Tumgik
#selimut bantal
konveksijaskantor · 1 year
Text
TERBAIK!!! 0812-3456-9837, Konveksi Seragam Semarang, konveksi Seragam Terbaik Jawa Tengah
Tumblr media
0812-3456-9837 Seragam,Seragam Terbaik,Seragam Murah,Seragam Custom,Seragam Kantor,Seragam Sekolah,Seragam Industri,Seragam Medis,Seragam Olahraga,Seragam Fashion JUANDA KONFEKSI UNTUK SOLUSI PAKAIAN ANDA! Kami Menyediakan Jasa Konveksi Terbaik dengan Kualitas Premium Kenapa Memilih Kami? 1. Kualitas Terbaik 2. Free Desain sesuai keinginan 3. Bahan Berkualitas dan Teknologi Terkini 4. Pengiriman Tepat Waktu Kami pusat produksi konveksi seragam di daerah  Semarang menyediakan berbagai kebutuhan seputar seragam seperti : Seragam Sekolah Seragam kantor Seragam Olahraga Seragam Medis Seragam Hotel Seragam Pramugari/pramugara Seragam polo/kaos Seragam militer Seragam pelayan Seragam security Seragam bengkel Seragam Pariwisata Dan lain lain Bisa custom untuk berbagai seragam atau sesuai request anda lokasi kami berada di  Semarang - Jawa Tengah Menerima pesanan online Siap kirim ke seluruh indonesia Harga yang kami berikan lebih murah dan juga bahannya berkualitas More info hubungi: Juanda konveksi WA/Call: +62 812-3456-9837 Seragam,Seragam Terbaik,Seragam Murah,Seragam Custom,Seragam Kantor,Seragam Sekolah,Seragam Industri,Seragam Medis,Seragam Olahraga,Seragam Fashion
2 notes · View notes
keranjangku-ning · 9 months
Text
WARS Bantal Selimut Two in One Mini Bahan Nano Cotton
Bantal Jadi Selimut #balmut #balmutviral #balmutmurah #kadoulangtahun #kadopernikahan #perlengkapantravelling #perlengkapanbayi #selimutmurah
💤👍 PRAKTIS RINGKAS BAWA BANTAL BISA JADI SELIMUT COCOK PULA BUAT KADO KESAYANGAN 👍💤
BELI DI SINI
0 notes
konveksijersy1 · 1 year
Text
TERBAIK !!! 0812-3456-9837 Konveksi kaos komunitas lari di Asmat ,Konveksi kaos komunitas motor di Asmat
Tumblr media
0812-3456-9837 kaos komunitas motor tua, kaos komunitas ojol, kaos komunitas psht, kaos komunitas pshw JUANDA KONFEKSI UNTUK SOLUSI PAKAIAN ANDA! Kami Menyediakan Jasa Konveksi Terbaik dengan Kualitas Premium Kenapa Memilih Kami? 1. Kualitas Terbaik 2. Free Desain sesuai keinginan 3. Bahan Berkualitas dan Teknologi Terkini 4. Pengiriman Tepat Waktu Kami pusat produksi konveksi seragam di daerah Asmat menyediakan berbagai kebutuhan seputar seragam seperti : Seragam Sekolah Seragam kantor Seragam Olahraga Seragam Medis Seragam Hotel Seragam Pramugari/pramugara Seragam polo/kaos Seragam militer Seragam pelayan Seragam security Seragam bengkel Seragam Pariwisata Dan lain lain Bisa custom untuk berbagai seragam atau sesuai request anda lokasi kami berada di Asmat Menerima pesanan online Siap kirim ke seluruh indonesia Harga yang kami berikan lebih murah dan juga bahannya berkualitas More info hubungi: Juanda konveksi WA/Call: +62 812-3456-9837 kaos komunitas motor tua, kaos komunitas ojol, kaos komunitas psht, kaos komunitas pshw
0 notes
cutetny · 8 days
Text
SUMPAH SEORANG SUAMI.....
Nama aku Faizul, sudah berkahwin dengan gadis bernama Izzati yang 7 tahun lebih muda dari aku. asalnya aku dan zati adalah abang dan adik angkat sahaja, kami bertemu secara pertolongan yang aku janjikan pada zati akan menjaganya kerana dia tidak ada tempat untuk tinggal setelah lari dari keluarganya. zati baru berumur 21 tahun telah lari dari famili kerana dipaksa kahwin dengan orang yang dia tidak kenal. aku pula yang masih solo, terus ambil dia dan bawanya ke apartment aku. satu mlam zati ceritakan kisahnya pada aku. daripada itu zati tinggal bersama aku. pada pagi setelah penat berborak, aku suruh zati tidur atas katil aku. aku akan tidur di sofa, namun zati tidak izinkan dan mahu aku tidur sekatil bersamanya cuma dipisahkan dengan bantal di tengah. aku terjaga kerana mahu kencing pada jam 10 am. keluar saja toilet, aku melihat zati tidur mengiring dengan selimut terselak. aku naik dan cuba alihkan selimut agar dapat lihat dia yang sedang baring. tetiba nafsuku bergelora dan aku mula berbogel tampa pengetahuan zati. aku peluk dia dari belakang, zati memberi respon dengan di rapatkan bontotnya ke konek aku. aku memeluk dia sambil meraba raba payudaranya hingga aku terasa pejal. aku cuba masukkan tangan aku dalam bajunya dan buka branya. berjaya bra zati aku buka dan aku buang ke lantai. terus aku rasakan kelembutan payudara kartini. aku teruskan lagi dengan menarik seluar trek kartini hingga bawah, aku semakin stimm melihat dia tidak berseluar dalam. bajunya juga aku buka dan barulah kartini buka matanya dan melihat aku. dia tahu yang dia sudah di bogelkan dan cuba merayu agar aku tidak teruskan. aku tersenyum sambil memujuk dia agar membiarkan saja aku menyetubuhinya. kartini melihat konek aku sedang menyondol yondol bibir buritnya. dia memeluk aku dan berkata, " abang janji tak akan tinggalkan tini lepas ni ye...." kartini bisik di telinga aku dengan nada tersekat sekat. aku senyum dan membuka kangkang dia luas luas dan lihat buritnya terkemut kemut di basahi lendiran. terus aku masukkan konek kedalam lubang burit kartini dan mula menikmati seks bersama nya. kartini aku kocak berkali kali sehingga aku sengaja pancut dalam buritnya. bermula dari hari itu, kartini aku jadikan adik angkat untuk puaskan nafsu aku setiap hari. semakin hari kartini sudah biasa dengan kemahuan aku sehinggakan dia sendiri berbogel dalam apartment. setiap hari aku ratah tubuh kartini secara percuma dan kartini hamil secara tidak sengaja.
28 notes · View notes
senantiyasa · 4 months
Text
yang tersisa hanya si nona dan berisik kepalanya
ada si nona sedang pusing kepala. katanya bingung dia soal banyak hal di dunia. nona itu kerjaannya duduk-duduk saja. menatap layar yang kadang gelap kadang cerah sering kali sesuai kondisi hatinya. kalau tidak duduk, nona berdiri menggoreng cireng tanpa saus rujak yang dimakan bersama teman-teman. si nona sesekali bingungnya berganti menjadi karya. dia membaca banyak cerita tentang manusia-manusia dan perjuangan mereka. si nona baru sedikit saja paham mengenai cara dunia bekerja. memang yang satu itu dia masih butuh banyak belajar. tidak apa-apa, pikirnya. belajar bisa sambil berjalan.
nona sekarang tidak duduk-duduk lagi, bokongnya lelah katanya. jadi, dia berbaring. di atas kasurnya yang sepi hanya ada bantal, selimut, juga ikat rambut. nona menatap langit-langit kamarnya yang ada bercak hitam karena bocor dari loteng. dia menarik napas panjang dan merenungi banyak hal dalam hidupnya. nona menangis. dia tidak tahu menangis untuk apa. nona ketiduran dan bangun di pagi hari. pertanda pagi adalah matahari yang bersinar tapi dari kamar si nona dia tidak bisa lihat apakah matahari sudah bersinar.
nona bangun dan pergi keluar. dia tahu semalam menangis untuk apa, untuk hilangkan sesak di dadanya.
pagi hari bagi nona adalah satu lagi kesempatan untuk mencoba. walau kini yang tersisa hanya si nona dan berisik kepalanya, satu per satu bala bantuan akan datang. bahagia akan nona jemput lagi. dan berat hatinya akan dia tinggalkan sebelum tiba waktunya datang kembali.
