu,” kata Pak Itam setelah habis susu Khairani ditelannya. “Pak Itam nak tengok tetek kanan cikgu pulak.”
“Tengoklah Pak Itam. Saya tak larang. Yang penting sihir tu hilang.”
Pak Itam meneruskan kerja membuang saki baki sihir yang masih ada pada buah dada kanan Khairani. Puting tetek Khairani dihisap lagi. Kadangkala disedut-sedut sehingga Khairani naik berahinya. Ia khayal dibuai rasa berahi itu.
Setelah beberapa minit menghisap akhirnya susu Khairani keluar lagi. Pak Itam menelannya sehingga habis. Khairani berasa lega setelah habis susunya ditelan Pak Itam.
“Jirus lagi,” kata Pak Itam menamatkan khayalan Khairani.
Khairani jirus lagi badannya dengan air bunga yang telah dijampi oleh Pak Itam. Selesai menjirus, Khairani lihat tangan Pak Itam beralih ke perut dan celah kelengkangnya. Tangan Pak Itam mula mengusap kemaluan Khairani yang bersih tanpa bulu. Kemudian jari Pak Itam mula menjolok lubang kemaluan Khairani yang sudah lama berlendir.
“Ahhhhhh…… saya tak tahan Pak Itam…” Khairani bersuara penuh berahi setelah lubang kemaluannya dijolok berulang kali oleh jari telunjuk Pak Itam. Matanya dipejamkan untuk menghayati rasa sedap apabila kemaluannya diusik jari Pak Itam.
“Saya nak anu Pak Itam… saya tak tahan…..” Khairani merengek lagi.
“Kat sini boleh?”
“Tak kisahlah Pak Itam. Saya tak tahan ni.”
Pak Itam membaringkan Khairani dan mengangkangkan kedua belah kakinya. Khairani merenung wajahku dengan penuh nafsu. Dengan perlahan-lahan Pak Itam letakkan kepala zakarnya menyentuh kelentit Khairani dan digoyangkan zakarnya perlahan-lahan ke atas dan ke bawah. Khairani kembali memejamkan matanya dan sesekali ternganga kesedapan.
Setelah Pak Itam rasakan agak basah kembali lubuk pantatnya itu, segera dia tolakkan sedikit zakarnya ke dalam pantat Khairani, lebih kurang setengah inci dan berhenti. Perut Khairani terangkat dan tangannya memaut punggung Pak Itam untuk memberi isyarat meminta bomoh itu menolak lebih dalam. Bagaimanapun Pak Itam tidak menghiraukan isyarat Khairani sebaliknya perlahan lahan dia keluarkan sedikit zakarnya
.
Gerakan Pak Itam yang pertama ini amat perlahan. Dia mahu merasakan sensasi sentuhan kulit zakarnya dengan kulit pantat cikgu yang cantik jelita itu. Dia juga mahukanKhairani merasai nikmat yang sama. Pak Itam juga mahu Khairani merasa betapa zakarku meneroka ruang pantatnya dengan gagah dan penuh kejantanan, dan paling penting, dia mahu bertahan lama.
Sedikit demi sedikit, Pak Itam sorongkan kepala zakarnya kembali ke dasar lubuk pantat Khairani. Kali ini dia masukkan lebih kurang satu inci. Masih ada beberapa inci untuk disarungkan. Khairani mengeluh dan memandang Pak Itam sambil merayu..
"Pak Itam.., tolong.. masukkan lagi.. tolong Pak Itam.. Kote Pak Itam sedap, besar.. cepat sikit Pak Itam.. saya nak dalam lagi," tangan Khairani semakin kuat memaut pinggang Pak Itam.
Pak Itam senyum dan memandang tepat mata Khairani yang sangat kuyu itu. Wajahnya semakin cantik dan jelita. Pak Itam menarik dan menyorong kembali zakarnya laju sedikit, setelah beberapa kali sorongan, Pak Itam meneroka seinci lagi, menjadikan sudah dua inci batangnya terbenam dalam lubuknya. Khairani mula merasa perbezaan permainan Pak Itam kali ini.
"Pak Itam.. Sedap.. Lagi Pak Itam.. Laju lagi Pak Itam…… Argghh aa."
"Saya suka apam cikgu.. Cikgu nak balak saya lagi?"
"Nak Pak Itam.. Saya nak sangat Pak Itam. Tolong.. Pak Itam.. Jangan seksa saya. Masuk dalam lagilah Pak Itam.."
"Emm.. Sekejap ya cikgu.. saya sangat suka kat cikgu.. Malam ni Cuma milik kita berdua cikgu. Kita boleh main sepanjang malam kalau cikgu mahu."
"Oh.. Pak Itam. Saya nak Pak Itam. Saya nak."
Pak Itam menyorong-tarik zakarnya dengan kelajuan yang bertambah sedikit tapi masih tetap pada ke dalaman dua inci. Khairani mengerang semakin kuat, menyuarakan kenikmatan yang tak terhingga. Pak Itam meningkatkan kelajuan sorong tarik zakarnya. Pantat Khairani semakin becak dan licin.
“Masuk dalam lagi Pak Itam. Saya nak semua Pak Itam…. Tolong Pak Itam masuk semua Pak Itam…” Khairani merayu-rayu lagi.
Pak Itam menujah semakin dalam, kini tiga inci bahagian batangnya yang sangat keras, besar dan bersemangat mengisi ruang pantat Khairani. Pak Itam terus menujah tanpa henti selama hampir sepuluh minit sehinggalah terbukti tepat dugaannya, Khairani tidak dapat bertahan.
Dadanya berombak dan tangannya kuat mencengkam lengan Pak Itam. Matanya terpejam rapat. Mulutnya ternganga, hanya perkataan "Aarghh" yang kedengaran dan diikuti keluhan nafas yang kencang. Seluruh tubuhnya kejang membeku.
Pak Itam menghentikan stroke sementara waktu. Setelah cengkaman jari Khairani reda, dia teruskan permainannya, perlahan sedikit tetapi dengan daya tujahan yang lebih keras dan dalam. Khairani tak mampu menahan nikmat ghairah.. Dia hanya mampu menerima sahaja tujahan demi tujahan zakar Pak Itam yang penuh rakus dan berkuasa.
Pak Itam sendiri sudah tidak mampu menahan permainan ini. Dia tidak mahu menunggu dan Pak Itam cuma mahu zakarnya melanyak pantat Khairani yang sangat basah dan becak itu.
Beberapa minit selepas Pak Itam mengawal tujahan zakar, nafsunya sudah tidak terkawal lagi. Pak Itam melipat kaki Khairani ke arah kepalanya dan menyuruh cikgu yang cantik jelita itu menahan kangkang begitu. Pak Itam sungguh bertuah kerana dapat menikmati tubuh Khairani yang agak lentur dan dia boleh melipat badannya dengan sempurna sekali.
Pak Itam sudah tidak dapat bersabar lagi. Dengan satu tekanan yang amat perlahan tetapi amat padu dan berkuasa, zakar Pak Itam membolos dan menujah pantat Khairani sedalam-dalamnya. Mata Khairani tiba-tiba menjadi putih. Mulutnya ternganga luas, tangannya semakin kuat menarik kakinya supaya semakin rapat kepada badan. Dan Pak Itam pula kini bagaikan di awangan, syurga yang teramat indah, penuh cinta dan nikmat.
Pak Itam mula menghenjut, mengayak dan melanyak pantat Khairani dengan penuh kekuatan dan kelajuan. Tenaga dari seluruh tubuhnya dipusatkan pada pinggangnya, dan segala deria rasa Pak Itam cuma terkumpul pada titik utama tubuhnya iaitu pada zakar dia.
Pak Itam cuma dapat merasakan kenikmatan pada zakarnya dan menghayati setiap saat, sentuhan dan irama di dalam bilik air itu. Pak Itam dapat mendengar Khairani meraung-raung, mengerang dan menjerit-jerit tetapi Pak Itam sendiri tidak mampu memahami maknanya. Pak Itam sendiri tidak dapat mengawal keluhan dan raungan nikmat yang mulutnya keluarkan. Pak Itam sudah tidak peduli apa pun lagi.
Setelah dua puluh minit berhempas pulas, Pak Itam tidak dapat menahan zakarnya lagi. Pak Itam tahu Khairani sudah klimaks dan merayu meminta dia menghentikan henjutannya. Pak Itam tidak menghiraukannya, setiap kali kakinya kendur, setiap kali itulah dia akan menguatkan lagi tujahannya.
Dan kali ini, giliran Pak Itam pula merasakan puncaknya. Pak Itam menghenjut-henjut dan mengayak-ayak ganas zakarnya. Akhirnya dengan satu tujahan yang paling berkuasa dan muktamad, zakar Pak Itam memuntahkan deras segala air mani yang pekat dan panas yang telah lama terpendam. Pak Itam segera menekan zakarnya sekuat-kuatnya kedasar lubuk pantat Khairani yang panas dan dalam itu.
Minda Pak Itam terlontar ke hujung dunia dan gelap dunia pada pandangan matanya . Dia ayak-ayak lagi zakarnya, cuba mengeluarkan semua titisan air maninya. Pak Itam mencengkam bontot Khairani dengan keras. Pak Itam cium ketiak Khairani dengan rakus dan kadangkala dia jilat ketiak cikgu yang mengghairahkan itu.
Pak Itam henyak lagi pantat Khairani dengan zakarnya yang sekejap-kejap menegang dan mengendur. Hampir lima minit lamanya. Pak Itam kepuasan, langsung terbongkang di atas tubuh Khairani. Khairani mengendurkan dan meluruskan kakinya, matanya kuyu.
"Terima kasih Pak Itam. Hebat juga Pak Itam ni…." Khairani bersuara lemah sambil tersnyum.
“Masih ada tenaga?”
“Sampai pagi pun saya masih gagah!” Balas Khairani.
“Dah sembuhlah tu.”
Kemudian mereka meneruskan acara mandi bunga dan lain-lain rawatan. Kira-kira jam 9.00 malam rawatan hari pertama selesai. Hampir empat jam Khairani menerima rawatan dalam keadaan berbogel di hadapan Pak Itam.
Walau bagaimana pun Pak Itam masih belum puas untuk menatap dan menikmati tubuh Khairani. Ketika Khairani hendak pulang, tiba-tiba dia rasa seram sejuk. Dia mula rasa takut untuk balik ke rumahnya. Akhirnya Pak Itam setuju untuk menemankan Khairani pulang dengan syarat Khairani akan menghantarnya pulang pada hari esok.
Jarak rumah Khairani dengan rumah Pak Itam tidaklah begitu jauh. Tetapi oleh kerana laluan yang dilalui agak lengang, Khairani tidak berani memandu bersendirian pada waktu malam.
Mereka sampai ke rumah Khairani kira-kira jam 9.10 malam. Ketika mereka sampai hujan mula turun dengan lebatnya. Khairani mempelawa Pak Itam masuk ke rumahnya. Setelan pintu dikunci Khairani masuk ke biliknya.
“Suami cikgu ke mana?”
“Mesyuarat kat Langkawi.”
“Lama?”
“Tiga hari.”
“Bila dia pergi?”
“Subuh tadi.”
“Baguslah tu.”
“Kenapa Pak Itam?”
“Boleh kita selesaikan rawatan itu kat rumah cikgu sahajalah.”
“Boleh ke?”
“Apa pulak tidak boleh. Tak payah cikgu pergi rumah saya. Setuju?”
“Suka hati Pak Itamlah.”
“Suami cikgu tak ada. Senang saya rawat cikgu.”
Bila Khairani masuk ke dalam biliknya, Pak Itam ikut sama dan menutup pintu. Khairani tidak membantah. Selepas menerima rawatan di rumah Pak Itam, Khairani sudah hilang rasa segan dan malu pada bomoh ini. Tambahan pula tiada lagi rahsia tubuh Khairani yang tidak diketahui oleh Pak Itam. Malah bahagian tubuh Khairani yang paling sulit dan berharga telah pun dinekmati oleh Pak Itam.
Bagi Khairani tiada apa lagi yang perlu dipertahankan. Terlanjur Pak Itam sudah menikmati tubuhnya, biarlah dia teruskan. Lagi pun masih ada dua hari lagi dia perlu menjadi ’bini’ Pak Itam seperti yang termaktub dalam pakej rawatan bomoh itu.
Dalam bilik itu, Pak Itam terus tarik Khairani supaya rapat padanya. Pak Itam memeluk dan mencium muka cikgu yang jelita itu. Khairani tidak membantah malah memberi tindak balas yang merangsangkan. Dia menyerahkan bibirnya untuk dicium Pak Itam.
Ciuman itu lama dan mengghairahkan. Sambil mulut mereka bercium rapat, tangan Pak Itam membuka pakaian Khairani. Satu persatu pakaian Khairani dilucutkannya sambil meraba tubuh perempuan yang dirawatnya. Khairani tidak membantah malah memberi kerjasama yang sewajarnya.
Bila sudah bertelanjang, Pak Itam mengangkat tubuh Khaitrani dan diletaknya atas katil. Selepas menerima rawatan tadi, Khairani hanya patuh pada tindak tanduk Pak Itam walaupun orang tua itu bukan suaminya.
Setelah itu, Pak Itam terus membuka pakaiannya sendiri. Kini mereka sama-sama bertelanjang bulat. Khairani berasa selesa berbogel bersama bomoh ini. Pak Itam membuka ketiak Khairani dan terus mencium dan menjilatnya.
Khairani tertawa kecil di atas katil apabila lidah Pak Itam menyentuh ketiaknya buat beberapa ketika. Selepas menerima rawatan tadi Khairani berasa sedap apabila lidah Pak Itam bermain pada ketiaknya. Syahwatnya mula terbakar!
Khairani mula mengeluh bila dirasanya mulut Pak Itam berpindah dari ketiaknya, bergerak ke bawah dan berhenti pada salah satu putingnya buah dadanya. Khairani terasa cukup terangsang bila lidah Pak Itam memainkan hujung kedua dua putingnya. Tangan Khairani menarik kepala Pak Itam supaya lebih rapat pada teteknya. Kemudian tangannya menarik tangan Pak Itam dan dibawa kepada buah dadanya yang satu lagi yang tidak dihisap Pak Itam.
Bomoh ini macam faham kehendak Kharani. Dia terus meramas buah dada Khairani yang tidak dihisap. Khairani berasa bertambah lazat apabila kedua-dua puting teteknya dimainkan oleh bibir dan tangan Pak Itam bergilir-gilir. Dihisap dan diramas. Kemudian mulut Pak Itam merayap ke bawah. Khairani membuka sedikit kakinya bila dia terasa mulut Pak Itam kini ada dipusatnya.
Ini memberikan Pak Itam sedikit ruang untuk merayap di celah-celah peha. Khairani berasa lidah Pak Itam berada di atas bibir kemaluannya. Bila tersentuh oleh lidah Pak Itam pada lurahnya, Khairani menggeliat dan punggungnya terangkat ke atas. Ini membuatkan lidah Pak Itam terus masuk dalam kemaluan Khairani. Tangan Khairani terus memegang kepala Pak Itam dan menarik agar lebih rapat dengan kemaluannya. Lidah Pak Itam terus memainkan peranannya dan ini membuat Khairani berasa cukup ghairah.
Bila Pak Itam melihat Khairani sudah tak tentu hala bernafsu, dia bangun memegang batang zakarnya. Kemudian Pak Itam merapatkan kepala zakarnya pada kemaluan Khairani. Dengan gerakan perlahan tapi tegap, Pak Itam memasukkan zakarnnya dalam kemaluan Khairani buat kali ketiga. Maka berulanglah kesekian kalinya sejarah perhubungan Khairani dan Pak Itam.
Sejak Pak Itam berjaya menggoda Khairani pertama kali petang tadi, cikgu jelita ini sudah tidak segan silu lagi untuk menyerahkan tubuhnya pada bomoh yang banyak pengalaman menjinakkan hati perempuan.
Tidak ada siapa yang ambil peduli apa yang dibuat oleh Khairani dan Pak Itam pada malam ini. Tambahan pula hujan diluar rumah semakin lebat. Tubuh Khairani terus dikerjakan Pak Itam. Sambil menggeliat, badan Khairani terangkat ke atas, menyebabkan zakar Pak Itam dapat masuk ke dalam lubang kemaluan lebih jauh lagi. Namun demikian balak Pak Itam yang tidak sepanjang zakar Jenal tidak mampu menyentuh daging misteri dalam rahim Khairani. Khairani terus dikerjakan oleh Pak Itam.
Untuk menguatkan hentakannya, Pak Itam memegang punggung Khairani, dinaikkan sambil zakarnya terus menjunam dalam kemaluan cikgu yang cantik jelita ini. Khairani rasa cukup sedap bila terasa ada air panas dalam kemaluannya, bila Pak Itam memancutkan air maninya. Khairani juga turut sama-sama sampai dan badannya menggeletak.
Akhirnya, Pak Itam tertiarap atas badan Khairani dengan penuh semangat. Pak Itam menarik Khairani dan mereka terus bercium. Sambil itu tangan Pak Itam merayap dan meraba tetek Khairani. Ada ketikanya, mulut Pak Itam menghisap tetek.
“Boleh sekali lagi?” Tanya Pak Itam sambil mengusap ketiak Khairani.
“Sepuluh kali pun boleh!” Balas Khairani.
“Dah pulihlah tu.”
“Terima kasih Pak Itam kerana merawat saya.”
“Sekali lagi ya cikgu?”
“Sepuluh kalilah Pak Itam. Saya nak uji keberkesanan rawatan Pak Itam,” Khairani berkata dengan begitu semangat sekali.
“Ganasnya cikgu ni…”
“Boleh ya Pak Itam?” Tanya Khairani yang masih lagi bertenaga.
“Cikgu tadah sahajalah apam cikgu ni,” kata Pak Itam sambil mengusap kemaluan Khairani.
“Jilat ketiak saya Pak Itam.”
“Kenapa?”
“Sedaplah Pak Itam. Pandai Pak Itam merawatnya.”
Pak Itam meniarap di sebelah Khairani. Dia merapatkan mulutnya pada ketiak Khairani yang siap sedia terdedah. Kemudian Khairani berasa sedap sekali lagi apabila lidah Pak Itam menyentuh ketiaknya. Ah! Sedapnya tidak terkata.
Ketika Pak Itam menjilat ketiaknya, Khairani terasa yang zakar Pak Itam kembali tegang dan mencucuk badannya. Khairani tersenyum bila melihat Pak Itam meniarap atas badannya dan menolak zakarnya dalam kemaluannya sekali lagi. Dipeluknya Pak Itam rapat-rapat sambil Pak Itam dengan perlahan menjunamkan kemaluannya dalam kemaluan Khairani dengan hentakan demi hentakan. Malam berhujan lebat itu milik mereka!
Mereka mengulangi lagi perbuatan terkutuk itu sehingga menjelang dinihari untuk menguji keberkesanan rawatan Pak Itam. Mereka terlelap setelah membuat lima ujian tetapi Khairani masih lagi bertenaga. Namun demikian mereka tidak berupaya menghalang rasa mengantuk yang amat sangat kerana rawatan Pak Itam tidak termasuk menahan rasa mengantuk.
Khairani terjaga apabila matahari sudah meninggi. Dia bingkas bangun. Pak Itam terjaga apabila Khairani bangkit dengan pantas.
“Kenapa cikgu?”
“Hari dah siang Pak Itam. Saya dah lewat nak ke sekolah ni,” kata Khairani sambil menggerakkan ponggongnya untuk turun dari katil.
Dengan segera Pak Itam menarik tangan Khairani untuk menghalang dia turun dari katil. Tindakan Pak Itam ini menyebabkan tubuh Khairani rebah kembali di atas katil. Pak Itam semakin berani.
“Ambik MC lah cikgu.”
“Tapi saya tak sakit.”
“Itu boleh diatur,” kata Pak Itam. Dia mula meniarap di atas badan Khairani.
Cikgu jelita ini tidak pula membantah.
“Saya boleh buatkan cikgu sakit sekejap. Kalau jumpa doktor saya gerenti cikgu boleh dapat MC,” sambung Pak Itam sambil menatap wajah Khairani yang semakin jelita dalam keadaan belum basuh muka dan tidak bersolek.
Ghairah Pak Itam pada Khairani bangkit kembali apabila menatap wajah Khairani yang jelita semula jadi.
“Betul ke Pak Itam?”
“Apa? Cikgu tak percaya ke?”
“Kalau dah jadi, baru saya percaya.”
“Okey, saya akan buatkan cikgu sakit sementara. Tapi sebelum itu kita main dulu,” jelas Pak Itam mula mencium pipi Khairani yang berkulit halus.
“Jilat ketiak saya dulu Pak Itam.”
“Cikgu suka?”
“Tersangatlah sukanya Pak Itam,” jawab Khairani sambil mendedahkan kedua-dua ketiaknya menjadikan dia semakin mengghairah Pak Itam. “Pak Itam suka ke jilat ketiak saya?”
“Tersangatlah sukanya. Ketiak cikgu bersih. Tak ada bulu. Bau pun sedap,” jawab Pak Itam pula sambil mula menghidu dan menjilat ketiak kiri Khairani.
Khairani mula melayukan matanya untuk menghayati kesedapan sentuhan lidah Pak Itam pada ketiaknya. Sambil menjilat sekali sekala Pak Itam menggigit manja ketiak Khairani yang putih gebu itu. Khairani mengerang manja apabila menerima gigitan manja Pak Itam.
Setelah puas mencium dan menjilat ketiak Khairani, Pak Itam beralih pada sasaran lain pada tubuh cikgu jelita ini. Pak Itam mula mencium dan menjilat puah dada Khairani sambil menguli dan meramas dengan lembut.
Khairani terpesona dengan tindakan Pak Itam yang lembut dan mesra itu. Dia lupa seketika pada Jenal. Dia lupa seketika pada Mat Jodi. Dia juga lupa janjinya pada Jenal untuk tidak menyerahkan apamnya pada lelaki lain. Walau pun hajatnya bertemu Pak Itam untuk dapat rawatan, kini berubah pula kepada memuaskan kehendak syahwat dan berahinya. Khairani semakin tenggelam dengan permainan Pak Itam.
Khairani tersentak apabila dia berasa bibir dan lidah Pak Itam mula menyentuh kemaluannya. Dia mula menggeliat manja apabila menerima sentuhan bibir dan lidah Pak Itam di kemaluannya. Tangan Khairani mula mengusap kepala Pak Itam meminta supaya bomoh itu bertindak lebih ganas pada kemaluannya.
“Ooooooo… Pak Itam…. Sedap Pak Itam…. Sedap lidah Pak Itam….” Khairani mengerang manja.
Pak Itam semakin rakus menjilat kemaluan Khairani apabila mendengar cikgu jelita mengerang manja. Tindakan ini menyebabkan Khairani berasa semakin sedap.
“Adu Pak Itam… aduu… aduuu… aduuuu …. Pak Itammmmmm……” Khairani menjerit apabila rasa sedap itu sampai ke puncaknya.
Khairani mengepit kepala Pak Itam dengan kedua-dua pehanya sambil kedua-dua tangan memaut kepala katil. Kemudian dia berasa ada air keluar menderu-deru dari dalam lubang kemaluannya disertai dengan rasa lazat yang tidak terhingga.
“Sudahlah Pak Itam… sudahlah…. Geli.. gelilah Pak Itam. Saya tak tahannnnn…” Jerit Khairani setelah beberapa kali air nekmat menderu-deru keluar dari kemaluannya akibat jilatan Pak Itam yang tidak henti-henti.
Pak Itam masih tidak menghiraukan jeritan Khairani. Dia bagai mahu menikmati air nikmat Khairani sepuas-puasnya. Dia juga mahu tahu keadaan Khairani setelah mencapai puncak rasa nikmat.
Apabila melihat Pak Itam masih lagi rakus menjilat kemaluannya dan dia pula sudah tidak dapat menahan rasa geli bercampur nilu, Khairani terpaksa menarik kepala Pak Itam.
“Dahsayatlah Pak Itam ni…” rungut Khairani apabil berjaya melepaskan kemaluannya dari jilatan Pak Itam.