18 notes · View notes
koreebear · 1 year
Text
Cross the Line.
•••
Tama terbangun di sebuah ruangan seorang diri dengan keadaan telanjang bulat. Tama ingat ini tepat hari ketiga ia menghabiskan waktunya bersama Abraham. Abraham, Enigmanya menemaninya saat masa-masa heat pertamanya.
Tama ingat tiga tahun lalu dirinya menjadi partner heat mantan kekasihnya yang seorang Omega. Kejadiannya sama persis dengan apa yang dia alami selama tiga hari. Bedanya, sekarang bukan Tama yang melalukan penetrasi.
Pipi Tama memerah ketika memorinya memutar apa yang dilakukannya selama tiga hari. Tama ingat bagaimana dirinya memohon, meminta bahkan merengek pada Abraham untuk disentuh.
‘Anjing! Kayak bukan gue!’ Tama merutuki dirinya di dalam hati. ‘Kok gue kayak Omega banget? Kenapa bisa gue kayak gitu?! Fuck! Fuck! Fuck!’
Wajah Tama semakin panas saat Tama ingat bagaimana Abraham dengan lembut menangani heat Tama, kadang sedikit kasar tapi Abraham langsung sadar ketika dirinya terlalu kasar untuk Tama. Hatinya terasa aneh, seperti ada segerombolan semut berjalan-jalan di hatinya. Aliran darah Tama berdesir lebih cepat, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Otaknya pusing penuh dengan Abraham dan feromonnya. Tama menutup wajahnya dengan bantal, kakinya menendang-nendang tidak berarah karena merasa malu dengan dirinya sendiri yang menjadi seperti ini.
“Tam?” Tama mendengar suara Abraham yang berada di luar. “Udah bangun?”
‘Hah? Gimana ini, anjing? Si Aje mau kesini!’ Tama memekik dalam hati. Tama langsung terbangun dari posisinya yang berbaring, mencari bajunya atau baju apapun yang bisa ia kenakan untuk menutupi tubuhnya yang masih telanjang bulat.
“Tam? Gue masuk, ya?” Kata Abraham lagi.
‘Anjing! Gimana ini?! Mana gak ada baju yang bisa gue pake?!’
Pintu terbuka secara perlahan. Tama langsung kembali berbaring dan menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala. Tama melihat Abraham berjalan masuk dengan tumpukan baju di tangan kirinya.
Abraham tersenyum, “Hai? Udah bangun?”
Jantung Tama semakin berdebar kencang, rasanya ingin Tama lepas saja jantungnya ini. Karena Tama merasa tidak cukup nyaman dengan apa yang ia rasakan.
Tama hanya mengangguk. Dirinya merasa kecil saat ada Abraham. Rasanya Tama ingin menjatuhkan tubuhnya pada Abraham, memeluk Abraham dan mencium aroma feromonnya sampai puas.
Abraham duduk di sisi ranjang tepat di samping Tama. Tangannya mengecek suhu tubuh Tama. “Gimana perasaan lo? Badan lo? Udah mendingan? Gak kayak kemarin, kan?”
Tama menggeleng. Matanya melihat sekeliling, mencoba untuk tidak bertemu tatap dengan Abraham.
Abraham mengangguk, senyum masih terlukis di wajahnya yang luar biasa tampan. “Gue rasa heat lo udah selese, sih. Soalnya feromon lo gak sekuat kemarin, gue ciumnya udah normal lagi. Semalem gue udah bersihin badan lo. Tapi kayaknya lo perlu mandi air anget biar badan lo lebih rileks. Di kamar ini gak ada kamar mandi, lo harus mandi di kamar gue. Gue udah isiin bathupnya sama air anget. Ini baju gue yang ukurannya paling kecil, baju lo baru gue laundry jadi belum bisa dipake. Lo pake baju ini dulu aja. Gapapa kan?”
Tama lagi-lagi hanya mengangguk.
“Gue tau lo pasti bingung banget sama keadaan lo sekarang. Lo yang Alpha tiba-tiba jadi kayak Omega ketika sama gue. Gue minta maaf sekali lagi, gue gak niat untuk hancurin hidup lo. Gak sama sekali. Kalo lo bisa kasih gue kesempatan dan percaya sama gue, gue janji bakal jagain lo dan kasih banyak kebahagiaan buat lo. Gue memang rese kemarin. But I swear i’ll be a good Enigma for you. Not perfect but I’ll try to be the best Enigma for you, Tam.” Abraham menatap Tama serius.
Abraham tidak pernah seserius itu dalam hidupnya. Sebelum ini hidup Abraham terlalu banyak minusnya. Sering menyepelekan Alpha yang menjadi partner rutnya. Tidak jarang Abraham bermain kasar ketika bersama para Alpha yang tidak Abraham ingat namanya. Tapi bertemu dengan Tama, merasakan bahwa Tama adalah matenya, Abraham ingin menjadi lebih baik. Ingin menjadi Enigma yang terbaik untuk Tama. Hanya untuk Tama.
Tama hanya diam mendengar perkataan Abraham. Dirinya masih berjuang untuk menerima keadaan. Dirinya masih ingin menolak dengan apa yang terjadi pada hidupnya sekarang, tapi… hati kecilnya, sangat kecil, menginginkan Abraham di hidupnya.
Tama tidak bisa marah atau kasar pada Abraham sekarang, karena Tama ingat dengan jelas Tama yang menginginkan ini tiga hari lalu. Bahkan Tama ingat berapa kali Abraham melakukan knot pada Tama.
“Lo masih takut, ya?” Abraham mencoba menyentuh pipi Tama.
Tama sedikit kaget, tapi ia diam. Apa Tama takut? Bingung? Tama tidak tahu apa yang dirasakannya. Semua seperti bercampur menjadi satu.
“It’s okay to be afraid and confused about all of this. Gue paham. Lo butuh waktu lagi untuk nerima gue, Tam? Gue bakal kasih lo waktu. Tapi jangan terlalu lama, gue gak sanggup nahan kangen kalo lama-lama gak liat lo atau ketemu lo.” Terlihat kesedihan di mata Abraham.
Tama ingin menangkis sentuhan Abraham dan menjauh dari Abraham. Tapi tubuh Tama malah semakin nyaman dengan sentuhan Abraham, tanpa sadar Tama semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Abraham, kepalanya bersandar pada tangan Abraham yang membelai pipinya.
“God, Tam. Lo gak tau gimana gue nahan diri gue buat cium lo sekarang.” Abraham berbisik. Tapi Tama bisa mendengarnya dengan jelas.
Tama malu. Abraham bisa mencium aroma feromonnya sedikit lebih kuat dari sebelumnya. Tama senang dengan semua yang Abraham bicarakan tadi. Tidak ada aroma tidak sedap dari feromon Tama. Tapi Abraham paham, mungkin Tama memerlukan waktu lebih lama untuk menerima ini semua.
“Yaudah lo mandi, ya? Gue mau beli sarapan dulu sebentar. Mungkin lo juga perlu penjelasan lebih jelas tentang Enigma dan Alpha kalo udah knotting, Tam. Nanti sambil sarapan gue jelasin apa yang gue tau, ya?” Abraham berdiri dari duduknya.
Tama sedikit sedih kehilangan kehangatan yang Abraham berikan.
Abraham seolah paham yang dirasakan Tama. “Gue cuma sebentar. Dan baju gue… itu tadi udah gue pake sebentar, lo bisa cium feromon gue di sana. Gue tau abis heat gini lo bakal masih butuh feromon gue, Tam.”
Tama ingin mengubur dirinya sedalam mungkin. Tama seperti buku terbuka yang bisa di baca oleh Abraham.
Abraham tersenyum melihat rona merah di pipi Tama. “Gue pergi, ya? Lo mandi langsung, kalo di lama-lamain gue takut airnya udah gak anget lagi.”
Tama melihat Abraham menghilang di balik pintu kamarnya. Setelah mendengar Abraham keluar dari apartemennya, Tama menutup wajahnya dengan bantal lalu berteriak sekencang-kencangnya. Tama berteriak karena ia bisa merasakan hatinya berbunga dengan semua sikap yang diberikan Abraham padanya dan Tama juga berteriak karena frustasi karena dirinya belum mau menerima kenyataan.
•••
sorry for any mistakes and typos
12 notes · View notes
pergimelaut · 1 year
Text
"meong."
pada suatu malam, aku masuk kamar dengan perasaan sedih. ketika aku membuka ponsel, kesedihan menyentakku seperti kena setrum, dan aku menangis sejadi-jadinya. kutarik selimut hingga ujung kepala, kututupi wajah dengan kedua tangan, dan aku menangis dengan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara.
pintu kamar yang memang tidak kututup rapat tahu-tahu membuka pelan, dengan suara yang mengikutinya, "meong." salah satu kucingku masuk ke kamar. ia naik ke kasur. diam di dekat kakiku. hatiku menghangat dengan kehadirannya, tapi itu hanya membuatku menangis lebih keras. karena sulit mengatur napas sambil menangis, aku sesenggukan dan kurasakan kucingku bergerak. tentu dia nggak nyaman dengan kasur yang bergoncang & nggak bisa membuatnya tidur tenang.
tapi, saat kukira dia hendak melompat turun, dia justru naik ke perutku. mungkin dia tahu aku sedih. kucing juga bisa sedih, tetapi kucing nggak menangis selayaknya manusia, sehingga pemandangan yang dia lihat tentu hal yang baru buatnya. aku ingin memeluknya, tetapi kedua tanganku masih menutupi wajah karena selalu ada tangis baru setiap kali kupikir sesi menangis sudah bisa diakhiri, jadi aku tidak bisa melakukannya.
kesedihan yang berdatangan memasuki kepala sepertinya tidak hilang-hilang juga. malam itu aku kecewa dan patah hati, dan merasa sangat kesepian. tangis yang begitu lama membuatku terengah-engah, hidung berair, dan sakit kepala. kedua tanganku basah, baju dan selimutku juga. aku mengusap-usap wajah sebisaku.
"meong." kucingku yang semula duduk di atas perut kini berdiri. dia melangkah maju, mendekati wajah, dan kepalanya ndusel-ndusel daguku, hidungku, kedua tanganku. perlahan, aku berhenti menangis, dan mulai meresapi suasana di sekelilingku. lampu kamar yang gelap, ponsel dan kacamata di samping bantal yang hampir jatuh, baju yang basah, mata yang berat, dan kucingku yang kini ada dalam jangkauan tanganku.
aku menurunkan sebelah tangan untuk memeluknya, sementara sebelah tanganku yang lain masih sibuk mengelap air mata baru di wajah. kucingku duduk, memosisikan diri senyamannya dia, kepalanya menempel pada daguku, dan darinya sayup-sayup mulai terdengar dengkuran. menyimak suara napasnya membuatku mulai mengatur napasku yang tidak beraturan. tarik napas, embuskan, tarik napas, embuskan. hhhh, huft, hhhh, huft. tarik napas. embuskan.
setelah beberapa menit berlalu dengan agak terpayah-payah, aku mulai berhenti menangis. kuelus-elus punggung kucingku dengan tenang. aku merasakan kasih sayang dan kepeduliannya yang mengusir kesepianku malam itu.
lalu, terdengar suara lirih meongan anak-anaknya yang masih kecil di dalam kardus. suara itu membuat kucingku bangun, lalu melihatku. ya, kamu boleh pergi. kucingku melompat turun dari kasur. aku pun duduk, menarik napas dalam-dalam. kusadari bahwa besok aku masih perlu berangkat pagi untuk bekerja. aku perlu membenahi suasana hatiku dan tidak boleh tidur dalam keadaan sedih, agar nggak sakit kepala ketika bangun besok.
aku ke kamar mandi. aku melihat pantulan diriku di cermin. kedua mata merah dan bengkak, rambut berantakan, hidung merah. tapi, kalau nggak ada kucingku, mungkin aku nggak akan melihatnya sampai besok pagi. aku kembali ke kamar, membuka ponsel. kusadari bahwa seseorang di ujung sana bisa saja menorehkan luka dalam malamku tanpa dia menyadarinya, but isn't being insensitive vs too emotional always the case between you both?
keduanya (insensitive vs too emotional) bukanlah hal yang sama-sama bagus. dan penting untuk menyadari bahwa menyeimbangkan keduanya perlu dilakukan agar masing-masing dari kami bisa memperbaiki diri. maka, dengan niatan seperti itu, kutuliskan pesan balasan panjang. kusampaikan kesedihanku, alasan kenapa aku sedih, apa yang kuterima dari perlakuan yang dia berikan malam ini.
menelusuri kesedihan yang belum lama kuakhiri memang cukup sulit, aku pun menangis lagi, meskipun tidak separah sebelumnya. air mata menetes-netes ke layar hp, membuatku sulit mengetik dan beberapa kali typo. kuselesaikan tulisanku dan kukirimkan padanya. aku menjauhkan ponsel dan berbaring. kedua mataku masih basah. kupejamkan mata, mengembuskan napas, sambil membatin, "looks like someone will be waking up with morning headache."
kurasakan kasurku bergoyang. "meong."
aku membuka mata, menunduk, melihat ujung kakiku, dan di situlah dia. kucingku yang lain, naik ke kasur, lalu berjalan mendekatiku. kucing ini berukuran lebih kecil dibandingkan kucing yang sebelumnya, tetapi jelaslah kini arti kehadiran mereka yang saling bergantian menjagaku malam ini: jangan sedih, aku di sini.
kupeluk dia sampai aku tertidur.
terima kasih.
4 notes · View notes
skyrettes · 1 year
Text
Alex Marini
Tumblr media
Menghabiskan waktu enam puluh sampai sembilan puluh jam dalam sepekan sebagai residen pediatri, kadang kala membuat seorang Regina Alyskia Bahrain kelelahan. Sebagai calon dokter spesialis anak, Regina nampaknya harus sering berlatih untuk tetap mengedepankan profesionalitas ditengah rasa kantuk yang sering kali datang sebab kurangnya waktu istirahat.
Weekend, hari yang seharusnya menjadi waktunya beristirahat kali ini nampaknya tidak sesuai dengan perkiraan, sebab ia baru ingat jika orang tuanya memiliki agenda yang harus dihadiri olehnya.