“Kenapa cikgu?”
“Gelilah Pak Itam.”
“Sedap pun geli.”
“Sedap sangatlah Pak Itam. Dah habis rasa sedap datang rasa geli pulak.”
“Oh! Gitu.” Kata Pak Itam sambil terseyum.
“Cepatlah Pak Itam. Masukkan kote Pak Itam. Saya tak tahan ni…”
“Dah geli pun masih nak kote Pak Itam.”
“Geli lidah dengan geli kote lainlah Pak Itam. Dah kena lidah pasti nak kena kote juga.”
“Pelik ya orang perempuan ni,” kata Pak Itam sambil menghalakan zakarnya pada alur kemaluan Khairani yang masih bertaup rapat.
“Apam cikgu macam apam anak dara,” puji Pak Itam sambil menguak bibir kemaluan Khairani dengan kepalanya.
“Kenapa Pak Itam?” Tanya Khairani apabila dia mula merasa kepala zakar Pak Itam mula menyelinap dalam alur kemaluannya.
“Bibir apam cikgu masih bertaup rapat. Macam belum pernah diusik,” jelas Pak Itam.
“Masih kuat kemut,” sambung Pak Itam apabila seluruh zakarnya terbenam dalam kemaluan Khairani.
“Kerasnya kote Pak Itam. Macam besi,” bisik Khairani apabila dia berasa zakar Pak Itam mula bergerak-gerak dalam lubang kemaluannya.
“Sakit ke?”
“Tak. Sedap macam kote laki saya.”
“Masih ingat laki cikgu lagi?”
“Susah saya nak lupakan kote laki saya bila rasa kote Pak Itam ni.”
“Tak takut dia marah?” Tanya Pak Itam mula mencium pipi gebu Khairani.
“Macam mana dia nak marah. Dia bukan tahu,” jawab Khairani sambil memaut bahu Pak Itam. “Kita main puas-puas ya Pak Itam.”
“Tapi cikgu kena ambil MC dulu.”
“Kita main puas-puas dulu ya Pak Itam. Lepas tu kita pergi klinik ambil MC?” Khairani sudah mula dapat menyesuaikan diri dengan Pak Itam lelaki yang baru dikenali itu.
“Suka hati cikgulah.”
Pak Itam mula menggerakkan zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani dengan laju berulang kali. Semakin laju gerakan zakar Pak Itam semakin sedap Khairani rasa. Semakin sedap dia rasa makin kuat dia merengek dan mengerang. Sepanjang hari itu mereka tidak henti-henti membuat kerja terkutuk itu. Mereka berehat hanya untuk mengambil cuti sekait selama dua hari.
530 notes · View notes
storyhorny · 10 months
Text
Nikmatnya Sekolah part3
-rumah-
Aku terus mengambil tuala dan terus mandi, aku hanya mengenakan singlet dan seluar pendek jenis tight sebab aku tau waktu segini hanya aku dirumah dan kak daiyan balik dalam pukul 3 atau 330. Aku pon terus kedapur mencari makanan. Malangnya takde satupon makanan yang tersedia. "Ish, dah tahu nak gi class tu siapkan makanan untuk aku dulu". Btw aku tinggal berdua dengan kakakku di rumah sewanya kerana sekolahku dekat dengan rumah sewanya dan universiti tempat kakakku lamjutkan pelajaran. Kami berdua berjauhan dengan keluarga kerana ayah aku taknak tinggalkan kamoung kerana itu sahaja harta pusaka keluarga yang tinggal. Aku mengambil kuali dan masak roti bakar untuk alas perutku. Habis sahaja aku makan, aku berehat sebentar untuk workout kerana rumah kakakku ada peralatan gym yang aku boleh gunakan di ruang tamu
~ckukk~
Aku terkejut lalu pandang ke pintu rumah. "Lah akak rupanya. Awal balik, biasanya 330 baru sampai". "Takdelah, akak ada buat assignment dengan kawan akak. Kena pakai laptop tuyang balik awal. Ni akak kenalkan kawan akak, Aqeela". "Hai, saya zul". Aqeela hanya diam seperti terkaku. Kak daiyan pon perhatikan apa yang berlaku, rupanya ada bonjolan di seluarku. "Dik, cover sikit. Hormat tetamu". Aku terkejut rupanya aqeela terpaku tengok aku. Aku cepat siapkan diri dan lari ke bilik. "Daiyan, hot juga adik kau tu. Dah ada gf ke belum tu? Ingatkan kakak je hot sampai jadi hot student kat uni, rupanya ada adik yang hot body budak sukan. Pastu, balak dia boleh tahan besar gak walaupon tak keras". "Shhtt jangan cakap kuat, nanti dia dengar. Dia memang suka pakai gitu kat rumah, nak goda aku lah konon. Kadang aku pon pakai juga pakaian yang boleh goda dia . Nasib kitorang adik beradik, kalau tak hari-hari main" aku hanya habiskan masaku didalam bilik seharian sambil melayan media sosial. Tiba-tiba aku dapat mesej dari kak daiyan yang Aqeela akan stay rumah dalam 2 hari kerana family dia tiada dirumah kerana ada urusan di luar negeri. Aku hanya balas ok kerana ni rumah kakakku, asal dia tak bawa jantan masuk rumah sudah. Memang aku hentak sampai lunyai.
-malam-
Aku terjaga dari tidur dalam pukul 130 pagi kerana terasa nak buang air kecil. Aku tak tahan terus berlari ke tandas di luar bilik. Setiba di tandas aku terus melepaskan hajatku... Tetiba aku dengar bunyi pintu tandas terbuka, rupanya aqeela masuk dengan mengenakan sport bra dan panties. tetiba batangku terus mengeras. Aqeela senyum lalu menutup pintu tandas dan menguncinya.
Tumblr media
Aqeela tolak aku ke dinding dan menciumku dengan penuh ghairah. Ciumannya yang lembut membuatkan ku ghairah sehingga tanganku secara spontan meramas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi puas kalau diratah. Aqeela terus terlanjang depan mataku lalu menanggalkan pakaianku. Aku terkejut dengan kelakuan dia seperti aku sedang bermimpi. Aqeela separa duduk dan terus mengolom batangku. Aku berasa ngilu kerana batangku beberapa kali bergesel dengan giginya mungkin sebab ghairah punya pasal tak fikir behave. Ketika ini muncul segala sex position yang aku tau semasa melayan video lucah kawan-kawan sekolahku bermain dengan bf diorang atau kawan sendiri. Aku terus mendirikan Aqeela dan mengangkat sebelah kakinya kelenganku. Aku terus masukkan batangku kedalam lubang pantatnya yang ketat. Aqeela terjerit apabila menerima tusukan batangku. Aku membuka shower agar suara Aqeela tidak didengari kakak aku. Kami bertarung agak lama. Dalam masa aku menjolok Aqeela, aku berperanan isap kedua teteknya dan meratah lehernya yang gebu. Wangian Aqeela membuat aku bertambah nafsu sehingga aku menjolok sedalamnya sehingga Aqeela senak dan mencapai klimaksnya yang pertama. Aku dukuang Aqeela dan meletakkannya diatas singki dan aku teruskan menjoloknya dalam counter tap position
~tok tok tok~
Aku dan Aqeela terhenti seketika kerana dengar bunyi pintu tandas diketuk. " Aqeela kau mandi ke, aku nak gi dapur jap masak meggi. Aku masak lebih nanti kau dah siap mandi kau turun bawahlah makan"." Arr...oo..okey.. nan..naanti aku tu..turun" suara Aqeela terputus-putus kerana aku masih menjoloknya dengan penuh bernafsu. Aku dah nak sampai klimaksku. Aku memberi isyarat kepada Aqeela. "Pancut je dalam, saya dah makan pil tadi". Aku terus tanamkan benihku kedalam pantat Aqeela... Kami kepuasan dan mandi bersama-sama. Selama 40 minit kami bertarung. Aqeela telah mencapai klimaks sebanyak tiga kali. Kami melanjutkan pertarungan kami keesokkan malamnya.
Tumblr media
-pagi-
Aku bersiap untuk ke sekolah walaupun aku masih mengantuk. Aku bersarapan dengan kak Daiyan dan Aqeela di dapur. Kaki aku bergesel dengan kaki Aqeela yang lembut dan licin, harumannya jangan cakaplah mainkkan nafsu aku dipagi hari. Dalam keadaan kelam kabut bercampur ngantuk aku bergegas ke sekolah menaiki kereta.
~pom~
Aku terperanjat kerana aku tak tahu apa yang aku langgar sebab mata aki tidak fokus ke jalan. "Aduuu sakitnya, eh cane awak bawa kereta haa? Saya ni nak rushing tetiba awak bawa kereta macam orang gila ". "Maaf saya tak perasan, awak ada luka apa-apa? Ke nak saya hantarkan ke tempat yang awak nak pergi tu?". "Nasib takde luka apa-apa cuma kaki terseliuh sikit. Awak hantar saya ke PPD (pejabat pendidikan daerah) ". "Owh, saya reri urut kaki terseliuh. Takpe kita naik kereta dulu nanti saya urutkan". Aku memapah gadis tersebut menaiki kereta. Tetiba nafsuku membuak-buak apabila aku menyentuh kulitnya yang gebu-gebu dan harumannya yang memukau sehingga aku tak perasan batangku dah mencanak naik. Aku suruh dia duduk menghadap aku dan melunjurkan kakinya. Aku pon mengurut kakinya dengan teratur dan tidak ganas. Dia yang bertindak ganas memyiksa batinku kerana kakinya tergesel dengan batangku membuatkan aku ngilu. Dalam masa yang sama kami berbual dan memperkenalkan diri. Rupanya dia adalah Siti Khadijah Halim. Aku terus memandu siti ke tempat yang ingin dituju. Sampai di parking, ada seorang adik menjual buah-buahan mengetuk pintu keretaku. Aku mengambil duit dan bayar adik tu sehingga aku lupa tarik handbrake. "Awak tarikan handbrake tu" aku tetiba rasa pelik seperti batangku di genggam. Aku menadangnya. Siti menggenggam batangku dengan kagum dan mempersonakan. "Aip, tak malu pegang orang punya. Nak ke?" "Not now coz I'm late already, next time ok. This is my number card". Siti turun dan berlalu pergi. Aku terus memecut ke sekolah, nasiblah sekolah dekat dengan ppd.
Tumblr media
Comment for part4
2K notes · View notes
lanmaxtremesblog · 5 months
Text
Kongkek Siti Nikmat
Ini adalah kisah nyata diriku. Namaku Amir dan panggilan mesraku ialah Am. Usiaku 30’an. Pendapatanku amat lumayan dan hobiku mengumpul kenalan untuk dikongkek. Telah hampir 15 tahun hidupku bergelumang dosa, iaitu sejak aku frust bercinta dengan kekasih yang amat aku sayangi. Sejak itu aku bertekad untuk merosakkan setiap gadis yang aku kenali. Berdasarkan pengalaman dan pergaulan harian, aku dengan mudah dapat memikat gadis yang aku ingini. Dengan skill aku yang tersendiri, jarang yang terlepas dari penangan butohku.
Perinsipku adalah “kalau tak dapat hari ini, lain kali boleh dapat juga.” Sesetengahnya memakan masa hampir seminggu baru aku dapat. Petikan dari pengalamanku juga, aku pernah amat menyukai pada seorang kenalan perempuan yang berumur awal 40’an. Dia ni isteri seorang pegawai majlis daerah. Siti namanya. Suaminya tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya lantaran lemah sahwat kerana berbagai penyakit. Si Siti ni bertubuh kecil. Potongan rambutnya seperti Zarina Zainuddin, mengerbang tapi kemas. Dia bertubuh kecil, sekecil Shela Majid. Wajahnya ayu dengan make up yang sederhana tebal tetapi mampu memukau setiap lelaki yang memandang. Bibirnya sentiasa merah merkah dan menggairahkan. Buah dadanya menonjol dengan potongan badan yang cukup menggiurkan. Dia sentiasa berbaju kebaya atau kurung moden.
Satu malam aku bertemu dengannya dekat tempat parking, lalu aku mengajaknya ke tempat tinggalku. Aku membawanya ke banglowku di kawasan penempatan yang terasing dari hiruk-piruk kota dan tiada gangguan. Aku tinggal sendirian di situ. Di ruang tamu rumahku aku meminta dia membiasakan diri seperti di rumah sendiri. Maklumlah kerana inilah kali pertama kami bertemu secara berdua sahaja dan di dalam bunglowku sendiri pula. Well… dia begitu cepat menyesuaikan diri.
Sambil kuhulurkan minum, aku berbual dengannya sambil mendengar alunan musik romantik. “Am tak sunyi tinggal seorang?” tanyanya memulakan bicara. “Siapa yang sudi temankan Am kak?…” balasku sambil memegang tangan dan merapat ke tubuhnya di atas sofa sambil membelainya. Dia memelukku secara tiba-tiba bagai tak ingin dilepaskan. “Kak…., Am sunyi sekali di sini. Rumah besar tapi….!” kataku tersekat-sekat. “Kalau Am sunyi… biar akak saja yang hiburkan…! Itu pun kalau Am mau…!” katanya lagi sambil mengusap-usap pangkal paha ku. Lepas tu bibir kami pun bertaup rapat. “Bila-bila pun akak sudi temankan. Kalau Am nak akak boleh layan Am lebih dari suami akak sendiri…!” Siti memegang tanganku dan membawanya ke arah bukit berkembar miliknya.
Terasa kenyal daging yang membukit tersebut. Tanpa disuruh aku meramas kedua teteknya dengan ganas. Tak puas dari luar, aku buka kancing bajunya satu persatu hingga terburai kesemuanya. Teteknya bagai bersesak padat hendak keluar dari bra yang dipakainya. Dalam cahaya terang, teteknya nampak putih bersih tanpa sebarang cacat cela. Tanpa membuang masa aku pun tanggalkan cangkuk branya dari belakang. Lepas tu kulurutkan pula baju serta kain yang dipakainya. Maka terdamparlah pakaiannya di atas lantai marble di ruang tamuku itu. Yang tinggal hanya seluar dalam yang bentuk “V” yang masih berperanan melindungi daerah terlarangnya itu. Aku mengulum dan menyonyot kepala teteknya yang bagaikan tumbung kelapa dengan bentuk bengkakkan di sekeliling tompok hitam kepala teteknya. Aku pasti anda pernah melihat bentuk seperti ini di dalam filem lucah. Malahan teteknya yang pejal itu juga membengkak seperti belon.
Dengan bernafsu sekali aku kerjakan teteknya. aku kulum dan aku nyonyot semahunya hinggakan dia menjerit-jerit kecil, “ahhh.. aaahh… ahhh…… seeddddaaapppnya…! Ammmm….!!!” bila ku gigit-gigit puting teteknya itu. Permainan kepala tetek berlangsung agak lama. Ianya sentiasa diiringi dengan dengusan nikmat dari mulutnya. Kemudian kucium seluruh tubuhnya hingga dia menlentik-lentik tidak dapat menahan kegelian.
Aku tidak mengucup bibirnyabuat sementara waktu kerana bibirnya yang merkah itu akan ku lumat di akhir permainan nanti. Lagipun bibirnya amat menawan dengan gincu yang berkilat-kilat bagaikan berair dan sudah pasti ianya mahal. Permainan di ruang tamu berlangsung cukup lama. Akhirnya aku merangkul tubuhnya untuk didukung masuk ke dalam bilik tidurku yang telah disusun kemas oleh pembantuku di siang hari tadi. Di atas tilam setebal satu setengah kaki itu aku londehkan seluar dalamnya dari tubuh. Kini terpampanglah segitiganya yang tembam dengan bulu hitam lebat merimbun di situ. Aku kangkangkan kedua pehanya selebar-lebarnya.
Di bawah cahaya neon yang terang benderang itu maka terpampanglah rahsia peribadi miliknya itu. “Kak… Am nak gunting sikit bulu akak ni ye….! Am nak buatkan satu bentuk yang menarik ok???” Kataku pada kak Siti. Terbedik-bedik biji matanya memikirkan hajat yang ku sampaikan itu. Tapi aku memang tak berniat nak tunggu jawapan darinya. Aku pun pantas mencapai pisau cukur, sikat dan gunting yang terletak di atas almari solekku. Bagai seorang tukang gunting profesional aku melarikkan mata pisau cukur ke atas tundunnya. Dengan kedudukan mengangkang seluas itu, aku bebas mengerjakan laman terlarangnya itu.
Mula mula aku buangkan bulu-bulu di sekeliling lurahnya. Kemudian aku bentukkan bentuk “Love” pada area atas sedikit dari kelentitnya yang nampak terjojol keluar. Aku gunting dan aku rapikan serapi yang mungkin. Tanpa sebarang bantahan kak Siti menyerahkan kemaluannya untuk aku kerjakan. Sambil itu aku melayan kenakalan ku dengan mengentel-gentelkan kelentitnya berulang-ulang kali. Lama kelamaan terpancarlah lendiran yang membasahi lurah di bawahnya. Setelah selesai, aku menariknya masuk ke dalam bilik air di bilik aku itu. Di situ aku mula mencuci kemaluan kak Siti dengan shampoo.
Aku buang semua cebisan bulu-bulu yang terlekat di celah lurahnya. Makulumlah lurahnya itu begitu melengas berair semasa aku mencukur bulu buritnya tadi. Sambil menyempoo, aku urut dan kuis-kuis kelentitnya. Aku buat kak Siti bagaikan si anak kecil yang tak reti mencuci kangkangnya sendiri. Tanpa membantah kak Siti menyerahkan kangkangnya ke tangan ku. Terpejam pejam matanya menikmati belaian tangan ku di situ. “Am…! Seedddaaappp laaaaa…!!! Main lagi kat situ……! Akak dah tak tahaaan… niiiiiiiii.” Aku pun usap dan aku picit-picit kelentinya dengan rakus. Apa lagi, berlejeranlah lendir yang membasahi celah kangkangnya. Batang kejantananku juga sudah perit menonjol seluar jean yang masih aku pakai. Setelah selesai, aku bangunkan dia dan menariknya kembali ke dalam bilik. Acara belaian diteruskan.
Tapi kini giliran Kak Siti pula mengerjakan aku. Aku berbaring saja di atas katil. Pakaianku dibuangnya satu persatu. Akhirnya aku dibogelkan oleh Kak Siti dengan ganasnya. Pakaianku dirabutnya dengan kuat hingga baju T yang aku pakai itu terkoyak. Aku amat menyukai caranya. Sambil dia membuang pakaianku, tangannya membelai dan mengusap-usap tubuh serta kemaluanku. Akhir sekali tangannya menggenggam kemaluanku sambil mengosok dengan lembut. Ianya membuatkan aku terasa amat nikmat walaupun hanya dengan belaian tangannya saja.
Kak Siti ternyata bijak memainkan peranan. Setiap kali terasa kemaluanku digigit-gigit manja, dan sesekali juga seluruh batangku masuk ke dalam mulutnya. Ianya dihisap dan dilulur. Tanpa ku sedari aku menjerit, “aarrrruuuggghhh…!” Ketika itu batang kemaluanku ditokaknya dengan kuat secara tiba-tiba. Ianya seolah olah tanpa mahu dilepaskannya. Lama batangku ditokak di dalam mulutnya. Kadang-kadang bagai dikunyahnya lembut. Semakin lama semakin sedap ku rasakan.
Apa lagi, aku pun mulalah menyorong tarik batang pelirku keluar masuk ke dalam mulut kak Siti. Tanganku pula tidak diam begitu sahaja. Aku pegang kepala kak Siti yang kecil itu. Sambil itu aku tarik tekan kepalanya hingga ke pangkal batang pelirku. Akibatnya berlumuranlah batang pelirku dengan air ludah Kak Siti. “Aaarrrrr gggggghhhh…! Kkkkaaaaakkkkk tttttaakkk ttttaaahhhaan……!!! Aaaammm….! gggrrhhh…..!!!!!!” Berbagai macam bunyi yang tak tentu bahasa terbit dari mulut kak Siti. Namun aku tetap juga sorongkan batang saktiku itu sedalam-dalamnya ke dalam mulut tersebut. Akhirnya dapat ku rasakan yang ianya dah masuk melepasi kerongkong kak Siti. Ketika itu kehangatan bagaikan memijat-mijat pelirku. Memang dah terlalu dalam aku sorong batang pelirku itu. Keadaan itu jelas terbukti apabila bibir kak Siti pun sudah bertaut rapat ke pangkal tundun aku. Agak lama juga aku benamkan batang pelirku ke kerongkong Kak Siti. Saja aku geram nak pekenakan mulutnya yang cantik itu. Kak Siti hampir tersedak kerana tidak dapat menahan nafas lagi. Matanya putih menahan nafas. Kak Siti mengelepar bagai ayam yang disembelih.
Namun mulutnya tetap juga tak terlepas dari tancapan batang pelirku. Tangannya merewang-rewang cuba melepaskan mulutnya dari batang pelirku. Kakinya menendang-nendang, tapi tak satu pun yang mengenai sasaran. Yang berselerak hanyalah bantal, selimut dan cadar yang bagai dilanda taufan layaknya. Kak Siti meronta semahu-mahunya. Celah kangkangnya berlendir dan comot dipaliti lendiran dari dalam buritnya sendiri. Memang banyak lendir pelicin yang terbit di situ. Lebih lebih lagi bila dah tiada bulu di sekeliling lurahnya itu. Maka jelaslah kelihatannya lendiran yang meleleh dari situ. Ianya dah penuh membasahi pangkal pehanya akibat dari rontaannya tadi. Nampaknya Kak Siti sudah pun berapa kali mencapai kemuncaknya. Lebih lebih lagi semasa tubuhnya mengejang keras sambil memeluk erat pada tubuhku.
Rontaan Kak Siti semakin lemah. Aku pun cabut keluar batang pelirku dari mulut Kak Siti untuk membiarkan ia mendapat nafas semula. Ketika itu kak Siti terlentang bulat bagaikan pengsan. Matanya tertutup rapat dengan hanya buah dadanya saja yang bergerak pantas naik turun bagaikan di pam-pam. Sambil kewalahan menarik nafas, dengusan nafasnya kuat sekali mengeluarkan bunyi, “ggggrrrhh….!!! gggrrrhhh….!!!” yang tidak putus-putus. Air liur berbuih-buih keluar dari mulut Kak Siti. Setelah sudah hampir dua setengah jam aku mengerjakannya, namun tiada tanda-tandanya yang aku telah puas. Yang pastinya aku akan terus mengganyang Kak Siti selepas ia pulih sebentar lagi. Setengah jam telah berlalu bilamana batang kejantanan aku dah terkulai layu. Kesan tompokan merah dari gincu Kak Siti nyata terpalit di sekeliling kepala dan batang aku yang dilingkari oleh urat-urat kasar. Puas gak rasa hati ku kerana gincu mahal yang mencantikkan bibirnya itu, akhirnya menjadi alat bagi menyedapkan batang aku. “Kak…dah okey ke???” tanyaku sambil mengusap lembut wajahnya.
Dia tersenyum memejamkan mata sambil menganggukkan kepala. Gerak tangan aku perlahan-lahan mengusap tompokan bulu kemaluannya yang sudah berbentuk love. Terasa kesat dan tajam di situ kerana bulunya dah aku gunting pendek. Kemudian aku julurkan jari telunjukku menuruni lurah buritnya masih licin. Jejariku bermain dan mengentel daging kelentitnya yang mulai mengeras. Semakin lama semakin keras ianya kurasakan.
Dengan dua batang jari, aku mengepit kelentitnya sambil mengocok-gocok. Kelentitnya terjojol keluar dari kulit nipis yang menutupinya. Kelentik kak Siti aku pusing-pusingkan dengan jari ku yang berada pada hujung kelentit berkenaan. Apa lagi, berlenggoklah punggung Kak Siti mengiringi perbuatanku itu. Jika dia tak menyambut sebegitu nescaya koyaklah kelentiknya aku kerjakan. Batang pelirku pun mulai mengeras. Aku kuak kedua peha Kak Siti hingga terkangkang luas. Kini giliran lidahku pula untuk mengerjakan kemaluan kak Siti. Aku mencium daerah terlarangnya. Aku sembamkan mukaku di situ dan aku putarkan mukaku pada buritnya. Sambil itu aku giat menghirup cairan licin yang terdapat di situ.
Akibatnya, cairan tersebut semakin banyak terpancar dari burit sempit kepunyaan kak Siti. Erangannya jelas terdengar. Kak Siti sudah tidak lagi tahu erti malu. Ini terbukti bila mana dia dengan tanpa segan silunya menjerit sekeras-kerasnya. Suasana banglow dan bilikku yang luas itu bergema dengan jeritan nafsunya yang memenuhi segenap ruang. “Kak nak yang special tak?? tanyaku lagi. “Am… buatlah apa saja yang Am suka pada akak malam niii. Akak serahkan segalanya untuk hidangan Am….! Am boleh seksa akak lagi macam tadi pun……! Seedddddaaap…. sayang….!!!” bisik Kak Siti ke telingaku. Aku semakin gairah bila mendengarkan lafaz pengabdian kak Siti terhadap ku. Aku pun angkat kaki Kak Siti setinggi yang boleh. Kemudian aku buka kangkangnya lebar-lebar. Hasilnya, maka terpampanglah dengan jelasnya setampok burit yang sudah terhidang di depan mata kepalaku. “Akak tahan aje macam niee…..! Jangan tutup kangkang akak. Ini paling special untuk akak malam niee…!” kataku padanya.
Tanpa memegang tubuhnya, aku hanya menjulurkan lidah ku menyentuh bibir buritnya. Kedua belah tangan ku sudah pun ke belakang tubuhku. Tangan kak Siti memegang kakinya sendiri supaya sentiasa terkangkang ketika aku menjalankan operasi dengan menggunakan mulut ku. Aku jilat buritnya dari lubang dubur hingga naik ke atas kelentitnya.
Ketika dikelentitnya, dengan skill tersendiri aku jilat secara memanjang ke atas. Serentak dengan itu, pantatnya pun ikut naik mengikuti jilatanku. Apa lagi, buka main gila kak Siti menjerit, “uuuugggghhh….!!!! sedaaaapppnya….!!! AAAaaamm……..!” Berkali-kali aku lakukan begitu iaitu tanpa menyentuh bahagian lain. Akibatnya, pemusatan keseluruhan nikmat yang kak Siti perolehi hanya tertumpu pada sekitar bahagian kelentitnya sahaja. Sesungguhnya itulah nikmat yang setiap perempuan cari. Cecair pelincir banyak keluar semasa operasi ini berlangsung. Suara jeritan nafsu kak Siti terus lantang berkumandang. Aku rasa ianya boleh kedengaran hingga ke perkarangan banglowku…! “Ammm…akak dah tak tahan nieeeee…… eeeeeee…!!!!!! Masukkan batang Am ke dalam ya sayanggggg…!” Masa tu batang pelirku juga bagai meronta minta aku segera tusukkan ia ke dalam burit Kak Siti. Batang pelirku di raih oleh tangannya sambil digentel pada kelentitnya sendiri.
Semakin ganas semakin ngilu terasa di hujung pelirku. Aku mengerang dalam kenikmatan. Setelah tak tahan dipermainkan sebegitu rupa, maka kedua tanganku mulalah memegang kaki Kak Siti. Ianya aku kuak luas hingga terpampanglah buritnya dengan keadaan lubang yang kelihatan amat sempit. Aku rasa ianya hanya muat untuk menampung jari kelingking aku sahaja. Namun tetap aku halakan juga kepala torpedoku tepat di mulut buritnya. Aku lihat Kak Siti menahan nafas sambil mengemut buritnya. Dapat aku rasakan lubang buritnya semakin mengecil kerana kepala pelirku terasa semakin merapat di situ. Aku tekan batang aku ke bawah untuk cuba memaksa ia memasuki pintu yang maha sempit itu. Burit dan punggungnya memang ikut tertekan ke bawah. Namun kepala pelirku sedikit pun tidak lepas masuk ke dalam lubang buritnya walaupun banyak air pelincir di situ.
Dua kali aku cuba tapi masih tetap sama. Aku mula tertanya tanya mungkinkah batang pelirku terlalu besar untuk lubangnya itu? Tapi saiz batang butuhku biasa sahaja cuma panjang sedikit dari kebanyakan lelaki Melayu. Akhirnya aku cuba menjoloknya dengan jari kelingkingku. Tapi Kak Siti pula segera menghalang. Tangannya dengan cepat menangkap tanganku sebelum sempat kujolokkan masuk ke dalam lubang buritnya. “Am….! Yang ini special dari akak…! Jangan guna jariiiiii…..!” Kak Siti meminta kerjasama ku. Memang nyata lubang buritnya terlalu sempit.
Aku tak dapat masukkan kepala butohku walau pun sedikit. Ianya hanya sekadar mencecah bibir dan pintu kemaluannya saja. “Kak…! Kenapa sempit sangat niee…..?” Inilah kali pertama aku menutuh burit isteri seseorang yang sebegitu sempit. Bahkan ianya lebih sempit dari milik gadis perawan. Aku mula merasakan amat bertuah dapat menikmati persetubuhan ini. “Am….! Ini rahsia akak tau…..! Khas untuk Am saja….!” katanya pada ku. “Akak akan tahan nafas sambil mengemut burit akak macam niii….” Kak Siti pun menunjukkan buritnya padaku. “Jadi…. itulah pasal lubang akak sentiasa sempit…..! Semasa Am nak masukkan tadi, otot di sekeliling lubang akak ni akan mengeras. Sebab tulah susah butuh Am nak masuk…!” Ujarnya dengan panjang lebar. Aku akui bahawa kak Siti memanglah hebat. Walaupun agak berumur tapi buritnya sempit mengalahkan anak dara sunti…! Kak Siti memang mahir di dalam kesenian memainkan buritnya sendiri. Sebagai perbandingan, aku pernah menyuruh beberapa orang perempuan yang aku setubuhi selepas tu untuk melakukan cara serupa. Namun tak ada yang dapat menandingi kehebatan Kak Siti.
Dia bukan saja sekadar dapat menahan kemutan dengan agak lama, malahan ia juga bertindak memicit-micit batang pelir aku semasa hujaman dan tarikan. Ianya mampu kak Siti lakukan hanya dengan menggunakan kekuatan kemutan otot buritnya. Jadi memanglah tak hairan bila aku paling sedap bila dapat bersetubuh dengan Kak Siti. Tak lama kemudian aku mencuba lagi untuk kali ketiganya. Masa tu aku perhatikan kak Siti agak terleka. Dia langsung tak perasan yang aku nak cuba rodokkan butoh aku ke dalam lubang kemaluannya. Menyedari akan kesempatan tersebut, aku pun rodoklah buritnya dengan ganas. Dengan satu tikaman yang amat keras aku terjahkan butoh aku ke arah lubang burit kak Siti. Secara tiba-tiba jugalah kepala pelirku terbenam ke dalam lubang buritnya. Kak Siti kaget dengan tindakanku. Aku berjaya kali ini. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya tenggelam juga semua batang pelirku. Ianya dah pun selamat berkubang di dalam lubang nikmat Kak Siti.
Aku tersenyum sedaaappppp…! Tanpa banyak membuang masa, acara sorong tarik pun bermulalah. Ianya seiringan dengan kemutan yang berterusan dari Kak Siti. Enjutan dari perlahan hinggalah ke pergelutan yang ganas berlaku antara aku dan Kak Siti. Kumutan kemaluannya seiring dengan enjutan tongkat saktiku. Butoh ku rasanya seperti disedut-sedut memasuki kemaluannya semasa ia mengemut batang ku. Butoh ku juga terasa bagaikan tetek lembu yang diperah-perah bila berada di dalam kemaluan kak Siti. Ternyatalah bahawa lubangnya terlalu sempit jika dibandingkan dengan anak gadis lain yang pernah aku setubuhi. Itulah yang membuatkan aku amat ketagih untuk berulang kali bersetubuh dengan kak Siti.
Permainan agak lama menunjukkan tanda-tanda akan berakhirnya persetubuhan kami. Kak Siti sudah pun beberapa kali mencapai klimax. Berbagai style kami dah lakukan. Samada dari depan, sisi, atas, bawah dan belakang. Begitu juga dengan acara lipat-melipat juga yang tidak kurang hebatnya. Melentik-lentik tubuh Kak Siti aku kerjakan. Bagaikan ahli akrobatik dia jadinya. Tubuh kecil molek Kak Siti yang ringan itu memudahkan kerjaku. Aku pangku dia sambil berdiri saja. Kemudian aku lipat kakinya hinggakan bertemu lutut dengan bahunya sendiri. Lepas tu ku hujam senjataku ke dalam kemaluannya secara terbalik dalam posisi begitu. Kepala pelirku menyentuh dan menghentak masuk hingga ke pintu rahim kak Siti yang agak pejal di dalam buritnya itu. Kasaran tindakkan aku tu membuatkan Kak Siti menjerit keras kerana terkejut disondoli kesenakkan.
Setelah hampir puas aku terlentangkan tubuhnya seperti posisi awal tadi. Sebelum mengakhiri persetubuhan, aku kejutkan kemaluan kak Siti dengan satu hujaman keras. Butoh panjang aku tu merodok buritnya sedalam yang mungkin. Pangkal butoh aku pun sampai dah boleh menyentuh-nyentuh biji kelentitnya. Hujung kepala butuh ku pula dah sampai ke penghujungan telaga bunting kak Siti. Ia dah mula dapat menyentuh bahagian yang terasa keras dan agak kenyal di situ. Bila dah sampai ke tahap yang sebegitu, maka seiring Kak Siti pun mulalah menjerit ganas.
“AAAHHH…..!!! UUHHHH………!!! hhheeee……!!! iiiiiiiitttttttt…..!!!” Terteran-teran suara kak Siti. Aku pulak dengan satu kejutan yang pantas, aku cabut keluar keseluruhan batang sakti ku dari buritnya. “Aaaaaaauuuuuuggggggghhhhhhh……!!!!!!!!” Jerit lolong dari kak Siti. Sambil itu kemaluannya bagaikan terkencing-kencing memancutkan beberapa das air yang serba jernih dan melekik-lekik. Ketika itu aku perhatikan bahawa kelakuan kemaluan kak Siti itu tak ubah seperti dia sedang menerbitkan air kencing. Itu yang membuatkan aku terkejut dan kaget.
Itulah pengalaman pertamaku dapat menutuh burit perempuan yang sampai kemaluannya boleh terpancutkan kencingan air yang sebegitu banyak. Air yang terpancut dari kemaluan kak Siti itu macam air kencing tapi aku rasa ianya bukanlah air kencing. Mungkin ianya satu macam semburan air nafsu yang terbitnya dari daya kemutan buritnya yang maha hebat itu. Air nafsunya keluar lagi apabila ia mengemut-ngemutkan buritnya. Ketika aku gintel kelentitnya, lebih kencang kencingannya hingga membasahi sebahagian selimut dan tilamku. Sambil melolongkan jerit nikmat, Kak Siti tanpa segan silu terus memancutkan kencingan air nafsunya itu. Ukiran kenikmatan yang amat sangat di wajahnya itu membuatkan aku bertambah nafsu padanya. Kekadang terpancut kencingan airnya hingga membasahi batangku yang sedang berada betul betul di hadapan kemaluannya. Ia berlaku beberapa kali lagi. Ketika itu tangan ku kemas mengepit kelentit Kak Siti.
Keadaan yang sebegitu rupa hanya berlaku apabila Kak Siti benar-benar 100% puas dengan foreplay yang cukup panjang. Setelah berkali-kali ku perhatikan, aku mula mengetahui teknik dan caranya untuk membuatkan Kak Siti mengelepar sampai memancutkan kencing air nafsunya pada setiap kali aku mengongkek buritnya. Suaminya sendiri tidak pernah menutuh buritnya sampai keluar air nafsu seperti yang aku lakukan itu. Kata kak Siti ianya terlalu nikmat dan tidak tertahan nafsunya bila aku berbuat begitu terhadapnya. Bayangkanlah bahawa pernah dia datang ke rumahku di tengah malam buta semata-mata untuk meminta aku mengongkek buritnya sampai terkeluar kencingan air nafsunya. Pada malam tu saja kami dah berjaya lakukan sebanyak beberapa kali lagi. Akibatnya kami berdua merasai amat keletihan pada siang harinya.
Berbogelan kami tidur berpelukan di atas tempat tidur yang sudah serba kebasahan. Badan kak Siti pula penuh terpalitkan air maniku yang kental. Bila air mani tu dah kering, ianya mulalah berkeruping pada badannya. Begitu jugalah pada keadaan muka dan di dalam mulut Kak Siti. Habis kesemua kecantikannya telah bersalut dengan kesan kesan pancutan air mani aku. Keesokannya, setelah puas melayari bahtera dengan kak Siti pada malam tadi, aku terpaksa mengambil cuti kerana amat keletihan. Kini Kak Siti bagaikan ahli keluargaku sendiri. Dia bebas untuk masuk keluar ke dalam banglowku walaupun di siang hari ketika pembantu rumah aku ada di rumah. Aku pula sentiasa berkesanggupan untuk melayan nafsu buasnya. Walaupun kadang-kadang bila aku sedang bersetubuh dengan orang lain, Kak Siti rela menungu gilirannya untuk aku mnyetubuhi buritnya selepas itu. Bayangkanlah berapa lama masa yang diperlukan untuk aku ejakulasi lagi…! Pernah dari jam 10.00 malam hingga 3.00 pagi barulah air maniku keluar. Inilah kesah cerita ku. Namun nama penuh terpaksalah aku rahsiakan.
Cerita ini adalah pengalamaku sendiri. Itulah juga sebabnya aku masih membujang sampai ke hari ini. Sebab aku boleh mendapat nikmat seks pada bila-bila saja. Ada di antara perempuan yang aku kenali itu boleh aku ajak terus, dan ada pula yang terpaksa aku pujuk rayu dengan bermacam janji. Tetapi memang kesemua perempuan yang aku ngorat itu telah berjaya aku celapak kangkang mereka. Aku setubuhi mereka sampai selama beberapa jam. Bila benih zuriat aku tu dah berjaya aku taburkan ke dalam gudang bunting mereka, barulah aku berpuas hati.
Setiap anak dara yang terjerat masuk ke dalam banglowku ini, hanya aku benarkan pulang setelah aku melucutkan taraf kedaraan mereka itu. Begitu juga janda maupun isteri, semuanya pasti dapat menjadi habuan batang aku ni. Ada yang mudah dapat dan ada juga yang terpaksa bersusah-susah barulah boleh dapat. Namun kak Sitilah yang paling aku suka…! Sebab keupayaannya luar biasa dan ganas. Tempat tak kira, dari banglowku sendiri, dalam hutan, tepi sungai maupun dalam kereta. Aku pernah pergi ke rumah seorang kawan perempuan pada hari raya. Dia tu masih menuntut di sekolah menengah yang berhampiran. Budaknya tinggi lampai dan berkulit putih melepak. Bodynya tu saja boleh buat berasap batang lelaki bila melihatkannya. Apa tidaknya, bontot dia dahlah besar, menunggek lak tu…! Buah dadanya yang tersergam indah itu jelas melengkapkan dia sebagai seorang perempuan yang cukup sempurna kejelitaannya. Aku berkenalan dengan dia kira kira 2 bulan yang lalu. Pertama kali aku tengok dia aku dah syak bahawa dia tu masih dara lagi.
Masa tu dia memakai T-shirt tanpa lengan yang jelas mendedahkan pusatnya. Kain yang dipakainya pula agak sendat dan ketat. Dengan corak pakaian yang sebegitu, memang mendidih nafsu aku dibuatnya. Segala liku bentuk tubuhnya yang cantik itu terpamir di depan mata kepala ku dengan sejelas jelasnya. Awal awal lagi aku dah memasang niat serong terhadapnya. “Kejap nanti, dara kamu tu mesti aku pecahkan…!” Kata suara nafsu aku. Tapi ternyata dia bukannya gadis yang mudah untuk dirosakkan. Dari pagi aku melayaninya dengan berbagai janji dan pujukan. Namun dia tetap tidak berani untuk masuk ke banglowku. Lepas makan tengahari, aku lepak dengan dia kat sebuah taman yang tak berapa jauh dari banglowku. Lebih kurang satu jam berada di situ, dia mula mengadu hendak buang air besar. Memandangkan tandas awam kat situ keadaannya kurang memuaskan, maka terbukalah alasan yang baik untuk aku mengundangnya ke banglowku.
Oleh kerana dah terdesak maka dia pun bersetujulah dengan cadangan aku tu. Bila dah masuk ke dalam bilek aku, senanglah kerja aku untuk memasukkan jarum pujukan yang selanjutnya. Rupa rupanya memang sudah ditakdirkan daranya itu pecah dengan sondolan butoh aku. Maka terjebak jugalah keperawanan si jelita itu menjadi mangsa butoh aku. Kesan kesan darah yang terdapat pada cadar putih aku tu akhirnya menjadi bukti akan kedurjanaan yang telah menodai kesuciannya itu. Pada hari raya tahun itu aku memandu kereta kat kawasan rumahnya. Aku ternampak dia sedang menjirus bunga diperkarangan rumahnya. Masa tu dia berkain batik yang agak singkat lagi sendat. Segera aku memberhentikan kenderaan untuk menonton aksi pergerakkan tubuhnya yang cukup membangkitkan nafsu aku.
Dari perhatian ku, aku dah dapat mengagak bahawa dia tidak memakai sebarang seluar dalam. “Nantilah….! Kejap lagi akan ku selak kain kamu tu sampai nampak lubang sedap kamu tu.” Lafaz hajat hajat serong di hatiku. Dia berT-Shirt hitam yang berlengan panjang. Tetapi potongannya amat singkat iaitu 6 inci di atas paras pusatnya. Bila dia mengangkat lengannya dengan agak tinggi, kemerahan puting susunya pun mampu terjenguk jenguk sikit bagi mengesahkan yang dia juga tak memakai coli. Bahagian perutnya yang putih melepak tu cukup cantik bila terdedah begitu.
Segala yang ku lihat itu benar benar telah mengundang hajat berahi ku terhadapnya. Aku pun segeralah parking kereta dan masuk untuk bertandang raya di rumahnya. Secara kebetulan pula di rumahnya itu hanya tinggal dia dan ibunya saja. Ahli-ahli keluarganya yang lain tidak pulang berhari raya. Tak berapa lama kemudian ibunya pula tinggalkan aku berduaan dengan dia di rumah itu. Ibunya keluar ke rumah jiran sebelah untuk berhari raya di situ. Dia pun datanglah kepada ku dengan membawa sedulang air minuman. Masa tu aku sedang duduk di atas sofa. Bila sampai aje dekat aku, aku pun pantas bertindak menyelak kainnya. Dia terperangkap tidak dapat menghalang perbuatan tak senonoh aku tu kerana kedua belah tangannya sedang memegang dulang air minuman.
Maka dengan sewenang-wenanglah aku boleh bermaharajarela menyingkap kainnya dengan sesuka hati ku. Apa lagi, terdedahlah kemaluannya yang tidak berbulu itu. Aku lilitkan kainnya itu pada paras pinggangnya. Maka terbogellah tubuhnya dari pinggang ke bawah. Kemudian aku tarik dia supaya duduk di atas pelir ku yang dah siap terpacak keras. Butoh aku tu tepat memasuki lubang kemaluannya. Apa lagi….! Aku pun hayun lah aksi persetubuhan kat ruang tamu rumahnya itu. Masa tu pintu depan kat ruang tamu tu pun sedang terbuka luas. Dengan keadaan kami yang mengadap ke muka pintu, aku pasti sesiapa juga yang lalu lalang di situ sudah pasti boleh nampak akan perbuatan kami itu. Maklumlah hari raya. Memang pun ramai yang lalu lalang kat situ.
Dan ramai juga yang telah dapat menyaksikan persetubuhan kami. Tapi aku rasa kebanyakkannya lebih berminat nak tengok kecantikan batang tubuh si dia tu. Selama lebih sejam butoh aku berkubang dalam buritnya. Akhirnya aku pancut air mani aku ke dalam perutnya. Oleh kerana terlalu geram, maka amat banyak air benih itu aku taburkan ke dalam sarang buntingnya yang tengah subur itu. Tiba-tiba terdengar suara maknya masuk dari dapur ke ruang tamu. Kelam kabut dia bangun memperbetulkan kainnya. Nasib baik aku dah selamat tembak kesemua air mani ku ke dalam kemaluannya. Puas betul rasanya bila dapat selesaikan persetubuhan di dalam keadaan yang serba tidak selamat.
Bila maknya datang dia pun segera ke dapur. Maknya duduk di hadapan aku dengan membelakangi dapur. Aku berbual dengan maknya buat seketika. Perlahan lahan anaknya dia muncul dari dapur. Kali ini dia berkeadaan tanpa seurat benang di tubuhnya. Terkebil-kebil biji mata ku mengkagumi keberaniannya. Tapi maknya sedikit pun tak nampak perbuatan anaknya itu sebab ianya berlaku di belakangnya. Aku lihat pada kemaluannya dah penuh diselaputi air mani aku yang berwarna pekat keputihan. Tak kurang juga banyaknya yang dah melimpah ke pangkal pehanya. Dengan penuh bangganya dia mempamirkan hasil penzinaan yang baru saja selesai kami lakukan tadi. Tanpa menoleh ke belakang, maknya bersuara menyuruh anaknya mengangkit kain di jemuran belakang rumah. Selamba aje anaknya menjawab persetujuan untuk melakukannya.
Masa tu berdebar jantung ku takut kalau kalau maknya menoleh ke belakang. Anaknya pun segeralah bergerak ke arah pintu belakang. Tiba tiba talipon berdering dan segera diangkat oleh maknya. Sementara berlangsungnya perbualan talipon, aku memohon izin untuk ke bilek air di dapur sana. Tujuan aku yang sebenarnya hanyalah untuk memerhatikan tingkah laku anaknya. Bila sampai saja di dapur aku lihat kain batik dan baju anaknya masih lagi terperap di atas lantai. Segera aku bergerak menuju ke pintu dapor yang memang dah ternganga itu. Perlahan lahan aku mengintai ke luar. Memanglah budak tu sedang mengangkit kain jemuran di belakang rumahnya. Dia berdiri mengadap ke arah aku. Tapi selamba aje dia melakukan kerja itu di dalam keadaan bertelanjang bulat. Secara kebetulan pulak, tak berapa lama kemudian lalulah seorang hindu penjual roti. Aku teka sudah pasti budak itu segera berlari masuk ke dalam rumah kerana malu. Tapi sangkaan aku ternyata tidak tepat.
Dia masih lagi selamba buat kerja di situ dengan menghalakan belakangnya ke arah si penjual roti. Si roti itu pula bukan main seronok lagi dapat tengok tubuh budak melayu yang serba putih melepak itu. Tapi dia cuma dapat tengok bahagian belakangnya saja. Seberapa hampir, dia pun parkinglah motosikalnya di situ. Jaraknya tak sampai 10 kaki dari kedudukan aku. Dengan budak perempuan itu pula tentulah lebih dekat lagi. Segala pelusok bahagian belakang tuboh bogel budak perempuan itu dapat ditontonnya dengan amat jelas. Tak lama kemudian si cantik manis yang berbogel itu beraleh posisi. Dia berdiri mengadap si penjual roti tersebut. Dia seolah oleh sengaja nak mempamirkan tetek dan kemaluannya pada pada lelaki berkenaan. Mata lelaki itu jelas tertumpu pada celah kangkang budak tu. Cukup minat dia melihatkan ketembaman setampuk tundun yang tak berbulu itu. Malahan kegeraman dia semakin ketara bila mana dia dah mula mengeluarkan butohnya sendiri. Batang yang hitam legamnya itu memang sudah jelas terpacak keras. Dari gaya keadaan tersebut aku agak dah tentu sekarang kurangnya seminggu batang itu tidak diservis. Apa lagi, butoh yang keras itu pun mulalah dihayunnya dengan tangan sendiri.