"Shit..." Sambil menggosok-gosok matanya yang setengah terbuka, Regina pun bangkit dari kasurnya. Ia menghela nafas panjang ketika suara sang Ibunda yang menggelegar terdengar dari luar kamarnya.
"Iya, Mi! Udah bangun!" Seru Regina yang tak lama setelah itu suara yang mengganggu tidurnya berangsur menghilang bersamaan dengan suara tapak kaki yang juga ikut menjauh.
Rutinitas pagi Regina sangatlah sempurna. Teriakan sang Ibunda yang tak pernah absen setiap pagi sudahlah cukup membuatnya kenyang tanpa harus sarapan. Mungkin saja jika ia memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen, paginya akan terasa damai. Dan justru hal itulah yang malah membuatnya merasa tidak betah tinggal sendirian, sebab suara teriakan sang Ibunda jauh lebih membuatnya merasa seperti di rumah.
Regina beranjak dari kasur miliknya untuk kemudian merapikan bantal dan juga selimut miliknya yang kusut sambil melamun memikirkan agenda hari ini.
Ia tahu mereka akan pergi untuk bermain golf, hanya saja perkataan sang Ayahanda tentang seseorang yang ingin sekali bertemu dengannya membuat gadis itu sedikit khawatir. Ia khawatir jika asumsinya sejak kemarin menjadi kenyataan. Meskipun sebetulnya kedua orang tuanya tidaklah menyinggung apapun terkait perjodohan. Namun tetap saja ia tidak bisa menghilangkan rasa was-was itu saat kedua orang tuanya terlihat mencurigakan ketika ditanyai siapa yang ingin bertemu dengannya.
Regina
Selalu ada banyak hal yang bikin hari Sabtu gue terganggu. Entah itu karena Mami yang tiba-tiba minta diantar ke pasar traditional pagi-pagi buta, Refal yang kadang nyuruh gue ini itu, atau kalau nggak Papi minta ditemani pergi ketemu temannya.
Gue nggak pernah ngerti olahraga golf, pun ini juga pertama kalinya gue datang langsung buat lihat gimana bentukan lapangan golf. Ternyata sama aja, ya? Iya, sama aja kayak lapangan-lapangan pada umumnya — hijau. Gue pikir bakalan beda karena katanya olahraga ini punya budget yang lumayan fantastis. Mungkin kalau dilihat baik-baik, yang bikin beda dari lapangan pada umumnya adalah lapangan golf cenderung nggak landai. Ada bagian sisi lapangan yang kelihatan bergelombang dibandingkan dengan lapangan bola yang semua orang tahu dari berbagai sisi kelihatan rata.
"Kamu tahu ndak kenapa olahraga golf itu mahal?" Gue menoleh kearah Papi begitu selesai meneliti apa Istimewanya tongkat golf yang ada di tangan gue sekarang.
"Tongkatnya mahal?" ujar gue dengan asal yang bikin Papi terkikik kecil. Kayaknya orang juga bakalan berpikir sama kayak gue waktu ngeliat baja mengkilap satu ini deh?
"Bukan tongkat aja yang mahal, tapi semua peralatan yang dipakai juga sama mahalnya. Ada juga lapangan." Gue lumayan agak ternganga ketika lapangan masuk dalam list yang bikin golf jadi malah. Ini lapangan loh? Cuma hamparan tanah kosong sama rumput?
"Jangan salah kamu. Sewa lapangan golf itu juga mahal, pemeliharaan sama air untuk bikin lapangannya tetap bagus juga butuh uang yang banyak."
Nggak salah. Iya, nggak salah. Perspektif orang soal golf itu olahraga mahal emang nggak salah kalau lapangan aja jadi alasan kenapa olahraga satu ini punya orang-orang berduit.
"Ngomong-ngomong ini teman Papi kok nggak datang-datang, ya?" celetuk gue karena udah hampir dua puluh menit kita berdua nunggu.
Mami hari ini nggak jadi ikut karena Refal nggak jadi pergi dan malah pacarnya yang mau datang ke rumah. Mungkin pikir Mami nggak bakal enak kalau tuan rumah semuanya pergi dan biarin tamu yang jauh-jauh datang dari Surabaya nggak disambut langsung.
"Sabar, pasti udah dijalan."
Yang nyebelin disini adalah Refal selalu lepas tanggung jawab kalau udah berkaitan sama orang-orang yang ada di bisnis Papi. Kalau ditanya kenapa alasannya, dia bilang jokes mereka nggak masuk di telinganya. Ya... Nggak salah juga, namanya bapak-bapak? Maksud gue adalah, Isn't is good opportunity for him, buat belajar hal baru? Kalau gue yang pergi kan makin nggak ngerti, karena ranah gue bukan di bisnis?
"Emang Papi kenal sama orangnya dimana?" tanya gue penasaran, karena kayaknya sejak kemarin kelihatan excited banget dibandingkan ketemu teman-temannya yang lain.
"Di Bali. Papi dikenalin sama Pandu waktu itu. Terus Papi ngobrol-ngobrol banyak sama beliau soal properti." Skill bapak-bapak tuh gitu, ya? Paling gampang nyari teman, asalkan nyambung aja.
"Mas Haris, gimana kabarnya..." Gue dan Papi spontan menoleh kearah sumber suara.
Deg.
Gue terdiam seribu bahasa ketika sadar siapa orang yang ada didepan gue saat ini. Oke, katakanlah gue bodoh atau lupa, did my father mentioned his name before or I'm just being deaf at the moment?
Sial, jadi yang dimaksud Papi itu Regis Marini...
"Mas Regis... Gimana tadi perjalanannya?"
"Puji Tuhan bisa keluar dari macet." Otak gue tiba-tiba ngeblank begitu pandangan gue dengan beliau bertemu.
"Ini anakku, namanya Regina." Dengan senyum kikuk gue menjabat tangan beliau. Agaknya beliau juga sadar kalau gue sedikit tremor.
"Dia jadi residen di rumah sakitmu." Ujar Papi yang bikin Om Regis kelihatan makin penasaran.
"Departemen apa kalau saya boleh tahu?"
"Saya di bagian Pediatric, Pak." Jawab gue yang membuat Pak Regis langsung mengangguk-angguk kecil.
Dalam hati gue cuma bisa senyum karena gue yakin beliau nggak kenal gue. "Mungkin Pak Regis belum lihat saya karena tidak lama setelah itu Pak Theodore yang jadi direktur." Gue ingat pernah bertatap muka dengan Pak Regis itu cuma tiga kali, itupun bukan cuma gue sama beliau, tapi seluruh residen yang ada di rumah sakit. Jadi kemungkinan buat beliau tahu Regina yang mana udah kelihatan susahnya kayak gimana.
"Benar juga. Gimana rasanya punya atasan seperti Theodore?" Jebakan. Benar-benar salah gue ikut Papi kesini hari ini...
"Sejauh ini menurut saya Pak Theodore sangat bertanggung jawab. Beliau juga bukan tipe orang sungkan dengan bawahannya." Jawab gue nyari aman karena gue tahu kalau gue ngomong banyak karir gue udah pasti berakhir.
"Santai saja dengan saya. Theodore hari ini tidak ikut saya karena ada urusan lain, jadi kamu tetap aman hahaha." Mau nggak mau gue ikutan ketawa kaku dengan perasaan bingung. Bingung kalau tiba-tiba gue cuma di prank terus Pak Theodore beneran datang.
"Datang sendirian Mas berarti?" tanya Papi ingin memastikan.
"Nanti anakku Alex nyusul. Kamu kenal Alex, kan?" Senyum gue seketika memudar saat itu juga, berbarengan dengan sosok tinggi berpakaian serba hitam tak lupa leather jacket miliknya yang tertangkap oleh indra penglihatan gue berjalan mendekat.