Budak perempuan itu pulak tercegat berdiri melayan pandangan ke arah batang hitam yang tidak bersunat itu. Mungkin dia berminat pada keadaan kepala butoh itu yang menyelinap keluar masuk melalui kulit yang tidak berkhatan itu. Kepala butoh hindu yang sepanjang dua gengam tangan itu semakin pantas dihayun. Kegeraman nafsunya cukup tercuit dengan keadaan kemaluan perempuan melayu itu. Mana tidaknya, burit itu masih lagi penuh berselupur dengan kesan kesan air mani aku yang serba memutih. Segala bukti yang terpalit di celah kangkang budak itu adalah jelas menunjukkan bahawa dia baru saja selesai melakukan persetubuhan.
Si penjual roti itu sudah pasti beranggapan bahawa kemaluan si cantik rupawan itu memang dah selalu menjadi sarang bagi memenuhi desakan butoh beberapa orang lelaki. Aku lihat kepala butohnya dah mula berkilat kilat untuk meledakkan air mani. Dia melakukan beberapa langkah ke hadapan dan berhenti betul-betul di tepi pagar. Sambil melangkah, seluar yang dipakainya terlucut hingga ke pergelangan kakinya. Maka berbogellah juga si penjual roti itu dari paras pinggang ke bawah. Masa tu hanya jarak 3 kaki sahaja di antara dia dengan budak perempuan tu. Aku tau tujuannya untuk mendekatkan jarak ialah untuk memandikan budak telanjang itu dengan hujan air maninya nanti. Tak berapa lama kemudian mulalah bersembur-sembur terbitnya pancutan air mani dari butoh yang tak berkhatan itu.
Budak perempuan itu pula masih lagi selamba aje berdiri di tempatnya. Apalagi, alamat ratalah tubuh bogel itu kena simbah dengan air mani hindu tersebut. Lelehan tompok tompok yang serba keputihan penuh terpalit kat muka dan dadanya. Bibir merkah delima budak itu pun juga turut sama terkena semburan peluru nafsu si penjual roti itu. Bukan main puas lagi hatinya dapat pekenakan lancapan yang sebegitu rupa ke atas seorang jelitawan melayu. Tak berapa lama kemudian dia pun beredarlah dari situ. Aku pun masuk semula ke dalam ruang tamu. Masa tu si maknya baru saja meletakkan gagang talipon. Aku pun duduk kembali di atas sofa dan meneruskan perbualan dengan maknya.
Sambil berbual aku nampak anaknya mucul dari dapur dengan membawa sebakul kain yang baru diangkitnya tadi. Berdebar jantung aku bila melihatkan keadaannya masih lagi telanjang. Kali ni lebih teruk lagi. Sekarang bukan saja kangkangnya yang penuh dengan kesan air mani, tapi kat muka dan dadanya pun sama juga. Mujurlah ketika itu maknya sedang rancak berbual dengan aku. Jadi dia langsung tak berkesempatan untuk menoleh ke belakang. Si anaknya pula berbogelan aje di belakang maknya dan terus mendaki tangga menaiki tingkat atas.
Tak berapa lama kemudian aku pun meminta diri untuk pulang. Lepas peristiwa itu, adalah beberapa kali aku datang menjengok semula ke rumah tersebut. Bila dia datang menyambut aku kat pintu pagar dengan memakai T-shirt singat dan berkain batik, kat situ jugalah aku lucutkan kain batik yang dipakainya. Lepas itu barulah aku pimpin tangannya dan terus masuk ke dalam rumah. Bila air mani aku dah penuh bertakung di dalam perutnya barulah aku pulang. 
By_lanmaxtremesblog
492 notes · View notes
nalza73 · 5 months
Text
Aku dirogol tukang kebunku yang power walaupun berumur 50an
Pagi itu ibuku marah-marah lagi. Hasratku untuk berkahwin dengan Azman kawan sekuliahku ditentang habis-habisan. Bapa dan ibu meminta agar aku menangguh hasratku sehingga tamat belajar dan bekerja. Ini bermakna dua tahun lagi aku terpaksa menunggu. Azman hanya menurut kehendakku. Bagi dia bila-bila masa pun tidak menjadi halangan. Fikiranku rungsing. Aku menelefon Azman supaya segera datang ke rumahku. Tergesa-gesa Azman datang memenuhi hasratku. Sesampainya di rumah aku mengajak Azman ke Brinchang, Cameron Highlands. Di sana ada rumah rehat kepunyaan bapaku. Azman memandu Honda City kepunyaanku mengikut jalan baru dari Ipoh terus ke Cameron Highlands. Pak Salim yang ditugaskan menjaga rumah rehat tersebut menyambut kedatangan kami. Lelaki berusia 50-an itu sudah lama bertugas di tempat tersebut. Pak Salim tinggal berdua dengan isterinya Mak Mah tinggal di bilik belakang rumah rehat bapaku yang mempunyai enam bilik.
Malam itu aku dan Azman tidak ke mana-mana. Selepas makan di sebuah restoran di pekan Brinchang kami pulang ke rumah rehat. Selepas menonton tv, kira-kira pukul 11.30 malam kami masuk tidur. Seperti selalu kami tidur sebilik dan seperti selalu juga peristiwa sepatutnya berlaku bila dua manusia berlainan jenis bersama terjadi juga malam itu. Setelah penat bertarung kami tidur nyenyak. Pagi-pagi selepas subuh Azman pulang ke KL. Katanya dia tidak mahu terlepas kuliah penting pagi itu. Aku tinggal saja di Brinchang kerana tiada mood untuk ke kuliah. Azman berjanji akan mengambil aku dua hari lagi. Malam itu aku tinggal seorang diri. Ada bunyi ketukan di pintu. Dengan malas aku membuka bila ketukan makin kuat. Begitu pintu terbuka aku melihat sesosok tubuh berada beberapa meter di hadapan. Pak Salim tersenyum ke arahku. “Apa hal Pak Salim,” tanyaku kepada Pak Salim. “Ini Cik Linda, isteri saya sudah sebulan pulang kampung.” “Kalau isteri Pak Salim pulang kampung, kenapa?” tanyaku. “Saya kesunyian. Boleh saya tidur dengan Cik Linda.”
Tersengih Pak Salim. “Pak Salim jangan kurang ajar. Pak Salim boleh dipecat kalau bapa saya tahu.” “Tapi malam tadi Cik Linda tidur dengan Azman. Kalau bapa Cik Linda tahu pasti Cik Linda menghadapi masalah.” katanya dengan mata menatapi tubuhku yang terbungkus baju tidur warna pink. Aku terkejut. Rupanya Pak Salim mengintip kejadian di bilik tidurku. Aku malas meneruskan perbualanku. Aku bergerak ke bilikku, namun sebelum pintu tertutup dia menahannya dengan kaki, lalu menyelinap masuk ke bilikku dan menguncinya. “Tenang saja Cik Linda, anggap saja saya ini Azman,” katanya menyeringai menampakkan giginya yang berkarat. “Pak Salim hanya bekerja di sini, lebih baik Pak Salim keluar,” herdikku dengan telunjuk mengarah ke pintu. Bukannya menuruti perintahku dia malah melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam seolah menelanjangiku. Badannya yang sasa dan berotot-otot itu membuatku gerun. Tapi aku cuba menyembunyi ketakutanku. “Melayan Cik Linda pun sebahagian kerja saya.”
“Tapi tugas Pak Salim menjaga rumah dan sebagai tukang kebun.” “Tugas tukang kebun mencuci halaman rumah. Sekarang saya nak mencuci lubang Cik Linda pula.” “Pak Salim jangan berkurang ajar, cepat Pak Salim keluar,” bentakku lagi. Namun hatiku kecut juga. Pak Salim bukan keluar malah makin menghampiriku. Aku terus mundur selangkah demi selangkah menghindarinya, jantungku semakin berdebar-debar takut diperkosa. Akhirnya kakiku tersandung tepi katilku hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan Pak Salim, dia langsung menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya. Namun tindakanku yang meronta-ronta itu malah membuatnya semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil memeluk tubuhku. Aku menggeleng kepalaku kiri kanan ketika dia hendak menciumku. Aku cuba menjerit tapi dengan cepat Pak Salim memekup mulutku dengan telapak tangannya yang besar dan kasar. “Cik Linda boleh menjerit sekuat-kuatnya, tak ada siapa yang mendengar.”
Tangannya yang kekar itu telah berhasil memegang kedua lenganku dan direntangkannya ke atas kepalaku. Aku seperti terkunci, tak boleh berbuat apa-apa lagi. Aku cuba mengelak dengan memalingkan mukaku. Itu pun sia-sia saja. Kudrat Pak Salim tak mampu aku menandinginya. Bibirnya yang tebal dan hitam legam itu sekarang menempel di bibirku, aku dapat merasakan misai pendek yang kasar menyapu sekitar bibirku. Aku menjadi lemah kerana kehabisan tenaga meronta melawan kegagahan Pak Salim. Akhirnya mau tidak mau aku harus mengikuti nafsunya. Orang lama yang penuh pengalaman, Pak Salim merangsangku dengan mengulum bibirku. Terpaksa aku menyesuaikan diriku dengan mulutnya yang berbau itu. Mataku terpejam cuba menikmati cumbuannya, lidahnya terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulutku. Mulutku pun pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk dan bermain di dalamnya, lidahku secara refleks beradu dengan lidah tua penjaga rumah rehatku. Tak guna aku melawan. Menghadapi manusia yang sudah kerasukan iblis dan nafsu syahwat, aku tetap tewas. Melawan aku kena, menurut pun aku kena. Lebih baik aku menikmatinya.
Aku tak membantah bila bajuku dilucutkan dari badanku. Aku sekarang telanjang bulat di hadapan Pak Salim yang sebaya dengan ayahku. Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan tangan kasarnya membelai paha mulusku, dan terus mengusap menuju pangkal paha. Jarinya menekan-nekan liang kemaluanku dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Dalam usia awal dua puluhan, nafsuku pantang terusik. Gghairahku mudah meledak jika tubuhku dibelai. Ghairahku naik dengan cepatnya, terpancar dari nafasku yang makin tak teratur dan kemaluanku yang mulai banjir. Tangannya menepuk-nepuk tundunku dan jari-jarinya mengusap-usap permukaannya dan meraba kelentitku, benda seperti kacang itu dipicit-picit dengan jarinya membuatku mengeliat menahan geli bercampur nikmat, apatah lagi bila jari-jarinya menyelinap dan menyentuh dinding-dinding dalam liang kemaluanku. “Cik Linda bertambah cantik dalam keadaan terangsang seperti ini,” celoteh Pak Salim sambil menatap wajahku yang merona merah dengan mataku yang kuyu kerana sudah amat terangsang. Sempat pula orang tua ini bermain kata-kata. Tangannya masih bermain-main di rongga kemaluanku. “Cepat sungguh Cik Linda banjir,” katanya sambil memperlihatkan jarinya yang basah berlendir di depan mukaku yang kemudian dijilat-jilatnya.
“Sedap dan berlemak,” tambahnya lagi sambil mengerling ke arahku dan tersengih. Menyedari aku tidak lagi melawan, matanya merenung tajam ke arah payudaraku yang berukuran 34B, dengan puting kemerahan serta kulitku yang putih gebu. Gunung kembarku diramas-ramas dan dipicit-picit lembut. Puas meramas, Pak Salim mula menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingku. Sesekali aku meremang keenakan bila misai pendeknya menyentuh putting tetekku yang sensitif. Tangannya yang satu lagi beroperasi pada payudaraku yang sebelah lagi dengan melakukan ramasan atau memainkan putingnya sehingga kedua tetekku semakin mengeras. Aku hanya mampu merengek bila orang tua ini menyusu tetekku seperti bayi kecil. Puas menyusu bagaikan bayi, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilat perutku yang rata dan berlanjut makin ke bawah dan berhenti di tundunku yang membusut. Dicium dan dihidu dengan ganasnya bulu-bulu halus di tundunku. Tanpa membuang masa dia menggomol kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya berlegar seluruh pelosok kemaluanku dari bibirnya, kelentitnya, hingga ke dinding bahagian dalam. Malah lubang duburku pun dijilatnya. Lidahnya disondol-sondol pada kelentitku memberikan perasaan sensasi yang luar biasa pada daerah itu.
Aku benar-benar tak terkawal jadinya, mataku pejam-celik dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf kemaluanku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuatkan seluruh romaku meremang dan tubuhku serasa menggigil. “Ah…aahh…sedap Pak Salim.” Aku meracau, lupa pada diriku. Tiada lagi perlawanan dan bantahan, malah aku mau Pak Salim meneruskan lagi permainannya yang enak dan nikmat itu. Pak Salim terus menyedut cairan yang keluar dari rongga keramatku dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar terasa seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Terasa tak sabar untuk menunggu tindakan berikutnya daripada tukang kebunku. Aku menanti tamanku dibajak dan disirami Pak Salim. Setelah puas menyantap hidangan pembuka selera berupa cairan cintaku, Pak Salim bertindak untuk fasa berikutnya. Pakaian yang melekat di tubuhnya dilepaskan satu persatu. Tubuh kekar berotot-otot itu berdiri tegak di hadapanku. Zakarnya yang besar panjang berurat-urat itu terpacak menghala ke arahku. Batang berkepala bulat hitam legam nampak berdenyut-denyut. Aku ngeri melihat batang hitam tersebut kulitnya menggerutu. Terlihat seperti ada bintil-bintil kecil seperti ruam bertaburan bermula dari pangkal yang berbulu kerinting hingga ke bahagian takoknya. Aku mula berfikir, pasti sakit lubang buritku dikerjakan oleh batang menggerutu tersebut. Tukang kebun tua mula memegang kedua pahaku dan menguak lebar kangkangku. Pak Salim berlutut di antara kedua pahaku.
Bibir buritku terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitam, siap sedia menyambut tongkat sakti yang akan memasukinya. Namun Pak Salim tidak terus membenamkannya, terlebih dulu dia mengelus-elus butuhnya yang besar itu pada bibir kemaluanku untuk memancing ghairahku agar naik lagi. Kerana sudah tidak sabar ingin segera digerudi aku menarik badan Pak Salim agar rapat ke badanku. “Aauuuhhh….!” aku menjerit kuat dengan tubuh terlonjak kerana hentakan kuat hingga batang pelir hitam itu separuh terbenam pada lubang cipapku. Dengan gerakan perlahan dia menarik pelirnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu geselan-geselan pada himpitan lorong sempit yang bergerigi itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot-otot kemaluanku mengimbangi tikamannya. Tindakanku membuatnya semakin mengganas, butuhnya semakin lama semakin laju gerudinya, hingga kedua gunungku ikut tergoncang-goncang dengan kencang. Batang pelir yang tadinya kelihatan ngeri dengan batangnya yang menggerutu rupanya memberikan rasa yang sungguh nikmat. Batang berduri itu menggaru-garu dinding kemaluanku dan terasa sungguh sedap.
Patutlah kucing betina menjerit-jerit bila dikerjakan kucing jantan, rupanya kemaluan kucing yang berduri itu memberi kenikmatan berganda. Sekarang aku sendiri menikmati batang kasar dan menggerutu kepunyaan Pak Salim memberi rasa sedap dan nikmat yang sukar aku menuturkannya. Kuperhatikan selama mendayung otot-otot tubuhnya mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho sekali, jantan sejati yang memberiku kenikmatan sebenar. Suara rengekanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan bunyi katil yang berkeriut. Butir-butir keringat membasahi sejukur tubuhku seperti embun, walaupun Brinchang hawanya sejuk tapi aku merasa panas sekali. “Uugghh…Cik Linda, sudahlah cantik lubangnya juga sungguh sempit dan sedap,” Pak Salim bersuara sambil meneruskan dayungannya. Dia kemudian merapatkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan mencium bernafsu. Sementara di bawah sana balaknya makin laju melanyak farajku, diselang seli dengan gerakan berputar yang membuat perasaanku seperti berada di langit ketujuh.
Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak keruan menyambut klimaks yang sudah menghampiri bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai. Tindakan Pak Salim makin ganas. Hentakannya makin laju. Aku menggoyangkan badanku, mengayak kiri kanan. Dia meringis keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajah lekuk-lekuk tubuhku, punggung, pinggang dan paha. Aku semakin mendekati orgasme. Aku mempercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai suatu saat dimana tubuhku mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari rongga buritku.
Pada masa sama Pak Salim menggigit putingku dengan cukup keras sehingga aku meronta-ronta kenikmatan. Rontaan tubuhku membuat Pak Salim makin berghairah dan dayungannya menjadi makin laju dan zakar berduri tersebut keluar masuk dengan cepat menghentak bibir kemaluanku. Rongga kemaluanku makin digaru-garu dan akhir sekali dengan satu hentakan kuat dan suara erangan kasar dia melepaskan benih-benihnya ke dalam rahimku. Terasa sungguh banyak spermanya yang panas membanjiri dan menerpa ke pangkal rahimku yang telah terbuka menunggu pancutan tersebut. Selepas menembak beberapa das Pak Salim terkulai lemah menindih diriku yang tidak bermaya. Aku terlena keletihan. Aku tak sedar apa yang berlaku selepas itu. Bila kuterjaga keesokannya matahari telah meninggi dan aku berada dibawah selimut panas telanjang bulat. Pahaku terasa melekit dan kemaluanku terasa ngilu. Aku tersenyum mengingati peristiwa semalam. Ternyata Pak Salim yang telah berumur itu teramat hebat. Azman kekasihku tak setanding dan segagah Pak Salim.
431 notes · View notes
semutmerahlagi · 3 months
Text
Tumblr media
[Kisah Benar] Adik iparku Siti
.
Aku nak cerita tentang kisah ku ketika aku adakan hubungan persetubuhan dengan adik ipar ku Siti dirumahnya dekat Shah Alam. Kisahnya bermula ketika aku menumpang untuk beberapa lama dirumahnya kerana aku tidak mempunyai tempat tinggal pada masa itu. Jadi aku pun menumpang dirumah adik ipar ku Siti dan suaminya Zul. Itu pun setelah mereka pelawa aku dan isteri ku, Jadi setujulah daripada sewa rumah mahal di Shah Alam.
Pada suatu hari isteri ku balik kampung kat Kedah selama satu minggu. Entah macam mana suami Siti pula kena pergi outstation ke Johor dari hari Jumaat hingga ke hari Ahad. Suami Siti bagi tahu kat aku yang dia kena pergi Johor. Aku kata tak apalah. Mungkin aku boleh tidur dirumah kawan ku kat Kelang. Dia pun angguk saja. Kira bereslah masaalah. Apabila sampai masanya aku tak jadi tinggal kat rumah kawan ku kerana dia pun balik kampung. Terpaksalah aku menemani Siti kat rumah.
Apabila tiba waktu malam aku tak ke mana.
Bukan apa-apa sebab pada petang itu aku saja-saja tidur ayam. Cuma baring-baring tapi mata ku meliar saja. Kira-kira pukul 6 petang ku lihat Siti pergi mandi tapi yang bestnya selepas mandi dia cuma berkemban saja. Puh bukan main putih kulitnya aku lihat dari kaki hingga ke peha. Bukan main geram aku dibuatnya. Batang ku pun mula menegak. Aku pun sambil memerhati bodynya bukan main solid dan kecil molek walau pun dah ada anak seorang tapi tak apa. Aku sabarkan perasaan ku ini.
Kira-kira pada pukul 12 malam aku pun nak jalankan aku punya projek. Yang pasti Siti mungkin tertidur kat luar kerana kat dalam bilik panas. Maka mudahlah tugas aku. Dia pun tidur pakai kain saja. Sambil memeluk anaknya, aku memberanikan diri untuk keluar dan mendekati Siti dimana aku pegang tangannya. Dia terperanjat dan terbangun. Dia kata, Ada apa abang Yus? . Tak, tadi kat tangan kau tu ada nyamuk, jadi abang pun pukullah , kata ku. Tipu punya alasanlah nak hidup. Aku pun mula bercerita dengan Siti.
Siti, kalau Zul pergi kerja luar tak sunyi atau takut ke? . Dia jawab, Buat apa nak takut. Kat sini ramai. Jiran pun dekat-dekat saja. Sunyi memanglah sunyi tapi nak buat macam mana. Itu dah kerja dia. Siti kena sabarlah. Kalau tidak nanti gaduhlah hari-hari. Betul tak abang Yus? . Aku kata betul juga. Nak buat apa gaduh-gaduh. Kan buang masa saja. Entah macam mana aku mula memegang tangan Siti semula dan aku mula cakap, Siti sesungguhnya dalam rumah ini cuma kita berdua saja dan anak Siti masih kecil. Dia tak tahu apa-apa . Dan Siti cakap, Ada apa bang Yus? .
Rupanya dia masih tak faham tentang perasaan ku ini. Aku mula memberanikan diri lagi. Kali ini aku peluk tubuh Siti. Dia meronta dan berkata jangan buat macam ni. Dia takut tapi aku tak beri dia lepas. Maka tambah kuatlah pelukkan ku ni lalu aku cium pipinya dan aku pun kulum lidahnya. Dia mula kelemasan. Kini tubuhnya aku naiki dan aku sekarang diatas perutnya. Lidahnya masih aku kulum lagi dan aku membisikkan ketelinganya, Sayang ku Siti. Kau tetap akan aku setubuhi. Daripada kau melawan lebih baik kau bekerjasama. Nanti sama-sama dapat nikmat . Pujukan ku nampaknya menjadi. Kini dia mula bekerjasama dengan aku.
Dia mula cakap, Abang Yus nak buat apa? . Aku kata, Abang Yus akan buat macam mana abang Zul buat kat Siti. Sayang, ok jangan melawanlah ya . Dia pun mengangguk saja. Kini Siti sudah ku kuasai sepenuhnya. Ku buka bajunya. Waoii bukan main putih perutnya. Lalu ku cium perutnya. Bang sedapnya bila abang jilat perut Siti bannnnggg . Ya ke Siti? . Ya bannngg . Kini tangan ku pun membuka colinya. Dengan tak sabar-sabar aku hisap teteknya. Hoiii masih keras. Sebelahnya pula aku uli-uli macam menguli tepung. Kini tangan ku merayap bahagian bawah pula. Aduh tersentuh akan bulunya. Mak oiii bestnya.
Lalu ku buka seluar dalamnya. Kain juga aku buka. Kini Siti dah telanjang bulat. Tidak ada seurat benang pun yang menutupi tubuhnya. Aku masih tetap di atas tubuh Siti lagi. Kini aku mula mencari pukinya. Hoii mak, pukinya bukan main tembam lagi. Kini aku jolok pukinya dan aku mula gentel biji kelentitnya. Lepas tu aku jilat. Siti cuma mengerang. Bang bang bannnngggg Yus. Siti tak tahan ni, bang . Namun pukinya masih tetap ku jilat. Siti masih tetap mengerang kesedapan. Lidah ku mula menjolok dalam lubang puki Siti. Haiii bau aromanya sungguh harum bagai taman-taman syorga. Kini batang ku memang dah tegang. Kat luar pun hujan namun kat dalam rumah ini akan ku basahi tubuh Siti, adik ipar ku dengan air mawar ku. Yang pasti dia akan puas pada malam ini.
Aku kangkangkan peha Siti lalu aku pun masukkanlah zakar ku ke dalam pukinya. Hooiiii betapa nikmatnya. Aku pun membisikkan ke telinga Siti. Sayang, abang sungguh bertuah malam ini dapat menikmati puki Siti , lalu aku pun sorongkan zakar ku ini ke dalam puki Siti. Kemudian aku tarik. Siti cuma mengerang sementara mulut pukinya cuma dengar kocakkan air ˜plupppp pluppp pluupppp™ saja. Setelah sorong tarik sorong tarik Siti pun dah klimaks. Tibalah air syorga ini akan ku tinggalkan dalam lubang pukinya. Apabila air aku terpancut Siti sungguh erat memeluk tubuh ku. Banggg Yuusss, bang Yuss dah pancutkan air? . Ya , aku kata Ya sayang ku Siti. Segala nya dah selesai .Batang konek ku ini masih lekat kat dalam lubang puki Siti lagi. Aku dan Siti pun berpelukkan. Sedar-sedar dah pukul 4.30 pagi. Maka ada masa lagi lalu aku pun sambung lagi apa yang aku lakukan ke atas puki Siti, adik ipar ku ni.
Siti cakap kat aku yang dia tak pernah lepaskan air nikmatnya selama dia mengadakan hubungan dengan suaminya kerana terlalu cepat habis. Aku tanya kat Siti, Apakah hari ini saja Siti beri? . Tak bang Yus, selagi abang Yus mahu dan mampu Siti tetap menyerahkan tubuh Siti kepada abang . Maka mulai dari hari itu aku selalulah menyetubuhi Siti dan menikmati pukinya. Siti pun puas dengan aku. Bukan dengan suaminya.
-Tamat-
221 notes · View notes
zam-jb · 8 months
Text
Aku adalah seorang ibu kepada tiga orang anak, ketiga-tiga anakku adalah lelaki iaitu Izra berumur 15 tahun, Izani berumur 13 tahun dan yang bongsu bernama Izie berumur 11 tahun. Namaku Yusna berumur 34 tahun, bekerja di sebuah bank sebagai akauntan dan suamiku Hamzah berumur 39 tahun bekerja di pembantu pengurus di sebuah pelantar minyak. Suamiku hanya bekerja dua minggu dalam sebulan dan dua minggu lagi adalah hari cutinya kerana tempat kerjanya tengah-tengah laut. Selepas melahirkan Izie, salur peranakanku telah di tutup kerana suamiku tidak mahu mempunyai anak lagi.
Pada suatu hari itu, aku tidak dapat ke tempat kerja kerana keretaku rosak dan setelah anak-nakku ke sekolah, aku menalifon bengkel kereta yang tidak jauh dari rumahku meminta mereka membaiki keretaku di rumah. Setelah datang ke rumahku dan selepas memeriksa kerosakan keretaku itu, keretaku terpaksa di bawa kebengkelnya untuk di baiki. Petang nanti keretaku akan di hantar kembali ke rumahku setelah siap di baiki. Aku terpaksa mengambil cuti pada hari itu dan kerana kebosanan tinggal seorang di rumah, aku mengambil keputusan untuk tidur kerana malam tadi aku tidak dapar tidur secukupnya.
Malam tadi nafsuku terangsang kuat kerana sebelum suamiku berangkat ke tempat kerjanya, aku tidak dapat bersetubuh dengan suamiku disebabkan aku masih dalam hari haidku. Aku yang baru bersih dari haidku merasa nafsuku sungguh terangsang membuatkan aku tidak dapat tidur lena. Aku asyik terbayangkan persetubuhanku dengan suamiku, alangkah indahnya jika suamiku ada di sisi namun suamiku akan pulang dua minggu lagi. Walaupun aku sudah mempunyai tiga orang anak, nafsuku masih kuat dan masih memerlukan satu persetubuhan yang memuaskan.
Sedang aku lena di buai mimpi, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara anak-anakku yang baru pulang dari sekolah. Pada mulanya aku ingin memarahi mereka kerana membuat bising tetapi tidak jadi setelah mendengar percakapan mereka. Anak-anakku tidak tahu aku tidak bekerja hari itu, aku menganmati percakapan anakku yang mencurigakan perasaanku itu.
“Abang… pasang la vcd tu, Izie nak tengok ni…” Kata Izie.
“Sabar la… kita makan dulu, buat apa nak cepat-cepat… ibukan tiada…” Jawab Izra.
“Abang nak makan, abang pergi la… kita orang nak tengok dulu…” Kata Izani pula.
“Baiklah… jom kita tengok…” Jawab Izra lagi.
Aku mula mendengar cerita yang mereka tonton kerana suara dari tv itu agak jalas kedengaran. Aku mendengar bunyi yang selalu keluar dari mulutku ketika aku bersetubuh dengan suamiku. Aku bangun lalu membuka pintu bilikku perlahan-lahan dan alangkah terkejutnya aku apabila melihat cerita yang di tonton anak-anakku. Cerita yang mereka tonton adalah cerita lucah, aku dapat melihatnya kerana tv itu mengadap bilikku. Aku juga dapat melihat Izra sedang mengusap bonjolan batangnya di dalam seluar manakala Izani dan Izie memandang tv tanpa berkelip. Aku tidak dapat bersabar lagi dengan perangai buruk mereka.
“Izra… Izani… Izie… apa cerita yang kamu tengok ni…” Marahku setelah keluar dari bilikku, Izra cepat-cepat menutup tv lalu mengeluarkan vcd itu dari lalu di sorok di belakangnya. Aku terus meluru ke arah Izra dan terus merampas vcd itu dari tanganya. Mereka tertunduk dengan muka yang ketakutan, walaupun aku merasa kasihan melihat anak-anak kesanyanganku ketika itu, tetapi aku tidak dapart bersabar lagi.
“Kamu bertiga ni apa nak jadi… cerita tidak senonoh itu yang kamu tengok… bukannya mahu membaca buku… kamu siap la nanti… ibu akan bagitahu ayah kamu…” Bebelku panjang lebar, Izra dan Izani ttetap tertunduk tidak memandangku.
“Maafkan Izie ibu… jangan bagitahu ayah…” Rayu Izie sambil menangis teresak-esak membuatkan marahku hampir hilang. Izie adalah anak yang manja, Izie paling rapat denganku dan selalu bermanja denganku.
“Tahu takut… buat salah tak takut..” Marahku lagi tetapi nada suaraku reda sedikit.
“Ibu… maafkam Izra… Izra janji tak buat lagi…” Izra berkata perlahan.
“Izani pun sama ibu…” Kata Izani pula.
“Baiklah… kali ini ibu maafkan… kalau buat lagi ibu akan bagitahu ayah… faham…” Perasaan marahku kini bertukar menjadi perasaan kasihan melihat ketakutan mereka. Itulah kelemahanku, aku tidak boleh melihat anak-anakku bersedih.
“Faham ibu…” Jawab mereka serentak.
“Sudah… pergi mandi, lepastu makan dan siapkan kerja sekolah. Ulangkaji pelajaran… jangan ingat nak main saja…” Kataku tegas.
Mereka bangun dan terus ke bilik mereka, mereka bertiga tidur sebilik kerana rumahku hanya mempunyai tiga bilik sahaja. Bilik depan adalah bilikku manakala bilik tengah adalah bilik mereka bertida dan satu bilik lagi iaitu bilik belakang di jadikan stor. Setelah anak-anakku menhilang, aku masuk bilik kembali lalu menyimpan vcd itu di dalam laci meja solekku.
Malam itu setelah makan malam, ketiga anak-anakku terus masuk tidur ke dalam bilik mereka walaupun masih awal. Tidak seperti biasanya kerana mereka akan menonton tv dahulu sambil berbual dengaku sebelum masuk tidur. Mungkin kerana mereka merasa bersalah dan takut aku memarahi mereka, awal-awal lagi mereka sudah masuk tidur. Malam itu juga aku tidak dapat melelapkan mataku kerana memikirkan perangai buruk anak-anakku dan ditambah pula dengan nafsuku yang masih lagi terangsang.
Puas aku cuba melelapkan mataku, tetapi mataku tetap tidak merasa mengantuk dan aku merasa tidak tentu arah kerana nafsuku membuak-buak terangsang. Aku mula teringatkan cerita lucah yang di tonton anak-anakku tadi. Aku bangun lalu menganbil vcd itu dari laci meja solehku lalu melihatnya. Aku melihat gambar yang di tampal di vcd itu, gambar itu menunjukkan dua orang lelaki yang masih remaja sedang bersetubuh serentak dengan seorang wanita yang sudah berumur.
Setelah melihat gambar yang ada di vcd itu, nafsuku semakin kuat terangsang dan aku perasaan untuk mengetahui jalan ceritanya membuatkan aku merasa ingin menontonya. Aku keluar dari bilikku dan terus ke bilik anakku untuk memastikan mereka sudah tertidur. Perlahan-lahan aku membuka pintu bilik mereka dan aku melihat mereka sedang nyeyak tidur.
Jam di dinding menunjukkan sudah pukul 12.20 pagi, aku kembali ke biliku lalu mengambil vcd itu dan terus ke ruang tamu. Aku memasang tv serta vcd player lalu duduk untuk menonton cerita lucah itu. Inilah kali pertama aku menonton cerita lucah seumur hidupku, selama ini aku hanya mendengar dari mulut kawan-kawanku sahaja. Cerita itu menayangkan dua orang remaja bersetubuh dengan gurunya di dalam sebuah hotel. Apabila melihat aksi persetubuhan itu, nafsuku tidak tertahan lagi.
Semakin lama menonton aku tidak dapat mengawal nafsuku lagi dan tanpa aku sedari, tanganku kini berada di celah kangkangku lalu menggosok-gosok cipapku dari luar kain batik yang aku pakai. Seperti selalu, malam itu aku tidak memakai seluar dalam serta tidak memakai coli kerana memang kebiasaanku tidur tanpai memakai pakaian dalam. Aku merasa cipapku mula basah, nafsuku yang terangsang kuat membuatkan aku terus baringkan tubuhku di atas carpet di ruang tamu rumahku.
Aku mula menyelakkan kain batikku keatas dan terus mengusap cipapku dan sebelah tanganku lagi meramas-ramas buah dadaku yang sudah menegang. Aku memasukkan dua batang jariku ke dalam cipapku lalu aku gerakkan keluar masuk, ketika atu aku sangat memerlukan batang lelaki untuk menujah cipapku yang berair dengan banyak itu. Kerana diriku sudah dikawal nafsu, aku tidak peduli lagi jika ada batang siapa sekarang, janji batang itu dapat memenuhi cipapku untuk memuaskan nafsuku yang tidak tertahan lagi.
Adengan di vcd itu menunjukkan dua remaja sedang menyetubuhi seorang perempuan yang sudah berumur, aku mula membayangkan perempuan itu adalah aku dan dua remaja itu pula adalah anak-anakku. Bayangan itu membuatkan nafsuku bertambah terangsang lagi dan tujahan dua jariku di dalam cipapku semakin laju. Aku membayangkan diriku sekarang sedang di setubuhi anakku sendiri dengan mataku yang terpejam.
Kerana kesedapan, aku mengerang dan mengeluh agak kuat, aku tidak peduli lagi keadaan rumahku ketika itu. Tiba-tiba aku merasa pehaku disentuh orang, dengan kelam-kabut aku membuka mata dan terus menurunkan kain batikku yang terselak ke pinggangku itu. Alangkah terperanjatnya aku apabila melihat Izra dan Izani sedang menyentuh pehaku yang putih dan gebu itu.
Aku terkedu dan tidak dapat berkata-kata, Izra dengan rakus memegang hujung kain batikku dan terus menyelak ke atas semula. Aku yang masih terangsang itu bagaikan terpukau kerana bayanganku kini benar-benar berlaku di depan mataku. Kerana itu aku membiarkan sahaja Izra dan Izani meraba-raba pehaku dengan penuh bernafsu. Izani menolak tubuhku terbaring di atas carpet dan Izra pula mula merapatkan kepalanya ke celah pangkal pehaku dan terus menjilat pehaku itu dengan rakus.
Aku tersentak apabila kurasakan lidah Izra menyentuh celah rekahaan bibir cipapku yang sudah basah itu. Izani pula sedang meramas-ramas kedua buah dadaku berkali-kali dengan agak kuat namun ramasan itu sungguh nikmat. Izani cuba menarik baju t-shirtku keatas dan aku yang seolah-olah mahu diperlakukan begitu mengangkat tubuhku untuk memudahkan Izani menanggalkan bajuku itu. Setelah bajuku terlepas dari tubuhku, terdedahlah kedua buah dadaku dengan puting yang sudah tegang itu di depan Izani. Izani dengan rakus terus menghisap puting buah dadaku sambil diramas-ramasnya.
Segalanya berlaku tanpa sebarang kata-kata dariku mahu pun dari ke dua anakku itu dan jilatan lidah Izra semakin dalam menujah rekahaan cipapku. Kepalaku terdongak ke atas apabila Izra menjilat sambil menggigit lembut kelentitku yang sudah mengembang itu..
“Erggghh… Izra….” Erangan kenikmatan mula keluar dari mulutku apabila keletitku di jilat oleh anakku sendiri.
Izani masih tetap meramas kedua buah dadaku membuatkan aku mula berada di alam khayalan. Tanpa disuruh aku mengangkangkan lagi kakiku agar Izra mudah mengerjakan cipapku dan Izra mula menurunkan jilatan lidahnya di antara cipap dan duburku. Jilatani lidah Izra menjalar turun ke bawah lagi dan lidahnya kini menyapu bibir duburku lalu di jilatnya.
Kenikmatan begini tidak pernah aku alami sehingga punggungku terangkat sedikit menahan kegelian bercampur nikmat di bibir duburku. Kakiku yang terkangkang luas itu menyenangkan lagi Izra menjilat bibir duburku. Izani yang dari tadi menghisap buah dadaku kini berdiri lalu melondehkan seluarnya dan tersembullah batangnya yang tidak berapa besar itu di depan mukaku. Izani menyuakan batangnya ke mulutku sehingga tersentuh bibirku lalu di tekan masuk ke dalam mulutku yang terbuka itu.
Izra mula menolak tubuhku menjadi meniarap, mukaku tetap menghadap ke arah Izani yang sedang meujahkan batangnya ke dalam mulutku. Izra menganggkat punggungku ke atas supaya punggungku itu tertonggek tinggi sedikit lalu menjilat kembali lubang duburku dan lidahnya kini di tekan masuk ke dalam lubang duburku. Sambil menjilat lubang duburku, Izra memasukkan dua batang jarinya ke dalam cipapku. Aku merasa sungguh nikmat sambil menggerakkan punggungku kedepan dan belakang manakala mulutku semakin laju menghisap batang Izani. Aku menghisap sehingga kepangkal batangnya dan Izani pula memegan kepalaku melajukan lagi gerakkan kepalaku itu.
“Izra… ibu tidak tahan lagi… masukkan batang Izra sekarang…” Aku meminta Izra memasukkan batangnya ke dalam cipapku kerana aku tidak dapat bertahan lagi dengan rangsangan yang aku alami sekarang ini.
Tanpa menjawab atau tanpa berkata-kata, Izra terus bangun lalu menanggalkan pakaiannya dan berlutut di belakang tubuhku. Izra menaikkan lagi punggungku sehingga kedudukanku menonggeng dalam keadaan merangkak. Izra meletakkan kepala batangnya di bibir cipapku dan mula menolak masuk ke dalam cipapku.
“Ahhhh…” Aku mengerang kenikmatan ketika batang Izra yang agak besar itu masuk ke dalam cipapku, walaupun batangnya tidak sebesar batang suamiku tetapi aku tetap merasa kenikmatannya. Batang Izra lebih besar dari batang Izani yang berada di dalam mulutku dan Izra semakin laju menujah cipapku dari belakang.
“Perlahan… perlahan sikit… nanti cepat keluarrrr… eeegggrh…” Tanpa disedari kata-kata itu keluar dari mulutku dan mungkin kerana tidak berpengalaman, Izra tetap menujah cipapku dengan laju.
Tiba-tiba Izra merapatkan batangnya sehingga terbenam rapat kepangkal dan aku merasa ada semburan hangat dalam cipapku. Aku tahu Izra sudah sampai ke puncak klimaksnya tetapi aku masih belum merasa puas lagi. Setelah Izra jatuh terduduk di atas lantai, aku terus berbaring lalu menarik tangan Izani agar menindihi tubuhku untuk menggantikan abangnya yang sudah tewas itu. Izani dengan segera merangkak ke atas tubuhku dan menggangkangkan kakiku supaya Izani berada di celah kangkangku.
Aku memegan batang Izani lalu aku memasukkan ke dalam cipapku dan Izani pula terus menekan batangnya masuk. Aku mengemutkan cipapku sambil menikmati tujahan batang Izani di dalam cipapku dan aku kini sudah hampir ke puncak klimaksku. Tubuhku mula mengejang dan aku terus menarik pinggang Izani rapat ke tubuhku agar batangnya masuk lebih dalam.
Serentak dengan itu, aku sampai ke puncak klimaksku dengan tubuhku tersentak-sentak. Izani yang tidak tertahan dengan kemutan kuat cipapku di batangnya semakin laju menujah batangnya ke dalam cipapku. Selepas beberapa tujahan, Izani mula memancutkan air maninya ke dalam cipapku sambil memeluk kuat tubuhku.
Aku yang sudah dapat memuaskan nafsuku mula tersedar dari kesilapanku kerana merelakan Izra dan Izani menyetubuhiku terus menolak tubuh Izani yang masih menindihi tubuhku.
“Apa yang kamu berdua lakukan pada ibu…” Aku memarahi mereka dengan suara yang tidak terlalu kuat kerana aku takut di dengari Izie yang sedang tidur di biliknya.
Aku terus mengambil bajuku lalu memakainya dan membetulkan kain batikku yang terselak di perutku. Izra dan Izani berlari masuk ke dalam bilik mereka meninggalkan aku yang mula merasa bersalah serta menyesal kerana membiarkan kedua anakku itu menyetubuhiku. Aku masuk ke dalam bilikku dengan fikiran yang bercelaru tetapi perasaan puas juga dirasaiku. Walaupun menyesal dengan apa yang terjadi, aku merasa sungguh puas dan nafsuku sekarang sudah reda.
Malam itu aku tertidur dengan perasaan menyesal dan dengan perasaan yang penuh kepuasan. Keesokkan harinya aku terjaga dari tidur agak lewat, ketiga anak-anakku sudah ke sekolah dan aku terus bersiap-siap untuk ke tempat kerja. Hari itu aku merasa sungguh ceria dan bersemangat kerana nafsuku sudah terpuas walaupun masih merasa menyesal.
Petang itu aku pulang dengan perasaan malu serta berdebar-debar, aku malu untuk berhadapan dengan Izra dan Izani. Sampai di rumah, aku membuka pintu lalu memerhatikan sekeliling ruang tamu rumahku. Aku melihat anak-anakku tiada di ruang tamu itu lalu aku terus masuk ke dalam bilikku.
“Ibu… bila ibu sampai…?” Tiba-tiba Izie menyapaku dari muka pintu bilikku kerana aku lupa menutupnya.
“Baru sekejap…” Jawabku sambil menanggalkan tudung yang aku pakai, Izie berdiri di situ agak lama memerhatikanku lalu masuk ke dalam bilikku. Izie menghampiriku lalu memeluk tubuhku dengan agak kasar dan menolakku rapat ke dinding.
“Izie… apa ni…” Marahku sambil menolak tubuh kecilnya dari terus memelukku.
“Kenapa ibu marah… abang boleh peluk ibu, kenapa Izie tak boleh…?” Tanya Izie dengan agak kuat.
“Bila pula abang peluk ibu…?” Tanyaku pula berpura-pura tidak tahu.
“Ala ibu… Izie dah tahu apa kita buat malam tadi…” Tiba-tiba Izra muncul di ikuti Izani dan mereka berdua mula menghampiriku.
“Apa kamu cakap ni… jangan buat ibu marah…?” Ugutku, Izie dengan pantas memeluk kembali tubuhku yang masih berdiri di tepi dinding bilikku.
Aku cuba menolak tubuh Izie yang memeluk kemas tubuhku dan aku agak terperanjat apabila Izra memegang tangan kananku manakala Izani pula memegang tangan kiriku lalu di rapatkan ke dinding. Tubuhku di pusing mendakap dinding membelakangkan anak-anakku dan aku memejamkan mata apabila merasa kain baju kurungku disingkap ke atas.
“Apa kamu lakukan pada ibu ni…” Marahku, namun aku tidak terdaya melakukan apa-apa kerana tenaga mereka bertiga lebih kuat dari tenagaku.
Aku mula merasa ada tangan-tangan anakku yang sedang meramas-ramas punggungku dari kainku yang tersingkap itu. Buah dadaku juga di ramas-ramas oleh anakku membuatkan rontaanku semakin lemah kerana diriku mula dirangsang nafsu. Walaupun dalam keterpaksaan, aku mula merasa kenikmatan menyelubugi tubuhku dan aku mula menbiarkan sahaja anak-anakku meraba-raba tubuhku. Keadaan menjadi sunyi sepi, aku memejamkan mataku menikmatai ramasan serta rabaan enam tangan di tubuhku. Seluruh tubuhku di raba dan punggung serta buah dadaku diramas serentak.
Aku tidak pernah dilakukan begini, kenikmatan yang aku rasakan sungguh berbeza dari bersetubuh bersama suamiku dan aku menikmati denga rangsangan nafsuku yang membuak-buak. Tubuhku tidak lagi dipeluk Izie, tanganku juga sudah bebas dari pegangan Izra dan Izani. Aku kini berdiri dengan penuh kerelaan kerana kenikmatan yang melanda diriku membuatkan aku pasrah.
Aku dapat merasakan seluar dalamku di tarik kebawah dan ramasan tangan anakku semakin kuat mencengkam daging pejal di punggungku. Aku tidak tahu tangan itu milik siapa kerana seluruh tubuhku dipenuhi tangan anak-anakku. Pinggangku di tarik kebelakang sambil tanganku masih menahan dinding menjadikan aku separuh menonggeng. Kain baju kurungku yang di selak itu diletakkan pada pinggangku dan aku terasa daging punggungku di jilat serta di gigit lebih dari seorang anakku.
Buah dadaku masih menjadi mangsa ramasan ganas anakku dan dari luarbaju kurungku, aku dapat melihat tangan Izie dan Izani merayap menyelinap masuk ke dalam baju kurungku lalu terus ke bawah coliku. Buah dadaku semakin ganas di ramas Izie dan Izani membuatkan buah dadaku itu menjadi tegang. Alur punggungku hingga ke pangkal cipapku di basahi dengan air liur Izra yang kini berada di belakang punggungku.
Aku terkemut-kemut sambil menolak punggungku kebelakang agar jilatan Izra sampai ke bibir cipapku. Daging punggungku dikuak dengan agak ganas dan bibir duburku menjadi mangsa jilatan lidah Izra, aku tidak tahu dimana mereka belajar untuk meragsangku sehingga membuatkan aku semakin khayal. Aku tersedar dari khayalanku apabila tubuhku di pusingkan manakala tanganku pula di angkat ke atas oleh Izani dan Izie terus menanggalkan baju kurungku.
Aku dapat melihat Izra sedang membuka pengait kain baju kurungku lalu kain itu jatuh ke lantai, kini aku berdiri dalam keadaan bogel dan hanya mendiamkan diri sahaja. Izra menarik tanganku agar bergerak ke atas katil, aku yang diirngi Izani dan Izie hanya menuruti sahaja tarikan tangan Izra lalu dibaringkan telentang tubuhku di atas katil. Izra menggangkangkan kakiku seluas-luasnya dan terus menjilat cipapku, Izani pula sedang berdiri membuka seluarnya Izie kini sedang menghisap buah dadaku. Izie menhisap sambil meramas buah dada dan punggungku dengan ganas di ramas Izra yang sedang menjilat cipapku.
“Arrrhhhggghhh… mmmmm…” Tanpa sedar aku mengerang dengan mata terpejam kerana merasa sungguh nikmat dan apabila aku membuka mataku, aku melihat Izani menghulurkan batangnya ke mukaku.
Izani terus menujahkan batangnya masuk ke dalam mulutku yang terngangga itu, Izani mula mengerakkan batangnya keluar masuk ke dalam mulutku. Aku merasa sungguh nikmati dengan hisapan serta ramasan Izie di buah dadaku, cipapku yang dijilat Izra terkemut-kemut dan mulutku pula dipenuhi dengan batang Izani membuatkan aku tidak sedar bilakah ketiga anakku itu sudah berbogel. Izra mula menindihi tubuhku lalu menujahkan batangnya masuk ke dalam cipapku dengan ganas sementara Izie masih sibuk meramas buah dadaku dan Izani pula sedang menujah ganas mulutku.