Astaga, kenapa gue nggak kepikiran kalau dia juga kemungkinan ada disini...
"Ini dia anaknya..." Alex sempat beradu tatapan dengan gue untuk sesaat lalu kemudian menyunggingkan senyum ke arah Papi.
"Alex, ini Om Haris. Ini orang yang Papa ceritain kenal di acara Pandu." Mereka berjabat tangan dan saling menyapa satu sama lain.
"Terus ini ada Regina, dia juga residen di rumah sakit kita kayak kamu." Gue sempat diam lumayan lama waktu Alex menyodorkan tangannya didepan gue untuk mengajak jabatan tangan.
"Alex." Katanya yang gue balas dengan senyum kaku, "Regina."
Alex Marini...
Nggak banyak yang bisa gue ungkapkan soal cowok satu ini. Berawal dari hilangnya kunci apartemen gue waktu itu, gue akhirnya tahu kita bertetangga. Pun setelah itu kita nggak benar-benar mengenal satu sama lain karena nggak ada hal yang mendasari, gue tetap senang dia bukan tipe orang yang dingin.
Setahun menjadi tetangga seorang Alex Marini nggak membuat gue akhirnya bisa berteman baik dengan dia. Kita cuma akan bertegur sapa singkat ketika bertemu, lalu kembali dengan urusan masing-masing.
"Lo suka golf?" Gue sedikit terperanjat ketika suara miliknya itu berada di sekitar gue.
"Menurut lo?" tanya gue balik yang bikin dia terkikik geli setelah melihat gimana cara gue memegang baja mahal satu ini.
Senyumnya...
Alex punya sesuatu didalam senyumnya itu. Tapi gue nggak tahu itu apa.
"Lo tahu bokap kita temenan?" tanya gue sambil memperhatikan dua orang insan di ujung yang sedang asik bercanda tawa, sebelum akhirnya menoleh menatap Alex yang sedang mengambil ancang-ancang bak seorang pro dengan mata yang fokus pada bola putih sebagai sasaran pukulannya.
"Mungkin?" ujarnya sebelum akhirnya mengayunkan tongkat miliknya itu yang mengenai tepat sasaran.
Begitu memutuskan untuk nggak lagi tinggal di apartemen dan kembali tinggal ke rumah, interaksi antara gue dan juga Alex pun juga ikut berhenti. Gue ingat kita kembali bertegur sapa setelah Damian dan Alessia pacaran. Pun memang ketika ada kesempatan.
"Kenapa pindah?"
"Pardon?" Dia kembali tertawa kecil yang bikin gue pun seketika terdiam.
"Lo kenapa pindah apartemen?" Ini nggak salah kan? Dia nanya kayak gini setelah setahun berlalu?
"Pengen balik ke rumah aja. Suka kangen masakan Mami." jawab gue klise yang dia respon dengan anggukan kecil.
One of the worse thing about homesick itu ya ini. Sekalipun gue bisa aja bolak-balik ke rumah, tapi feelsnya beda banget waktu gue mampir cuma buat minta makan, dibandingkan pulang yang benar-benar pulang terus langsung disuguhi masakan Mami.
"Kenapa?" tanya gue bingung. "Kenapa apa?" respon dia balik.
"Kenapa baru nanya sekarang?" Karena harusnya dia nanya hal ini begitu tahu gue nggak lagi tinggal di lingkungan apartemen yang sama kayak dia lagi.
"What's stopping you?"
What's stopping him to ask me those questions at the first place?
"You."
8 notes · View notes
kuro-keisuke3 · 2 years
Text
Seme male reader x Baji Keisuke
Tumblr media
Di pagi hari.....🌞
🌞Pagi hari bagi Keisuke :
"(M/n)!!!,ayo bangun!!....ayo bangun..,"ucapku berusaha membangunkan (M/n) yang bagai kebo bukannya bangun malahan dia semakin menyelimuti dirinya hingga kepala. Sontak melihat hal itu membuatku berkedut kesal. Susah sekali di bangunin sekali bangun tidur lagi.
"Ayo!!,bangun (M/n),"ucapku sambil membongkar selimut yang menutupi tubuhnya
"Tidak mau,"ucapnya
"(M/n)~ ayolah aku capek,"ucapku sambil tidur di pinggir (M/n) dengan muka cemberut
'Menyebalkan'
"Bangwn (M/n),"ucapku sambil membenamkan wajahku di bantal. Dia kemudian menggeserkan badannya sehingga wajahnya menghadap padaku.
"Aww,Keisu ku cemberut,"ucapnya sambil menoel-noel pipiku pakai jari telunjuknya.
"Urusaaii!!,"
"Hmm..aku mau bangun.Hanya dengan satu syarat berikan morning kiss padaku baru aku bangun,"ucapnya
Hal tersebut membuat moodku down tapi setelah melihat (M/n) dengan puppy eyesnya urghh..
"Baiklah,aku mau,puas,"ucapku ketus
Diriku mendekatkan diri ke wajahnya dan kemudian
'Chu'
Mencium pipinya.
"Morning kiss,itu begini,"ucapnya langsung melumat bibir kenyalku
"Hmmph...,"
Diriku memukul-mukul dadanya namun tak di hiraukan olehnya. Malah ke asikan menglumat,menghisap bibirku hingga bengkak.
'Slapp'
"Rasanya enak,manis,"ucapnya sambil menjilat bibirnya dia kemudian bangun dari kasur. Langsung saja ku lempar dia pakai bantal.
"Dasar mesum!!,"ucapku wajahku kini semerah tomat
"Tapi suka kan?,"ucapnya sambil menyeringai
"Ck!,menyebalkan. Sudah sana mandi,"
Dan akhirnya (M/n) mandi juga.
🎆bagiku pagi hari pagi yang meresahkan.
Tbc.......
24 notes · View notes
faizaalbi · 1 year
Text
Aku ingin dirimu bahagia #3
Tumpukan laporan mahasiswa yang terjilid rapih menumpuk di atas mejaku. Aku berniat untuk membacanya dan memberi nilai laporannya. Saat aku membuka laporan pertama dan siap membaca, nada dering teleponku berbunyi. Yang menelpon adalah Bu Tina, wali kelas Airi. Aku mengangkatnya.
"Assalamualaikum Bu. Maaf mengganggu waktunya. Saya Tina wali kelas Airi. Saya boleh minta waktunya sebentar, Bu?"
"Waalaikumussalam, Bu. Silahkan, Bu. Ada apa ya?"
"Begini, Bu. Saya mau mengonfirmasi mengenai kehadiran orang tua pada festival olahraga tahun ini, tanggal 5 minggu depan. Karena sepertinya Airi belum cerita-cerita ke ibu. Kali ini kami membuat acara ini dengan berharap orang tua bisa ikut berpatisipasi. Ada perlombaan untuk orang tua juga. Untuk ayahnya, ada lomba estafet bersama anaknya. Untuk ibunya, ada lomba lompat tali bersama anaknya. Sorenya ada pertandingan sepak bola para ayah antar kelas. Kalau berhalangan hadir bisa juga digantikan dengan paman atau saudaranya, bu."
"Tanggal 5 hari Sabtu ya."
"Iya, bu."
"Kapan terakhir konfirmasinya ya?"
"Apa boleh malam ini ya, bu?"
"Malam ini ya. Baik, bu. Secepat mungkin saya kabarif ya, bu."
"Baik, uu. Terima kasih ya, bu."
"Terima kasih kembali, Bu."