“Abang… bagi Izani pulak… Izani dah tak tahan ni…” Kata Izani pada abangnya Izra.
Izra mencabut batangnya dari cipapku lalu menonggengkan tubuhku, Izani datang ke belakang punggungku lalu terus menujah cipapku dari arah belakang. Aku kini sedang menghisap batang Izie pula dan Izra mula menjilat serta meramas buah dadaku.Tak lama kemudian, Izani merebahkan tubuhnya lalu menarik tubuhku ke atas tubuhnya dan memasukkan batangnya ke dalam cipapku dari bawah. Aku mencapai puncak klimaksku yang panjang ketika Izani memecut laju menyetubuhiku ketika aku berada di atas tubuhnya.
“Izie… sekarang pergi masukkan batang kau kat sini…” Arah Izra pada Izie sambil memasukkan sebang jarinya ke dalam lubang duburku sambil di gerakkan keluar masuk jarinya itu. Aku yang mendengar Izra mengarahkan Izie memasukkan batangnya ke dalam duburku hanya diam sahaja seolah merelakan pula duburku di tujah Izie. Izie dengan cepat ke balakang punggungku lalu batangnya yang tidak beberapa besar itu terus dipacakkan ke duburku.
Aku membetulkan batang Izie agar mudah masuk ke lubang duburku. Sekarang Izie dan Izani melakukan tujahan serentak di cipapku serta di duburku, aku hampir menjerit kesedapan tetapi suaraku tidak keluar kerana di sumbat oleh batang Izra. Oleh kerana tidak tahan dengan kemutan yang kuat di dubur, Izie telah memancutkan air maninya di dalam duburku. Setelah batangnya dicabut keluar, Izra terus memasukkan batangnya kedalam duburku.
Aku yang sedang menikmati tujahan batang Izra di duburku serta tujahan batang Izani di dalam cipapku menggerakkan punggungku seiring dengan tujahan mereka. Aku sekali lagi telah hampir mencapai puncak klimaksku yang kedua. Aku kemutkan lubang dubur serta cipapku serentak dan Izani tidak dapat bertahan lagi apabila otot cipapku mengemut batangnya lalu memancutkan air maninya di dalam cipapku.
Izra masih laju menujah duburku yang mengemut ketat itu dan akhirnya Izra pun memancutkan air maninya ke dalam duburku setelah menujah dengan agak kuat. Aku tertiarap di atas katiku dengan ketiga anakku yang terbaring lemah disisiku. Begitulah kehidupanku bersama ketiga anak-anankku sehingga kini, aku merasa sungguh puas bersetubuh serentak dengan mereka dan aku tidak lagi mencapai kepuasanku ketika bersetubuh dengan suamiku
382 notes · View notes
Text
MILIKI INVESTASI RUMAH 0821-4212-5500 Jual Rumah di Batu Malang: Tempat Tinggal Ideal di Kota Wisata
Tumblr media
0821-4212-5500 (MILIKI INVESTASI RUMAH), Jual Rumah di Batu Malang: Tempat Tinggal Ideal di Kota Wisata
Hubungi Kami KLIK WA http://wa.me/6282142125500, Jual Rumah di Batu Malang: Tempat Tinggal Ideal di Kota Wisata, Jual Beli Rumah Malang Facebook, Investasi Di Properti, Investasi Rumah Kpr, Memiliki Rumah, Property Malang, Investasi Rumah Dengan Kpr, Properti Hunian, Properti Malang
BEST SELLER! 200 UNIT SOLD DALAM 1 TAHUN! RUMAH KOST PREMIUM dan HUNIAN MEWAH DI MALANG
Sedang mencari rumah dijual di Malang yang tidak hanya menawarkan kenyamanan, tetapi juga potensi investasi luar biasa? Anda berada di tempat yang tepat! Dengan rekam jejak penjualan 200 unit dalam 1 tahun, kami mempersembahkan Rumah Kost Premium & Hunian Mewah di Dinoyo, Lowokwaru, yang berada di kawasan bisnis strategis Malang. Properti ini menjadi pilihan sempurna untuk Anda yang mencari rumah dijual cepat di Malang dengan lokasi strategis dan fasilitas lengkap.
Keunggulan Lokasi: Jantung Kota Malang
Rumah ini terletak di lokasi strategis, tepat di pusat rumah dijual Malang kota yang sangat diminati. Berada di kawasan bisnis dan pendidikan, properti ini dikelilingi oleh kampus-kampus ternama seperti:
2 Menit ke Pasar Modern
- 3 Menit ke Kampus UIN, UNISMA, dan GAJAYANA
- 3 Menit ke RSI & Mall Dinoyo Ramayana
- 7 Menit ke Kampus UMM
- 8 Menit ke Kampus UB & ITN
- 10 Menit ke Kampus UNM, Mall Matos, & Transmart
Yuk, Survey Lokasinya sekarang juga!
di www.grahaagunghighland.id
Telp. 0821-4212-5500
Ini adalah lokasi ideal bagi siapa pun yang mencari rumah dijual di Malang dekat kampus, dengan akses cepat ke berbagai pusat pendidikan dan fasilitas umum. Bagi Anda yang ingin berinvestasi, lokasi ini sangat strategis, cocok untuk investasi rumah di Malang dengan nilai yang terus meningkat.
Hunian Asri dengan Pemandangan Pegunungan
Selain strategis, properti ini menawarkan konsep hunian asri yang dikelilingi oleh pemandangan pegunungan yang menawan. Sangat cocok bagi mereka yang mencari rumah minimalis dijual di Malang dengan suasana tenang namun tetap dekat dengan pusat kota. Properti ini memberikan kenyamanan ekstra bagi Anda yang ingin tinggal di lingkungan yang tenang dan hijau, namun dengan akses yang mudah ke berbagai fasilitas umum.
Fasilitas Premium untuk Kenyamanan Maksimal
Tidak hanya lokasinya yang unggul, properti ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas premium, menjadikannya pilihan sempurna bagi siapa pun yang mencari rumah siap huni dijual di Malang:
Security 24 Jam untuk keamanan maksimal
- 1 Gate System yang memberikan privasi ekstra
- CCTV untuk keamanan tambahan
- Akses jalan lebar 8-10 meter untuk kenyamanan mobilitas
- Club House untuk tempat berkumpul bersama keluarga dan teman
- Kolam Renang sebagai fasilitas rekreasi
- Masjid Megah untuk tempat ibadah yang nyaman
- Commercial Area yang menyediakan berbagai kebutuhan harian
- Taman dan Playground untuk area bermain anak
- Jogging Track bagi Anda yang aktif berolahraga
- Communal Parking dan mobil golf untuk kemudahan parkir
Rumah Kost dengan Jaminan Penghuni Penuh
Bagi Anda yang mencari rumah kost dijual di Malang untuk investasi, properti ini menawarkan Rumah Kost Premium dengan garansi penuh penghuni. Dilengkapi dengan 14 kamar tidur dan 14 kamar mandi dalam, setiap kamar sudah diisi dengan fasilitas lengkap seperti:
TV LED
- AC
- Spring Bed
- Almari
- Meja Belajar
- Kursi
- Token Listrik per Kamar
- CCTV 3 Titik
- Pagar Depan
Dengan fasilitas ini, properti ini sangat cocok bagi siapa pun yang mencari rumah kost strategis di Malang, yang siap memberikan passive income stabil. Selain itu, lokasi dekat kampus-kampus besar membuat properti ini menjadi pilihan utama bagi mahasiswa, sehingga rumah kost di Malang ini selalu terisi penuh.
Harga Kompetitif untuk Investasi Terbaik
Dengan semua fasilitas dan keunggulan tersebut, rumah dijual murah di Malang ini ditawarkan hanya dengan harga 2 Miliar. Ini adalah kesempatan emas bagi Anda yang ingin berinvestasi di properti yang memiliki nilai jual tinggi di Malang. Bukan hanya untuk hunian, tetapi juga untuk investasi properti di Malang yang menjanjikan keuntungan besar di masa depan.
Jangan sampai melewatkan kesempatan ini! Jika Anda sedang mencari rumah dijual di Malang dekat mall, rumah dijual di Malang akses tol, atau rumah dijual dekat pusat perbelanjaan di Malang, inilah jawabannya! Hubungi kami segera dan dapatkan unit impian Anda sebelum terlambat!
Alamat Kantor:
GRAHA AGUNG MALANG PT. TOMOLAND INTI GAJAYANA
Jl. Chili, Joyogrand Blok Graha Utama A01 NO.146,
Merjosari, Kec. Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur 65144
Website: www.grahaagunghighland.id
#JualRumahdiBatuMalang:TempatTinggalIdealdiKotaWisata, #JualBeliRumahMalangFacebook, #InvestasiDiProperti, #InvestasiRumahKpr, #MemilikiRumah, #PropertyMalang, #InvestasiRumahDenganKpr, #PropertiHunian, #PropertiMalang
0 notes
steven-wijaya · 4 months
Text
Cerita Sex Teman Kampusku yang menjadi Pemuas Nafsuku
Tumblr media
By penikmat satin 24 Mei 2024
Hari ini aku akan berbagi cerita tentang pengalamanku masturbasi dengan teman kampusku dan dia adalah sahabaku sendiri yang satu kampus denganku.
Akhir-akhir ini aku sering jalan Bersama Maya, dia teman satu kampus yang paling dekat denganku. Mulai dari pulang bareng, makan bareng hingga nonton bareng. Sebenarnya kami sudah kenal sekitar 1 tahun yang lalu dalam kegiatan kampus dan setelah itu kita menjadi temen.
Semenjak Maya putus dengan pacarnya, kami semakin dekat saja dan kemana-mana selalu bareng dan suatu malam pas malam minggu setelah aku dan Maya baru saja selesai menonton acara petunjukan seni budaya disalah satu gedung yang ada dikampus, malamnya aku langsung mengantarkan Maya  pulang ke rumah kontrakanya.
Saat perjalanan dari kampus ke tempat kontarakannya dengan motorku. Sepanjang perjalanan, kami berbincang-bincang ringan. Tak disangka Maya merapatkan duduknya dan memeluku dari belakang sehingga bagian dadanya menempel sekali dibagian punggungku.
Maya tergolong cewek yang manis dan pintar bergaul. Penampilan yang sangat seksi banyak mata laki-laki selalu meliriknya Seperti sekarang ini, dia menggunakan kemeja satin berwarna merah  dibalut bawahan dengan rok warna hitam dengan bahan satin sama seperti kemejanya seatas lututnya.
Sesampai rumah kontakanya terlihat sangat gelap sekali.
“Loh, May lampunya kok gak pada dinyalain sih”, kataku ketika sampai di depan rumah kontrakan.
“Biasa Tom kalau sudah hari sabtu dan minggu mereka pada balek kerumah orang tuanya kecuali aku. Masuk Tom”
“Lah emang teman-teman kamu orang mana sih pakai pulang segala?”, tanyaku.
“Lah mereka kan Cuma asli orang Solo dan Wonogiri aja”.
Kulihat rumah kontrakan Maya cukup besar dan terdapat 3 kamar dan teman-teman yang mengontrak disini juga sama-sama teman satu kampus dengan Maya.
Malam itu aku duduk diruang tamu sambil menunggu Maya keluar dari kamar dan setelah menunggu sekitar 5 menitan begitu keluar dari kamar Maya sudah mengganti pakaian dengan pakaian tidur model daster berkain satin berwarna krem sambil membawa sebuah laptop dan mengajaku pidah ke ruang tengah.
Diruang tengah kami duduk santai diatas karpet lesehan karena memang tidak ada kursi atau sofa di rumah kontrakanku ini.
“Oh ya Tom, ini data-data tugas yang diberiakan oleh dosen kemarin kamu tinggal pidah ke hardisk aja”.
Setelah beberapa tugas aku copy dari laptop ke hardisk ku, aku menemukan beberap file film-film semi thailand yang ada dilaptopnya dan sempat aku buka beberapa filmnya saat Maya meninggalkan aku untuk membuat secangkir kopi panas. Tapi saat aku baru beberapa menit membuka film itu tiba-tiba dari belakang Maya datang.
“Gimana udah belum  copynya ke hardisk Tom”, Tanya Maya kepadaku.
“Tinggal dikit May…tapi lama juga copynya”, kataku.
“Gimana ngak lama kalau pakai nonton film juga”
“Hehehe….”, aku sedikit malu saat Maya berkata seperti itu, aku kira dia tidak tau.
“Ya udah nonton aja Tom”, dengan santainya Maya duduk disampingku.
“Kamu suka ya May nonton film seperti ini”.
“Ya suka aja sih dari pada dikontrakan sendiri,  kadang iseng-iseng nonton seperti ini”.
Sekitar 30 menit, kami nonton beberapa koleksi film yang ada dilaptopnya,  tak terasa kulihat jam dinding sudah menujukan pukul 23:45. Sebenernya copy tugas-tugas kuliah yang dilaptop sudah selesai aku pindah ke dalam hardisk ku tapi karena kita berdua masih focus melihat beberapa adegan seks difilm itu aku jadi lupa waktu.
“Oh ya May, udah malam aku pulang dulu ngak enak kalau ada orang yang lihat”.
“Pulang besok pagi aja Tom, malam ini kamu nginep aja disini,  apalagi  hari udah larut malam”, jawab Maya.
“Tapi ngak enak May, nanti ada orang lihat aku nginep disini”.
“Udah santai aja disini ngak ada siapa-siapa dan bebas kok”.
“Ya udah lah kalau gitu malam ini aku tidur disini, tapi tidur dimana May?”.
“Tidur di kamar aku aja”, katanya sambil senyum.
“Wah ngak enak May, mendingan aku tidur di sini aja”, kataku sambil menunjuk kasur lipat yang diruang tengah.
“Ya udahlah terserah kamu aja”, kemudian Maya masuk kedalam kamar untuk istirahat.
Malam itu aku tidak memiliki pikiran yang macam-macam soal Maya karena aku anggap dia sahabat paling dekat denganku dilingkungan kampus dan Kedekatan kita hanya sebatas teman. Malam itu aku tidak langsung tidur aku masih menonton koleksi film-film semi yang ada dilaptop milik maya.
“Cekreeeeek…” tiba-tiba pintu kamar Maya terbuka dan sejenak aku memperhatikan Maya keluar dari kamar.
“Kenapa May?” terlihat Maya telah melepas Branya dibalik dasternya yang dikenakanya itu, karena jelas sekali ada benjolan kecil yang menjeplak dikain satin dasternya.
 “Belum bisa tidur Tom”, kata Maya sambal duduk di sampingku.
“Ya udah, ikutan nonton Film-film koleksi kamu ini, Ntar juga ngantuk sendiri kamu”, jelasku kepada Maya sambil tersenyum.
“Bukanya ngantuk Tom, malah nanti jadi terangsang kalau nonton setiap ada adegan seksnya”.
“Ya tergantung sih”, kataku sambil kita berdua menonton diatas Kasur kecil diruang tengah.
Setengah jam berlalu kita berdua menonton, lama-lama Maya menyandarkan kepalanya di pundakku. Baru kali ini Maya bertingkah seperti itu. Aku memperhatikan wajahnya yang memang mulai mengantuk, matanya agak sayu sambil memperhatikan film yang ada dilaptop.
“May pindah kamar dikamar saja, tidur di dalam aja”, kataku sambil dengan sopan memegang tangannya.
“Iya Tom”, jawabnya.
Tanganku tidak di tepis olehnya. Maya kemudian beranjak dari duduknya dengan tetap memegang tanganku dan menariknya.
“Temenin yuk Tom”, pintanya, sedikit memaksa dan manja.
“Tapi May”, aku tidak percaya.
Maya menarikku masuk kedalam kamarnya lalu dia merebahkan tubuhnya di sisi ranjang yang dekat tembok. Aku yang masih tidak percaya dengan prilaku Maya malam ini dan aku masih posisi berdiri dekat ranjang. Namun aku tidak berani mengambil inisiatif dengan langsung merebahkan tubuhku diatas ranjang itu.
“Tomi,  sini dong”, kata Maya dengan nada manja sambil menepuk ranjang, menunjukkan kalau  maya minta aku tidur disebelahnya.
Maya sepertinya paham kalau aku merasa tidak enak sekamar dengannya walaupun dirumah itu tidak ada siapa-siapa hanya kita berdua.
Kemudian aku rebahkan tubuhku diatas ranjang disamping Maya. “Tomii…”, panggil Maya. Kedua mata kita langsung saling berpandangan dan Maya mendekatkan kepalanya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan lembut.
“Kenapa May?”, aku dibuatnnya kaget dan baru kali ini bibirku dicium oleh seorang wanita yang tanda kutip dia bukan pacar tapi melainkan hanya teman dekat saja dan ketika mulut kita berhenti berciuman.
“Tom…efek nonton film semi tadi aku jadi pengen”, jawab Maya sambil merapatkan tubuhnya. Aku hanya tersenyum mendengar itu.
“Hahaha, Efek kelamaan jomblo juga yah?”, sindirku.
“Iiihhhh….Tomiii…”, Maya memukul tanganku.
Karena aku juga sudah sangat bergairah melihat Maya yang hanya mengenakan daster satin itu dan efek nonton film-film koleksi Maya tadi kemudian aku membalas ciuman dibibirnya. Mayapun membalasnya dengan penuh nafsu dan kita sudah sama-sama saling menyedot antara bibir dan lidah. Aku mulai meraba buah dadanya yang sudah tidak memakai Bra itu. Kuremas-remas buah dadanya sambil kumainkan putting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Uuuhhh…”, suara desahan kecil yang keluar dari sela-sela mulutnya Maya.
Maya juga tidak mau kalah meraba bagian selangkanganku. Dalam hitungan detik saja baju dan celanakau sudah tergeletak disamping kasur. Tanpa menunggu lama, aku meremas dengan lembut kedua buah dadanya yang memiliki putting mungil menojol menjeplak dikain satin dasternya itu.
“Aaaannggghhh…Tomiiiii…”, Maya mendesah.
Aku jiliat bagian puttingnya dan kusedot secara bergantian kiri dan kanan sambil memintir puttingnya yang tidak kusedot tanpa membuka penghalang kain satin yang menetupi kedua putting susunya.
“Teruuus Tomiiii…ungghhh…enaaaak…sedot yang kuat gigit tomiii….”, Maya mulai mendesah sambil mengacak-acak rambutku.
Kemudian tangannya mencoba meraih batang penisku yang sudah sangat tegang lalu dikocok-kocoknya penisku.
“Uuuhhh..enak Mayaaaa…”, lembut banget tangan.
Aku masih tetep meremas buah dadanya dan terus tanpa henti menyedotnya dan kedua tanganku berusaha mencoba membuka celana dalamnya.
“Boleh dibuka May?”, kemudian Maya menghentikan kocokannya dan melihatku.
“Boleh Tom, tapi aku takut…”
“Kenapa? Kamu masih perawan?”, aku jadi penasaran.
“Sebenernya dulu sering kayak gini sama pacarku, cuma gak sampai dimasukin. Biasanya dia hanya digesek-gesekin aja, petting doang”, jelas Maya.
Kemudian Maya mencium pipiku. “Gak pa-pa kan Tom, kalau cuma digesekin?”, tanya  Maya dan aku hanya berusaha tersenyum dan mengangguk saja.
Maya lantas melepas sendiri celana dalamnya. Aku melihat bentuk vagina yang indah dengan rambut yang sudah bersih dicukur habis. Bagian klitorisnya masih tertutup rapat.
“Maya kita main gaya 69 yuk”, kataku memancingnya.
“Ayo aja…Tom biar sama-sama menikmati”.
Maya beranjak berdiri dan menindih tubuhku yang terlentang diatas ranjang. Setelah mengatur posisi supaya nyaman, aku melenguh duluan. “Uuuuhhhhh…Mayaaaa…”, Maya sudah melahap penisku bagaikan es krim.
Penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Tangan kiri Maya juga mengocok penisku. Variasi blowjob yang dilakukan Maya membuatku sedikit lupa kalau di depan mukaku terdapat vaginanya. Tidak mau kalah, akhirnya aku mulai memainkan jari-jariku di vaginanya. Kubuka bagian klitoris yang masih tertutup rapat dan ketika sudah terlihat daging kecil menonjol itu lantas ku elus pelan.
“Aaahhhh…”, suara lenguhan Maya tiba-tiba terdengar dikesunyian malam didalam kamarnya.
Tidak berhenti sampai di situ, aku mulai menjilati bagian lubang vaginanya. Desahan Maya makin lama semakin keras. Selain menjilat terkadang aku menyedot dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Akhirnya vaginanya semakin basah dan becek, tidak hanya karena ludahku tapi juga cairannya mulai keluar. Setelah merasa cukup dengan posisi 69, Maya beranjak dan merebahkan tubuhnya di sampingku.
Nafasnya sedikit terengah-engah. Bibirnya menyunggingkan senyum. Mungkin itu semacam kode untukku agar aku melanjutkan aksi ini. Aku mulai menciumi wajahnya mulai dari kening, hidung, dan bibirnya. Kemudian turun menuju puncak buah dadanya. Puttingnya sudah tegang maksimal.
Maya begitu menikmati semua perlakuanku terhadap tubuhnya masih terbalutnya licinya kain satin dasternya. Matanya terpejam namun bibirnya sedikit terbuka, dan kadang desahan-desahan kecil keluar dari mulutnya. Perlahan-lahan aku menindih tubuhnya. Mata kita saling sama-sama berpandangan lagi. Bibirnya menyambut bibirku. Aku sudah sangat bernafsu, aku agak tidak menghiraukan permintaan hanya petting saja. Mayapun begitu diliputi hawa nafsu, desahannya semakin intens. Namun dia menghentikan ciuman dan menatap kedua mataku.
“Digesekin aja ya Tom”, kata Maya mengingatkan.
“Aku udah gak tahan lho May. Ntar kalo keenakan terus masuk gimana?”, ledekku.
“Iiihhh…Tomiiii…”, Maya tertawa kecil sambil mencubit lenganku.
“Aku yang nahan Tom, udah pengalaman…”, lanjutnya.
“Tapi aku yang gak tahan. Apa gak usah aja?”, kataku sambil berpura-pura beranjak dari tubuhnya Maya.
“Tomiiii…….”, Maya merengek dan kemudian menarik tanganku.
Bibir kita berciuman lagi. Maya melebarkan kedua pahanya dan meraih penisku supaya tepat berada di depan bibir vaginanya. Kemudian Maya menggesek-gesekkan sendiri penisku dengan tangannya.
“Uuuuhhh…ssshh…”, Maya mulai mendesah ketika aku menggerakkan pinggulku. Kedua tangannya kini merangkul leherku.
“Enak May?”, Maya mengangguk dan ikut menggoyangkan pinggulnya.
“Tomiii… Uuuhhh…”, desah Maya diiringi kepalanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan.
Di bawah sana, kepala penisku hanya menggesek-gesek bibir vaginanya yang semakin basah. Ujungnya benar-benar tepat di lubang vagina sehingga kalau aku nekat dan khilaf perawan Maya bisa-bisa tembus oleh penisku.
“Aku ganti diatas aja Tom”, kata Maya.
Kita bertukar posisi, women on top. Maya menekan penisku tepat di belahan vaginanya. Maya lalu mulai bergerak maju mundur. Payudaranya ikutan bergoyang.
“Aaanggghhh…uuugggghhh…Tomiiiii…”, mulut Maya mendesah semakin nyaring
“Tomiiiii…mainin tetek akuuu…ssshh…”. Tanganku lantas meraih dua buah dadanya yang menggantung terhalang kain satin dasternya itu.
Ternyata Maya semakin mempercepat gerakannya. Pinggulnya bergeak ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Mungkin sebentar lagi dia akan mendapatkan orgasmenya. Aku sebenarnya juga sudah tidak tahan karena efek gesekan belahan bibir vaginaya. Tapi sayang sekali kalau cuma petting saja membuat orgasme.