Aku terdiam, memikirkan kenapa Airi tidak cerita?  Teringat kata Fatih kemarin, peran ayah bisa digantikan. Tapi kalau lomba estafetnya khusus ayah, tidak mungkin bisa kuikuti. Siapa ya? Kepada siapa aku minta tolong? Aku tidak ingin Airi sendiri tidak bisa mengikuti lombanya. Dan aku takut Airi merasa sendirian.
Fatih? Gapapa aku meminta tolong kepadanya?
Aku langsung keluar dari ruangan, menuju ruangan Nami.
Setelah mengetuk pintunya, aku memasuki ruangannya dan langsung bercerita tentang festival olahraga Airi.
"Nam, jadi kan di sekolah Airi ada acara. Tapi orang tuanya kalo bisa ikut. Ada lomba buat ayah, ada lomba buat ibu. Siapa ya yang bisa aku minta tolong?"
"Tanggal berapa?"
"Tanggal 5, hari sabtu."
"Minta tolong Fatih aja. Sini aku yang nelpon." Nami dengan gesitnya membuka handphonenya. Nada dering berbunyi.
Tuut.... tuut....
"Assalamualaikum. Halo? Iya Mi?"
"Waalaikumussalam, Tih. Lu tanggal 5, hari Sabtu nganggur ga?"
"...Kayaknya nganggur. Kenapa, Mi?"
"Diajak main estafet bareng Airi, anaknya Hana."
"Boleh. Mau banget."
"Jam berapanya nanti dikabarin lagi sama Hana ya. Makasih, Tih."
Nami menutup teleponnya. Percakapan yang singkat, padat, dan jelas.
"H-1 kamu ingetin lagi aja, Han. Kasih tau juga jam berapa dan lokasinya ya." Gesitnya Nami emang ga ada yang bisa ngalahin ya.
*****
Tok tok
Aku mengetuk pintu kamar Airi.
"Bunda boleh tidur bareng Airi lagi?" Sambil menolehkan kepalaku ke dalam kamarnya. Tanganku memeluk bantal.
"Boleh, bunda." Airi yang sudah siap untuk tidur, bangun untuk duduk dan membuka selimut untukku. Aku masuk ke kamarnya dan duduk di sampingnya.
Aku membelai rambutnya yang panjang dan harum.
"Airi udah ngantuk?"
Airi menggelengkan kepalanya.
"Boleh bunda nanya sesuatu ke Airi?"
Airi mengangguk. Menatap kakinya yang terselimuti.
"Airi kenapa ga pernah nanya tentang ayah lagi?"
Airi terdiam.
"Airi ga kangen sama ayah?"
Airi tetap terdiam.
"Airi... Boleh Airi lihat mata bunda?"
Ia melihat mataku. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Apa Airi bahagia tinggal sama bunda aja?"
Air matanya menetes. Ia mengangguk.
"Apa bunda juga bahagia tinggal sama Airi aja?"
Aku langsung memeluknya. Saat itu tangisannya pecah. Air matanya mengalir deras.
"Apa bunda ga terlihat bahagia di mata Airi?" Aku tidak menyangka Airi akan menanyakan seperti itu. Apa selama ini aku terlihat sengsara hidup bersamanya?
"Airi tau, bunda udah susah payah membesarkan Airi sendirian. Bunda kerja dari pagi sampai sore, tapi tetep masakin sarapan buat Airi. Tetep buatin bekal untuk Airi. Tetep antar jemput Airi. Kapan bunda ada waktu untuk bunda sendiri?" Mendengar suaranya yang serak, dadaku terasa sesak. Kenapa Airi harus menjadi dewasa sebelum waktunya?
"Setiap ngeliat Airi makan masakan bunda dengan lahap. Setiap bunda ngeliat bekal Airi bersih, ga ada sisa makanan. Setiap bunda ngeliat Airi bangga dengan rambut Airi yang bunda kuncir. Setiap Airi peluk bunda. Itu buat bunda bahagia. Itu buat bunda kuat.
"Bunda sayang banget sama Airi. Ngeliat Airi tumbuh besar aja, bunda udah seneng banget." Aku tetap memeluknya. Kali ini aku yang ingin memberikan pelukan hangat untuknya. Aku ingin Airi yakin bundanya selalu ada untuknya.
Aku ingin mengajarkan kepada Airi, kita memang hidup di keluarga yang tidak sempurna. Tapi bukan berarti kita ga bisa bahagia dengan cara kita. Aku berharap dengan Airi melihat kegagalanku, ia bisa tumbuh dengan lebih kuat, lebih bijak, dan mengerti kebahagiaan itu hal yang harus diperjuangkan. Kebahagiaan itu tidak tergantung oleh orang lain, tapi tanggung jawab diri sendiri.
Setelah Airi mulai tenang, aku melepas pelukannya dan berkata, "Hari Sabtu minggu depan, bunda datang ya." Sambil tersenyum nyengir.
"Bunda tau?"
Aku mengangguk. "Bunda bakal dateng sama paman, temennya Bunda dan Onty Nami. Nanti bunda kenalin."
Sejak Airi kecil, kami sudah pindah ke kota ini. Tidak ada saudara dekat. Aku anak tunggal dan orang tuaku sudah meninggal. Tidak ada orang yang bisa Airi panggil sebagai paman. Hanya Nami, satu-satunya Onty bagi Airi. Mungkin mulai sekarang aku harus membangun relasi, tidak hanya untukku, tapi juga untuk Airi.
Bersambung.
15 notes · View notes
kepanikanbeng · 9 months
Text
pengen pulang ke rumah, pengen makan enak, pengen beli apa yang aku mau, pengen ngelakuin aktivitas apa yg aku bisa. ingin istirahat tanpa di ganggu/dibatasi orang. ingin tidur di kasur yang empuk, bantal yang empuk dan selimut yang tebal.
plis sembuh yu sembuh diem di rumah orang emang ga se enak itu! sembuh untuk pulang ke rumah dan menjadi diri sendiri dengan ruang ✨
2 notes · View notes
konveksijersy1 · 1 year
Text
TERBAIK!!! 0812-3456-9837, Konveksi Seragam Perusahaan palu, konveksi Seragam Tim Sulawesi Tengah
Tumblr media
0812-3456-9837 Seragam Batik,Seragam Muslim,Seragam Baju Kerja,Seragam Baju Kantor,Seragam Baju Muslim,Seragam Baju Olahraga,Seragam Baju Sekolah,Seragam Baju Pramuka,Seragam Baju Resmi,Seragam Baju Pabrik JUANDA KONFEKSI UNTUK SOLUSI PAKAIAN ANDA! Kami Menyediakan Jasa Konveksi Terbaik dengan Kualitas Premium Kenapa Memilih Kami? 1. Kualitas Terbaik 2. Free Desain sesuai keinginan 3. Bahan Berkualitas dan Teknologi Terkini 4. Pengiriman Tepat Waktu Kami pusat produksi konveksi seragam di daerah  palu menyediakan berbagai kebutuhan seputar seragam seperti : Seragam Sekolah Seragam kantor Seragam Olahraga Seragam Medis Seragam Hotel Seragam Pramugari/pramugara Seragam polo/kaos Seragam militer Seragam pelayan Seragam security Seragam bengkel Seragam Pariwisata Dan lain lain Bisa custom untuk berbagai seragam atau sesuai request anda lokasi kami berada di  palu - Sulawesi Tengah Menerima pesanan online Siap kirim ke seluruh indonesia Harga yang kami berikan lebih murah dan juga bahannya berkualitas More info hubungi: Juanda konveksi WA/Call: +62 812-3456-9837 Seragam Batik,Seragam Muslim,Seragam Baju Kerja,Seragam Baju Kantor,Seragam Baju Muslim,Seragam Baju Olahraga,Seragam Baju Sekolah,Seragam Baju Pramuka,Seragam Baju Resmi,Seragam Baju Pabrik
0 notes
amalzamani · 10 months
Text
"Who is the person you look up to? Why?"