“Aaaaahhhh…Aaahhh….Anghhhh!!!”, Desahan panjang sekali.
Tubuhnya mengejang-ngejang beberapa saat merasakan orgasme kemudian setelah puas merasakan orgasme tubuhnya langsung lemas tergeletak ditubuhku. Maya memeluk tubuhku dan nafas masih memburu. Aku mengelus rambut hitam bergelombang miliknya. Cukup lama juga, kita diposisi seperti itu.
“Tom, belum keluar yah?”,
“Belum May. Tapi kalau kamu capek, ya gak pa-pa kok”, aku mencoba mengerti walaupun
sebenarnya merasa nanggung.
Maya mengubah posisi dan langsung memegang penisku yang masih tegang. Lagi-lagi Tindakan tiba-tiba yang mengasyikkan, Maya melakukan blowjob. Kepalanya terlihat naik turun.
“Aaaaahhh…”, aku hanya bisa mendesis seperti itu.
Kemudian secara reflek aku memegang kapalanya  dan menahannya. Aku menggerakkan pinggul seoalah-olah aku sedang ML dengan mulut mungilnya. Seketika Maya melepas emutannya dan melihatku. Aku agak kaget karena takut dia tidak suka ketika aku menahan kepalanya seperti tadi.
“Mayaaa…aku udah mau keluar? Jangan di mulut may?”, kataku.
“Terus dimana Tom?”
“Aku pingin gesek-gesek dikain satin dastermu”.
Kemudian maya terlentang diatas ranjang dengan cepat aku naik keatas tubuhnya dan langsung saja aku gesek-gesekan batang penisku diatas permukaan perutnya.
“Unggghhh….Mayaaa….enak…banget….”, gesekan penisku dipermukaan kain satin dasternya terasa licin sekali dan membuat cairan spermaku mucrat sangat banyak.
Crottt….crottt…crottt…tubuhku mengejang-ngejag dibawah tubuhnya Maya diiringi cairan sperma yang keluar dan muncrat hingga mengenai bagian buah dadanya. Kemudian Maya menjilat penisku untuk dibersihkan dari sisa-sisa cairan spermaku yang masih keluar.
“Enak Tom gesek disitu”, kata Maya ketika sudah selesai.
“Enak banget terasa licin dan bikin ketagihan May”, Maya langsung merebahkan tubuhnya di sampingku.
“Kapan-kapan kalua mau nanti aku pakai baju tidur seperti ini biar kamu puas Tom, Yuk tidur…”. Katanya.
“Oh ya May aku pakai baju dulu biar ngak kedinginan”, kataku sambil mencoba beranjak dari kasur. Tapi tangan Maya menahan.
“Kenapa May?”
“Kan bisa minta peluk aku Tom”, jawabnya  sambil memelukku.
“Tapi kan AC kamarmu dingin banget May”.
Kemudian Maya beranjak bangun dari ranjang dan mengambil sesuatu dari dalam lemari dan ternyata selimut satin yang sangat lebar bermotif gambar mawar dan langsung menetupi tubuh bugil dan saling berpelukan diatas ranjang.
“Gimana enakan tambah licin dan hangat Tom”, katanya.
“Iya May, kamu ngerti aja sich”, Tiba-tiba tangannya iseng mengelus-elus penisku. Mataku yang hampir terpejam menjadi sedikit melirik ulah iseng Maya.
“Ntar kalau tegang lagi, aku masukin punya kamu nanti”, ancamku.
“Mau dong Tom, hihihi…”, Maya malah menggodaku.
Kemudian dia membalik tubuhnya dan membelakangiku dengan posisi nungging lalu kupeluk dari belakang sambil kugesek-gesekan dikain satin dasternya .
“Sabar ya Tom, ntar ada waktunya pasti kamu akan rasakan kok”, Maya menggumam.
Samar-samar aku mendengar kata-kata yang diucapkannya itu. Namun tidak terlalu yakin dengan maksud kata-kata itu. Perasaanku campur aduk, kaget, senang dan berharap bisa melakukan seperti ini lagi bersama Maya walau sekadar kita masih berteman dan belum menjadi pacar.
187 notes · View notes
Text
INFO RUMAH 0821-4212-5500 Cari Jual Rumah Kost Malang Arjosari
0 notes
kurniawangunadi · 3 months
Text
Apakah Sesuatu Akan Menjadi Lebih Baik Saat Aku Tetap Tinggal?
Aku ingin sekali memiliki kesempatan untuk bisa melangkahkan kaki lebih jauh dari langkah-langkah yang kumiliki saat ini. Selama ini, semacam ada garis batas hidup yang tak mungkin kulewati, izin orang tua. Tapi apa yang terjadi selama beberapa tahun belakang ini, hidup berasa jalan di tempat. Langkahku tak bisa lebih luas lagi karena kesempatan-kesempatan yang kucari, ada di luar batasku selama ini. Apa yang menjadi batasan, semakin tidak berdasar. Tapi, aku pun tak memiliki keberanian untuk menyampaikan. Sehingga, segala sesuatunya hanya berputar-putar di dalam pikiranku. Bagaimana caranya kamu bisa memiliki langkah sejauh itu? Apakah segala sesuatunya akan menjadi lebih baik saat kamu melangkah lebih jauh? Atau sebaliknya? Aku bahkan tidak bisa merasakan rindunya pulang ke rumah, karena justru rumah adalah tempat yang ingin aku tinggalkan. Bagaimana rasanya bisa rindu buat pulang, bahkan sampai memperjuangkan agar bisa pulang menempuh jarak ribuan kilometer? Bagaimana rasanya menjadi dirimu?
139 notes · View notes
andromedanisa · 5 months
Text
tak sama..
"rumah tanggaku tahun ini sudah 10 tahun, Bu." aku mengatakan itu dalam telpon beberapa waktu lalu kepada Ibu.
"mangkanya kamu itu seharusnya mikirin buat punya anak. kalau kamu nggak punya anak siapa yang akan doain kamu, siapa yang akan ngurus kamu nanti waktu tua, siapa yang akan nerusin aset-aset berharga kamu. anak itu yang bikin rumah tangga reket antar suami dan istri. kalau kamu nggak punya anak gini, kamu gampang dilepasin suamimu kan." dan hal lainnya yang keluar dari lisan ibu ku yang tidak ingin ku dengar.
beberapa waktu lalu aku ada konflik dengan suamiku, dek. selama 10 tahun kami tak pernah ada konflik besar, baru pertama kalinya selama pernikahanku dengan suamiku kami bertengkar hebat. sampai di titik kalau aku gak mikir panjang dan tenang saat itu mungkin saat ini kami sedang menghadapi mediasi di ruang persidangan.
sesaat aku dan suami bertengkar hebat, aku menangis dan menelpon ibuku yang kebetulan saat itu sedang ada di desa. dalam telpon aku menangis seperti anak kecil yang butuh untuk ditenangkan. aku pikir dengan menelpon ibuku, aku dapat pembelaan. aku dibela sebagaimana aku ingin ada satu orang yang setidaknya berdiri untuk memihakku meski saat itu suamiku pun tak berada di pihakku.
alih-alih mendapat dukungan, ibuku justru mengatakan sesuatu yang membuatku semakin sedih, menangis dan kecewa. saat itu aku merasa tidak ada lagi tempat untukku pulang. tidak ada lagi tempat yang setidaknya mau mendengarkan kronologi yang sebenarnya mengapa aku melakukan demikian. tidak ada yang membelaku. jangankan membelaku, mendengar kebenarannya seperti apa saja tak ada yang mau.
aku nggak tahu saat itu harus seperti apa, karena aku tak pernah sekacau itu. 10 tahun lamanya aku merasa berjalan sendiri, aku bekerja hanya untuk menyenangkan orang lain. orang-orang selalu menanyakan kapan punya anak, kapan hamil, dan pertanyaan yang menurutku tak seharusnya ditanyakan. nggak ada yang mau dalam keadaan seperti ini. 10 tahun menunggu itu bukanlah waktu yang sebentar.
10 tahun aku tinggal bersama mertuaku, setiap ada ucapan atau tindakan yang tidak menyenangkan hatiku, aku mencoba untuk tetap berlapang dada tidak memasukkannya ke dalam hatiku agar aku tidak merasakan sakit. sebab aku pernah mengadu kepada suamiku namun malah aku yang disalahkan, sejak saat itu aku tak pernah lagi menjadikannya tempat pulang untuk bercerita.
diawal pernikahan kami sampai di tahun ke 5. aku dan suami mencoba program hamil, namun belum ada tanda-tanda berhasil. lalu aku memutuskan untuk berhenti program sebab aku merasakan lelah secara fisik dan mental. aku fokus bekerja, menabung, dan membeli beberapa properti seperti emas, sawah, dan tanah. agar nanti meski tidak punya anak setidaknya aku sudah mempersiapkan hari tuaku nanti dengan beberapa aset. opsiku adalah jaga-jaga kalau memang nantinya di panti jompo.
ketika aku fokus bekerja, mengumpulkan aset. orang-orang melihatku bahagia tidak punya beban sebab belum punya anak. dan mereka selalu berpikir bahwa aku tidak ingin punya anak hanya karena aku berhenti untuk program hamil. mereka selalu mengasihaniku dengan mengatakan percuma banyak harta tapi kalau nggak punya anak. kan kasihan. omongan seperti itu sudah menjadi vitamin yang selalu aku konsumsi setiap harinya.
aku mencoba menutup telinga dan melapangkan hatiku dengan selapang-lapangnya. sampai aku menyadari dan berdoa hingga mataku sembab kepada Allaah. "ya Allaah, aku pikir tidak ada seorangpun yang ingin hidup seperti ini. menanti itu tidak mudah ya Allaah. mengapa rasanya aku seperti berjalan sendiri di muka bumi ini."
aku menangis sambil makan es krim, semua mata pengunjung menatapku. aku sudah tidak peduli akan hal itu. makan es krim yang paling mahal membuatku sadar kemana saja aku selama ini, mengapa aku begitu abai dengan diriku sendiri sampai di menangis seperti ini.
aku bekerja, suamiku bekerja. aku bekerja dan gajiku sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan keluargaku sendiri. mencukupi semua kebutuhan ayah dan ibuku. yang bikin aku sedih rasanya jerih payahku selama ini tak pernah terlihat dimata ibuku. padahal kalau aku punya anak itu artinya aku tidak bisa memenuhi kebutuhan keluargaku dengan utuh. itu yang selalu aku pikirkan.
banyak orang mengatakan kalau aku terlalu lelah dalam bekerja. aku juga pengen resign, aku juga pengen jadi ibu rumah tangga. tapi itu nggak mungkin. bagaimana dengan keluargaku, bapak ibuku? ibuku selalu menuntut ini dan itu. selalu bilang untuk program hamil inseminasi dan lainnya. iya, aku paham, aku jangan ingin. tapi uang darimana? program hamil itu gak murah.
rasanya semua bertarung dalam kepalaku. dan itu membuatku lelah. rasanya aku ingin sekali ke psikiater atau psikolog. tapi aku tahu untuk menemui mereka saja itu juga butuh uang yang tidak sedikit. lalu bagaimana jika aku melakukannya dan meminum obat yang diresepkan? karena katanya obat anti depresan membuat sebagian kenangan kita juga ikut memudar. aku takut itu terjadi. bagaimana jika aku mudah lupa dan hal itu menyangkut dengan pekerjaanku? apakah aku masih bisa bekerja? dan banyak hal ketakutan serta pertanyaan dalam diriku.
aku menonton film, dan terlihat mager tidak melakukan apapun kala sedang libur. selalu dikira aku sedang bermalas-malasan. padahal aku melakukan demikian sebab aku sudah terlalu lelah dengan pekerjaan. kini aku merasa ya Allaah sampai kapan ini akan berakhir? rasanya lelah sekali..
dia mengatakan itu kepadaku dengan menangis dan tatapan yang kosong. kepedihan dalam hatinya rasanya sampai ke hatiku. ya Allaah, tolonglah dia. tolonglah siapapun orang-orang yang sedang mengalami kelelahan dalam hidupnya.
73 notes · View notes
cikguazmi · 9 months
Text
anak saudara dan pak mat
Suatu hari ketika keluarga mertua ku mengadakan majlis kenduri arwah di kampung, kami dikejutkan dengan berita kematian abang kepada mertua ku yang juga merupakan bapa saudara kepada suami ku. Oleh kerana ketika itu hanya suami aku sahaja yang mempunyai kereta, maka mertua ku dan adik beradik ipar yang lain semuanya turut serta menziarahi jenazah di kampung lain yang agak jauh juga daripada kampung mertua ku.
Oleh tempat duduk terhad, suami ku menyarankan agar ku tinggal sahaja di rumah mertua ku dan ditemani oleh dua orang anak saudara suami ku. Zaidin anak adik ipar ku yang baru nak masuk tingkatan 1 dan Zairul anak abang ipar ku yang baru nak masuk darjah 6. Kedua-dua mereka ini masih belum bersunat.
Aku tidak berapa percaya kepada budak-budak tersebut kerana memang aku tahu, setiap kali aku mandi Zaidin memang tak lepas peluang untuk mengintai tubuh ku. Namun begitu aku diam sahaja perkara tersebut, bukannya orang lain, anak saudara suami aku juga yang aku anggap macam anak saudara aku juga. Lagi pun mereka itu budak-budak yang sedang melangkah ke alam remaja tentulah keinginan untuk mengetahui dan mencuba perkara yang berkaitan seks itu meluap-meluap. Disebabkan itu saranan suami ku, maka aku tidak membantahnya, diharapkan tiada apa yang tidak diingini berlaku pada diri ku malam ni.
Aku melayan anak buah suami ku itu macam biasa, walau pun aku perasan mereka memandang aku seolah-olah mahu menelan tubuh ku ini. Memang nasib tidak menyebelahi diriku malam ini, di luar rumah sayup-sayup kedengaran bunyi burung hantu yang menyeramkan bulu roma ku.
Aku sememang nya seorang yang penakut, malam itu aku terpaksa meminta tolong Zaidin dan Zairul menemani aku untuk ke tandas yang terletak di luar rumah. Tandas kampung yang dibina menggunakan papan, walaupun bertutup semua tetapi masih terdapat lubang-lubang yang membolehkan Zaidin dan Zairul mengintai aku yang melepaskan hajat.
Namun begitu aku tidak mempedulikan apa yang Zaidin dan Zairul buat, ketika ini perut aku memulas dan ingin melepaskan hajat, kalau dia orang mengintai tubuh ku pun itu rezeki dia orang lah, aku tidak ada malu lagi dah ketika ini.
Setelah lega aku mendapatkan Zaidin dan Zairul yang menunggu di luar dengan tersenyum-senyum memandang aku, aku membalas senyuman mereka dan bertanya samada mereka nak kencing atau tidak. Mereka mengeleng-geleng kepala, tetapi aku perasan seluar pendek yang dipakai oleh mereka berdua tertonjol ke depan.
Sah dia orang mengintai aku tadi yang menyebabkan zakar dia orang menegang. Sememang nya ketika melepaskan hajat tadi, aku menyelak kain ku ke atas mendedahkan keseluruhan anggota bahagian bawah tubuh ku.
“Mak Ngah, tadi Zaidin mengintai Mak Ngah,” Zairul memberi tahu aku.
“Ooo ambil peluang ye, tak baik Zaidin buat macam tu,” tegur ku.
“Habis tu kalau mintak nak tengok, mesti Mak Ngah tak kasi punya, jadi peluang yang ada tadi memang saya tak lepas punya,” jawab Zaidin.
“Fuh! Mak Ngah punya memang tembam, bulu banyak pulak tu, sampai sekarang batang pelir saya masih menegang, teringatkan burit Mak Ngah tadi,” sambung Zaidin lagi.
Merah muka aku menahan malu dan geram tapi nak buat macam mana Zaidin memang macam tu, kenakalan memang diakui oleh kedua orang tuanya sendiri.
“Zaidin… tak baik tengok orang lain punya, lagi pun Zaidin masih budak tak baik memikirkan perkara yang bukan-bukan,” tegur ku lagi.
“Ala Mak Ngah, kita orang dah rasalah burit budak perempuan, hangat dan geli bila dijolok dengan batang pelir,” jawab Zaidin selamba.
Meremang bulu roma ku mendengar jawapan tersebut.
“Eii Zaidin ni nakalnya, nanti Mak Ngah cakap kat bapak kan,” ugut ku.
“Ala kalau Mak Ngah beritahu bapak kita pun, boleh cakap jugak yang burit Mak Ngah tembam dan berbulu,” jawabnya pula.
Boleh hilang akal aku kalau dilayan sangat budak ni. Suami adik ipar yang merupakan biras aku lebih tua daripada aku memang seorang yang gatal sikit. Pernah beberapa kali dia mengambil peluang menepuk punggung ku ketika di dapur. Anak dengan bapak sama je perangainya.
Jadi aku ubah strategi aku daripada menasihat kepada melayan karenah anak saudara suami ku ini.
“Zaidin buat dengan siapa?” tanya aku ingin tahu.
Dia menceritakan yang dia pernah bersetubuh dengan budak perempuan kampung ini yang sekelas dengannya, ketika pulang dari mengaji quran. Menurutnya lagi dia belum pernah bersetubuh dengan perempuan dewasa dan dia teringin sangat ingin merasa lubang burit perempuan dewasa.
“Zaidin tak boleh buat dengan perempuan dewasa sebab tak bersunat lagi,” jawab ku cuba mengawal keadaan.
“Ala tak kisah Mak Ngah, orang Cina dan India tu boleh main, mereka tu bukan bersunat pun,” jawab Zaidin cuba memusingkan fakta.
Panas muka ku, terkena aku dengan jawapan budak ni.
“Jadi Zaidin nak apa sebenarnya ni?” tanya aku cuba mematikan helahnya.
“Mak Ngah bagilah saya rasa sekali burit Mak Ngah malam ni, tak tahan ni, dari tadi batang pelir saya asyik menegang saja,” jawabnya selamba.
Memang dah agak dah, itu yang dia mahu sebenarnya. Zairul hanya tersenyum dan diam membisu saje.
“Eh tak Mak Ngah tak boleh bagi lah Zaidin, berdosa tau, lagi pun Mak Ngah ni bini Pak Ngah kau, kalau dia tahu kan susah nanti,” jawab ku berterus terang.
“Ala Mak Ngah jangan bagi tau yang Idin dah rasa burit Mak Ngah, tolonglah Mak Ngah tak tahan ni, nak meletup rasanya batang pelir saya ni,” sambung Zaidin sambil menayangkan batang pelirnya yang keras menegang itu.
Berdebar juga melihat saiz batang pelir Zaidin yang berukuran lelaki dewasa walaupun dia masih berusia 13 tahun dan masih belum bersunat. Terlintas jugak dalam kepala aku bagaimanalah budak perempuan yang sebaya dengannya menerima kemasukan batang pelir Zaidin yang bersaiz lelaki dewasa ke dalam kemaluan dia orang. Patutlah dia beriya-iya sangat nak rasa burit perempuan dewasa, saiz zakarnya memang untuk burit perempuan dewasa.
“Kalau Mak Ngah tak nak kasi, kita nak tinggalkan Mak Ngah sorang-sorang kat sini, tidurlah dengan hantu kubur kat belakang rumah tu,” ugut Zaidin.
Rumah mertua ku memang berdekatan dengan kawasan perkuburan, tu yang menyeramkan aku bila tinggal sorang-sorang.
“Janganlah macam tu Din, Mak Ngah takut sorang-sorang kat rumah ni,” rayu aku.
“Kami boleh temankan Mak Ngah tapi tu la, bagi lah kami rasa sekali burit Mak Ngah tu, bukannya orang lain tahu pun, kita-kita je Mak Ngah,” pujuk Zaidin lagi.
Aku buntu memikirkan cara untuk menghindarkan dari bencana yang bakal menimpa diriku. Nampaknya dalam keterpaksaan begini aku pasrah menyerahkan tubuhku untuk dinikmati oleh Zaidin dan Zairul. Sememang aku tidak sanggup mengharungi malam yang penuh menyeramkan seandainya aku ditinggalkan bersendirian.
Aku cuba memujuk hati bahawa keadaan yang akan diharungi adalah sama seperti malam-malam yang lain cuma situasi yang berbeza. Jika di malam-malam yang lepas aku ditiduri oleh suami sendiri dan hanya zakar suami sahaja yang memasuki faraj ku tetapi malam ini aku akan ditiduri oleh anak saudara suami ku dan mungkin zakar mereka akan memasuki faraj ku.
Tambahan lagi saiz dan kekerasan batang pelir Zaidin menyebabkan faraj ku berdenyut-denyut melihat nya. Kadang-kadang terlintas juga di fikiran ku untuk merasai batang zakar yang belum bersunat. Pernah juga aku berkhayal disetubuhi oleh pelakon cerita Korea dah tentu zakarnya tidak disunatkan.
Kini batang pelir Zaidin yang belum bersunat dan saiznya yang menyamai saiz zakar suami ku terpampang didepan aku. Akhirnya aku mengalah dengan keadaan, setelah menyepi beberapa ketika. Zaidin masih lagi memain-mainkan zakarnya yang keras menegang itu.
“Baiklah Zaidin, Mak Ngah mengalah, kalau Zaidin dan teringin sangat nak rasa Mak Ngah boleh bagi, tapi kena janji tau tak ceritakan perkara ini kepada sesiapa.”
Tersenyum lebar Zaidin mendengar pengakuan aku tersebut, lantas tubuh ku dipeluk dan diciumnya.
“Kami janji Mak Ngah, tak kan cerita kepada sesiapa pun,” janji Zaidin sambil menyondol zakarnya pada tubuh ku.
Aku mengajak Zaidin ke bilik tidur untuk dia melampiaskan nafsunya dengan tubuh ku. Aku berbaring membiarkan Zaidin mengerjakan tubuh ku. Tangan dan mulutnya rakus mengerjakan buah dada ku serta mencium seluruh tubuh ku.
Ternyata pengakuan Zaidin dalam pengalaman seksnya adalah benar. Perlakuannya sebagaimana orang dewasa melakukan hubungan seks. Aku kini terangsang bila nafsu ku dirangsang oleh Zaidin.
Zairul hanya memerhatikan perlakuan kami di tepi pintu. Aku mengajaknya sekali untuk bersama-sama Zaidin mengerjakan tubuh ku. Aku mencapai kemuncak rangsangan bila Zaidin menjilat faraj ku, perkara yang tak pernah dilakukan oleh suami ku.
Aku menarik Zairul supaya meramas dan menghisap tetek ku. Aku mencapai klimaks ku yang pertama di saat Zaidin masih lagi mengerjakan faraj dan menggentel-gentel kelentik ku. Malu juga rasanya bila air mani ku terpancut pada muka Zaidin.
Selepas itu terasa lemah seluruh badan ku, ketika itu aku hanya memejam mata dan pasrah bila faraj mula terbuka menerima tusukan batang zakar Zaidin. Terasa hangat dan geli bila keseluruhan batang zakar nya tenggelam dalam lubang faraj ku.
Setelah melakukan beberapa tusukan perlahan kedalam rongga faraj ku, Zaidin mula menghenjut faraj ku dengan laju dan ganas. Terhenjut-henjut tubuh ku menahan hentakan batang zakar Zaidin pada lubang burit ku.
Namun begitu geselan batang zakar dan ari-ari nya pada kelentik ku menimbulkan rasa sensasi dan berahi yang amat sangat pada tubuh ku, tanpa ku sedari aku sendiri mengerang bernafsu bila diperlakukan sebegitu.
Manakala Zairul pula rakus mengerjakan tetek ku, diramas dan dihisapnya puting ku mengalahkan suami ku. Aku kelemasan di saat rasa berahi ku memuncak, lalu aku mengepit dan mengemut batang zakar Zaidin yang ditekan sedalam-dalamnya ke dalam lubang burit ku. Terasa hangat dalam burit bila Zaidin memancutkan berdas-das air mani nya. Kenikmatan tersebut menyebabkan aku juga mencapai klimaks ku yang kedua dengan mengeluarkan air mani yang bercampur dengan air mani Zaidin memenuhi rongga burit ku.