That would be my mom. She's my role model, successful, creative, amazing cook, kindest and loved by everyone around her. Seorang yang sangat penyayang dan sangat penyabar.
I pernah benci dia seluruh jiwa suatu ketika dahulu..
Yup, it's true. I jarang cerita kat orang pasal my actual life story, and I'm pretty bad at story telling so bear with me since I'm still in doubt if I should write this, mungkin kita sama2 boleh ambil sedikit sebanyak pengajaran? Perhaps?
We used to be a happy family. Me, Umi, Ayah, Akak, Abang. I anak kandung Umi Ayah dan akak dan abang anak angkat satu susuan dari kecil. Kita semua kecil lagi masa tu 5-7 tahun duduk di Kuantan, Pahang. Ayah kurang sihat, diabetic, jantung, kencing manis. Suatu hari, Umi dengan Ayah bergaduh besar sampai dalam process penceraian.
Umi, bawa kita pindah rumah sewa lain. Dari I umur 5 sampai 7 tahun kita adik beradik duduk dengan Umi tak pernah jumpa dengan ayah. Process penceraian masih tak selesai, bertahun-tahun, masing-masing nak tuntuk hak dan harta sampai Ayah saman Umi RM1.2 juta siap masuk surat khabar. Yes, both of them are successful. Nak dijadikan cerita, satu hari ayah datang rumah dengan kawan dia ajak kita semua jalan-jalan. Umi kerja masa tu jadi kita senyap-senyap keluar. Rindu dengan ayah kan. Perjalanan jauh tak tahu ayah cuba bawa kita pergi mana.
Lepas 3 jam perjalanan sampai destinasi, rupanya rumah pakcik di Kuala Lumpur. Kecil lagi tak tahu jalan kan. Long story short, kita adik beradik duduk dan membesar di sana. Dari umur 7 tahun sampai 12 tahun I membesar tanpa kasih seorang ibu. Kita adik beradik kecil, senang di "brainwash". Selama membesar ayah kata Umi jahat so kita dibesarkan untuk membenci dia, truly hate her.
Ibu mana tak sayang anak kan?
Satu hari masa tengah belajar kat sekolah, loceng rehat bunyi dan cikgu panggil, dia kata jangan pergi rehat ada orang nak jumpa dalam kelas. Tiba-tiba Umi rupanya yang datang nak jumpa. I ingat lagi, dia bawa pizza, mushroom soup and lasagna. I greet her dengan penuh perasaan benci dalam hati. 4 tahun tak berjumpa dan itu reaksi aku sebagai anak sambut kehadiran ibu yang rindu seluruh hati dia sehingga sanggup berjumpa dengan I senyap-senyap tanpa pengetahuan ayah.
"Amal anak Umi sihat ke? Umi ada bawa makanan ni untuk Amal makan. Umi rindu sangat-sangat dekat Amal."
Sepanjang perbualan I hanya diam dengan perasaan benci, menunduk tanpa tenung mata dia yang mungkin tengah berkaca menahan tangis.
I makan makanan yang Umi bawa sebab lapar. "Amal jangan bagitahu Ayah yang Umi jumpa Amal ya? Umi percaya anak Umi. Nanti lain kali Umi ada masa Umi jumpa Amal lagi okay?"
Hampir setahun Umi selalu datang sekolah. 4-5 kali lebih kurang dan selama tu I tak tahu kenapa I tak pernah cerita dekat ayah. Hati mula berlembut sedikit demi sedikit namun masih ada sedikit perasaan benci dalam hati.
So entered high school, Umi tak datang jumpa. Mungkin sekolah baru? Kehidupan diteruskan macam biasa. Sakit ayah makin teruk terpaksa dibawa ke hospital berminggu-minggu. Setiap hujung minggu kita akan pergi melawat. Satu hari keadaan dia kritikal admit ICU, sebab lama sangat kita adik beradik di hospital pakcik bawa balik rumah. Around 4am, I tengah tidur terjaga dan buka mata dan I nampak ayah I terapung pandang I, I terkejut takut tarik selimut tutup muka when suddenly pakcik I masuk bilik buka lampu suruh kita semua siap-siap kena pergi hospital kata ayah tenat, kritikal.
Sampai hospital ayah dah meninggalkan kita semua sebelum kita sampai. Long story short, pengebumian dia was really devastating to me. I cried a lot, I mandikan jenazah dia, I ganti sarung bantal dia yang ada darah dia and a lot more. In conclusion of that part, process penceraian terbatal as it considered as cerai mati. Imagine how many years? Lama kan?
Kita adik beradik tetap taknak duduk dengan Umi. Jadi kita teruskan duduk dengan pakcik di KL. Satu hari, masa tengah belajar kat sekolah dapat announcement, kita 3 beradik dipanggil ke bilik principal. To our surprise, Umi datang dengan adik beradik Umi. Dia ajak pulang ikut dia and kita refuse. Lepas keluar, adik and abang Umi pegang dan tangkap I dengan akak I, abang I terlepas dan dia terus lari sampai keluar pagar sekolah. I and akak dipaksa masuk kereta seat belakang dihimpit kiri kanan dengan pakcik-pakcik I. Yup, we're kidnapped by our own mom.
Perjalanan menuju ke airport. Kita tak ada choice selain untuk akur. Flight mendarat ke Kuantan semula. Rumah sewa yang sama. It took months Umi cuba explain apa yang berlaku, cerita yang sebenar, the hard bitter truth of the story with evidence. Sampai lembut hati kita berdua. You know what suprises us? Dalam almari kita adik beradik ada hadiah-hadiah for each birthday yang dia terlepas bersama kita. Bertahun-tahun.
Again, ibu mana tak sayang anak kan?
From that point onward kita hidup dengan Umi. But something missing right? Someone? Abang hidup dengan pakcik and banyak problem yang dia lalui sampai dia lari rumah pakcik dan duduk rumah family kawan dia. 4 tahun terpisah dengan abang. Luckily Umi found out and dapat keep in touch dengan abang. Abang habis highschool dia agree untuk balik dengan Umi. We are finally reunited. Alhamdulillah. The family is whole again.
Years went by and we all grown up and matured. Experience a whole lot of stuff, trauma and learn a lot of valuable lessons. Umi minta izin dengan kita adik beradik untuk berkahwin. We agreed, we understand that she deserve her own happiness too right?
Stepfather. Even kita semua tak rapat, tak "ngam" but everything is okay I guess. Someone who always think he's right, and his way is the right way. Don't have many friends, kurang bergaul dengan orang, stubborn, picky, onion hater, vegetable hater 😅. *geram2* haha.
Well atleast she's happy that's what really matter after all. Umi, she's a workaholic, she always bring back home her work and continue working at home till 2-3am almost every day. She work so hard it took a toll in her body. After a few years of new marriage Umi sakit and admit to hospital. During that period kita semua tengah study, pursuing out diploma and degree di KL. She's been in the hospital in and out and into the ICU for almost a month. Kita melawat juga dia di hospital even in the ICU. I can't bear looking at her state.. I can't lose another important person in my life.
Kita semua go back to KL and continue study till one day we got a call from our stepfather to come back quickly because Umi tengah tenat, kritikal. On our way, we got a call again "bawa slow-slow, Umi dah tak ada." Sampai rumah I kiss her forehead and bersihkan diri and all. I dah besarkan, lelaki kena kuat tak boleh nangis. The whole night I duduk sebelah Umi and baca Yasin. Sampai lah esok pagi nak kebumi, I burst in tears masa nak turunkan jenazah dalam liang lahad.
That is way worse than losing my father because I already lost both of them now. Hidup tak sama macam dulu, I became depressed for more than a year and yeah I lost it and I don't know who I became. I dropped out of college and enjoy with my friends losing my self and purpose.
Things change, they say wounds are healed over time. So yeah I grew up, take up a new course and finish my diploma. I guess I should stop here. There are many stories left out in between this and a lot more happened afterward.
Jadi yeah, that is the story of the greatest important person in my life, Umi. Semoga Umi tenang di sana ya. I'm doing my best to become a good person and a better human being.
Al-fatihah. ❤
3 notes · View notes
rayudhyasakti · 9 months
Text
Jadi, anakku Aca, punya ketertarikan khusus sama selimutnya. Selimut biru muda bermotif macam-macam boneka— dengan satu sisi bertekstur halus dan sisi lainnya lembut berbulu.
Selimut ini aku peroleh sebagai kado dari salah satu teman SMA-ku, teman baik — usai aku melahirkan Aca.
Awalnya selimut ini kugunakan sebagai bantal Aca sewaktu bayi, kemudian jadi selimut tidurnya ketika dia sudah mulai besar. Tidak ada yang spesial, biasa saja.
Entah mengapa kurang lebih dalam waktu satu tahun terakhir, sejak frekuensi menyusu Aca mulai berkurang, dia memiliki obsesi tersendiri dengan selimut ini. Setiap kali dia mau tidur, selimut ini harus ada bersamanya. Harus ada dalam pelukannya.
Akhir-akhir ini, dia semakin kecanduan dengan selimutnya sendiri. Dia bisa menanyakan sewaktu-waktu dimana selimutnya— hanya untuk digigit bagian bulu-bulunya. Yang merepotkan, kalau bulunya nyangkut di giginya. Tapi tetap saja, ada rasa senang dan puas terpancar di wajahnya usai menggigiti selimut yang sudah kumal itu. Jadi, kemana pun mau pergi, selimut buluk itu harus selalu dibawa. Bahkan, kemarin ketika pergi ke kondangan teman, ke kebun binatang, ke restoran— selimut itu adalah hal pertama yang ditanyakan ketika begitu pintu mobil dibuka “mana selimut Aca?”
Asumsiku, mungkin ketika dia merasa anxious atau kurang nyaman, selimutnya bisa membuatnya tenang. Dari semua benda yang dimilikinya, tampaknya memang selimut ini yang paling dia sayang.
Tapi jujur ini agak merepotkan, karena selimutnya harus selalu ada, untuk mencucinya saja aku jadi agak kesulitan. Padahal, baunya sudah membuat tak tahan. Bayangkan, saking susahnya buat dicuci, baunya serupa gumoh bayi. Jadi, aku harus nyolong-nyolong waktu ketika dia sudah tidur pulas baru bisa memasukkan ke mesin cuci. Kadang-kadang apes juga, di tengah-tengah waktu tidur dia juga menanyakan selimutnya.
Pernah suatu waktu, aku sudah minta izin buat mencuci selimutnya, dia sudah memperbolehkan. Akhirnya aku masukkan ke mesin siap untuk dicuci. Belum juga sempat mengalirkan air, dia sudah menanyakan selimutnya. Yah mau gak mau, selimutnya diambil lagi. Tidak jadi dicuci.
Tapi disisi lain, aku tidak perlu khawatir kalau pergi bersama Aca kemana-mana. Asal ada selimut kesayangannya, dijamin gak bakal ada tantrum dan drama.
Cuma khawatir juga, kebiasaannya ini bakal dibawa sampai dewasa tidak ya?
1 note · View note
silminadilah · 1 year
Text
To feel good about my self
hari minggu kemarin adalah satu satunya hari dimana akhirnya aku bisa tidur lebih lama sedikit, menuntaskan lelah lelah dari hari hari sebelumnya yang pergi pergi ke luar kota atau all day meeting berakibat lembur ngerjain kerjaan sisanya. ditambah sabtu ber-commuterline-ria ke bekasi untuk ke nikahan temen. Badan yang semula gaenak, ditambah si introvert ini ketemu dengan crowd of people, rasanya lelah.
Di minggu pagi, aku bangun dengan..... jelas sakit badan, tapi seneng setelah sepekan rasanya cepet banget berlalu dengan deadline ini itu bisa terlampaui. seneng karena I feel good about my self. senang karena I've done something (even its not finished yet), that makes me feel so valuable.
Mungkin, kita punya love language untuk diri sendiri. semacam self love language (?). haha sotoy. gini sih, since aku love language nya adalah act of service, giving gift dan words of affirmation, maka I'll love my self more ketika aku sendiri:
merapikan kamar/ doing house chores, neatly.
2. olahraga teratur, get some sweat. buat jaga kesehatan, my body will thank me later.
3. minum vitamin/ makan makanan sehat, makan secukupnya dan tidak telat, cukup minum air putih.
4. bekerja secara fokus, tahu yang dikerjakan itu bagian penting dari tim, giving free food / drinks buat temen kantor, make some jokes and kalau bisa pulang tenggo biar bisa lihat matahari sebentar juga gapapa.
5. kasih diri aku sendiri hadiah atas kerja keras yang dilakukan, misal bisanya beli teh yang rada pricey/ artisan yang selalu bikin happy tiap minum. atau beli gelas keramik lucuk biat minumnya makin happy. atau benda benda keramik lainnya, gemes!
6. bikin goals upgrade device, sekaligus self award. misal nabung brp bulan buat beli hp/laptop baru. lebih happy, lebih tenang karena tidak nyicil yekan.
7. socialized enough, harus ngobrol sama orang dalam 2 hari. kalau diem diem bae, misal lagi pusing, yang ada pusingnya malah nambah karena tekanannya aku tambah tambahin sendiri dengan cara menutup diri.
8. start with yourself! nggak perlu nunggu kata kata baik datang dari orang lain, tapi mulai dengan saying kind words to my self. bikin afirmasi sore/ malam hari: you're loved, you dressed well, you've done great, lets do a better one tomorrow.
9. kasih good compliment and ask your neighbor about them self. maksudnya, instead of ngomongin orang, selain itu, ada kok topik yang lebih disukai orang orang: ngomongin dirinya sendiri. tanya kalau mereka biasanya gimana ngadepin masalah kayak gini gitu. mereka happy karena ngerasa punya temen cerita, kita pun bisa banyak belajar dari ceritanya, yes.
10. good quality sleep. aku termasuk yang suka pilih pilih benda yang ada di kasur aku. beberapa macam bantal, beberapa jenis selimut pun aku ada, dari yang berat dan tebal, berat tapi tipis, ringan tapi tebal, dll, ada untuk menyesuaikan cuaca. karena kalau tidur nggak bener, rasanya energi buat ngelakuin hal hal diatas seharian jadi keganggu.
kita nggak selalu bisa ngontrol mood kita, memang. tapi kita bisa coba untuk kerjakan hal hal yang bikin mood jadi baik <3
3 notes · View notes
qabiladz · 1 year
Text
Habis sahur Layar tv yang baru saja mati Masih menyisakan gambar orang pakai peci dan suara transisi khas sinetron religi Kami akan disuruh jangan tidur dulu, bertahan buat menunggu subuh sambil wudhu, dan baca quran alih-alih rebahan dan terbuai bantal dan selimut bulu Rasanya menyebalkan, sampai tak sadar aku tak acuh pada damai yang menggelayut dalam hati Rasanya kesal dan mengantuk,…
View On WordPress
2 notes · View notes