Setelah Zaidin mencabut zakar nya dari buritku, kini giliran Zairul pula yang bercelapak di celah kangkang ku. Aku membiarkan Zairul menekan batang zakarnya yang bersaiz budak 12 tahun ke dalam burit ku. Burit ku yang sudah lencun itu memudahkan kemasukan zakar Zairul yang baru pertama kali menikmati burit perempuan.
Kini sudah 3 bulan peristiwa hitam di mana aku diperkosa oleh anak saudara suami berlalu. Nasib baiklah benih yang ditabur oleh Zaidin dan Zairul ke dalam rahim ku tidak menjadi. Walau pun aku kesal dengan kejadian tersebut, namun ianya memberi kesan dan dimensi baru dalam kehidupan seksual ku.
Aku melayan kemahuan seksual suami hanya untuk melaksanakan tanggung jawab ku sebagai seorang isteri. Memang aku jarang mendapat kepuasan dari hubungan tersebut, tidak seperti yang diberikan oleh Zaidin dan Zairul ketika merogol ku tempoh hari. Kesan dari kejadian tersebut juga timbul keinginan dalam diri ku untuk bersetubuh dengan lelaki lain. Tetapi bila memikirkan aku ini isteri orang dan aku masih menyayangi suami ku, keinginan tersebut ku pendam sahaja dalam diri ku.
Suatu hari rumah kami dikunjungi oleh Pak Mat iaitu bapa saudara kepada suami ku. Dia meminta untuk bermalam di rumah kami semalam dua kerana telah dihalau keluar rumah oleh isteri dan anaknya, gara-gara hasratnya untuk berkahwin lagi satu. Sebenarnya Pak Mat ingin bermalam di rumah anaknya yang lain, tetapi mereka tiada di rumah kerana pergi bercuti ke Johor, mungkin dalam sehari dua lagi mereka akan pulanglah.
Suami ku tidak berkeberatan membenarkan Pak Mat bermalam dirumah kami walaupun dia terpaksa menghadiri mensyuarat di Kuala Lumpur keesokannya. Aku tidak membantah keputusan suami ku walaupun aku terpaksa tinggal berdua dengan Pak Mat malam besoknya.
Pak Mat berusia dalam lingkungan 68 tahun, tapi badannya masih tegap, maklumlah orang kampung banyak amalan petuanya. Tambahan lagi dia masih berkeinginan untuk berkahwin lagi satu. Kesian juga aku mendengar keluhan isi hati Pak Mat yang hilang kasih sayang dan perhatian dari anak-anak dan isterinya akibat daripada hasratnya untuk berkahwin lagi.
Menurutnya lagi memang selama ini isterinya hanya bersikap acuh tak acuh dalam menberikan kasih sayang dan perhatian terhadap dirinya. Malam itu kami tak banyak bersembang kerana kesian melihat Pak Mat yang kepenatan lagipun suami ku akan berangkat ke Kuala Lumpur esok.
Suami ku akan berada di Kuala Lumpur selama 2 hari. Malam itu suami ku tidak dapat menyetubuhi diriku sebagaimana kebiasaan sebelum beliau berangkat out station. Namun begitu aku masih lagi dapat memuaskan nafsu suami ku dengan melancap zakarnya dengan tangan ku sehingga keluar air maninya. Sayang juga aku melihat air maninya yang terpancut-pancut ke atas perut ku, alangkah baiknya kalau air mani tersebut dapat dilepaskan ke dalam rahim ku.
Keesokannya selepas suami bertolak ke Kuala Lumpur, aku melakukan aktiviti harian ku sebagai suri rumah seperti biasa. Pak Mat. aku lihat hanya termenung , mungkin mengenangkan nasibnya atau mungkin juag terkenangkan kekasihnya yang ingin dikahwininya.
Bila tinggal berdua-dua dengan Pak Mat, fikiran aku asyik terkenangkan kenangan pahit di mana aku disetubuhi oleh Zaidin dan Zairul tempoh hari. Ini membuatkan nafsuku terangsang bila mengingatkan kejadian tersebut. Terfikir juga dalam kepala aku, kalaulah budak mentah macam Zairul dan Zaidin tu teringin untuk menyetubuhi diriku, inikan pula Pak Mat, tua bukan sebarang tua, keinginan nya untuk berkahwin lagi membayangkan kemahuannya untuk berhubungan seks masih ada.
Untuk berdepan dengan situasi tersebut, petang itu aku mandi wajib untuk membersihkan diri ku. Seandainya Pak Mat menyetubuhi diriku sekurang-kurangnya diriku telah bersih. Namun begitu aku cuba untuk menghindari segala andaian tersebut, walaupun faraj ku berdenyut-denyut kegatalan meminta untuk dijolok dengan zakar.
Malam itu aku cuba bersikap biasa dengan Pak Mat, menyiapkan makan malam bersama. Sudah menjadi kebiasaan ku bila di rumah hanya berbaju t-shirt dan berkain batik tanpa memakai coli dan seluar dalam.
Ketika makan malam aku perasan yang Pak Mat asyik merenung puting buah dada ku yang tertonjol disebalik t-shirt nipis yang aku Pakai.
“Hai Pak Mat termenung je, teringatkan bini kat rumah ke?” tegur ku memecah kesunyian.
Dengan nada terkejut Pak Mat menjawab, “ishh tak de lah Ani, kalau Pak Mat ingat kan kat dia pun boleh dapat apa, orang dah tak sayang kita, kalau dia masih sayang, buat macam Ani ni haa, makan minum disedia, layan laki dengan baik, ni tidak asyik nak berleter je kerjanya. Bbila nak cari lain tahu pulak cemburu, merajuk hiee mematikan nafsu saya je,” rungut Pak Mat lagi.
“Manalah tahu malam-malam begini, kalau dulu selalu tidur berdua malam ni keseorangan pulak,” tambah ku.
Pak Mat ketawa kecil mendengarnya, “Pak Mat ni dah hampir 20 tahun tidur berseorangan, anak bongsu Pak Mat tu dah berusia 20 tahun, sejak dia lahir sehingga ke saat ini, bini Pak Mat tak pernah melayan kemahuan batin Pak Mat, tiang bendera Pak Mat ni masih boleh menegang, kalau dah tegang mestilah perlu tempat untuk disalurkan, kat mana lagi kalau tidak kat tubuh bini, tapi bini Pak Mat selalu menolak bila diajak bersama, sebab itulah Pak Mat nak cari bini lain, tapi niat yang baik tu pun mereka tak bersetuju dan menentang, Pak Mat nak buat macam mana, tak kan Pak Mat cari pantat lembu,” tambah Pak Mat dengan nada geram.
“Sabar Pak Mat,” aku cuba menyabarkan Pak Mat, tapi dalam kepala aku terfikir Pak Mat ni kemaruk seks dan gian untuk merasai burit perempuan.
“Dah hampir 20 tahun Pak Mat bersabar, tapi bila ada perempuan yang sanggup memberi kasih sayang dan sanggup menjaga Pak Mat, malangnya mereka pula tak setuju, dituduhnya Pak Mat ni gatal dan miang, orang tua tak sedar diri, apalah salah Pak Mat ni,” tambah Pak Mat dalam nada sedih.
“Tak pe lah Pak Mat, sabar je lah, saya sudi mendengar rintihan Pak Mat tu,” aku cuba memujuk dan menenangkan hatinya, kesian juag aku melihat orang tua tu.
“Biar saya selesaikan kerja saya kat dapur tu dulu lepas tu kita sambung bercerita,” kata ku yang menyudahkan makan malam ku.
Ketika aku terbongkok-bongkok dalam keadaan menonggeng mengemas dan menyusun pinggan mangkuk, aku tak perasan yangPak Mat berada di belakang ku. Bila aku bangun punggung ku terkena bahagian hadapan tubuhnya, menyebabkan Pak Mat terundur ke belakang dan hampir terjatuh.
Untuk mengelak dirinya terjatuh Pak Mat telah memegang punggung ku sehingga ianya menempel rapat pada bahagian depan tubuhnya. Aku dapat rasakan galangan batang zakar Pak Mat yang menempel tepat pada lurah punggung ku.
“Pak Mat ni terkejut saya,” tegur ku sambil itu Pak Mat mula menjarakkan tubuh dari punggung ku.
“Maaf Ani… Pak Mat tak sengaja, tak perasan pulak ani nak bangun, nak basuh tangan ni ha,”jawab Pak Mat tersenyum.
“Tu la Pak Mat lain kali ikut jalan yang betul, nasib baik terlanggar punggung saya, kalau langgar benda lain, entah akan terjadi,” tambah ku lagi.
Sebenarnya faraj ku juga berdenyut bila merasakan galangan batang zakar Pak Mat yang menempel pada lurah punggung tadi, sebab itulah aku membiarkan sahaja perkara tersebut sehingga Pak Mat sendiri yang menjarakkan diri nya.
Setelah aku menyelesaikan kerja-kerja ku, Pak Mat kembali menyambung menceritakan tentang kisah hidupnya. Bagaimana dia boleh jatuh cinta dengan Kak Leha janda muda tu. Menurutnya kak Leha tu berusia dalam lingkungan awal 40 an dan tidak mempunyai anak kerana disahkan mandul. Itu antara sebab mengapa dia diceraikan oleh bekas suaminya dulu.
Kak Leha mengambil upah menoreh getah untuk menyara hidupnya. Kebun getah yang ditorehnya terletak bersebelahan dengan kebun getah Pak Mat. Pada awal perkenalan mereka Pak Mat hanya mengusik kak Leha biasa-biasa sahaja, lama-kelamaan kemesraan terjalin dan Pak Mat mula menceritakan masalah peribadi nya kepada kak Leha dan begitu juga kak Leha. Ketika mereka berehat di pondok yang terdapat dalam kebun tersebut, Pak Mat menyatakan kerinduan nya untuk menikMati tubuh perempuan.
“Leha, abang Mat ni dah 20 tahun tidur berseorangan, tapi akhir-akhir ni sejak rapat dengan Leha, abang sering terfikir kenikmatan tidur bersama perempuan, dapat peluk, cium, meramas dan bersetubuh untuk melegakan nafsu ni, tapi semua tu tak dapat abang Mat lakukan pada bini abang sekarang ni,” begitulah keluhan Pak Mat cuba meraih simpati kak Leha.
“Leha paham masalah abang Mat tu, kalau abang Mat teringin nak sentuh, cium dan ramas luaran tu, Leha tak kisah kalau abang Mat nak ambil kesempatan dengan apa yang ada pada tubuh Leha ni, tapi kalau nak bersetubuh untuk melepaskan nafsu abang Mat tu, bukannya Leha tak nak bagi, kita ni dah tua, biar lah kita lakukan secara halal, abang Mat pujuk lah kak Munah tu supaya menerima Leha sebagai madunya, biar pun Leha ni hanya sebagai isteri batin abang Mat sahaja,” terang kak Leha panjang lebar.
Hari tu Pak Mat kerja tubuh kak Leha cukup-cukup hingga kak Leha terangsang habis dan buat pertama kalinya batang zakar Pak Mat boleh menegang keras setelah sekian lama tidak digunakan. Di saat genting tersebut kak Leha masih mampu mengawal keadaan dengan menasihati Pak Mat agar mangahwininya secara sah, lepas itu barulah menikmati tubuhnya. Pak Mat mengeluh panjang mengenangkannasib nya.
“Bersabar je lah Pak Mat, mungkin ada yang tersirat disebalik apa yang terjadi, lagi pun kalau ada jodoh tak ke mana kak Leha tu, yang penting berusaha,” aku cuba memberi perangsang kepada Pak Mat.
“Oh ya, Pak Mat nak kopi nanti saya buat kan, kopi tongkat ali campur madu,” kata ku sambil berlalu ke dapur.
Pak Mat juga mengekori aku ke dapur.
“Eh tak payah susahh-susah lah Ani, tapi kalau dah buat tu, Pak Mat minum aje,” ujar Pak Mat merendah diri.
“Hai bila pekena kopi tongkat ali ni selalunya tongkat Pak Mat turut sama menegak,” sambung Pak Mat lagi.
“Entah lah sejak kenal Leha tu, malam-malam asyik bangun je tongkat Pak Mat ni, nak pacak kat bini, dia tak bagi, nak pacak kat Leha tak rasmi lagi,” ujar Pak Mat lagi mengomel.
Aku hanya tersenyum dan faham sangat apa yang dimaksudkan oleh Pak Mat tu, tapi aku hanya bersikap berselamba.
“Tapi bila dah menegak, Pak Mat yang lah susah, tak lena tidur dibuatnya sebab dah gian dan teringin sangat nak bersetubuh dengan perempuan dah 20 tahun tak merasa burit, tak nak buat macam mana, bini tak nak layan, akhir nya bantal peluk jugak lah jadi mangsa sampai tongkat Pak Mat kendur,” ujar Pak Mat lagi selamba.
Aku hanya tersenyum melayan Pak Mat bersembang yang mula menyentuh soal seks, aku faham Pak Mat memang gian sangat tu nak bersetubuh.
“Pak Mat mintak lah elok-elok dengan bini Pak Mat tu, cakap lah kat dia melayan suami tu wajib kalau tak berdosa,” ujar ku lagi.
“Dah bebuih mulut Pak Mat ni ceramah kat dia tu, akhirnya kita jugak dituduhnya orang tua gatal tak sedar diri, dia tak tahu kalau zakar Pak Mat ni dibenam dalam burit dia tu silap hari bulan masih boleh bunting dia tu,” ujar Pak Mat lagi yang mula menyentuh cerita-cerita hangat.
Faraj ku kini mula berair kerana dari tadi dirangsang nafsu berahi.
“Tak tahu nak tolong macam mana lagi, sabar je lah Pak Mat,” ujar ku mengakhiri perbualan kerana aku dah mula rasa mengantuk dan kelentit meminta untuk digaru kerana terangsang.
“Tak ape lah Ani, Pak Mat amat terharu di atas simpati Ani tu, lagi pun Ani dah abncuh kopi ni, tak elok kalau menolak rezeki,” ujar Pak Mat tersenyum.
“Tegak pun tegak lah, nanti bagi bantal peluk satu Pak Mat, bila tongkat Pak Mat menegang nanti, Pak Mat peluk bantal kemas-kemas,” sambung Pak Mat lagi.
“Saya kesian tengok Pak Mat tapi tahu nak tolong macam mana, memang saya faham sangat kalau lelaki tua ke muda ke kalau dah terangsang tu memang tak boleh duduk diam, mengalahkan kucing nak beranak, samalah macam suami saya,” ujar ku lagi.
“Sebenarnya saya tak sampai hati nak tengok Pak Mat macam tu, tak apa lah nanti saya tak kunci pintu bilik, kalau Pak Mat rasa memang dah tak tahan dan gian sangat, Pak Mat lakukan apa yang patut, semuanya atas diri Pak Mat,” ujar ku sambil melirik kepadanya dan terus berlalu dalam bilik tidur ku meninggalkan Pak Mat yang agak tergaman.
Aku hanya tidur dengan berkemban kain batik sahaja tanpa seluar dalam dan coli, sebagai persediaan sekiranyanya Pak Mat ingin menyetubuhi diriku malam ini. Sambil membaca novel lucah aku mengentel-gentel kelentit ku sehingga ianya cukup berair.
Kalau lah aku ni bukan isteri orang mahunya aku mengajak Pak Mat bersetubuh secara terbuka, disebabkan status ku itu, biarlah Pak Mat yang mulakan sekiranya dia mahu, bimbang juga nanti aku dilabel sebagai isteri curang.
Aku terjaga dari lena bila terasa ada tangan yang meramas-ramas buah dada, aku terkejut dan dalam kegelapan aku terus memegang tangan tersebut. kemudian aku mendengar bisikan, “Ani Pak Mat ni, sorry ani Pak Mat tak tahan dah gian sangat batang zakar Pak Mat ni,” bisik Pak Mat kat telinga aku.
“Ohh Pak Mat,” terkejut saya, jawab ku sambil melepaskan tangan Pak Mat dan meletakkannya kembali ke atas buah dada ku.
“Pak Mat main lah puas-puas dan buat apa yang Pak Mat mahu, saya tak kisah, tapi saya mengantuk ni, Pak buat sorang je lah ye,” jawab ku.
“Sayang Ani tidur lah, biar Pak Mat belai ani sampai terlena,” jawab Pak Mat.
Romantis juga Pak Mat ni, fikir ku. Aku dapat rasakan Pak Mat mula mengosok-gosok permukaan faraj ku yang sudah sedia basah tu, lepas tu dia berbisik kat telinga ku, “Ani, Pak Mat dah tahan sangat ni, Pak Mat nak masukkan zakar Pak Mat ye,” bisik Pak Mat.
Aku mengangguk dan menarik tubuh Pak Mat supaya menindih tubuh ku.
“Pak Mat kita berselimut lah dulu, seganlah saya buat dalam keadaan terbuka,” ujar ku.
Pak Mat menarik selimut menyelimuti tubuh kami berdua, aku melucut kan kain batik yang masih di tubuh ku dan berbogel sepenuhnya di sebalik selimut tersebut.
“Pak Mat bukalah baju,” ujar ku.
“Pak Mat cuma nak rasa burit Ani je,” jawab Pak Mat.
“Saya dah bagi satu badan ni kat Pak Mat, Pak Mat pun kena bagi satu badan juga,” ujar ku lagi.
“Baiklah sayang, bukan apa sebenar Pak Mat segan maklum lah orang tua,” jawab Pak Mat merendah diri.
“Saya tak kisah Pak Mat janji saya dapat rasakan tubuh Pak Mat bersatu dengan tubuh saya,” jawab ku sambil mengerang bila terasa Pak Mat mula mengesel-gesel kepala zakarnya pada lurah faraj ku yang sudah licin dengan air berahi ku itu.
“Pak Mat masuk kan ye,” ujar Pak Mat lagi.
“Silakan lah, tapi pelan-pelan ye Pak Mat,” ujar ku lagi.
Aku mengerang bila bibir faraj ku mula terbuka untuk menerima kemasukan batang zakar Pak Mat ke dalam nya. Pak Mat mengeluh kesedapan, setelah separuh zakar nya memasuki faraj ku, ditariknya keluar dan menekannya masuk kembali kali ini dengan lebih dalam sehingga hampir keseluruhan kepanjangan batang Pak Mat tenggelam di dalam rongga faraj ku. Aku sedikit menjerit menehan kesenakan kerana ini lah kali pertama rongga faraj ku diteroka sedalam-dalamnya sehingga menyentuh pintu rahim ku.
Pak Mat membiarkan batang zakar nya terendam didasar faraj ku, aku yang kegelian dan kesenakan itu lantas mengemut dan mencengkam kemas batang zakar Pak Mat itu sehingga tubuh ku terasa kejang dan mengeluarkan air mani ku untuk klimak ku yang pertama. Pak Mat membiarku ku mencapai kepuasan batin ku, selepas itu Pak mula menggoyang-goyangkan punggung nya dan memusing-musing zakar nya yang masih terendam rapat dalam faraj ku.
Geselan kepala zakar nya yang menyentuh batu merinyam ku dan bulu-bulu di pangkal zakar nya yang lebat itu mengosok-gosok kelentit menyebabkan aku kembali terangsang. Apatah ketika itu Pak Mat giat meramas dan mehisap puting buah dada ku. Penat klimak yang pertama belum hilang kini aku kembali terpancut untuk klimak ku yang kedua. Aku rasakan rongga faraj kini bagaikan telaga yang selepas hujan dilimpahi oleh air berahi ku. Tubuh ku menjadi lemah lesu, tapi aku gagah kan juga untuk menahan asakan zakar Pak Mat yang mula menghenjut faraj ku dengan rentak perlahan tapi padu. Zakar nya sentiasa menyentuh pintu rahim dan batu merinyam ku setiap kali ditusuk hingga kedasar rongga faraj ku.
Gaya Pak Mat yangtidak memaksa pinggangnya membolehkan dia menhenjut faraj ku dalam tempoh yang agak lama. Tubuh ku sudah basah bermandi peluh begitu juga dengan Pak Mat, namun begitu zakar nya masih gagah menikam faraj ku. Aku telah pun klimak untuk kali ke tiga ketika Pak Mat rancak menghenjut faraj ku.
Kini segala sendi ku terasa lenguh, nak gerak kan kaki pun aku rasa tak mampu. walau pun sudah klimak tiga kali, kesedapan dan kegelian masih terasa pada faraj ku setiap kali zakar Pak Mat keluar masuk dari rongga faraj ku.
Ini tak boleh jadi fikir ku, aku sebenar nya sudah tak larat lagi dah nak mengangkang untuk Pak Mat, aku mesti melakukan sesuatu untuk mempercepat Pak Mat untuk mencapai kepuasan nya.
Dengan sisa tenaga yang ada aku membalas asakan Pak Mat dengan memeluk kemas tubuh nya dan mula meromeng leher dan tengkuk nya, manakala kaki aku silangkan pada pinggang nya menyebabkan zakar nya tertanam rapat di dalam rongga faraj ku. Aku menahan kegelian dan kesenakan akibat tekanan kepala zakarnya yang rapat pada pintu rahim ku, dengan sekuat hati aku mengemut-ngemut otot faraj ku untuk mencengkam batang zakar Pak Mat. Teknik yang aku pelajari dari buku yang dikenali sebagai kemutan anjing aku gunakan pada Pak Mat.
Pak mula mendesis kesedapan dan memuji-muji diriku, ketika itu juga aku mula merasa kepala zakar nya mula bedenyut-denyut dan mengembang-ngembang, di saat itu juga aku terangsang tahap maksimum. Aku mengerang kuat ketika Pak Mat melepaskan berdas-das pancutan air mani nya yang menghangatkan rahim ku, terkejut dengan kehangatan tersebut, aku juga melepas kan air mani ku untuk klimak yang keempat, aku terdampar kepenatan dan kelesuan terasa gelap dunia ku seketika, namun begitu aku masih lagi dapat merasakan zakar Pak Mat yang masih berterusan memuntahkan air maninya yang sehinggalah ke titisan yang terakhir yang memenuhi setiap rongga faraj ku. Hampir dua minit zakar Pak Mat memuntah kesemua air mani nya yang tersimpan begitu lama kedalam rongga faraj ku.
Selepas itu Pak Mat terdampar kelesuan di atas tubuh ku. Punggung dan cadar katil lencun dengan cairan mani yang mengalir keluar dari faraj ku. Aku minta Pak Mat bangkit dan mencabut zakar nya yang masih terendam dalam faraj ku, kerana aku ingin ke bilik air dan menukar cadar yang lencun itu.
Aku membuka lampu bilik dan agak terperanjat melihat kepanjangan zakar Pak Mat yang masih separuh tegang itu. Pada perkiraan ku hampir 9” iaitu hampir dua kali ganda kepanjangan zakar suami ku, patutlah aku kesenakan dikerjakan nya.
Pak Mat mengucapkan berbanyak-banyak terima kasih kepada ku dan memuji-muji layan aku tersebut serta tidak tahu nak membalas jasa ku tersebut. Aku hanya tersenyum, “Pak Mat pun apa kurang nya mengalahkan suami saya,” balas ku.
“Kita habis kan kat sini je lah Pak Mat, lepas ni anggaplah tiada apa yang berlaku di antara kita,” tambah ku lagi.
“Ye lah Ani… Pak Mat pun harap macam tu, tapi kalau Pak Mat teringin nak rasa lagi, boleh ke,” tanya Pak Mat bergurau.
Aku tergelak, “cukuplah dengan apa yang Pak Mat dapat tu, lepas ni kalau teringin nak lagi, cepat-cepat lah Pak Mat kahwin dengan kak Leha tu,” ujar ku lagi.
“Ye la Ani, selepas ni apa nak jadi pun jadi lah Pak tetap berkahwin dengan Leha tu, memang nikmat dan sedap lah kalau dapat bersetubuh dengan perempuan ni,” ujar Pak Mat sambil berlalu dari bilik ku.
2K notes · View notes